Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG

PENYAKIT FILARIASIS DENGAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN


FILARIASIS
IdiaLusi1, Gamya Tri Utami2, FathraAnnisNauli3
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: idialusi@ymail.com

Abstract
The purpose of this research was to identify the relationship between level of knowledge and people’s attitude about filariasis
with the people actions of filariasis prevention. The method of this research was descriptive correlative with cross sectional
approach. The sampling technique was stratified random sampling with 100 people in Pulau Padang Singingi sub-district
Kuantan Singingi regency. The measurement instrument of this research was questionnaire and observation sheet that have
tested with validity and reliability (r > 0,444). The univariate analysis was done by looking at the distributions of frequencies
dan bivariate analysis was done by using chi-square test. The results showed that there is a correlation between level of
knowledge of the peoples about filariasis and the people actionsoffilariasis prevention (pvalue = 0,035) and there is no
correlation between attitude of the people about filariasis disease and the people actionsoffilariasis prevention (p value=
0,972). Based on theseresults, it recommended tothehealth care provider (puskesmas) to increase health promotions about the
filariasis disease prevention with variety of media such as pictures or videos so that people are motivated to do the prevention
of filariasis.

Keywords: Action, attitude, filariasis, level of knowledge.

PENDAHULUAN dinas kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi


Masalah kesehatan di Indonesia masih menyebutkan bahwa pada tahun 2006 kasus
berada dalam kondisi yang sangat filariasis hanya ditemukan di satu kecamatan
memprihatinkan. Indonesia sebagai negara saja, sedangkan pada tahun 2013 tercatat
berkembang masih menghadapi masalah beberapa kasus baru filariasis di lima kecamatan
pengendalian penyakit menular atau re-emerging lainnya.Penderita filariasis kronik di Kabupaten
disease. Salah satu contoh dari re-emerging Kuantan Singingi berjumlah 12 orang yang
disease adalah penyakit filariasis. Data World tinggal di 11 desa berbeda, dengan 10 penderita
Health Organization(WHO) tahun 2004 dalam hidup dan 2 lainnya meninggal dunia (Dinkes
Kemenkes RI (2010) menunjukkkan bahwa Kuansing, 2013).
terdapat 1,3 miliar penduduk dunia yang tinggal Filariasis atau penyakit kaki gajah
di lebih dari 83 negara, beresiko untuk tertular merupakan penyakit menular kronis akibat
filariasis, dan sebagian besar berada di Asia infeksi parasit dari golongan nematoda yang
Tenggara. Lebih dari 120 juta orang diperkirakan menyerang langsung system limfatik manusia
sudah terinfeksi filariasis, dan sekitar 36% (Widodo, 2013). Penyakit filariasis terdiri dari
diantaranya sudah menunjukkan gejala klinis dua jenis, yaitu filariasis kelenjar limfe dan
berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki filariasis kulit dan jaringan. Penyakit filariasis
atau lengan (Lymphoedema) atau anggota tubuh yang terjadi di Indonesia adalah filariasis
lainnya. Kasus filariasis di Indonesia pada tahun kelenjar limfe(Irianto, 2013).
2009 dilaporkan sebanyak 11.914 kasus. Tiga Faktor penyebab terjadinya filariasis pada
provinsi dengan jumlah kasus filariasis seseorang sangat kompleks, diantaranya adalah
terbanyak adalah Nanggroe Aceh Darussalam cacing sebagai agen, manusia sebagai hospes,
(2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 dan nyamuk dewasa sebagai vektor. Ada tiga
orang) dan Papua (1.158 orang). Adapun spesies cacing penyebab filariasis di Indonesia,
Provinsi Riau berada di urutan ke lima dengan yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,dan
jumlah kasus 532 orang (Kemenkes RI, 2010). Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di
Kabupaten Kuantan Singingi merupakan Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis
kabupaten paling endemis di Provinsi Riau di Indonesia disebabkan oleh Brugia
dengan kadar Microfilaria sebesar 16,4 % malayi(Kemenkes RI, 2010). Vektor penularan
(Kemenkes RI, 2010). Penularan penyakit penyakit filariasis adalah berbagai jenis nyamuk.
filariasis di Kabupaten Kuantan Singingi Sampai saat ini di Indonesia telah ditemukan 23
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data spesies nyamuk dari genus anopheles, culex,
1
mansonia, aedes dan armigeres, sebagian besar menteri kesehatan sejak tahun 2002. (Kemenkes
dari nyamuk tersebut menggigit pada malam RI, 2010).
