Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Pemasaran Sosial


Kekerasan Seksual Anak Dibawah Umur pada Area Pariwisata Pulau
Pramuka

Disusun oleh :
Kelompok

Aphroditha Emawati N. K. D. 1806268894

Cindy Krisga Zulkarnaen 1806268931

Dwi Nuraini Nindya 1806269000

Dyah Nursmarastri Sasabil Sidqi 1806269013

Hanisa Purwantari 1806269114

Niken Trisdiana 1806269215

Sesar Dayu Pralambang 1806269423

Ulfi Hida Zainita 1806269461

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
2019

A. LATAR BELAKANG
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjelaskan
bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa dan
negara pada masa depan (Pusdatin Kemenkes, 2017). Menurut Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (2017), kekerasan terhadap perempuan dan anak telah
menjadi perhatian hampir di seluruh negara karena kasus tersebut tidak hanya terjadi di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Jenis kekerasan terhadap anak menurut Kantor Pusat
Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) salah satunya adalah
kekerasan seksual yang meliputi pornografi, perkataan-perkataan porno, tindakan tidak
senonoh atau pelecehan organ seksual anak. Prevalensi (%) kekerasan seksual dan emosional
di kawasan Asia-Pasifik berdasarkan Klasifikasi Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu
negara tertinggi yang memiliki persentase penyerangan terhadap perempuan sebesar 21.86%
dan penyerangan terhadap laki-laki sebesar 14.58% (Pusdatin Kemenkes, 2017).
Komitmen dunia untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak telah
tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang secara khusus memasukkan
aspek mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi target yang harus dicapai
pada 2030 mendatang yang ditunjang oleh target-target lain yang secara tidak langsung
mendukung penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Komitmen untuk
mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia tercermin dari berbagai
kebijakan yang telah dibentuk. Komitmen tersebut secara khusus juga dituangkan dalam
program utama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)
yang dikenal dengan program 3 Ends yang salah satunya adalah “Akhiri kekerasan terhadap
perempuan dan anak” (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2017).
Berdasarkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR)
2018 menunjukkan bahwa anak tidak hanya menjadi korban kekerasan, tapi juga menjadi
pelaku kekerasan. Faktanya, 3 dari 4 anak melaporkan bahwa pelaku kekerasan emosional dan
kekerasan fisik adalah teman atau sebaya. Bahkan, pelaku kekerasan seksual baik kontak
ataupun non-kontak paling banyak dilaporkan adalah teman atau sebayanya (47%-73%) dan
sekitar 12%-29% pacar menjadi pelaku kekerasan seksual. Kemen PPPA menerima 151 kasus
yang terjadi pada 73 Kabupaten/Kota di 22 Provinsi. Semua laporan kasus tersebut telah
ditindaklanjuti dengan rincian data 31,78% kasus dapat ditangani dan diselesaikan, 6,62%
lokasi kasus tidak berhasil dilacak atau ditemukan oleh DP3A setempat dan 61,58% kasus tidak
mendapatkan feedback dari DP3A Kabupaten/Kota (KemenPPPA, 2019).
Menurut Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, berdasarkan jenjang pendidikan
mayoritas kasus terjadi di jenjang sekolah dasar (SD). Dari 37 kasus kekerasan di jenjang
pendidikan pada Januari hingga April 2019, 25 kasus terjadi di SD, sementara terendah ada di
perguruan tinggi sebanyak 1 kasus. Korban mayoritas berusia SD dan SMP. Misalnya, kasus
kekerasan seksual oknum guru di Kabupaten Tangerang. Korbannya mencapai 41 siswa laki-
laki. Kasus di Jombang Jawa Timur, korbannya mencapai 25 siswi. Kasus di Jakarta,
korbannya 16 siswa laki-laki. Kasus di Cimahi korbannya 7 siswi, dan kasus oknum wali kelas
SD di Surabaya, korbannya mencapai 65 siswa (KPAI, 2018). Korban kekerasan terjadi di
jenjang pendidikan SD karena korban mudah dibujuk rayu dan diberikan imbalan yang menarik
sehingga peluang terjadi kekerasan seksual pada anak usia SD tinggi. Kurangnya sex education
dini pada anak dengan memperkenalkan alat reproduksi, karena mungkin masih dianggap tabu
sehingga tidak ada perlindungan yang dapat diberikan anak saat terjadi pelecehan untuk lari
atau menghindar. Selain itu, usia menarche yang makin dini memungkinkan anak perempuan
lebih cepat bersentuhan dengan kehidupan seksual, sehingga kemungkinan remaja untuk hamil
dan menjadi seorang ibu semakin besar (Zalni dkk, 2017).
Menarche adalah menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang anak
perempuan. Menarche yang semakin dini dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit di masa
dewasa, misalnya, menarche dini mungkin terkait dengan obesitas, penyakit kardiovaskular,
atau kanker. Cepat atau lambatnya kematangan seksual meliputi menstruasi, dan kematangan
fisik individual dipengaruhi faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, dan cara hidup yang
melingkungi anak. Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain faktor genetik, gizi, sosial dan ekonomi. Beberapa penelitian
mengungkapkan faktor gizi termasuk faktor utama dalam percepatan usia menarche. Anak
yang overweight atau obese lebih cepat mengalami menarche dibandingkan dengan anak yang
mempunyai berat badan normal (Zalni dkk, 2017). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 sekitar 5,2% anak anak di 17 provinsi Indonesia telah mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun.
Kawasan Kepulauan Seribu merupakan salah satu tujuan wisata domestik maupun
mancanegara, sehingga banyak orang dari berbagai daerah, negara dan berbagai kepentingan
masuk ke kawasan ini. Masyarakat yang tinggal di Kepulauan Seribu memanfaatkan daerah
wisata ini untuk membuka usaha, seperti penyewaan tempat tinggal, toko oleh-oleh, tempat
makan, dan penyewaan alat untuk wisata air di beberapa spot khusus snorkeling dan diving.
Hal ini secara tidak langsung membuka interaksi antara masyarakat dengan turis dan
pengunjung. Kawasan Kepulauan Seribu yang memiliki banyak penduduk yang masih berusia
anak-anak dan berada pada usia sekolah salah satunya adalah Pulau Pramuka. Tingginya
intensitas interaksi antara penduduk asli utamanya anak-anak dengan berbagai macam orang
salah satunya turis-turis yang berwisata, dapat berisiko terjadinya kasus kekerasan seksual pada
anak. Selain itu, pentingnya edukasi kepada anak tentang hal yang harus dihindari bagi anak
yang sudah mengalami pubertas. Oleh karena itu, perlu adanya program penyuluhan kepada
anak mengenai pubertas dan pencegahan atau penanggulangan kekerasan seksual dan terhadap
anak.

B. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan murid Kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi
mengenai kekerasan seksual pada anak hingga mencapai persentase minimal 80%
setelah dilakukan intervensi.
Tujuan Khusus
1. Peserta memahami definisi kekerasan seksual pada anak.
2. Peserta memahami bentuk-bentuk kekerasan seksual pada anak.
3. Peserta mengetahui langkah pencegahan dan pelaporan kasus kekerasan seksual
pada anak.

C. TEMPAT & WAKTU


Tempat : SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi, Pulau Pramuka
Hari/Tanggal : Jumat, 8 November 2019
Waktu : 10.00-10.45
D. KEGIATAN PEMASARAN SOSIAL YANG AKAN DILAKUKAN
Kegiatan yang dilakukan terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu:
1. Pre-test
Kegiatan Pre-test dilakukan untuk mengukur seberapa besar pengetahuan siswa/i Kelas
3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi mengenai kekerasan seksual pada anak. Masing-
masing murid akan diberikan selembar kertas yang berisikan beberapa soal dalam
bentuk berupa gambar. Kemudian mereka akan diminta menjawab soal tersebut dengan
cara melingkari gambar yang benar.
2. KIE Kekerasan Seksual pada Anak
Penyampaian informasi kekerasan seksual pada anak kepada para murid dilakukan
dengan metode visualisasi berupa video (jika di SD setempat tersedia proyektor) atau
menggunakan standing banner. Kemudian diantara penyampaian informasi tersebut,
para murid akan diajak untuk bernyanyi. Lagu yang akan dinyanyikan berisi informasi-
informasi penting terkait upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak. Harapannya
dengan adanya lagu ini, murid-murid Kelas 1 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi akan
lebih mengingat informasi-informasi yang telah disampaikan. Kemudian, kegiatan
dilanjutkan dengan sesi games singkat.
3. Post-test
Kegiatan diakhiri dengan pemberian post-test kepada murid-murid Kelas 1 SD Negeri
Pulau Panggang 02. Metode post-test yang dilakukan sama dengan metode pre-test
yaitu masing-masing murid akan diberikan selembar kertas yang berisikan beberapa
soal dalam bentuk berupa gambar. Kemudian mereka akan diminta menjawab soal
tersebut dengan cara melingkari gambar yang benar. Adanya post-test ini untuk
mengukur apakah informasi yang telah disampaikan terserap dengan baik oleh para
murid. Setelah serangkaian acara selesai dilaksanakan, acara ditutup dengan pemberian
souvenir kepada murid-murid Kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 sebagai bentuk
kenang-kenangan.

