Anda di halaman 1dari 35

TEORI PEMROSESAN INFORMASI

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Belajar dan Pembelajaran
Yang Dibina oleh Oktavia Sulistina, S.Pd.,M.Pd

Disusun oleh :
Kelompok 1 / Offering C15
Ahmad Ridlotul Adha 180321614501

Ayu Noerfitriah 170341615031


Ikhlasul Amal 180321614567
Maulidia 180341617539

Regin Salsabilah Hidayat 180321614568

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Agustus 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan paper ini dengan keadaan sehat. Makalah berjudul Teori
Pemrosesan Informasi penulis susun sebagai salah satu tugas mata kuliah Belajar
dan Pembelajaran. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Oktavia Sulistina,
S.Pd.,M.Pd selaku Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah
membimbing selama proses perkuliahan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai ilmu kealaman. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Akhir kata, dengan menyadari banyaknya kekurangan dalam paper ini, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga paper ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 26 Agustus 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori pemrosesan informasi ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran
merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Dalam perkembangan
dan pelajaran terjadi proses informasi untuk diolah menjadi hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi eksternal dan kondisi
intermal. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk
mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan
kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu
dalam proses pembelajaran. Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari
pembelajaran, pengalaman atau instruksi. Berbagai pemahaman tentang belajar
telah banyak dikemukakan oleh para ahli dari berbagai aliran.
Paparan ini mencoba menyajikan pemahaman tentang belajar dari sudut
pandang teori pemrosesan ínformasi. Proses belajar menurut teori ini meliputi
kegiatan menerima, menyimpan dan mengungkapkan kembali informasi-informasi
yang telah diterima. Belajar tidaklah hanya apa yang anda lihat, yang penting
bagaimana proses kognitif itu terjadi dalam diri pembelajar.
Teori kognitif lebih menekankah pada proses belajar daipada hasil
belajarnya .Proses belajar tidak hanya skeedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon melakukan tigkah laku seseorag ditentukan oleh perspsi serta
pehamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnnya. Teori
belajar kognitif ini merupakan teori belajar umum yang dapat diterapkan materi
apapun termasuk juga dalam pembeljaran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem pemrosesan informasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan atensi?
3. Apakah yang dimaksud dengan presepsi?
4. Apakah yang dimaksud dengan model memori ganda?
5. Apakah yang dimaksud dengan penyimpanan pada memori jangka panjang?
6. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan dan lupa pada memori jangka
panjang?
7. Apakah yang dimaksud dengan mental imagery?
8. Apakah yang dimaksud dengan instructional application?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem pemrosesan informasi.
2. Untuk mengetahui pengertian atensi.
3. Untuk mengetahui pengertian presepsi.
4. Untuk mengetahui pengertian model ingatan ganda.
5. Untuk mengetahui pengertian penyimpanan pada memori jangka panjang.
6. Untuk mengetahui pengertian pengambilan dan lupa pada memori jangka
panjang.
7. Untuk mengetahui pengertian mental imagery.
8. Untuk mengetahui pengertian instructional application.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pemrosesan Informasi

Menurut gauge dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi


untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dan kondisi
eksternal. Teori pemrosesan informasi mengaitkan pada bagaimana orang
memperhatikan lingkungan, menyandikan informasi, mengaitkannya dengan
memori yang telah ada dan menyimpan pengetahuan baru dalam memori dan
mengambilnya sesuai kebutuhan (Schunk, 2012).

2.1.1 Asumsi

Asumsi menurut KBBI adalah dugaan yang diterima sebagai dasar. Ahli
teori pemrosesan informasi menantang gagasan yang melekat dalam behaviorisme,
dan juga kurang peduli dengan kondisi eksternal dan lebih fokus pada internal yang
mengintervensi antara rangsangan dan respon. Peserta didik adalah pencari aktif
dan pengolah informasi, berbeda dengan behavior yang menurutnya peserta didik
merespon ketikda ada rangsangan yang diterima.

Ahli teori pemrosesan informasi berpendapat bahwa orang memilih dan


memperhatikan fitur lingkungan, mengubah dan berlatih mengaitkan informasi
baru dengan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya dan mengatur pengetahuan
untuk membuatnya bermakna (Mayer, 1996).

Asumsi lain menyatakan bahwa pemrosesan informasi dianalogikan dengan


pemrosesan komputer. Fungsi sistem manusia mirip dengan komputer yakni
menerima informasi, menyimpannya dalam memori dan mengambilnya
seperlunya. Para peniliti juga mengasumsikan bahwa pemrosesan informasi terlibat
dalam semua kegiatan kognitif yakni memahami, melatih berpikir, menyelesaikan
masalah, mengingat, melupakan dan pencitraan (Schunk, 2012).

2.1.2 Two-Store (Dual) Memory


Gambar 2.1 Model Pemrosesan Informasi
(Schunk, 2012)
Melihat dari bagan diatas sangat sesuai dengan model klasik yang diusulkan
oleh Atkinson dan Shiffrin (1968, 1971) dalam Schunk (2012). Pemrosesan
informasi dimulai ketika input stimulus dilanggar, indra akan bereaksi dan resigter
sensorik akan menerima sesuai input dengan bentuk sensorik. Disinilah proses pola
pengakuan terjadi yang merupakan proses menugaskan makna ke input stimulus.
Hal ini biasanya tidak melibatkan penamaan karena penamaan membutuhkan waktu
dan informasi tetap didaftar sensorik hanya sepersekian detik. Sebaliknya, persepsi
melibatkan pencocokan masukan ke informasi yang diketahui.
Register sensorik mentransfer informasi ke memori jangka pendek (STM).
Short Term Memory (STM) adalah sebuah memori kerja dan berkorespondensi
dengan kesadaran atau apa yang disadari dari pada saat tertentu. Kapasitas memori
kerja terbatas. Untuk unit yang akan disimpan dalam memori kerja harus dilatih
(diulang). Tanpa latihan, informasi akan hilang setelah beberapa detik. Sementara
informasi yang ada dalam memori kerja merupakan memori jangka panjang (Long
Term Memory/ LTM) diaktifkan untuk diintegrasikan dengan informasi baru.
2.1.3 Alternative to the Two-Store Model
Tingkat kedalaman teori pemrosesan mengonseptualisasikan memori sesuai
dengan jenis pemrosesan yang diterima informasi daripada lokasinya. Pandangan
ini tidak mengandung komponen memori kerja dan LTM, akan tetapi pemahaman
dibagi menjadi tiga level atau tiga tingkat berbeda yakni: fisik, akustik, dan
semantik. Ketiga level tsb bersifat dimensional, dimana pemrosesan fisik adalah
level dangkal dan semantik adalah level dalam.
Konsep alternatif memori berpendapat bahwa struktur memori berbeda
dalam tingkat aktivasi mereka (Anderson, 1990 dalam Schunk 2012). Informasi
mungkin dalam keadaan aktif atau tidak aktif. Saat aktif, informasi dapat diakses
dengan cepat dan dipertahankan selama informasi dihadiri. Tanpa adanya
perhatian/atensi, tingkat aktivasi akan membusuk, dalam hal ini informasi dapat
diaktifkan ketika struktur memori diaktifkan kembali. Sehingga menurut beberapa
pendapat ahli diatas, satu memori dengan memori yang lain mempunyai perbedaan
aktivasi. Apabila kita sering melatihkan makan akan cepat aktif. Apabila kita tak
melatihnya bisa saja membusuk atau kita melupakannya.
2.2 Atensi

Atensi (perhatian) merupakan sebuah kata yang sering terdengar dalam


pendidikan. Guru dan orang tua banyak yang mengeluh bahwa siswa atau anaknya
tidak memperhatikan sebuah instruksi atau arahan. Informasi didapatkan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, ingatan maupun proses kognitif lainnya.
Kemampuan atensi kita terbatas, kita hanya dapat memperhatikan beberapa hal saja
dalam satu waktu. Dengan demikian, atensi dapat ditafsirkan sebagai proses
pemilihan beberapa dari banyak input potensial atau atensi dapat merujuk pada
sumber daya manusia yang terbatas yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan
seseorang, memobilisasi dan mempertahankan proses kognitif. Atensi bukan suatu
hambatan dalam sistem pemrosesan informasi, melainkan merupakan gambaran
batasan umum pada seluruh sistem pemrosesan informasi manusia (Schunk, 2012).
Peneliti lain berpendapat bahwa atensi merupakan pemusatan aktivitas mental yang
membuat kita mengambil bagian yang terbatas aliran informasi yang terdapat pada
ingatan dan rangsangan sensori.

