Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirohim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


Rahmat, Hidayah dan Inayah yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
“ Modul Sanitasi Tempat-Tempat Umum” ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
Baginda Nabi Besar Muhammad SAW karena atas jasa beliaulah kita semua masih dapat
merasakan indahnya islam.

Tersusunnya modul ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini kami mahasiswa Praktek Kerja Lapangan Terpadu (PKLT) Universitas Fort De
Kock Bukittinggi, kami sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah mendukung kelancaran dalam
pembuatan modul ini.

Setelah mempelajari Sanitasi Tempat-Tempat Umum, masyarakat diharapkan memiliki


pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Berbagai metode
pembelajaran yang akan diterapkan selama proses pembelajaran ini sesuai dengan kompetensi
yang telah ditetapkan.

Kami menyadari Modul pembelajaran Sanitasi Tempat-Tempat Umum ini tentunya


masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saran dan masukan yang positif sangat kami harapkan
demi perbaikan modul ini. Mudah-mudahan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bukittinggi, 29 Juni 2021

Tim Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha sanitasi pada umumnya, maka
pengertian usaha STTU tidak lepas dari pengertian sanitasi. Sanitasi menurut WHO adalah :
suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada
manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik,
kesehatan dan kelangsungan hidup.
Sanitasi Tempat – tempat Umum Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah
suatu tempat dimana umum (semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul
mengadakan kegiatan baik secara insidentil maupun terus menerus (Suparlan, 1977). Salah satu
tempat-tempat umum yaitu obyek wisata. obyek dan daya Tarik wisata adalah segala yang
menjadi sarana perjalanan wisata (UU No.9, 1990). Wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Seorang wisatawan berkunjung ke suatu tempat/daerah/Negara karena tertarik oleh sesuatu yang
menarik dan menyebabkan wisatawan berkunjung ke suatu tempat/daerah/Negara disebut daya
tarik dan atraksi wisata (Mappi, 2001).
Menurut Chandra (2006), tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya.Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak terpelihara akan menambah
besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan
upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.tempat-tempat umum perlu
dijaga sanitasinya, seperti halnya transportasi baik darat,air dan
Indonesia menduduki peringkat ke-2 di dunia sebagai negara dengan sanitasi terburuk
setelah India. Hal ini sangat ironis dibandingkan dengan negaranegara di kawasan Asia Tenggara
seperi Singapura dan Malaysia yang cakupan layanan sanitasinya diatas 90 persen. Sanitasi yang
buruk dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyaki.
Permasalahan sanitasi yang ada di negara berkembang disebabkan beberapa faktor
diantaranya adalah minimnya perhatian dan prioritas yang diberikan oleh pemerintah atau dinas
terkait pada sektor sanitasi, minimnya ketersedian air bersih dan sanitasi, minimnya ketersediaan
ruang, perilaku kebersihan yang masih minim, serta sanitasi yang tidak memadai di tempat-
tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, puskesmas, masjid, tempat rekreasi, restoran dan
lain-lain.
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan usahausaha untuk mencegah dan mengawasi
kerugian akibat dari tempat-tempat umum yang memiliki potensi terjadinya penularan,
pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Tempat ataupun sarana layanan
umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi lingkungan antara lain : tempat umum yang
dikelola secara komersial, tempat yang dapat memfasilitasi terjadinya penularan penyakit atau
tempat layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat-tempat
umum diantaranya adalah terminal, hotel, angkutan umum, pasar tradisional atau
swalayan/pertokoan, bioskop, salon kecantikan, pangkas rambut, panti pijat, taman hiburan,
gedung pertemuan, pondok pesantren, tempat ibadah, objek wisata, dan lain-lain.

B. Tujuan Modul
1. Untuk mengetahui tentang Sanitasi di Tempat-Tempat Umum.
2. Untuk mengetahui persyaratan Sanitasi Tempat-Tempat umum.
3. Untuk mengetahui maanfaat Sanitasi Tempat-Tempat Umum
4. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi Sanitasi Tempat-Tempat Umum.

C. Sasaran Modul

Modul ini dirancang untuk seluruh masyarakat, terutama di Tempat-Tempat Umum

D. Prosedur Penggunaan

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat ketika menggunakan modul
ini.
1. Modul ini dapat digunakan sesuai kebutuhan dalam meningkatkan pemahaman terkait
Sanitasi di Tempat-Tempat Umum.
2. Bacalah dengan cermat modul ini. Apabila mengalami kesulitan dalam proses
memahami materi, masyarakat bisa mendiskusikannya dengan pihak yang ahli
dibidangnya.
3. Setiap lembara aktifitas dan lembar evaluasi yang terdapat pada setiap bagian akhir
materi bahasan harus dikerjakan dengan jujur serta tanggung jawab baik secara
individu maupun kelompok.
4. Jika masyarakat sudah menguasai seluruh materi modul ini secara tunta, diharapkan
bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
Pengantar Sanitasi Tempat-Tempat Umum