hari. Selain ketiga faktor tersebut, faktor Berdasarkan studi pendahuluan pada
lingkungan fisik, biologik, sosial ekonomi dan tanggal 8 oktober 2013 kepada masyarakat Desa
perilaku masyarakat juga dapat mempengaruhi Pulau Padang di Kabupaten Kuantan Singingi,
kejadian filariasis (Widodo, 2013). diperoleh data bahwa di desa tersebut telah
Hasil penelitian yang dilakukan oleh dilakukan tiga kali Pembagian Obat Massal
Mardiana, Enny, dan Dian (2011) tentang faktor- Pencegahan (POMP) filariasis. Selain itu,
faktor yang mempengaruhi kejadian filariasis di peneliti melakukan wawancara kepada 10 orang
Indonesia (data riskedas 2007) didapatkan hasil dan didapatkan hasil 6 dari 10 orang mengetahui
bahwa perbedaan lokasi tempat tinggal pengertian penyakit filariasis, 7 dari 10 orang
responden (di pedesaan dengan perkotaan) dan mengetahui penyebab filarisis, dan 7 dari 10
saluran pembuangan air limbah rumah tangga orang mengetahui cara pencegahan
yang terbuka, mempengaruhi kejadian filariasis. filariasis.Hasil wawancara mengenai tindakan
Penelitian lainnya oleh Syuhada, Nurjazuli, dan masyarakat dalam kegiatan pencegahan penyakit
Nur (2012) tentang studi kondisi lingkungan filariasis, didapatkan 5 dari 10 orang tidak
rumah dan perilaku masyarakat sebagai faktor pernah memakan obat massal pencegah filariasis,
risiko kejadian filariasis di Kecamatan Buaran 8 dari 10 orang tidak menutup ventilasi rumah
dan Tirto Kabupaten Pekalongan menyatakan dengan kasa nyamuk, 8 dari 10 orang tidak
bahwa responden dengan rumah yang padat menggunakan kelambu saat tidur, 5 dari 10
hunian, berada di sekitar penderita, kebiasaan orang tidak menggunakan obat nyamuk pada
berada di luar rumah, keberadaan ventilasi malam hari, dan 7 dari 10 orang tidak menguras
rumah yang tidak menggunakan kawat kasa, bak mandi atau tempat penampungan air secara
menunjukkan probabilitas terkena filariasis teratur.
sebesar 5,56 %. berdasarkan hasil penelitian Berdasarkan hasil studi diatas jelas terlihat
diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab sebagian besar masyarakat masih menunjukkan
penyakit filariasis sangat dekat dengan tindakan yang kurang baik terhadap beberapa
kehidupan sehari-hari. cara pencegahan filariasis, meskipun dari segi
Penyakit filariasis memang tidak pengetahuannya dikatakan baik. Desa Pulau
menyebabkan kematian secara langsung bagi Padang merupakan salah satu desa yang berada
penderita, tetapi penyakit filariasis dapat kabupaten dengan endemisitas paling tinggi di
menimbulkan kecacatan kronis yang akan Provinsi Riau (Kemenkes RI, 2010). Desa Pulau
menyebabkan menurunnya kualitas dan Padang juga desa yang merupakan desa yang
produktivitas diri penderita.Hal ini tidak hanya sebagian besar wilayahnya terdiri dari
akan merugikan diri penderita sendiri namun perkebunan dan banyak terdapat sungai serta
juga keluarga, masyarakat dan negara (Karmana, rawa-rawa disekitar pemukiman penduduk.
2006). Karena itu, upaya pencegahan yang tepat Tempat-tempat seperti itu akan menjadi tempat
harus dilakukan untuk menghindari penularan yang mendukung bagi perkembangbiakan
infeksi yang lebih luas di masyarakat. nyamuk vektor penular filariasis (Widodo,
Saat ini upaya pemerintah untuk memutus 2013). Berdasarkan fenomena dan latar belakang
rantai penularan dan eliminasi penyakit tersebut yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik
adalah dengan melakukan Pemberian Obat untuk melakukan penelitian dengan judul
Massal Pencegahan (POMP) filariasis, serta “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan
melakukan upaya promosi kesehatan untuk Sikap Masyarakat tentang Penyakit
meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga Filariasisdengan Tindakan Masyarakat Dalam
masyarakat lebih berpartisipasi dalam tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis”.
pencegahan filariasis (Kemenkes RI,
2010).Upaya pencegahan filariasisdengan TUJUAN PENELITIAN
pengobatan massal mengacu pada deklarasi Mengetahui hubungan antara tingkat
World Health Organization (WHO) yaitu “The pengetahuan dan sikap masyarakat tentang
Global Goal of Elimination of Lymphatic penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat
Filariasis as a Public Health Problem by the dalam pencegahan penyakit filariasis.