2.2.1 Teori Atensi

Penelitian telah mengeksplorasi bagaimana seseorang memilih informasi


yang akan di indput atau diproses. Peneliti menggunakan Dichotic Listening,
dengan cara menanyai orang yang menggunakan earphone, dimana pesan suara
yang disampaikan berbeda antara telinga kanan dan kiri, kemudian orang tersebut
diminta untuk mengulang pesan yang disampaikan. Jika pendengar membuat
kesalahan dalam mengulang pesan berarti pendengar tadi tidak memilih atensi
(selective attention) (Schunk, 2012).

Gambar 2.2 Ilustrasi Dichotic Listening


(Schunk, 2012)
Broadbent (1958) mengusulkan model atensi yang dikenal dengan teori
filter (bottleneck). Dalam pandangan ini informasi yang masuk dari lingkungan
akan disimpan secara singkat dalam sistem sensorik. Berdasarkan karakteristik
fisiknya potongan informasi tadi akan dipilih untuk diproses lebih lanjut oleh sistem
persepsi. Dalam penelitian Dichotic Listening teori filter menginstruksi pendengar
untuk memilih saluran yang diintruksikan (Schunk, 2012).

Treisman (1960, 1964) mengidentifikasi masalah tentang teori filter.


Treisman menemukan bahwa pada saat Dichotic Listening, pendengar seringkali
mengalihkan atensi mereka tergantung pada lokasi pesan yang mereka bayangkan.
Jika mereka membayangkan pesan yang masuk ke telinga kiri mereka secara tiba-
tiba bersgeser ke telinga kanan, mereka terus mengalihkan atensinya bukan
menangkap pesan baru yang masuk ke telinga kiri (Schunk, 2012).

Treisman (1992; Treisman & Gelade, 1980) mengusulkan teori feature-


integration. Informasi yang masuk pada awalnya harus melalui uji yang berbeda
untuk karakteristik fisik dan konten. Setelah analisis pendahuluan ini satu input
informasi dapat dipilih untuk diperhatikan. Model Treisman bermasalah
dikarenakan analisis informasi melibatkan beberapa atensi. Norman (1976)
mengusulkan bahwa semua informasi yang masuk diperhatikan dengan cara
mengaktifkan sebagian LTM. Suatu informasi yang masuk lebih mungkin
mendapat atensi jika sesuai dengan konteks yang ditetapkan sebelumnya.
Sementara ornag membaca, misalnya, banyak rangsangan luar yang menimpa
sistem sensor mereka namun mereka lebih memperhatikan simbol-simbol yang
dicetak. Neisser (1967) menyarankan proses preattentif yang merupakan proses
disengaja dan membutuhkan aktivitas sadar. Hal ini didukung oleh Logan (2002)
berpendapat bahwa atensi, kategorisasi dan memori merupakan tiga aspek dari
kesadaran yang disengaja (Schunk, 2012).

2.2.2 Jenis-jenis Atensi

a. Perhatian yang terbagi (divided attention)

Perhatian yang terbagi (divided attention) merupakan salah satu bentuk


pemusatan aktivitas mental pada dua atau lebih kegiatan yang dilakukan pada waktu
yang bersamaan. Pada beberapa kasus, keakuratan hasil kegiatan akan menurun
apabila kegiatan itu menantang atau membutuhkan atensi yang lebih (Damawanti
& Yanti, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh David Strayer dan rekannya tentang


perhatian terbagi (divided attention) dengan menggunakan simulasi mengemudi.
Peserta penelitian harus melakukan dua tugas yakni mengemudi dan menerima
telepon. Peserta penelitian dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok kontrol
dan eksperimen. Kelompok kontrol hanya melakukan satu kegiatan saja (hanya
mengemudi) sementara kelompok eksperimen melakukan dua kegiatan sekaligus
(mengemudi dan menerima telepon). Ketika berada di lampu merah kelompok
eksperimen lebih lambat menekan pedal rem dibanding dengan kelompok kontrol.
Penelitian lain menyebutkan bahwa perhatian yang terbagi (divided attention) dapat
dilakukan dengan baik yakni dengan latihan dan pembiasaan (Damawanti & Yanti,
2013).

b. Perhatian yang Terpilih (selective attention)

Perhatian yang terpilih (selective attention) berhubungan erat dengan


perhatian yang terbagi (divided attention). Jika seseorang mendapat dua tugas atau
lebih dalam waktu yang sama (divided attention) maka untuk mendapatkan hasil
yang optimal harus melakukan perhatian terpilih (selective attention) sesuai dengan
prioritas kegiatan tersebut. Pada perhatian terpilih seseorang hanya fokus pada salah
satu kegiatan dan mengabaikan kegiatan atau informasi yang kurang berhubungan
dengan kegiatannya (Damawanti & Yanti, 2013).

c. Gerakan Mata Saccadic (saccadic eye movement)

Gerakan mata saccadic merupakan gerakan mata dari kata ke kata ketika
kita membaca. Gerakan mata pada saat membaca memberikan informasi yang
penting tentang cara pikiran kita bekerja untuk menyelesaikan tugas kognitif setiap
harinya. Gerakan mata saccadic bertujuan untuk membawa pusat retina pada posisi
kata yang akan kita baca. Pada sebuah penelitian gerakan mata saccadic
menunjukkan suatu pola yang dapat diprediksi. Sebagai contoh, ketika mata
bergerak dalam gerakan saccadic biasanya mata akan bergerak pada spasi antar kata
atau antar kalimat. Mata akan bergerak cepat jika kata yang dibaca sering dipakai
atau kata yang digunakan dapat diprediksi dalam sebuah kalimat. Sebaliknya,
gerakan mata saccadic akan pendek pendek jika kata yang digunakan jarang
digunakan atau kata yang baru terdengar. Gerakan mata saccadic ini juga dapat
menjadi indikasi apakah seseorang sebagai pembaca yang baik atau yang kurang
baik. Penelitian juga menunjukkan bahwa wawasan kognitif seseorang akan
berpengaruh pada pola dan kecepatan gerakan mata saccadic (Damawanti & Yanti,
2013).

2.2.3 Atensi dan Belajar

Perbedaan kemampuan untuk mengendalikan atensi berkaitan dengan usia


siswa, hiperaktif, kecerdasan dan ketidakmampuan belajar (Grabe, 1986 dalam
Schunk, 2012 ). Atensi yang menurun berhubungan dengan masalah belajar. Siswa
yang hiperaktif dicirikan oleh aktivitas motorik yang berlebihan, distraksi dan
prestasi akademik yang rendah. Mereka kesulitan memfokuskan dan
mempertahankan atensinya pada materi akademik. Mereka mungkin tidak dapat
memblokir rangsangan yang tidak relevan, sehingga membebani sistem
pemrosesan informasi (Short, Friebert, & Andrist, 1990 dalam Schunk, 2012 ).
Guru dapat melihat siswa yang penuh atensi dengan memperhatikan fokus mata
mereka, kemampuan mereka untuk mulai mengerjakan petunjuk, dan tanda-tanda
fisik yang menunjukkan bahwa mereka terlibat dalam pekerjaan (God & Brophy,
1984 dalam Schunk, 2012 ).

2.2.4 Atensi dan Membaca

Peneliti menemukan bahwa siswa cenderung lebih mengingat elemen teks


yang penting daripada yang kurang penting (R.Anderson, 1982; Grabe, 1986 dalam
Schunk, 2012 ). Terdapat dua macam membaca yakni membaca baik dan kurang
baik, yang membedakannya adalah pada saat pemrosesan dan pemahaman
selanjutnya. Membaca yang kurang baik cenderung mengalihkan atensinya pada
suatu materi penting dan tidak memprosesnya sehingga pemahaman didapatkan
dalam waktu yang cukup lama. Sementara membaca yang baik lebih cenderung
menghubungkan informasi dengan apa yang mereka ketahui, menjadikannya
bermakna sehingga pemahaman didapatkan dalam waktu relatif cepat. Hidi (1995)
mencatat bahwa atensi diperlukan selama fase membaca: memproses fitur
ortografis, mengekstraksi makna, menilai informasi untuk kepentingan dan fokus
pada informasi penting. Hal tersebut menunjukkan bahwa tuntutan atensi sangat
bervariasi tergantung pada tujuan membaca (Schunk, 2012).

2.3 Persepsi

Persepsi mengacu pada makna yang didapat pada lingkungan/input yang


diterima oleh indra. Agar suatu input dapat dirasakan harus disimpan dalam sayu
atau lebih register sensorik dan dibandingkan dengan pengetahuan yang sudah ada
di LTM.