A. Pengertian Sanitasi Tempat-Tempat Umum


1. Sanitasi
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang mengawasi
beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal
yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup
(Huda, 2016).
2. Tempat-Tempat Umum
Tempat umum atau sarana pelayanan umum adalah tempat yang memiliki fasilitas dan
berpotensi terhadap terjadinya penularan penyakit. Tempat-tempat umum merupakan suatu
tempat dimana banyak orang berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara insidentil
maupun terusmenerus, baik secara membayar maupun tidak, atau suatu tempat dimana banyak
orang berkumpul dan melakukan aktivitas sehari-hari. (Imam, 2017) Pengertian sanitasi tempat-
tempat umum (STTU) adalah suatu usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian akibat dari
tidak terawatnya tempattempat umum tersebut yang mengakibatkan timbul menularnya berbagai
jenis penyakit. STTU dapat pula dipahami sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan tempat-tempat yang sering digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari
agar terhindar dari ancaman penyakit yang merugikan kesehatan.
Sanitasi Tempat – tempat Umum adalah suatu usaha untuk mengawasi, mencegah dan
mengendalikan kerugian akibat dari pemanfaatan tempat maupun hasil usaha (produk) oleh dan
untuk umum terutama yang erat hubungannya dengan timbulnya dan menularnya penyakit serta
kemungkinan terjadinya kecelakaan. (Suparlan, 2012).
3. Tujuan Sanitasi Tempat-tempat
Tujuan dari pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain :
a. Untuk memantau keadaan sanitasi tempat-tempat umum secara berkala.
b. Untuk membina dan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat di tempat-tempat umum.
c. Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit menular (communicable
diseases) dan penyakit akibat kerja (occupational diseases).
4. Kriteria Sanitasi Tempat-tempat Umum
Adapun batas-batas ketentuan untuk menggolongkan sebuah tempat disebut sebagai
tempat-tempat umum. Kriteria sanitasi tempat-tempat umum, antara lain :
a. Tempat tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum bukan masyarakat khusus.
b. Terdapat tempat atau gedung yang bersifat permanen.
c. Dalam tempat tersebut dilakukan kegiatan atau aktivitas yang dapat menimbulkan
risiko terjadinya penularan penyakit, penyakit akibat kerja dan kecelakaan. Tempat
beraktivitas pengusaha, pegawai, dan pengunjung.
d. Memiliki fasilitas atau perlengkapan umum seperti Sarana Air Bersih (SAB), Water-
closet (WC), Urinoir, tempat sampah dll
5. Ruang Lingkup Sanitasi Tempat-tempat Umum
Ruang lingkup sanitasi tempat-tempat umum dijabarkan secara spesifik menjadi beberapa
poin utama, yaitu :
a. Penyediaan air (Water Supply) Pengawasan kualitas air sesuai dengan persyaratan.
Jumlah kuantitas air yang cukup.
b. Pengelolaan sampah padat, air kotor, dan kotoran manusia (wastesdisposal sawage,
refuse, dan excreta) Tempat penampungan sampah sesuai dengan persyaratan, jumlah
yang cukup dan mudah terjangkau. Terdapat Saluran Pengolahan Air Limbah (SPAL).
c. Hygiene dan sanitasi makanan (Food Hygiene and Sanitation) Pencegahan
kontaminasi dan keracunan makanan, kebersihan makanan, penyimpanan makanan, dan
kebiasaan penjamah makanan.
d. Perumahan dan kontruksi bangunan (Housing and Contruction) Lokasi dan konstruksi
bangunan, ventilasi udara, pencahayaan ruang.
e. Pengawasan vektor (Vector Control) Terbebas dari serangga pembawa penyakit dan
rodentia f. Pengawasan pencemaran fisik (Physical Pollution) Pengamanan sumber
pencemaran dan jangkauan cemaran.
6. Kegiatan Sanitasi Tempat-tempat Umum
Adapun kegiatan yang mendasari sanitasi tempat-tempat umum, yaitu :
a. Pemetaan (Monitoring) Meninjau atau memantau letak, jenis, dan jumlah tempat-
tempat umum yang ada kemudian disalin atau digambarkan kembali dalam bentuk peta
sehingga mempermudah dalam menginspeksi tempat-tempat umum tersebut.
b. Inspeksi (Inspection) Penilaian serta pengawasan terhadap tempat-tempat umum
dengan mencari informasi kepada pemilik, penanggung jawab, atau pengelola baik
dengan wawancara maupun melihat langsung kondisi tempat umum untuk kemudian
diberikan masukan jika perlu apabila dalam pemantauan masih terdapat hal-hal yang
perlu mendapatkan pembenahan.
c. Penyuluhan (Education) Penyuluhan terhadap masyarakat terutama untuk menyangkut
pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-
tempat umum.

Usaha-Usaha yang dapat dilakukan dalam sanitasi Tempat-Tempat umum berupa :


1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan
kesadaran masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul dari tempat-tempat
umum.

B. Macam-macam sanitasi di tempat-tempat umum


1. inspeksi sanitasi tempat ibadah (masjid)
2. inspeksi sanitasi salon
3. inspeksi sanitasi pasar
4. inspeksi sanitasi sekolah
5. inspeksi sanitasi hotel
6. inspeksi sanitasi bioskop
7. inspeksi sanitasi kolam renang
8. inspeksi sanitasi rumah makan
9. Inspeksi sanitasi sampah rumah tangga
10. inspeksi sanitasi jamban sehat
BAB III
INSPEKSI SANITASI TEMPAT-TEMPAT UMUM

1. Inspeksi Sanitasi Tempat Ibadah (masjid)


1.) pengertian tempat ibadah
Tempat-tempat ibadah merupakan salah satu sarana tempat-tempat
umum yang dipergunakan untuk berkumpulnya masyarakat guna
melaksanakan kegiatan ibadah.
Masjid adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum, pada waktu – waktu
tertentu berkumpul untuk melakukan ibadah keagamaan Islam. Dasar pelaksanaan Penyehatan
Lingkungan Masjid 8 adalah Kep. Menkes 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman
Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.
Dengan peran serta dari pengurus tempat-tempat ibadah diharapkan :
 Berubahnya atau terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan
yang terdapat dilingkungan tempat ibadah yang dapat memberi pengaruh jelek
terhadap kesehata.
 Meningkatnya mutu kesehatan lingkungan tempat-tempat ibadah dalam
pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat- tempat ibadah.
 Terwujudnya kesadaran dan keikutsertaan masyarakat dan sektor laindalam
pelestarian dan peningkatan penyehatan lingkungan tempat-tempat ibadah.
 Terlaksananya pendidikan kesehatan tentang peningkatan kesehatan lingkungan.
 Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sanitasi tempattempatibadah.

2.) Persyaratan Kesehatan Tempat Ibadah (Mesjid/Musholla)


 Letak / Lokasi
 Sesuai dengan rencana tata kota
 Tidak berada pada arah angin dari sumber pencemaran(debu,asap,bau dan
cemaran lainya). c) Tidak berada pada jarak < 100 meter dari sumber
pencemarandebu, asap, bau & cemaran lainnya.

