Anda di halaman 1dari 74

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Pengembangan Metodologi Penelitian
Yang dibina oleh Bapak Agus Wedi

Oleh:
Khofifa Najma Iftitah

(130121613724)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
NOVEMBER 2015

1. PENDEKATAN PENELITIAN
Berdasarkan pendekatan yang mendasarinya, secara garis besar
dapat dibedakan dua macam penelitian yaitu penelitian kuantitatif dan
kualitatif.

Kedua

karakteristik,

pendekatan

dan

prosedur

tersebut
yang

memiliki

berbeda.

asumsi,
Namun

tujuan,

demikian,

permasalahannya tidak terletak pada keunggulan atau kelemahan setiap


pendekatan, tetapi sejauh mana peneliti mampu bersikap responsif
dengan

mengembangkan

desain

yang

tepat

untuk

penelitiannya.

Pembahasan berikut ini tidak bermaksud mempermasalahkan kebenaran


atau

kekurangan

kedua

pendekatan

penelitian

melainkan

untuk

menguraikan perbedaan-perbedaan mendasar antara penelitian-penelitian


yang

menggunakan

pendekatan

kuantitatif

dan

kualitatif

dengan

penekanan pada penelitian kualitatif (mengingat pendekatan penelitian


kualitatif jarang dilakukan), serta kemungkinan untuk menggabungkan
kedua pendekatan penelitian tersebut.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif telah lama
mendominasi tidak hanya pada penelitian ilmu-ilmu alam tetapi juga ilmu
ilmu sosial. Prinsip-prinsip teoretis penelitian kuantitatif yang salah
satunya adalah mengkonstruksikan pengetahuan pada prosedur eksplisit,
eksak, formal dalam mendefinisikan konsep serta mengukur konsepkonsep dan variabel (Poerwandari, 1998). Namun, terdapat beberapa
peneliti sosial yang melakukan penelitian kualitatif berpendapat bahwa
fenomena-fenomena

sosial

sangat

unik

sehingga

sulit

dibakukan

berdasarkan pengukuran tertentu bahkan dapat menghilangkan makna


yang sesungguhnya.

A. Penelitian Kuantitatif
1. Hakikat Penelitian Kuantitatif
Beberapa penjelasan sebelumnya mengemukakan bahwa
penelitian

ilmiah

adalah

proses

yang

sistematis.

Maknanya

penelitian dilakukan dengan urutan dan prosedur tertentu yang


bersifat tetap dan para peneliti mengikuti cara seperti itu dalam
penelitiannya. Prosedur penelitian merupakan pedoman peneliti
untuk melakukan penelitian dengan cara yang benar. Peneliti tidak
dapat melakukan penelitian hanya dengan cara mengumpulkan data

dan

menganalisisnya,

penemuan

tetapi

permasalahan

penelitian

dan

harus

berlanjut

berawal

kepada

dari

tahap-tahap

selanjutnya. Proses penelitian ilmiah secara umum harus memenuhi


tahapan perumusan masalah, telah teoretis, verifikasi data, dan
kesimpulan. Tahap-tahap ini berlaku untuk pendekatan kuantitatif.
Pendekatan

kuantitatif

merupakan

salah

satu

upaya

pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat


positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan
aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukumhukum, dan prediksi (Watson, dalam Danim 2002). Fokus penelitian
kuantitatif diidentifikasikan sebagai proses kerja yang berlangsung
secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi
bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka.
Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan
antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel, menguji teori
dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk
meramalkan suatu gejala).
Penelitian

kuantitatif

menggunakan

instrumen

(alat

pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka).


Analisis

data

dilakukan

menggunakan

teknik

statistik

untuk

mereduksi dan mengelompokan data, menentukan hubungan serta


mengidentifikasikan

perbedaan

antar

kelompok

data.

Kontrol,

instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkan


temuan-temuan

penelitian

secara

akurat.

Dengan

demikian

kesimpulan hasil uji hipotesis yang diperoleh melalui penelitian


kuantitatif dapat diberlakukan secara umum.
Pendekatan

kuantitatif

seperti

penjelasan

di

atas

mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian


dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk
operasionalisasi

variabel

masing-masing.

Penelitian

kuantitatif

memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian


akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan
teknik

analisa

dan

formula

statistik

yang

akan

digunakan.

Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya


dengan penafsiran angka.

Terdapat

sejumlah

situasi

yang

menunjukkan

kapan

sebaiknya penelitian kuantitatif dipilih sebagai pendekatan antara


lain:
a. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah
jelas. Masalah adalah penyimpangan yang terjadi antara
harapan dengan kenyataan,
antara

teori

dengan

aturan dengan pelaksanaan,

praktek,

antara

rencana

dengan

impelementasi atau tantangan dengan kemampuan. Masalah


ini harus ditunjukkan dengan data, baik hasil pangamatan
sendiri maupun pencermatan dokumen. Misalnya penelitian
kuantitatif untuk menguji efektivitas pembelajaran dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa, maka data prestasi
belajar siswa sebagai masalah harus ditunjukkan.
b. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu
populasi.

Penelitian

kuantitatif

cocok

digunakan

untuk

mendapatkan infomasi yang luas tetapi tidak mendalam. Bila


populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan
sampel

yang

diambil

dari

populasi

tersebut.

Misalnya

penelitian tentang disiplin kerja guru di Kabupaten Bandung.


Peneliti dapat mengambil sampel yang representatif, tidak
berarti harus semua guru di kabupaten Bandung menjadi
sumber data penelitian.
c. Bila

ingin

diketahui

sejauh

mana

pengaruh

perlakuan/

treatment terhadap subyek tertentu. Untuk kepentingan ini


metode

eksperimen

paling

cocok

digunakan.

Misalnya

penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan media


pembelajaran audio-visual terhadap prestasi belajar siswa.
d. Bila

peneliti

Hipotesis
hubungan
perbedaan

bermaksud

penelitian
antar
skor

dapat

variabel
variabel

menguji

hipotesis

berbentuk

dugaan

(hipotesis

asosiatif)

antar

kelompok

penelitian.
mengenai
ataupun
(hipotesis

komparatif). Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan


antara disiplin kerja guru laki-laki dengan guru perempuan.
Hipotesis komparatif yang diuji adalah: Terdapat perbedaan
disiplin kerja guru laki-laki dengan guru perempuan. Contoh
lain misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara

motivasi kerja dengan kinerja guru. Hipotesis asosiatif yang


diuji dalam penelitian ini adalah: Terdapat hubungan antara
motivasi kerja dengan kinerja guru.
e. Bila

peneliti

ingin

mendapatkan

data

yang

akurat,

berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur.


Misalnya ingin mengetahui IQ guru pada sekolah tertentu,
maka dilakukan pengukuran melalui tes IQ terhadap guruguru pada sekolah yang bersangkutan.
f.

Bila peneliti ingin menguji terhadap adanya suatu keraguan


tentang kebenaran pengetahuan, teori, dan produk atau
kegiatan
variabel

tertentu.
yang

Misalnya
lebih

peneliti

efektif

ingin

apakah

mengetahun
pembelajaran

menggunakan metode diskusi atau penugasan. Dalam hal ini,


peneliti

harus

mengukur

hasil

belajar

siswa

yang

menggunakan metode diskusi dan hasil belajar siswa yang


menggunakan metode penugasan. Pada tahap selanjutnya
hasil pengukuran tersebutdibandingkan.

2. Prosedur Penelitian Kuantitatif


Langkah-langkah penelitian kuantitatif adalah operasionalisasi
metode

ilmiah

dengan

memperhatikan

unsur-unsur

keilmuan.

Penelitian kuantitatif sebagai kegiatan ilmiah berawal dari masalah,


merujuk teori, mengemukakan hipotesis, mengumpulkan data,
menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Penelitian kuantitatif
berawal dari adanya masalah yang dapat digali dari sumber empiris
dan

teoretis,

sebagai

suatu

aktivitas

penelitian

pendahuluan

(prariset). Agar masalah ditemukan dengan baik memerlukan faktafakta empiris dan diiringi dengan penguasaan teori yang diperoleh
dari mengkaji berbagai literatur relevan. Penelitian dilakukan secara
sistematis, empiris, dan kritis mengenai fenomena-fenomena yang
dipandu oleh teori serta hipotesis sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 3.1.
Kegiatan

penelitian

dimulai

dengan

mengidentifikasikan

permasalahan atau isu-isu yang penting, aktual dan menarik. Dan


yang paling penting adalah manfaat yang dihasilkan bila masalah itu

diteliti. Masalah dapat digali dari berbagai sumber empiris ataupun


teoretis sebagai aktivitas penelitian pendahuluan (pra-penelitian).
Agar masalah ditemukan dengan baik diperlukan fakta-fakta empiris
diiringi

penguasaan

teori

yang

diperoleh

melalui

pengkajian

berbagai literatur relevan. Pada tahap selanjutnya, penelitian


melihat tujuan sebagai suatu permasalahan. Masalah yang telah
ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah. Pada
umumnya rumusan masalah penelitian kuantitatif disusun dalam
bentuk

pertanyaan.

Rumusan

masalah

merupakan

penentuan

faktor-faktor atau aspek-aspek yang terkait dengan lingkup kajian


penelitian.

Gambar 3. 1 Proses (Siklus) Kegiatan Penelitian


Dalam
berkaitan

praktiknya

dengan

kajian

faktor-faktor

serta

permasalahan

aspek-aspek

sangat

banyak

yang
dan

kompleks. Oleh karena itu diperlukan pembatasan pada faktor atau


aspek yang dominan saja. Penelitian membagi permasalahan
menjadi sub-sub permasalahan yang dapat dikelola dalam arti layak
dan terjangkau untuk diteliti. Setiap sub permasalahan dicari
kemungkinan jawabannya secara spesifik dalam bentuk hipotesis
yang sesuai. Dalam hal inilah diperlukan studi kepustakaan yaitu
kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari penelitian.
Dalam kegiatan ini juga dikaji hal-hal empiris yang bersumber dari
penelitian-penelitian

terdahulu.

Penelitian

menahan

sementara

hipotesis atau pertanyaan sampai semua data terkumpul dan


diinterpretasikan.
Pada tahap selanjutnya, penelitian diarahkan untuk mencari
data

didasari

dikemukakan

oleh

rumusan

sebelumnya.

masalah

Dalam

hal

dan
ini

hipotesis

diperlukan

yang
desain

penelitian yang berisi tahapan penelitian, metode penelitian, teknik


pengumpulan data, sumber data (populasi dan sampel), serta
alasan mengapa menggunakan metode tersebut. Sebelum kegiatan
pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan
teknik penyusunan dan pengujian instrumen yang akan digunakan
untuk pengumpulan data. Data yang diperoleh kemudian di analisis
menggunakan

teknik

statistik.

Hasil

analisis data merupakan

temuan yang belum diberi makna.


Pemaknaan hasil analisis data dilakukan melalui interpretasi
yang mengarah pada upaya mengatasi masalah atau menjawab
pertanyaan penelitian. Dalam tahapan ini dikemukakan tentang
penerimaan atau penolakan hipotesis. Interpretasi dibuat dengan
melihat hubungan antara temuan yang satu dengan temuan
lainnya. Kesimpulan merupakan generalisasi hasil interpretasi.
Terhadap kesimpulan yang diperoleh maka diciptakanlah implikasi
dan rekomendasi serta saran dalam pemanfaatan hasil penelitian.

B. Pendekatan Penelitian Kualitatif


1. Hakikat Penelitian Kualitatif
Membuat batasan atau definisi tentang penelitian kualitatif
memang tidak mudah, mengingat banyaknya perbedaan pandangan

yang ada. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dalam penelitian


terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu
pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap
individu (Sukmadinata, 2005). Peneliti kualitatif percaya bahwa
kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan
situasi sosial mereka (Danim, 2002). Penelitian kualitatif mengkaji
perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif
dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan
demikian penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk

meneliti

pada

kondisi

objek

alamiah

dimana

peneliti

merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005).