Teori Gestalt merupakan teori yang menantang banyak asumsi


behaviorisme. Gerakan Gestalt dimulai dengan sekelompok kecil psikolog di
Jerman awal abad ke-20. Pada tahun 1921 teori ini dibangun oleh tiga orang yakni
Kurt Koffka, Max Wertheimer dan Wolfgang Kohler yang menyimpulkan bahwa
seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai
kesatuan yang utuh.

Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui


pengorganisasian komponen sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun
kemiripan menjadi kesatuan dan beroposisi terhadap teorik struktualisme.
Makna persepsi, bayangkan seorang wanita bernama Betty yang tingginya
5 kaki. Ketika kita melihat Betty dari jauh, dia seolah-olah terlihat lebih kecil
daripada yang sebenarnya. Namun karena kita telah memiliki persepsi bahwa Betty
memiliki tinggi 5 kaki maka terlepas dari seberapa jauh dia kita tetap berpikir dia
setinggi 5 kaki. Otak manusia biasanya mengubah realitas objektif menjadi
peristiwa mental yang diorganisasikan sebagai keutuhan yang bermakna. Kapasitas
ini untuk memandang segala sesuatu sebagai keutuhan adalah kualitas bawaan,
meskipun persepsi dimodifikasi oleh pengalaman dan pelatihan (Schunk, 2012).

Beberapa prinsip yang paling penting adalah hubungan figure-ground,


kedekatan, kesamaan, arah bersama, kesederhanaan, dan penutupan.

Ketika figure-ground dapat secara


alternatif mengatur pengalaman indrawi
satu arah dan kemudian yang lain atau bisa
dikatakan bisa melihat 2 benda (Gambar
2.3a).

Prinsip kedekatan menyatakan


bahwa unsur dalam bidang persepsi
dipandang sebagai milik bersama menurut
kedekatannya satu sama lain dalam ruang
dan waktu. Sehingga orang akan melihat
garis pada gambar 2.3b sebagai 3
kelompok yang masing-masing terdiri dari
3 garis, dimungkinkan juga cara lain untuk

Gambar 2.3 Contoh dari prinsip memahami onfigurasi ini. Prinsip


Gestalt. kedekatan ini juga terlibat dalam persepsi
(Schunk, 2012)
bicara. Seseorang mendengar (mengatur)
pidato sebagai serankaian kata atau frasa yang dipisahkan dengan jeda. Ketika
seseorang mendengar suara yang tidak dikenalnya mereka akan kesulitan
membedakan jeda. Prinsip kesamaan berarti unsur yang serupa dalam aspek seperti
ukuran atau warna dianggap sebagai milik bersama.
Melihat Gambar 2.3c, orang cenderung melíhat sekelompok tiga garis
pendek, diikuti oleh sekelompok tiga garis panjang, dan seterusnya. Kedekatan
dapat melebihi kesamaan, ketika rangsangan yang berbeda lebih dekat bersama
daripada yang serupa (Gambar 2.3d), bidang persepsi cenderung disusun dalam
empat kelompok yang masing-masing terdiri dari dua garis. Prinsip arahan bersama
menyiratkan bahwa unsur-unsur yang muncul membentuk sebuah pola atau aliran
dalam arah yang sama dianggap sebagai angka.

Garis-garis pada Gambar 2.3e paling mungkin dianggap membentuk pola


yang berbeda. Prinsip arah bersama juga berlaku untuk seri alfabet atau numerik di
mana satu atau lebih aturan mendefinisikan urutan barang. Jadi, huruf berikutnya
dalam seri abdeghjkl adalah m, sebagaimana ditentukan oleh aturan. Dimulai
dengan huruf a dan bergerak melalui alfabet berurutan, daftar dua surat dan
hilangkan satu. Prinsip kesederhanaan menyatakan bahwa orang mengatur bidang
persepsi mereka fitur sederhana, teratur dan cenderung membentuk Gestalts baik
yang terdiri dari simetri dan keteraturan. Gagasan ini ditangkap oleh kata Jerman
Pragnanz, yang diterjemahkan secara kasar berarti "kebermaknaan" atau
"ketepatan.

Individu paling mungkin untuk melihat pola visual pada Gambar 2.3f
sebagai satu pola geometris tumpang tindih yang lain daripada beberapa pola
geometris berbentuk tidakteratur. Prinsip penutupan berarti bahwa orang mengisi
pola atau pengalaman yang tidak lengkap.

Meskipun ada garis yang hilang pada pola yang ditunjukkan pada Gambar
2.3g, orangcenderung menyelesaikan polanya dan melihat gambar yang bermakna.
Banyak konsep yang terkandung dalam teori Gestalt relevan dengan persepsi kita.

2.4 Model Memori Ganda

Model ingatan ganda berfungsi sebagai perspektif pemrosesan informasi


dasar tentang pembelajaran dan mengingat, meskipun seperti yang disebutkan
sebelumnya tidak semua peneliti menerima model ini (Matlin, 2009 dalam Schunk
Dale.H).
Dorongan untuk penelitian tentang pembelajaran verbal berasal dari karya
Ebbinghaus (Bab 1), yang menafsirkan pembelajaran sebagai penguatan bertahap
asosiasi antara rangsangan verbal (kata-kata, suku kata nonsense) dengan pasangan
berulang, respons dijadikan menjadi lebih kuat . Ebbinghaus menunjukkan bahwa
tiga faktor penting yang mempengaruhi kemudahan atau kecepatan seseorang
mempelajari hal baru adalah makna hal tersebut, tingkat kesamaan diantara yang
telah dipeajari dan sedang dipelajari, dan lamanya waktu memisahkan uji studi
(Terry, 2009 dalam Schunk, Dale H.).

Kata-kata yang bermakna lebih mudah dipelajari daripada suku kata yang
tidak masuk akal (nonsense). Sehubungan dengan kesamaan, hal yang lebih serupa
satu sama lain akan semakin sulit untuk dipelajari. Adanya kesamaan dalam makna
atau suara dapat menyebabkan kebingungan. Misalnya seseorang yang diminta
mempelajari beberapa sinonim seperti bahagia, senang, dan riang mungkin akan
gagal mengingat beberapa di antaranya, tetapi sebaliknya dapat mengingat kata-
kata yang memiliki makna sama tetapi tidak ada dalam daftar, seperti gembira.
Lain halnya dengan suku kata yang nonsense, kebingungan terjadi ketika huruf
yang sama digunakan di posisi yang berbeda (xqv, khq, vxh, qvk). Lamanya waktu
yang memisahkan uji studi dapat bervariasi dari pendek (praktik massal) hingga
lebih lama (praktik terdistribusi). Suatu praktik yang didistribusikan menghasilkan
pembelajaran yang lebih baik (Underwood, 1961 dalam Schunk, Dale H.).

Mengenai tugas belajar, para peneliti pembelajaran verbal biasanya


menggunakan tiga jenis tugas pembelajaran yaitu tugas serial , pair-associate
(berpasangan), dan free-recall. Dalam pembelajaran serial, orang-orang mengingat
rangsangan verbal dalam urutan yang disajikan. Serial learning terlibat dalam tugas-
tugas sekolah seperti menghafal puisi atau langkah-langkah dalam strategi
pemecahan masalah. Hasil dari banyak studi pembelajaran serial biasanya
menghasilkan kurva posisi serial (Gambar 5.2). Kata-kata di awal dan akhir daftar
mudah dipelajari, sedangkan item tengah membutuhkan lebih banyak percobaan
untuk belajar. Efek posisi serial mungkin timbul karena perbedaan dalam keunikan
dari berbagai posisi. Orang harus mengingat tidak hanya hal yang dipelajari tetapi
juga letak mereka dalam daftar. Ujung daftar tampak lebih khas dan karenanya
merupakan rangsangan "lebih baik" daripada posisi tengah daftar. Dalam
pembelajaran pasangan berpasangan, satu stimulus diberikan untuk satu item
respons misalnya, Pohon kucing, Atap perahu, Anjing bangku dan lain-lain. Peserta
merespons dengan respons yang benar setelah presentasi stimulus. Pembelajaran
berpasangan-asosiasi memiliki tiga aspek: membedakan antara rangsangan, belajar
tanggapan, dan belajar tanggapan yang menyertai rangsangan mana.

Debat berpusat pada proses dimana pembelajaran berpasangan-asosiasi


terjadi dan peran mediasi kognitif. Para peneliti awalnya mengasumsikan bahwa
pembelajaran bersifat inkremental dan setiap asosiasi stimulus-respons secara
bertahap diperkuat. Pandangan ini didukung oleh kurva belajar yang khas (Gambar
2). Jumlah kesalahan yang dilakukan orang pada awalnya tinggi, tetapi akan
kesalahan berkurang dengan pemberian pengulangan daftar (mengingat).

