Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN REACT

Di susun oleh:

CHATIFAH ALIMUDDIN A25119040

SUSI NURHAYATI A25119066

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako

2021

1
KATA PENGATAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nya kita bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun judul makalah yang kami buat adalah “MODEL
PEMBELAJARAN REACT”.

Kami berterima kasih kepada orang tua dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan sumber-sumbernya yang berupa artikel dan
tulisan yang telah kami referensi guna menyusun makalah ini. Kami juga tak lupa
berterima kasih kepada dosen yang memberikan tugas ini kepada kami sehingga
wawasan kami bertambah.

Makalah ini disusun guna mengetahui tentang MODEL PEMBELAJARAN


REACT memenuhi tugas mata kuliah dan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembacanya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran dari para pembaca kami harapkan demi menyempurnakan makalah
ini.

PALU, OKTOBER 2021

Penyusun

2
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah

II. BAB II. KAJIAN MASALAH


2.1 Langkah – langkah Model Pembelajaran REACT...................................
2.2 Prinsip Penerapan Model Pembelajaran REACT.....................................
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran REACT ....................
2.4 Contoh Penerapan Model Pembelajaran REACT.................................

III. PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran

IV. DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor yang paling besar peranannya bagi kehidupan
bangsa dan negara. Pendidikan dapat mendorong dan menentukan maju
mundurnya proses perkembangan bangsa dalam segala bidang. Oleh karena itu,
pemerintah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan baik di tingkat
sekolah dasar, sekolah tinggkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas maupun
perguruan tinggi. Pendidikan selalu mengacu kepada upaya pembinaan manusia.
Maka keberhasilan pendidikan sangat tergantung kepada bagaimana
pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh suatu instansi. Sebagai pelaksana
pendidikan yang paling menentukan keberhasilan adalah guru. Nana Sudjana
menyatakan bahwa guru ujung tombak pendidikan, sebab guru secara langsung
mempengaruhi dalam membina dan mengembangkan kemampuan siswa sebagai
pemicu. Guru dituntut paling tidak dapat menguasai bahan yang diajarkannya,
terampil dalam mengerjakannya dan terampil dalam mengajarkannya, untuk
meningkatkan mutu pendidikan disekolah, guru memegang peranan penting
dalam mendidik para siswa sehingga dapat mengetahui pelajaran yang
ditekuninya. Tugas guru tidak terbatas dalam penyampaian materi saja, guru juga
berperan sebagai instruktur dan fasilisator yang sangat berpengaruh dalam
menciptakan kegiatan belajar mengajar.
Pembelajaran kimia merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
dengan bahan ajar materi kimia dan dilaksanakan dengan menarik sehingga siswa
memperoleh berbagai pengalaman dibidang kimia sesuai dengan standar isi
sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, serta
nilai sikap dalam diri siswa terhadap kimia.
Hal tersebut disebabkan kurangnya penerapan model atau metode
pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa rendah. Materi tentang redoks sering
dijumpai dalam kehidupan. Materi redoks termasuk materi yang sulit untuk
dipahami hanya dengan mempelajari teori saja, melainkan dibutuhkan banyak

4
pengerjaan latihan dan tugas. Maka dibutuhkan upaya tertentu agar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan penerapan model pembelajaran inovatif yang tepat,
seperti model pembelajaran jigsaw, Small Group Work (SGW), Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT), dan lain
sebagainya. Dalam strategi REACT ada lima strategi yang harus tampak yaitu:
Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring yang disusun
berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan
yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran REACT adalah model pembelajaran yang dapat


membantu guru untuk menanamkan konsep pada siswa. Siswa diajak menemukan
sendiri konsep yangdipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep tersebut dalam
kehidupan sehari-hari danmentransfer dalam kondisi baru (Sri Rahayu dalam Yuliati,
2008:60).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja langkah – langkah Model pembelajaran REACT?
2. Sebutkan prinsip penerapan Model pembelajaran REACT ?
3. Apa kelebihan dan kelemahan Model pembelajaran REACT?
4. Contoh pembelajaran apa yang sesuai dengan Model pembelajaran
REACT?

5
BAB II
KAJIAN MASALAH

2.1 Langkah – langkah Model Pembelajaran REACT

REACT merupakan strategi pembelajaran konteks yang didasarkan pada


bagaimana siswa belajar untuk mendapatkan pemahaman dan bagaimana guru
mengajarkan untuk memberikan pemahaman.