 Bangunan
 Kuat, kokoh dan permanen
 Rapat serangga dan tikus
 Lantai ; Kuat, tidak terbuat dari tanah, bersih, rapat air, tidak licin dan mudah
dibersihkan.
 Dinding ; Dinding bersih, berwarna terang, kedap air dan mudah dibersihkan.
 Atap ; Menutup bangunan,kuat, bersih, cukup landai dan tidak bocor
 Penerangan/Pencahayaan ; Pencahayaan terang, tersebar merata dan tidak
menyilau (min 10 fc).
 Ventilasi ; Minimal 10% dari luas bangunan, sejuk dan nyaman (tidak pengap
dantidak panas).
 Pintu ; Rapat serangga dan tikus, menutup dengan baik dan membuka ke
arahluar. Terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
 Langit – langit - Tinggi minimal 2,4 m dari lantai - Kuat, tdk terdapat lubang-
lubang - Berwarna terang dan mudah dibersihkan
 Pagar ; Kuat, aman dan dapat mencegah binatang pengganggu masuk.
 Halamanmasjid ; Bersih, tidak berdebu dan becek, tidak terdapat genangan air,
terdapat terdapat temapat sampah yang cukup.
 Jaringan instalasi - Aman (bebas cross conection) 11 - Terlindung
 Saluran air limbah - Tertutup - Mengalir dengan lancar

 Fasilitas Sanitasi

1). Air Bersih


 Jumlah mencukupi / selalu tersedia setiap saat
 Tidak berbau, tidak berasa & tidak berwarna
 Angka kuman tidak melebihi NAB
 Kadar bahan kimia tidak melebihi NAB

 Pembuangan Air Kotor


 Terdapat penampungan air limbah yang rapat serangga
 Air limbah mengalir dengan lancar
 Saluran kedap air
 Saluran tertutup

 Toilet/ WC
 Bersih
 Letaknya tidak berhubungan langsung dengan bangunan utama
 Tersedia air yang cukup
 Tersedia sabun dan alat pengering
 Toilet pria dan wanita terpisah
 Jumlahnya mencukupi untuk pengunjung terbanyak
 Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar 12
 Saluran pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau Saluran
pembuangan air limbah dilengkapi dengan penahan bau(water seal).

 Peturasan
 Bersih
 Dilengkapi dengan kran pembersih
 Jumlahnya mencukupi
 Tempat sampah kuat, kedap air, tahan karat, dan dilengkapi dengan penutup.
 Jumlah tempat sampah mencukupi
 Sampah diangkut setiap 24 jam ke TPA
 Kapasitas tempat sampah terangkat oleh 1 orang

 Tempat Wudhu
 Bersih
 Terpisah dari toilet, peturasan, dan ruang mesjid
 Air wudhu keluar melalui kran
 kran khusus dan jumlahnya mencukupi.
 Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
 Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
 Limbah air wudhu mengalir lancar
 Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah

 Tempat Ibadah
 Bersih, tidak berbau dan berdebu
 Bebas kutu busuk dan serangga lainnya
 Sepanjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30
cm sebagai tempat sujud.

 Tempat Sandal Dan Sepatu


 Tersedia tempat sandal dan sepatu yang khusus
 Bersih dan kuat.
 Air wudhu keluar melalui kran
 kran khusus dan jumlahnya mencukupi.
 Kolam air wudhu tertutup (rapat serangga)
 Tidak terdapat jentik nyamuk pada kolam air wudhu
 imbah air wudhu mengalir lancar
 Tempat wudhu pria dan wanita sebaiknya terpisah

 Tempat ibadah
 Bersih, tidak berbau yang tidak enak
 Bebas kutu busuk dan serangga lainnya
 panjang bagian depan tiap sap dipasang kain putih yang bersih dengan lebar 30
cm sebagai tempat sujud.

3). tujuan inspeksi sanitasi tempat ibadah


 untuk menciptakan tempat ibadah yang nyaman, terhindar dari penyebaran
penyakit dan kecelakaan

4). manfaat inspeksi sanitasi tempat ibadah


 untuk menciptakan tempat ibadah yang nyaman
 untuk mencegah penyebaran penyakit di tempat ibadah
 untuk mencegah terjadinya kecelakaan

2. inspeksi sanitasi salon


1). pengertian
Hygiene Sanitasi Penyelenggaraan Salon Fasilitas Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak Nomor HK.01.01/BI.4/4051/2011,
2). persyaratan fasilitas penyelenggaraan salon kecantikan yaitu:
 Bangunan

a. Umum:
 Bangunan yang bersih dapat mencegah terjadinya penularan penyakit dan atau
kecelakaan.
 Pembagian ruangan sesuai dengan fungsinya.
 Bangunan tidak menimbulkan gangguan terhadap fasilitas lainnya.
 b. Khusus
 Lantai Lantai kedap air, rata, tidak licin serta mudah dibersihkan.
 Dinding Dinding atau penyekat sebelah dalam rata, berwarna terang, serta mudah
dibersihkan.
 Langit-Langit Langit-langit berwarna terang, mudah dibersihkan dengan tinggi
dari lantai minimal 2,5 meter.
 Atap Atap kuat dan tidak bocor.

 Ventilasi

Ventilasi dapat menjamin pergantian udara ruangan dengan baik atau luas
ventilasi minimal 5% dari luas lantai.Bila ruangan dilengkapi dengan fasilitas AC,
ventilasi tidak diperlukan.

 Pencahayaan
 Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup.
 Ruang kerja intensitas minimal 150 lux.
 Tidak menimbulkan kesilauan.

 Pencegahan Terhadap Serangga dan Tikus


 Ventilasi dilengkapi dengan kawat kasa nyamuk.
 Lubang SPAL di kamar mandi.
 WC dipasang jeruji besi berjarak 1 cm antara satu dengan yang lain.
 Bila menggunakan lemari maka raknya minimal jaraknya dengan lantai 15 cm.

 Bak Penampungan Air


 Dibersihkan secara berkala satu minggu sekali.
 Dilengkapi dengan tutup.

 Saluran Pembuangan Limbah


 Kedap air.
 Dapat mengalir dengan lancar (kemiringan saluran 2-3%).
 Air Bersih
 Tersedia air bersih yang memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis.
 Kuantitasnya mencukupi kebutuhan.
 Tempat Sampah
 Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, kedap air, tahan karat dan
permukaan dalam rata dan diberi tutup.
 Dilengkapi penutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
 Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan produk sampah yang dihasilkan.

 Kamar Mandi dan Jamban


 Tersedia kamar mandi dan jamban yang bersih untuk pengunjung.
 Disesuaikan dengan penggunaanya.
 13) Tersedia Sarana Pemadam Kebakaran dan Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan (P3K).

3). Persyaratan Karyawan


 Hygiene perorangan

Tindakan hygiene personal pada usaha salon adalah bertujuan untuk (Prihantina &
Indaryani, 2013):
 Meningkatkan kualitas kesehatan seseorang.
 Memelihara kebersihan seseorang.
 Memperbaikipersonalhygiene yang kurang.
 Mencegah penyakit.
 Membudayakan personal hygiene pada karyawan usaha salon.