Gambar 2.4 Kurva belajar


(Schunk, 2012)
Masalah kedua melibatkan mediasi kognitif. Daripada hanya sekadar
menghafal tanggapan, pelajar sering memaksakan organisasinya untuk membuat
materi bermakna. Mereka dapat menggunakan mediator kognitif untuk
menghubungkan kata-kata stimulus dengan respons mereka. Untuk pasangan
kucing-pohon, orang mungkin membayangkan kucing berlari pohon atau
memikirkan kalimat, "Kucing berlari pohon.". Penelitian menunjukkan bahwa
proses pembelajaran verbal lebih kompleks daripada yang diyakini semula (Terry,
2009 dalam Schunk, Dale H.). Dalam pembelajaran bebas-ingat, peserta didik
disajikan dengan daftar item dan mengingatnya dalam urutan apa pun. Seringkali
saat mengingat, kata-kata kelompok peserta didik disajikan berjauhan pada daftar
asli. Pengelompokan sering didasarkan pada makna atau keanggotaan yang serupa
dalam kategori yang sama seperti, Batu, Buah, Sayuran dan lain-lain. Dalam
demonstrasi klasik dari fenomena pengelompokan kategoris, peserta didik disajikan
dengan daftar 60 kata benda, 15 masing-masing diambil dari kategori berikut:
hewan, nama, profesi, dan sayuran (Bousfield, 1953 dalam Schunk, Dale H.). Kata-
kata disajikan dalam urutan acak; Namun, peserta didik cenderung mengingat
anggota dari kategori yang sama bersama-sama. Kecenderungan untuk cluster
(pengelompokkan) meningkat dengan jumlah pengulangan daftar (Bousfield &
Cohen, 1953 dalam Schunk, Dale H.). Clustering telah ditafsirkan dalam istilah
asosiasional (Wood & Underwood, 1967 dalam Schunk, Dale H.); yaitu, kata-kata
yang cenderung dikenang bersama yang dikaitkan dalam kondisi normal, baik satu
sama lain secara langsung misalnya, pir-apel atau ke strawberi, ketiga kata tersebut
masuk dalam cluster buah. Penjelasan kognitif adalah bahwa individu mempelajari
kata-kata yang disajikan dan kategori yang menjadi anggotanya (Cooper & Monk,
1976 dalam Schunk, Dale H.). Clustering memberikan wawasan tentang struktur
memori manusia dan mendukung gagasan Gestalt bahwa individu mengatur
pengalaman mereka.

2.4.1 Memori Jangka Pendek

Dalam model two store memory, stimulus yang diperhatikan dan dirasakan
akan ditransfer ke memori jangka pendek (bekerja). Work Memory (WM) adalah
ingatan kita akan kesadaran langsung. WM melakukan dua fungsi penting yaitu
pemeliharaan dan pengambilan informasi yang masuk dan dipertahankan dalam
keadaan aktif untuk waktu yang singkat dan sedang dikerjakan dengan dilatih atau
terkait dengan informasi yang diambil dari memori jangka panjang (LTM)
(Unsworth & Engle, 2007) dalam Schunk, Dale H.). Ketika siswa membaca teks,
WM memegang beberapa detik kata-kata terakhir atau kalimat yang mereka baca.
Siswa mungkin mencoba mengingat poin tertentu dengan mengulanginya beberapa
kali (latihan) atau dengan menanyakan bagaimana hal itu berkaitan dengan topik
yang dibahas sebelumnya dalam buku (berhubungan dengan informasi dalam Long
Time Memory). Sebagai contoh lain, asumsikan bahwa seorang siswa mengalikan
45 dengan 7. WM memegang angka-angka ini (45 dan 7), bersama dengan produk
5 dan 7 (35), angka yang dibawa (3), dan jawabannya (315). Informasi dalam WM
(5 7?) Dibandingkan dengan pengetahuan yang diaktifkan dalam LTM (5 7 35).
Juga diaktifkan dalam LTM adalah algoritma multiplikasi, dan prosedur ini
mengarahkan tindakan siswa. Penelitian telah memberikan gambaran yang cukup
rinci tentang operasi WM. Durasi WM terbatas: Jika tidak ditindaklanjuti dengan
cepat, informasi dalam WM meluruh. Dalam penelitian klasik (Peterson &
Peterson, 1959), peserta diberi suku kata yang tidak masuk akal (mis., Khv), setelah
itu mereka melakukan tugas aritmatika sebelum mencoba mengingat suku kata.
Tujuan dari tugas aritmatika adalah untuk mencegah peserta didik berlatih kembali
suku kata, tetapi karena jumlahnya tidak harus disimpan, mereka tidak mengganggu
penyimpanan suku kata dalam WM. Semakin lama peserta menghabiskan waktu
untuk kegiatan yang mengganggu, yang lebih miskin adalah mereka mengingat
suku kata yang tidak masuk akal. Temuan ini menyiratkan bahwa WM rapuh,
informasi hilang dengan cepat jika tidak dipelajari dengan baik. Jika, misalnya,
Anda diberi nomor telepon untuk dihubungi tetapi terganggu sebelum dapat
menelepon atau menuliskannya, Anda mungkin tidak dapat mengingatnya.
Kapasitas WM juga terbatas: Hanya dapat menampung sedikit informasi. Miller
(1956) mengemukakan bahwa kapasitas WM adalah tujuh plus atau minus dua
item, di mana item adalah unit yang bermakna seperti kata, huruf, angka, dan
ekspresi umum. Seseorang dapat meningkatkan jumlah informasi dengan
memotong, atau menggabungkan informasi dengan cara yang bermakna. Nomor
telepon 555-1960 terdiri dari tujuh item, tetapi dapat dengan mudah dibagi menjadi
dua sebagai berikut: "Triple 5 ditambah tahun Kennedy terpilih sebagai presiden."

2.4.2 Memori Jangka Panjang

Representasi pengetahuan dalam Long Time Memory tergantung pada


frekuensi dan kedekatan (Baddeley, 1998 dalam Schunk, Dale H.). Semakin sering
suatu fakta, peristiwa, atau gagasan ditemui, semakin kuat keterwakilannya dalam
ingatan. Selain itu, dua pengalaman yang terjadi dalam waktu dekat cenderung
dihubungkan dalam memori, sehingga ketika satu diingat, yang lain diaktifkan.
Dengan demikian, informasi dalam LTM direpresentasikan dalam struktur
asosiatif. Asosiasi ini bersifat kognitif, tidak seperti teori pengkondisian yang
bersifat perilaku (rangsangan dan respons). Model pemrosesan informasi sering
menggunakan komputer untuk analogi, tetapi ada beberapa perbedaan penting,
yang disorot oleh struktur asosiatif. Memori manusia adalah konten yang dapat
dialamatkan. Informasi tentang topik yang sama disimpan bersama dalam bentuk
yang sama, sehingga mengetahui apa yang sedang dicari kemungkinan besar akan
mengarah pada penarikan kembali informasi (Baddeley, 1998 dalam Schunk, Dale
H.). Sebaliknya, komputer dapat diarahkan ke lokasi dengan cara komputer harus
diberi perintah di mana informasi harus disimpan. Dekatnya file atau set data pada
hard drive ke yang lain file atau set data murni arbitrer. Perbedaan lainnya adalah
bahwa informasi yang disimpan di komputer akan selalu tepat sama, lain halnya
dengan memori manusia yang seringkali kurang tepat tetapi lebih berwarna dan
informatif.

Analogi yang berguna bagi pikiran manusia adalah perpustakaan. Informasi


di perpustakaan adalah konten yang dapat dialamatkan karena buku-buku tentang
konten yang sama disimpan di bawah nomor panggilan yang sama. Informasi dalam
pikiran (seperti di perpustakaan). Pengetahuan yang melintasi berbagai area konten
dapat diakses melalui kedua area tersebut. Misalnya, Amy mungkin memiliki slot
memori yang dikhususkan untuk ulang tahunnya yang ke-21. Ingatan itu mencakup
apa yang dia lakukan, dengan siapa dia, dan hadiah apa yang dia terima. Topik-
topik ini dapat dirujuk silang sebagai berikut: CD jazz yang ia terima sebagai hadiah
dirujuk silang dalam slot memori yang berhubungan dengan musik. Fakta bahwa
tetangga sebelahnya hadir di slot memori yang dikhususkan untuk tetangga dan
lingkungan. Pengetahuan yang disimpan dalam LTM bervariasi dalam
kekayaannya. Setiap orang memiliki ingatan yang jelas tentang pengalaman yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ingatan ini bisa tepat dalam detailnya.
Jenis pengetahuan lain yang tersimpan dalam ingatan adalah duniawi dan
impersonal: makna kata, operasi aritmatika, dan kutipan dari dokumen terkenal.