Year 2020.Program ini sudah dicanangkan

2
MANFAAT PENELITIAN
Bagi perkembangan ilmu Keperawatan HASIL PENELITIAN
hasil penelitian ini dapat memberikan informasi Hasil yang didapatkan dari penelitian iniadalah
dan masukan terkait hubungan antara sebagai berikut:
pengetahuan dan sikap masyarakat tentang A. Analisa Univariat
penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat 1. Karakteristik responden
dalam pencegahan penyakit filariasis. Bagi Tabel 1
puskesmas hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
oleh puskesmas setempat untuk meningkatkan No Karakteristik Frekuensi Persentase
kualitas pelayanan dan kesehatan bagi (%)
masyarakat, khususnya dalam penyelengaraan
program-program pencegahan filariasis. Bagi 1. Umur
- Dewasa awal
masyarakat hasil penelitian ini dapat dijadikan 67 67
sebagai penambah wawasan oleh masyarakat, - Dewasa
serta untuk mendorong masyarakat lebih pertengahan
berpartisipasi dalam mengikuti program 33 33
kesehatan yang diadakan pelayanan kesehatan.
2. Jenis kelamin
Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini
- Laki-laki 36 36
dapat digunakan sebagai referensi untuk - Perempuan 64 64
penelitian terkait, terutama untuk bidang
keperawatan medikal bedah di masyarakat. 3. Pendidikan terakhir
- Tidak tamat SD 4 4
METODOLOGI PENELITIAN - SD 31 31
- SMP 18 18
Desain penelitian dalam penelitian ini - SMA 41 41k
adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan - Perguruan Tinggi 6 6
cross sectional. Rancangan ini berupaya untuk
menelaah hubungan antara dua variabel pada 4. Pekerjaan
situasi atau sekelompok subyek tertentu.Sampel - Petani 43 43
- PNS 3 3
pada penelitian ini adalah 100 responden usia - Pegawai Swasta
dewasa yang memenuhi kriteria inklusi dengan - Wiraswasta 4 4
metode pengambilan sampel stratisfied random - Lain-lain 29 29
sampling. 21 21
Setelah mendapatkan responden yang Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan Terakhir, dan
sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian peneliti Pekerjaan.
menjelaskan tujuan penelitian. Setelah responden
menandatangani informed consent, peneliti Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
kemudian membagikan kuesioner tingkat besar responden berada pada kategori dewasa
pengetahuan dan sikap tentang penyakit filarias awal (19-34 tahun) dengan jumlah 67 orang
kepada responden. Peneliti selanjutnya responden (67%) dan sebagian besar responden
melakukan observasi secara langsung untuk dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 64
tindakan responden dalam pencegahan penyakit orang responden (64%). Berdasarkan pendidikan
filariasis terakhir responden terbanyak dengan pendidikan
Penelitian ini dilakukan analisa univariat terakhir SMA berjumlah 41 orang responden
dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk (41%) dan pekerjaan responden terbanyak
mengetahui karakteristik responden (umur, jenis dengan pekerjaan sebagai petani berjumlah 43
kelamin, pendidikan terakhir, dan pekerjaan), orang responden (43%).
tingkat pengetahuan masyarakat, sikap
masyarakat, dan tindakan masyarakat dalam 2. Tingkat pengetahuan responden
pencegahan penyakit filariasis Analisa bivariat Tabel 2
menggunakan uji chi-square dengan p Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
value=0,000<0,05. Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Filariasis

3
No Tingkat Frekuensi Presentase (%)
Tabel 5
pengetahuan Distribusi Responden berdasarkan Tingkat
Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan
1. Tinggi 55 55 Penyakit Filariasis
2. Sedang 28 28 Tingkat Tindakan Pencegahan Total pvalue
3. Rendah 17 17 pengeta Kurang Baik
huan baik
Total 100 100 n % n % n %

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa tingkat Rendah 9 52,9 8 47,1 17 100 0.035
pengetahuan sebagian besar responden yaitu Sedang 11 39,3 17 60,7 28 100
dengan tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 55 Tinggi 12 21,8 43 78,2 55 100
orang responden (55%) dan responden paling
Jumlah 32 32,0 68 68,0 100 100
sedikit dengan tingkat pengetahuan rendah
berjumlah 17 orang responden (17%).