Rundown Kegiatan

Waktu Kegiatan Metode Durasi PJ

10.00-10.03 Pembukaan Ceramah 3’ Aphroditha


(Perkenalan+
baca doa)

10.03-10.10 Pre-test Option berupa 7’ Niken


gambar

10.10-10.25 Pemberian Pemutaran 15’ Sesar


materi Video
penyuluhan

10.25-10.30 Games + 5 Dwi


pembagian
susu

10.30-10.37 Post Test Option berupa 7’ Hanisa


gambar

10.37-10.45 Penutupan 8’ Aphroditha


+Pembagian
Souvenir
E. ANGGARAN KEGIATAN

No Deskripsi Rincian Jumlah

Kuantitas Satuan Harga satuan

1 Kesekretariatan Rp. 85.000 Rp. 85.000

2 Transportasi 8 orang Rp. 60000 Rp. 480.000

3 Penginapan 2 kamar Rp 250.000 Rp. 500.000

4 Proyektor 2 hari Rp. 125.000 Rp. 250.000

5 Sertifikat 1 buah Rp. 30.000 Rp. 30.000

5 Standing Banner 2 buah Rp. 150.000 Rp. 300.000

6 Leaflet 35 buah Rp. 2.000 Rp. 70.000

7 Cetak Pre & Post 35 lembar Rp. 2.000 Rp. 70.000


Warna

8 Konsumsi 32 porsi Rp. 15.000 Rp. 480.000


8 orang x 2 kali x 2
hari

9 Snack (Susu) 50 buah Rp. 3.000 Rp. 96.000

10 Pulpen 1 box Rp. 20.000 Rp. 20.000

11 Door Prize (tumblr) 5 buah Rp. 10.000 Rp. 50.000

Total Biaya Rp. 2.431.000

F. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil dan Pembahasan
a. Perbandingan hasil Pre Test dan Post Test
Gambar 1. Persentase Hasil Pre Test dan Post Test Pengetahuan Anak SD 02
Panggang Pagi Terkait Kekerasan Seksual Terhadap Anak
Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui dari hasil evaluasi murid kelas 3
SDN 02 Panggang Pagi persentase nilai pre test yaitu sebesar 68,25% dan
persentase nilai post test yaitu sebesar 91,02%. Menurut Indrawati, Hutami dan
Octavia (2019), pretest dan posttest didesain untuk mengukur kualitas
pembelajaran yang diperoleh peserta selama pelatihan atau penyuluhan. Peserta
akan memperoleh nilai angka untuk hasil pretest dan posttest. Nilai posttest
diharapkan lebih tinggi dibanding pretest. Dengan demikian, terlihat kemajuan
pengetahuan dan pemahaman peserta materi. Dari hasil tersebut, maka dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahaman murid kelas 3 SDN 02
Panggang Pagi terkait Kekerasan Seksual Terhadap Anak.
Tabel 1 Perbedaan Pengetahuan Murid Kelas 3 SDN 02 Panggang Pagi
Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