Untuk menjelaskan perbedaan dalam memori, Tulving (1972, 1983)


mengusulkan perbedaan antara memori episodik dan semantik. Memori episodik
mencakup informasi yang terkait dengan waktu dan tempat tertentu yang bersifat
pribadi dan otobiografi. Fakta bahwa kata “kucing” muncul di posisi tiga pada
daftar kata yang dipelajari adalah contoh informasi episodik, seperti halnya
informasi tentang apa yang dilakukan Amy pada ulang tahunnya yang ke-21.
Memori semantik melibatkan informasi umum dan konsep yang tersedia di
lingkungan dan tidak terikat pada konteks tertentu. Contohnya termasuk kata-kata
untuk "Star Spangled Banner" dan rumus kimia untuk air (H2O). Pengetahuan,
keterampilan, dan konsep yang dipelajari di sekolah adalah ingatan semantik.
Kedua jenis ingatan itu sering digabungkan, seperti ketika seorang anak memberi
tahu orang tua, "Hari ini di sekolah aku belajar [memori episodik] bahwa Perang
Dunia II berakhir pada 1945 [memori semantik]."

Untuk menjelaskan perbedaan dalam ingatan, Tulving (1972, 1983)


mengusulkan perbedaan antara Para peneliti telah mengeksplorasi perbedaan antara
ingatan deklaratif dan prosedural (Gupta & Cohen, 2002). Memori deklaratif
melibatkan mengingat peristiwa dan pengalaman baru. Informasi biasanya
disimpan dalam memori deklaratif dengan cepat, dan itu adalah memori yang paling
terganggu pada pasien dengan amnesia. Memori prosedural adalah memori untuk
keterampilan, prosedur, dan bahasa. Informasi dalam memori prosedural disimpan
secara bertahap — sering kali dengan latihan yang luas — dan mungkin sulit untuk
digambarkan (misalnya, mengendarai sepeda).

Masalah penting lainnya menyangkut bentuk atau struktur di mana LTM


menyimpan pengetahuan. Paivio (1971) mengusulkan bahwa pengetahuan
disimpan dalam bentuk verbal dan visual, yang masing-masing secara fungsional
independen tetapi saling berhubungan. Objek konkret (mis., Anjing, pohon, buku)
cenderung disimpan sebagai gambar, sedangkan konsep abstrak (mis., Cinta,
kebenaran, kejujuran) dan struktur linguistik (mis., Tata bahasa) disimpan dalam
kode verbal. Pengetahuan dapat disimpan baik secara visual maupun verbal: Anda
mungkin memiliki representasi gambar rumah Anda dan juga dapat
menggambarkannya secara verbal. Paivio mendalilkan bahwa untuk setiap
pengetahuan, seseorang memiliki mode penyimpanan pilihan yang diaktifkan lebih
mudah daripada yang lain. Pengetahuan dual-kode mungkin diingat lebih baik,
yang memiliki implikasi pendidikan yang penting dan menegaskan prinsip
pengajaran umum untuk menjelaskan (verbal) dan menunjukkan materi baru
(visual) (Clark & Paivio, 1991 dalam Schunk, Dale H.).
Tabel 2.1 Karakteristik dan perbedaan sistem memori.

Tabel 2.1 menunjukkan beberapa karakteristik dan perbedaan sistem


memori. Struktur asosiatif LTM adalah jaringan proposisional, atau set saling
berhubungan yang terdiri dari sampel atau sedikit informasi (Anderson, 1990;
Calfee, 1981 dalam Schunk, Dale H.). Proposisi adalah unit informasi terkecil yang
dapat dinilai benar atau salah. Contoh Pernyataan, "Paman saya yang berusia 80
tahun menyalakan cerutunya yang mengerikan," terdiri dari proposisi berikut:

- Saya punya paman.


- Dia berusia 80 tahun.
- Dia menyalakan cerutu.
- Cerutu itu mengerikan.

Berbagai jenis pengetahuan proposisional diwakili dalam LTM.


Pengetahuan deklaratif merujuk pada fakta, keyakinan subyektif, skrip, misalnya
peristiwa pada sebuah cerita, dan petikan yang diorganisir misalnya, Deklarasi
Kemerdekaan. Pengetahuan prosedural terdiri dari konsep, aturan, dan algoritma.
Perbedaan deklaratif-prosedural juga disebut sebagai pengetahuan eksplisit dan
implisit (Sun, Slusarz, & Terry, 2005 dalam Schunk, Dale H.). Pengetahuan akan
waktu yang yang tepat terkait penggunaan bentuk-bentuk pengetahuan deklaratif
dan prosedural disebut pengetahuan kondisional.

2.4.3 Pengaruh Enkoding

Enkoding adalah proses memasukkan informasi baru ke dalam sistem


pemrosesan informasi dan mempersiapkannya untuk penyimpanan di LTM.
Pengkodean biasanya dilakukan dengan membuat informasi baru menjadi
bermakna dan mengintegrasikannya dengan informasi yang diketahui di LTM.
Meskipun informasi tidak perlu bermakna untuk dipelajari. Orang yang tidak
terbiasa dengan geometri dapat menghafal teorema Pythagoras tanpa memahami
apa artinya. Kebermaknaan meningkatkan pembelajaran dan retensi (penyimpanan
[KBBI]). Menerima dan merasakan rangsangan tidak memastikan bahwa
pemrosesan informasi akan berlanjut. Banyak hal yang guru katakan di kelas tidak
terpelajari (meskipun siswa memperhatikan guru dan kata-katanya bermakna)
karena siswa tidak melanjutkan untuk memproses informasi. Faktor-faktor penting
yang memengaruhi enkoding adalah struktur organisasi, penjabaran, dan skema.

Organisasi. Teori dan penelitian Gestalt menunjukkan bahwa materi yang tertata
dengan baik lebih mudah dipelajari dan diingat ((Katona, 1940) dan Miller (1956)
dalam Schunk, Dale H.) berpendapat bahwa pembelajaran ditingkatkan dengan
mengklasifikasikan dan mengelompokkan sebagian (kecil) informasi ke dalam
potongan-potongan yang terorganisir. Memori penelitian menunjukkan bahwa
ketika item yang akan dipelajari tidak terorganisir, orang sering memaksakan
pengorganisasian pada materi, yang memfasilitasi penarikan kembali (Matlin, 2009
dalam Schunk, Dale H.). Materi yang terorganisir akan lebih mudah diingat karena
item terhubung satu sama lain secara sistematis. Salah satu cara untuk mengatur
materi adalah dengan menggunakan hierarki ke mana potongan informasi
diintegrasikan. Gambar 5.5 menunjukkan hierarki sampel untuk hewan.

Gambar 2.4 Organisasi memori


(Schunk, 2012)
Kerajaan hewan secara keseluruhan ada di atas, dan di bawahnya adalah
kategori utama (Mamalia, burung, reptil). Spesies individu ditemukan pada tingkat
berikutnya.

Elaborasi. Elaborasi adalah proses memperluas informasi baru dengan


menambahkan atau menghubungkannya dengan apa yang diketahui seseorang.
Elaborasi membantu pengelompokkan dan pengambilan informasi karena mereka
mengaitkan informasi yang harus diingat dengan pengetahuan lain. Informasi yang
baru dipelajari lebih mudah diakses di jaringan memori yang diperluas ini. Bahkan
ketika informasi baru dilupakan, orang sering dapat mengingat elaborasi
(Anderson, 1990 dalam Schunk, Dale H.). Contoh masalah yang dimiliki oleh
kebanyakan siswa dalam mempelajari aljabar adalah bahwa mereka tidak dapat
menguraikan materi karena abstrak dan tidak mudah terhubung dengan
pengetahuan lain. Melatih informasi menyimpannya di WM tetapi tidak perlu
menguraikannya. Siswa mungkin dapat merancang elaborasi, tetapi jika mereka
tidak bisa, mereka tidak perlu bekerja sia-sia ketika guru dapat memberikan
elaborasi yang efektif. Untuk membantu penyimpanan dalam ingatan dan
pengambilan informasi, elaborasi harus masuk akal. Elaborasi yang tidak biasa
mungkin tidak diingat. Elaborasi yang tepat dan masuk akal memfasilitasi daya
ingat dan daya ingat (Bransford et al., 1982; Stein, Littlefield, Bransford, &
Persampieri, 1984 dalam Schunk, Dale H.).

