Di susun oleh
Ageng Prasetyawati
4112121001
Luzy Lefiana
4112121011
4111121017
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah dalam rangka memenuhi tugas
Pengembangan Program Pengajaran Fisika dengan judul Model Pembelajaran Discovey
Learning.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Medan,17 Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
1.1
Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................................5
1.3
Tujuan penulisan.......................................................................................................5
1.4
Manfaat Penulisan.....................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
2.1
2.2
2.3
Macam-macam (Discovery)....................................................................................9
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
BAB III.....................................................................................................................................16
3.1
Kesimpulan........................................................................................................16
3.2
Saran...................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan.
Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena
pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan
yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses
belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan
dicerminkan oleh prestasi belajar siswa. Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Karena kualitas pendidikan yang bagus
akan membawa siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
Pada saat proses belajarmengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan
timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan
terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap
motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku
mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar
mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat
membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat
untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan
siswa dalam belajar.
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
proses belajar mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri
siswa yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman
struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa ssecara
aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa
didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman
dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk
diri mereka sendiri.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang
mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari
piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas.
Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana
murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari
siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian
sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat
perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan
menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat
ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan
dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk
terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.
Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka
sendiri.
efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsepkonsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
8
f.
Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus,
lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang
baru.
a.
Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-
sebagai
seorang
pembimbing
atau
tutor.
Guru
hendaknya
jangan
mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia
hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya
e.
2.
Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik
membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation
dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
c) Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya (Djamarah, 2002:22).
d) Data processing (pengolahan data).
Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan.
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis.
e) Verification (pentahkikan/pembuktian).
13
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik
dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41).
f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan
yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana
berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi
tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).
2.8 Keterkaitan Materi Fisika Degan Model Pembelajaran Discovery Learning
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejalagejala alam dan interaksi
gejalagejala alam itu. Gejalagejala alam yang dipelajari dalam fisika tidak hanya gejala
yang makro tetapi juga gejala mikro yang tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata
manusia. Dengan menggunakan model discovery learning maka siswa di tuntut untuk
menemukan gejala-gejala alam tersebut baik yang secara mikro maupun makro, sehingga
pemebelajaran fisika dapat lebih mudah dipahami siswa dan dapat mencapai tingkat
kemampuan yang tinggi karena siswa sendiri yang menemukan gejala-gejala alam tersebut
serta pembelajaran fisika lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses
menemukanya, sehingga tidak ada lagi anggapan bahwa pembelajaran fisika itu sulit.
Materi pelajaran pada fisika baik itu kinematika, mekanika, optik, gravitasi, dan lain
sebgaianya dapat diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning
sehingga guru fisika tidak perlu pusing dalam menentukan pembelajaran fisika apa saja yang
bisa diterpkan dengan model discovery learning.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran
penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan
melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau
konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University Press.
http://riensuciati99.blogspot.com/2013/04/model-pembelajaran-discovery-penemuan.html
(Diakses pada 26 Februari 2014)
http://nosalmathedu10.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-discovery-learning.html
17