 Syarat kesehatan karyawan


 Bebas dari penyakit menular umumnya dan penyakit kulit pada khusus nya.
Petugas yang memiliki penyakit menular dilarang bekerja di tempat tersebut.
 2) Setiap karyawan harus memeriksakan diri secara berkala atau sedikitnya satu
kali setahun.
 3) Mempunyai perilaku yang baik, antara lain waktu bekerja tidak merokok, tidak
meludah di sembarang tempat, tidak mengorek-ngorek lubang telinga dan telinga,
selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan rapi.

 peralatan salon
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
No.HK.01.01/BI.4/4051/2011, alat-alat yang digunakan untuk tindakan terhadap
kulit dan atau rambut harus memenuhi persyaratan yaitu:
 Jelas mempunyai daya guna.
 Tidak menimbulkan bahaya, baik dalam waktu dekat maupun dalam waktu lama.
 Sudah teregistrasi di institusi terkait.
 Peralatan harus dijaga kebersihanya. Peralatan yang dapat dicuci, harus dicuci
dengan sabun, air bersih dan desinfektan setelah setiap kali habis digunakan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian alat-alat listrik di salon


(Mariana, 2003):
 Kontak dilepaskan sesudah selesai pemakaian.
 Pelajari instruksi sebelum memakai alat-alat listrik.
 Semua kabel, tombol dan perlengkapan lain harus dalam keadaan baik.
 Semua perlengkapan listrik diperiksa dengan baik dan teliti.
 Hidarkan tali kabel yang basah.
 Pelanggan tidak diizinkan menyentuh permukaan logam ketika peralatan listrik
sedang diberikan.
 Tidak boleh meninggalkan ruangan ketika alat listrik sedang digunakan.

 Kosmetika

Syarat dan Fungsi Bahan Kosmetik adalah (Prihantina & Indaryani, 2013):
 Cream, pada prinsipnya cream merupakan emulsi oil inwater. Secara umum
berfungsi untuk mempertahankan kelembaban kulit, memperlunak kulit,
mencegah terjadinya penguapan air.
 Lation, preparat berbentuk cair, terlarutdan kadang-kadang ada endapan.
 Bedak/powder, untuk menutupi pori-pori dan riasan muka di atas foundation.
 Stick, kosmetika yang dibuat berbentuk tongkat kecil yang dalam pembuatannya
dibuat dengan bahan yang dapat mencair pada suhu badan.
 Salep, kosmetika setengah padat yang merupakan bahan campuran bahan dasar
salep.
 Aerosol, suatu preparat berbentuk cair dalam tabung. Untuk mengeluarkannya
dibantu dengan tekanan gas.
 Shampo, preparat air yang berbusa untuk membersihan rambut dan kulit kepala
serta melemaskan, membentuk rambut, dan mudah disisir.

 Bahan Kosmetika yang Tidak Diizinkan untuk Digunakan dalam Produksi


Kosmetika (Mariana, 2003)
 Antimon
 Arsen
 Barium,kecuali Barium Sulfat
 Berlium
 Bitional
 Fosfor
 Hidrokinon Monobenzileter
 Hormon
 Kadmium
 Klorofom
 Krom, kecuali zat warna hijau K4 dan hijau K5
 Raksa, kecuali fenilraksa nitrat dan tiomersal yang digunakan sebagai pengawet
dalam preparat tata rias mata
 Salsilanilida terhalogen
 Selenium, kecuali selenium disulfida dan sampo tidak lebih dari 2%
 Stronsium
 Timbal, kecuali timbal asetat dalam preparat rambut tidak lebih dari 2% 18)
Torium
 Vinil Clorida 20) Zirkonium Kosmetik yang digunakan harus terdaftar pada
Departemen Kesehatan kecuali yang diproduksi dan digunakan untuk kalangan
sendiri dibawah pengawasan seorang apoteker.

4). Tujuan Sanitasi salon dan Kosmetik adalah:


 Untuk merawat sediaan kosmetika agar tetap steril, terjaga kualitasnya dan tidak
terkontaminasi jamur atau bakteri.
 Untuk menjaga agar tidak menimbulkan alergi pada kulit wajah atau rambut yang
dikenai kosmetika. 2.5 Larangan Dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak No.HK.01.01/BI.4/4051/2011, hal-hal yang
dilarang:
o Ruangan praktik salon kecantikan tidak dibenarkan untuk kegiatan lain yang
tidak sesuai dengan fungsinya.
o Tidak dibenarkan menggunakan alat-alat kedokteran serta melakukan
tindakan-tindakan pengobatan.
o Tidak diperbolehkan melakukan tindakan bedah plastik.
o Tidak dibenarkan mempekerjakan tenaga/ahli kecantikan berwarga negara
asing yang tidak memiliki izin kerja tenaga asing sesuai peraturan yang
berlaku.
o Tidak menggunakan dan memberikan obat-obatan.
o Tidak diperbolehkan menggunakan alat-alat kecantikan elektrik dan kosmetik
yang belum terdaftar/belum diizinkan oleh institusi yang berwenang.
o Tidak diperbolehkan menggunakan alat kecantikan bila tidak mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang dibuktikan dengan sertifikat kompetisi di
lingkup tersebut.
Alat kecentikan yang dimaksud antara lain:
o Hydrotherapy : Steamer, vapozon, shower
o Thermotherapy : Heating blanked, thermo slim, dyatermi
o Mecanotherpy : Frimator, vaccume, microdermabrasi, US, NIST (non
Invasive Subdermaltherapy), Pressuretherapy
o Electrotherapy : NEMS, HF, Galvaic, electrophorosis, Biostimulasi
o IMR (Elecrical Magnetik Rasiation), Collor therapy, Light Terapy, IR, UV
light (Sun Bed), Light Heat Therapy (LHE, IPL), Phototherapy,
Photoporation
o Tidak diperbolehkan mengiklankan penyelengaraan pelayanan tertentu di
salon yang tidak sesuai dengan kenyataan atau belum terbukti
kebenarannya secara ilmiah.
o 9) Tidak diperbolehkan menggunakan kosmetik yang sudah kadaluarsa
Kegiatan yang Menimbulkan Gangguan Kesehatan dari Perawatan di
Salon Kegiatan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dari
perawatan di salon adalah
 Medikur merupakan salah satu perawatan kecantikan dengan risiko bahaya
kesehatan paling tinggi. Bakteri, jamur, bahkan penyakit hepatitis C bisa tertular
lewat penggunaan peralatan manicure atau pedicure yang tidak steril atau terapis
yang ceroboh.
 Salon untuk rambut berpotensi memberikan risiko bagi kesehatan tubuh. Berbagai
campuran kimia yang keras yang terdapat pada pewarna, pengeriting dan pelurus
rambut dapat menyebabkan iritasi dan reaksi alergi.
 Waxing merupakan perawatan kecantikan yang paling berisiko timbulnya iritasi
akibat adanya kontak langsung antara produk dengan permukaan kulit. Penyakit
yang Timbul akibat Hygiene Sanitasi Salon yang Buruk Penyakit yang timbul dari
hygiene dan sanitasi salon yang buruk adalah (Prihantina & Indaryani, 2013):
o Penyakit saluran pernapasan akibat debu, kapas, bahan kimia dari obat
kecantikan. Misanya hair spray.
o Asma akibat sensitivitas zat perangsang dari zat kimia bahan
kecantikan (terutama yang disemprotkan).
o Penyakit kulit yang disebabkan oleh faktor fisik, kimiawi dan biologis.