Skema. Skema adalah struktur yang mengatur informasi dalam jumlah besar ke
dalam sistem yang bermakna. Skema mencakup pengetahuan umum tentang situasi
(Matlin, 2009 dalam Schunk, Dale H.). Skema adalah rencana yang kita pelajari
dan gunakan selama interaksi lingkungan kita. Unit yang lebih besar diperlukan
untuk mengatur proposisi yang mewakili sampel informasi menjadi keseluruhan
yang koheren (Anderson, 1990 dalam Schunk, Dale H.). Bartlett menemukan
bahwa ketika cerita diulang, mereka berubah dengan cara yang dapat diprediksi.
Informasi yang tidak dikenal diberikan, beberapa detail disimpan, sehingga cerita
menjadi lebih seperti pengalaman peserta. Mereka mengubah informasi yang
masuk agar sesuai dengan skema yang sudah ada sebelumnya. Urutan yang tertata
dengan baik dapat direpresentasikan sebagai skema. Salah satu jenis skema adalah
"pergi ke restoran." Langkah-langkahnya terdiri dari kegiatan seperti duduk di
meja, melihat-lihat menu, memesan makanan, dilayani, mengambil hidangan,
menerima tagihan, meninggalkan tip, dan membayar tagihan. Skema penting
karena menunjukkan apa yang diharapkan dalam suatu situasi. Orang-orang
mengenali masalah ketika kenyataan dan skema tidak cocok.

Skema pendidikan umum melibatkan prosedur laboratorium, mempelajari,


dan memahami cerita. Ketika diberi bahan untuk dibaca, siswa mengaktifkan jenis
skema yang mereka yakini diperlukan. Jika siswa membaca sebuah petikan dan
menjawab pertanyaan tentang ide-ide utama, mereka dapat secara berkala berhenti
dan menanyai diri mereka sendiri tentang apa yang mereka yakini sebagai poin
utama (Resnick, 1985 dalam Schunk, Dale H.). Skema membantu pengelompokan
karena mereka menguraikan materi baru menjadi struktur yang bermakna. Saat
mempelajari materi, siswa berusaha menyesuaikan informasi ke dalam ruang
skema. Elemen skema yang kurang penting atau opsional mungkin dipelajari atau
mungkin tidak dipelajari. Dalam membaca karya sastra, siswa yang telah
membentuk skema untuk sebuah tragedi dapat dengan mudah memasukkan
karakter dan tindakan cerita ke dalam skema. Mereka berharap menemukan unsur-
unsur seperti kebaikan versus kejahatan, kelemahan manusia, dan kecaman
dramatis. Ketika
peristiwa ini terjadi,
mereka cocok dengan
skema yang telah
diaktifkan siswa untuk
cerita (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Skema


(Schunk, 2012)
Skema dapat memfasilitasi penarikan kembali secara independen dari
keuntungan mereka pada pengkodean. Anderson dan Pichert (1978) menyajikan
kepada para mahasiswa sebuah cerita tentang dua anak laki-laki yang bolos sekolah.
Siswa disarankan untuk membacanya dari perspektif pencuri atau pembeli rumah,
cerita memiliki elemen yang relevan dengan keduanya. Siswa mengingat cerita itu
dan kemudian mengingatnya untuk yang kedua kalinya. Untuk ingatan kedua,
setengah dari siswa disarankan untuk menggunakan perspektif asli mereka dan
setengah lainnya dari perspektif lainnya. Pada ingatan kedua, siswa mengingat lebih
banyak informasi yang relevan dengan perspektif kedua tetapi tidak dengan
perspektif pertama dan lebih sedikit informasi yang tidak penting bagi perspektif
kedua yang penting bagi perspektif pertama. Kardash, Royer, dan Greene (1988)
dalam Schunk, Dale H., juga menemukan bahwa skema memberikan manfaat
utama mereka pada saat mengingat daripada pada pengelompokan. Secara kolektif,
hasil-hasil ini menunjukkan bahwa pada saat pengambilan informasi, orang
mengingat suatu skema dan berusaha untuk memasukkan unsur-unsur ke dalamnya.
Rekonstruksi ini mungkin tidak akurat tetapi akan mencakup sebagian besar elemen
skema. Sistem produksi, yang dibahas kemudian, memiliki beberapa kesamaan
dengan skema.

2.5 Memori Jangka Panjang: Penyimpanan

Karakteristik LTM dalam bab ini melibatkan struktur dengan pengetahuan


yang direpresentasikan sebagai lokasi atau node dalam jaringan yang saling
terhubung satu sama lain. Sebagian besar pengetahuan disimpan dalam LTM dalam
kode verbal.

Sifat dasar, proposisi adalah unit informasi terkecil yang dapat dinilai benar
atau salah. Proposisi adalah unit dasar pengetahuan dan makna dalam LTM
(Anderson, 1990; Kosslyn, 1984; Norman & Rumelhart, 1975 dalam Schunk,
2012). Contoh proposisi: Deklarasi kemerdekaan ditandatangani pada tahun 1776,
2+2=4, karakter utama dipperkenalkan di awal cerita.

Penelitian yang mendukung poin diatas menyatakan bahwa manusia


menyimpan informasi dalam memori sebagai proposisi daripada sebagai kalimat
lengkap. Kintsch (1974) memberi para peserta kalimat untuk dibaca yang memiliki
panjang yang sama tetapi bervariasi dalam jumlah proposisi yang dikandungnya.
Semakin banyak proposisi yang terkandung dalam kalimat, semakin lama peserta
perlu memahaminya. Ini menyiratkan bahwa, meskipun siswa dapat menghasilkan
kalimat, "Deklarasi Kemerdekaan ditandatangani pada tahun 1776," yang
kemungkinan besar telah mereka simpan dalam ingatan adalah proposisi yang
hanya berisi informasi penting (Deklarasi Kemerdekaan — ditandatangani —
1776).

Proposisi jaringan, Anderson mengusulkan mode jaringan LTM ACT-R


(Adaptive Control of ThoughtRational) dengan struktur proposional. ACT-R adalah
model arsitektur kognitif yang mencoba menjelaskan bagaimana semua komponen
pikiran bekerja bersama untuk menghasilkan kognisi yang koheren (Anderson et
al., 2004 dalam Schunk, 2012). Proposisi saling terkait ketika mereka berbagi
elemen yang sama. Elemen umum memungkinkan orang untuk memecahkan
masalah, mengatasi tuntutan lingkungan, menggambar analogi, dan sebagainya.
Tanpa elemen umum, transfer tidak akan terjadi; semua pengetahuan akan disimpan
secara terpisah dan pemrosesan informasi akan lambat.

Gambar 2.6 Contoh jaringan proposisional


(Schunk, 2012)
Gambar 2.6 menunjukkan contoh jaringan proposisional. Elemen umum
adalah "kucing" karena itu adalah bagian dari proposisi, "Kucing berjalan melintasi
halaman depan," dan "Kucing itu menangkap tikus." Orang dapat membayangkan
bahwa proposisi sebelumnya dikaitkan dengan proposisi lain yang berkaitan dengan
rumah seseorang. , sedangkan yang terakhir dikaitkan dengan proposisi tentang
tikus. Bukti menunjukkan bahwa proposisi diatur dalam struktur hierarkis. Collins
dan Quillian (1969) menunjukkan bahwa orang menyimpan informasi pada tingkat
generalitas tertinggi.
Ide organisasi hierarkis telah dimodifikasi oleh penelitian yang
menunjukkan bahwa informasi tidak selalu hierarkis. Selain itu, informasi yang
akrab dapat disimpan baik dengan konsepnya maupun pada tingkat generalitas
tertinggi (Anderson, 1990). Meskipun beberapa pengetahuan mungkin diatur secara
hierarkis, banyak informasi mungkin disusun dengan cara yang kurang sistematis
dalam jaringan proposisional.

2.5.1 Penyimpanan pengetahuan

Pengetahuan deklaratif (mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi)


meliputi fakta, kepercayaan, pendapat, generalisasi, teori, hipotesis, dan sikap
tentang diri sendiri, orang lain, dan peristiwa dunia (Gupta & Cohen, 2002; Paris et
al., 1983 dalam Schunk, 2012). Itu diperoleh ketika proposisi baru disimpan dalam
LTM, biasanya dalam jaringan proposisional terkait (Anderson, 1990 dalam
Schunk 2012). Teori ACT mendalilkan bahwa pengetahuan deklaratif diwakili
dalam potongan yang terdiri dari informasi dasar ditambah kategori terkait
(Anderson, 1996; Anderson, Reder, & Lebiere, 1996 dalam Schunk 2012).

