Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi pembelajaran merupakan serangkaian aktifitas yang didesign untuk


mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran perlu
menentukan (1) urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam
menyampaikan isi pelajaran kepada siswa; (2) metode pembelajaran, yaitu cara guru
mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien
dan efektif; (3) media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang
digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran; dan (4) waktu yang digunakan
oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan, maka strategi pembelajaran


merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan
siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembe-lajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi
pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Menurut Saschatchewan (Zubaidah, 2010) strategi pembelajaran dapat


dikelompokkan menjadi: pembelajaran langsung (direct instruction), Pembelajaran Tidak
Langsung (Indirect Instruction), Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction),
Pembelajaran Melalui Pengalaman (Experiential Learning), dan Belajar Mandiri
(Independent Study).

1. Pembelajaran Langsung (direct instruction)


Menurut Joice (2009) pembelajaran langsung dilakukan dengan lima tahap aktivitas:
(1) orientasi, (2) presentasi, (3) praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan
(5) praktik mandiri. Pembelajaran ini perlu dimulai dengan diagnosis yang efektif
mengenai pengetahuan atau skill siswa bahwa mereka memiliki pengetahuan dan skill
yang cukup untuk melanjutkan pembelajaran yang akan dilalui. Setelah adanya diagnosis
tersebut, guru bisa melakukan 5 (lima) tahap tersebut.
Tahap pertama, orientasi. Dalam tahap ini guru menyampaikan harapan dan
keinginannya, menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran, dan menentukan
tanggungjawab siswa. Ada tiga langkah penting untuk bisa mencapai tujuan orientasi ini:
(1) guru memaparkan maksud dari pelajaran, (2) guru menggambarkan isi pelajaran dan
hubungannya dengan pengetahuan dan atau pengalaman sebelumnya, dan (3) guru
mendiskusikan prosedur-prosedur yang ada dalam pembelajaran.
Tahap kedua, presentasi, yakni menjelaskan konsep atau skill baru dan memberikan
peragaan serta contoh. Jika materi yang akan disampaikan adalah konsep baru, maka guru
harus mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut, aturan-aturan
pendefinisian, dan beberapa contoh. Jika materinya adalah skill baru maka hal yang harus
disampaikan adalah langkah-langkah untuk memiliki skill tersebut dengan menyajikan
contoh di setiap langkah. Guru dapat menstranfer materi atau skill baru baik secara lisan
maupun secara visual. Sehingga siswa dapat akan memiliki dan dapat mempelajari
representasi visual sebagai referensi di awal pembelajaran. Tugas lain adalah menguji
apakah siswa telah memahami informasi baru sebelum mereka mengaplikasikannya
dalam tahap praktik. Bisakah mereka mengingat karakteristik-karakteristik konsep yang
telah dijelaskan guru? Bisakah mereka mengingat urutan dan daftar langkah-langkah
dalam skill yang baru saja dipelajari? Menguji pemahaman yang demikian sangat
diperlukan untuk mengetahuai pencapaian siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.
Tahap ketiga adalah praktik terstruktur. Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh
praktik dan langkah-langkah di dalamnya. Biasanya siswa melaksanakan praktik
dalamsebuah kelompok dan menawarkan diri untuk menulis jawabannya. Cara yang
paling baik dalam hal ini adalah menggunakan proyektor, menyajikan contoh praktik
secara jelas, sehingga semua siswa bisa melihat bagaimana tahaptahap praktik dilalui.
Peran guru dalam tahap ini adalah memberi respon baik untuk menguatkan respon yang
sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa praktik yang
tepat.
Tahap keempat, praktik di bawah bimbingan.Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan praktik dengan kemamuan mereka sendiri. Praktik di bawah
bimbingan memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasanya dilakukan
dengan cara membantu meminimalisir jumlah dan ragam kesalahan yang dilakukan
siswa. Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol kerja siswa dan jika dibutuhkan
memberikan respon yang korektif.
Tahap kelima adalah praktik mandiri. Praktik ini dimulai saat siswa telah mencapai
level akurasi 85 – 90 persen dalam praktik di bawah bimbingan. Tujuannya adalah
memberikan materi baru untuk memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap
praktik sebelumnya. Dalam praktik mandiri, siswa melakukan praktik dengan caranya
sendiri, tanpa bantuan dan respon balik dari guru. Praktik mandiri ini, dalam
pembelajaran matematika biasanya dilakukan dengan memberikan soal-soal latihan
mandiri. Langkah-langkah pembelajaran langsung menurut Joice (2009) sebagai berikut.
Sintaks Pembelajaran Langsung
Tahap pertama : Orientasi
- Guru menentukan materi pelajaran
- Guru meninjau materi pelajaran sebelumnya
- Guru menentukan tujuan pembelajran
- Guru menentukan prosedur pembelajaran
Tadap kedua : Presentasi
- Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru
- Guru menyajikan representasi visual atas tugas yang diberikan
- Guru memastikan pemahaman
Tahap ketiga: Praktik yang terstruktur
- Guru menuntun siswa dengan contoh soal dan penyelesaiannya
- Siswa merespon pertanyaan
- Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat hasil pengerjaan
latihan soal yang benar
Tahap keempat : Praktik di bawah bimbingan guru
- Guru meminta siswa untuk menyelesaikan latihan soal secara semi independen
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan latihan soal dan
mengamatinya
- Guru memberikan tanggapan baik berupa pujan, bisikan maupun petunjuk
Tahap kelima : Praktik mandiri
- Siswa menyelesaikan latihan soal secara mendiri di kelas atau di rumah
- Guru menunda respon balik dan memberikannya pada akhir rangkaian
pembelajaran
- Praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama

2. Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)


Menurut Bell (1978) pembelajaran tak langsung antara lain: pembelajaran
membuktikan teorema, pembelajaran dengan problem solving, pembelajaran dengan
memanfaatkan laboratorium, dan inkuiri. Pembelajaran tak langsung (indirect instruction)
merupakan pembelajaran yang berorientasi pada student centered, mengutamakan
keterlibatan siswa pada kegiatan observasi, investigasi, menarik kesimpulan dari data,
atau menyusun hipotesis. Sebagai contoh dalam problem solving, guru menyajikan
masalah dalam kehidudupan sehari-hari.
Dalam suatu pertemuan diikuti oleh beberapa orang dan saling berjabat tangan. Jika
pertemuan tersebut diikuti oleh 2 (dua) orang, maka banyak jabat tangan yang terjadi
adalah satu. Jika jumlah orang dalam pertemuan 3 (tiga) orang, maka banyaknya jabat
tangan yang terjadi adalah tiga. Jika jumlah orang dalam pertemuan 4 (empat) orang,
maka jabat tangan yang terjadi sebanyak 6. Berapakah jabat tangan yang terjadi bila
banyaknya orang dalam pertemuan itu 10 orang? Berapakah jabat tangan yang terjadi bila
banyaknya orang dalam pertemuan itu n orang?
Dengan difasilitasi oleh guru, siswa mungkin akan melakukan eksperimen, berpikir
coba-coba (trial error), atau mungkin juga menggunakan pola. Ketika jumlah yang
berjabat tangan 2 orang, misalnya A dan B, maka hanya ada satu jabat tangan yang
terjadi. Jika dihubungkan antara banyaknya orang dan banyaknya jabat tangan bisa
2(2−1)
dibentuk 2
= 1. Jika 3 orang yang saling berjabat tangan, misalnya A, B, dan C,

maka jabat tangan yang terjadi: A dengan B, A dengan C, dan B dengan C. Berarti ada 3
3(3−1)
jabat tangan yang terjadi, jika dihubungkan bisa berbentuk 2
= 3. Jika ada empat
3(3−1)
orang bisa dibentuk hubungan: 6 = . Sehingga ketika ada n orang, banyak jabat
2
𝑛(𝑛−1)
tangannya: 2

