Anda di halaman 1dari 109

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP LESBIAN,

GAY, BISEKSUAL, DAN TRANSGENDER (LGBT)


DI KELURAHAN PAKAN LABUAH KOTA
BUKITTINGGI TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan

Oleh :

AIDUL FITRA
NIM : 1614201003

PRODI ILMU KEPERAWATAN & PENDIDIKAN


NERS UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Persepsi Masyarakat Terhadap Lesbian, Gay, Biseksual,


Dan Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan Labuah Kota
Bukittinggi Tahun 2020
Nama : Aidul Fitra
NIM : 1614201003

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan dihadapan


Penguji Universitas Fort De Kock Bukittinggi pada tanggal.....................

Bukittinggi, April 2020

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Nurhayati S. ST, M. Biomed) (Ns. Del Fatmawati, S.Kep, M.Kep)


UNIVERSITAS FORT DE KOCK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
Skripsi, Mei 2020

Aidul Fitra

PERSEPSI MAYARAKAT TERHADAP LGBT DI KELURAHAN PAKAN


LABUAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2020
VII Bab + 75Halaman, 2 Tabel, 2 Skema, 19 Gambar, 11 Lampiran

ABSTRAK

Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) adalah suatu


bentuk perilaku negatif, karena perilaku tersebut di pandang tidak sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu penting mengetahui persepsi
masyarakat terhadap perilaku LGBT. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran persepsi masyarakat terhadap perilaku Lesbian, Gay,
Biseksual dan Transgender (LGBT).

Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan survey


deskriptif. Populasi penelitian adalah masyarakat Kelurahan Pakan Labuah Kota
Bukittinggi. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan proportional
random sampling dengan target 90 responden, selanjutnya pengumpulan data
diperoleh melalui instrument penelitian berupa kuesioner yang berjumlah 17
pertanyaan dengan menggunakan skala Likert.

Hasil penelitian ini, didapatkan sebanyak 85 responden berusia antara 17-


65 tahun. Dari seluruh responden lebih dari setengahnya sebanyak 47 responden
berjenis kelamin laki-laki. Dari 90 responden lebih dari setengahnya yaitu 54
responden memiliki persepsi yang baik dan menganggap LGBT adalah perilaku
yang salah/menyimpang. sedangkan 36 responden memilki persepsi yang tidak
baik menganggap LGBT adalah perilaku yang tidak menyimpang.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa masih ada


masyarakat tidak mengetahui apa itu LGBT dan menganggap LGBT tidak
perilaku menyimpang. Di harapkan kepada peneliti selanjutnya untuk
mengembangkan penelitian tentang pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
LGBT dan juga peranan orang tua dalam pencegahan LGBT.

Kata Kunci : Persepsi, Perilaku LGBT, Masyarakat


FORT DE KOCK UNIVERSITY
NERS EDUCATION STUDY PROGRAM
Thesis, April 2020

Aidul Fitra

COMMUNITY PERCEPTION OF LGBT IN THE KELURAHAN PAKAN


LABUAH IN BUKITTINGGI CITY YEAR 2020
VII Chapter + 75 Pages, 2 Tables, 2 Schemes, 19 Pictures, 11 Attachments

ABSTRACT

Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender (LGBT) behavior is a form of


negative behavior, because the behavior is seen as not in accordance with the
norms prevailing in society. Therefore it is important to know people's
perceptions of LGBT behavior. The purpose of this study was to determine the
description of people's perceptions of Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender
(LGBT) behavior.

This research method is quantitative research with descriptive survey. The


research population was the community of Pakan Labuah Village, Bukittinggi
City. How to take a sample using proportional random sampling with a target of
90 respondents, then data collection was obtained through a research instrument
in the form of a questionnaire totaling 17 questions using a Likert scale.

The results of this study, obtained as many as 85 respondents aged


between 17-65 years. Of all respondents more than half as many as 47
respondents were male. Out of 90 respondents, more than half of them, 54, have
good perception and consider LGBT to be wrong / deviant behavior. while 36
respondents have bad perceptions that LGBT is a behavior that does not deviate.

Based on the results of the study, it can be concluded that there are still
people who do not know what LGBT is and consider LGBT to be deviant. It is
hoped that further researchers will develop research on community knowledge
and attitudes towards LGBT and also the role of parents in LGBT prevention.

Keywords: Perception, LGBT Behavior, Society


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap LGBT di

Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi Tahun 2019. Penelitian ini di lakukan

di Kelurahan Pakan labuah Kota Bukittinggi di karenakan Kelurahan Pakan

Labuah berada dekat dengan pusat kota Bukittinggi dimana LGBT banyak terjadi

di Pusat Kota Bukittinggi. skripsi ini penulis sajikan secara sistematis serta

dengan bahasa yang sederhana sehingga lebih mudah di pahami.

Skripsi ini di buat untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan dan memperoleh gelar sarjana keperawtan pada di Umiversitas Fort

De Kock Bukittinggi. Dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Nurhayati, S.ST, M.Biomed sebagai

pembimbing I dan Ibu Ns. Del Fatmawati, S.Kep, M.Kep sebagai pembimbing II

yang merupakan pembimbing yang telah memberikan arahan kritikan dan saran.

Selanjutnya izin penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu DR. Ns. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, M.Kes selaku Rektor Universitas Fort

De Kock Bukittinggi.

2. Ibu Aria Wahyuni, M.Kep, Ns, Sp.Kep.MB selaku Ketua Program Studi

S1 Ilmu Keperawatan & Pendidikan Ners Universitas Fort De Kock

Bukittinggi.

i
3. Seluruh dosen Keperawatan Universitas Fort De Kock Bukittinggi yang

telah membantu dalam penulisan proposal ini.

4. Teristimewa kepada ayah, ibu, kakak, adik, dan semua keluarga besar

yang telah begitu sabar dan membantu, dan memberikan dorongan

semangat bagi saya baik moril, materil, do’a yang tulus dan kasih sayang

mereka kepada saya.

5. Serta semua sahabat dan rekan-rekan senasib seperjuangan yang tidak di

sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Terimakasih kasih kepada Kelurahan Pakan Labuah yang telah

mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di Keluraha Pakan Labuah

Kota Bukittinggi.

Dalam menulis skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan yang di

sebabkan oleh kurang nya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu jika ada kesalahan

dalam penulisan skripsi ini dan terdapat hal – hal yang tidak sesuai dengan

harapan, kami dengan senang hati menerima masukan, kritik dan saran dari

pembaca yang sifat nya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan kita

semua dan berguna untuk generasi masa depan.

Bukittinggi, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK
HALAMAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN PENGUJI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA...............................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................5
D. Manfaat Penelitian................................................................................5
E. Ruang Lingkup Penelitian.....................................................................6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Sejarah LGBT......................................................................................8
B. Pengertian LGBT.................................................................................9
C. Faktor – Faktor Penyebab LGBT........................................................11
D. Dampak LGBT....................................................................................13
E. Pandangan Terhadap LGBT................................................................16
F. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan LGBT................................22
G. Pengaruh LGBT terhadap Masyarakat Indonesia................................25
H. Perkembangan LGBT di Manca Negara.............................................26
I. Konsep Persepsi...................................................................................28
J. Kerangka Teori....................................................................................34

BAB III. KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep................................................................................35
B. Defenisi operasional. 36

BAB IV. METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian....................................................................................37
B. Waktu dan Tempat Penelitian.............................................................38
C. Populasi Penelitian..............................................................................38
D. Sample Penelitian................................................................................38
E. Instrumen Data....................................................................................40
F. Teknik Pengumpulan Data..................................................................40
G. Teknik Analisa Data............................................................................41

iii
H. Etika Penelitian....................................................................................41

BAB V. HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................44
B. Karekteristik Responden.....................................................................44
C. Analisa Univariat................................................................................45

BAB VI. PEMBAHASAN


A. Analisa Univariat……………………………………………………58

BAB VII. PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................................71
B. Saran 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR SKEMA

iv
Nomor Skema Halaman

2.1 Kerangka Teori………………………………………………………….…..27


3.1 Kerangka Konsep………………………………….………………………...29

DAFTAR TABEL

v
Nomor Tabel Halaman

3.1 Defenisi Operasional……………………………………………………….30

5.1 Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden……………………………..44

vi
DAFTAR GRAFIK

Nomor Grafik Halaman

5.1 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 1 ...........................45

5.2 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 2 ...........................46

5.3 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 3............................47

5.4 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 4............................47

5.5Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 5.............................48

5.6 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 6............................49

5.7 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 7............................49

5.8 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 8............................50

5.9 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 9............................51

5.10 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 10........................51

5.11 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 11........................52

5.12 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 12........................53

5.13 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 13........................53

5.14 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 14........................54

5.15 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 15........................55

5.16 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 16........................55

5.17 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 17........................56

5.18 Grafik Distribusi Frekuensi Jawaban responden Pertanyaan 18........................57

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : lembaran Persetujuan ( Informed Consent )

Lampiran 2 :Lampiran Menjadi Partisipan

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 : Master Tabel

Lampiran 5 : Data Out Put Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Data SPSS

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian dari LPPM Universitas Bukittinggi

Lampiran 8 : Surat Balasan dari Kelurahan Pakan Labuah

Lampiran 9 : Dokumentasi

Lampiran 10 : Lembar Konsul Pembimbing 1

Lampiran 11 : Lembar Konsul Pembimbing 2

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat

di butuh kan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

sehat itu sendiri dapat di artikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik

secara fisik, mental, serta sosial yang tidak hanya terbebas dari penyakit

dan kecacatan (WHO, 2013).

Menurut survey CIA pada tahun 2015 yang jumlah populasi LGBT

di Indonesia adalah ke-5 terbesar di dunia setelah China, India, Eropa dan

Amerika. Selain itu, beberapa lembaga survey independen dalam maupun

luar negeri menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 3% penduduk LGBT,

ini berarti dari 250 juta penduduk 7,5 jutanya adalah LBGT, atau lebih

sederhananya dari 100 orang yang berkumpul di suatu tempat 3

diantaranya adalah LGBT (Centre Intelligency of Agency(CIA), 2015).

LGBT merupakan salah satu isu menarik yang diberitakan oleh

media dan menjadi topik panas sehingga banyak didiskusikan oleh para

ahli di Indonesia. Pemberitaan LGBT di Indonesia mulai marak di

Indonesia setelah Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan

pernikahan sesama jenis pada 26 Juni 2015 (Ericssen, 2015).

Data badan PBB pada tahun 2009 mnyebutkan bahwa 800.000

orang penduduk di Indonesia adalah homoseksual. Jumlah tersebut

1
2

meningkat pada tahun 2011 menjadi 3.000.000 orang (Purwaningsih,

2015).

Sejak saat itu, muncul lah pemberitaan di media massa pada akhir

tahun 2015 bahwa telah terjadi pernikahan sesama jenis di Indonesia.

Pertama, di bulan September 2015 pernikahan sejenis terjadi di Bali.

Kedua, di bulan Oktober 2015 pernikahan sejenis terjadi di Boyolali

(Wismabrata, 2015).

Belakangan ini Indonesia dihebohkan dengan isue Lesbian, Gay,

Biseksual, dan Transgender (LGBT). Perilaku LGBT adalah suatu bentuk

perilaku negatif karena perilaku tersebut di pandang tidak sesuai dengan

norma yang berlaku di masyarakat. Perilaku-perilaku tersebut dikatakan

suatu bentuk perilaku penyimpangan seksual karena tidak sesuai dengan

orientasi seksual yang seharusnya. Saat ini lesbian sudah terang-terangan

menampakan keberadaan mereka, bahkan bukan hanya lesbian saja yang

terang-terangan menampakan keberadaan mereka, kaum gay, biseksual

dan transgender juga sedikit banyak melakukan kegiatankegiatan yang

membuat keberadaan mereka diketahui oleh masyarakat luas. Data yang di

himpun Ketua Pelaksana Harian Komisi Penanggulangan Aids (KPA)

Kota Bogor, jumlah kaum LGBT mencapai 900 orang. Rinciannya,

golongan biseksual 311 orang, gay 235 orang dan transgender 38 orang.

Populasi ini jumlahnya terus mengalami peningkatan seiring adanya

fenomena pergeseran pandangan masyarakat Indonesia mengenai

homoseksual (Astry. 2015).


3

Data kementerian kesehatan juga menyebutkan, ada 10.376 kasus

HIV baru pada periode Januari hingga Maret 2018 dengan presentasi lelaki

suka lelaki sebesar 28%. Pemicu HIV tertinggi di sumbar, menerut

Khaterina adalah lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT), khusus

hubungan seksual antar sesama laki-laki. Khaterina menjelaskan,

berdasarkan estimasi pada 2016, jumlah lelaki penyuka jenis lainnya di

Sumbar paling banyak di Padang sebanyak 5.267 orang, Kabupaten Agam

(903 orang), Kabupaten Pesisir Selatan (882 orang), Kabupaten Pasaman

Barat (870 orang), Kemudian, Kabupaten Padang Pariaman (750 orang),

Kabupaten Solok (716 orang), Kabupaten Sijunjung (459 orang),

Kabupaten Tanah Datar (434 orang), Kabupaten Lima Puluh Kota (718

orang), Kota Pariaman (536 orang), Kabupaten Solok Selatan (339 orang),

dan Kabupaten Dharmasraya (518 orang), Kota Solok (360 orang),

Sawahlunto (153 orang), Kota Bukittinggi (185 orang),dan Kota Pariaman

(217 orang) (Khaterina, 2017).

Hasil studi pendahuluan ke Dinas Kesehatan Kota dan Komisi

Perlindungan Anak Kota Bukittinggi, diketahui jumlah LSL sebanyak 202

orang, yang baru dilaksanakan tes sebanyak 96 orang (47,52%),

didapatkan hasil pemeriksaan HIV positf yang dari faktor resiko LSL

pada tahun 2014 sebanyak 5 orang, sedangkan pada tahun 2015, terjadi

peningkatan yaitu sebanyak 20 orang ( 39,21%) dari 51 orang. Kasus

positif HIV/ AIDS dari bulan Januari sampai 20 Februari 2016, sebanyak

12 orang dari kelompok LSL (Darmayanti, 2018).


