maka jabat tangan yang terjadi: A dengan B, A dengan C, dan B dengan C. Berarti ada 3
3(3−1)
jabat tangan yang terjadi, jika dihubungkan bisa berbentuk 2
= 3. Jika ada empat
3(3−1)
orang bisa dibentuk hubungan: 6 = . Sehingga ketika ada n orang, banyak jabat
2
𝑛(𝑛−1)
tangannya: 2
Dari proses tersebut, siswa mencoba mengidentifikasi. Jika ada dua orang, maka ada
satu kali jabat tangan. Jika ada dua orang, maka orang pertama akan berjabat tangan
dengan 2 orang lainnya, dan satu orang yang lain berjabat tangan dengan satu orang yang
belum berjabat tangan dengan dia. Jadi banyaknya jabat tangan 2 + 1. Jika ada 4 orang
dalam pertemuan, maka orang pertama berjabat tanagn dengan 3 orang lain, orang kedua
berjabat tangan dengan 2 orang lain yang belum, dan orang ketiga berjabat tangan dengan
satu orang yang belum berjabat tangan dengan dia. Jadi banyaknya jabat tangan adalah 3
+ 2 + 1. Proses ini diteruskan sehingga berlaku untuk n orang. Orang pertama berjabat
tangan dengan n-1 orang, orang kedua berjabat tangan dengan n-2 orang yang belum
berjabat tangan dengan dia, dan seterusnya, sehingga diperoleh banyaknya jabat tangan
yang terjadi adalah (n-1) + (n-2) + …+ 2 + 1. Dengan pembelajaran tersebut bisa
menarik perhatian siswa dan mendorong rasa ingin tahu, bahkan mendorong siswa untuk
membuat alternatif-alternatif, atau pemecahan masalah. Indirect instruction juga dapat
memicu kreativitas siswa dan pengembangan keterampilan-keterampilan, serta
kemampuan interpersonal. Sebagai konsekuensi dari student centered, dalam
pembelajaran tak langsung, peranan guru berganti dari pemberi materi (penceramah)
menjadi fasilitator. Guru mengatur lingkungan pembelajaran, menyediakan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, dan bila dimungkinkan, memberikan
umpan balik kepada siswa pada saat mereka melakukan inkuiri (Martin, 1983).
Indirect instruction dapat diterapkan oleh para guru pada hampir semua pelajaran.
Strategi ini cocok diterapkan pada saat:
mengharapkan adanya kegiatan berpikir,
mengharapkan munculnya sikap atau nilai interpersonal,
mengutamakan proses seperti halnya produk pembelajaran,
melakukan investigasi atau menemukan sesuatu,
menginginkan lebih dari satu jawaban yang sesuai,
memfokuskan pemahaman perseorangan dan retensi terhadap konsep atau
generalisasi dalam jangka waktu yang lama,
menginginkan adanya keterlibatan ego dan motivasi intrinsik,
mengharapkan penarikan kesimpulan atau pemecahan masalah,
mengharapkan tercapainya kemampuan pembelajaran sepanjang hayat.
(Zubaidah, 2010)
Langkah-langkah pembelajaran tak langsung meliputi: observasi, encoding,
mengingat kembali (recalling), mengklasifikasikan, membandingkan, melakukan
inferensi, menginterpretasi data, memprediksi, elaborasi, meringkas, restructuring, dan
melakukan verifikasi. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, strategi indirect
instruction juga memiliki beberapa kelemahan. Strategi ini memakan lebih banyak waktu
jika dibandingkan dengan direct instruction, kendali guru atas siswa bisa berkurang dan
keluaran tidak bisa diprediksi. Indirect instruction bukan strategi terbaik apabila ingin
menyediakan informasi yang detail atau mengupayakan keterampilan pencapaian hasil
belajar secara bertahap. Pembelajaran ini juga kurang sesuai apabila menginginkan
hafalan secara cepat.