Dalam proses pembelajaran agar lebih bermakna diperlukan model


pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam memahami materi-materi
pelajaran. Salah satunya dengan model pembelajaran REACT yang merupakan
pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran REACT yang terdiri dari lima
tahapan; relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying
(menerapkan), cooperating (bekerja sama), transferring (mentransfer). Dimana
dalam model pembelajaran REACT menekankan pada pemberian informasi yang
berkaitan dengan informasi yang sebelumnya telah diketahui oleh siswa,
sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang disampaikan
oleh guru karena sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
1) Relating (mengaitkan/menghubungkan)
Menurut Crawford (2001: 3), Relating (mengaitkan /menghubungkan)
merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang paling kuat sekaligus
merupakan inti dari konstruktivistik. Guru dikatakan menggunakan
strategi menghubungkan ketika guru mengaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang tidak asing bagi siswa. Guru membantu menghubungkan
apa yang telah diketahui oleh siswa dengan informasi yang baru. Relating
merupakan kegiatan awal yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran
yaitu mengapresiasi atau mengaitkan kemampuan siswa dengan
pengetahuan ayang akan diterimanya.
2) Experiencing (mengalami)
Experiencing (mengalami) adalah menghubungkan informasi baru
dengan berbagai pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Pengalaman

6
yang dimaksud disini adalah yang dialami siswa selama proses belajar.
Guru dapat memahami siswa menyusun pengetahuan baru dengan
berbagai pengalaman yang sudah tersusun rapi dan terus menerus yang
terjadi di dalam kelas. Experiencing ini disebut juga learning by doing,
melalui exploration (penggalian), discovery (penemuan), dan invention
(penciptaan). Relating dan experiencing merupakan dua strategi untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai konsep
baru. Tetapi guru harus tahu kapan dan bagaimana caranya
mengintegrasikan strategi-strategi dalam pembelajaran tidaklah
sederhana (Crawford, 2001).
Di sini guru memerlukan ketelitian, kolaborasi dan kecermatan dalam
menyajikan materi-materi pembelajaran. Guru dapat mengetahui kapan
saatnya mengaktifkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa
sebelumnya, sehingga dapat membantu menyusun pengetahuan baru bagi
siswa.
3) Applying (menerapkan)
Pada strategi Applying (menerapkan) ini siswa belajar untuk
menerapkan konsep-konsep ketika mereka melakukan aktivitas
pemecahan masalah. Guru harus mampu memotivasi siswa untuk
memahami konsep-konsep yang diberikan dengan latihan-latihan yang
lebih realistis dan relevan dengan kehidupan nyata.
Agar proses pembelajaran dapat menunjukkan motivasi siswa dalam
mempelajari konsep-konsep serta pemahaman siswa menjadi lebih
mendalam, (Crawford, 2001) merekomendasikan untuk memfokuskan
pada aspek-aspek aktivitas pembelajaran yang bermakna. Setelah itu
merancang tugas-tugas untuk sesuatu yang baru, bervariasi, beraneka
ragam dan menarik. Terakhir merancang tugastugas yang menantang
tetapi masuk akal dalam kaitannya dengan kemampuan siswa.
4) Cooperating
Siswa yang melakukan aktivitas belajar secara individual kadang -
kadang tidak mampu menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam

7
menyelesaikan masalah. Belajar dalam kelompok kecil, dapat membuat
siswa lebih mampu menghadapi latihan-latihan yang sulit. Mereka lebih
mampu menjelaskan apa yang mereka sudah pahami kepada teman-teman
satu kelompok. Untuk menghindari adanya siswa yang tidak
berpartisipasi dalam aktivitas kelompok, menolak atau menerima
tanggung jawab atas pekerjaan kelompok atau mungkin kelompok yang
terlalu tergantung pada bimbingan guru, atau kelompok yang terlibat
dalam konflik.
5) Transferring (mentransfer)
Dalam strategi Transferring (mentransfer) ini siswa diharapkan dapat
menggunakan pengetahuan ke dalam konteks yang baru atau situasi yang
baru. Pembelajaran diarahkan untuk menganalisis dan memecahkan suatu
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menerapkan
pengetahuan yang sudah dimilikinya.
Disini guru dituntut untuk merancang tugas-tugas untuk mencapai
sesuatu yang baru dan beranekaragam sehingga tujuan-tujuan, minat,
motivasi, keterlibatan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran
matematika dapat meningkat.