4

Menurut hasil dari wawancara dengan tokoh Masyarakat

Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi. Persepsi masyarakat terhadap

keberadaan LGBT bertentangan dengan norma-norma sosial yang ada

dalam masyarakat. Menunjukan bahwa sangat tidak setuju, sehingga

masyarakat menganggap perilaku LGBT sebagai suatu perilaku yang

menyimpang dari nilai dan norma sosial yang dianut dalam masyarakat,

hal ini di pengaruhi oleh pola pikir masyarakat yang umumnya semakin

maju dan mulai membuka diri pada perubahan-perubahan sekitarnya, dan

masyarakat juga mengatakan menolak atas adanya perilaku LGBT di

dalam keluarga maupun berada di dalam kehidupan bermasyarakat di

Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi. Dari beberapa wawancara

yang di lakukan kepada tokoh masysrakat mereka menjawab tidak akan

menerima perilaku LGBT di dalam kehidupan bermsyarakat.

Kelurahan Pakan Labuah sangat menolak dengan adanya perilaku

LGBT, jika ada masyarakat di Kelurahan Pakan Labuah yang berprilaku

LGBT maka masyarakat tidak akan mengizinkan nya untuk tinggal

lingkungan Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi.

Dari ata di atas peneliti akan sangat tertarik melakukan penelitian

di Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi, bagaimana persepsi

masyarakat tentang LGBT di Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi.


5

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Persepsi Masyarakat terhadap Kelompok Lesbian, Gay,

Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan Labuah Kota

Bukittinggi tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Bagaimana Persepsi Masyarakat terhadap Kelompok

Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan

Labuah Kota Bukittinggi tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui distribusi frekuensi masyarakat Kota Bukittinggi

terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Kelurahan

Puhun Pintu Kabun Kecamatan Mandiangin Koto Selayan Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu cara menambah wawasan dan meningkatkan

kemampuan peneliti dalam mengimplementasikan ilmu – ilmu yang telah

didapatkan pada saat perkuliahan.


6

2. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan kepada Masyarakat untuk mengetahui bahaya

dari perilaku LGBT.

3. Bagi Pemerintah

Sebagai masukan kepada pemerintah dalam membuat suatu

kebijakan terhadap suatu kelompok.

4. Bagi Akademik

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran untuk

penelitian selanjutnya, serta untuk pengembangan ilmu kesehatan dalam

penelitian tentang persepsi Masyarakat terhadap kelompok Lesbian, Gay,

Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan Labuah Kota

Bukittinggi tahun 2019.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini di lakukan oleh mahasiswa program studi S1 Ilmu

Pendedidikan Ners Universitas Fort De Kock Buikttinggi dengan judul

Persepsi Masyarakat terhadap perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan

Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi tahun

2019. Penelitian ini di lakukan di ruang lingkup masyarakat kota

Bukittinggi tepat nya di Kelurahan Pakan Labuah untuk mengetahui

persepsi atau pandangan masyarakat terhadap LGBT. Variabel dalam

penelitian ini meliputi variabel dependent adalah LGBT, sedangkan

variabel independent adalah persepsi masyarakat. Penelitian ini

menggunakan jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif (mix methods)


7

dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan sample dalam penelitian

ini dengan melakukan survei kepada 100 orang kepala keluarga di

kelurahan pakan labuah. Masing-masing lingkungan di pilih secara

random 2 KK, di KK yang terpilih secara random satu orang yang punya

hak pilih laki-laki/perempuan. Penelitian ini di lakukan pada masyarakat

kelurahan Pakan Labuah dengan jumlah populasi sebanyak 920 kepala

keluarga (KK). Pengambilan data ini menggunakan wawancara mendalam

( indept interview ), recorder ( alat perekam suara ) dan menggunakan

kuesioner.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah LGBT

Perkembangan dunia homoseksual semakin pesat sejak abad XI

Masehi. Pro dan kontra keberadaan komunitas tersebut bertambah banyak.

Pengunaan istilah LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) mulai

tercatat sekitar tahun 1990-an.Sebelum masa “Revolusi Seksual”, pada

tahun 60-an tidak ada istilah khusus untuk menyatakan orang yang non-

heterosksual (orang yang memiliki orientasi seks selain heteroseksual).

Kata yang mungkin paling mendekati adalah istilah “third gender”

sekitartahun 1860-an. Akan tetapi, istilah tersebut kurang diterima secara

meluas oleh masyarakat (Ericssen, 2015).

Revolusi seksual merupakan istilah umum yang digunakan untuk

meggambarkan perubahan sosial politik (1960-1970) mengenai seks.

Dimulai dengan kebudayaan free love, yaitu jutaan kaum muda menganut

gaya hidup sebagai hippie. Mereka menyerukan kekuatan cinta dan

keanggunan seks sebagai bagian dari hidup yang alami atau natural.

Para hippie percaya bahwa seks adalah fenomena biologi yang wajar

sehingga tidak seharusnya dilarang dan ditekan. Istilah homophile dan

homoseksual mulai digunakan setelah revolusi seksual. Namun,

kebanyakan orang menganggap istilah tersebut cenderung berkonotasi

negatif karena seakan-akan hanya menekankan unsur kegiatan seks

(Taufik, 2015).

8
9

Kata gay dan lesbian kemudian berkembang secara meluas

menggantikan istilah homoseksual sebagai identitas sosial dalam

masyarakat. Istilah ini lebih disukai dan dipilih oleh banyak orang karena

seederhana dan tidak membawa kata seks. Istilah “biseksual” muncul

belakangan, tepatnya setelah diketahui bahwa ada orang yang mempunyai

orientasi seksual terhadap sesama jenis dan lawan jenis. Walaupun

sebagian orang beranggapan bahwa biseksual sebenarnya adalah

kaum gay atau lesbian yang takut atau malu untuk menyatakan diri

sebagai gay, istilah ini tetap bertahan dan dipakai dalam banyak

pembicaraan. Singkatnya, ketiganya dikenal dalam istilah LGBT

(Darmayanti, 2018).

Semakin lengkaplah istilah sebelumnya menjadi LGBT sebagai

gambaran non-heteroseksual. Saat ini komunitas LGBT sudak diakui

secara formal atau informal oleh banyak negara. Sebagian besar gerakan

mereka mengatasnamakan hak asasi manusia (Budiarty, 2015).

B. Pengertian LGBT

LGBT adalah akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan

Transgender. Ada berbagi singkatan untuk menggambarkan orientasi

seksual, bukan hanya LGBT saja, akan tetapi ada pula LGBTQ, LGBTQA,

TBLG atau LGBTQQIAAP. Sedangkan akronim dan arti dari LGBT itu

sendiri yaitu :

L - Lesbian: seorang perempuan yang tertarik dengan perempuan lain.


10

G - Gay: seorang pria yang tertarik dengan pria lain atau sering dipakai

untuk menggambarkan homoseksual.

B - Bisexual: orang tertarik baik kepada pria dan perempuan.

T - Transgender: orang yang identitas gendernya bukan laki-laki dan

perempuan atau berbeda dengan yang biasa ditulis dokter di sertifikat

kelahiran.

Q - Queer: pada awalnya dibuat sebagai istilah kebencian. Kata ini dapat

digunakan sebagai pernyataan politik dan menunjukkan seseorang yang

tidak mau diidentifikasi sebagai gender yang dapat dipasangkan, misalnya

laki dan perempuan, homoseksual dan heteroseksual, atau mereka yang

tidak mau diberi label berdasarkan orientasi seksual mereka.

Q - Questioning: seseorang yang masih mengeksplorasi identitas gender

dan orientasi seksual mereka.

I - Intersex: orang yang tubuhnya jelas bukan laki atau perempuan. Ini

mungkin karena mereka memiliki kromosom yang bukan XX atau XY

atau karena alat reproduksi mereka bukan dikategorikan sebagai 'standar'.

A - Allies: orang yang mengidentifikasi diri sebagai heteroseksual namun

mendukung komunitas LGBTQQIAAP.

A - Asexual: orang yang tidak tertarik secara seksual kepada gender apa

pun.

P - Pansexual: orang yang ketertarikan seksualnya bukan berdasarkan

gender dan dapat mengkategorikan diri ke gender atau identitas seksual

apa pun (Baruth, 2016).


11

Kata gay dan lesbian berkembang secara meluas menggantikan

istilah homoseksual sebagai identitas sosial dalam masyarakat. Istilah ini

lebih disukai dan dipilih oleh banyak orang karena seederhana dan tidak

membawa kata seks. Istilah “biseksual” muncul belakangan, tepatnya

setelah diketahui bahwa ada orang yang mempunyai orientasi seksual

terhadap sesama jenis dan lawan jenis. Walaupun sebagian orang

beranggapan bahwa biseksual sebenarnya adalah

kaum gay atau lesbian yang takut atau malu untuk menyatakan diri

sebagai gay, istilah ini tetap bertahan dan dipakai dalam banyak

pembicaraan. Singkatnya, ketiganya dikenal dalam istilah LGBT (Azmi,

2015).

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan psikologi memunculkan

istilah baru yang tidak termasuk gay, lesbian, dan biseksual,

yaitu transgender. Semakin lengkaplah istilah sebelumnya menjadi LGBT

sebagai gambaran non-heteroseksual. Saat ini komunitas LGBT sudak

diakui secara formal atau informal oleh banyak negara. Sebagian besar

gerakan mereka mengatasnamakan hak asasi manusia (Azmi, 2015).

C. Faktor – Faktor Penyebab LGBT

1. Faktor Keluarga

Didikan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya memiliki

peranan yang penting bagi para anak untuk lebih cenderung menjadi

seorang anggota LGBT daripada hidup normal layaknya orang yang

lainnya (Yovanny, 2012).


12

2. Faktor Lingkungan dan Pergaulan

Lingkungan serta kebiasaan seseorang dalam bergaul disinyalir

telah menjadi faktor penyebab yang paling dominan terhadap

keputusan seseorang untuk menjadi bagian dari komunitas LGBT

(Niernoventy, 2014).

3. Faktor Genetik

Dari beberapa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa salah

satu faktor pendorong terjadinya homoseksual, lesbian, atau perilaku

seks yang menyimpang lainnya bisa berasal dari dalam tubuh si pelaku

yang sifatnya bisa menurun dari anggota keluarga terdahulu (Yovanny,

2012).

4. Factor Akhlak dan Moral

Faktor moral dan akhlak yang dimiliki seseorang juga memiliki

pengaruh yang besar terhadap perilaku LGBT yang dianggap

menyimpang (Nevid, 2003).

5. Faktor Pendidikan dan Pengetahuan Agama

Faktor internal lainnya yang menjadi penyebab kemunculan

perilaku seks menyimpang seperti kemunculan LGBT adalah

pengetahuan serta pemahaman seseorang tentang agama yang masih

sangat minim. Agama atau keimanan merupakan benteng yang paling

efektif dalam mengendalikan hawa nafsu serta dapat mendidik kita

untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Untuk itulah, sangat perlu ditanamkan pengetahuan serta pemahaman


13

agama terhadap anak-anak sejak usia dini untuk membentuk akal,

akhlak, serta kepribadian mereka (Wahid, 2003).

D. Dampak LGBT

Dibalik ketidaknyamanan para kaum LGBT hidup di bumi ini, ada

sisi positif yang dapat dipetik. Berikut ini sisi positif adanya kaum LGBT :

1. Dampak Kesehatan

Dampak-dampak kesehatan yang dapat merusak pelaku LGBT

di antaranya sebagai berikut:

a. 78% pelaku homo seksual terjangkit penyakit kelamin menular.

b. Rata-rata usia kaum gay adalah 42 tahun dan menurun menjadi

39 tahun jika korban AIDS dari golongan gay dimasukkan ke

dalamnya. Sedangkan rata-rata usia lelaki yang menikah dan

normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45

tahun sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79

tahun.

c. Menyebabkan rusaknya organ-organ peranakan (reproduksi)

dan dapat melemahkan sumber-sumber utama pengeluaran

mani dan membunuh sperma sehingga akan menyebabkan

kemandulan.

2. Dampak Sosial

Beberapa dampak sosial yang ditimbulkan adalah sebagai

berikut:
14

a. Penelitian menyatakan seorang gay mempunyai pasangan

antara 20-106 orang per tahunnya. Sedangkan pasangan zina

seseorang tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya.

b. 43% dari golongan kaum gay yang berhasil didata dan diteliti

menyatakan bahwasanya selama hidupnya mereka melakukan

homo seksual dengan lebih dari 500 org. 28% melakukannya

dengan lebih dari 1000 orang. 79% dari mereka mengatakan

bahwa pasangan homonya tersebut berasal dari orang yang

tidak dikenalinya sama sekali. 70% dari mereka hanya

merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit

saja.

3. Dampak Pendidikan

Adapun dampak pendidikan di antaranya yaitu siswa

ataupun siswi yang menganggap dirinya sebagai homo menghadapi

permasalahan putus sekolah 5 kali lebih besar daripada siswa

normal karena mereka merasakan ketidakamanan. Dan 28% dari

mereka dipaksa meninggalkan sekolah.

4. Dampak Keamanan

Dampak keamanan yang ditimbulkan lebih mencengangkan

lagi yaitu:

a. Kaum homo seksual menyebabkan 33% pelecehan seksual

pada anak-anak di Amerika Serikat; padahal populasi mereka

hanyalah 2% dari keseluruhan penduduk Amerika. Hal ini

berarti 1 dari 20 kasus homo seksual merupakan pelecehan


15

seksual pada anak-anak, sedangkan dari 490 kasus perzinaan 1

di antaranya merupakan pelecehan seksual pada anak-anak.

b. Meskipun penelitian saat ini menyatakan bahwa persentase

sebenarnya kaum homo seksual antara 1-2% dari populasi

Amerika, namun mereka menyatakan bahwa populasi mereka

10% dengan tujuan agar masyarakat beranggapan bahwa

jumlah mereka banyak dan berpengaruh pada perpolitikan dan

perundang-undangan masyarakat.

5. Mengurangi Kejahatan Seksual Terhadap Perempuan

Kaum LGBT, khususnya gay, tak akan melakukan

kejahatan terhadap kaum perempuan. Kasus pelecehan seksual dan

perkosaan yang teramat merugikan kaum hawa ini, akan berkurang

dengan hadirnya mererka.

6. Berkurangnya Anak-anak Terlantar

Di Amerika, jumlah anak terlantar berkurang karena

diadopsi oleh pasangan sejenis. Sejatinya, mereka makhluk Tuhan

yang peka, penuh kasih sayang, serta punya empati simpati kepada

sesama manusia.

7. Mengurangi Populasi Penduduk Dunia

Para penyuka sesama jenis, tentu saja tak akan bisa hamil

dan melahirkan. Meski kecanggihan teknologi saat ini bisa saja

membuat mereka hamil, tetapi hanya beberapa pasangan saja yang

memilih memanfaatkan teknologi, sisanya memilih melakukan

adopsi.
16

8. Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, maupun Hetereseksual

mempunyai Kesempatan Yang Sama

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Mohammad Nasir mengomentari para pelaku Lesbian, Gay,

Biseksual, dan Transgender untuk tidak memasuki area kampus.

Beliau mengatakan siapapun yang mendeklarasikan diri lesbian

atau gay tidak boleh bermesraan di kampus. Padahal kenyatannya,

mereka yang berorientasi seks ‘normal’ pun tak boleh mengumbar

kemesraan di kampus. 

9. Dampak negatif dari LGBT

Dampak negative dari LGBT diantaranya :

a. Akan merusak generasi muda suatu bangsa

b. Akan melunturkan norma- norma yang ada di Indonesia

c. Akan menghilangkan rasa malu dari diri seseorang

d. Akan dikucilkan oleh temannya

e. Akan memburuk nama akidah seseorang.

E. Pandangan Terhadap LGBT

1. Pandangan Psikolog terhadap LGBT

Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Indonesia (PP PDSKJI) mengeluarkan pernyataan sikap atas

berkembangnya isu Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGB-

T) di Indonesia.Menurut Undang-undang No.18 tahun 2014 tentang

Kesehatan Jiwa dan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan

Jiwa (PPDGJ)-III, LGBT merupakan istilah yang berkembang di


17

masyarakat yang tidak dikenal dalam ilmu psikiatri. Sedangkan

orientasi seksual antara lain meliputi heteroseksual, homoseksual dan

biseksual (Prabowo, 2014).

Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter

Spesialis Kedokteran Jiwa dr Danardi Sosrosumihardjo, SpKJ(K)

bahwa Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) merupakan orang

yang memiliki masalah fisik, mental dan sosial, pertumbuhan dan

perkembangan dan kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami

gangguan jiwa. Dengan demikian, orang dengan homoseksual dan

biseksual dapat dikategorikan sebagai ODMK, Sedangkan untuk

menegakkan diagnosis transeksual, identitas mereka harus menetap

selama minimal dua tahun. Dan perlu dicatat, transeksual bukan gejala

dari gangguan jiwa seperti skizofrenia atau kelainan interseks, genetik

atau kromosom seks sehingga mereka dikategorikan sebagai Orang

dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan menurutnya pula bahwa tidak

semua ODKM akan berkembang menjadi ODGJ. Banyak faktor yang

berkontribusi hingga muncul gangguan jiwa seperti faktor genetik,

neurobiologik, psikologik, sosial, budaya dan spiritualitas

(Adhyatman, 2014).

Pakar Psikolog menyatakan LGBT bisa disembuhkanAda

beberapa hal yang mempengaruhi perilaku LGBT. Misalnya faktor

biologis.Penelitian menyatakan bahwa homoseksual (gay dan lesbi)

dan transgender disebabkan karena muncul dorongan dari dalam tubuh

yang bersifat genetik. Penyimpangan genetik ini bisa diterapi dan


18

disebuhkan dengan baik dengan cara medis maupun religi. Di samping

itu, ada juga pengaruh lingkungan, keluarga, dan pengetahuan agama

yang lemah.Dari pemilihan subjek dan objek inilah kemudian bisa

ditentukan pendekatan seperti apa yang paling efektif dilakukan agar

kaum dan pendukung LGBT menyadari kekeliruan yang mereka

lakukan. Tidak hanya menggunakan instrumen hak asasi manusia yang

universal semata tanpa memerhatikan nilai-nilai sosial, budaya dan

agama yang hidup di masyarakat.Demikian pula sebaliknya (Yogestri,

2014).

2. Pandangan KPAI terhadap LGBT

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menegaskan,

propaganda Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT)

dilarang masuk ke anak-anak.LGBT merupakan penyimpangan

terhadap moral, agama dan undang-undang.Di dalam UU Perlindungan

Anak dan KUHP, menjelaskan, kalau bersetubuh, pencabulan,

pelecehan dengan anak itu adalah tindak pidana.Menurut KPAI

propaganda LGBT dilarang keras masuk ke dalam anak-anak.,

Tentunya Hak Asasi Manusia (HAM) memang melekat dalam diri

manusia.Namun tidak serta merta menjadi nomor satu. Menurutnya,

HAM dibatasi hak-hak lain. Dia mengungkapkan, amanat UUD 45

sangat jelas (Diaz, 2016).

Pihak KPAI mengemukakan bahwa Mereka salah karena

mengampanyekan propaganda Lesbian, Gay, Biseksual, dan

Transgender (LGBT) kepada anak-anak. Padahal anak-anak itu sama


19

sekali tidak boleh diberitahukan hal-hal buruk, yang bertentangan

dengan usia dan masa pertumbuhan. Itu sudah diamanahkan langsung

lewat UU pasal 56 atau lainnya. Sepaham dengan KPAI maka KPI pun

mengeluarkan surat edaran yang berisi 7 poin yang harus diperhatikan

oleh Lembaga Penyiaran dalam melaksakan peraturan dan Pedoman

Perilaku Penyiaran serta Standar Program Siaran (P3 dan SPS) yang

berisi pelarangan pria sebagai pembawa acara (host), talent maupun

pengisi acara lainnya (baik pemeran utama maupun pendukung)

dengan tampilan (Diaz, 2016) :

1. Gaya berpakaian kewanitaan;

2. Riasan (make up) kewanitaan;

3. Bahasa Tubuh Kewanitaan, (termasuk namun tidak terbatas pada

gaya berjalan, gaya duduk, gaya tangan maupun perilaku lainnya);

4. Gaya Bicara Kewanitaan;

5. Menampilkan pembenaran atau promosi seorang pria untuk

berprilaku kewanitaan;

6. Menampilkan sapaan terhadap pria dengan sebutan yang

seharusnya diperuntukkan untuk wanita;

7. Menampilkan istilah dan ungkapan khas yang sering digunakan

kalangan pria kewanitaan.

3. Pandangan KPI terhadap LGBT

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) selama Februari 2016 sudah

mengeluarkan sekitar 6 sanksi teguran, terhadap televisi yang memiliki

program-program yang secara tidak langsung, mempromosikan pelaku


20

dan perilaku LGBT.Tidak dipungkiri bahwa publik figur seringkali

menjadi pusat percontohan perilaku di kalangan

penggemarnya.Penularan yang terlihat cepat di kalangan figur publik,

khususnya artis, bisa jadi contoh paling gamblang, pelaku dan perilaku

LGBT di kalangan publik figur secara langsung atau tidak langsung

disebarluaskan secara massif oleh lembaga penyiaran, khususnya

televisi.Bayangkan jika setiap hari ada beberapa televisi menampilkan

pelaku dan perilaku LGBT dalam programnya, maka berapa juta warga

masyarakat Indonesia yang terterpa pesan langsung dan tidak langsung

tentang LGBT (Chasanah, 2014).

Kelompok LGBT juga membangun kesadaran bersama dan

melakukan upaya bersama memperjuangkan pembenaran, eksistensi,

sampai pengakuan hak-hak hukum atas disorientasi perilaku

seksualnya.Tentu saja, kelompok LGBT secara sadar juga melakukan

berbagai upaya untuk menambah jumlah pelaku dan menyebarluaskan

perilaku mereka.Kampanye viral melalui media sosial saat ini

dimanfaatkan secara maksimal bagi kelompok dan pendukung LGBT,

untuk menyebarluaskan paham mereka. Juga menggalang dukungan

dan menjaring pengikut baru di tengah tidak ada regulasi yang secara

efektif mampu mengawasinya (Chasanah, 2014).

4. Pandangan Agama terhadap LGBT

Dari sisi agama, semua agama melarang adanya LGBT, Dalam

Islam LGBT sangat di haramkan karena itu sudah tercantum dalam Al-

Quran surat Al Aruf ayat 80 :84 yang dimana ayat ini mengisahkan
21

tentang jaman nya nabi Luth yang pada masa itunabi Luth mengusir

orang orang yang tidak taat kepada ajaran Allah SWT, mereka yang

melakukan hubungan sesama jenis sehingga Allah membinasakan

mereka dengan menghujani mereka dengan batu (Nur, 2014).

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram

terhadap seluruh aktivitas lesbian, gay, bisexual, dan transgender

(LGBT) pada 17 Februari 2016. Menyusul MUI, kini sejumlah

organisasi keagamaan lain juga turut angkat bicaratentang LGBT,

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Najamudin Ramli,

pimpinan-pimpinan Majelis Agama yang terdiri dari MUI, Konferensi

Wali Gereja Indonesia, Perwakilan Umat Budha Indonesia, dan

Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia menimbang bahwa

aktivitas LGBT bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama,

Pancasila, UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan UU Nomer 1 tahun 1974

tentang pernikahan (Nur, 2014).

5. Pandangan HAM tentang LGBT

Bagi sebagian orang yang pro dengan LGBT menuntut agar

pemerintah melegalkan perbuatan tersebut.Mereka sering berdalih

dengan landasan hak asasi manusia (HAM) sebagai tameng utamanya.

Bahkan Indonesia sebagai salah satu negara hukum memberikan

jaminan kebebasan berekspresi diatur dalam UUD 1945 amandemen

II, yaitu pasal 28 E ayat (2) yang menyatakan setiap orang berhak atas

kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai

dengan hati nuraninya. Ini adalah masalah bersama dilihat problem


22

kejiwaan/problem sosial atau bukan, sehingga semua lapisan

masyarakat dituntut agar memahaminya dengan baik dan segera dicari

solusinya.Legalnya pernikahan sejenis di Indonesia pun akan

melanggar UU No. 1 tahun 1974 tentang pernikahan yang

menyebutkan bahwa pasangan mempelai adalah seorang wanita dan

seorang pria (El-Muhtaj, 2005).

Sekalipun mereka masih tetap teguh kepada pendirianya untuk

melegalkan perbuatan ini.Maka hal yang harus dijadikan basis

fundamental dan harus selalu diingat dalam kaitanya penegakkan hak

asasi manusia adalah bahwa HAM berbanding lurus dengan

kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan. Dengan demikian, setiap

individu bebas dan berhak atas haknya masing-masing, namun pada

saat yang sama ia harus memperhatikan hak-hak orang lain yang

berada di lingkungannya. Sejauh pengamatan penulis sampai saat ini,

pandangan kelompok ini baru sampai pada taraf menuntut hak-haknya

saja.Dalam hal ini, Peran pemerintah benar-benar sangat diperlukan

untuk merumuskan kerangka kode etik social (El-Muhtaj, 2005).

F. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya LGBT

Penyelesaian masalah LGBT dalam lingkup yang lebih luas seperti

yang terjadi di masyarakat, dapat dilakukan dengan menerapkan usulan

DR. Adian Husaini dalam bukunya LGBT di Indonesia: Perkembangan

dan solusinya. Ia menjelaskan strategi-strategi dalam menghadapi masalah

LGBT di Indonesia yaitu :


23

1. Perlu dilakukan peninjauan kembali peraturan perundang-

undangan yang memberikan kebebasan melakukan praktik

hubungan seksual sejenis. Perlu ada perbaikan dalam pasal 292

KUHP, misalnya, agar pasal itu juga mencakup perbuatan

hubungan seksual sejenis dengan orang yang sama-sama dewasa.

Pemerintah dan DPR perlu segera menyepakati untuk mencegah

menularnya legalisasi LGBT itu dari AS dan negara-negara lain,

dengan cara memperketat peraturan perundang-undangan (Insists,

2015).

2. Sebaiknya ada Perguruan Tinggi yang secara resmi mendirikan

Pusat Kajian dan Penanggulangan LGBT. Pusat kajian ini bersifat

komprehensif dan integratif serta lintas bidang studi. Aktivitasnya

adalah melakukan penelitian-penelitian serta konsultasi psikologi

dan pengobatan bagi pengidap LGBT (Insists, 2015).

3. Sebaiknya juga masjid atau gereja besar membuka klinik LGBT,

yang memberikan bimbingan dan penyuluhan keagamaan kepada

penderita LGBT, baik secara langsung maupun melalui media

online, bahkan juga pengobatan-pengobatan terhadap penderita

LGBT. Bisa dipadukan terapi modern dengan beberapa bentuk

pengobatan seperti bekam, ruqyah syar’iyyah, dan sebagainya

(Insists, 2015).

4. Pemerintah bersama masyarakat perlu segera melakukan kampanye

besar-besaran untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya

LGBT-termasuk membatasi kampanye-kampanye hitam kaum


24

liberalis yang memberikan dukungan kepada legalisasi LGBT

(Insists, 2015).

5. Masyarakat khususnya, perlu memberikan pendekatan yang

integral dalam memandang kedudukan LGBT di tengah

masyarakat. Bagaimana pun LGBT adalah bagian dari umat

manusia yang harus diberikan hak-haknya sesuai dengan prinsip

kemanusiaan, sambil terus disadarkan akan kekeliruan tindakan

mereka. Dalam hal ini, perlu segera dilakukan pendidikan khusus

untuk mencetak tenaga-tenaga dai bidang LGBT. Lebih bagus jika

program ini diintegrasikan dalam suatu prodi di Perguruan Tinggi

dalam bentuk ‘Konsentrasi Program studi’ (Insists, 2015).

6. Para pemimpin dan tokoh-tokoh perlu banyak melakukan

pendekatan kepada para pemimpin di media massa, khususnya

media televisi, agar mencegah dijadikannya media massa sebagai

ajang kampanye bebas penyebaran paham dan praktik LGBT ini

(Insists, 2015).

7. Lembaga-lembaga atau yayasan perlu memberikan beasiswa secara

khusus kepada calon-calon doktor yang bersedia menulis disertasi

dan bersungguh-sungguh untuk menekuni serta terjun dalam arena

dakwah khusus penyadaran pengidap LGBT (Insists, 2015).

8. Media-media massa perlu menampilkan sebanyak mungkin kisah-

kisah pertobatan orang-orang LGBT dan mengajak mereka untuk

aktif menyuarakan pendapat mereka, agar masyarakat semakin

optimis, bahwa penyakit LGBT bisa disembuhkan (Insists, 2015).


25

9. Orang-orang yang sadar dari LGBT perlu didukung dengan sarana

dan prasarana yang memadai khususnya oleh pemerintah-agar

mereka dapat berhimpun dan memperdayakan dirinya dalam

menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari dan melaksanakan

aktivitas penyadaran kepada para LGBT yang belum sadar akan

kekeliruannya (Insists, 2015).

G. Pengaruh LGBT terhadap masyarakat Indonesia

Melihat betapa cepatnya pertumbuhan organisasi, tingginya

aktivitas serta semakin beraninya promosi yang mereka lakukan, sangatlah

wajar bila disikapi secara serius. Jangan sampai keberadaan LGBT yang

oleh mayoritas masyarakat dianggap menyimpang itu, memancing reaksi

mereka untuk bersikap dengan cara mereka sendiri. Sebab masyarakat

punya logika berfikir dan cara bertindak sendiri, manakala hal-hal yang

dianggap menyimpang tidak disikapi oleh pemerintah dengan tegas

(Febriansyah, 2018).

Mayoritas masyarakat tidak setuju pada LGBT. Namun, dari dulu

masyarakat juga sudah tahu adanya praktik LGBT, tapi tidak membuatnya

heboh karena LGBT dilakukan secara terbatas, diam-diam, tidak show off

dan melakukan kampanye, serta tidak memiliki jaringan dengan komunitas

LGBT negara lain.Dengan hadirnya media sosial berbasis internet, dunia

memang terasa semakin plural dan warna-warni.Mereka yang merasa

sebagai kelompok minoritas yang terkucilkan, kesepian dan tertindas,

sangat aktif dan efektif menggunakan fasilitas media sosial untuk


26

memperkenalkan diri, mencari  teman seideologi, dan senasib

(Febriansyah, 2018).

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid mengatakan bahwa

fenomena LGBT, seks bebas atau pernikahan sesama jenis sangat

merisaukan seluruh warga bangsa. Fenomema negatif tersebut

dikhawatirkan membawa pengaruh buruk dan menular di kalangan

generasi muda.Para orang tua pun sangat mengkhawatirkan dampak buruk

tersebut.Hidayat pun mewanti-wanti agar seluruh elemen bangsa berhati-

hati dan meningkatkan kewaspadaan agar pengaruh buruk jangan sampai

masuk ke rumah dan merusak moral anak-anak (Reza, 2018).

Sikap Majelis Agama tetap menolak segala bentuk propaganda,

promosi, dan dukungan terhadap upaya legislasi serta

perkembangan LGBT di Indonesia. serta melarang segala bentuk

dukungan dana yang diperuntukkan bagi kampanye dan sosialisasi serta

dukungan terhadap aktivitas LGBT di Indonesia yang dilakukan oleh

pihak mana pun, termasuk oleh organisasi internasional dan perusahaan

internasional. Juga mewaspadai gerakan atau intervensi pihak mana pun

dengan dalih apapun, termasuk dalih hak asasi dan dalih demokrasi untuk

mendukung LGBT (Reza, 2018).

H. Perkembangan LGBT dimancanegara

Golongan LGBT ini menggeliat dan kian mendapat tempat baik di

Indonesia maupun di seluruh dunia. Tercatat sudah 14 negara di dunia

yang melegalkan pernikahan sesama jenis. Pernikahan sesama jenis

pertama kali dilegalkan di Belanda, pada 2001. Menyusul Kanada, Afrika


27

Selatan, Belgia, dan Spanyol. Kemudian Argentina, Denmark, Islandia,

Norwegia, Portugal, dan Swedia serta terakhir Perancis (Wheare, 1996).

Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalkan pernikahan sejenis

di seluruh Negara Bagian, dengan demikian pernikahan sejenis dilindungi

oleh undang-undang Negara. Keputusan ini merupakan langkah besar bagi

komunitas LGBT di USA dimana mereka sudah lama sekali

memperjuangkan legalitas pernikahan sejenis di seluruh Negara (Cory,

1951).

Di Negara Israel, Negara ini memang belum melegalisasi

pernikahan sejenis karena lembaga-lembaga keagamaan di sana

menentangnya. Tapi bila ada warga yang menikah sesama jenis di luar

negeri, Negara akan mencatatkannya, untuk kepentingan administrasi

kependudukan dan kepentingan anak bila dikemudian hari pasangan ini

memiliki anak. Tahun 2009 melalui polling didapatkan bahwa 61% warga

Israel menyatakan menyetujui pernikahan sejenis, 31% menentang, dan

8% abstain. Kita juga ketahui, Israel adalah satu-satunya negara di Timur

Tengah yang memberi kebebasan bagi warganya merayakan LGBT pride

(Howard, 2015).

Negara-negara yang menganggap LGBT sebagai kriminal tercatat

baru 3 negara yaitu Russia, Ugandan, dan Macedonia. Sisanya, sebanyak

78 negara lebih termasuk negara negara berpenduduk Islam seperti,

negara-negara Timur Tengah, Indonesia, Brunai dan Malaysia tidak

mempunyai undang-undang anti LGBT sehinggga negara-negara tersebut


28

bisa dianggap negara yang membolehkan LGBT, walaupun tidak

melegalkan pernikahan sesama jenis (Taufani, 2007).

Seiring dengan maraknya aktifitas kaum LGBT di negara-negara

berpenduduk muslim seperti Arab Saudi, Lebanon, Syria, Malaysia

bahkan Indonesia, mereka semakin memberanikan diri untuk menunjukan

identitas. Masyarakat yang mayoritas penduduknya muslim pun digiring

kepada opini yang menganngap bahwa perilaku tersebut adalah wajar dan

harus dilindungi dari tekanan-tekanan pihak-pihak yang menolaknya

(Taufani, 2007).

I. Konsep Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan–hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi

dan menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada

stimulus (Notoadmodjo, 2010).

Pengertian persepsi dalam kamus ilmiah adalah pengamatan,

penyusunan dorngan-dorongan dalam kesatuan-kesatuan, hal

mengetahui, melalui indera, tanggapan (indera) dan daya memahami.

Oleh karena itu, kemampuan manusia untuk membedakan

mengelompokkan dan menfokuskan yang ada di lingkungan mereka

disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau

persepsi (Hayadi, 2016).

Persepsi adalah sekumpulan tindakan mental yang mengatur

impuls-implus sensorik menjadi suatu pola bermakna. Kemampuan


29

persepsi adalah sesuatu yang sifatnya bawaan dan berkembang pada

masa yang sangat dini. Meskipun kebanyakan kemampuan persepsi

bersifat bawaan, pengalaman juga memainkan peranan penting.

Kemampuan bawaan tidak akan bertahan lama karena sel-sel dalam

syaraf mengalami kemunduran, berubah, atau gagal membentuk jalur

syaraf yang layak. Secara keseluruhan kemampuan persepsi kita

ditanamkan dan tergantung pada pengalaman (Hayadi, 2016).

b. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk

dalam rentang perhatian kita. faktor penyebab ini dapat kita bagi

menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor

internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan

stimulus tersebut (Notoatmodjo, 2005)

a. Faktor Eksternal

1) Kontras : Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan

membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

a) kontras warna: jika kita naik gunung maka kita dianjurkan

menggunakan jaket warna jingga. Hal ini untuk memudahkan

pencarian jika kita tersesat di gunung. Warna jingga yang

kontras dengan warna hijau di sekelilingnya akan lebih cepat

menarik perhatian kita (Notoatmodjo, 2005).


30

b) Kontras ukuran: Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan

iklan, dimana mereka akan membuat papan iklan yang besar

sekali (balihoo) seperti yang dilakukan iklan-iklan rokok.

c) Kontras bentuk: Di antara kumpulan orang yang kurus-kurus

maka kita akan cepat menjadi perhatian orang jika kita

berbadan gemuk.

d) Kontras gerakan: Gerakan akan menarik perhatian kita jika

benda-benda lainnya diam. Misalnya, jika pada saat kuliah

ada seorang mahasiswa yang berkantuk-kantuk dan

kepalanya terayun-ayun, maka dosen pasti akan dengan cepat

memperhatikan mahasiswa ini dan menegurnya. Iklan teh

celup juga menggunakan teknik ini, di mana tangan seorang

wanita yang bergerak-gerak ketika mencelupkan tehnya akan

menarik perhatian kita di antara iklan lainnya yang diam

(Notoatmodjo, 2005).

2) Perubahan intensitas: Suara yang berubah dari pelan menjadi

keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan

menarik perhatian kita. Misalnya iklan dengan suara yang tiba-

tiba menjadi keras akan lebih menarik perhatian kita. Atau

kedipan lampu yang menyilaukan akan menarik perhatian kita

(Notoatmodjo, 2005).

3) Pengulangan (repetition): Iklan yang diulang-ulang akan lebih

menarik perhatian kita, walaupun sering kali kita merasa jengkel

dibuatnya. Dengan pengulangan, walau pun pada mulanya


31

stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian kita, maka

akhirnya akan mendapatkan perhatian kita (Notoatmodjo, 2005).

4) Sesuatu yang baru (novelty): Suatu stimulus yang baru akan lebih

menarik perhatian kita dari pada sesuatu yang telah kita ketahui.

Misalnya, muncul suatu cara terapi yang baru, dimana seseorang

akan dimasukkan dalam kapsul dan akan dipijat melalui alat,

maka orang akan terdarik dari pada melihat alat pemijat yang

konvensional. Itulah sebabnya industri yang memproduksi

barang-barang konsumtif selalu mengembangkan model

terbarunya (Notoatmodjo, 2005).

5) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak: suatu stimulus

yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian

kita. Misalnya, jika ada segerombolan orang yang berkerumun di

rel kereta api, maka kita juga akan tertarik untuk melihat apa yang

dilihat oleh gerombolan orang tersebut (Notoatmodjo, 2005).

b. Faktor Internal

1) Pengalaman/Pengetahuan: pengalaman atau pengetahuan yang

dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam

menginterprestasikan stimulus yang kita peroleh. Pengelaman

masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan

terjadinya perbedaan interprestasi (Notoatmodjo, 2005).

2) Harapan atau Expectation: Harapan terhadap sesuatu akan

mempengaruhi persepsi terhadap stimulus. Jika anda datang ke

rumah sakit membawa seseorang dalam keadaan gawat, maka


32

ketika ada seseorang dengan jas putih datang, maka anda akan

langsung memanggilnya sebagai dokter. Namun, jika anda tahu

yang datang bukan dokter, maka anda akan kecewa dan

berteriak,”mana dokternya?” (Notoatmodjo, 2005).

3) Kebutuhan: Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut

dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan

menyebabkan kita menginterprestasikan stimulus secara berbeda

(Notoatmodjo, 2005).

4) Motivasi: monivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika

seseorang ingin lulus dengan cum laude maka angka B akan

diinterprestasikan sebagai nilai yang buruk namun jika seseorang

ingin cepat lulus maka nilai B akan diinterprestasikan sebagai

nilai yang sudah baik. Atau seseorang yang termotivasi untuk

menjaga kesehatannya akan menginterprestasikan rokok sebagai

sesuatu yang negatif (Notoatmodjo, 2005).

5) Emosi: emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya

terhadap stimulus yang ada. Seseorang yang sedang jatuh cinta

merupakan contoh klasik yang bagus. Jika kita sedang jatuh cinta

maka semua akan kita persepsikan serba indah. Kita akan melihat

pacar kita sebagai seseorang yang ganteng atau cantik, baik dan

serba sempurna sehingga Gombloh menyanyikan lagunya sebagai

berikut” Jika cinta sudah melekat, tai kucing terasa coklat

(Notoatmodjo, 2005).”
33

6) Budaya: Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterprestasikan orang-orang dalam kelompoknya secara

berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar

kelompoknya sebagai sama saja inilah yang membentuk

terjadinya stereotipi. Kita akan melihat orang tua sebagai sama

saja cerewetnya dan suka membanggakan masa lalunya

(Notoatmodjo, 2005).
34

J. Kerangka Teori

Skema 2. 1 Kerangka teori LGBT

Sumber : Notoatmodjo, S (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.Hlm.236

Faktor-faktor yang mempengaruhi


persepsi :

1. Faktor Eksternal :
a. Kontras
b. Perubahan Intensitas Persepsi Masyarakat
c. Pengulangan
(Repetition)
d. Sesuatu yang baru Dampak LGBT : Persepsi
(Novelty)
masyarakat
2. Faktor Internal : 1. Dampak
a. Pengalaman terhadap
kesehan Lesbian, Gay,
atau pengetahuan
b. Harapan 2. Dampak Biseksual, dan
c. Kebutuhan sosial Transgender
d. Motivasi 3. Dampak (LGBT)
e. Emosi pendidikan
f. Budaya 4. Dampak
keamanan
Persepsi
Positif dan
Lesbian, gay, biseksual, Persepsi
dan transgender (LGBT) Negatif

Faktor yang mempengaruhi LGBT:

1. Faktor internal :
a. Keluarga
b. Biologis
c. Moral dan akhlak
d. pengetahuan agama yang lemah.
2. Faktor eksternal :
a. Budaya
b. Pergaulan dan lingkungan
c. faktor kultur sosial
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena itu konsep merupakan

abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep

hanya dapat diamati melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan

nama variable. Jadi variable adalah simbol atau lambang yang

menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Vatiable adalah sesuatu

yang bervariasi (Notoatmodjo 2010).

Input Proses Output

LGBT Dampak LGBT Persepsi

Lesbian, gay, 1. Dampak kesehatan Persepsi


biseksual dan 2. Dampak positif dan
transgender pendidikan persepsi
3. Dampak sosial negatif
4. Dampak
keamanan

Gambar 3.1 : Kerangka Konsep

35
36

B. Defenisi operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang di

maksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010).

Tabel 3.1
Defenisi operasional
No Variabel Defenisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Independen Persepsi Kuisioner Wawancara -Baik > dari Ordinal
Persepsi adalah mean
Masyarakat pandangan -Tidak Baik <
masyarakat dari mean
dalam
mengartikan
LGBT yang
masuk
kedalam
indera
masyarakat
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan survei

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Pada umumnya survei deskriptif digunakan untuk

membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu

program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun

perencanaan perbaikan program tersebut (Notoatmodjo, 2010)

Survei deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang

dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena

yang terjadi di dalam masyarakat terkait dengan kesehatan sekelompok

penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu

(Notoatmodjo, 2010).

Peneliti melakukan penelitian menggunakan informasi atau data

yang bersifat close ended (jawaban tertutup) yaitu pemberian kuesioner

kepada masyarakat untuk menggambarkan persepsi masyarakat Kota

Bukittinggi terhadap perilaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender

(LGBT) di Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi. yang akan

disajikan dalam bentuk deskripsi. Untuk memperkuat data dan hasil

penelitian juga dapat dilakukan wawancara kepada masyarakat.

37
38

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tentang “Persepsi Masyarakat Kota Bukittinggi terhadap

Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan

Labuah Kota Bukittinggi. dipilih berdasarkan tujuan dari penelitian yang

ingin dicapai. Lokasi penelitian akan di lakukan di Kecamatan Aur Birugo

Tigo Baleh Kelurahan Pakan Labuah . Pada bulan Oktober-Desember

2019.

C. Populasi Penelitian

Populasi keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.

Dalam survei ini populasinya sebanyak 920 kepala keluarga (KK) atau

seluruh warga Kota Bukittinggi di Kelurahan Pakan Labuah yang punya

hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17

tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan

(Notoatmodjo, 2010).

D. Sampel Penelitian

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan cara

Proposional random sampling yaitu membagi jumlah atau anggota

populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya

adalah interval sampel (Notoatmodjo, (2010). Pada penelitian ini

pengambilan sampel dengan melakukan survei kepada 91 orang

masyarakat di Kelurahan Pakan Labuah. Penarikan sampel dilakukan


39

dengan memilih Desa/Kelurahan kemudian di pilih secara random. Di

masing-masing Lingkungan dipilih secara random 2 KK, di KK terpilih

dipilih secara random satu orang yang punya hak pilih laki-

laki/perempuan.

1. Jumlah Sampel

penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan

rumus :

n= N

1+ N (d)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikasi (p)

Penelitian ini dilakukan pada masyarakat Kota Bukittinggi

di Kelurahan Pakan Labuah Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh. dengan jumlah populasi sebanyak 920 kepala

keluarga (KK) dan tingkat signifikan 10%. Dengan

menggunakan rumus :

n= N

1+ N (d)2

n= 920

1+920 (0,1)2
40

n= 920

10,2

n = 90,196 di bulatkan menjadi 91

2. Kriteria Sampel

Adapun kriteria inklusi dan eklusi adalah :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek

penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang

memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002)

yaitu :

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Masyarakat yang telah berumur 17 tahun.

2) Sehat jasmani dan rohani.

3) Berdomisili di Kelurahan Pakan Labuah.

4) Bersedia menjadi informan

b. Kriteria eklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek

penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak

memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2002). Kriteria eksklusi penelitian ini

adalah masyarakat yang dalam keadaan sakit fisik dan

kejiwaan.
41

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpula data. Instrumen penelitian ini dapat berupa kuisoner, (daftar

pertanyaan), fomulir observasi dan fomulir-fomulir lain yang berkaitan

dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, (2010).

Alat yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Kuesioner dengan 17 pertanyaan (SMRC, 2018)
2. Lembaran informed consent atau lembar persetujuan
3. Lembar formulir data responden

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah

dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Proses pengolahan data

ini melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran

data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian

kode penting bila pengolahan data dan analisis data

menggunakan komputer.
42

3. Entri Data

Data entri adalah memasukkan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau data base komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi.

4. Cleaning Data

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang telah dimasukkan kedalam komputer untuk

memastikan data bersih dari kesalahan sehingga siap

dianalisis.

G. Teknik Analisis Data

analisis data yang akan dilakukan berupa analisis univariate. yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Notoadmodjo, 2010). Dimana dalam penelitian ini

hanya mengunakan satu variabel yaitu persepsi masyarakat Kota

Bukittinggi terhadap perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender

(LGBT). yang pada umumnya hasil dari analisis ini adalah persentase dari

variabel (Notoadmodjo, 2010).

H. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian menunjukkan prinsip-prinsip etis yang

diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai

dengan publikasi hasil penelitian. Pelaku penelitian atau peneliti dalam

menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian hendaknya

memegang teguh sikap ilmiah serta berpegang teguh pada etika penelitian
43

(Notoadmodjo, 2010). Secara garis besar dalam melakukan penelitian ada

empat prinsip yang harus dipegang teguh, yakni:

1. Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia (Respect For

Human Dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek

penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga

memberikan kebebasan kepada subjek untuk memberikan

informasi atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).

Peneliti seyogianya mempersiapkan formulir persetujuan subjek

(inform concent).

2. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subjek Penelitian

(Respect For Privacy And Confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk

privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi.

Setiap orang berhak untuk tidak memberikan apa yang

diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak

boleh menampilkan informasi mengenai indentitas dan

kerahasiaan indentitas subjek. Peneliti cukup menggunakan

coding sebagai ganti indentitas responden.

3. Keadilan Dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect For Justice An

Inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti

dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu,


44

lingkungan peneliti perlu dikondisikan sehingga memenuhi

prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur

penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua sebjek

penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama,

tanpa membedakan jender, agama, etnis dan sebagainya.

4. Mempertimbangkan Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan

(Balancing Harms And Benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat

semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan

subjek penelitian khususnya. Peneliti hendaknya berusaha

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.


BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Pakan Labuah terletak di Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh (ABTB). Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh (ABTB) dengan Luas

wilayah 9,252 Km2 (24,778%, mempunyai penduduk sebanyak 20.733

orang dengan kepadatan rata-rata 3.316 jiwa per-km2. kecamatan ini

terdiri dari 9 Kelurahan yaitu : Kelurahan Belakang Balok, Kelurahan

Birugo, Kelurahan Aur Kuning, Kelurahan Sapiran, Kelurahan Kubu

Tanjung, Kelurahan Pakan Labuah, Kelurahan Ladang Cakiah, Kelurahan

Parit Antang.

Sedangkan untuk wilayah Kelurahan Pakan Labuah memiliki luas

wilayah yaitu 1,18 km. dengan batas wilayah sebelah barat berbatasan

dengan wilayah Kelurahan Aur Kuning, sedangkan sebelah Utara

berbatasan dengan wilayah Kelurahan Parit Antang, untuk sebelah Timur

berbatasan dengan wilayah Kelurahan Ladang cakiah.

Tabel : 5.1 Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden

No Karakteristik Responden Jumlah


1 Jenis Kelamin Laki – laki 47
Perempuan 43
2 Kelompok Umur Dewasa Awal 17
Dewasa Akhir 27
Lansia Awal 21
Lansia Akhir 16
Manula 9
Total 90

44
45

B. Karakteristik Responden
Dari karekteristik responden di atas bahwa responden dengan jenis

kelamin laki – laki berjumlah 47 responden, sedangkan untuk responden

dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 43 responden. Untuk katergori

umur dewasa awal berjumlah 17 responden, untuk dewasa akhir berjumlah

27 responden, untuk lansia awal berjumlah 21 responden, untuk lansia

akhir berjumlah 16 responden, dan untuk manula berjumlah 9 responden.

C. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang di lakukan terhadap masing

– masing variabel dari penelitian, dengan menggunakan analisis distribusi

frekuensi dan statistik deskriptif untuk melihat variabel independen dari

persepsi masyarakat terhadap LGBT di kelurahan pakan labuah kota

Bukittinggi. Hasil analisa univariat dari penelitian ini adalah :

1. Pertanyaan 1

Apakah anda mengetahui apa itu LGBT ?


91
81 77
71
61
51
41
31
21 14
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.1 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 1


46

Dari Gambar 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 77 responden menyatakan bahwa mereka mengetahui apa itu

LBGT, sedangkan 14 responden menyatakan bahwa mereka tidak

mengetahui apa itu LGBT.

2. Pertanyaan 2

Apakah bersedia LGBT sebagai anggota


keluarga ?
91 85
81
71
61
51
41
31
21
11 6
1
Ya Tidak

Grafik 5.2 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 2

Dari Gambar 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 6 responden menyatakan bahwa mereka bersedia menerima

jika ada seseorang atau beberapa dari anggota keluarga mereka yang

LGBT, sedangkan 85 responden menyatakan bahwa mereka tidak bersedia

menerima jika ada sesorang atau beberapa dari anggota keluarga mereka

yang LGBT.
47

3. Pertanyaan 3

Apakah bersedia LGBT sebangai anggota


tetangga ?
91 83
81
71
61
51
41
31
21
11 8
1
Ya Tidak

Grafik 5.3 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 3

Dari Gambar 5.3 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 8 responden menyatakan bahwa mereka bersedia menerima

jika ada tetangga mereka yang LGBT, sedangkan 83 responden

menyatakan bahwa mereka tidak bersedia menerima Jika ada tentangga

mereka yang LGBT.

4. Pertanyaan 4

Perilaku LGBT menentang ajaran agama


islam ?
90
91
81
71
61
51
41
31
21
11
1
1
Ya Tidak

Grafik 5.4 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 4


48

Dari Gambar 5.3 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 90 responden menyatakan bahwa LGBT sangat menentang

ajaran Agama Islam, sedangkan 1 responden menyatakan bahwa LGBT

tidak menentang ajaran Agama Islam.

5. Pertanyaan 5

Perilaku LGBT termasuk gangguan


kejiwaan ?
91
81
71 65
61
51
41
31 26
21
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.5 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 5

Dari Gambar 5.5 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 65 responden menyatakan bahwa seseorang LGBT merupakan

orang dengan gangguan kejiwaan, sedangkan 26 responden menyatakan

bahwa orang yang LGBT tidak memiliki gangguan kejiwaan.


49

6. Pertanyaan 6

Perilaku LGBT dapat di sembuhkan ?


91
81
70
71
61
51
41
31
21
21
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.6 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 6

Dari Gambar 5.6 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 70 responden menyatakan bahwa seseorang yang LGBT dapat

di sembuhkan, sedangkan 21 responden menyatakan bahwa seseorang

yang LGBT tidak dapat di sembuhkan.

7. Pertanyaan 7

Perilaku LGBT dapat menyebabkan


penyakit HIV/AIDS ?
91 82
81
71
61
51
41
31
21
11 9
1
Ya Tidak

Grafik 5.7 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 7


50

Dari Gambar 5.7 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 82 responden menyatakan bahwa seseorang yang LGBT dapat

terkena penyakit HIV/AIDS, sedangkan 29 responden menyatakan bahwa

seseorang yang LGBT tidak dapat terkena penyakit HIV/AIDS.

8. Pertanyaan 8

Jika ada perilaku LGBT di wilayah sekitar


anda apakah akan di usir ?
91
81
71
61 53
51
41 38
31
21
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.8 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 8

Dari Gambar 5.8 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 38 responden menyatakan bahwa akan mengusir seseorang

yang LGBT di sekitar wilayah Kelurahan Pakan Labuah, sedangkan 53

responden menyatakan bahwa seseorang yang LGBT tidak di usir dari

wilayah Kelurahan Pakan Labuah.


51

9. Pertanyaan 9

Apakah anda setuju jika orang dengan


perilaku LGBT menjabat sebagai kepala
daerah ?
91 88
81
71
61
51
41
31
21
11 3
1
Ya Tidak

Grafik 5.9 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 9

Dari Gambar 5.9 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 3 responden menyatakan bahwa akan terima seseorang yang

LGBT sebagai kepala daerah, sedangkan 88 responden menyatakan bahwa

tidak akan terima seseorang yang LGBT sebagai kepala daerah.

10. Pertanyaan 10

Perilaku LGBT mengancam masa depan


seseorang ?
91
81 76
71
61
51
41
31
21 15
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.10 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 10


52

Dari Gambar 5.10 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 76 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT sangat

mengancam masa depan seseorang, sedangkan 15 responden menyatakan

bahnwa perilaku LGBT tidak mengancam masa depan seseorang.

11. Pertanyaan 11

Apakah perilaku LGBT dapat menular ?


91
81
71 65
61
51
41
31 26
21
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.11 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 11

Dari Gambar 5.11 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 65 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT dapat

menular, sedangkan 26 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT

tidak dapat menular.


53

12. Pertanyaan 12

Perilaku LGBT baik untuk kesehatan ?


91
81 73
71
61
51
41
31
21 18
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.12 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 12

Dari Gambar 5.12 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 18 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT tidak

berpengaruh untuk kesehatan, sedangkan 73 responden menyatakan

perilaku LGBT tidak baik untuk kesehatan.

13. Pertanyaan 13

Perilaku LGBT tidak dapat di terima di


lingkungan sekitar ?
91
81
71
61
51
51
40
41
31
21
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.13 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 13


54

Dari Gambar 5.13 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 40 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT akan di

terima di lingkungan sekitar, sedangkan 51 responden tidak akan

menerima perilaku dengan LGBT di lingkungan sekitar.

14. Pertanyaan 14

LGBT dapat merusak generasi muda


bangsa ?
91 86
81
71
61
51
41
31
21
11 5
1
Ya Tidak

Grafik 5.14 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 14

Dari Gambar 5.14 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 86 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT dapat

merusak generasi muda bangsa, sedangkan 5 responden menyatakan

bahwa perilaku LGBT tidak dapat merusak generasi muda bangsa.


55

15. Pertanyaan 15

Apakah LGBT dapat meresahkan


masyarakat ?
89
91
81
71
61
51
41
31
21
11 2
1
Ya Tidak

Grafik 5.15 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 15

Dari Gambar 5.15 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 89 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT merusak

sangat meresahkan Masyarakat, sedangkan 2 responden menyatakan

bahwa perilaku LGBT tidak meresahkan Masyarakat.

16. Pertanyaan 16

Apakah LGBT memiliki hak hidup di


Indonesia ?
91
81
71
61
51
51
40
41
31
21
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.16 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 16


56

Dari Gambar 5.16 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 40 responden menyatakan bahwa perilaku LGBT mempunyai

hak hidup di Indonesia, sedangkan 51 responden menyatakan bahwa

perilaku LGBT tidak ada memiliki hak hidup di Indonseia.