5). Manfaat inspeksi sanitasi salon


 Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit disalon
 Untuk menumbuhkan kesadaran pengunjung dan karyawan pentingnya inspeksi
sanitasi disalon
3. inspeksi sanitasi Pasar
1). pengertian pasar
Pasar dalam arti yang sempit adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk
melakukan transaksi jual beli dan jasa. Sedangkan dalam pengertian secara luas pasar diartikan
sebagai tempat bertemunya penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan
pembeli yang menggunakan uang untuk membeli barang dengan harga tertentu (Adhyzal, 2003).
2). persyarat terjadinya suatu pasar, antara lain sebagai berikut :
 Ada tempat untuk berniaga
 Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan.
 Terdapat penjual barang tertentu.

a. Umum
 Bangunan dan rancang bangun

bangunan dan rancangan bangunan harus di buat sesuai dengan


perundangundangan angunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan perundang
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Mubarak dan Chayatin, 2009).
 Penataan Ruang Dagang.

Berikut ini penataan ruang dagang yaitu :


 Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan
klasifikasinya seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan
unggas.
 Pembagian zoning diberi identitas yang jelas.
 Penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus.
 Setiap los/kios memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5 meter.
 Setiap los/kios memiliki papan karakteristik.

b. Faktor-faktor yang mempengarugi Sanitasi Pasar


 Pedagang.

ciri- ciri umum yang dikemukakan oleh Butono (2005 ), yaitu:


 Merupakan pedagang yang kadang- kadang juga sekaligus berarti produsen.
 Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu
ketempat yanglain (menggunakan pikulan, kereta dorong, tempat atau stan yang
tidak permanentserta bongkar pasang)
 Menjajakan bahan makanan, minuman, barang- barang konsumsi lainnya yang
tahan lama secara eceran
 Umumnya bermodal kecil,kadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal
dengan mendapat akan sekedar komisi sebagai imbalan atas jerih payahnya
 Kualitas barang- barang yang diperdagangkan relativ rendah dan biasanya tidak
bersetandar
 Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli merupakan pembeli
yang berdaya beli rendah
 Usaha skala kecil bias berupa family enterprise, dimana ibu dan anakanak turut
membantu dalam usaha tersebu, baik langsung maupun tidak langsung
 Tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan relasi ciri yang khas \pada
usaha pedagang kaki lima
 Dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang secara penuh, sebagian lagi
melaksanakan setelah kerja atau pada waktu senggang, dan ada pula yang
melaksanakan musiman.

Dari definisi yang di atas dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud


dengan pedagang adalah orang yang berdagang di manapun termasuk berdagang
di kaki lima begitu juga berdagang di pasar tradisional di mana berdagang pasar
tradisional juga pedagang kaki lima dimana pedagang kaki lima ada yang
berdagang menetap ada juga yang berdagang berpindah pindah tempat

 Durasi

Waktu Berdagang Menurut Depkes (2007), lama berdagang adalah jangka waktu
pedagang berdagang selama kurung waktu di atas 2 tahun, dihitung sejak mulai pertama
berdagang ditempat tersebut. Menurut Abraham (2003), lama berdagang adalah proses
waktu selama berdagang berlangsung dalam 1 periode (2 – 4 tahun) pada waktu tersebut.

 Peran Masyarakat

Peran masyarakat yaitu : Menyelesaikan semua permaslahan, untuk meningkatkan


mutu, untuk mencari akar permasalahan.Dukungan Petugas Kebersihan Petugas
kebersihan adalah suatu sektor yang memperhatikan lingkungan 19 tempat umum
maupun lingkungan setiap kota yang di lakukan (Depkes RI. 2001). Jika tugas dan
tanggung jawabnya dilakukan dengan baik, maka akan tercapai tingkat keberhasilannya,
dengan mengukur tingkat derajat kesehatan masyarakat.
Persyaratan kesehatan lingkungan pasar menurut Kepmenkes No. 519 Tahun
2008 antara lain mencakup lokasi pasar,bangunan, sanitasi pasar, prilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS), keamanan, dan fasilitas lainnya.
 Lokasi
 Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Setempat (RUTR).
 Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti banjir dan sebagainya.
 Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan, termasuk sempadan jalan.
 Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas
lokasi pertambangan.
 Mempunyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dan lingkungannya (Arifin,
2009).

 Bangunan pasar

Secara umum Bangunan dan rancang bangun harus di buat sesuai dengan
perundang undangan angunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan perundang
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Mubarak dan Chayatin, 2009).

 Penataan Ruang Dagang. Berikut ini penataan ruang dagang yaitu :


 Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan
klasifikasinya seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan
unggas.
 Pembagian zoning diberi identitas yang jelas.
 Penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus.
 Setiap los/kios memiliki lorong yang lebarnya minimal 1,5 meter.
 Setiap los/kios memiliki papan karakteristik.

3). Tujuan inspeksi sanitasi pasar


Menurut Menteri nomor 519/MENKES/2008 tujuannya adalah terwujudnya
pasar yang bersih, sehat, nyaman dan sehat melalui kemandirian komunitas
pasar.

