Anda di halaman 1dari 7

“Metodologi Penelitian”

Bab 8
Dosen Pengajar
Arief Rahman SE.,M.S.I
Mata Kuliah
Metodologi Penelitian

Disusun oleh
Mustika Diniah 2012311031

Kelas
6 -B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BHAYANGKARA SURABAYA
TAHUN 2023
Pengertian Masalah
Masalah adalah suatu kesenjangan, perbedaan, penyimpangan, kefakuman antara apa
yang seharusnya dan apa yang sebenarnya. Seharusnya maksudnya adalah teori sedangkan
sebenarnya adalah kenyataan atau fakta.
Secara umum pengertian masalah adalah kesenjangan yang terjadi antara harapan
dengan kenyataan. Sedangkan dalam penelitian, masalah dapat diartikan sebagai
penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori
dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaannya
dan yang sejenis dengan itu.
Contoh : lama kelulusan sarjana adalah 4 tahun, ternyata bahwa hampir 60% program
studi akuntansi lulus 5 tahun.
2.   Sumber Masalah
Masalah atau permasalahan dalam penelitian, menurut Stonner (1982) sebagaimana
dikutip oleh Sugiyono (2006: 52), biasanya bersumber dari:
1. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan; misalnya pengelolaan
pendidikan dengan sistem sentralisasi dirubah menjadi sistem disentralisasi atau dengan
MBS, tentu saja akan muncul masalah. Bagaimana pelaksanaannya? Apa yang terjadi setelah
perubahan tersebut? dll.
2. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncancakan dengan kenyataan; misalnya
dengan kebijakan kurikulum KBK atau KTSP seharusnya pendidikan akan meningkat
kualitasnya, ternyata tidak demikian kenyataannya.
3. Ada Pengaduan; misalnya sekolah pada dasarnya tenang-tenang saja tidak ada masalah. Tiba-
tiba ada pengaduan bahwa produk (lulusannya) tidak ada yang diterima kerja atau
pelayanannya ternyata tidak memuaskan, dll.
4. Ada Kompetisi; misalnya adanya saingan antara lembaga pendidikan negeri dengan lembaga
pendidikan swasta, dll.
Di sisi lain, menurut Tuckman (1972), masalah penelitian juga biasanya bersumber
dari; 1) pengalaman (experiences); 2) Deduksi dari teori (deduction from theory); 3) literatur
yang relevan (related theory); dan 4) sumber-sumber lain yang dari non-pendidikan (non-
educational sources).
3.   Proses Mengidentifikasi Masalah
           Proses Identifikasi Masalah untuk Menemukan Masalah Penelitian
Sebagaimana diketahui, bahwa penelitian itu pasti berangkat dari masalah dan punya tujuan
untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, selain masalah itu dapat ditemukan dari
sumber-sumber di atas, masalah penelitian menurut Sumadi Suryabrata (2003: 13) juga dapat
ditemukan melalui:
-      Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian; hal ini bisa dimanfaatkan karena
dalam bagian akhir laporan penelitian terdapat rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut.
-    Diskusi, seminar dan kegiatan ilmiah lainnya; dalam seminat atau kegiatan ilmiah lainnya
biasanya pembicara sering melontarkan masalah yang disampaikan secara logis dan
professional. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk diteliti.
-    Pernyataan pemegang otoritas; misalnya pernyataan Mendiknas, Gubernur, Bupati, dan lain-
lain yang sering melontarkan persoalan-persoalan yang sering dihadapi pemerintahannya,
terutama masalah pendidikan.
-    Pengamatan sepintas; misalnya timbul saat mengadakan studi komparatif ke sekolah-sekolah
tertentu, dll.
-    Pengalaman pribadi; biasanya dari sini banyak timbul persoalan ketika kehidupan pribadi
sering dikaitkan dengan kehidupan professional seperti pendidikan.
-    Perasaan Intuitif; biasanya muncul tanpa sengaja saat bangun tidur atau saat-saat setelah habis
istirahat, dll.