Proses penyimpanan beroperasi sebagai berikut. Pertama, pelajar menerima


informasi baru, seperti ketika guru membuat pernyataan atau pelajar membaca
sebuah kalimat. Selanjutnya, informasi baru diterjemahkan ke dalam satu atau lebih
proposisi dalam WM pembelajar. Pada saat yang sama, proposisi terkait dalam
LTM dikutip. Proposisi baru dikaitkan dengan proposisi terkait dalam WM melalui
proses penyebaran aktivasi (dibahas di bagian berikut). Karena poin ini, peserta
didik dapat menghasilkan proposisi tambahan. Akhirnya, semua proposisi baru —
yang diterima dan yang dihasilkan oleh pelajar — disimpan bersama dalam LTM
(Hayes-Roth & Thorndyke, 1979 dalam, 2012).

Masalah penyimpanan dapat terjadi ketika siswa tidak memiliki proposisi


yang sudah ada sebelumnya untuk menghubungkan informasi baru. Bahkan ketika
siswa telah mempelajari materi terkait, mereka mungkin tidak secara otomatis
menghubungkannya dengan informasi baru. Seringkali tautan perlu dibuat eksplisit.

Materi atau informasi yang tertata dengan baik atau terorganisir lebih
mudah untuk dihubungkan dengan jaringan memori yang sudah ada sebelumnya
daripada materi yang tidak tertata dengan baik (Anderson, 1990 dalam Schunk,
2012). Elaborasi, atau proses menambahkan informasi ke materi yang akan
dipelajari, meningkatkan penyimpanan karena dengan mengelaborasi informasi
pelajar dapat menghubungkannya dengan sesuatu yang mereka ketahui. Melalui
penyebaran aktivasi, materi yang diuraikan dapat dengan cepat dihubungkan
dengan informasi dalam memori.

Penyebaran aktivasi membantu menjelaskan bagaimana informasi baru


dikaitkan dengan pengetahuan dalam LTM (Anderson, 1983, 1984, 1990, 2000;
Collins & Loftus, 1975 dalam Schunk, 2012). Prinsip-prinsip dasar yang mendasari
sebagai berikut (Anderson, 1984 dalam Schunk 2012):

- Pengetahuan manusia dapat direpresentasikan sebagai jaringan node, di


mana node sesuai dengan konsep dan hubungan dengan asosiasi di antara
konsep-konsep ini.
- Node dalam jaringan ini dapat berada di berbagai negara yang sesuai dengan
tingkat aktivasi mereka. Lebih banyak node aktif diproses “lebih baik.”
- Aktivasi dapat menyebar sepanjang jalur jaringan ini dengan mekanisme di
mana node dapat menyebabkan node tetangga mereka menjadi aktif.

Skema.

Jaringan proposisional mewakili potongan kecil pengetahuan. Skema (atau


skema) adalah jaringan besar yang mewakili struktur objek, orang, dan peristiwa
(Anderson, 1990 dalam Schunk 2012). Skema penting selama mengajar dan untuk
transfer (Matlin, 2009 dalam Schunk, 2012). Setelah siswa mempelajari suatu
skema, guru dapat mengaktifkan pengetahuan ini ketika mereka mengajarkan
konten apa pun yang sesuai dengan skema tersebut. Misalkan seorang instruktur
mengajarkan skema umum untuk menggambarkan formasi geografis (mis.,
Gunung, gunung berapi, gletser, sungai). Skema mungkin berisi atribut berikut:
tinggi, bahan, dan aktivitas. Setelah siswa mempelajari skema, mereka dapat
menggunakannya untuk mengkategorikan formasi baru yang mereka pelajari.
Dengan melakukan itu, mereka akan membuat skema baru untuk berbagai formasi.
Pengetahuan Prosedural, atau pengetahuan tentang bagaimana melakukan
kegiatan kognitif (Anderson, 1990; Gupta & Cohen, 2002; Hunt, 1989; Paris et al.,
1983 dalam Schunk, 2012), merupakan pusat pembelajaran di banyak sekolah.
Kami menggunakan pengetahuan prosedural untuk menyelesaikan masalah
matematika, meringkas informasi, membaca skim, dan melakukan teknik
laboratorium. Pengetahuan prosedural dapat disimpan sebagai kode dan gambar
verbal, sama seperti halnya pengetahuan deklaratif disimpan. Teori ACT
berpendapat bahwa pengetahuan prosedural disimpan sebagai sistem produksi
(Anderson, 1996; Anderson, Reder, & Lebiere, 1996 dalam Schunk, 2012). Suatu
sistem produksi (atau produksi) adalah suatu jaringan urutan kondisi-tindakan
(aturan), di mana kondisi tersebut adalah himpunan keadaan yang mengaktifkan
sistem dan tindakan adalah himpunan kegiatan yang terjadi (Anderson, 1990;
Andre, 1986 dalam Schunk, 2012). Sistem produksi secara konseptual mirip dengan
jaringan saraf.

2.5.3 Sistem Produksi dan Model Connectionist

Sistem produksi dan model koneksionis memberikan paradigma untuk


memeriksa operasi proses belajar kognitif (Anderson, 1996, 2000; Smith, 1996
dalam Schunk, 2012). Model koneksionis mewakili perspektif yang relatif baru
pada pembelajaran kognitif.

2.6 Memori Jangka Panjang: Pengambilan Dan Lupa

2.6.1 Mengingat

Kegiatan kognitif yang terjadi secara otomatis melalui persoalan yang


mengaktifkan rangkaian informasi dengan penyebaran informasi. Pengetahuan
dianggap sebagai persoalan yang juga harus melalui proses pengkodean dalam otak
hingga mendapat jawaban atau praduga. Semakin kompleks persoalan
(memerlukan konstruksi), semakin lama proses pengambilan yang terjadi. Proses
tersebut juga terjadi dalam proses pembelajaran dalam mendapat solusi dari
masalah yang ditemukan.

Pengkodean spesifisitas. Pengambilan terjadi berdasar pengkodean dalam


otak dan mendapat hasil lebih baik dengan adanya isyarat pengambilan yang sesuai
untuk mengaktifkan pengetahuan. Pengkodean spesifisitas (khusus) membantu
dalam proses pengambilan. Semakin spesifik petunjuk atau contoh kode dalam
pemberian informasi atau persoalan, semakin cepat pengambilan dapat terjadi.
Misal saat seorang siswa mendapat petunjuk atau daftar yang harus dihafalkan akan
lebih mudah menghafal daripada siswa yang tidak diberikan petunjuk.
Petunjuk/isyarat tersebut memicu pengaktifan bagian yang sesuai dengan informasi
yang ada dalam memori jangka panjang sehingga pengambilan informasi dapat
mencapai jawaban atau ekspektasi yang tepat.

Pengambilan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif tidak selalu


sesuai dengan informasi dalam memori jangka panjang. Diperlukan pengulangan
dalam bentuk latihan hingga pengetahuan/informasi tersebut mencapai memori
jangka panjang. Usaha lain juga dapat dengan upaya ellaborasi antara informasi
baru dengan informasi yang sudah pernah didapatkan dengan menyajikan detil
kecil, contoh, kesimpulan atau informasi yang bermakna. Proses elaborasi
cenderung membutuhkan waktu lebih lama dan tidak semua informasi perlu di
perdetail, sesuai dengan tingkat pentingnya sebuah informasi.

Pengambilan Pengetahuan Prosedural. Pengambilan pengetahuan


prosedural dan deklaratif pada dasarnya hampir mirip dengan pengambilan
pengetahuan deklaratif. Yang membedakan adalah pada bagian prosedur mengubah
informasi dan kecepatan pemrosesan yang mana pengambilan pengetahuan secara
deklaratif cenderungterjadi lebih kuat dari potonya.

2.6.2 Pemahaman Bahasa

Bahasa sebagai alat pengambilan informasi. Ada tiga komponen besar


dalam pemahaman bahasa, yaitu: penguraian, persepsi, dan pemanfaatan.

Parsing. Pemahaman aturan tata bahasa umumnya berawal dari bahasa


masing-masing. Parsing (penguraian) merupakan proses yang lebih dari hanya
penyesuaian bahasa pada produksi. Parsing yang baik mengandung pengetahuan
dan kesimpulan. Dalam parsing dapat terjadi salah arti komunikasi jika informasi
yang hilang diisi konteks yang salah.
Bahasa verbal tidaklah lengkap dan bisa ditunjukkan melalui banyak
analisis proposisi. Semakin banyak beban kerja otak juga akan membebani dan
membuat pemahaman jadi sulit.

Pemahaman bahasa bergantung pada kapasitas otak dan individu. Untuk


mendapat pemahaman atau bentuk gambaran lain, orang cenderung memperhatikan
informsi penting daripada detail informasi. Pemahaman teks bergantung pada
pengetahuan awal topik. Jaringan atau skema pada memori pendengar digunakan
untuk memproduksi yang mengekstrak informasi utama untuk memenuhi ruang
dalam skema.

Pemanfaatan. Pemanfaatan terjadi berdasar perilaku penerima dengan


penyampai informasi melalui komunikasi. Saat mendapat informasi verbal,
informasi akan disimpulkan tidak secara gamblang dinyatkan tetapi menyesuaikan
pada bagaimana ia akan digunakan. Dalam pembelajaran, cara isiswa mengkodekan
pertanyaan adalah yang utama. Pemahaman bahasa digunakan dalam cara
penyampaian informasi untuk meyakinkan siswa menerima dan mencatat informasi
yang mereka dapat sehingga hal tersebut dapat tertanam dalam memori jangka
panjang. Pemahaman bahasa merupakan komponen pusat dari bahasa.

2.6.3 Melupakan

Lupa terjadi saat otak tidak mampu mendapat akses informasi dalam
memori atau bahkan kehilangan informasi. Terdapat gangguan retroaktif dan
proaktif yang bergantung pada sumber atau informasi yang dipelajari. Gangguan
retroaktif jika semua sampel mempelajari hal yang sama sedangkan gangguan
proaktif jika salah satu sampel mempelajari informasi, sedangkan sampel lain tidak
memberi usaha apapun.

Teori Interferensi. Teori interferensi berperan penting dalam penentuan


proses ingatan. Hal yang dipelajari akan meninggalkan jejak ingatan yang melemah
jika tidak diguknakan. Namun gagasan ini tidak dapat berlaku seara mutlak pada
semua kondisi, seperti masih dapat ingat memori yang telah lama tidak digunakan.
Teori interferensi ini mengatasi masalah dengan mengatakan informasi dalam
memori jadi bingung/bias dengan informasi lainnya.
Penindasan/penekanan lah yang dapat menjadi penyebab lupa dan bukan
gangguan. Ada pula yang menyatakan memori tidak hilang atau memudar, namun
bergantung dengan isyarat pengambilan informasi yang tepat.

Memproses Informasi. Terjadinya interferensi dalam memori dapat terjadi


oleh beberapa faktor, yaitu bergantng pada kekuatan pengkodean asli (latihan,
pengulangan, dll) dan melalui rute persebaran aktivasi yang berbeda-beda untuk
mendapat akses informasi paling cepat. Faktor ketiga adalah banyaknya informasi
yang digabungkan dengan informasi-informasi yang sudah ada. Upaya ini dapat
menjadi gangguan jika informasi berusaha diingat secara terpisah.

2.7 Mental Imagery

Mental Imagery adalah pusat dari stui LTM (Long Term Memory). Bagian
ini membahas bagaimana informasi diwakili dalam gambar dan perbedaan individu
dalam kemampuannya untuk menggunakan citra/gambaran. Representasi dari
informasi mental imagery mengacu pada representasi mental dari pengatuhuan
visual termasuk sifat fisik dari objek atau peristiwa yang tidak eksis atau diwakili
(Schunk, 2012).

Gambaran adalah representasi analog yang mirip namun tidak identic


dengan referen mereka. Simonids, seorang penyair Yunani percaya bahwa gambar
adalah mediator asosiatif. Dia merancang metode Loci sebagai bantuan memori.
Dalam metode ini informasi yang akan diingat dipasangkan dengan lokasi dalam
pengaturan (Schunk, 2012).

Komponen Mental Imagery menurut Schunk, (2012).

1. Stimulus, merupakan segala sesuatu yang dimiliki individu seperti kejadian,


peristiwa, atau sebuah objek biasa.
2. Panca indra, orgab tubuh yang dikhususkan untuk menerima jenis rasangan
tertentuu via serabut saraf menuju otak.
3. Memori, sebuan proses pengkodean, penyimpanan dan pemanggilan
kembali informasi atau masa lalu oleh mental manusia.

Menggunakan Mental Imagery di kelas


Imagery dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Dapat
diterapkan pada eduksi fisik, kelas seni bahasa, seni budaya dan seni tari.

2.8 Intructional Application

Ada tiga aplikasi intruksional yang mencerminkan prinsip pengolahan


informasi menurut Schunk, (2012) yaitu

1. Advance Organizers
Penyelenggara yaitu kerangka pendukung bagi informasi baru, bukan hanya
sebuah makna pengenalan pelajaran belaka. Advance Organizer merupakan
hook (cantelan), scaffolding (kerangka pendukung) intelektual, bagi materi-
materi belajar selanjutnya, membantu siswa untuk melihat ‘gambar besar’ dari
berbagai hal yang dipresentasikan.
2. Kondisi Belajar, Salah satu teori instruksional yang paling terkenal
berdasarkan prinsip kognitif dirumuskan oleh Robert Gagné (1985). Teori ini
melibatkan kondisi belajar, atau keadaan yang berlaku ketika belajar terjadi
(Ertmer, Driscoll, & Wager, 2003). Dua langkah sangat penting.
A. Menentukan Jenis Hasil Belajar.
 Keterampilan intelektual termasuk aturan, prosedur, dan konsep
termasuk pengetahuan procedural atau produksi. Jenis pengetahuan ini
digunakan dalam berbicara, menulis, membaca, memecahkan masalah
matematika, dan menerapkan prinsip ilmiah untuk masalah.
 Informasi Verbal, Informasi verbal, atau pengetahuan deklaratif, adalah
pengetahuan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Informasi verbal
mengandung fakta atau prosa yang dihubungkan secara bermakna
 Strategi Kognitif, adalah proses kontrol eksekutif seperti menerapkan
strategi pemecahan masalah
 Ketrampilan Motorik, dikembangkan melalui peningkatan bertahap atau
terus menerus melalui praktek yang disengaja.
 Atitude atau sikap adalah keyakinan internal yang mempengaruhi
tindakan dan mencerminkan karakteristik seperti kemurahan hati,
kejujuran, dan komitmen terhadap hidup sehat. Guru dapat mengatur
kondisi untuk belajar keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi
kognitif, dan keterampilan motorik, tetapi sikap yang dipelajari secara
tidak langsung melalui pengalaman dan eksposur untuk hidup dan
simbolis (televisi, videotaped) model.
3. Beban Kognitif
Sebagai hasil dari instruksi pembatasan memori kerja harus dirancang agar
memori kerja mampu memproses instruksi, karena unsur-unsur informasi
harus diproses, serta cara yang dirancang, membebankan beban kognitif
(CL) pada pelajar. Untuk pemahaman yang baru dimulai, beban seharusnya
tidak melebihi kapasitas memori kerja yang terbatas. Jadi teori beban
kognitif (CLT) memperhatikan langkah-langkah yang dapat diambil untuk
mengontrol beban kognitif dan konstruksi skema (Schunk, 2012).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

1. Teori pemrosesan informasi mengaitkan pada bagaimana orang


memperhatikan lingkungan, menyandikan informasi, mengaitkannya dengan
memori yang telah ada dan menyimpan pengetahuan baru dalam memori dan
mengambilnya sesuai kebutuhan
2. Atensi merupakan pemusatan aktivitas mental yang membuat kita mengambil
bagian yang terbatas aliran informasi yang terdapat pada ingatan dan
rangsangan sensori.
3. Persepsi mengacu pada makna yang didapat pada lingkungan/input yang
diterima oleh indra
4. Model ingatan ganda berfungsi sebagai perspektif pemrosesan informasi dasar
tentang pembelajaran dan mengingat,
5. Penyimpanan pengetahuan pada memori jangka panjang dapat berupa
pengetahuan deklaratif yang berkaitan dengan fakta, kepercayaan, pendapat
dll, dan dapat juga berupa pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan
kegiatan kognitif.
6. Mengingat dan melupakan pada memori jangka panjang termasuk dalam
proses pembelajaran untuk mendapat solusi dari masalah yang ditemukan.
7. Mental Imagery adalah pusat dari stui LTM (Long Term Memory). Bagian ini
membahas bagaimana informasi diwakili dalam gambar dan perbedaan
individu dalam kemampuannya untuk menggunakan citra/gambaran.
8. Ada tiga aplikasi intruksional yang mencerminkan prinsip pengolahan
informasi: advance organizer, kondisi belajar dan beban kognitif.
Daftar Rujukan

Damawanti, N,A,C., Yanti, W,A. 2013. Attension (Atensi). Bandung: Universitas


Pendidikan Indonesia.
Gagné, R. M. (1985). The conditions of learning (4th ed.). New York: Holt,
Rinehart & Winston.
Schunk, Dale H. 2012. Learning theories : an educational perspective 6th ed. The
University of North Carolina at Greensboro

Anda mungkin juga menyukai