Dari proses tersebut, siswa mencoba mengidentifikasi. Jika ada dua orang, maka ada
satu kali jabat tangan. Jika ada dua orang, maka orang pertama akan berjabat tangan
dengan 2 orang lainnya, dan satu orang yang lain berjabat tangan dengan satu orang yang
belum berjabat tangan dengan dia. Jadi banyaknya jabat tangan 2 + 1. Jika ada 4 orang
dalam pertemuan, maka orang pertama berjabat tanagn dengan 3 orang lain, orang kedua
berjabat tangan dengan 2 orang lain yang belum, dan orang ketiga berjabat tangan dengan
satu orang yang belum berjabat tangan dengan dia. Jadi banyaknya jabat tangan adalah 3
+ 2 + 1. Proses ini diteruskan sehingga berlaku untuk n orang. Orang pertama berjabat
tangan dengan n-1 orang, orang kedua berjabat tangan dengan n-2 orang yang belum
berjabat tangan dengan dia, dan seterusnya, sehingga diperoleh banyaknya jabat tangan
yang terjadi adalah (n-1) + (n-2) + …+ 2 + 1. Dengan pembelajaran tersebut bisa
menarik perhatian siswa dan mendorong rasa ingin tahu, bahkan mendorong siswa untuk
membuat alternatif-alternatif, atau pemecahan masalah. Indirect instruction juga dapat
memicu kreativitas siswa dan pengembangan keterampilan-keterampilan, serta
kemampuan interpersonal. Sebagai konsekuensi dari student centered, dalam
pembelajaran tak langsung, peranan guru berganti dari pemberi materi (penceramah)
menjadi fasilitator. Guru mengatur lingkungan pembelajaran, menyediakan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, dan bila dimungkinkan, memberikan
umpan balik kepada siswa pada saat mereka melakukan inkuiri (Martin, 1983).
Indirect instruction dapat diterapkan oleh para guru pada hampir semua pelajaran.
Strategi ini cocok diterapkan pada saat:
 mengharapkan adanya kegiatan berpikir,
 mengharapkan munculnya sikap atau nilai interpersonal,
 mengutamakan proses seperti halnya produk pembelajaran,
 melakukan investigasi atau menemukan sesuatu,
 menginginkan lebih dari satu jawaban yang sesuai,
 memfokuskan pemahaman perseorangan dan retensi terhadap konsep atau
generalisasi dalam jangka waktu yang lama,
 menginginkan adanya keterlibatan ego dan motivasi intrinsik,
 mengharapkan penarikan kesimpulan atau pemecahan masalah,
 mengharapkan tercapainya kemampuan pembelajaran sepanjang hayat.
(Zubaidah, 2010)
Langkah-langkah pembelajaran tak langsung meliputi: observasi, encoding,
mengingat kembali (recalling), mengklasifikasikan, membandingkan, melakukan
inferensi, menginterpretasi data, memprediksi, elaborasi, meringkas, restructuring, dan
melakukan verifikasi. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, strategi indirect
instruction juga memiliki beberapa kelemahan. Strategi ini memakan lebih banyak waktu
jika dibandingkan dengan direct instruction, kendali guru atas siswa bisa berkurang dan
keluaran tidak bisa diprediksi. Indirect instruction bukan strategi terbaik apabila ingin
menyediakan informasi yang detail atau mengupayakan keterampilan pencapaian hasil
belajar secara bertahap. Pembelajaran ini juga kurang sesuai apabila menginginkan
hafalan secara cepat.

3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)


Pembelajaran interaktif menekankan pada interaksi antar siswa, bahwa pembelajaran
akan efektif apabila dilakukan dengan mengaktifkan siswa melalui interaksi antar mereka.
Interaksi juga akan bisa maksimal apabila dilakukan secara multiarah: antar siswa, siswa-
guru, dan guru-siswa. Hal ini dilandasi oleh pemikiran Vygotsky bahwa siswa akan bisa
mengonstruksi pengetahuan secara optimal apabila ada interaksi satu siswa dengan siswa
yang lain. Karena itu pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan berbagi antar
siswa. Untuk mengatur posisi siswa sehingga bisa terjadi interaksi optimal dapat
dilakukan dengan berbagai cara: setting kelas melingkar dengan posisi guru di depan,
setting kelas melingkar dengan posisi guru disamping, posisi berpasangan dua-dua, posisi
berkelompok tiga-tiga, atau posisi berkelompok empat-empat.
Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan berbagi akan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan reaksi terhadap ide-ide,
pengalaman, wawasan, dan pengetahuan dari guru atau sesama siswa dan untuk
menghasilkan alternatif dalam cara berpikir dan merasakan. Siswa dapat belajar dari
teman sebaya dan guru untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan sosial,
untuk mengorganisasikan pikiran mereka, dan mengembangkan argumen rasional.
Pembelajaran interaktif bisa dilakukan dengan diskusi kelompok, diskusi kelas,
diskusi berpasangan. Dalam hal ini guru harus memfasilitasi siswa untuk terjadinya
interaksi berpikir. Karena itu fungsi guru adalah fasilitator dalam memberikan masalah,
sehingga masalah tersebut membutuhkan pemecahan secara kelompok atau sharing
dengan siswa lain. Strategi pembelajaran interaktif memerlukan kemampuan pengamatan,
mendengarkan, interpersonal, keterampilan dan kemampuan intervensi oleh guru dan
siswa. Keberhasilan strategi pembelajaran interaktif dan berbagai metode yang termasuk
strategi interaktif sangat tergantung pada keahlian guru dalam menyusun dan
mengembangkan dinamika kelompok.
4. Pembelajaran Melalui Pengalaman (Experiential Learning)
Experientiatl learning dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa seseorang
cenderung memiliki pengalaman pribadi yang berbeda dengan orang lain. Dari perbedaan
pengalaman tersebut akan bisa memperkaya kematangan seseorang, bila difasilitasi untuk
terjadinya sharing pengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan tidak hanya terbatas pada
pengalaman kehidupannya, tetapi juga pengalaman dalam memecahkan masalah
(termasuk masalah matematika). Seorang siswa mungkin saja memiliki pengalaman
dalam memperoleh nilai 𝜋 dengan melakukan eksperimen membagi keliling lingkaran
yang berbeda-beda dengan panjang diameternya.
Pembelajaran melalui pengalaman dapat dilihat sebagai suatu siklus yang terdiri dari
5 fase:
a) experiencing (membentuk pengalaman diri melalui percobaan atau
penyelesaian masalah),
b) sharing (berbagi atau mempublikasikan hasil kerja dan observasi),
c) analyzing (analisis atau pemrosesan bahwa dari dua pengalaman berbeda
tersebut keduanya masuk akal),
d) inferring (melakukan inferensi atau generalisasi, mendapatkan prinsip-prinsip
bahwa meskipun prosedur percobaannya berbeda, namun hasilnya adalah
sama),
e) applying (mengaplikasikan, menyusun rencana untuk digunakan pada situasi
baru).