Pembahasan

sebelumnya

telah

menjelaskan

penelitian

dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dimulai


dengan proses berpikir deduktif untuk mendapatkan hipotesis,
kemudian melakukan verifikasi data empiris, dan menguji hipotesis
berdasarkan data empiris, serta menarik kesimpulan atas dasar
hasil pengujian hipotesis. Untuk itu, peranan statistika sangat
diperlukan dalam proses analisis data. Penelitian pendidikan akhirakhir ini sudah mulai memusatkan perhatian kepada konsep-konsep
yang timbul dari data. Dengan demikian perhatian bukan kepada
angka-angka yang diperoleh melalui pengukuran empiris, namun
pada konsep-konsep yang terdapat di dalamnya. Suatu peristiwa
empiris dapat menghasilkan suatu konsep. Konsep-konsep yang
timbul dari data empiris dicari hubungannya untuk membentuk
teori.
Atas dasar uraian di atas, dapat dikemukakan lima ciri pokok
sebagai karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
1. Menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data
2. Memiliki sifat deskriptif analitik
3. Tekanan pada proses bukan hasil
4. Bersifat induktif

5. Mengutamakan makna

Penelitian

kualitatif

menggunakan

lingkungan

alamiah

sebagai sumber data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu


situasi sosial merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti
pergi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi
dilakukan pada waktu interaksi berlangsung di tempat kejadian.
Peneliti mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang
erat hubungannya dengan peristiwa yang terjadi saat itu. Hasil-hasil
yang diperoleh pada saat itu segera disusun saat itu pula. Apa yang
diamati pada dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana
tingkah laku berlangsung. Misalnya peneliti ingin mengetahui peran
kepala sekolah dalam pembinaan guru. Peneliti harus mendatangi
suatu sekolah kemudian mengali informasi yang terkait dengan
peran kepala sekolah dalam pembinaan guru baik itu dari kepala
sekolah, guru, maupun dokumen sekolah.
Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang
diperoleh

seperti

hasil

pengamatan,

hasil

wawancara,

hasil

pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di


lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka.
Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya
informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola
atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka).
Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti
yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hakikat pemaparan data
pada umumnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengapa dan
bagaimana suatu fenomena terjadi. Untuk itu peneliti dituntut
memahami dan menguasai bidang ilmu yang ditelitinya sehingga
dapat memberikan justifikasi mengenai konsep dan makna yang
terkandung dalam data. Misalnya ketika peneliti ingin mengetahui
peran

kepala

sekolah

dalam

pembinaan

guru,

berdasarkan

data/informasi yang ada peneliti harus mampu menguraikan tujuan


kepala sekolah dalam pembinaan guru, langkah-langkah yang
dilakukan kepala sekolah dalam pembinaan guru, serta bagaimana
respon guru terhadap pembinaan yang dilakukan oleh kepala
sekolah.

Tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada


hasil. Data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengungkap
proses bukan hasil suatu kegiatan. Apa yang dilakukan, mengapa
dilakukan

dan

bagaimana

cara

melakukannya

memerlukan

pemaparan suatu proses mengenai fenomena tidak dapat dilakukan


dengan ukuran frekuensinya saja. Pertanyaan di atas menuntut
gambaran nyata tentang kegiatan, prosedur, alasan-alasan, dan
interaksi yang terjadi dalam konteks lingkungan di mana dan pada
saat mana proses itu berlangsung. Proses alamiah dibiarkan terjadi
tanpa intervensi peneliti, sebab proses yang terkontrol tidak akan
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Peneliti tidak perlu
mentaransformasi data menjadi angka untuk mengindari hilangnya
informasi yang telah diperoleh. Makna suatu proses dimunculkan
konsep-konsepnya untuk membuat prinsip bahkan teori sebagai
suatu temuan atau hasil penelitian tersebut. Misalnya ketika
meneliti peran kepala sekolah dalam pembinaan guru, peneliti tidak
mengukur

frekuensi

pembinaan

yang

dilakukan

akan

tetapi

mengamati untuk apa pembinaan dilakukan serta bagaimana cara


pembinaan dilaksanakan.
Penelitian kualitatif sifatnya induktif. Penelitian kualitatif tidak
dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan yakni fakta
empiris. Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau
penemuan yang tenjadi secara alami, mencatat, menganalisis,
menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan
dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas
tidak dilakukan, sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan
tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks lingkungan yang lain
baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk
konsep, prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari
lapangan bukan dari teori yang telah ada. Prosesnya induktif yaitu
dari data yang terpisah namun saling berkaitan. Misalnya ketika
meneliti peran kepala sekolah dalam membina guru, peneliti harus
berusaha menemukan prinsip dan konsep-konsep atas dasar fakta.
Peneliti tidak berupaya menerapkan teori/konsep yang terkait
dengan pembinaan, akan tetapi berusaha menemukan konsep
berdasarkan fakta dari lapangan.

Penelitian kualitatif mengutamakan makna. Makna yang


diungkap berkisar pada persepsi orang mengenai suatu peristiwa.
Misalnya penelitian tentang peran kepala sekolah dalam pembinaan
guru, peneliti memusatkan perhatian pada pendapat kepala sekolah
tentang guru yang dibinanya. Peneliti mencari informasi dari kepala
sekolah dan pandangannya tentang keberhasilan dan kegagalan
membina guru. Apa yang dialami dalam membina guru, mengapa
guru gagal dibina, dan bagaimana hal itu terjadi. Sebagai bahan
pembanding peneliti mencari informasi dari guru agar dapat
diperoleh titik-titik temu dan pandangan mengenai mutu pembinaan
yang dilakukan kepala sekolah. Ketepatan informasi dari partisipan
(kepala sekolah dan guru) diungkap oleh peneliti agar dapat
menginterpretasikan hasil penelitian secara sahih dan tepat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi
dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan
informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui
pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka,
sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam
situasi yang alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi
dan interpretasi terjadi dalam konteks dan situasi tertentu. Realitas
yang kompleks dan selalu berubah menuntut peneliti cukup lama
berada di lapangan.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk kepentingan yang
berbeda bila dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif Berikut ini
dikemukakan kapan sebaiknya pendekatan kualitatif digunakan,
antara lain:
1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau
mungkin malah masih gelap. Kondisi semacam ini cocok diteliti
dengan pendekatan kualitatif, karena peneliti kualitatif akan
langsung masuk pada situasi, melakukan eksplorasi, sehingga
masalah ditemukan dengan jelas.
2. Bila peneliti ingin memahami makna di balik data yang tampak.
Gejala sosial sering tidak dapat dipahami berdasarkan apa yang
diucapkan dan dilakukan orang. Misalnya persepsi guru tentang
kepemimpinan kepala sekolah akan berbeda dengan persepsi

kepala sekolah. Data untuk mencari makna kepemimpinan


kepala sekolah tersebut hanya cocok diteliti dengan metode
kualitatif misalnya melalui wawancara mendalam, observasi, dan
juga pencermatan dokumen.
3. Bila peneliti ingin memahami interaksi sosial. Interaksi sosial
yang kompleks hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan
penelitian kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara
mendalam

terhadap

interaksi

sosial

tersebut.

Misalnya

pemahaman terhadap kepemimpinan kepala sekolah hanya


dapat

dilakukan

melalui

kajian

mendalam

bukan

hanya

pengukuran sepintas. Dengan demikian dapat ditemukan pola


hubungan yang jelas sehingga dapat ditemukan hipotesis yang
berupa hubungan antar gejala. Bila hipotesis terbukti, maka akan
menjadi tesis atau menjadi teori.
4. Bila peneliti ingin memastikan kebenaran data. Data sosial sering
sulit

dipastikan

kebenarannya.

Melalui

berbagai

teknik

pengumpulan data kualitatif, kepastian data akan lebih terjainin.


Melalui

pendekatan

kualitatif

data

yang

diperoleh

diuji

kredibilitasnya, penelitian berakhir setelah

data itu jenuh

sehingga

Misalnya

mencari

kepastian
gaya

data

dapat

kepemimpinan

diperoleh.

seperti

apa

yang

untuk

sebaiknya

diterapkan kepala sekolah dalam membina guru, sebelum


ditemukan gaya yang tepat maka penelitian belum dinyatakan
selesai.
5. Bila ingin meneliti tentang sejarah atau perkembangan. Sejarah
atau perkembangan kehidupan seseorang atau kelompok orang
dapat dilacak melalui pendekatan kualitatif. Misalnya sejarah
perkembangan

sekolah

sehingga

sekolah

tersebut

menjadi

sekolah favorit dalam padangan masyarakat dan orang tua


siswa.

Atas

dasar

penggunaanya,

dapat

dikemukakan

bahwa

penelitian kualitatif dalam bidang pendidikan bertujuan untuk:


1. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan
apa yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut

untuk menemukenali kekurangan dan kelemahan pendidikan


sehingga dapat ditentukan upaya penyempurnaannya.
2. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa
pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam
konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan
secara alami.
3. Menyusun hipotesis berkenaan dengan konsep dan prinsip
pendidikan berdasarkan data dan informasi yang terjadi di
lapangan (induktif) untuk kepentingan pengujian lebih lanjut
melalui pendekatan kuantitatif.
Bidang kajian penelitian kualitatif dalam pendidikan antara
lain

berkaitan

dengan

proses

pengajaran,

bimbingan,

pengelolaan/manajemen kelas, kepemimpinan dan pengawasan


pendidikan,

penilaian

pendidikan,

hubungan

sekolah

dan

masyarakat, upaya pengembangan tugas profesi guru, dan lain-lain.

2. Prosedur Penelitian Kualitatif


Prosedur penelitian kualitatif memiliki perbedaan dengan
penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif biasanya didesain secara
longgar,

tidak

berpeluang

ketat,

sehingga

mengalami

dalam

perubahan

pelaksanaan
dari

apa

penelitian

yang

telah

direncanakan. Hal itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak


sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan. Meski demikian, kerja
penelitian mestilah merancang langkah-langkah kegiatan penelitian.
Paling tidak terdapat tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif
yaitu (Sugiyono, 2007):
1. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti
mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Peneliti

baru

mendata

sepintas

tentang

informasi

yang

diperolehnya.
2. Tahap

reduksi.

informasi

yang

Pada

tahap

diperoleh

ini,

peneliti

pada

memfokuskan pada masalah tertentu.

tahap

mereduksi

segala

pertama

untuk

3. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang


telah ditetapkan menjadi lebih rinci kemudian melakukan analisis
secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya adalah tema
yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi
suatu pengetahuan, hipotesis, bahkan teori baru.
Secara spesifik, ketiga tahap di atas dapat djabarkan dalam
tujuh langkah penelitian kualitatif yaitu: identifikasi masalah,
pembatasan masalah, penetapan fokus masalah, pelaksanaan
penelitian, pengolahan dan pemaknaan data, pemunculan teori, dan
pelaporan hasil penelitian (Sudjana, 2001). Keterkaitan antara tiga
tahapan proses dan tujuh langkah penelitian kualitatif ditunjukkan
pada gambar 3.2 dan uraian berikut.
Langkah pertama: mengidentifikasi masalah. Suatu masalah
merupakan suatu keadaan yang menyebabkan seseorang bertanyatanya, berpikir, dan berupaya menemukan kebenaran yang ada.
Fenomena masalah tersebut terjadi karena adanya sesuatu yang
diharapkan, dipikirkan, dirasakan tidak sama dengan kenyataan,
sehingga timbul pertanyaan yang menantang untuk ditemukan
jawabannya.