 
Tabel sintaks pelaksanaan Model React
Fase-fase Kegiatan
Relating Guru menghubungkan konsep yang dipelajari dengan pengetahuan
yang dimiliki siswa
Experiencing Siswa melakukan kegiatam eksperimen (hands-on activity) dan guru
memberikan penjelasan untuk mengarahkan siswa menemukan
pengetahun baru
Applying Siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari
Cooperating Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan
permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi
dengan teman
Transferring Siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang di
pelajarinya

8
2.2 Prinsip Penerapan Model Pembelajaran REACT

Model pembelajaran REACT merupakan salah satu model pembelajaran yang


dapat digunakan guru dalam menanamkan pemahaman konsep pengetahuan siswa.
Selamet (dalam Rahayu, 2017:1) menyatakan dalam pembelajarannya REACT
menerapkan pembelajaran yang bersifat generatif (kontruktivisme) yaitu mengaitkan
pengalaman dengan pengetahuan dan menanamkan kebermaknaan belajar yang
dibangun dalam diri siswa sehingga memudahkan dalam mempelajari pelajaran
terutama dalam membentuk konsep.

Menurut Cord REACT merupakan pembelajaran kontekstual yang terdiri dari


lima strategi yang harus tampak yaitu: (1) Relating (mengaitkan), (2) Experiencing
(mengalami), (3) Applying (menerapkan), (4) Cooperating (bekerjasama), (5)
Transferring (mentransfer). Relating (mengaitkan) adalah belajar dalam konteks
pengalaman kehidupan nyata atau pengetahuan yang sebelumnya. Experiencing
(mengalami) merupakan strategi belajar dengan belajar melalui explorasi, penemuan
dan penciptaan. Berbagai pengalaman dalam kelas dapat mencakup penggunaan
manipulatif, aktivitas pemecahan masalah dan laboratorium. Applying (menerapkan)
adalah belajar dengan menempatkan konsep-konsep untuk digunakan, dengan
memberikan latihan-latihan yang realistik dan relevan. Cooperating (bekerjasama)
adalah belajar dalam konteks sharing, merespon dan berkomunikasi dengan para
pemelajar lainnya. Kemudian Transferring (mentransfer) adalah belajar dengan
menggunakan pengetahuan dalam konteks baru. Kelebihan dari model ini yaitu
memiliki strategi pemahaman yang bertahap, dari pemahaman dasar yang diharapkan
muncul pada tahap ‘Applying’ dan pemahaman mendalam pada tahap ‘Transferring’.
Pemahaman yang bertahap dapat membantu mengefektifkan kemampuan berpikir
siswa.

REACT mampu meningkatkan pemahaman dan pemecahan masalah


matematika siswa. Lebih lanjut, REACT memiliki pengaruh yang cukup siginifikan
terhadap keterampilan proses sains siswa. Dengan demikian, model REACT adalah
salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.

9
Berdasarkan hasil penelitian, model REACT efektif meningkatkan
kemampuan dan hasil belajar siswa. Hal didasarkan pada 5 kriteria yang menyatakan
efektivitas model REACT .Kriteria efektivitas model REACT 
tersebut adalah:
1. Siswa dapat mentransfer pengetahuan yang diperoleh di sekolah dalam
kehidupansehari-hari dan dunia kerja
2. Siswa tidak takut pada mata pelajaran matematika dan IPA (fisika, kimia, dan
biologi)
3. Siswa lebih tertarik dan termotivasi serta memiliki pemahaman yang lebih
baik pada materi yang diajarkan disekolah karena pembelajaran dilaksanakan
dengan mengaktifkan siswa secara fisik dan mental.
4. Material ajar yang diajarkan sekolah memiliki koherensi dengan pendidik
yang lebih tinggi
5. Hasil belajar siswa yang diperoleh dengan REACT lebih lebih dari
pembelajaran tradisional

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran REACT

Adapun Kelebihan dan Kekurangannya yaitu:

 Kelebihan :
1. Memperdalam pemahaman siswa
2. Mengembangkan sikap menghargai diri siswa dan orang lain.
3. Mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki.
4. Mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
5. Memudahkan siswa mengetahui kegunaan materi dalam kehidupan sehari-
hari.
6. Melibatkan siswa dalam proses pemecahan masalah melalui aktivitas
mengalami.