4.   Memilih Masalah Penelitian


Dari semua sumber masalah di atas, tentu ada pedoman untuk kemudian memilih suatu
sebagai sebuah masalah penelitian. Setidaknya, ada tiga karakteristik yang perlu diperhatikan
dalam mengidentifikasi masalah, yaitu:
1.    Masalah tersebut “layak diteliti”; artinya pengkajian terhadap masalah tersebut dapat
dilakukan dengan cara terukur secara empiris melalui pengumpulan data dan pengolahan
data. Dengan demikian, masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu filosofis, etika,
moral atau nilai-nilai ideal tidak bisa dijadikan masalah karena sulit diukur.
2.    Sifat dari masalah tersebut, yaitu mempunyai nilai teoritis dan praktis; artinya masalah
tersebut diangkat dan ada teorinya yang kuat dan mempunyai dampak praktis.
3.    Masalah tersebut realistis; arti realistis di sini sangat luas, di antaranya masalah itu terjangkau
oleh kemampuan, baik dari segi keilmuan, penguasaan konsep atau teori, waktu, tenaga dan
biaya, dll. (Toha Anggoro,dkk., 2007: 1.15)
Oleh karena itu, dari sekian masalah yang telah diidentifikasi perlu dipilih salah satu
masalah yang paling layak dan sesuai diteliti. Pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1.    Pertimbangan dari arah masalahnya; petimbangan dari aspek ini (dari sudut objektif) antara
lain:
-      Apakah akan memberi sumbangan kepada pengembangan teori dalam bidang yang
bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya?
-      Apakah juga akan memberi manfaat untuk pemecahan masalah-masalah praktis?
2.    Pertimbangan dari arah calon peneliti; pertimbangan dari aspek ini (dari sudut subjektif)
antara lain:
-      kemampuan peneliti dan penguasaan teorinya
-      penguasaan metode yang akan digunakan
-      biaya yang dibutuhkan
-      waktu yang akan digunakan
-      alat-alat dan perlengkapan yang dibutuhkan dan diperlukan