Tabel 5 diatas menunjukkan hasil analisis
antara tingkat pengetahuan dan tindakan
3. Sikap responden
pencegahan penyakit filariasis diperoleh bahwa
Tabel 3
ada sebanyak 8 orang masyarakat (47,1%)
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
dengan tingkat pengetahuan rendah melakukan
Sikap tentang PenyakitFilariasis
tindakan pencegahan penyakit filariasis dengan
No Sikap Frekuensi Presentase (%) baik, sebanyak 17 orang masyarakat (60,7%)
dengan tingkat pengetahuan sedang melakukan
1. Positif 56 56
tindakan penyakit filariasis dengan baik,dan
2. Negatif 44 44
sebanyak 43 orang masyarakat (78,2%) dengan
Total 100 100 tingkat pengetahuan tinggi melakukan tindakan
pencegahan filariasis dengan baik. Hasil uji
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa statistik diperoleh nilai p < 0,05 (p value =
sebagian besar responden yaitu 56 orang 0,035) atau Ho ditolak, maka dapat disimpulkan
responden (56%) memiliki sikap yang positif. bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit
4. Tindakan responden dalam pencegahan filariasis dengan tindakan masyarakat dalam
Tabel 4 pencegahan penyakit filariasis.
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
Tindakan dalam Pencegahan Penyakit Filariasis 2. Hubungan antara sikap masyarakat tentang
penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat
No Tindakan Frekuensi Presentase (%)
dalam pencegahan penyakit filariasis
Pencegahan
Tabel 6
1. Baik 68 68 Distribusi Responden berdasarkan Sikap dan
2. Kurang Baik 32 32 Tindakan Pencegahan Penyakit Filariasis
Sikap Tindakan Pencegahan Total pvalue
Total 100 100 Kurang Baik
baik
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sebagian n % n % n %
besar responden melakukan tindakan pencegahan
Negatif 14 31,8 30 47,1 68,2 100 0.972
penyakit filariasis dengan baik yaitu berjumlah
Positif 18 32,1 38 60,7 67,9 100
68 orang responden (68%).
Jumlah 32 32,0 68 68,0 100 100
B. Analisa bivariat
1. Hubungan antara tingkat pengetahuan Tabel 6 diatas menunjukkan hasil analisis
masyarakat tentang penyakit filariasis dengan antara sikap dan tindakan pencegahan penyakit
tindakan masyarakat dalam pencegahan filariasis diperoleh bahwa ada sebanyak 30 orang
penyakit filariasis masyarakat (68,2%) yang memiliki sikap negatif
melakukan tindakan pencegahan penyakit
filariasis dengan baik, sedangkan masyarakat

4
yang memiliki sikap positif ada sebanyak 38 2. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang
orang (67,9%) yang melakukan tidakan penyakit filariasis
pencegahan filariasis dengan baik. Hasil uji Hasil penelitian mengenai tingkat
statistik diperoleh nilai p > 0,05 (p value = pengetahuan masyarakat tentang penyakit
0.972) atau Ho gagal ditolak, maka dapat filariasis didapatkan bahwa sebagian besar
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan masyarakat memiliki tingkat pengetahuan
yang bermakna antara sikap masyarakat tentang tinggi yaitu sebanyak 55 orang (55%).
penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat Menurut Mubarak, Khoirul, Nurul, dan
dalam pencegahan penyakit filariasis. Supriadi (2007), ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
PEMBAHASAN diantaranya adalah informasi dan
1. Karakteristik responden pengalaman. Kemudahan untuk memperoleh
Penelitian tentangkarakteristik responden suatu informasi dapat membantu
berdasarkan kategori umur didapatkan usia mempercepat seseorang untuk memperoleh
responden terbanyak berada pada kategori pengetahuan yang baru, sedangkan
dewasa awal (19-34 tahun). Hal ini pengalaman adalah suatu kejadian yang
disebabkan oleh pengambilan sampel yang pernah dialami seseorang untuk berinteraksi
berada pada usia dewasa awal dan dewasa dengan lingkungannya.