4). Manfaat inspeksi sanitasi pasar


 Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bagaimana
menerapkan pasar yang sehat.
 Dapat mencegah penularan penyakit.
 Dapat mencegah perkembangan vector.
 Masyarakat mengetahui standar pasar yang sehat.
4. inspeksi sanitasi sekolah
1). Pengertian inspeksi sanitasi sekolah
Indspeksi sanitasi sekolah adalah kebersihan, manufaktur, termasuk komponen
yang berada di sekolah yang berguna untuk kelancaran dan kenyamanan yang ada di
sekolah.

2). persyaratan sarana dan prasarana di sekolah


 air bersih
 persyaratan air bersih
 tidak berwarna
 tidak berbau
 tidak berasa
 jamban sekolah

mengacu pada permendiknas nomor 24 tahun 2007


 tersedianya air yang cukup.
 rasio peserta didik laki-laki minimal 1:60 dan peserta didik perempuan 1:50.
 lokasi jamban dapat diakses dengan mudah.
 luas jamban minimal 2 meter persegi.

 cuci tangan pakai sabun (ctps)


 satu kelas terdapat satu fasilitas ctps
 satu fasilitas ctps di depan ruangan guru
 satu unut ctps di dekat kantin
 air pembuangan ctps ditampung diresapan air

 pengolahan limbah cair


 memiliki septitank
 melakukan penyedotan rutin pada tengki septiktank
 pembangungan unit sekolah baru perlu memerhatika sarana dan prasarana
termasuk tempat pembuangan limbah

 pengolahan sampah
menurut UU no.18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah pengelolaan sampah
merupakan sebagai sisa kegiatan manusia atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah terbagi 2 yaitu sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organic
yaitu sampah yang bersifat bisa diurai oleh tanah sedangkan sampah anorganik
merupakan sampah yang tidak bisa diuraikan oleh tanah.
Standar tempat sampah yang disediakan di sekolah :
 tersedia tempat sampah yang terpisah sesuai dengan jenis sampahnya
 tersedia di setiap ruangan.
 disekolah perlu disediakan tempat pembuangan sampah sementara
 bekerja sama dengan mitra terkait pengangkutan sampah.

3). Tujuan sanitasi sekolah


 untuk meningkatkan pengetahuan warga sekolah tentang pentingnya sanitasi
disekolah.
 Untuk membangun sekolah sesuai standar yang telah ditetapkan.

4). manfaat sanitasi disekolah


 menciptakan lingkungan sekolah bersih dan nyaman
 mengurangi penyebaran penyakit
 membiasakan warga sekolah sekolah untuk hidup berish dan sehat

5. inspeksi sanitasi hotel


1). pengertian
Hotel merupakan tempat yang menyediakan pelayanan, penginapan yang dikelola
secara komersil.
2). persyaratan inspeksi sanitasi hotel
Menurut permenkes No. 80/Menkes/II/1990 tentang persyaratan kesehatan hotel
sebagai berikut:
 umum
 lingkungan dan bangunan hotel selalu dalam keadaan bersih
 tidak adanya sarang serangga maupun vektor pada konstruksi
bangunan
 bangunan hotel harus memadai, kuat dan dapat mencegah penularan
penyakit serta kecelakaan
 tata ruang
 setia ruangan hotel harus memenuhi persyaratan Kesehatan dan di tata
sesuai fungsinya.
 Konstruksi
a. lantai
 Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, permukaan rata
dan mudah dibersihkan
 Lantai yang kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang
cukup (2-3%) kearah saluran pembuangan air limbah
 Dinding
 Permukaan dinding harus bersih
 Permukaan dinding harus terbuat dari bahan yang kedap air
 Ventilasi
 Peredaran udara didalam ruangan harus lancer
 Jika tidak ada ventilasi maka harus ada ventilasi mekanis
 Atap
 Tidak bocor dan memungkinkan tidak tergenangnya air
 Langit-langit
 Mudah dibersihkan
 Tingginya minimal 2,5 m dari lantai
 Pintu
 Dapat mencegah masuknya vector
 Pencahayaan
Di dalam lingkungan hotel dan di setiap kamar / ruang harus tersedia
sarana pencahayaan dengan intensitas berdasarkan
No Fungsi Kamar / Hotel Intensitas Cahaya Keterangan
1. Tidur Kurang dari 5
2 Relaks Minimal 30
3 Bercakap – cakap Minimal 60
4 Membaca Lebih dari 100
Untuk kegiatan yang memerlukan Secara keselurahaan
5. Lebih dari 200 tidak menyebabkan silau
sedikit ketelitian
Untuk kegiatan dengan resiko
6. Lebih dari 300
kecelakaan yang tinggi
Untuk kegiatan yang memerlukan
7. Lebih dari 500
ketelitian yang tinggi
 Persyaratan kamar hotel
a. umum
 Selalu dalam keadaan bersih
 Tersedia tempat sampah yang cukup
 Bebas dari gangguan vector
 Udara di dalam kamar/ruang harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a) Tidak berbau (terutama untuk H2S dan amoniak ).
b) Tidak berdebu atau berasap / berasap (kadar debu kurang dari
0,26 mg / m3).
c) Mempunyai suhu 18 – 28 derajat Celcius.
d) Mempunyai kelembaban 40 – 70 %.
e) Tidak terdapat kuman alpha streptococcous haemoliticus dan
kuman pathogen.
f) Kadar gas beracun tidak melebihi nilai ambang batas.

b. khusus
 Kamar tidur
 Dinding, pintu dan jendela kamar tidur yang tembus pandang harus
dilengkapi dengan tirai yang tidak tembus sinar dari luar.
 Perbandingan jumlah tempat tidur “Single” (untuk satu orang dengan
luas lantai kamar tidur, sebagaimana tercantum dalam tabel berikut :

No. Jumlah Tempat Tidur Luas Lantai Minimal ( m2 )


1. 1 4,5
2. 2 8
3. 3 12
4. 4 17
5. 5 20
Setiap penambahan tempat tidur harus ditambah
5 m2

 Ruang istirahat karyawan


 Ruang karyawan wanita harus terpisah dengan ruang karyawan pria.
 Tersedia lemari (locker) yang aman untuk penyimpanan pakaian
karyawan sesuai dengan kebutuhan.
 Dilengkapi dengan kamar mandi, jamban dan peturasaan yang terpisah
antara pria dan wanita.
 Perbandingan jumlah karyawan dengan jumlah kamar mandi, jumlah
jamban dan jumlah peturasaan.
 Ruangan pengelolaan makanan
Harus mempunyai persyaratan kesehatan sesuai dengan ketentuan
Perundang – undangan yang berlaku.
 Ruang cuci
 Tidak memungkinkan tercampurnya pakaian kotor dan bersih.