5.   Merumuskan Masalah Penelitian


Salah satu komponen yang sangat penting dan menentukan kualitas sebuah penelitian
ilmiah adalah rumusan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud masalah adalah masalah
ilmiah penelitian (scientific research problems). Masalah penelitian inilah yang akan
dipecahkan atau dicarikan solusinya melalui suatu proses penelitian ilmiah.
Berbeda dengan rumusan-rumusan masalah pada umumnya, seperti laporan-laporan
proyek, dalam penelitian ilmiah dituntut untuk memenuhi beberapa kriteria, antara lain
masalah dirumuskan dengan kalimat tanya, sebaiknya hindari kata tanya “sejauh manakah”
atau “seberapa besarkah”, dsb.             Kriteria lain adalah setiap rumusan masalah minimal
terdapat dua faktor atau variabel yang dihubungkan atau dibedakan, dan terakhir adalah
variabel-variabel tersebut harus dapat diukur dan di-manage (measurable and managable).
Agar dapat diukur maka variabel-variabel tersebut harus konseptual, artinya variabel
tersebut harus didukung oleh teori-teori sehingga akan lebih mudah mengukurnya karena
indikator-indikatornya jelas dideskripsikan dalam teori-teori yang relevan. Variabel dapat di-
manage artinya data dengan mudah dapat dikumpulkan dan tersedianya atau bersedianya
responden sebagai unit analisis untuk mengisi instrumen penelitian.
Hal lain yang perlu diperhatikan peneliti adalah dalam menentukan atau memilih
variabel. Berdasarkan namanya, variabel memiliki ciri harus bervariasi. Insentif disuatu
perusahaan atau institusi untuk golongan yang sama bukan variabel, tetapi fakta karena
besarnya sama untuk golongan atau jenjang (level of job) yang sama. Kinerja (performances)
adalah variabel karena setiap orang memiliki level of perfomances yang berbeda, demikian
juga motivasi kerja atau kepuasan kerja, jelas dapat dipakai sebagai variabel karena tiap
orang memiliki variabel tersebut yang bervariasi.
Namun ada juga peneliti kadang keliru menyebut misalnya kebijakan sebagai variabel
sebab kebijakan disuatu perusahaan atau lembaga tidak akan dan tidak pernah bervariasi. Jadi
dalam hal ini para peneliti harus secara logis menentukan berkaitan dengan apa yang hendak
diukur terhadap kata kebijakan tersebut atau apa yang bervariasi terhadap kebijakan itu,
seperti mungkin persepsi karyawan terhadap kebijakan atau penilaian atau pemahaman
karyawan, jadi dalam hal ini yang bervariasi tentu persepsinya, penilaiannya atau
pemahamannya terhadap kebijakan tersebut.
Oleh karena itu, apabila ditanya apa variabelnya maka jawabannya adalah persepsi atau
pemahaman, sehingga peneliti dituntut untuk mencari teori-teori tentang persepsi atau
pemahaman terhadap kebijakan. Jadi variabelnya bukan kebijakan, karena kebijakan tidak
bervariasi. Faktor the naming variable sangat mempengaruhi peneliti dalam menentukan
teori-teori yang akan diterapkan dalam sebuah karya ilmiah baik itu skripsi, tesis bahkan
disertasi. Demikian juga contoh-contoh lain seperti budaya organisasi, iklim organisasi,
konpensasi, rekrutmen, gaji, pemberdayaan, dsb.
Dalam penelitian ilmiah, variabel pada umumnya ada dua yaitu variabel bebas
(independent variable) yang dapat mempengaruhi atau lebih dulu terjadi terhadap variabel
lain yang disebut variabel terikat (dependent variable). Variabel terikat inilah yang
menentukan the main topic seorang peneliti yang mencerminkan spesialisasinya.
1.      Pendekatan Formal

a.    Metode Analog

Metode ini menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian pada bidang
tertentu untuk menentukan masalah penelitian pada bidang yang lain yang terkait.

b.    Metode Renovasi

Masalah penelitian ditentukan dengan cara memperbaiki atau menganti komponen teori atau
metode yang kurang relevan dengan komponen teori atau metode lain yang lebih efektif

c.    Metode dialektis

Masalah penelitian yang diusulkan untuk pengembangan terhadap teori atau metode yang
telah ada

d.    Metode Morfologi

Merupakan metode dengan pendekatan analisis pada berbagai kemungkinan kombinasi


bidang masalah peenelitian yang saling berhubungan dalam bentuk matrik

e.    Metode Dekomposisi
Membagi masalah ke dalam elemen –elemen yang lebih spesifik

f.     Metode Agregasi

Menggunakan hasil beberapa penelitian dari berbagaia bidang penelitian yang berbeda untuk
menentukan suatu maslaha penelitian yang lebih kompleks.

2.      Pendekatan non formal

a.    Metode perkiraan

Didasarkan intuisi pembuatan keputusan mengenai situasi tertentu yang diperkirakan


mempunyai potensi masalah

b.    Metode fenomenologi

 Berdasarkan observasi terhadap fakta atau kejadian

c.    Metode konsensus

Didasarkan konsensus dalam praktik bisnis

d.    Metode pengalaman

Didasarkan pengalaman perusahaan atau orang – orang dalam perusahaan.