Atas

dasar

prinsip

masalah

tersebut,

dalam

mengidentifikasi masalah dapat muncul pertanyaan yang terkait


dengan apakah, mengapa, dan bagaimana. Dari pertanyaan yang
muncul

tergambar

substansi

masalah

yang

terkait

dengan

pendekatan atau jenis penelitian tertentu. Dengan kata lain, jenis


penelitian apa yang harus digunakan peneliti bergantung pada
masalah yang ada. Di dalam penelitian sebaiknya seorang peneliti
melakukan identifikasi masalah dengan mengungkapkan semua
permasalahan yang terkait dengan bidang yang akan ditelitinya.

Gambar 3. 2. Tahapan dan Langkah-langkah Penelitian


Kualitatif
Langkah kedua: pembatasan masalah yang dalam penelitian
kualitatif sering disebut fokus penelitian. Sejumlah masalah yang
diidentifikasi dikaji dan dipertimbangkan apakah perlu direduksi
atau tidak. Pertimbangannya antara lain atas dasar keluasan lingkup
kajian. Kajian yang terlalu luas memungkinkan adanya hambatan

dan tantangan yang lebih banyak. Kajian yang terlalu spesifik


memerlukan kemampuan khusus untuk dapat melakukan kajian
secara

mendalam.

Pembatasan

masalah

merupakan

langkah

penting dalam menentukan kegiatan penelitian. Meski demikian,


pembatasan
kaku/ketat.

masalah

penelitian

Pembatasan

kualitatif

masalah

dapat

tidaklah

bersifat

dilakukan

dengan

mengajukan sejumlah pertanyaan antara lain:


1. Dapatkah masalah tersebut dikembangkan untuk diteliti?
2. Adakah data atau informasi yang dapat dikumpulkan untuk
menemukan
3. jawaban atas masalah yang dipilih?
4. Apakah masalah dan pemecahannya cukup bermanfaat?
5. Apakah masalah tersebut baru dan aktual?
6. Sudah adakah orang yang melakukan pemecahan masalah
tersebut?
7. Apakah

masalah

tersebut

layak

diteliti

dengan

melihat

kemampuan
peneliti, akses memperoleh informasi, serta ketersediaan dana
dan waktu?
Langkah ketiga: penetapan fokus penelitian. Penetapan fokus
berarti membatasi kajian. Dengan menetapkan fokus masalah
berarti peneliti telah melakukan pembatasan bidang kajian, yang
berarti pula membatasi bidang temuan. Menetapkan fokus berarti
menetapkan

kriteria data penelitian.

Dengan pedoman

fokus

masalah seorang peneliti dapat menetapkan data yang harus dicari.


Data yang dikumpulkan hanyalah data yang relevan dengan fokus
penelitian. Peneliti dapat mereduksi data yang tidak relevan dengan
fokus penelitian. Sebagai catatan bahwa dalam penelitian kualitatif
dapat terjadi penetapan fokus penelitian baru dilakukan dan
dipastikan pada saat peneliti berada di lapangan. Hal itu dapat
terjadi bila fokus masalah yang telah dirumuskan secara baik,
namun setelah di lapangan tidak mungkin dilakukan penelitian
sehingga diubah, diganti, disempurnakan atau dialihkan. Peneliti

memiliki

peluang

untuk

menyempurnakan,

mengubah,

atau

menambah fokus penelitian.


Langkah keempat: pengumpulan data. Pada tahap ini yang
perlu dipenuhi antara lain rancangan atau skenario penelitian,
memilih dan menetapkan setting (latar) penelitian, mengurus
perijinan,

memilih

menetapkan

dan

strategi

menetapkan

dan

teknik

informan

(sumber

pengumpulan

data),

data,

serta

menyiapkan sarana dan prasarana penelitian. Pengumpulan data


dilakukan dengan menemui sumber data. Hal-hal yang perlu
diperhatikan

saat

melakukan

pengumpulan

data

adalah

menciptakan hubungan yang baik antara peneliti dengan sumber


data. Hal ini terkait dengan teknik pengumpulan data yang akan
digunakan misalnya observasi, wawancara atau pengamatan.
Langkah kelima: pengolahan dan pemaknaan data. Pada
penelitian

yang

lain

pada

umumnya

pengolahan

data

dan

pemaknaan data dilakukan setelah data terkumpul atau kegiatan


pengumpulan di lapangan dinyatakan selesai. Analisis data kualitatif
yang meliputi pengolahan dan pemaknaan data dimulai sejak
peneliti memasuki lapangan. Selanjutnya, hal yang samadilakukan
secara kontinyu pada saat pengumpulan sampai akhir kegiatan
pengumpulan data secara berulang sampai data jenuh (tidak
diperoleh lagi informasi baru). Dalam hal ini, hasil analisis dan
pemaknaan data akan berkembang, berubah, dan bergeser sesuai
perkembangan dan perubahan data yang ditemukan di lapangan.
Langkah keenam: pemunculan teori. Peran teori dalam
penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam
penelitian kualitatif teori tidak dimanfaatkan untuk membangun
kerangka pikir dalam menyusun hipotesis. Penelitian kualitatif
bekerja secara induktif dalam rangka menemukan hipotesis. Teori
berfungsi sebagai alat dan berfungsi sebagai fungsi tujuan. Teori
sebagai alat dimaksudkan bahwa dengan teori yang ada peneliti
dapat melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap fenomena
yang ditemui. Teori sebagai tujuan mengandung makna bahwa
temuan penelitian dapat dijadikan suatu teori baru. Langkah
ketujuh:

pelaporan

hasil

penelitian.

Laporan

hasil

penelitian

merupakan bentuk pertanggungjawaban peneliti setelah melakukan

kegiatan pengumpulan data penelitian dinyatakan selesai. Dalam


konteks yang seperti ini, pelaporan hasil penelitian secara tertulis
memiliki nilai guna setidaknya dalam empat hal, yaitu:
1. Sebagai kelengkapan proses penelitian yang harus dipenuhi oleh
para peneliti dalam setiap kegiatan penelitian
2. Sebagai hasil nyata peneliti dalam merealisasi kajian ilmiah
3. Sebagai dokumen autentik suatu kegiatan ilmiah yang dapat
dikomunikasikan kepada masyarakat ataupun sesama peneliti
4. Sebagai hasil karya nyata yang dapat digunakan untuk berbagai
keperluan bergantung pada kepentingan peneliti (Sukardi, 2003).
Berdasarkan uraian tentang hakikat dan prosedur penelitian
kualitatif, penelitian kualitatif mempunyai makna tersendiri untuk
kepentingan bidang

pendidikan. Pentingnya penelitian kualitatif

dalam bidang pendidikan antara lain:


1. Pendidikan sebagai proses sosialisasi hakikatnya adalah interaksi
manusia dengan lingkungan yang membentuknya melalui proses
belajar dalam konteks lingkungan yang berubah-ubah.
2. Pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia yakni
pendidik dan tenaga kependidikan, siswa, kurikulum, lingkungan,
waktu, serta sarana dan prasarana pendidikan. Setiap komponen
saling berinteraksi dalam satu proses pendidikan/pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan.
3. Pendidikan sebagai suatu sistem tidak hanya berorientasi pada
hasil tetapi juga berorientasi pada proses agar memperoleh hasil
optimal.
4. Pendidikan dalam arti luas, terjadi pada setiap manusia dan
berlangsung

sepanjang

hayat,

dalam

lingkungan

keluarga,

sekolah dan lingkungan masyarakat, secara alami.


5. Tekanan

utama

pendidikan

adalah

pembinaan

dan

pengembangan manusia mencakup aspek intelektual, moral,


sosial dalam satu kesatuan utuh, serasi, selaras dan seimbang.
Pembinaan dan pengembangan tersebut melalui proses belajar

agar

diperoleh

perubahan-perubahan

perilaku

menyangkut

pengetahuan, sikap dan keterampilan.


Proses

dan

hasil

pendidikan

tidak

saja

diukur

secara

numerik/angka dan bilangan dalam bentuk indeks-indeks prestasi


atau indeks-indeks lainnya secara kuantitatif dan statistik. Lebih dari
itu perlu pengkajian mendalam berkenaan dengan kualitas proses,
efisiensi dan efektivitas, serta daya guna terhadap perubahan
perilaku individu khususnya anak didik dan tenaga kependidikan.
Data kualitatif dalam bidang pendidikan sangat bermanfaat untuk
menemukan hakikat dan makna yang terkandung dalam proses
pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu berlangsung, bagaimana
perubahan terjadi dalam proses tersebut, bagaimana interaksi gurusiswa dan siswasiswa dalam pembelajaran, bagaimana sumber
belajar dioptimalkan penggunaannya, bagaimana guru menangani
kesulitan belajar siswa, dan pertanyaan lainnya memerlukan data
kualitatif dalam menjelaskannya. Pengukuran secara kuantitatif
tersebut seringkali menghilangkan makna yang sebenarnya, lebih
dari data yang diperoleh secara kuantitatif berdimensi tunggal,
padahal dalam kenyataannya suatu proses yang terjadi berkaitan
erat

dengan

berbagai

dimensi

yang

muncul

dalam

kondisi

alamiahnya.
C. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Pemahaman yang benar dalam menggunakan pendekatan, metode
ataupun teknik untuk melakukan penelitian merupakan hal penting
agar dapat dicapai hasil yang akurat sesuai dengan tujuan penelitian
yang sudah ditentukan. Pendekatan yang mana sebaiknya digunakan
apakah pendekatan kualitatif atau kuantitatif? Pembahasan berikut
memberikan ulasan singkat mengenai perbedaan kedua pendekatan
tersebut sebagai kesimpulan uraian yang dikemukakan sebelumnya.
Pertama:

pendekatan

kualitatif

menekankan

pada

makna,

penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih


banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan seharihari. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan proses dibandingkan
hasil. Oleh karena itu urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung

kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian


biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Pendekatan
kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek
penelitian. Penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan
pengujiannya yang akan menentukan tahapan berikutnya seperti teknik
analisa

dan

teknik

statistik

yang

akan

digunakan.

Pendekatan

kuantitatif lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan


penafsiran angka statistik.
Kedua: jika kita menggunakan pendekatan kualitatif, dasar teori
sebagai pijakan ialah adanya interaksi dari suatu gejala dengan gejala
lain yang ditafsirkan berdasarkan sudut pandang yang bersangkutan
dengan cara mencari makna dari gejala yang sedang diteliti. Lain
halnya dengan pendekatan kuantitatif, pendekatan ini berpijak pada
hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata
atau terukur.
Ketiga:

tujuan

utama

mengembangkanpengertian,

penelitian

konsep-konsep

kualitatif
yang

pada

adalah
akhirnya

menjadi teori, tahap ini dikenal sebagai grounded theory research.


Sebaliknya pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori,
mengungkap

fakta,

menunjukkan

hubungan

antar

variabel,

memberikan deskripsi statistik, serta menaksir dan meramalkan


hasilnya.
Keempat: melihat sifatnya, pendekatan kualitatif desainnya bersifat
umum, dan berubah-ubah/berkembang sesuai dengan situasi lapangan.
Desain hanya digunakan sebagai asumsi dalam melakukan penelitan.
Oleh karena itu, desain harus fleksibel dan terbuka. Lain halnya dengan
desain penelitian kuantitatif. Desainnya terstruktur, baku, formal dan
dirancang sematang mungkin. Desain penelitian kuantitatif bersifat
spesifik dan detil karena merupakan suatu rancangan yang akan
dilaksanakan sebenarnya. Jika desainnya salah, hasilnya menyesatkan.
Kelima:
maksudnya

pada
data

pendekatan
dapat

kualitatif,

berupa

data

gejala-gejala

bersifat
yang

deskriptif,

dikategorikan

ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen, dan catatancatatan lapangan saat penelitian dilakukan. Sebaliknya penelitian yang
menggunakan

pendekatan

kuantitatif/angka-angka.

kuantitatif

datanya

bersifat

Keenam: sampel kecil merupakan ciri pendekatan kualitatif karena


pada pendekatan kualitatif penekanan pemilihan sampel didasarkan
pada kualitasnya bukan jumlah. Ketepatan dalam memilih sampel
merupakan salah satu kunci keberhasilan penelitian kualitatif. Sampel
dipandang sebagai sampel teoretis dan tidak representatif. Pada
pendekatan kuantitatif, jumlah sampel besar karena aturan statistik
mengatakan bahwa semakin besar sampel akan merepresentasikan
kondisi

riil.