Pengetahuan Mean Std Deviasi P value N

Sebelum penyuluhan 4,88 1,76 0,0005 41

Setelah penyuluhan 6,5 1,66


Setelah itu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui
pengetahuan murid kelas 3 SDN 02 Panggang Pagi dengan melihat hasil dari
tabel 2, diketahui bahwa rata-rata pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan
adalah 4,88 dengan standar deviasi 1,76. Sedangkan rata-rata pengetahuan
sesudah dilakukan penyuluhan meningkat menjadi 6,5 dengan standar deviasi
1,66. Dari hasil uji T dependen diperoleh P value sebesar 0,0005 artinya pada
tingkat kepercayaan 95% terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan murid
kelas 3 SDN 02 Panggang Pagi antara sebelum dan sesudah dilakukannya
penyuluhan.
Dari tabel 1 diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu kegiatan
promosi kesehatan Kekerasan Seksual Anak Dibawah Umur pada Area
Pariwisata Pulau Pramuka dengan menggunakan pendekatan pemasaran sosial
telah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan adanya perbedaan
rerata pengetahuan murid Kelas 3 SDN 02 Panggang Pagi antara sebelum dan
sesudah diberikan intervensi yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat
pengetahuan. Kegiatan intervensi dengan menggunakan metode audiovisual
menjadi faktor yang sangat membantu dalam keefektifan proses penyampaian
informasi kepada murid kelas 3 SD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Contento
(2007) bahwa video yang ditambahkan dalam pesan verbal dapat meningkatkan
motivasi untuk menerima pesan dan mengingatnya dengan lebih baik karena
media video menawarkan penyuluhan yang lebih menarik dan tidak monoton
dengan menampilkan gerak, gambar dan suara sehingga penerima pesan
mempunyai keingintahuan terhadap isi video yang diharapkan dapat menyerap
informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-
hari.
b. Evaluasi Praktek Lapangan
1) Manfaat
a. Manfaat bagi sasaran penelitian
● Siswa dan siswi kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi
mengetahui dan memahami bagian tubuh laki-laki dan
perempuan yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh orang
lain.
● Siswa dan siswi kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi
mampu mengenali bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak
boleh disentuh.
● Siswa dan siswi kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi
mengetahui siapa saja yang boleh menyentuh bagian tubuh kita.
● Siswa dan siswi kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi
mengetahui tindakan yang harus dilakukan saat orang lain
menyentuh bagian tubuh kita.
● Siswa dan siswi kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi
mampu menerapkan informasi ini dalam kehidupan sehari-hari
dan menjaga bagian tubuhnya dengan baik.
b. Manfaat bagi sekolah
● Mampu menjadi media belajar yang baik dan media untuk
mencegah kekerasan seksual pada anak-anak dan siswa-siswi SD
Negeri Pulau Panggang 02 Pagi.
● Mengetahui dan memahami pentingnya informasi dan edukasi
pengenalan bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh
orang lain bagi anak-anak dan siswa-siswi SD Negeri Pulau
Panggang 02 Pagi di daerah wisata.
● Mampu mengedukasi masyarakat sekitar sekolah dan orang tua
murid SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi tentang pentingnya
menjaga bagian tubuh anak dari orang lain dan tentang kekerasan
seksual pada anak.
c. Manfaat bagi peneliti
● Mengetahui kondisi langsung mengenai pengetahuan,
pemahaman, dan penerapan tentang menjaga bagian tubuh yang
boleh disentuh dan tidak boleh disentuh pada siswa-siswi SD
Negeri Pulau Panggang 02 Pagi.
● Bisa membantu dalam menyampaikan informasi dan edukasi
pentingnya menjaga bagian tubuh dan pencegahan kekerasan
seksual pada anak-anak khususnya di daerah wisata seperti SD
Negeri Pulau Panggang 02 Pagi.
● Dapat berinteraksi dan melihat langsung informasi dan edukasi
yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa-
siswi SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi.
● Membantu program pemerintah dalam menurunkan angka
kekerasan seksual pada anak terutama di daerah wisata.
2) Kendala
a. Belum terbitnya surat dari Sudin Pendidikan yang ditujukan khusus ke
Kepala Sekolah SD 02 Panggang Pagi. Hal ini terkait peraturan sekolah
dan pihak pengawas sekolah mengenai regulasi perizinan kunjungan
pihak luar ke SDN 02 Panggang Pagi. Pihak sekolah merasa
memerlukan surat sebagai bukti kunjungan dan intervensi untuk
laporan, sehingga pihak sekolah mengizinkan pemberian intervensi
namun harus segera di susulkan surat dari Sudin Pendidikan.
b. Kesulitan dalam pembagian kelompok dikarenakan anak-anak susah
untuk diatur dan memiliki teman mereka sendiri.
c. Terkait pelaksanaan pemberian KIE, anak-anak masih susah untuk
diatur di awal intervensi karena anak-anak mengobrol sendiri.
d. Kendala ruangan kelas, yaitu menggunakan kelas 3A yang cukup luas,
namun siswa yang hadir adalah gabungan kelas 3A dan 3B. Hal
tersebut menyebabkan jumlah kursi tidak mencukupi dan siswa harus
duduk berdempetan yang kemudian mempengaruhi fokus mereka ke
materi yang diberikan.
e. Sesi setelah pembagian kelompok adalah mengerjakan pre test.
Kendala yang ditemui adalah kurangnya persiapan alat tulis (ballpoint)
karena siswa tidak ingin mengambil alat tulis di tasnya yang jauh dari
tempat duduk kelompok. Hal tersebut mengakibatkan anak-anak
terhambat dalam mengisi kuesioner pre test maupun post test, sehingga
anak-anak harus menunggu ballpoint dari panitia.
f. Pemasangan X Banner yang sulit ditegakkan, sehingga baru bisa
ditegakkan saat pemutaran lagu kedua.
g. Adanya siswa yang pendiam dan malas, sehingga tidak mengikuti
dengan baik pada saat pemberian materi dan tidak mau mengisi pre dan
post - test.
3) Cara Mengatasi Kendala
a. Berusaha bernegosiasi dengan pihak kepala sekolah mengenai surat
yang diminta dengan mengirimkan foto surat tersebut melalui
whatsapp.
b. Pembagian kelompok dilakukan dengan berhitung (1,2,3,4,5,6) dan
langsung menempati kursi sesuai nomor kelompoknya, sehingga tidak
terjadi perdebatan antar siswa karena tidak ingin pindah tempat duduk
sesuai dengan kelompok yang seharusnya.
c. Menciptakan kondisi kelas yang kondusif dengan pendekatan kepada
ketua kelas untuk memimpin teman-temannya, serta dibantu oleh wali
kelas agar diam dan lebih tertib. Selain itu, kami membuat jargon dan
ada pemberian hadiah tambahan untuk anak yang fokus dan aktif
menyimak materi.
d. Ibu wali kelas membantu kami dengan menyediakan kursi tambahan,
walaupun jumlahnya masih kurang.
e. Cara mengatasi kekurangan alat tulis adalah dengan mengumpulkan
alat tulis yang dimiliki oleh panitia dan siswa, sehingga tetap bisa
mengerjakan soal pre test dan post test walaupun beberapa siswa masih
tetap menunggu giliran alat tulis.
f. Pemasangan X Banner bisa ditegakkan dengan meletakkan beberapa
tas panitia di belakang X Banner..
g. Panitia melakukan pendekatan langsung kepada siswa, dengan
memberi pengarahan langsung terkait materi pre test dan post test.