 Kekurangan:
1. Membutuhkan waktu yang lama untuk siswa.
2. Membutuhkan waktu yang lama untuk guru.
3. Menuntut sifat tertentu dari guru.

2.4Contoh Penerapan Model Pembelajaran REACT

10
Contoh dalam penerapan dalam model ini yaitu materi Redoks. Materi redoks
termasuk materi yang sulit untuk dipahami hanya dengan mempelajari teori saja.
Melainkan dibutuhkan banyak pengerjaan latihan dan tugas.

Contoh penerapannya:

 Bentuklah kelompok secara heterogen 4-5 orang


 Mulai pelajaran semenarik mungkin, dan tanyakan sesuatu yang berhubungan
dengan apa yang kita ajarkan dan sebagian besar siswa dapat menjawabnya
agar siswa merasa bahwa ia telah mengenal konsep yang akaan diajarkan.
 Lakukan pembuktian pendapat dengan percobaan untuk menghindari
kesalahpahaman konsep pada siswa
 Berikanlah tugas berupa soal cerita kepada siswa supaya siswa dapat
mengaplikasikan konsep yang mereka temuukan dalam soal cerita tersebut
 Bimbig siswa untuk berkerja sama dan tanamkan sikap tanggung jawab baik
terhadap pekerjaan sendiri maupun kelompok
 Berikan suatu latihan baru kepada siswa yang masih berhungan dengan
konsep yang telah mereka temukan tadi
 Akhiri pembelajaran dengan sessuatu yang istimewa dan membuat siswa
enggan beranjak dari kelas kita.

Model pembelajaran REACT merupakan pengembangan pembelajaran


kontekstual.Pembelajaran kontekstual merupakan terjemahan dariContextual
Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran kontekstual secara
resmi diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun2001. Pada tahun 2002
dilakukan uji coba di 31 SLTP/MTs yang tersebar di enam provinsi.Dari hasil
uji coba terindikasi pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan
interaksi belajar di kelas, membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar dan
siswa lebih bisa berpikir kritis. Oleh karena itu telah diambil kebijakan untuk
meluaskan penerapan pembelajaran kontekstual di seluruh Indonesia.

11
BAB III

PENUTUP

1.1Kesimpulan

Model pembelajaran REACT adalah model pembelajaran yang dapat


membantu guru untuk menanamkan konsep pada siswa. Siswa diajak
menemukan sendiri konsep yangdipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep
tersebut dalam kehidupan sehari-hari danmentransfer dalam kondisi baru (Sri
Rahayu dalam Yuliati, 2008:60). Adapun langkah-langkah dalam model ini yaitu:
relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),
cooperating (bekerja sama), transferring (mentransfer). Dan prinsip dari model
yaitu : Siswa dapat mentransfer pengetahuan yang diperoleh di sekolah dalam
kehidupansehari-hari dan dunia kerja, Siswa tidak takut pada mata pelajaran
matematika dan IPA (fisika, kimia, dan biologi), Siswa lebih tertarik dan
termotivasi serta memiliki pemahaman yang lebih baik pada materi yang
diajarkan disekolah karena pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan
siswa secara fisik dan mental.,Material ajar yang diajarkan sekolah memiliki
koherensi dengan pendidik yang lebih tinggi dan Hasil belajar siswa yang
diperoleh dengan REACT lebih lebih dari pembelajaran tradisional.

1.2Saran
Dalam penyusunan makalah ini, peenulis meyadari bahwa dalam pembahasan
masih terdapat kekurangan baik substansi mataeri maupun cintoh dari setiap
materi yang dibahas . penulis menyarankan kepada guru maupun calon guru
untuk menarapkan model pembelajaran yang sesusai dengan materi yang akan
disampaikan dan sesuai dengan keadaan siswa .
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh
karena saran krittik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan
umumnnya untuk pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://images.app.goo.gl/FPAXuqCJvnH3j5zR8
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/2739/Theodora
%20Elisabeth%20Simatupang.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://www.researchgate.net/publication/
332958186_Penerapan_Model_Pembelajaran_REACT_dalam_Peningkatan_
Pemahaman_Konsep_Siswa

13

Anda mungkin juga menyukai