Karena

pada

umumnya

pendekatan

kuantitatif

membutuhkan sampel yang besar maka stratafikasi sampel sangat


diperlukan.
Ketujuh: Jika peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka
yang bersangkutan menggunakan teknik observasi terlibat langsung,
seperti dilakukan oleh peneliti bidang antropologi dimana peneliti
terlibat langsung dengan yang diteliti. Jika pendekatan kuantitatif
diterapkan

maka

teknik

yang

digunakan

berbentuk

observasi

terstruktur, survei menggunakan kuesioner, dan eksperimen. Dalam


melakukan interview biasanya diberlakukan interview terstruktur untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan. Teknik mengacu pada tujuan
penelitian dan jenis data yang diperlukan untuk menguji hipotesis.
Kedelapan: dalam kualitatif, peneliti tidak mengambil jarak dengan
yang diteliti. Hubungan yang dibangun antara peneliti dengan sumber
data didasarkan pada saling kepercayaan. Dalam praktiknya, peneliti
melakukan hubungan dengan yang diteliti secara intensif. Apabila
sampelnya itu manusia, maka yang menjadi responden diperlakukan
sebagai partner bukan obyek penelitian. Dalam penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti mengambil jarak dengan
yang diteliti. Hubungan tersebut seperti hubungan antara subyek dan
obyek. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat obyektivitas yang
tinggi. Pada umumnya penelitiannya berjangka waktu pendek.
Kesembilan: Analisa data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif
dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan pengertianpengertian, konsep-konsep untuk membangunan teori baru. Analisa
data penelitian kuantitatif bersifat deduktif, uji empiris terhadap teori
yang dipakai dan dilakukan setelah selesai pengumpulan data secara
tuntas dengan menggunakan sarana statistik. Berdasarkan uraian di
atas,

kedua

pendekatan

tersebut

masing-masing

mempunyai

keunggulan dan kelemahan. Pendekatan kualitatif banyak memakan


waktu,

reliabilitasnya

dipertanyakan,

prosedurnya

tidak

baku,

desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian


yang berskala besar dan pada akhirnya hasil penelitian terkontaminasi
oleh

subyektifitas

peneliti.

Pendekatan

kualitatif

memunculkan

kesulitan dalam mengontrol variabel yang berpengaruh terhadap


proses penelitian baik langsung ataupun tidak langsung. Untuk
menciptakan validitas yang tinggi diperlukan kecermatan dalam proses
penentuan sampel, pengambilan data dan juga penentuan alat
analisisnya.

D. Perpaduan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dalam Penelitian


Penelitian

yang

menggabungkan

pendekatan

kuantitatif

dan

kualitatif belum banyak dilakukan. Namun, perkembangan ilmu-ilmu


sosial

khususnya

pendidikan

telah

membuka

kesempatan

untuk

memunculkan perrpaduan antara keduanya. Strauss & Corbin (1990)


menyatakan bahwa suatu penelitian dapat saja memakai metodologi
yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Salah satu
jenis penelitian yang memerlukan penggabungan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif adalah penelitian-penelitian kebijakan (Brannen, 1997).
Brannen (1997) mencetuskan tiga acuan pokok dalam memadukan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Ketiga acuan itu adalah:
1. Penelitian kuantitatif sebagai fasilisator penelitian kualitatif; maksud
dari acuan ini adalah:
a. Penelitian kuantitatif memberikan data latar belakang yang
terukur untuk mengaitkannya dengan studi-studi skala kecil. Ini
seringkali diambil dari data-data statistik atau sensus.
b. Survei kuantitatif dapat memberikan landasan bagi data kasus
dari kelompok-kelompok tertentu yang akan melandasi studi
intensif dalam penelitian kualitatif.
2. Penelitian kualitatif sebagai fasilitator penelitian kuantitatif; berarti
penelitian kualitatif berperan sebagai penunjang. Penelitian kualitatif
mempunyai fungsi tertentu yaitu: sebagai sumber hipotesis yang
akan diuji secara kuantitatif; sebagai pengembang dan pemandu

instrumeninstrumen penelitian kuantitatif seperti kuesioner, skala


dan indeks pengukuran; serta sebagai pembanding temuan-temuan
kuantitatif.
3. Penelitian yang mempergunakan kedua pendekatan dengan bobot
sama;

kedua

pendekatan

dilakukan

untuk

saling

mengisi

kesenjangan yang muncul pada saat survei lapangan, analisis, atau


pelaporan. Gabungan antara keduanya dapat berakhir dengan
pemisahan

penelitian

kualitatif

dan

kuantitatif

tetapi

tetap

berhubungan.
Dalam penelitian pendidikan sering dijumpai dua pendekatan
digunakan bersama-sama terhadap masalah yang sama. Terkait dengan
hal tersebut, Sudjana (2001) berpendapat bahwa pendekatan tersebut
sebenarnya bertolak dari asumsi yang berbeda, sehingga untuk
persoalan yang sama sulit menggunakan metode dengan asumsi yang
berbeda. Namun pemecahan masalah melalui studi yang berbeda
cukup

bermanfaat

dalam

memperkaya

alternatif

pemecahan

masalahnya, sehingga lebih komprehensif sifatnya. Sering ditemukan


pemaparan data kualitatif menggunakan statistik deskriptif serta
temuan kualitatif dan kuantitatif disajikan bersama-sama. Beberapa
peneliti kadang-kadang berusaha menggunakan kedua pendekatan
tersebut untuk masalah yang sama, namun seringkali mengalami
kerancuan dalam penarikan kesimpulannya.

2. JENIS PENELITIAN
2.1.PENELITIAN PRIMER
2.1.1. STUDI KASUS
Studi

kasus

merupakan

rancangan

penelitian

yang

mencakup

pengkajian satu unit penelitian secara intensif; Misalnya satu pasien,


keluarga, kelompok, komunitas atau institusi. Meskipun jumlah subyek
cenderung sedikit, jumlah variabel yang ditiliti sangat luas. Oleh
karena itu sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi
maupun data dokumen. Deskripsi dari studi kasus tergantung dari

keadaan kasus tetapi tetap mempertimbangkan waktu. Keuntungan


yang peling besar dari desain ini adalah pengkajian secara rinci
meskipun jumlah dari responden sedikit, sehingga akan didapatkan
gambaran satu unit subyek secara jelas. Misalnya, studi kasus tentang
asuhan keperawatan pasien dengan typoid di RS. Peneliti akan
mengkaji variabel yang sangat luas dari kasus diatas mulai dari
menemukan masalah bio-psiko-sosio-spiritual.
2.1.2. SURVEY
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari satu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data
yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang
bersifat kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu
kelompok atau perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang
digunaan untuk penyelidikan informasi yang berhubungan dengan
prevalensi, distribusi dan hubungan antar variabel dalam suatu
popilasi. Pada survey tidak ada intervensi, survey mengumpulkan
informasi dari tindakan seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat,
perilaku, dan nilai.
Penggalian data dapat melalui kuisioner, wawancara, observasi
maupun data dokumen. Penggalian data melalui kuisioner dapat
dilakukan tanya jawab langsung atau melalui telepon, sms, e-mail
maupun dengan penyebaran kuisioner melalui surat. Wawancara
dapat dilakukan juga melalui telepon, video confeence maupun tatap
muka-langsung. Keuntungan dari survey ini adalah dapat memperoleh
berbagai informasi serta hasil dapat dipergunkan untuk tujuan lain.
Akan tetapi informasi yang didapat sering kali cenderung bersifat
superfisial. Oleh karena itu pada penelitian survey akan lebih baik jika
dilaksanakan analisa secara bertahap.
Pada

umumnya

survei

menggunakan

kuesioner

sebagai

alat

pengambil data. Survei menganut aturan pendekatan kuantitatif, yaitu


semakin sample besar, semakin hasilnya mencerminkan populasi.
Penelitian

survey

dapat

digunakan

untuk

maksud

penjajakan

(eksploratif), menguraikan (deskriptif), penjelasan (eksplanatory) yaitu


untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, evaluasi,
prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan dating,
penelitian operational dan pengembangan indikaor-indikator social.

2.2.PENELITIAN DILIHAT DARI TUJUANNYA


2.2.1. EKSPLORATIF
Penelitian eksplorasi adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk
menemukan ilmu (pendidikan ) dan masalah masalah yang baru
dalam bidang pendidikan.ilmu pendidikan dan masalah masalah yang
diperlukan melalui penelitian pendidikan benar benar baru dan belum
pernah

diketahui

menghasilkan

sebelumnya.

profil

atau

Misalnya,suatu

kriteria

penelitian

kepemimpinan

efektif

telah
dalam

manejemen berbasis sekolah,atau penelitian tentang suatu metode


atau

prosedur

baru

dalam

pembelajaran

bahasa

inggris

yang

menyenangkan peserta didik.


2.2.2. VERIFIKATIF
Penelitian ini adalah jenis penelitian yang dilaksanakan untuk menguji
kebenaran ilmu-ilmu (pendidikan) yang telah ada, baik berupa konsep,
prinsip, prosedur, dalil maupun praktek pendidikan itu sendiri. Data
penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya
keraguan terhadap informasi atau masalah-masalah ilmu pendidikan.
Misalnya, suatu penelitian dilakukan untuk membuktikan adanya
pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan, atau
penelitian yang dilakukan untuk menguji efektifitas model-model
pembelajaran yang telah ada dalam mata pelajaran tertentu.

2.2.3. PENGEMBANG
Penelitian pengembangan adalah jenis penelitian yang dilaksanakan
untuk mengembangkan ilmu (pendidikan) yang telah ada. Penelitian
dilakukan untuk mengembangkan, memperdalam atau memperluas
ilmu (pendidikan) yang telah ada. Misalnya, penelitian tentang
implementasi

metode

inquiry

dalam

pembelajaran

IPS

yang

sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA atau penelitian


tentang

sistem

organisasi/satuan

penjaminan

mutu

pendidikan

yang

(Quality

asurance)

sebelumnya

diterapkan dalam organisasi bisnis atau perusahaan.


2.3.PENELITIAN DILIHAT DARI PENDEKATANNYA

telah

dalam
berhasil

2.3.1. KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif ini adalah penelitian yang digunakan untuk
menjawab permasalahan melalui teknik pengukuraan yang cermat
terhadap varaiabel-variabel tertentu, sehingga mengasilkan simpulan
simpulan yang dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan
situasi serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kuantitatif.
Penelitian

kuantitatif

mengembangkan
pengkuran

teori

disertai

mengimplikasikan

banyak
dalam

analisis
bahwa

digunakan
suatu

secara

disiplin
statis

penelitian

ini

di

terutama
ilmu.
dalam

untuk

Penggunaan
penellitian

menggunakan

metode

kuantitatif.
2.3.2. KUALITATIF
Penelitian

kualitatif

ini

adalah

penelitian

untk

menjawab

permasalahan yang memerlukan pemahaman secara mendalam


dalam konteks waktu dan situasi yang bersangkutan, dilakuukan
secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi objektif dilapangan
tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama
data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara lain melakukan
pengamatan

terhadap

orang

dalam

kehidupannya

sehari-hari,

berinteraksi dengan mereka, dan berupaya dalam memahami bahasa


dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu, peneliti
harus terjun dalam lapangan dengan waktu yang cukup lama.
2.3.3. PERKEMBANGAN
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan
urutan pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu.
Objek penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai
oleh individu, seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit
pendidikan lainnya. Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui
perkembangan individu dalam kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
2.3.3.1.

