Anda di halaman 1dari 3

Salah satu komponen yang sangat penting dan menentukan kualitas sebuah penelitian

ilmiah adalah rumusan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud masalah adalah masalah
ilmiah penelitian (scientific research problems). Masalah penelitian inilah yang akan
dipecahkan atau dicarikan solusinya melalui suatu proses penelitian ilmiah. Berbeda
dengan rumusan-rumusan masalah pada umumnya, seperti laporan-laporan proyek, dalam
penelitian ilmiah dituntut untuk memenuhi beberapa kriteria, antara lain masalah
dirumuskan dengan kalimat tanya, sebaiknya hindari kata tanya “sejauh manakah” atau
“seberapa besarkah”, dsb. Kriteria lain adalah setiap rumusan masalah minimal terdapat
dua faktor atau variabel yang dihubungkan atau dibedakan, dan terakhir adalah variabel-
variabel tersebut harus dapat diukur dan di-manage (measurable and managable).

Agar dapat diukur maka variabel-variabel tersebut harus konseptual, artinya variabel
tersebut harus didukung oleh teori-teori sehingga akan lebih mudah mengukurnya karena
indikator-indikatornya jelas dideskripsikan dalam teori-teori yang relevan. Variabel dapat
di-manage artinya data dengan mudah dapat dikumpulkan dan tersedianya atau
bersedianya responden sebagai unit analisis untuk mengisi instrumen penelitian.

Hal lain yang perlu diperhatikan peneliti adalah dalam menentukan atau memilih
variabel. Berdasarkan namanya, variabel memiliki ciri harus bervariasi. Insentif disuatu
perusahaan atau institusi untuk golongan yang sama bukan variabel, tetapi fakta karena
besarnya sama untuk golongan atau jenjang (level of job) yang sama. Kinerja
(performances) adalah variabel karena setiap orang memiliki level of perfomances yang
berbeda, demikian juga motivasi kerja atau kepuasan kerja, jelas dapat dipakai sebagai
variabel karena tiap orang memiliki variabel tersebut yang bervariasi.

Namun ada juga peneliti kadang keliru menyebut misalnya kebijakan sebagai variabel
sebab kebijakan disuatu perusahaan atau lembaga tidak akan dan tidak pernah bervariasi.
Jadi dalam hal ini para peneliti harus secara logis menentukan berkaitan dengan apa yang
hendak diukur terhadap kata kebijakan tersebut atau apa yang bervariasi terhadap
kebijakan itu, seperti mungkin persepsi karyawan terhadap kebijakan atau penilaian atau
pemahaman karyawan, jadi dalam hal ini yang bervariasi tentu persepsinya, penilaiannya
atau pemahamannya terhadap kebijakan tersebut.
Oleh karena itu, apabila ditanya apa variabelnya maka jawabannya adalah persepsi atau
pemahaman, sehingga peneliti dituntut untuk mencari teori-teori tentang persepsi atau
pemahaman terhadap kebijakan. Jadi variabelnya bukan kebijakan, karena kebijakan
tidak bervariasi. Faktor the naming variable sangat mempengaruhi peneliti dalam
menentukan teori-teori yang akan diterapkan dalam sebuah karya ilmiah baik itu skripsi,
tesis bahkan disertasi. Demikian juga contoh-contoh lain seperti budaya organisasi, iklim
organisasi, konpensasi, rekrutmen, gaji, pemberdayaan, dsb.

Dalam penelitian ilmiah, variabel pada umumnya ada dua yaitu variabel bebas
(independent variable) yang dapat mempengaruhi atau lebih dulu terjadi terhadap
variabel lain yang disebut variabel terikat (dependent variable). Variabel terikat inilah
yang menentukan the main topic seorang peneliti yang mencerminkan spesialisasinya.

Berdasarkan pengalaman membimbing mahasiswa, khususnya mahasiswa program


doktor, banyak ditemukan adanya ketidakkonsistenan antara rumusan masalah dengan
penentuan metode penelitian. Sebagai contoh, bagaimanakah hubungan antara motivasi
kerja dengan produktivitas kerja karyawan? Ternyata metode yang dipilih peneliti survei
dengan analisis regresi korelasi, jadi jenis penelitiannya kuantitatif padahal penelitian
merumuskan masalah menggunakan kata tanya bagaimanakah yang mencerminkan
adanya suatu proses yang ingin dipecahkan peneliti. Dalam hal ini jenis penelitian yang
tepat adalah kualitatif.

Apabila kata tanya bagaimanakah diganti dengan apakah sehingga menjadi apakah
terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan, maka jenis
penelitiannya kuantitatif dengan metode survei dan analisisnya regresi korelasi yang
bersifat non kausal.

Contoh lain sebagai berikut:

1. Bagaimanakah mengembangkan model instruksional dalam rangka meningkatkan


pemahaman konsep-konsep matematika untuk anak SD kelas IV? Jenis penelitian
ini dapat berupa developmental research atau R and D yang dilanjutkan dengan
pengujian keefektifan model yang telah dikembangkan tersebut melalui
eksperimen.
2. Bagaimanakah cultural cohesiveness dapat mempengaruhi dalam proses
pengambilan keputusan di institusi X? Jenis penelitian yang dipilih adalah
kualitatif dengan langkah-langkah yang lengkap termasuk triangulasi dengan
menekankan pada observasi yang unobtrusive, sampai ditemukan sesuatu yang
unique. Tanpa uniqeness dan observasi terhadap proses maka penelitian kualitatif
hanya sebuah ilusi.
3. Apakah komitmen berpengaruh langsung terhadap efektivitas organisasi? Contoh
ini berkaitan dengan studi kausal non eksperimen dengan jenis penelitian
kuantitatif, metode survei dengan analisis jalur (path analysis) untuk menguji
model.
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar genetika antara yang diajar dengan alat
peraga dan siswa lain yang diajar dengan ceramah, apabila motivasi belajar siswa
dikontrol? Masalah seperti ini harus dipecahkan melalui penelitian kuantitatif
dengan metode eksperimen. Apabila the main effect memiliki dua level demikian
juga simple effect dengan dua level, maka disain ekespeimennya adalah 2 x 2
factorial. Eksperimen yang dipilih karena variabel bebasnya dapat dimanipulasi
menjadi beberapa level, sehingga memungkinkan peneliti melakukan treatment.
Analisnya menggunakan ANOVA two way.

Anda mungkin juga menyukai