pertengahan. Bertambahnya umur seseorang Menurut Notoatmodjo (2007), faktor
akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
psikologis (mental). Pertumbuhan pada aspek yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
psikologis atau mental taraf berpikir Faktor internal terdiri dari pendidikan,
seseorang semakin matang dan dewasa motivasi dan persepsi. Adapun faktor
(Mubarak, Khoirul, Nurul, dan Supriadi eksternalnya terdiri dari informasi, sosial
2007), sehingga juga akan mempengaruhi budaya dan lingkungan. Seseorang
tingkat pengetahuannya. mempunyai pengetahuan tentang suatu hal
Penelitian ini juga memperoleh hasil tidak hanya melalui jenjang pendidikan saja,
bahwa pendidikan tertinggi responden adalah tetapi didukung oleh terpapar informasi dari
perguruan tinggi, namun responden dengan media massa yang ada seperti televisi, radio,
tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA. koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu,
Menurut Pearson (2005), semakin tinggi motivasi juga mempengaruhi seseorang untuk
tingkat pendidikan seseorang maka akan berusaha ingin tahu terhadap sesuatu.
semakin mudah untuk menerima informasi Semakin tinggi rasa ingin tahu semakin tinggi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan pula motivasi untuk mencari informasi
yang dapat dimiliki. Sebaliknya, pendidikan tentang hal tersebut. Teori ini sesuai dengan
yang rendah akan menghambat hasil wawancara peneliti dengan masyarakat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai pada saat penelitian yang mengatakan bahwa
yang baru dikenal, karena pendidikan formal informasi yang mereka dapatkan sebagian
yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi besar diperoleh dari petugas kesehatan dan
pengetahuan dan kemampuan seseorang salah satu motivasi masyarakat mencari
dalam memahami sesuatu. Penelitian ini juga informasi mengenai penyakit filariasis adalah
mendapatkan hasil bahwa hampir 50% telah ditemukan seorang penderita filariasis di
responden bekerja sebagai petani. Hal ini desa yang bersebelahan dengan Desa Pulau
tentunya harus menjadi perhatian untuk Padang.
menghindari kejadian filariasis, karena faktor
yang mempengaruhi peluang tingginya 3. Sikap masyarakat tentang penyakit
seseorang terinfeksi filariasis adalah bekerja filariasis
di daerah persawahan, perhutanan, dan Hasil penelitian mengenai sikap
tempat-tempat yang merupakan habitat masyarakat tentang penyakit filariasis
nyamuk, seperti petani, pemburu, pencari didapatkan bahwa sebagian besar masyarakat
rotan, dan hasil hutan lainnya (Widodo, memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 56
2013). orang (56%). Hal ini berarti sebagian besar
masyarakat memiliki persepsi dan pandangan

5
yang positif terhadap penyakit filariasis dan 5. Hubungan antara tingkat pengetahuan
pencegahannya. masyarakat tentang penyakit filariasis
Menurut Notoatmodjo (2007), dengan tindakan masyarakat dalam
terbentuknya perilaku baru yaitu sikap, pencegahan filariasis
dimulai dari domain kognitif dalam arti Hasil analisa statistik untuk hubungan
subjek atau individu mengetahui terlebih antara tingkat pengetahuan masyarakat
dahulu terhadap stimulus berupa materi atau tentang penyakit filariasis dengan tindakan
objek diluarnya, yang menimbulkan masyarakat dalam pencegahan filariasis
pengetahuan baru pada individu sehingga diketahui bahwa sebanyak 43 (78,2%)
terbentuk respon batin yang tampak dalam responden yang memiliki tingkat pengetahuan
sikap individu terhadap objek yang yang tinggi dan melakukan tindakan yang
diketahuinya tersebut. Namun, dalam baik dalam pencegahan penyakit filariasis.
kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
tidak dapat langsung menimbulkan sikap terdapat hubungan yang bermakna antara
terhadap stimulus yang ada. tingkat pengetahuan masyarakat tentang
Pembentukan sikap dipengaruhi beberapa penyakit filariasis dengan tindakan
faktor, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, masyarakat dalam pencegahan filariasis (p
orang lain yang dianggap penting, media value = 0,035). Hasil penelitian ini didukung
massa, institusi atau lembaga pendidikan dan oleh penelitian yang dilakukan Dewi dan
lembaga agama, faktor emosi dalam diri Zalih (2014) dan penelitian Monalisa (2012),
individu (Azwar, 2013). Berdasarkan hasil yang menunjukkan adanya hubungan antara
wawancara peneliti dengan masyarakat pada pengetahuan dengan tindakan pencegahan
saat penelitian, faktor yang paling penyakit filariasis.
mempengaruhi sikap masyarakat dalam Menurut Mubarak, Khoirul, Nurul, dan
penelitian ini adalah pengalaman pribadi Supriadi (2007), ada beberapa faktor yang
masyarakat yang pernah menyaksikan secara dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,
langsung kondisi fisik penderita filariasis. diantaranya adalah informasi dan
Pengalaman tersebut membuat masyarakat pengalaman. Kemudahan untuk memperoleh
memiliki sikap yang positif untuk suatu informasi dapat membantu
menghindari penyakit filariasis. mempercepat seseorang untuk memperoleh
pengetahuan yang baru, sedangkan
4. Tindakan masyarakat dalam pencegahan pengalaman adalah suatu kejadian yang
filariasis pernah dialami seseorang untuk berinteraksi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan lingkungannya. Ada kecenderungan
sebagian besar responden melakukan tindakan pengalaman yang kurang baik seseorang akan
pencegahan yang baik dalam mencegah berusaha untuk melupakan, dan begitu pula
penyakit filariasis, yaitu sebanyak 68 orang sebaliknya. Sedangkan menurut Notoatmodjo
(68%). Tindakan merupakan perwujudan dari (2007), motivasi juga mempengaruhi
sikap, namun untuk mewujudkan sikap seseorang untuk berusaha ingin tahu terhadap
menjadi suatu perbuatan yang nyata tetap sesuatu. Semakin tinggi rasa ingin tahu
diperlukan faktor pendukung atau kondisi semakin tinggi pula motivasi untuk mencari
yang memungkinkan, seperti fasilitas informasi tentang hal tersebut.
(Notoatmodjo, 2007). Menurut teori Lewin Pengetahuan merupakan modal yang
dalam Notoatmodjo (2007), seseorang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
berupaya untuk mengobati dan mencegah seseorang. Hal ini sejalan dengan teori yang
penyakit, ia harus merasakan bahwa ia rentan dikemukakan oleh Rogers dalam
terhadap penyakit tersebut (susceptible) yang Notoatmodjo (2007), bahwa perilaku yang
berarti bahwa suatu upaya pencegahan didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan
terhadap suatu penyakit akan timbul jika sikap yang positif akan lebih langgeng (long
seseorang merasa rentan terhadap penyakit lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari
tersebut. dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa sebagian besar

6
masyarakat memiliki tingkat pengetahuan mengambil kesimpulan bahwa salah satu
yang tinggi tentang penyakit filariasis. penyebab masyarakat yang memiliki sikap
yang positif namun tidak melakukan tindakan
6. Hubungan antara sikap masyarakat pencegahan filariasis yang baik adalah karena
tentang penyakit filariasis dengan tindakan tidak adanya fasilitas atau rendahnya kondisi
masyarakat dalam pencegahan filariasis. sosial ekonomi masyarakat tersebut.
Hasil analisa statistik untuk hubungan
antara sikap masyarakat tentang penyakit PENUTUP
filariasis dengan tindakan masyarakat dalam Kesimpulan
pencegahan filariasis diketahui bahwa Berdasarkan hasil penelitian mengenai
sebanyak 38 (67,9%) responden yang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap
memiliki sikap yang positif dan melakukan masyarakat tentang penyakit filariasis dengan
tindakan yang baik dalam pencegahan tindakan masyarakat dalam melakukan
penyakit filariasis. Hasil uji statistik pencegahan filariasis,diketahui bahwa sebagian
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan besar umur responden berada pada kategori
yang bermakna antara sikap masyarakat dewasa awal, sebagian besar responden berjenis
tentang penyakit filariasis dengan tindakan kelamin perempuan, pendidikan responden
masyarakat dalam pencegahan filariasis (p terbanyak adalah SMA dengan pendidikan
value = 0,972). Hasil penelitian ini didukung tertinggi adalah perguruan tinggi, dan pekerjaan
oleh penelitian Ikawati dan Tri (2010) dan responden terbanyak adalah petani.