STUDI ALUR PANJANG

Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan


perubahan individu yang sama, perkembangan yang berbeda
dalam waktu yang cukup lama (jangka panjang)
2.3.3.2.

STUDI SILANG SEKAT


Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan
perubahan yang terjadi pada individu pada tingkat atau
kelompok usia tertetu dengan waktu yang cukup singkat
(jangka pendek). Peneliti tidak perlu mengamati individu
teralu lama karena dapat diganti dengan subjek baru dari
berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk menarik simpulan,
peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama.
Misalnya, meneliti tentang kemampuan berbahasa Indonesia
pada peserta didik di kelas satu saja atau di kelas dua saja,
dan seterusnya.

2.3.3.3.

STUDI KECENDRUNGAN
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di
masa lampau agar dapat memprediksi bentuk perubahan di
masa

datang.

Fungsi

studi

ini

adalah

memprediksi

kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan


datang.
2.4.PENELITIAN DILIHAT DARI TEMPAT / LATARNYA
2.4.1. PENELITIAN KEPUSTAKAAN (LIBARARY RESEARCH)
Penelitian yang dilaksanakan di perpustakaan.
2.4.2. PENELITIAN LABORATRIUM (LABORATORY RESEARCH)
Penelitian yang dilaksanakan di laboratorium. Penelitian ini sering
digunakan dalam penelitian eksperimen.
2.4.3. PENELITIAN LAPANGAN (FIELD RESEARCH)
Penelitian ang dilaksanakan di suatu tempat, dan tempat itu diluar
perpustakaan dan laboratorium.
2.5.PENELITIAN DILIHAT DARI FUNGSINYA
2.5.1. Penelitian Dasar (basic/fundamental research)

Penelitian dasar
menemukan

adalah jenis penelitian yang digunakan untuk

dan

mengembangkan

konsep-konsep,

prinsip,

generalisasidan teori baru. Tujuan penelitian dasar adalah untuk


menambah pengetahuan dengan prinsip dan hukum-hukum ilmiah,
meningkatkan penyelidikan dan metodologi ilmiah. Penelitian ini tidak
diarahkan untuk memecahkan masalah praktis, tetapi teori yang
dihasilkan dapat mendasari pemecahan masalah praktis.
2.5.2. Penelitian Terapan (applied research)
Penelitian terapan dilakukan berkenaan dengan pemecahan masalah
dan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan
ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam
kehidupan nyata. Fungsi penelitian ini adalah untuk memecahkan
masalah-masalah praktis. Tujuan penelitian terapan tidak sematamata untuk mengembangkan wawaasan keilmuan, tetapi juga untuk
pemecahan

masalah

praktis,

sehingga

hasil

penelitian

dapat

dimanfaatkan.
2.5.3. Penelitian Tindakan (action research)
Penelitian ini adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri melalui
tindakan nyata dalam situasi yang sebenarnya. Tujuannya adalah
untuk memperbaiki proses dan peahaman tentang praktik-praktik
pendikan

secara

utuh,

mengembangkan

profesional,

dan

meningkatkan hasil kegiatan. Tujuan penelitian ini menunjukkan


implikasi yang harus diperhatikan. Pertama, penelitian tindakan harus
dilakukan secara ilmiah sesuai konsep penelitian ilmiah. Kedua, harus
meliatkan kelompok partsipan sehingga dapat dilakukan kolaborasi.
Ketiga, harus dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan seperti
ketrampilan

mengajar.

Keempat,

harus

dilakukan

untuk

acuan

melakukan refleksi diri.


Aspek pokok penelitian tindakan ini ada tiga, yaitu:
a. Untuk memperbaiki praktik
b. Untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam arti
mengembangkan pemahaman dan ketrampilan baru para
praktisi dalam praktik yang dilaksanakan
c. Untuk memperbaiki keadaan atau situasi tersebut dilaksanakan.

Inti dari penelitian tindakan ini adalah menekankan pada tindakan


dalam praktik atau situasi nyata yang terbatas, sehingga diharapkan
dari tindakan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
2.5.4. Penelitian Penilaian (assessment research)
Penelitian

penilaian

adalah

penelitian

yang

dilakukan

untuk

menentukan perubahan atau perbaikan perilaku individu setelah


menjalani suatu perlakuan dengan waktu dan program tertentu.
2.5.5. Penelitian Evaluasi (evaluation research)
Penelitian evaluasi merupakan bagian dari penelitian terapan, tetapi
tujuannya dapat dibedakan dengan penelitian terapan. Penelitian
evaluatif

adalah

penelitian

yang

digunakan

untuk

penilaian

keberhasilan, manfaat, kegunaan, sumbangan, dan kelayakan suatu


program, produk, atau kegiatan suatu lembaga berdasarkan kreteri
tertentu. Manfaat penelitian ini antara lain adalah dapat menambah
waawasan tentang suatu kegiatan dan dapat mendorong penelitian
atau pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan
untuk melakukan kebijakan.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang
sifatnya

mengevaluasi

terhadap

sesuatu

objek,

yang

biasanya

merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi bisa dikatakan juga


penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata
mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi.
2.5.6. Penelitian Komparatif
Studi komparatif (comparative study) atau studi kausal komparatif
(causal comparative studi) merupakan jenis penelitian yang digunakan
untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu
variable tertentu. Tujuan penelitian komparatif adalah untuk melihat
perbedaan dua atau lebih situasi, peristiwa, kegiatan, atau program
yang sejenis atau hampir sama yang melibatkan semua unsur atau
komponennya. Analisis penelitian dilakukan terhadap persamaan dan
perbedaan dalam perencanaan, pelaksanaan, factor-faktor pendukung
hasil. Hasil analisis perbandingan dapat menemukan unsure-unsur

atau factor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan dan


perbedaan.
Jika suatu yang dibandingkan itu tentang situasi atau kejadian, maka
unsure-unsur atau komponen yang dianalisis sedikit berbeda, seperti
deskripsi situasi atau kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau
intensitas kejadian, factor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari
analisis tersebut juga akan dapat ditemukan factor-faktor dominan
yang melatarbelakangi atau diakibatkan oleh suatu situasi atau
kejadian.
Penelitian komparatif dapat digunakan jika: (a) metode eksperimental
yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan untuk dilakukan, (b)
penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi
factor-faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab-akibat
secara langsung, (c) pengontrolan terhadap seluruh variable (kecuali
variable bebas) sangat tidak realistis dan terlalu dibuat-buat, serta
mencegah interaksi secara normal dengan variabel-variabel lain yang
berpengaruh, dan (d) pengontrolan di laboratorium untuk beberapa
tujuan penelitian dianggap tidak praktis, mahal, atau secara etika
dipertanyakan.
2.5.7. Penelitian Korelasional
Penelitian ini mempelajari hubungan dua variable atau lebih, yakni
hubungan variasi dalam satu variabel dengan variasi dalam variabel
lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks
yang

dinamai

koefisien

korelasi.

Penelitian

korelasional

dapat

digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel


atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara dua variabel
atau lebih.
Penelitian

korelasional

bertujuan

untuk

menguji

hipotesis

yang

dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung


koefisien kolerasi (r) antara variabel-variabel tersebut, agar dapat
ditentukan variabel-variabel mana yang berkolerasi. Misalnya, peneliti
ingin

mengetahui

variabel-variabel

yang

berhubungan

dengan

kompetensi professional guru. Semua variabel yang ada kaitannya,


seperti latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, mata
pelajaran yang diampu, dan lain-lain diukur, lalu dihitung koefisien

korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat


hubungannya dengan kompetensi professional guru.
Karakteristik penelitian korelasional yaitu:
a.
b.

Adanya hubungan dua variabel atau lebih


Adanya koefisien korelasi, yang menunjukkan tinggi rendahnya

hubungan
c.

Tidak ada perlakuan (treatmean) khusus

d.

Dan data yang diperoleh bersifat kuantitatif.

Penelitian korelasional memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a)


hanya

mengidentifikasi

hubungan

antar

variabel,

bukan

mengidentifikasi hubungan sebab-akibat, (b) kurang tertib dan ketat


jika dibandingkan dengan metode eksperimental karena kurang
melakukan control terhadap variabel-variabel bebasnya, (c) cenderung
mengidentifikasi pola hubungan semu yang kurang reliable dan valid,
(d) pola hubungan sering tidak menentu dan kabur, (e) sering
memberikan rangsangan penggunaannya semacam pendekatan shot
gun, yaitu memasukkan data tanpa pandang bulu dari sumber yang
beragam dan memberikan interprestasi yang bermakna atau yang
berguna.
Penelitian korelasi dapat digunakan jika: (a) variabel-variabel yang
diteliti cukup rumit, tidak dapat dimanipulasi dan/atau tak dapat
diteliti dengan metode eksperimental, (b) ingin mengukur beberapa
variabel yang saling berhubungan secara serentak dan realistic, (c)
ingin mengetahui eratnya hubungan atau tinggi rendahnya hubungan
antar variabel, dan (d) jumlah subjek tidak terlalu banyak.
Kekuatan korelasi antara berbagai variabel penelitian ditunjukkan oleh
koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1.
Koefisien korelasi diperoleh melalui perhitungan statistik berdasarkan
kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel. Koefisien
korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau
kesejajaran,

sedangkan

koefisien

korelasi

negatif

menunjukkan

hubungan yang berbanding terbalik atau ketidaksejajaran. Angka 0


(nol) untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar

variabel. Semakin besar koefisien korelasi (positif ataupun negative),


maka sekamin besar kekuatan hubungan antar-variabel.
Terdapat tiga makna penting dari suatu variabel, yaitu:
a.

Kekuatan hubungan antar variabel

b.

Signifikansi statistic hubungan kedua variabel tersebut

c.

Dan arah korelasi

Kekuatan hubungan dapat dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi.


