Disusun Oleh :
Kelompok 2
Fadilla
PENDIDIKAN BIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat ALLAH swt. yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini
Adapun yang menjadi judul tugas ini adalah “ CRITICAL BOOK REPORT”.
Tujuan kami menulis ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing pada mata
kuliah “Pendidikan Agama Islam”.
Jika dalam penulisan kami terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam
penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas
koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi tugas evaluasi dalam
pembuatan tugas ini.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan tugas ini dapat memberikan manfaat
berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun pembaca.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
Pentingnya CBR adalah tugas menulis yang mengharuskan kita untuk meringkas
dan mengevaluasi tulisan. Tugas CBR berupa buku, bab atau artikel. Dalam menulis
CBR kita harus membaca secara seksama dan juga membaca tulisan dari buku lain yang
serupa agar kita bisa memberikan tujuan dari tulisan dan evaluasi yang lebih
komprehensif, obyektif dan faktual
C. Manfaat CBR
Manfaat CBR adalah memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif
tentang apa yang tampak dan terungkap dalah sebuah buku yang mengajak pembaca
untuk memikirkan, merenungkan dan mendiskusikan lebih jauh mengenai masalah yang
muncul dalam sebuah buku.
Identitas Buku
ISBN : 978-602-6462-34-3
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang Khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”.” (QS. Al-Baqarah : 30)
Ayat tersebut menjadi pondasi dasar pertanyaan terpenting dalam kehidupan manusia, kenapa
Allah menciptakan manusia ?apa tujuan dari eksistensi/wujud manusia di muka bumi ini ?
Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan pertama dalam masalah aqidah, yang fungsi jawabannya
untuk menentukan tujuan dari eksistensi dan tugas manusia di bumi ini.
Seakan dikatakan kepada manusia “Anda adalah Khalifah yang bertanggung jawab untuk
memakmurkan bumi, memperbaikinya , dan memanfaatkan seluruh alam semesta untuk
membantu peranmu.”
Makna Khalifah
Makna Khalifah bisa diketahui dengan cara melakukan pendalaman terhadap ayat-ayat al
Quran yang menggunakana kata Khalifah atau derivasinya, bisa dalam bentuk jama’ ataupun
fi’il nya.
Lafadz Khalifah dalam bentuk mufrod/tunggal disebutkan dua kali di dalam al Quran:
Dan ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat, “Aku akan menciptkan di bumi ini seorang
Khalifah”
“Wahai Dawud, Aku telah jadikan dirimu sebagai Khalifah di bumi ini, maka tegakkan hukum
di tengah-tengah manusia dengan kebenaran, jangan ikuti hawa nafsu sehingga menyesatkanmu
dalam menempuh jalan Tuhanmu”
Para ulama berbeda pendapat dalam mentafsirkan lafadz khalifah yang terdapat dalam
surat al-Baqarah ayat 30, namun tidak berbeda pendapat pada surat Shad ayat 26. Perbedaan
tersebut seputar siapakah yang dimaksud sebagai “kholifah/pengganti” itu dan siapakah yang
digantikannya?
Ada tiga pendapat yang disimpulkan Imam Mawardi untuk memberikan jawaban dan
khazanah pemikiran dari perbedaan pendapat tersebut: Pertama, dinisbatkan kepada Ibnu
Abbas, Khalifah adalah Nabi Adam dan seluruh manusia, diciptakan untuk mengganti makhluk
penghuni bumi sebelumnya. Kedua, Khalifah adalah seluruh anak-cucu Nabi Adam as. Mereka
diciptakan dari generasi ke generasi, generasi pertama mengganti Nabi Adam, yang baru
mengganti yang lama, berkesinambungan. Pendapat ini dilontarkan tokoh dan ulama
terkemuka periode tabi’in, Imam Hasan al-Bashri . Ketiga, pendapat Ibn Mas’ud, khalifah
ditafisirkan dengan Nabi Adam dan juga sebagian anak-cucunya, diciptakan Allah menjadi
pengganti-Nya dalam memberi keputusan hukum diantara manusia.
1- Khalifah berlaku umum untuk seluruh manusia, pemahaman ini berdasar pada Al-
An’am: 165, Fathir: 39 (khalaif al-ardl) dan An-Naml: 62 (khulafa al-Ardl).
Ada bebrapa ayat yang senada dengan ayat diatas, yaitu: Al-An’am: 133 (yastakhlifu), Az-
Zukhruf: 60 (yakhlufun) , An-Naml: 62, al-Baqarah: 30 dan al-A’raf: 129 (wayastakhlifakum)
2- Khalifah digunakan lebih khusus untuk menyebut sebuah generasi manusia atau suatu
bangsa tertentu.
Sebagaimana lafadz (khalaif) dalam Yunus: 73, untuk menunjuk pengikut Nabi Nuh yang
menggantikan penduduk bumi yang telah musnah karena banjir .
lafad (Khulafa) dalam al-A’raf: 69, untuk menunjuk kaum ‘Ad (kaum Nabi Hud) sebagai
pengganti kaum Nabi Nuh.