7.   Tipe Masalah

Tipe masalah menurut Uma Sekaran diklasifikasikan kedalam empat bentuk yaitu:

1.  Masalah saat ini yang perlu dicarikan jawaban pemecahannya atau solusinya.

2.  Masalah yang terjadi pada area tertentu yang memerlukan perbaikan atau pembenahan

3.  Masalah yang berhubungan dengan persoalan teoritis yang perlu untuk diteliti guna
menjelaskan fenomena yang terjadi

4.  Masalah yang berupa pertanyaan penelitian yang memerlukan jawaban empiris.

8.   Variabel Penelitian dan Jenisnya

Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007).
Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
• Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota – anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain.
• Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau
didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.
• Misalnya : umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan,
pendapatan, penyakit, dsb.
         Macam Variabel dalam penelitian dapat dibagi menjadi lima, yaitu:
1. Variabel Independen
         Variable ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor, Antecedent, Variabel
Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment, Risiko, atau Variable Bebas.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel
Independen disebut juga sebagai Variabel Eksogen.
Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas
dalam mempengaruhi variabel lain.
2. Variabel dependen
          Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel Efek, Variabel
Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung. Dalam SEM (Structural Equation
Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai
Variabel Indogen. Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi
oleh variabel bebas/variabel independent.
3. Variabel Moderator
           Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Variabel Moderator
disebut juga Variabel Independen Kedua.
Contoh hubungan Variabel Independen – Moderator – Dependen :
Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam
menciptakan iklim/lingkungan belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila
peranan dosen kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.

4.Variabel Interpening
          Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan “an intervening variable is that factor that
theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate”.
Variabel Intervening adalah Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
Variabel Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur.
Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara Variabel Bebas dan
Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya
atau timbulnya Variabel Terikat.
          Contoh: :
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap umur
harapan hidup. Di sini ada varaibel antaranya yaitu yang berupa Gaya Hidup seseorang.
Antara variabel penghasilan dan gaya hidup terdapat variabel moderator yaitu Budaya
Lingkungan Tempat Tinggal.
5. Variabel Kontrol
           Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar yang
tidak diteliti.
Variabel Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat membandingkan,
melalui penelitian eksperimental.
Contoh: :
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan
Kala II.
Variabel Bebasnya adalah Metode Pembelajaran, misalnya Metode Ceramah & Metode
Demonstrasi. Sedangkan Variabel Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya Standard
Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar belakang sama
(tingkat/semesternya sama), dari institusi yang sama.
Dengan adanya Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh Metode Pembelajaran
terhadap Penguasaan Keterampilan Pertolongan Persalinan Kala II dapat diketahui lebih
pasti.

9.   Pemilihan dan Analisis Masalah yang akan Diteliti

Tujuan suatu penelitian adalah untuk memecahkan atau menemukan jawaban terhadap suatu
objek permasalahan. Oleh karena itu, pemilihan dan analisis masalah adalah sebuah tahap
awal yang harus dilalui oleh seorang penelti. Pemilihan sebuah pokok permasalahan adalah
suatu  hal yang sangat dasar, agar penelitian yang akan kita lakukan sebagai seorang peneliti
terarah dalam artian kita akan tahu mau dibawa kemana penelitian kita ini. Pokok masalah
yang diteliti akan tampak jelas (batasan, lingkup, latar belakang, dan signifikansinya) setelah
dilakukan analisis terhadap pokok permasalahan yang bersangkutan.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa seorang peneliti tidak cukup hanya memilih atau
menentukan pokok permasalahan atau objek yang akan diteliti, karena suatu pokok
permasalahan belum  dapat  menggambarkan sebuah kejelasan mengenai apa dan untuk apa
pokok peermasalahan tadi diteliti. begitu juga dengan pemilihan masalah,  pemilihan  sebuah
masalah barulah bermakna kalau disertai dengan analisis masalah yaitu merinci masalah –
masalah yang akan diteliti, mempertegas batasannya, memperjelas tujuan dan hipotesisnya,
serta mempertegas latar belakang dan kegunaan  mengapa masalah tersebut diteliti., dan
begitu juga dengan analisis masalah,  analisis sebuah masalah akan kokoh dan  kuat
landasannya jika mendasarkan diri pada hasil telaahan kepustaka.

Anda mungkin juga menyukai