2.5.8. Penelitian Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang
individu, kelompok atau lembaga yang dianggap memiliki atau
mengalami kasus tertentu. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk
mempelajari secara mendalam dan sistematis dalam kurun waktu
cukup lama tentang sesuatu kasus sehingga dapat dicari alternatif
pemecahannya. Mendalam, artinya mengungkap dan menggali data
secara mendalam dan menganalisis secara intensif factor-faktor yang
dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut. Tekanan utama dalam
studi kasus adalah mengapa individu melakukan itu? Apa yang dia
lakukan setiap harinya? Bagaimana hubungan sosial dia dengan
teman-temannya? Factor-faktor apa yang mempengaruhi tindakannya
tersebut?
Karakteristik penelitian studi kasus: (a) menyelidiki suatu kasus atau
masalah secara mendalam dan sistematis, (b) menghasilkan suatu
gambaran yang lengkap yang terorganisasi dengan baik, (c) lingkup
masalah dapat mencakup keseluruhan aspek kehidupan atau hanya
bagian-bagian

tertentu

dan

factor-faktor

yang

spesifik

saja,

tergantung tujuan studi, (d) sekalipun studi ini hanya menganalisis


unit-unit kecil dan spesifik tetapi dapat melibatkan variabel-variabel
dan kondisi-kondisi yang besar, (e) adanya suatu target, yaitu untuk
memecahkan

masalah,

dan

(f)

pada

umumnya

menggunakan

pendekatan longitudinal.
Contoh isu-isu dalam suatu kasus yakni peserta didik jarang masuk
sekolah, guru tidak disiplin dalam mengajar, peserta didik tidak naik
kelas, peserta didik sering tidur didalam kelas, dan lain-lain. Disini,

peneliti perlu mencari data berkenaan dengan pengalaman subjek


pada masa lalu, sekarang, lingkungan yang membentuknya, dan
factor-faktor penyebab munculnya kasus tersebut. Data diperoleh dari
berbagai sumber seperti teman, pimpinan (kepala sekolah), guru,
orang tua, termasuk subjek itu sendiri. Teknik memperoleh data
sangat komprehensif seperti observasi perilakunya, wawancara, studi
dokumentasi, tes, dan lain-lain tergantung pada kasus yang dipelajari.
Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu
sama lain, jika perlu dibahas atau didiskusikan dengan peneliti lain
sebelum menarik simpulan-simpulan penyebab terjadinya kasus atau
persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut. Studi kasus
mengisyaratkan pada penelitian kualitatif.
Keunggulan yaitu: (a) peneliti dapat mempelajari subjek secara
mendalam dan menyeluruh, (b) hasil studi dapat dijadikan informasi
awal untuk perencanaan penelitian yang lebih besar dan luas, (c)
karena dilakukan secara intensif, studi ini memberikan penjelasan
terhadap variabel-variabel penting, proses-proses, dan interaksiinteraksi yang memerlukan perhatian lebih intensif, (d) hasil studi
kasus

dapat

melengkapi

contoh-contoh

yang

berguna

untuk

mengilustrasikan penemuan-penemuan yang digeneralisasikan secara


statistik.
Kelemahan-kelemahan: (a) data yang diperoleh sifatnya subjektif,
maksudnya hanya berlaku untuk individu yang bersangkutan, (b) hasil
studi tidak dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu
yang lain, (c) karena focus studi terbatas pada unit-unit yang kecil,
studi-studi kasus dibatasi dalam keterwakilannya, (d) generalisasi
informasi sangat terbatas penggunaannya, sehingga tidak berlaku
terhadap populasi sampai ada penelitian lanjutan yang melengkapi
studi tersebut, (e) pemilihan kasus itu sendiri lebih kepada sifat
dramatiknya daripada sifat atau cirri kasus itu sendiri, atau dipilih
karena cocok dengan konsep peneliti sebelumnya, (f) jika hanya
menempatkan data pada satu konteks tertentu tanpa melihat konteks
yang

lain,

maka

penafsiran

subjektif

dari

peneliti

dapat

mempengaruhi hasil studi, dan (g) studi kasus tidak dapat menguji
hipotesis, tetapi dapat melahirkan hipotesis untuk penelitian lebih
lanjut.

2.5.9. Penelitian dan Pengembangan (Research and Development)


Penelitian dan pengembangan adalah rangkaian proses atau langkahlangkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan

produk

yang

telah

ada

agar

dapat

dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk


benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat
bantu pembelajaran dikelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga
perangkat

lunak

pengolahan

(software),

data,

laboratorium,

seperti

pembelajaran

ataupun

program

dikelas,

model-model

komputer

perpustakaan

pendidikan,

untuk
atau

pembelajaran,

pelatihan, bimbingan, evaluasi, sistem manajemen, dan lain-lain.


Metode

penelitian ini dianggap cukup ampuh untuk memperbaiki

praktik.
Penelitian

pendidikan

pada

umumnya

jarang

diarahkan

pada

pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan untuk menemukan


pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang
bersifat fundamental, serta praktik-praktik pendidikan. Penelitian dan
pengembangan

merupakan

metode

penghubung

atau

pemutus

kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan. Dalam


pelaksanaan

penelitian

dan

pengembangan,

terdapat

beberapa

metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif, evaluative, dan


eksperimental.
Metode

deskriptif

digunakan

dalam

penelitian

awal

untuk

menghimpun data tentang kondisi yang ada. Kondisi yang ada


mencakup: (a) kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan
perbandingan

atau

bahan

dasar

(embrio)

produk

yang

akan

dikembangkan, (b) kondisi pihak pengguna (dalam bidang pendidikan


misalnya sekolah, guru, kepala sekolah, siswa, serta pengguna
lainnya),

(c)

kondisi

factor-faktor

pendukung

dan

penghambat

pengembangan dan penggunaan dari produk yang akan dihasilkan,


mencakup

unsure

pendidik

dan

tenaga

kependidikan,

sarana

prasarana, biaya, pengelolaan, dan lingkungan pendidikan tempat


produk tersebut akan diterapkan.
Metode evaluative, digunakan untuk mengevaluasi produk dalam
proses uji coba pengembangan suatu produk. Produk penelitian
dikembangkan melalui serangkaian uji coba dan pada setiap kegiatan

uji coba diadakan evaluasi, baik itu evaluasi hasil maupun evaluasi
proses. Berdasarkan temuan hasil uji coba diadakan penyempurnaan
(revisi model).
Metode eksperimental, digunakan untuk menguji keampuhan produk
yang

dihasilkan.

pengukuran,

Walaupun

pengukuran

dalam

tahap

tersebut

uji

masih

coba

telah

dalam

ada

rangka

pengembangan produk, belum ada kelompok pembanding. Dalam


eksperimen

telah

diadakan

pengukuran

selain

pada

kelompok

eksperimen juga pada kelompok pembanding atau kelompok kontrol.


Pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan
secara acak atau random. Pembandingan hasil eksperimen pada
kedua kelompok tersebut dapat menunjukkan tingkat keampuhan dan
produk yang dihasilkan.

2.6.PENELITIAN DARI TINGKAT EKSPLANASI


Tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian menurut
tingkat

eksplanasi

adalah

penelitian

yang

bermaksud

menjelaskan

kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu


variabel dengan variabel yang lain.
2.6.1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada,
yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005 : 234). Penelitian ini bertujuan
menjelaskan fenomena dengan menggunakan angka-angka untuk
mencandrakan

karakteristik

individu

atau

kelompok.

Penelitian

deskriptif menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak. Tujuan


penelitian

dibatasi

untuk

menggambarkan

karakteristik

sesuatu

sebagaimana adanya.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi
pada

masa

sekarang.

Prosesnya

berupa

pengumpulan

dan

penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut.


Penelitian

deskriptif

dapat

bersifat

komparatif

dengan

membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu;


analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir
ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model
kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian
standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur
lain.
Dalam

penelitian

deskriptif

tidak

dimaksudkan

untuk

menguji

hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya


tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Memang ada kalanya
dalam penelitian ini ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak
terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptf tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
Contoh : Peneliti mengamati bahwa di kelurahan tempat mereka
tinggal terdapat banayak sekali anak-anak kecil berjualan di terminal
bus dan di stasiun. Peneliti yang kebetulan seorang guru bertanya
dalam hati kapan anak-anak ini sekolah karena menurut perkiraanya
mereka masih dalan usia sekolah dasar. Di dalam benak guru peneliti
ini berjejal pertanyaan mengenai nasib anak-anak kecil yang disangka
terpaksa berjualan seperti itu.
Penelitian yang dilakukannya merupaka penelitian deskriptif karena :
1. Penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tetapi hanya
ingin mengetahui keadaan tentang anak-anak kecil yang berjualan
tersebut misalnya:
1. Apakan anak-anak kecil itu sekolah?
2. Jika tidak apa sebabnya, dan bagaimanakah masa depan
mereka?
3. Jika

bersekolah

lalu

kapan

mereka

ini

belajar,

atau

bagaimana mereka membagi waktu?


2. Peneliti tidak ingin menghubungkan variabel yang satu dengan
variabel yang lain, tetapi hanya ingin mengetahui keadaan masingmasing variabel secara lepas.
3. Informasi yang diperoleh dari penelitian ini barangkali dapat
digunakan untuk merancang pendirian sekolah dengan pendekatan

non tradisional, misalnya belajar dengan modul. Dalam sistem


modul; anak-anak dapat belajar dalam waktu yang tidak terikat
oleh jadwal waktu. Modul yang harus dipelajari dapat dipinjam dan
dipelajari kapan saja, di mana saja sehingga walaupun berjualan
merea masih dapat belajar.
2.6.2. Penelitian Komparatif
Penelitian

komparatif

adalah

suatu

penelitian

yang

bersifat

membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian variabel


mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu
yang berbeda. Di dalam penelitian komparatif, peneliti melakukan
penyelidikan apakah terdapat perbedaan antara dua atau lebih
kelompok terhadap fenomena yang sedang dipelajai. Seperti dalam
penelitian deskriptif, dalam penelitian ini tidak ada manipulasi atau
kontrol langsung terhadap hal yang diteliti.
Contoh : Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan jenis
karangan antara siswa laki-laki dan perempuan; perbandingan tingkat
pemahaman

wacana

antara

anak

yang

membaca

dengan

menggunakan musik dan anak yang membaca tanpa mendengarkan


musik.
2.6.3. Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan
penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu
gejala.

3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


3.1.PENGERTIAN TEHNIK PENGUMPULAN DATA.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini
adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benarbenar didapat data yang valid dan reliable.

Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu


tahap yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang
akan

dilaksanakan

tersebut.

Kesalahan

dalam

melaksanakan

pengumpulan data dalam satu penelitian, akan berakibat langsung


terhadap proses dan hasil suatu penelitian.
Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji
validitas

dan

reliabilitasnya.

Secara

sederhana,

pengumpulan

data

diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk


mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi
lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Dalam prakteknya,
pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui pendekatan penelitian
kuantitatif

dan

kualitatif.

Dengan

kondisi

tersebut,

pengertian

pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang menggambarkan


proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam penelitian kuantitatif
dan penelitian kualitatif. Pengumpulan data, dapat dimaknai juga sebagai
kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan
yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk penelitian
kualitatif), atau menguji hipotesis (untuk penelitian kuantitatif).
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi
penelitian, apakah kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif
dikenal teknik pengumpulan data: observasi, focus group discussion
(FGD), wawancara mendalam (indent interview), dan studi kasus (case
study).

Sedangkan

dalam

penelitian

kuantitatif

dikenal

teknik

pengumpulan data: angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi.


3.2.Teknik Pengumpulan Data Kuantitatif
3.2.1. WAWANCARA
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka
antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat
yang dinamakan panduan wawancara.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah


respondennya sedikit/ kecil.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu
dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga
kuesioner adalah sebagai berikut:
Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu

tentang dirinya sendiri.


Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah

benar dan dapat dipercaya.


Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang


dimaksudkan oleh si peneliti.
Wawancara

dapat

dilakukan

secara

terstruktur

maupun

tidak

terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka maupun lewat


telepon
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara :
a. Pedoman wawancara tidak terstruktur
Yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang
akan ditayakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat
diperlukan.

Pewawancaralah

responden.

Adapun

sebagai

contohnya

pengemudi

adalah

jawaban

sebagai

berikut:

Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan-kebijakan


Rektor terhadap UKM-UKM yang ada di IAIN Syekh Nurjati
Cirebon?dan bagaimana dampaknya terhadap mahasiswa!.

b.

Pedoman wawancara terstruktur


Yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci
sehingga

menyerupai

chek

list.

Wawancara

terstruktur

digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau


pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa
yang

akan

wawancara,

diperoleh.
pengumpul

Oleh
data

karena
telah

itu

dalam

menyiapkan

melakukan
instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif


jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur
ini

setiap

responden

diberi

pertanyaan

yang

sama,

dan

pengumpul data mencatatnya.


Dalam

melakukan

wawancara,

selain

harus

membawa

instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul


data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar,

brosur dan material lain yang dapat membantu

pelaksanaan wawancara berjalan lancar.