 Gudang
 Gudang untuk menyimpan bahan makanan, bahan berbahaya, alat
kantor, alat rumah tangga, dll harus terpisah.
 Gudang untuk menyimpan bahan makanan dan bahan berbahaya harus
memenuhi persyaratan kesehatan sesuai dengan peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
 Dilengkapi rak – rak dengan tinggi minimal 20 cm dari lantai dan
tangga serta peralatan lain sesuai dengan kebutuhan.

 Persyaratan Kesehatan Fasilitas Hotel


a. Penyediaan air
 Tersedia air dengan kualitas sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
 Kapasitas air harus memenuhi persyaratan yang berlaku.
 Air tersedia pada setiap tempat kegiatan secara
berkesinambungan.
 Distribusi air di hotel harus menggunakan sistem perpipaan dan
mengalir dengan tekanan positif serta terhindar dari cemaran
silang.
 Pembuangan Air Limbah
 SPAL harus menggunakan sistem tertutup, kedap air, dan air
dapat mengalir dengan lancar.
 Tiap air limbah harus diolah sehingga mutu effluent sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
 Toilet dan Kamar Mandi
 Di dalam toilet harus tersedia jamban, peturasan, dan tempat cuci
tangan.
 Harus selalu dalam keadaan bersih.
 Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, dan
mudah dibersihkan.
 Dilengkapi dengan penahan bau (bowl atau leher angsa).
 Letaknya tidak berhubungan langsung (harus terdapat ruang
antara) dengan tempat pengelolaan makanan, kamar tamu, dan
kamar tidur.
 Toilet wanita harus terpisah dengan toilet pria.
 Toilet tenaga kerja harus terpisah dengan toilet pengunjung.
 Tersedia kaca rias, tempat sampah, tempat abu rokok, tissue,
gantungan baju, pengharum ruangan, ember, dan alat pengering
tangan.
 Harus dilengkapi dengan tanda – tanda sanitasi yang berisi pesan
mengenai kebersihan / kesehatan.
 Setiap kamar tidur harus dilengkapi dengan kamar mandi dan
jamban.
 Tempat Sampah
 Harus terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat,
 kedap air dan mempunyai permukaan halus bagian dalamnya.
 Mempunyai tutup yang mudah dibuka atau ditutup tanpa
 mengotori tangan.
 Mudah diisi dan dikosongkan.
 Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produksi
 sampah yang dihasilkan pad setiap tempat kegiatan.
 Sampah dari setiap ruangan harus dibuang setiap hari.
 Harus tersedia TPS.
 TPS harus terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh
 kendaraan pengangkut sampah dan minimal setiap 3 kali 24 jam
 harus dikosongkan.
 Peralatan Pencegah Masuknya Serangga
 Sarana penyimpanan air harus tertutup dan bebas jentik nyamuk.
Pada titik tembus pipa dengan dinding harus rapat.
 Setiap bangunan hotel harus dilengkapi dengan alat yang dapat
mencegah masuknya serangga dan tikus.

3). tujuan inspeksi sanitasi hotel


 untuk terciptanya kenyamanan, keamanan pengunjung dan menjaga
hygiene pengunjung dan karyawan hotel
4). manfaat sanitasi hotel
 untuk kenyamanan pengunjung hotel
 untuk meminimalisir terjadinya penyebaran penyakit
 mencegah terjadinya kecelakaan

6. inspeksi sanitasi bioskop


1). pengertian
bioskop merupakan tempat untuk menonton film dengan menggunakan layer
lebar.
2). persyaratan ruangan bioskop
Secara umum ruangan bioskop sama dengan Gedung teater.
 Front-of-house, bagian depan bioskop, yang berisi ruang: lobby, foyers(ruang
tunggu), ruang sirkulasi, ruang pendukung seperti toilet dan fungsi servis
pengunjung.
 House, ruang audiens atau penonton.
 Stage, panggung atau ruang bidang layar.
 Backstage atau back-of-house, ruang balik layar, tempat segala ruang
pendukung operasional pemutaran ditempatkan. Dalam bioskop ruang
backstage berupa ruang proyektor dan penyimpanan film.

 Ruangan tunggu
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan ruang tunggu bioskop
antara lain:
 Orientasi ruangan jelas, tersedia tempat duduk yang memadai
 Bisa memicu interaksi antar pengunjung
 Ruangan sirkulasi
a). lalu lintas masuk
 Lebar ruang sirkulasi masuk disesuaikan dengan kebutuhan sirkulasi untuk 4
orang.
 Pada salah satu atau kedua sisi ruang diberikan tempat duduk (bangku) untuk
ruang tunggu calon penonton.
 Lalu lintas ruang sirkulasi masuk sebaiknya satu arah.
 Memiliki sistem penanda tujuan ruang yang jelas.
b.) Lalu lintas keluar
 Lebar ruang sirkulasi keluar disesuaikan dengan kebutuhan sirkulasi untuk 2-3
orang.
 Sebaiknya terhubung langsung dengan ruang luar, atau dapat dengan cepat
mengakses ruang luar.
 Terhubung dengan ruang toilet ataupun terhubung kembali dengan lobby
dan ruang tunggu utama.
 Mempertahankan suasana ruang yang sama dengan penerimaan.