Lafadz yang sama di al-A’raf: 74 ditujukan kepada kaum Tsamud (kaum Nabi Shalih) sebagai
pengganti kaum ‘Ad.
3- Khalifah digunakan lebih khusus lagi, untuk individu yaitu Nabi Dawud, yaitu dalam
Shad: 26 karena mengganti nabi sebelumnya .
Khalifah, khulafa atau khalaif, menurut istilah Quran dapat disimpulkan sebagai manusia atau
kumpulan manusia yang mampu mengemban amanah keadilan dalam memakmurkan bumi
sehingga mereka menjadi manusia yang patut menggantikan generasi sebelumnya sebagai umat
yang maju peradabannya dan menjadi poros dunia.
Dan untuk umat Muhammad saw, Allah swt berjanji kepada mereka akan menjadi khulafa di
bumi jika mereka beriman dan bertindak kebaikan, sebagaimana ayat berikut:
ف الَّذِينَ ِم ْن َق ْب ِل ِه ْم َولَيُ َم ِكن ََّن لَ ُه ْم دِينَ ُه ُم الَّذِي ِ ت َليَ ْست َْخ ِلفَنَّ ُه ْم فِي ْاْل َ ْر
َ ض َك َما ا ْست َْخ َل ِ صا ِل َحا َّ ّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َو َع ِملُوا ال
َّ ََو َعد
َش ْيئًا َۚو َم ْن َكفَ َر َب ْعدَ ٰذَلِكَ فَأُو ٰلَئِكَ ُه ُم ْالفَا ِسقُون َ ض ٰى لَ ُه ْم َولَيُ َب ِدلَنَّ ُه ْم ِم ْن َب ْع ِد خ َْوفِ ِه ْم أ َ ْمنًا ۚ َي ْعبُد ُونَنِي ََل يُ ْش ِر ُكونَ ِبي
َ َ ارت
ْ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur : 55)
Melihat makna lafadz Khalifah di atas dapat disimpulkan bahwa Khalifah dalam al Quran
tidak dapat difahami secara manthuq/eksplisit sebagai kepala pemerintahan ataupun pimpinan
dalam sebuah negara.
Dan bila melihat kesamaan lafadz Khalifah dalam al Quran dan Khalifah dalam istilah ilmu
politik Islam (fiqh siyayah syar’iyyah), maka hanya terdapat kesepadanan bahasa saja, karena
sama-sama sebagai pengganti dalam kedudukan tertentu, yaitu makna yang diambil dari
kata kholafa-yakhlufu.
Imam Thabari sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kepala
negara/sulthon disebut Khalifah karena dia mengganti kedudukan kepala negara sebelumnya.
فقام باْلمر مقامه، ْلنه خلف الذي كان قبله، خليفة:ومن ذلك قيل للسلطان اْلعظم
“Maka dari itu dinamakanlah pemimpin tertinggi itu dengan Khalifah, karena dia berada
setelah orang yang sebelumnya dan dia menggantikan kedudukannya”
Sebagai perbedaan mendasar, Khalifah dalam ranah penafsiran lafadz yang ada di dalam ayat-
ayat al Quran baik yang bermakna umum ataupun khusus muncul karena Allah menginginkan
makna tersebut tumbuh dengan berbagai perbedaan maknanya dalam konteks kebahasaan. Dan
Khalifah dalam ranah fiqh siyayah syariyyah yang bermakna pemimpin tertinggi, muncul
karena perkembangan hadhoroh, madaniyyah dan tsaqofah Islam.
Sebagai Khalifah di bumi, manusia memunyai peranan penting yang dijalankan samapai akhir
zaman, diantaranya :
1. Memakmurkan Bumi (al-'imarah)
Pembangunan materi, dengan memanfaatkan kekayaan alam yang telah disediakan Allah di
muka bumi tercinta ini dengan arahan dan syariat yang lurus. Khalifah jugaharus berupaya
untuk menjadikan manusia pada zamannya memiliki peradaban yang baik.
Khalifah menjaga bumi dari kerusakan atau kehancuran alam, baik itu yang disebabkan alam
sendiri maupun oleh tangan-tangan jahil para manusia.
3. Perlindungan (al-hifdh)
Khalifah memiliki fungsi untuk melindungi bumi dan seisinya, yang terkandung atas lima
pokok kehidupan yaitu, agama (aqidah), jiwa manusia, harta kekayaan, akal pikiran, dan
keturunan (kehormatan).
Melihat betapa besarnya peran manusia diatas, maka para Malaikat bersujud kepada Nabi
Adam sebagai penghormatan betapa besarnya peranan dari makhluk baru yang diciptakan oleh
Allah swt, sujud yang menandakan betapa besarnya jati diri manusia itu dari para malaikat,
sujud yang menandakan betapa identitas manusia itu sangat dimuliakan oleh Allah swt.
"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam",
maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai
perintah Tuhannya."