Penekanan pembelajaran melalui pengalaman adalah pada proses, bukan pada


produk. Seorang guru dapat menggunakan pembelajaran melalui pengalaman sebagai
suatu strategi pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Dalam penerapan
pembelajaran berdasarkan pengalaman ini diperlukan usaha ekstra dan perlu pengalaman
secara langsung. Pembelajaran melalui pengalaman mampu meningkatkan pemahaman
dan retensi jika dibandingkan dengan metode yang secara melibatkan kegiatan
mendengar, membaca, atau bahkan melihat secara terpisah-pisah (McNeil & Wiles,
1990).

5. Belajar Mandiri (Independent Study)


Independent Study dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme
individual dari Piaget, bahwa pada dasarnya setiap orang (termasuk siswa) memiliki
kemampuan untuk mengonstruksi pengetahuan secara individual. Siswa memiliki
kemampuan mengembangkan diri sesuai dengan tantangan yang dihadapi, sehingga
setiap saat akan terjadi proses adaptasi terhadap lingkungannya. Dalam proses adaptasi
terdapat proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini akan berlangsung sepanjang hayat
dan berlangsung maksimal ketika memperoleh tantangan. Karena itu pembelajaran akan
efektif apabila siswa dihadapkan pada tantangan yang sesuai dengan perkembangannya.
Peranan guru adalah memfasilitasi siswa untuk belajar dengan memberikan tantangan-
tantangan yang sesuai dengan kondisi siswa. Dalam suatu kelas sudah bisa dikatakan
terjadi pembelajaran, bila siswa sudah difasilitasi untuk berpikir. Seorang guru bisa
dikatakan sudah melaksanakan tugas "membelajarkan siswa", bila guru tersebut sudah
memfasilitasi siswa untuk berpikir. Karena itu dalam proses pembelajaran perlu
diupayakan memberikan tantangantantangan yang mendorong siswa berpikir.
Asimilasi dan akomodasi. Proses ini akan berlangsung sepanjang hayat dan
berlangsung maksimal ketika memperoleh tantangan. Karena itu pembelajaran akan
efektif apabila siswa dihadapkan pada tantangan yang sesuai dengan perkembangannya.
Peranan guru adalah memfasilitasi siswa untuk belajar dengan memberikan tantangan-
tantangan yang sesuai dengan kondisi siswa. Dalam suatu kelas sudah bisa dikatakan
terjadi pembelajaran, bila siswa sudah difasilitasi untuk berpikir. Seorang guru bisa
dikatakan sudah melaksanakan tugas "membelajarkan siswa", bila guru tersebut sudah
memfasilitasi siswa untuk berpikir. Karena itu dalam proses pembelajaran perlu
diupayakan memberikan tantangantantangan yang mendorong siswa berpikir.
Belajar mandiri meningkatkan tanggung jawab siswa dalam merencanakan dan
melaksanakan cara belajar mereka sendiri. Belajar mandiri sangat fleksibel, dapat
digunakan bersama dengan metode lainnya, atau dapat pula digunakan se-bagai strategi
pembelajaran tunggal untuk keseluruhan unit. Faktor kematangan dan kemandirian siswa
adalah sangat penting untuk dipertimbangkan seorang guru da-lam perencanaan
pembelajaran mandiri, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Sum-ber pembelajaran yang cukup untuk be-lajar mandiri juga merupakan hal
yang sangat penting untuk mendukung perkem-bangan kecakapan siswa dalam mengases
dan mengolah informasi.

Anda mungkin juga menyukai