G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Beberapa kendala pada saat penyuluhan telah ditangani dengan cukup baik.
Seperti kendala surat ditangani dengan cara bernegosiasi dan kelas yang kurang
kondusif dibantu oleh ketua kelas dan guru agar tertib. Hasil dari pre test dan post
test secara berturut-turut sebesar 68,25% menjadi 91,02%. Hal ini menunjukan
bahwa terjadi peningkatan persentase pengetahuan siswa kelas 3 di SDN 02
Panggang Pagi mengenai kekerasan pada anak (sentuhan boleh dan sentuhan tidak
boleh).
2. Saran
a. Persiapan surat ke sudin harus di tindak lanjuti kembali oleh tiap kelompok, agar
tidak terjadi miskomunikasi. Surat sebaiknya sudah di print dan dibawa ke
sekolah tersebut.
b. Pengecekkan media seperti X banner perlu dilakukan sebelum pelaksanaan,
sehingga dapat ditukar jika produknya kurang bagus.
c. Alat tulis jika memungkinkan lebih baik dipersiapkan, agar pada saat pengisian
pre dan post tes tidak terjadi keributan pada anak-anak yang tidak dipinjamkan
alat tulis, sehingga tidak berdampak pada waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Contento, I.R. 2007. Nutrition Education: Linking Reseach, Theory, and Practice. Sudbury: Jones
and Bartlett Publishers.
Indrawati, Hutami, R. F., Octavia, D. 2019. Marketing for Non-Marketing Superintendents.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2017. Statistik Gender Tematik
- Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Indonesia. Tersedia di:
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/71ad6-buku-ktpa-meneg-pp-2017.pdf
(Diakses pada 9 Oktober 2019).
KemenPPPA. 2019. Kemen PPPA Luncurkan Hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup
Anak dan Remaja SNPHAR Tahun 2018. Artikel. Tersedia di:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2123/kemen-pppa-luncurkan-hasil-
survei-nasional-pengalaman-hidup-anak-dan-remaja-snphar-tahun-2018, diakses pada 9
Oktober 2019 pukul 15.06 WIB.
KPAI. 2018. Marak Kekerasan Seksual di Sekolah, Begini Tanggapan KPA. Berita. Tersedia
di:https://www.kpai.go.id/berita/marak-kekerasan-seksual-di-sekolah-begini-tanggapan-
kpa, diakses pada 9 Oktober 2019 pukul 18.50 WIB.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Kekerasan terhadap
Anak dan Remaja. Tersedia di:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/Keker
asan-terhadap-anak.pdf (Diakses pada 9 Oktober 2019).
Zalni, RI, Harahap, H, dan Desfita, S. 2017. Usia Menarche Berhubungan dengan Status Gizi,
Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik. Tersedia di:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/download/6918/pdf (Diakses
pada 12 Oktober 2019).

LAMPIRAN
Hasil uji T Dependen dengan SPSS

Anda mungkin juga menyukai