penelitian Dewi dan Zalih (2014) yang Hasil analisa bivariat diperoleh hasil
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bahwa pengetahuan sebagian besar responden
bermakna antara sikap dengan tindakan tentang penyakit filariasis adalah tinggi,
pencegahan penyakit filariasis. Sebagian besar responden memiliki sikapyang
Tindakan masyarakat dalam pencegahan positif, dansebagian besar responden
filariasis erat kaitannya dengan pengetahuan melakukan tindakanyang baik dalam
yang dimilikinya. Menurut Azwar (2013), pencegahan penyakit filariasis. Berdasarkan uji
sikap merupakan predisposisi evaluatif yang statistik, diketahui ada hubungan yang bermakna
banyak menentukan bagaimana individu antara tingkat pengetahuan masyarakat tentang
bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan penyakit filariasis dengan tindakan
nyata sering kali jauh berbeda. Hal ini masyarakat dalam pencegahan penyakit
dikarenakan tindakan nyata tidak hanya filariasis (pvalue = 0,035), dan tidak ada
ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh hubungan yang bermakna antara sikap
berbagai faktor eksternal lainnya. Pada masyarakat tentang penyakit filariasis dengan
dasarnya sikap memang lebih bersifat pribadi, tindakan masyarakat dalam pencegahan
sedangkan tindakan lebih bersifat umum atau penyakit filariasis (p value = 0,972).
sosial, karena itu tindakan lebih peka terhadap
tekanan-tekanan sosial. Saran
Allen, Guy dan Edgley dalam Azwar Bagi pengembangan ilmu keperawatan
(2013) menyatakan bahwa tidak ada alasan khususnya keperawatan komunitas dan medikal
untuk menyimpulkan bahwa sikap dan bedah diharapkan senantiasa mengembangkan
perilaku berhubungan secara konsisten. Sikap keilmuannya terkait dengan upaya-upaya
dan perilaku merupakan dua dimensi dalam promotif dan preventif untuk berbagai jenis
diri individu yang berdiri sendiri, terpisah, penyakit yang sangat mengancam kehidupan
dan berbeda. Mengetahui sikap tidak berarti masyarakat, khususnya penyakit filariasis. Bagi
dapat memprediksi perilaku. Hubungan sikap dinas kesehatan dan pihak puskesmas,
dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor- diharapkan dapat meningkatkan upaya promosi
faktor situasional tertentu. Teori ini juga kesehatan seperti memberikan pendidikan
didukung oleh Notoatmodjo (2007), bahwa kesehatan melalui media-media yang menarik
untuk mewujudkan sikap menjadi suatu dengan gambar atau video mengenai berbagai
perbuatan atau tindakan yang nyata macam penyakit, khususnya penyakit filariasis
diperlukan faktor pendukung atau kondisi sehingga menambah motivasi masyarakat untuk
yang memungkinkan seperti faktor fasilitas. melakukan tindakan pencegahan dengan baik.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
7
Bagi masyarakat, diharapkan dapat Ikawati, B., & Tri, W. (2010).Pengetahuan,
menerima informasi lebih lanjut yang diberikan sikap, dan praktik masyarakat Kelurahan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara
tentang penyakit filariasis, dan juga Kota Pekalongan tentang filariasis
berpartisipasi secara aktif dalam melakukan limfatik.Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9
tindakan pencegahan penyakit filariasis serta No 4, Desember 2010 : 1324 -1332.
mencari informasi terbaru mengenai berbagai Diperoleh tanggal 23 Juni2014 dari
macam penyakit lainnya sehingga dapat http://download.portalgaruda.org/article.p
malakukan tindakan pencegahan lebih dini. Bagi hp?article=79156&val=4897&title.
peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi
informasi atau data dasar tentang pengetahuan Irianto, K. (2013). Parasitologi medis. Bandung:
mengenai penyakit filariasis serta sikap dan Alfabeta.
tindakan dalam pencegahan filariasis sehingga
Karmana, O. (2008). Biologi untuk siswa kelas
dapat dilakukan penelitian-penelitian lain yang
XI semester satu SMA. Bandung:
terkait, seperti menghubungkan antar faktor yang
Grafindo Media Pratama.
mempengaruhi perilaku pencegahan filariasis.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
UCAPAN TERIMA KASIH Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi.