 Ruangan pemutaran
a.) Kenyamanan thermal, visual & akustik
 Geometri mengikuti rasio proyektor dan layar.
 Kondisi ruang pemutaran yang bebas gangguan visual dan akustik.
b.) Raut ruang dan bentuk ruang pemutaran.
 Bentuk dasar umumnya menggunakan tipe teater proscenium.
 Dapat dibuat bertingkat/dilengkapi dengan balkon, dengan
mempertimbangkan area bebas pada bagian tengah sebagai area sorot lampu
proyektor.
c.) Layout kursi
 Layout segregasi yang mengoptimalkan lingkup pandang versus optimalisasi
kapasitas tempat duduk.
d.) Elemen pembentuk ruang.
 Sistem konstruksi campuran dan dinding berongga. Perlakuan ini diterapkan
untuk menciptakan insulasi bunyi dan getaran, serta menjadi landasan
konstruksi perlengkapan akustik.
 Ruangan control
a) Dimensi & Raut Ruang
 Minimal 4 m x 3 m atau 5,5 m x 4 m.
 Bentuk raut persegi tidak dianjurkan karena menghasilkan efek akustik yang
kurang baik.
 Jika diperlukan fungsi lain seperti penyimpanan, diterapkan dalam ruang
terpisah tanpa mengurangi dimensi minimum.
b) Observation Window
 Pada bagian tengah terdapat jendela sorot proyektor dan jendela observasi
untuk memeriksa seluruh area ruang pemutaran.
 Jendela observasi terbuat dari kaca double dan terdapat pada lubang
(jendela) bagi jendela sorot proyektor.
 Jendela observasi minimal berukuran lebar 2 m dan tinggi 1 m.
c) Akustik Ruang Kontrol
 Insulasi kebisingan ruang kontrol harus lebih baik dari ruang pemutaran,
sebaiknya dilengkapi dengan konstruksi peredam getaran.
 Pintu/bukaan sebaiknya tidak terhubung langsung dengan ruang pemutaran,
jika terpaksa, menggunakan sistem pintu ganda untuk menahan rambatan
bunyi.
 Harus diterapkan sound system terpisah dalam ruang kontrol agar operasi
kontrol sinergis dengan pemutaran yang berlangsung.

d) Ventilasi Ruang Kontrol


 Mesin-mesin yang beroperasi di ruang kontrol mengeluarkan panas sehingga
ruang kontrol cenderung bertemperatur tinggi.Sistem pengudaraan buatan
diperlukan dalam ruang kontrol yang meliputi pendingin umum dan saluran
pendingin yang diarahkan pada titik-titik panas.
 Persyaratan keselamatan bioskop

A). Pola Layout Kursi

Pola layout kursi akan mempengarui kecepatan distribusi penonton


untuk keluar pada waktu darurat. Ada 3 macam pola layout kursi dengan
untuk mendukung kecepatan evakuasi:
 Stall, distribusi utama melalui satu jalan utama antar kelompok kursi dengan
persyaratan maksimal 7 buah kursi (4,20 m).
 Gallery, distribusi utama melalui gang way yang terletak di bagian samping
dari kelompok kursi, dengan persyaratan maksimal 14 buah kursi (8,40 m)
 Gabungan Stall dan Gallery.

b). Pola Distribusi Keluar

Penonton Pada waktu darurat, jalur evakuasi harus membuat seluruh penonton
dapat keluar bangunan dengan cepat, selama kurang dari 5 menit.
 Distribusi langsung, penonton terdistribusi keluar melewati salah satu sisi
atau kedua sisi bangunan.
 Distribusi tak langsung, memerlukan beberapa persyaratan tambahan
diantaranya: lebar minimal koridor 2m, tidak boleh terdapat tangga (step),
tetapi harus berbentuk ramp dengan kemiringan 1:20 sampai 1:10.
 Pintu Darurat
Merupakan titik orientasi evakuasi penonton dan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
 Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebar pintu biasa (160cm).
 Pintu darurat berjumlah 2, letak pintu darurat sebelah kiri dan sebelah
kanan ruang pertunjukan dan harus simetris.
 Pintu harus terbuka ke arah luar.
 Jarak pintu darurat yang satu dengan lain sedikit-dikitnya 5m dengan tinggi
1,8 dan membuka ke arah luar.
 Selama pertunjukan berlangsung pintu darurat tidak boleh dikunci.
 Di atas pintu harus dipasang lampu merah dengan tulisan yang jelas “Pintu
Darurat”.
 Terbuat dari bahan tahan api (fire proof).
 Perlindungan terhadap Kebakaran
 Perlindungan terhadap kebakaran berkaitan dengan adanya sistem instalasi
dan instumen pemadam kebakaran (fire protection).

3). tujuan inspeksi sanitasi bioskop

 Menciptakan bioskop yang aman, nyaman, dan terstandar yang berguna


untuk kenyamanan dan keamanan

4). manfaat inspeksi sanitasi bioskop

 Melindungi Kesehatan masyarakat.


 Dapat mencegah timbulnya kecelakaan.
 Meminimalisir terjadinya resiko.
 Meingkatkan kenyamanan dan keamanan.
7. inspeksi sanitasi kolam renang

1). pengertian
Menurut kepmenkes 2017 sanitasi kolam renang merupakan pengawasan kolam renang
merupakan usaha pengawasan dan pengendalian terhadap factor fisik lingkungan yang dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat.
2). persyaratan inspeksi sanitasi kolam renang
Parameter biologi dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air
Kolam Renang terdiri dari 5 (lima) parameter. Empat parameter tersebut terdiri dari indikator
pencemaran oleh tinja (E. coli), bakteri yang tidak berasal dari tinja (Pseudomonasaeruginosa,
Staphylococcus aureus dan Legionella spp). Sedangkan parameter Heterotrophic Plate Count
(HPC) bukan merupakan indikator keberadaan jenis bakteri tertentu tetapi hanya
mengindikasikan perubahan kualitas air baku atau terjadinya pertumbuhan kembali koloni
bakteri heterotrophic.

Menurut PERMENKES no 32 tahun 2017 yaitu:


a. Air untuk Kolam Renang

1. Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa penyakit,
dan tempat perkembangbiakan vector

 Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa penyakit.


 Penggantian air Kolam Renang dilakukan sebelum kualitas air melebihi Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang.

2. Aman dari kemungkinan kontaminasi

 Tersedia kolam kecil untuk mencuci/disinfeksi kaki sebelum berenang yang letaknya
berdekatan dengan Kolam Renang.
 Dilakukan pemeriksaan pH dan sisa khlor secara berkala sesuai Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan untuk media air Kolam Renang dan hasilnya dapat terlihat
oleh pengunjung.
 Tersedia informasi tentang larangan menggunakan Kolam Renang bila berpenyakit
menular.
 Air Kolam Renang kuantitas penuh dan harus ada resirkulasi air.

3). tujuan inspeksi sanitasi kolam renang


 Mewujudkan kolam renang yang aman, sesuai standar, dapat mencegah penularan
penyakit dan terjadinya kesecalakaan.
 Memiliki kualitas kolam renang yang baik.

4). manfaat inspeksi sanitasi kolam renang


 Meningkatkan derajat Kesehatan pengunjung.
 Mencegah terjadinya penyebaran penyakit.
 Menciptakan keamanan pengunjung dan karyawan.
 Mencegah terjadinya kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai