Disusun oleh :
Kelompok
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjelaskan
bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa dan
negara pada masa depan (Pusdatin Kemenkes, 2017). Menurut Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (2017), kekerasan terhadap perempuan dan anak telah
menjadi perhatian hampir di seluruh negara karena kasus tersebut tidak hanya terjadi di negara
berkembang tetapi juga di negara maju. Jenis kekerasan terhadap anak menurut Kantor Pusat
Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) salah satunya adalah
kekerasan seksual yang meliputi pornografi, perkataan-perkataan porno, tindakan tidak
senonoh atau pelecehan organ seksual anak. Prevalensi (%) kekerasan seksual dan emosional
di kawasan Asia-Pasifik berdasarkan Klasifikasi Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu
negara tertinggi yang memiliki persentase penyerangan terhadap perempuan sebesar 21.86%
dan penyerangan terhadap laki-laki sebesar 14.58% (Pusdatin Kemenkes, 2017).
Komitmen dunia untuk mengatasi masalah kekerasan terhadap perempuan dan anak telah
tertuang dalam Sustainable Development Goals (SDGs) yang secara khusus memasukkan
aspek mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak menjadi target yang harus dicapai
pada 2030 mendatang yang ditunjang oleh target-target lain yang secara tidak langsung
mendukung penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Komitmen untuk
mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia tercermin dari berbagai
kebijakan yang telah dibentuk. Komitmen tersebut secara khusus juga dituangkan dalam
program utama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)
yang dikenal dengan program 3 Ends yang salah satunya adalah “Akhiri kekerasan terhadap
perempuan dan anak” (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2017).
Berdasarkan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR)
2018 menunjukkan bahwa anak tidak hanya menjadi korban kekerasan, tapi juga menjadi
pelaku kekerasan. Faktanya, 3 dari 4 anak melaporkan bahwa pelaku kekerasan emosional dan
kekerasan fisik adalah teman atau sebaya. Bahkan, pelaku kekerasan seksual baik kontak
ataupun non-kontak paling banyak dilaporkan adalah teman atau sebayanya (47%-73%) dan
sekitar 12%-29% pacar menjadi pelaku kekerasan seksual. Kemen PPPA menerima 151 kasus
yang terjadi pada 73 Kabupaten/Kota di 22 Provinsi. Semua laporan kasus tersebut telah
ditindaklanjuti dengan rincian data 31,78% kasus dapat ditangani dan diselesaikan, 6,62%
lokasi kasus tidak berhasil dilacak atau ditemukan oleh DP3A setempat dan 61,58% kasus tidak
mendapatkan feedback dari DP3A Kabupaten/Kota (KemenPPPA, 2019).
Menurut Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, berdasarkan jenjang pendidikan
mayoritas kasus terjadi di jenjang sekolah dasar (SD). Dari 37 kasus kekerasan di jenjang
pendidikan pada Januari hingga April 2019, 25 kasus terjadi di SD, sementara terendah ada di
perguruan tinggi sebanyak 1 kasus. Korban mayoritas berusia SD dan SMP. Misalnya, kasus
kekerasan seksual oknum guru di Kabupaten Tangerang. Korbannya mencapai 41 siswa laki-
laki. Kasus di Jombang Jawa Timur, korbannya mencapai 25 siswi. Kasus di Jakarta,
korbannya 16 siswa laki-laki. Kasus di Cimahi korbannya 7 siswi, dan kasus oknum wali kelas
SD di Surabaya, korbannya mencapai 65 siswa (KPAI, 2018). Korban kekerasan terjadi di
jenjang pendidikan SD karena korban mudah dibujuk rayu dan diberikan imbalan yang menarik
sehingga peluang terjadi kekerasan seksual pada anak usia SD tinggi. Kurangnya sex education
dini pada anak dengan memperkenalkan alat reproduksi, karena mungkin masih dianggap tabu
sehingga tidak ada perlindungan yang dapat diberikan anak saat terjadi pelecehan untuk lari
atau menghindar. Selain itu, usia menarche yang makin dini memungkinkan anak perempuan
lebih cepat bersentuhan dengan kehidupan seksual, sehingga kemungkinan remaja untuk hamil
dan menjadi seorang ibu semakin besar (Zalni dkk, 2017).
Menarche adalah menstruasi yang pertama terjadi pada masa pubertas seorang anak
perempuan. Menarche yang semakin dini dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit di masa
dewasa, misalnya, menarche dini mungkin terkait dengan obesitas, penyakit kardiovaskular,
atau kanker. Cepat atau lambatnya kematangan seksual meliputi menstruasi, dan kematangan
fisik individual dipengaruhi faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim, dan cara hidup yang
melingkungi anak. Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain faktor genetik, gizi, sosial dan ekonomi. Beberapa penelitian
mengungkapkan faktor gizi termasuk faktor utama dalam percepatan usia menarche. Anak
yang overweight atau obese lebih cepat mengalami menarche dibandingkan dengan anak yang
mempunyai berat badan normal (Zalni dkk, 2017). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010 sekitar 5,2% anak anak di 17 provinsi Indonesia telah mengalami
menarche sebelum usia 12 tahun.
Kawasan Kepulauan Seribu merupakan salah satu tujuan wisata domestik maupun
mancanegara, sehingga banyak orang dari berbagai daerah, negara dan berbagai kepentingan
masuk ke kawasan ini. Masyarakat yang tinggal di Kepulauan Seribu memanfaatkan daerah
wisata ini untuk membuka usaha, seperti penyewaan tempat tinggal, toko oleh-oleh, tempat
makan, dan penyewaan alat untuk wisata air di beberapa spot khusus snorkeling dan diving.
Hal ini secara tidak langsung membuka interaksi antara masyarakat dengan turis dan
pengunjung. Kawasan Kepulauan Seribu yang memiliki banyak penduduk yang masih berusia
anak-anak dan berada pada usia sekolah salah satunya adalah Pulau Pramuka. Tingginya
intensitas interaksi antara penduduk asli utamanya anak-anak dengan berbagai macam orang
salah satunya turis-turis yang berwisata, dapat berisiko terjadinya kasus kekerasan seksual pada
anak. Selain itu, pentingnya edukasi kepada anak tentang hal yang harus dihindari bagi anak
yang sudah mengalami pubertas. Oleh karena itu, perlu adanya program penyuluhan kepada
anak mengenai pubertas dan pencegahan atau penanggulangan kekerasan seksual dan terhadap
anak.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan murid Kelas 3 SD Negeri Pulau Panggang 02 Pagi
mengenai kekerasan seksual pada anak hingga mencapai persentase minimal 80%
setelah dilakukan intervensi.
Tujuan Khusus
1. Peserta memahami definisi kekerasan seksual pada anak.
2. Peserta memahami bentuk-bentuk kekerasan seksual pada anak.
3. Peserta mengetahui langkah pencegahan dan pelaporan kasus kekerasan seksual
pada anak.
Rundown Kegiatan
G. PENUTUP
1. Kesimpulan
Beberapa kendala pada saat penyuluhan telah ditangani dengan cukup baik.
Seperti kendala surat ditangani dengan cara bernegosiasi dan kelas yang kurang
kondusif dibantu oleh ketua kelas dan guru agar tertib. Hasil dari pre test dan post
test secara berturut-turut sebesar 68,25% menjadi 91,02%. Hal ini menunjukan
bahwa terjadi peningkatan persentase pengetahuan siswa kelas 3 di SDN 02
Panggang Pagi mengenai kekerasan pada anak (sentuhan boleh dan sentuhan tidak
boleh).
2. Saran
a. Persiapan surat ke sudin harus di tindak lanjuti kembali oleh tiap kelompok, agar
tidak terjadi miskomunikasi. Surat sebaiknya sudah di print dan dibawa ke
sekolah tersebut.
b. Pengecekkan media seperti X banner perlu dilakukan sebelum pelaksanaan,
sehingga dapat ditukar jika produknya kurang bagus.
c. Alat tulis jika memungkinkan lebih baik dipersiapkan, agar pada saat pengisian
pre dan post tes tidak terjadi keributan pada anak-anak yang tidak dipinjamkan
alat tulis, sehingga tidak berdampak pada waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Contento, I.R. 2007. Nutrition Education: Linking Reseach, Theory, and Practice. Sudbury: Jones
and Bartlett Publishers.
Indrawati, Hutami, R. F., Octavia, D. 2019. Marketing for Non-Marketing Superintendents.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2017. Statistik Gender Tematik
- Mengakhiri Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di Indonesia. Tersedia di:
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/71ad6-buku-ktpa-meneg-pp-2017.pdf
(Diakses pada 9 Oktober 2019).
KemenPPPA. 2019. Kemen PPPA Luncurkan Hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup
Anak dan Remaja SNPHAR Tahun 2018. Artikel. Tersedia di:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2123/kemen-pppa-luncurkan-hasil-
survei-nasional-pengalaman-hidup-anak-dan-remaja-snphar-tahun-2018, diakses pada 9
Oktober 2019 pukul 15.06 WIB.
KPAI. 2018. Marak Kekerasan Seksual di Sekolah, Begini Tanggapan KPA. Berita. Tersedia
di:https://www.kpai.go.id/berita/marak-kekerasan-seksual-di-sekolah-begini-tanggapan-
kpa, diakses pada 9 Oktober 2019 pukul 18.50 WIB.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Kekerasan terhadap
Anak dan Remaja. Tersedia di:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/Keker
asan-terhadap-anak.pdf (Diakses pada 9 Oktober 2019).
Zalni, RI, Harahap, H, dan Desfita, S. 2017. Usia Menarche Berhubungan dengan Status Gizi,
Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik. Tersedia di:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/download/6918/pdf (Diakses
pada 12 Oktober 2019).
LAMPIRAN
Hasil uji T Dependen dengan SPSS