Terima kasih yang tak terhingga kepada semua (2010a). Buletin jendela epidemiologi:
pihak yang telah memberikan bantuan baik moril Filariasis di Indonesia. Diperoleh
maupun materil dalam penelitian ini. tanggal 10 Oktober 2013 dari
http://www.depkes.go.id/downloads/publ
1
ikasi/buletin/BULETIN%20FILARIASIS
Idia Lusi: Mahasiswa Program Studi Ilmu .pdf.
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
2
Gamya Tri Utami, M.Kep: Dosen Bidang Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Ditjen PP & PL Direktorat P2B2Subdit
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Filariasis & Schistomiasis. (2010b).
Riau, Indonesia. Rencana nasional program akselerasi
3
Fathra Annis Nauli, M.Kep, Sp.Kep.J: Dosen eliminasi filariasis di Indonesia 2010-
Bidang Keilmuan Keperawatan Jiwa Program 2014. Diperoleh tanggal 19 Oktober 2013
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, dari
Indonesia. http://pppl.depkes.go.id/_asset/_downloa
d/NATIONAL_PLAN_FILARIASIS_20
10-IND__2010-14.pdf.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2013). Sikap manusia: Teori dan Mardiana., Enny W. L., & Dian P. (2011).
pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar. kejadian Filariasis di Indonesia (data
riskedas 2007). Jurnal Ekologi
Dewi, K., &Zalih, M. (2014).Hubungan KesehatanVol. 10 No 2, Juni 2011 : 83 –
pengetahuan, sikap dengan praktik 92. Diperoleh tanggal 19 Oktober 2013
masyarakat dalam upaya pencegahan dari
penyakit filariasis di RW 11 Kelurahan http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.
Jenggot Kota Pekalongan. Sekolah Tinggi php/jek/article/viewFile/1699/pdf.
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Pekajangan. Diperoleh tanggal 23 juni Monalisa.(2012). Hubungan pengetahuan dan
2014 darihttp://www.e-skripsi.stikesmuh- sikap keluarga dengan perilaku
pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream- pencegahan filariasis di Desa Kasang
pdf&fid=572&bid=631. Lopak Alai Kecamatan Kumpeh Ulu
Kabupaten Muaro Jambi. Subdin P2PL
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuantan Singingi Prov Jambi tahun2012. Diperoleh
(2013).Formulir/ pencatatan dan tanggal 23 Juni 2014 dari
pelaporan data kasus filariasis. http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&
TalukKuantan: DinkesKuansing. q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja
8
&uact=8&ved=0CCAQFjAA&url=http%
3A%2F%2Fejurnal.ung.ac.id%2Findex.p
hp%2FJHS%2Farticle%2Fdownload%2F
1088%2F885&ei=uRi6U6_DAtK9ugSsr
YG4Cg&usg=AFQjCNGJ3XFECsZLf9
mueVmxcFl3Ca_Z_A&bvm=bv.701385
88,d.c2E.
Mubarak, W. I., Nurul C., Khoirul R., &
Supriadi. (2007). Promosi kesehatan.
Ed.2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Niven, N. (2004). Psikologi kesehatan:
Pengantar untuk perawat dan profesional
kesehatan lain. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan &
ilmu perilaku. Jakarta: Rineka cipta.
Pearson, A. (2005). Nursing models for practice:
3th ed. Philadelphia: Butterword
Helnemann.
Potter P.A & Perry A.G. (2010). Fundamental
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Sudoyo, A. W., Bambang S., Idrus A., Marcellus
S. K., & Siti S. (2009). Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jakarta: Internal
publishing.
Syuhada, Y., Nurjazuli., & Nur E. W. (2012).
Studi kondisi lingkungan rumah dan
perilaku masyarakat sebagai faktor risiko
kejadian Filariasis di kecamatan Buaran
dan Tirto kabupaten Pekalongan. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesiavol. 11
no.1. Diperoleh tanggal 17 Oktober 2013
darihttp://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad
=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%
2F%2Fejournal.undip.ac.id.%2Findex.ph
p%2Fjkli%2Farticle%2Fview%2F4147%
2F3782&ei=tSqxUp74F4TYrQeV0IDA
DQ&usg=AFQjCNHsNPVBO2igj8k8zJ
ZaWYNfpwdUA&bvm=bv.58187178,d.c
Wc.
Widodo, H. (2013). Parasitologi kedokteran.
Yogyakarta: D-MEDIKA (Anggota
IKAPI).

Anda mungkin juga menyukai