17. Pertanyaan 17

Apakah pemerintah harus melindungi


LGBT ?
91
81
71 67
61
51
41
31 24
21
11
1
Ya Tidak

Grafik 5.17 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 17

Dari Gambar 5.17 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, 24 responden menyatakan bahwa pemerintah harus melindungi

perilaku LGBT untuk di kasih rehabilitas, sedangkan 67 responden

menyatakan bahwa pemerintah tidak harus melindungi perilaku LGBT.


57

18. Persepsi Masyarakat

Persepsi Masyarakat
91
81
71
61 55
51
41 36
31
21
11
1
Baik Tidak Baik

Grafik 5.18 Grafik Frekuensi Jawaban Responden Pertanyaan 18

Dari Gambar 5.18 diatas dapat disimpulkan bahwa dari total 91

responden, di dapatkan sebanyak 55 responden memiliki persepsi yang

baik bahwa responden menganggap bahwa LGBT adalah perilaku yang

salah atau menyimpang.


BAB VI
PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

Persepsi adalah sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-

implus sensorik menjadi suatu pola bermakna. Kemampuan persepsi adalah

sesuatu yang sifatnya bawaan dan berkembang pada masa yang sangat dini.

Meskipun kebanyakan kemampuan persepsi bersifat bawaan, pengalaman

juga memainkan peranan penting. Kemampuan bawaan tidak akan bertahan

lama karena sel-sel dalam syaraf mengalami kemunduran, berubah, atau

gagal membentuk jalur syaraf yang layak. Secara keseluruhan kemampuan

persepsi kita ditanamkan dan tergantung pada pengalaman ((Hayadi, 2016)).

Lesbian adalah seorang homosexual, perempuan yang mengalami

percintaan atau tertarik secara seksual kepada perempuan lain. Istilah

lesbian juga digunakan untuk mengexpresikan identitias seksual atau

perilaku seksual berkaitan dengan orientasi sex (Budiarti, 2016)

Gay menurut kamus adalah seseorang yang tertarik kepada jenis

kelamin yang sama dan tidak tertarik kepada sex lawan jenis. Gay pada

dasarnya adalah istilah yang merujuk kepada seorang (laki laki)

homosexual, yaitu laki laki yang berhubungan dengan sesama sejenis atau

laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (Budiarti, 2016).

Bisexualitas adalah ketertarikan secara romantis, perilaku sexual atau

ketertarikan secara sexual kepada laki laki dan perempuan,sumber lain

menyatakan sebagai romantisme atau ketertarikan secara sexual kepada

58
59

semua jenis kelamin atau identitas gender. Pada dasarnya istilah bisexualitas

biasanya digunakan untuk menggambarkan ketertarikan romantisme atau

ketertarikan sexual dalam konteks manusia kepada orang lain tanpa

membedakan laki laki atau perempuan (Budiarti, 2016).

Transgender mengacu kepada identitas gender seseorang yang tidak

terkait dengan jenis kelamin biologis yang diperolehnya sejak lahir Istilah

transgender diIndonesia lebih banyak dikenal sebagai Waria, beberapa

daerah juga mempunyai istilah yang menggambarkan transgender seperti,

wadam, bencong,calabai,dan wandu (Budiarti, 2016).

Berdasarkan gambar 5.18 diketahui bahwa dari 91 orang responden,

terdapat 55 responden memiliki persepsi yang baik dan 36 responden lagi

memiliki persepsi yang tidak baik terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan

Transgender (LGBT) di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Kelurahan

Pakan Labuah.

Menurut asumsi peneliti sebagian masyarakat sudah mengetahui

tentang apa itu LGBT hal ini dapat terlihat berdasarkan jawaban responden

terhadap kuesioner penelitian yang mana didapatkan untuk pertanyaan

nomor 1 untuk pengetahuan tentang LGBT terdapat sebanyak 76 responden

yang menjawab tahu.

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh responden bahwa mereka

mengetahui informasi mengenai LGBT dikarenakan berita tentang LGBT

sering disiarkan di televisi, internet dan media sosial lainnya seperti

instagram dan facebook.


60

Informasi yang mereka dapatkan dari media elektronik ini biasanya

dalam bentuk berita negatif tentang LGBT. Karena hal tersebut masyarakat

memiliki pandangan yang buruk terhadap LGBT. Tetapi tidak semua

masyarakat yang memiliki pandangan buruk terhadap LGBT. Berdasarkan

hasil penelitian ditemukan bahwa ada responden memiliki persepsi yang

baik tentang LGBT ini. Dari hasil wawancara dengan responden diketahui

bahwa sebagian responden mengatakan bahwa mereka tidak terlalu peduli

dengan masalah LGBT apabila hal tersebut tidak mengganggu kehidupan

pribadi mereka. Meskipun bersikap acuh demikian tetapi sebagian besar

responden tetap melakukan penolakan terhadap orang yang melakukan

LGBT.

Diketahui berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan

kuesioner nomor 2 tentang penerimaan responden terhadap LGBT sebagai

anggota keluarga. Sebagian besar responden yaitu sebanyak 84 orang

menolak seorang yang melakukan LGBT sebagai anggota keluarga dan 6

orang lagi menerimanya. Penolakan dilakukan dikarenakan mereka

berpendapat bahwa perilaku LGBT telah melanggar kodrat dan menyalahi

aturan agama. Sehingga hal seperti ini merupakan aib bagi keluarga.

Adapaun responden yang tetap menerima pelaku LGBT sebagai anggota

keluarga beralasan bahwa mereka tetap harus menerima pelaku LGBT

sebagai anggota keluarga karena mereka merasa tidak mungkin untuk

membuang atau tidak mengaanggap anggota keluarga sendiri sebesar

apapun kesalahan anggota keluarga harus tetap bisa dimaafkan dan

dibimbing ke arah yang benar, bukan malah diasingkan.


61

Meskipun sebagian besar responden tidak dapat menerima pelaku

LGBT sebagi anggota keluarga tetapi sebagian besar responden masih dapat

menerima pelaku LGBT sebagai tetangga mereka. Dari hasil penelitian

diketahui bahwa dari 91 responden sebanyak 8 orang bersedia menerima

pelaku LBGT sebagai tetangga. Beberapa responden yang menerima pelaku

LGBT sebagai tetangga mengatakan bahwa mereka menerima pelaku LBGT

sebagai tetangga selama mereka tidak mengganggu kehidupan pribadi

mereka dan tidak melakukan kegiatan LBGT-nya secara terang-terangan.

Beberapa pendapat lain mengatakan bahwa itu kegiatan tersebut adalah

urusan pribadi mereka, jadi responden tidak memiliki hak untuk mengurusi

urusan pribadi seorang LGBT.

Dari pertanyaan no.4 diketahui bahwa seluruh responen menjawab

prilaku LGBT menantang ajaran agama islam. Mereka nyatakan bahwa

suatu perilaku yang melenceng dari aturan agama merupakan perilaku yang

tidak dapat diterima. Perkara LGBT ini pun juga secara jelas telah

disalahkan dalam Al-Qur’an. Perilaku LGBT merupakan suatu perilaku

yang dilaknat oleh Allah SWT. Mereka berpendapat bahwa manusia

diciptakan sudah dengan kodratnya masing-masing. Apabila manusia keluar

dari kodrat yang telah ditetapkan tersebut maka mereka termasuk kedalam

menentang ajaran Agama islam. Apalagi kegaiatan LGBT ini dapat

mengarah kepada perzinaan dan pernikahan sesama jenis. Sedangkan dalam

ajaran Agama Islam bahwa manusia itu diciptkan berpasang-pasangan yaitu

antara laki-laki dan perempuan bukan atara laki-laki dengan laki-laki atau

perempuan dengan perempuan dan sebaginya.


62

Kurang pengetahuan dan pemahaman agama merupakan factor

internal yang mempengaruhi terjadinya homoseksual. Ini kerana penulis

merasakan didikan agama dan akhlak sangat penting dalam membentuk

akal, pribadi dan pribadi individu itu. Pengetahuan agama memainkan peran

yang penting sebagai benteng pertahanan yang paling ideal dalam mendidik

diri sendiri untuk membedakan yang mana baik dan yang mana yang

sebaliknya, haram dan halal dan lain-lain (Nevid, 2014)

Dalam penelitian ini sebanyak 64 responden berpendapat bahwa

perilaku LGBT ini merupakan sebuah gangguan kejiawaan. Responden

setuju dengan hal tersebut dikarenakan responden berpendapat bahwa

pelaku LGBT ini adalah orang-orang yang tersakiti secara fisik dan mental

sehingg dia lebih memilih jalan yang menyimpang untuk melampiaskan rasa

kesal atau pun rasa trauma mereka terhadap suatu peristiwa yang

menyakitkan. Sebanyak 26 responden yang tidak berpendapat bahwa

perilaku LGBT ini bukan sebuah gangguan jiwa ini mengatakan bahwa

kegiatan LGBT ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pelaku secara

sadar tanpa ada paksaan dari orang lain yang mana hal ini merupakan akibat

dari pergaualan yang salah dari pelaku LGBT tersebut.

Dari pertanyaan no 6. Diketahui juga bahwa responden berpendapat

bahwa perilaku LGBT ini dapat disembuhkan karena mereka merupakan

seseorang yang sedang mengalami gangguan mental sehingga dpat diterapi

untuk menghilangkan trauma yang pernah mereka alami sebelumnya.

Sebagian lagi yang berpendapat bahwa LGBT ini tidak dapat disembuhkan

karena perilaku LGBT ini mereka lakukan seara sadar dan dengan keinginan
63

sendiri dan merupakan kegiatan yang sudah menjadi sesuatu yang biasa bagi

mereka, sesuatu yang sudah terbiasa tersebut akan sangat susah untuk

merubahnya atau disembuhkan secara total.

Menurut ahli Gay dapat disebabkan karena gangguan fungsi otak sulit

disembuhkan karena pola kerja, zat-zat otak, dan pola cetakan sambungan

saraf otak yang telah terbentuk. Demikian juga gay yang disebabkan karena

gangguan perkembangan psikoseksual masa anak-anak, hampir pasti tidak

dapat disembuhkan. Untuk kedua hal tersebut perlu dilakukan upaya serius

dan perrawatan intensif dengan harapan (mungkin) dapat mengurangi

kuatnya ikatan perilaku homoseksnya (Dannis, 2014)

Dari pertanyaan no 7 diketahui bahwa dari 91 responden, terdapat 81

responden yang setuju kalau perilaku LGBT dapat menyebabkan terjadinya

HIV/AIDS. Sebagian besar responden berpendapat bahwa setiap pelaku

LGBT merupakan orang yang memiliki penyimpangan seksual yang

mengarah pada sex bebas sehingga pelaku LGBT ini akan sangat mudah

untuk terkena HIV/Aids dikarenakan perilaku seksual yang menyimpang

tersebut. Sebanyak 9 responden yang menjawab tidak mengatakan bahwa

pelaku LGBT memiliki suatu organisasi yang didalamnya mereka juga

melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan mereka bukanlah orang

yang suka berganta-ganti pasangan. Hanya saja mereka memiliki perilaku

yang menyimpang. Hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan

pelaku LGBT melanggar hakitat manusia diciptakan berpasangan tersebut

dengan mereka merubah jenis kelamin dan juga menyukai sesama jenis dan

sebagainya.
64

Menurut Sinyo, 2014 Dampak-dampak kesehatan yang dapat merusak

pelaku LGBT di antaranya sebagai berikut: 78% pelaku homo seksual

terjangkit penyakit kelamin menular. Rata-rata usia kaum gay adalah 42

tahun dan menurun menjadi 39 tahun jika korban AIDS dari golongan gay

dimasukkan ke dalamnya. Sedangkan rata-rata usia lelaki yang menikah dan

normal adalah 75 tahun. Rata-rata usia Kaum lesbian adalah 45 tahun

sedangkan rata-rata wanita yang bersuami dan normal 79 tahun.

Menyebabkan rusaknya organ-organ peranakan (reproduksi) dan dapat

melemahkan sumber-sumber utama pengeluaran mani dan membunuh

sperma sehingga akan menyebabkan kemandulan. Wanita lesbian atau

biseksual beresiko terjangkit HIV jika ia atau pasangannya mempunyai

riwayat memiliki pasangan seksual pria dalam sepuluh tahun terakhir atau

riwayat penggunaan obat-obat intravena (Sinyo, 2015).

Berdasarkan pertanyaan no 8 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 37 responden menyatakan bahwa pelaku LGBT akan di

usir dari wilayah sekitar responden. Sebagain responden yang berpendapat

bahwa pelaku LGBT akan di usisr dari wilayah sekitar respoden tinggal

berpendapat bahwasanya perilaku LGBT ini merupakan perilaku yang

bertentangan dengan agama dan juga norma-norma yang berlaku sehingga

mereka akan menjadi suatu contoh yang sangat buruk bagi generasi penerus.

Untuk mengatasi hal tersebut mereka beranggapan jika ada pelaku LGBT di

lingkungan mereka, orang tersebut akan di usir atau dikucilkan dari

masyarakat. Sebanyak 53 responden yang menjawab tidak berpendapat

bahwa setiap orang memiliki hak masing masing. Jika seorang pelaku
65

LGBT tidak mengganggu kehidupan mereka maka pelaku LGBT tersebut

tidak akan di usir. Contohnya seorang waria masih tetap dibiarkan ada

dimana-mana oleh masyarakat, malahan menjadikan mereka sebagai bahan

hiburan dan juga candaan.

Berdasarkan pertanyaan no 9 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 87 responden tidak setuju apabila pelaku LGBT

menjabat sebagai kepala daerah. Responden berpendapat bahwa pemerintah

merupakan orang orang yang seharusnya dapat memberikan contoh yang

baik kepada masyarakat dan memilik perilaku yang sesuai dengan Undang-

undang dan Pancasila. Pancasila pertama saja berisikan ketuhanan yang

maha esa, sangat jelas sekali apabila ada aparat pemerintah yang merupakan

seorang LGBT dia telah melanggar undang-ndang dan pancasila karena

LGBT sangat bertentangan dengan ajaran Agama Islam. Sedangkan 3

responden berasumsi siapa saja boleh menjabat sebagai kepala daerah kalau

seseorang itu sanggup dan bekerja dengan baik.

Berdasarkan pertanyaan no 10 dapat diketahui bahwa dari 90

responden, terdapat 75 responden berpendapat bahwa perilaku LGBT dapat

mengancam masa depan seseorang. Responden setuju dengan pendapat

bahwa LGBT akan mengancam masa depan seseorang dikarenakan

masyarakat Indonesia tidak akan pernah menerima LGBT untuk menjadi

bagian dari mereka. Orang yang LGBT ini pun nantinya akan sulit untuk

mencari pekerjan karena sebagian besar tempat kerja tidak menerima

apabila ada karyawannya yang merupakan seorang pelaku LGBT.


66

Berdasarkan pertanyaan no 11 dapat diketahui bahwa dari 90

responden, terdapat 64 responden berpendapat bahwa perilaku LGBT dapat

menular. Responden berpendapat bahwa seseorang dapat menularkan

perilakuanya keapada orang lain termasuk se orang LGBT. Se orang LGBT

akan berusaha menarik orang lain untuk ikut kedalam dunia mereka dengan

cara mempengaruhi orang-orang sekitarnya.

Berdasarkan pertanyaan no 12 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 73 responden berpendapat bahwa perilaku LGBT tidak

baik untuk kesehatan. Mereka setuju bahwa perilaku merupakan perilaku

yang dapat mengganggu kesehatan mental seseorang. Seseorang yang sudah

memiliki gangguan mental akan sangat cendrung untuk memiliki gangguan

pada fisik mereka seperti orang yang stres akan mudah mendapatkan

berbagai penyakit.

Berdasarkan pertanyaan no 13 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 52 responden berpendapat bahwa perilaku LGBT tidak

dapat diterima dilingkungan sekitar. Responden mengatakan jika ada

seorang LGBT yang meresahkan kehidupan mereka di lingkungan sekitar

tempat tinggal maka mereka tidak akan menerima kehadiran orang tersebut

karena menurut responden suatu hal yang buruk tersebut dapat

menyebabkan suatu bencana atau azab bagi lingkungan sekitar mereka.

Berdasarkan pertanyaan no 14 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 86 responden berpendapat bahwa perilaku LGBT dapat

merusak generasi muda bangsa. Mereka berpendapat bahwa perilaku LGBT

merupakan perilaku yang tidak bermoral yang dapat merusak kepribadian


67

seseorang. Apabila LGBT terus dibiarkan mereka akan semakin menarik

orang lain untuk bergabung dan setuju dengan perilaku mereka. Apabila

banyak generasi muda yang tertarik dan ikut dengan LGBT ini maka hal

tersebut akan merusak sosial, mental, psikologis dan agama dari anak

tersebut.

Berdasarkan pertanyaan no 15 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 88 responden berpendapat bahwa perilaku LGBT dapat

meresahkan masyarakat. Responden setuju dengan pendapat tersebut.

Sebagai seorang masyarakat responden merasa akan sangat resah apaila ada

orang yang merupakan pelaku LGBT yang berada disekitar tempat tinggal

mereka apalagi pelaku LGBT tersebut secara terang-terangan menunjukan

jatidirnya. Hal tersebut akan sangat mengganggu bagi masyarkata lainnya.

Berdasarkan pertanyaan no 16 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 50 responden berpendapat bahwa pelaku LGBT tidak

memiliki hak hidup di Indonesia. Sebagian dari responden sependapat

bahwa seorang LGBT tidak memiliki hak hidup di indonesia karean

Indnesia merupakan negera ketuhan yang mana perilaku LGBT ini

bertentangan dengan aturan negara indonesia.

Berdasarkan pertanyaan no 17 dapat diketahui bahwa dari 91

responden, terdapat 66 responden berpendapat bahwa pelaku LGBT tidak

harus mendapat perlindungan dari pemerintah. Hampir semua responden

setuju bahwa pelaku LGBT tidak harus mendapat perlindungan dari

pemerintah karena perilaku ini merupakan suatu pelanggaran bagi hukum

dan norma-norma yang berlaku di Indonesia. Apabila seseorang melanggar


68

seharusnya bukan perlindungan yang mereka dapatkan tetapi pelaku LGBT

ini harusnya diberikan hukuman karena telah melanggar aturan yang ada.

Dampak negatif yang ditimbulkan oleh fenomena LGBT tersebut

tidak hanya merusak sisi kesehatan seseorang, tetapi mengikis dan

menggugat keharmonisan hidup bermasyarakat serta merusak moral suatu

bangsa. Dari sudut sosiologi seseorang yang sudah terkena LGBT dapat

menyebabkan peningkatan gejala sosial dan maksiat hingga tidak dapat

dikendalikan. Gejala ini juga bisa merusakkan institusi keluarga dan

membunuh keturunan. Keluarga adalah unit dasar suatu masyarakat dan

selanjutnya pembentukan sebuah bangsa dan negara. Namun dengan

fenomena Lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) yang menular ke

seluruh masyarakat dunia, termasuk negara kita, ia memberi berbagai efek

kepada institusi keluarga yang tradisi sifatnya dampak-dampak yang

ditimbulkan (Pranata, 2015)

Penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang didapatkan

oleh Firman Hayadi (2017) tentang Persepsi Masyarakat Tentang Fenomena

Lgbt (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) Di Kabupaten Bengkulu

Selatan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari ke-4 informan

mengenai persepsi masyarakat tentang LGBT, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek sosial budaya: LGBT tidak bisa

diterima dalam masyarakat karena dianggap komunitas yang menyimpang

dan penerimaan kaum LGBT tergantung caranya bersosialisasi. 2. Aspek

agama: LGBT dilarang berkembang atau bahkan haram hukumnya. 3.


69

Aspek kesehatan reproduksi: Kebiasaan yang dianut LGBT bisa

menyebabkan kerusakan atau disfungsi alat reproduksi (Hayadi, 2017)

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Windy Wijaya tentang

Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Peran Komunitas LGBT Dalam

Mendukung Pariwisata Di Bali - Studi Kasus Di Kelurahan Seminyak, Kuta

menyatakan bahwa Perilaku kaum LGBT merupakan suatu bentuk

penyimpangan yang bertolak belakang dengan budaya Bali. Akan tetapi

peran LGBT ini justru juga memberikan dampak yang positif dalam

mendongkrak pariwisata di Bali. Hal ini dapat dilihat dari adanya

wisatawan-wisatawan yang datang mengunjungi club-club LGBT. Dengan

adanya penyimpangan seperti ini, masyarakat lokal justru bersikap tidak

mempedulikan hal tersebut. Setelah dilakukan wawancara dengan beberapa

masyarakat di daerah seminyak, dapat disimpulkan bahwa ada yang

memang setuju dengan adanya club-club LGBT ini, ada juga yang tidak

setuju dengan ada nya club tersebut. Pihak yang setuju memiliki alasan

bahwa hal tersebut selama tidak mengganggu warga sekitar maka tidak

masalah. Kalangan masyarakat yang tidak setuju sebagian besar

memberikan alasan bahwa hal tersebut merupakan tindakan negatif yang

dapat berdampak bagi kepribadian generasi-generasi muda (Wijaya, 2016)

Dari kesimpulan semua pertanyaan yang telah diberikan kepada

responden diketahui bahwa dari 90 orang responden, terdapat 54 responden

memiliki persepsi yang baik terhadap Lesbian, Gay, Biseksual dan

Transgender (LGBT) di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Kelurahan

Pakan Labuah dan sebagian lagi memiliki persepsi yang tidak baik. Dari
70

hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa masih adanya pro dan kontra di

dalam masyarakat tentang pengetahuan dan penerimaan masyarakat tentang

perilaku LGBT yang sedang marak terjadi. Sebagian mereka tidak peduli

dengan perilaku LGBT ini dan sebagian lagi sangat anti dengan perilaku

LGBT ini.

Menurut asumsi peneliti masyarakat masih memiliki pengetahuan

yang kurang tentang LGBT sehingga masih banyak yang tidak peduli

dengan perilaku LGBT ini. Salah satu faktornya mungkin jga disebabkan

karena masih jaranganya pemerintah atau tenaga kesehatan

mensosialisasikan tentang pengaruh, bahaya, dan dampak yang ditimbulkan

akibat perilaku LGBT ini. Peneliti juga berasumsi bahwa hal ini juga

disebabkan karena masyarkat di daerah Pakan Labuah masih ada yang

memiliki kehidupan bertetangga yang cuek. Sehingga apapun yang

dikerjakan oleh tetangganya yang lain maka dia tidak akan peduli selagi hal

tersebut tidak mengganggu kehidupan mereka.

Peneliti berpendpat disini sangat dibutuhkan peran dari pemerintah

dan tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat

sehingga masyarakat lebih memahami apai itu Perilaku LGBT serta apa

dampak yang ditimbulkan oleh LGBT tersebut baik dari pelaku, masyarakat

dan juga suatu daerah.


BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang Persepsi Masyarakat Terhadap LGBT

Di Kelurahan Pakan Labuah Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh ( ABTB)

Kota Bukittinggi tahun 2020, penulis meneliti 91 orang responden dengan

47 responden berjenis kelamin laki-laki, 43 responden berjenis kelamin

perempuan. Maka dari itu dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Dari total 91 responden, 77 responden menyatakan bahwa mereka

mengetahui apa itu LBGT, sedangkan 14 responden menyatakan

bahwa mereka tidak mengetahui apa itu LGBT.

2. Dari total 91 responden, 6 responden menyatakan bahwa mereka

bersedia menerima jika ada seseorang atau beberapa dari anggota

keluarga mereka yang LGBT, sedangkan 85 responden menyatakan

bahwa mereka tidak bersedia menerima jika ada sesorang atau

beberapa dari anggota keluarga mereka yang LGBT.

3. Dari total 91 responden, 8 responden menyatakan bahwa mereka

bersedia menerima jika ada tetangga mereka yang LGBT, sedangkan

83 responden menyatakan bahwa mereka tidak bersedia menerima Jika

ada tentangga mereka yang LGBT.

71
72

4. dari total 91 responden, 90 responden menyatakan bahwa LGBT

sangat menentang ajaran Agama Islam, sedangkan 1 responden

menyatakan bahwa LGBT tidak menentang ajaran Agama Islam.

5. Dari total 91 responden, 65 responden menyatakan bahwa seseorang

LGBT merupakan orang dengan gangguan kejiwaan, sedangkan 26

responden menyatakan bahwa orang yang LGBT tidak memiliki

gangguan kejiwaan.

6. Dari total 91 responden, 70 responden menyatakan bahwa seseorang

yang LGBT dapat di sembuhkan, sedangkan 21 responden menyatakan

bahwa seseorang yang LGBT tidak dapat di sembuhkan.

7. Dari total 91 responden, 82 responden menyatakan bahwa seseorang

yang LGBT dapat terkena penyakit HIV/AIDS, sedangkan 29

responden menyatakan bahwa seseorang yang LGBT tidak dapat

terkena penyakit HIV/AIDS.

8. Dari total 91 responden, 38 responden menyatakan bahwa akan

mengusir seseorang yang LGBT di sekitar wilayah Kelurahan Pakan

Labuah, sedangkan 53 responden menyatakan bahwa seseorang yang

LGBT tidak di usir dari wilayah Kelurahan Pakan Labuah.

9. Dari total 91 responden, 3 responden menyatakan bahwa akan terima

seseorang yang LGBT sebagai kepala daerah, sedangkan 88 responden

menyatakan bahwa tidak akan terima seseorang yang LGBT sebagai

kepala daerah.

10. Dari total 91 responden, 76 responden menyatakan bahwa perilaku

LGBT sangat mengancam masa depan seseorang, sedangkan 15


73

responden menyatakan bahnwa perilaku LGBT tidak mengancam

masa depan seseorang.

11. Dari total 91 responden, 65 responden menyatakan bahwa perilaku

LGBT dapat menular, sedangkan 26 responden menyatakan bahwa

perilaku LGBT tidak dapat menular.

12. Dari total 91 responden, 18 responden menyatakan bahwa perilaku

LGBT tidak berpengaruh untuk kesehatan, sedangkan 73 responden

menyatakan perilaku LGBT tidak baik untuk kesehatan.

13. Dari total 91 responden, 40 responden menyatakan bahwa perilaku

LGBT akan di terima di lingkungan sekitar, sedangkan 51 responden

tidak akan menerima perilaku dengan LGBT di lingkungan sekitar.

14. Dari total 91 responden, 85 responden menyatakan bahwa perilaku

LGBT dapat merusak generasi muda bangsa, sedangkan 6 responden

menyatakan bahwa perilaku LGBT tidak dapat merusak generasi muda

bangsa.

15. Dari total 91 responden, 89 responden menyatakan bahwa perilaku

LGBT merusak sangat meresahkan Masyarakat, sedangkan 2

responden menyatakan bahwa perilaku LGBT tidak meresahkan

Masyarakat.

16. Dari total 91 responden, 40 responden menyatakan bahwa perilaku

LGBT mempunyai hak hidup di Indonesia, sedangkan 51 responden

menyatakan bahwa perilaku LGBT tidak ada memiliki hak hidup di

Indonseia.
74

17. Dari total 91 responden, 24 responden menyatakan bahwa pemerintah

harus melindungi perilaku LGBT untuk di kasih rehabilitas, sedangkan

67 responden menyatakan bahwa pemerintah tidak harus melindungi

perilaku LGBT.

18. Dari total 91 responden, di dapatkan sebanyak 55 responden memiliki

persepsi yang baik bahwa responden menganggap bahwa LGBT

adalah perilaku yang salah atau menyimpang.

B. Saran

1. Bagi Orang Tua

Diharapkan hasil penelitian ini dapat merubah kesadaran atau

persepsi orang tua tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender

agar orang tua lebih memperhatikan anak dan lingkungan sekitarnya.

Dan menanamkan norma dan ajaran agama islam supaya anak

lingkungan sekitar tidak terjerumus ke dalam LGBT.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi

Peneliti berharap dengan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar

dalam mengevaluasi bagaimana perkembangan Lesbian, Gay,

Biseksual, dan Transgender yang terjadi di Kota Bukittinggi, sehingga

Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi dapat memberikan penyuluhan dan

pengarahan kepada masyarakat bagaimana bahaya dari perilaku

LGBT.
75

3. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan secara

konseptual dan sebagai bahan masukkan bagi institusi pendidikan,

menjadi referensi penelitian serta dapat menambah bahan kepustakaan

di Universitas Fort De Kock Bukittinggi.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelititan ini dapat menjadi sarana untuk

menerapkan ilmu yang telah diberikan dan diterima dalam angka

pengembangan kemampuan diri, menambah pengetahuan dan

wawasan tentang Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender serta

menjadi bahan masukan dalam penyampaian informasi mengenai

LGBT. Juga sebagai syarat dalam menyelesaikan studi di Universitas

Fort De Kock Bukittinggi.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian

lebih lanjut secara spesifik dan menjadi bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya.
76
DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, 2014. LGBT Kategori Orang Dengan Masalah Kejiwaan ODMK &
ODGJ.

Astry & Budiarty, 2015. Gaya Hidup Lesbian (Kasus di Kota Makasar), skripsi di
Publikasikan, Universitas Hasanuddin, Makasar.

Azmi, 2015. Enam Kontinum Dalam Konseling Transgender Sebagai Alternatif


Solusi Untuk Konseling LGBT. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1,
50-57.

BBC News, 2015. Legalisasi Pernikahan Sejenis di AS Kuatkan Gerakan Di


Indonesia.

Budiarti & Azmi (2016). LGBT ( Lesbian, Gay, Biseksual, dan Trangender)
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia.

Centre Intelligeency of Agenci (CIA), 2015. Populasi LGBT Di Indonesia.

Chasanah, 2014. Studi Komparatif Hukum Positif dan Hukum Islam di Indonesia
Mengenai Pernikahan Sesama Jenis. Jurnal CendikiaVol 14 Uniska: (1-6).

Cory, D.W, 1951. The Homosexual in America: A subjective approach. New


York: Greenberg.

Dannis, (2014). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Homoseksual (Gay).

Darmayanti.Y, 2018. Faktor Penyebab Perilaku Laki-Laki Suka Berhubungan


Seks Dengan Laki-Laki (LSL) di Kota Bukittinggi. Jurnal Endurance Vol. 3,
No. 2 Juni 2018 (213-225).

El-Muhtaj, 2005. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia. Jakarta:


Kencana Prenada Media.

Ericssen, 2015. LGBT in Indonesia. Amerika Serikat.

Firman Hayadi, (2016). Persepsi Masyarakat Tentang Fenomena LGBT (Lesbian,


Gay, Biseksual, dan Transgender) di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Howard S, 2015. Encyclopedia of Mental Health. Akademic Press.

Insists, 2015. Upaya Pencegahan dan Upaya Penanggulangan LGBT.


Jeffrey. S & Nevid, 2014. Psikologi Abnormal, Erlangga. Kajian Teoritis Perilaku
Lesbian, Gay, dan Transgender (LGBT) Dalam Perspektif Psikologis dan
Teologis.

KC. Wheare, 1996. Konstitusi-Konstitusi Modern (Modern Contitution),


Bandung: Nusa Media.

Khaterina, 2017. Data Kementrian Kesehatan di Sumatra Barat.

Niernoventy dkk, 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Perilaku Homo (GAY) Di Kota Kediri, Surya Mitra Husda. http://publikasi
Jurnal. Stikesstrada.ac.id

Niron Y, 2012. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Seksual
Siswa SMA Negri 3 Kota Kupang Tahun 2012, Jurnal MKM Vol.07 N0. 01
Des 2012.

Notoatmodjo, 2018. Metoodologi penelitian kesehatan. (Rineka cipta, 2018).


Jakarta

Nur, 2014. Studi Kompratif Hukum Positif dan Hukum Islam Di Indonesia
Mengenai Pernikahan Sesama Jenis. Jurnal Cendikia Vol. 12 No. 3.

Prabowo, 2014. Kecemasan Sosial Kaum Homoseksual Gay dan Lesbian. Jurnal
Ilmu Psikologi Terapan: (1-15).

Reza, F.F, 2018. Soal Zina dan Mahkota MK, Hukum Online.com

Sinyo, (2015). Dampak Kesehatan dari Perilaku Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender (LGBT).

SMRC, 2018. Pandangan Publik Nasional Tentang LGBT.

Sri Purwaningsih, 2015. Persepsi Gay terhadap stigmatisasi Gay oleh petugas
kesehatan. (Media Ilmu Kesehatan. Vol. 4, No. 1, April 2015). Yogyakarta.

Wawan G.A. & Wahid, 2003. Prilaku Homoseks Dalam Pandangan Hukum
Islam, dalam Jurnal Musawa UIN SUKA Vol. 2. No. 1.

Wismabrata, 2015. Pernikahan Sesama Jenis di Indonesia. Boyolali.

Windy Wijaya, (2016). Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Perilaku LGBT di


Kelurahan Seminyak Kuta Bali.

World Health Organization (WHO), 2013. Commision on Ending Health. Geneva.


Depertement of Noncommunicable disease surveilance.
Taufani E, 2007. HAM: Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, Bogor:
Ghalia Indonesia.

Tommy D Pranata, (2015). Perilaku dan Dampak Negatif dari Kehidupan


Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Kota Samarinda

Umiarso, 2012. Landasan Teori LGBT. Jurnal Cendekia Vol.17, No.2

Yogestri, 2014. Hal-Hal Yang Mempengaruhi LGBT. Skripsi di publikasikan UIN


Sunan Kalijaga Yogyakarta.
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/ Ibu/ Saudara/i...............

Di Tempat

Dengan hormat

Dengan ini saya sampaikan bahwa saya :

Nama : Aidul Fitra

NIM : 1614201003

Pendidikan : Mahasiswa Universitas Fort De Kock Bukittinggi

Alamat : Pakan Labuah

Dengan ini mohon kesediaan bapak/ibu menjadi responden pada penelitian


yang sedang saya laksanakan dengan judul “Persepsi Masyarakat terhadap
LGBT di Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi Tahun 2019.” Adapun
tujuan nya dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Masyarakat
terhadap perilaku LGBT di Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi Tahun
2019. Demikian permohonan ini saya sampaikan atas bantuan dan kerja sama nya
saya ucapkan terima kasih.

Bukitinggi, 2019

Aidul Fitra
INFORMED CONSENT

Saya bertanda tangan di bawah ini :

Nama responden :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang di lakukan


oleh Mahasiswa Universitas Fort De Kock Bukittinggi :

Nama : Aidul Fitra

Tingkat/semester : 4/VII

Judul penelitian : Persepsi Masyarakat Terhadap LGBT di


Kelurahan Pakan Labuah Kota Bukittinggi
Tahun 2019

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran tanpa paksa dari
pihak manapun.
KUESIONER PENELITIAN
Persepsi Masyarakat Terhadap LGBT di Kelurahan Pakan
Labuah Kota Bukittinggi Tahun 2019

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

A. Petunjuk Pengisian

Berilah tanda ceklis (√ ¿ pada kolom yang telah di sediakan sesuai

pendapat Bapak/Ibu/saudara/i.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anda mengetahui apa itu LBGT
2 Apakah bersedia LGBT sebagai anggota
keluarga?
3 Apakah bersedia LGBT sebagai anggota
tetangga?
4 Perilaku LGBT menentang ajaran Agama Islam?
5 Perilaku LGBT termasuk gangguan kejiwaan?
6 Perilaku LGBT dapat di sembuhkan?
7 Perilaku LGBT Dapat menyebabkan penyakit
HIV/AIDS?
8 Jika ada perilaku LGBT di wilayah sekitar anda
apakah akan di usir?
9 Apakah anda setuju jika orang dengan perilaku
LGBT menjabat sebagai kepala daerah?
10 Perilaku LGBT mengancam masa depan
seseorang?
11 Apakah perilaku LGBT dapat menular?
12 Perilaku LGBT baik untuk kesehatan?
13 Perilaku LGBT tidak akan di terima di
lingkungan sekitar?
14 LGBT dapat merusak generasi muda bangsa?
15 Apakah LGBT dapat meresahkan masyrakat?
16 Apakah LGBT memiliki hak hidup di Indonesia?
17 Apakah pemerintah harus melindungi LGBT?
(SMRC, 2018)
Distribusi Frekuensi Per Pertanyaan
Frequency Table
Pertanyaan 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 14 15.6 15.6 15.6

Ya 76 84.4 84.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 6 6.7 6.7 6.7

Tidak 84 93.3 93.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 8 8.9 8.9 8.9

Tidak 82 91.1 91.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 1 1.1 1.1 1.1

Ya 89 98.9 98.9 100.0

Total 90 100.0 100.0


Pertanyaan 5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 26 28.9 28.9 28.9

Ya 64 71.1 71.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 21 23.3 23.3 23.3

Ya 69 76.7 76.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 7

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 9 10.0 10.0 10.0

Ya 81 90.0 90.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 8

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 53 58.9 58.9 58.9

Ya 37 41.1 41.1 100.0

Total 90 100.0 100.0


Pertanyaan 9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 3 3.3 3.3 3.3

Tidak 87 96.7 96.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 15 16.7 16.7 16.7

Ya 75 83.3 83.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 11

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 26 28.9 28.9 28.9

Ya 64 71.1 71.1 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 18 20.0 20.0 20.0

Tidak 72 80.0 80.0 100.0

Total 90 100.0 100.0


Pertanyaan 13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 39 43.3 43.3 43.3

Tidak 51 56.7 56.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 5 5.6 5.6 5.6

Ya 85 94.4 94.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak 2 2.2 2.2 2.2

Ya 88 97.8 97.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

Pertanyaan 16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 40 44.4 44.4 44.4

Tidak 50 55.6 55.6 100.0

Total 90 100.0 100.0


Pertanyaan 17

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 24 26.7 26.7 26.7

Tidak 66 73.3 73.3 100.0

Total 90 100.0 100.0

Mencari Nilai Mean

Statistics

Total Skor

N Valid 90

Missing 0

Mean 13.5556

Std. Error of Mean .22850

Median 14.0000

Mode 14.00

Std. Deviation 2.16775

Skewness -.930

Std. Error of Skewness .254

Variabel Persepsi Masyarakat

Persepsi Masyarakat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Baik 36 40.0 40.0 40.0

Baik 54 60.0 60.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Kelompok Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dewasa Awal 17 18.9 18.9 18.9

Dewasa Akhir 27 30.0 30.0 48.9

Lansia Awal 21 23.3 23.3 72.2

Lansia Akhir 16 17.8 17.8 90.0

Manula 9 10.0 10.0 100.0

Total 90 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki - laki 47 52.2 52.2 52.2

Perempuan 43 47.8 47.8 100.0

Total 90 100.0 100.0


Master Tabel Penelitian
Kategori Jenis Persepsi Masyarakat
No Nama Usia
Usia Kelamin P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 Total Skor Kode Kategori
1 Tn. YR 58 8 L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 13 0,00 Tidak Baik
2 Ny. YF 27 5 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14 1 Baik
3 Tn. E 50 7 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 Baik
4 NYn. A 60 8 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 Baik
5 Ny. A 65 8 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15 1 Baik
6 Ny.A 70 9 P 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 14 1 Baik
7 Ny. RW 50 7 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13 0 Tidak Baik
8 Tn. B 67 9 L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 1 Baik
9 Ny. E 60 8 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 1 Baik
10 Tn. A 70 9 L 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 7 0 Tidak Baik
11 Tn. I 50 7 L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13 0 Tidak Baik
12 Tn. A 65 8 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 14 1 Baik
13 Ny. H 40 6 P 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 14 1 Baik
14 Tn. FA 43 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 15 1 Baik
15 Ny. YF 42 6 P 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 14 1 Baik
16 Ny. M 63 8 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 1 Baik
17 Ny. BA 71 9 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 1 Baik
18 Ny. Y 38 6 P 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 0 Tidak Baik
19 Tn. J 50 7 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16 1 Baik
20 Ny. T 60 8 P 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 1 Baik
21 Ny. M 64 8 P 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 13 0 Tidak Baik
22 Tn. W 42 6 L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 13 0 Tidak Baik
23 Tn. O 54 7 L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 1 Baik
24 Ny. E 46 7 P 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11 0 Tidak Baik
25 Tn. R 39 6 L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 15 1 Baik
26 Ny. D 48 7 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 13 0 Tidak Baik
27 Ny. YR 41 6 P 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 1 Baik
28 Tn. Z 68 9 L 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 1 Baik
29 Ny.SH 33 5 P 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 10 0 Tidak Baik
30 Tn. E 36 6 L 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 13 0 Tidak Baik
31 Tn. Re 33 5 L 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 12 0 Tidak Baik
32 Tn. F 44 6 L 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 1 Baik
33 Tn. Ik 37 6 L 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 10 0 Tidak Baik
34 Tn. H 39 6 L 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 0 Tidak Baik
35 Ny. EY 45 6 P 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 1 Baik
36 Tn. H 42 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 15 1 Baik
37 Ny. D 50 7 P 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14 1 Baik
38 Tn. AD 47 7 L 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 10 0 Tidak Baik
39 Tn. M 50 7 L 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 8 0 Tidak Baik
40 Ny. R 83 9 P 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 1 Baik
41 Ny. F 56 8 P 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 1 Baik
42 Tn. DC 30 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 1 Baik
43 Tn. E 62 8 L 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 13 0 Tidak Baik
44 Tn. Z 58 8 L 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14 1 Baik
45 Ny. RR 30 5 P 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14 1 Baik
46 Ny. Z 40 6 P 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 12 0 Tidak Baik
47 Ny. RF 30 5 P 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 9 0 Tidak Baik
48 Tn. R 46 7 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 15 1 Baik
49 Ny. RG 45 6 P 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 12 0 Tidak Baik
50 Tn. N 50 7 L 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 9 0 Tidak Baik
Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Penelitian
FORMAT KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI)
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2019/2020
Nama : Aidul Fitra
NIM : 11614201003
Pembimbing I : Nurhayati, S.ST, M. Biomed
Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Lesbian, Gay, Biseksual,
Dan Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan Labuah
Kota Bukittinggi Tahun 2020

NO HARI/ MATERI TTD TTD


TANGGAL PEMBIMBING MAHASISWA

Diketahui,
Pembimbing

Nurhayati, S.ST, M. Biomed


FORMAT KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR (SKRIPSI)
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2019/2020
Nama : Aidul Fitra
NIM : 1614201003
Pembimbing II : Ns. Del Fatmawati, S.Kep, M.Kep
Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Lesbian, Gay, Biseksual,
Dan Transgender (LGBT) di Kelurahan Pakan Labuah
Kota Bukittinggi Tahun 2020

NO HARI/ MATERI TTD TTD


TANGGAL PEMBIMBING MAHASISWA

Diketahui,
Pembimbing II

Ns. Del Fatmawati, S.Kep, M.Kep

Anda mungkin juga menyukai