3.2.2. KUESINER (ANGKET)
Kuesioner

merupakan

suatu

teknik

pengumpulan

data

yang

dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau


pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden (Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa
prinsip penulisan angket yaitu sebagai berikut:
a. Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi
pertanyaan

tersebut merupakan

bentuk

pengukuran

atau

bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat


pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
b. Bahasa

yang

penulisan

digunakan,

angket

harus

bahasa

yang

disesuaikan

digunakan

dengan

dalam

kemampuan

berbahasa responden.
c. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket
dapat berupa terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa
terstruktur dan tidak terstruktur),

dan bentuknya dapat

menggunakan kalimat positif dan negatif.


d. Pertanyaan tidak mendua
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa

f.

Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan


tidak menggiring pada jawaban yang baik saja atau yang jelek
saja.

g. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak


terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden
dalam mengisi.
h. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai
dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang
mudah menuju hal yang sulit.

Ada beberapa jenis kuesioner yang dapat digunakan dalam proses


pengumpulan data, yaitu:
1. Kuesioner tertutup
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah
dalm bentuk pilihan ganda. Jadi kuesioner jenis ini responden tidak
diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat.
2. Kuesioner terbuka
Merupakan

angket

atau

pertanyaan-pertanyaan

yang

diberikan

kepada responden yang memberikan keleluasaan kepada responden


untuk memberikan pendapat sesuai dengan keinginan mereka.

Kelebihan teknik kuesioner, antara lain:

Jumlah

responden

dapat

dalam

jumlah

yang

besar

dan

cakupannya cukup luas, karena kuesioner dapat dikirim melalui


pos.

Biaya yang dibutuhkan dengan teknik ini relative murah.

Responden tidak perlu orang yang mempunyai keahlian dan


wawasan

yang

luas,

cukup

orang

permasalahan dalam penelitian.


Kekurangan teknik kuesioner, antara lain:

yang

terkait

dengan

Tingkat pengembalian kuesioner rendah, jika dikirim melalui pos.

Teknik kuesioner hanya dapat diberikan kepada responden yang


dapat membaca.

Bila pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ditafsirkan salah oleh


responden, maka hasil penelitian tidak akurat.

Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa dalam


proses pembuatan kuesioner sebagai berikut:
1. Gunakan bahasa atau kata-kata yang sederhana agar mudah
dipahami oleh responden.
2. Hindari penggunaan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
3. Pertanyaan harus singkat.
4. Hindari pemilihan kata yang bermakna ganda.
5. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat.
6. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknik
cukup akurat.
3.2.3. OBSERVASI
Observasi atau pengamatan langsung adalah pengumpulan data
dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan
objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga
didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian
tersebut.
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai
instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun berisi itemitem tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari
peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat
data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan

kemudian

mengadakan

penilaian

kepada

skala

bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan


hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut

apakah

sangat

kurang,

atau

tidak

sesuai

dengan

apa

yang

dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).


Ada beberapa komponen yang tercakup dalam proses pengumpulan
data dengan metode observasi, antara lain:
a.

Pemilihan

b.

Pengubahan

c.

Pencatatan

d.

Pengodean

e.

Tujuan empiris
Teknik pengumpulan data dengan observasi dapat dibedakan

berdasarkan keterlibatan pengamat dan cara pengamatan.


a.

Berdasarkan keterlibatan pengamatan dibagi dua, yaitu:


1. Observasi partisipasi
Di mana pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan subjek yang diteliti atau yang sedang diamati.
2. Observasi tak partisipasi
Di mana pengamat berada di luar subjek yang sedang diteliti
atau diamati.

b.

Berdasarkan cara pengamatan dibagi dua, yaitu:


1. Observasi terstruktur
Dengan cara ini pengamat dalam proses pengumpulan data
menggunakan pedoman pengamatan.
2. Observasi tidak terstruktur
Dengan cara ini pengamat dalam proses pengumpulan data
tidak menggunakan pedoman pengamatan.

Kelebihan teknik observasi, antara lain:


-

Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat


hal-hal,

perilaku

pertumbuhan,

dan

sebagainya,

sewaktu

kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang


terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan data-data
dari ingatan seseorang.
-

Pengamatan dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan


berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan
penelitian. Sering subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal
dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu atau enggan.
Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan
(observasi) langsung
o

Kekurangan teknik observasi, antara lain:

Memerlukan

waktu

yang

relatif

lama

untuk

memperoleh

pengamatan langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat


penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka
seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut.
-

Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu


fenomena

yang

berlangsung

lama,

contohnya

kita

ingin

mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional


menjadi masyarakat modern, akan sulit atau tidak mungkin
dilakukan.
-

Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya


kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya
pribadi, seperti kita ingin mengetahui perilaku anak saat orang
tua

sedang

bertengkar,

kita

tidak

mungkin

melakukan

pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut karena


kurang jelas.
Manfaat Observasi
Menurut Patton sebagaimana dikutip Nasution, manfaat observasi
adalah sebagai berikut.
1. Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu
memahami konsteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi
akan dapat diperoleh padangan yang holistik atau menyeluruh.
2. Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,
sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan

induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan


sebelumnya.

Pendekatan

induktif

membuka

kemungkinan

melakukan penemuan.
3. Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang
atau tidak diamati orang lain. Khususnya orang yang berada
dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena
itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
4. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang
sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam
wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena
dapat merugikan nama lembaga.
5. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di
luar

persepsi

responden,

sehingga

peneliti

memperoleh

gambaran yang komperhensif.


6. Melalui

pengamatan

dilapangan,

peneliti

tidak

hanya

mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesankesan pribadi, dan merasakan suasana atau situasi sosial yang
diteliti.

Langkah-langkah Observasi
Dalam hal melaksanakan penelitian tindakan kelas dilakukan secara
kolabiratif, maka secara umum pelaksanaan observasi perlu dilakukan
dalam tiga fase kegiatan, yaitu pertemuan perencanaan; pelaksanaan
observasi kelas; dan pembahasan balikan.

3.2.4. TES
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno testum artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Tes juga dapat
didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek

perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes. Dapat disimpulkan


bahwa Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian

tugas

sehingga

dapat

dihasilkan

nilai

yang

melambangkan tingkah laku peserta tes.


a. Fungsi tes
1. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik (tingkat
perkembangan yang dicapai)
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
b.

Pembagian Tes
a. Berdasarkan fungsinya:
1.

Tes seleksi

2.

Tes tes awal

3.

Tes akhir

4.

Tes diagnostik

5.

Tes formatif

6.

Tes sumatif

b. Berdasarkan aspek psikis:


1.

Tes intelegensi

2.

Tes kemampuan

3.

Tes sikap

4.

Tes kepribadian

5.

Tes hasil belajar

c. Berdasarkan banyaknya orang:


1.

Tes individu

2.

Tes kelompok

d. Berdasarkan waktu:

1. Power test
2. Speed test
e. Berdasarkan bentuk respon:
1. Verbal test
2. Nonverbal test
f.

Berdasarkan cara mengajukan pertanyaan dan jawaban:


1. Tes tertulis
2. Tes lisan

Bentuk tes yang sering dipakai dalam proses belajar mengajar pada
hakikatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Tes tertulis (written tes) : suatu tes yang menuntut siswa
memberikan jawaban secara tertulis .
2. Tes obyektif: tes tertulis yang menuntut siswa memilih jawaban
yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas. Tes
ini dibuat sedemikian rupa, sehingga hasil tes tersebut dapat dinilai
secara obyektif, dinilai oleh siapapun akan menghasilkan nilai yang
sama. Tes objektif jawabannya ringkas dan pendek (short answer
test).
Bentuk-bentuk tes subjektif ini adalah :
1). Essai bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan
uraian secara bebas. Sesuai dengan apa yang diketahuinya.
Kelemahan dalam bentuk ini adalah sukar menentukan standar
jawaban yang benar sebab jawaban siswa sifatnya beraneka ragam.
2). Essai terbatas, yakni yang soalnya menuntut jawaban dalam
bentuk uraian yang telah terarah. Tes uaraian ini lebih mudah
memeriksanya, karena dapat lebih mudah ditetapkan standar
jawaban yang benar.
4. Tes Lisan (oral test) : Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur
aspek yang terkait dengan kemampuan komunikasi. Tes lisan juga

dapat digunakan untuk menguji siswa baik secara individual ataupun


kelompok.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes lisan :
a) Janganlah

guru

memberikan

membentak

jawaban

siswa

yang

karena

menurut

siswa

penilaian

itu
guru

merupakan jawaban yang salah.


b) Jangan pula ada kecenderungan untuk membantu seorang
murid yang sedang dites dengan memberikan kunci-kunci
jawaban tertentu karena kita merasa kasihan atau simpati
pada murid itu.

3.2.5. DOKUMEN
Dokumentasi sering dicontohkan dengan foto-foto baik dalam acara
tertentu maupun dalam penelitian. Namun perlu dicermati bahwa
yang dimasud dokumentasi tidak hanya foto-foto saja. Contoh
dokumentasi yang dimaksud dalam artikel kali ini adalah gambar,
tulisan, buku, monografi dan lain sebagainya.

Menurut Sugiyono (2011:329-330)


Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen

bisa

monumental
misalnya

dari

catatan

berbentuk

tulisan,

seseorang.
harian,

gambar,

Dokumen

sejarah

yang

kehidupan,

atau

karya-karya

berbentuk
ceritera,

tulisan
biografi,

peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya


foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film,
dan lain-lain. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan
lebih kridibel atau dapat dipercaya kalau di dukung oleh sejarah
pribadi kehidupan masa kecil, sekolah, di tempat kerja, di masyarakat,
dan autobografi.

Kelemahan Dokumentasi

Perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki kredibilitas


yang tinggi, sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan
keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu.
Demikian juga autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering
subjektif.

4. VARIABEL PENELITIAN
4.1.PENGERTIAN VARIABEL
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi

tentang

hal

tersebut,

kemudian

ditarik

kesimpulannya.

(Sugiyono, 2007)
Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :

Hatch & Farhady (1981)


Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang
mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu
obyek dengan obyek yang lain.

Kerlinger (1973)
Variable

adalah

konstruk

(constructs)

atau

sifat

yang

akan

dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan,


status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktifitas kerja, dll.
Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari
suatu nilai yang berbeda (different values).
Dengan demikian, Variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.

Kidder (1981)
Variable

adalah

suatu

kualitas

qualities)

dimana

peneliti

mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Bhisma Murti (1996)


Variable didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi
nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.

Berdasarkan

pengertian

pengertian

di

atas,

maka

dapat

dirumuskan definisi Varibel Penelitian Adalah :

Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

Kegunaan Variabel Penelitian


1. Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data.
2. Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data.
3. Untuk pengujian hipotesis

Variabel Penelitian yang baik :


1. Relevan dengan tujuan penelitian.
2. Dapat diamati dan dapat diukur.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu Diidentifikasi, Diklasifikasi dan
Didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak
menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta
dalam pengujian hipotesis.
4.2.JENIS JENIS VARIABEL
4.2.1. Variabel independent
Variable ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Variabel
Pengaruh, atau Variable Bebas. Variabel Bebas adalah variabel yang
mempengaruhi

atau

yang

menjadi

sebab

perubahannya

atau

timbulnya variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai Variabel


Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.
Contoh : Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Variable independent / bebas

4.2.2. Variabel Dependen


Sering disebut sebagai Variabel Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel
Terikat atau Variabel Tergantung. Variabel Terikat merupakan Variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh
variabel bebas/variabel independent.

Contoh :
Pengaruh Therapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan
Variable dependen / terikat
4.2.3. Variable moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat
dan Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel
Terikat.
Contoh: Hubungan Variabel Independen Moderator Dependen :
Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila
peranan dosen dalam menciptakan iklim/lingkungan belajar sangat
baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan dosen kurang baik
dalam menciptakan iklim belajar.
4.2.4. Variable intervening
Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan an intervening variable is
that factor that theoretically affect the observed phenomenon but
cannot be seen, measure, or manipulate. Variabel Intervening adalah
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel
Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur.
Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara
Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak
secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel
Terikat.
Contoh :
Tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak
langsung

terhadap umur harapan

hidup. Di sini

ada varaibel

antaranya yaitu yang berupa Gaya Hidup seseorang. Antara variabel


penghasilan dan gaya hidup terdapat variabel moderator yaitu Budaya
Lingkungan Tempat Tinggal.
4.2.5. Variable control
Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat
tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol
sering

dipakai

oleh

peneliti

dalam

penelitian

yang

bersifat

membandingkan, melalui penelitian eksperimental.


Contoh :
Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan
Pertolongan.
misalnya

Variabel

Metode

Bebasnya

Ceramah

&

adalah

Metode

Metode

Pembelajaran,

Demonstrasi.

Sedangkan

Variabel Kontrol yang ditetapkan adalah sama, misalnya Standard


Keterampilan sama, dari kelompok mahasiswa dengan latar belakang
sama (tingkat/semesternya sama), dari institusi yang sama. Dengan
adanya Variabel Kontrol tersebut, maka besarnya pengaruh Metode
Pembelajaran terhadap Penguasaan Keterampilan dapat diketahui
lebih pasti.

4.3.CARA MENGUKUR VARIABEL


Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala
Pengukuran, yaitu :
4.3.1. Skala Nominal
Skala Nominal Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota
anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki
perbedaan dari anggota himpunan yang lain.
Misalnya :

Jenis Kelamin : dibedakan antara laki laki dan perempuan.

Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang.

Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB.

Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.

Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak


dsb.

Skala

Nominal,

Variasinya

tidak

menunjukkan

Perurutan

atau

Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam


Skala

Nominal

tidak

dapat

dipastikan

apakah

kategori

satu

mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori
yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori
yang lain:
4.3.2. Skala Ordinal
Skala Ordinal Adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan
tingkatan.
Skala

Ordinal

Adalah

Himpunan

yang

beranggotakan

menurut

rangking, urutan, pangkat atau jabatan.


Skala Ordinal adalah Kategori yang dapat diurutkan atau diberi
peringkat.
Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai
ke

variasi

nilai

yang

lain

tidak

jelas,

sehingga

yang

dapat

dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih


rendah daripada nilai yang lain.
Contoh :
o

Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT.

Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah.

Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II,


dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat
daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium
II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya
perbedaan keparahan itu.

Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu ragu,


Tidak Setuju.

4.3.3. Skala Interval


Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai
satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat
dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan
antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat
diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat
dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama,
Lebih Kecil..dsb); tetapi Nilai Mutlaknya TIDAK DAPAT DIBANDINGKAN
secara Matematis, oleh karena itu batas batas Variasi Nilai pada
Skala Interval bersifat ARBITRER (ANGKA NOL-nya TIDAK Absolut).
Contoh :
Temperature / Suhu Tubuh : sebagai skala interval, suhu 360Celcius
jelas lebih panas daripada suhu 240Celcius. Tetapi tidak bisa
dikatakan bahwa suhu 360Celcius 1 kali lebih panas daripada suhu
240Celcius. Alasannya : Penentuan skala 00Celcius Tidak Absolut
(=00Celcius tidak berarti Tidak Ada Suhu/Temperatur sama sekali).
Tingkat Kecerdasan, Jarak, dsb.
4.3.4. Skala Ratio = Skala Perbandingan.
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga
variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai
nilai NOL ABSOLUT )
Misalnya :
o

Tinggi Badan : sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 Cm dapat


dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120
Cm, hal ini JUGA dapat dikatakan Bahwa : tinggi badan 180
adalah 1 kali dari tinggi badan 120 Cm.

Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan Tidak


Ada Sama Sekali denyut nadinya.

Berat Badan.

Dosis Obat, dsb.

Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan
Nominal berturut turut memiliki nilai kuantitatif dari yang Paling

Rinci ke yang Kurang Rinci. Skala Ratio mempunyai sifat sifat yang
dimiliki Skala Interval, Ordinal dan Nominal. Skala Interval memiliki ciri
ciri yang dimiliki Skala Ordinal dan Nominal, sedangkan Skala
Ordinal memiliki sifat yang dimiliki Skala Nominal.
Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya
Transformasi Skala Ratio dan Interval menjadi Ordinal atau Nominal.
Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing.
Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic
tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk
Ordinal atau Nominal.
Sebaliknya, Skala Ordinal dan Nominal tidak dapat diubah menjadi
Interval atau Ratio. Skala Nominal yang diberi label 0, 1 atau 2 dikenal
sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian
label 1 untuk laki laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti
kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian,
perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki laki.
Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori
huruf

(Alfabet)

menjadi

kategori

Angka

(Numerik),

sehingga

memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran


pada Pengujian Hipotesis).
4.4.KORELASI ANTAR VARIABEL
4.4.1. Korelasi Simetris
Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan,
tetapi tidak ada mekanisme pengaruh mempengaruhi ; masing
masing bersifat mandiri.
Korelasi Simetris terjadi karena :

a. Kebetulan.
Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.
b. Sama sama merupakan akibat dari factor yang sama (Sebagai
akibat dari Variabel Bebas)

Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya


merupakan

variable

terikat

dari

variable

bebas

yaitu

Pertumbuhan.
c. Sama sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama.
Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan
ketahanan

kontraksi

otot;

Keduanya

merupakan

indicator

Kemampuan Kontraksi Otot.


4.4.2. Korelasi Asimetris
Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable
yang satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas
dan Variable Terikat )
Contoh: Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan
arterosklerosis.
4.4.3. Korelasi Timbal Balik
Korelasi Timbal Balik adalah Korelasi antar dua variable yang antar
keduanya saling pengaruh mempengaruhi.
Contoh :
Korelasi

antara

Malnutrisi

dan

Malabsorbsi.

Malabsorbsi

akan

mengakibatkan Malnutrisi, sedangkan Malnutrisi mengakibatkan atrofi


selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi.
Korelasi antar Variabel ini akan Lebih Jelas maknanya pada saat
Pembahasan tentang Hipotesis.

5. INSTRUMEN PENELITIAN
A.

PENGERTIAN INSTRUMEN PENELITIAN


Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah. Instrumen
penelitian dapat diartikan pula sebagai alat untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis
serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau

menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu
penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya

mengumpulkan

agar

kegiatan

tersebut

menjadi

sistematis dan di permudah olehnya.


Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif
tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.

Instrumen

pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat


yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatifkeadaan

dan

aktivitas

atribut-atribut

psikologis.

Atibut-atribut

psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut


kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk
atribut kognitif,perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk
atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel

yang

sedang diteliti.
B.

INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUALITATIF


Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian

kualitatif

adalah peneliti itu sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat


bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset,
atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat
tergantung pada peneliti itu sendiri. Oleh karena dalam penelitian
kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti
itu sendiri, maka peneliti harus divalidasi. Validasi terhadap peneliti,
meliputi;

pemahaman

metode

penelitian

kualitatif,

penguasaan

wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk


memasuki objek penelitian -baik secara akademik maupun logiknya(Sugiono,2009:305).
Peneliti kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan
fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiono,2009:306).
Peneliti sebagai instrumen atau alat penelitian karena mempunyai ciriciri sebagai berikut:

1. peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala


stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna
atau tidak bagi penelitian,
2. peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua
aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data
sekaligus,
3. tiap situasi merupakan keseluruhan artinya tidak ada suatu
instrumen

berupa

test

atau

angket

yng

dapat

menangkap

keseluruhan situasi kecuali manusia,


4. suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat
dipahami dengan pengetahuan semata dan untuk memahaminya,
kita

perlu

sering

merasakannya,

menyelaminya

berdasarkan

pengetahuan kita,
5. peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest
hipotesis yang timbul seketika,
6. hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan
menggunakan

data

yang

segera

dikumpulkan
sebagai

pada

balikan

suatu

untuk

saat

dan

memperoleh

penegasan, perubahan, perbaikan atau perlakuan (Sugiono 2009:


308).
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping
memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan.
Kelebihannya antara lain:
1. Peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa
yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti
akan lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang
tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah
salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian kualitatif.
2. Peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah
mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam
penelitian

kualitatif,

pengumpulan

data

tidak

dibatasi

oleh

instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian


pada variabel-variabel tertentu saja.
3. Peneliti
dapat
langsung
melakukan

pengumpulan

data,

menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan


secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang
sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang

"mengkonstruksi"

realitas

yang

tersembunyi

(tacit)

di

dalam

masyarakat.
Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah
1. Tidak mudah menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai
peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus dalam penelitian
kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar
mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan
pikiran-pikirannya sendiri.
2. Pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai
instrumen utama ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti
dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil penelitian.
Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan "insight"
(wawasan) untuk menangkap simbol-simbol dan makna-makna
yang

tersembunyi.

Lyotard

(1989)

mengatakan

"lantaran

pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali


mengalami kesulitan untuk mengungkapkannya dalam bentuk
tertulis".
3. Peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan
mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada subjek yang
ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian dianggap selesai
jika

kesimpulan

telah

diambil

dan

hipotesis

telah

diketahui

statusnya, diterima atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap


dengan hasil penelitian yang bersifat plural (beragam), sering tidak
terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancarancar waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu)
dalam penelitian kualitatif tidak mungkin dicapai seperti dalam
penelitian kuantitatif.
C.

INSTRUMEN PENELITIAN UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF


Jika dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian

adalah

penelitinya sendiri, maka dalam penelitian kuantitatif, instrumen harus


dibuat dan menjadi perangkat yang "independent" dari peneliti.
Peneliti harus mampu membuat instrumen sebagus mungkin, apapun
instrumen itu.
Pada umumnya instrument penelitian dalam penelitian kuantitatif
terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes sebagai instrument penelitian
adalah suatu alat yang berisi serangkaian soal-soal yang harus dijawab
oleh responden untuk mengukur suatu aspek tertentu, sesuai dengan

tujuan penelitian.

Selain tes, terdapat instrumen berupa nontes,

seperti skala sikap atau daptar pernyataan untuk digunakan bagi


peneliti yang menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket,
pedoman

wawancara

untuk

peneliti

yang

menggunakan

teknik

intervieu atau wawancara, pedoman observasi untuk peneliti yang


menggunakan teknik observasi, dan lainnya.
Skala bertingkat (ratings) adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat
berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar,
tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau
orang. Intrumen ini dapat dengan mudah menberikan gambaran
penampilan, terutama panampilan di dalam orang menjalankan tugas,
yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Pedoman wawancara berisi sebuah daftar pertanyaan yang mungkin
akan diajukan kepada responden.Sedangkan pedoman observasi berisi
sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
D.

LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN INSTRUMEN


Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan
instrumen penelitian, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

E.

Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.


Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
Mencari indikator dari setiap dimensi.
Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
Petunjuk pengisian instrumen.

VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Semua instrumen (baik yang tes maupun non tes) harus memiliki
dua syarat yaitu Valid dan reliabel. Valid berarti instrumen secara
akurat mengukur objek yang harus diukur. Reliabel berarti hasil
pengukuran konsisten dari waktu ke waktu.
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh
dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen
menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi
dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan
instrumen

didefinisikan

sebagai

sejauh

mana

bahwa

validitas

instrumen

itu

merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur.


Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil

perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh


orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau
kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang
berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah
akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali
dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur

menurutnya

adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu
dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras

dengan timbangan beras,

mengukur panjang kain dengan meter,

dan sebagainya.
Reliabilitas mempunyai tiga dimensi yaitu Stabilitas, Ekivalensi, dan
Konsistensi Internal (O'Sullivan & Rassel, 1995). Stabilitas mengacu
pada kemampuan instrumen untuk menghasilkan data yang sama dari
waktu ke waktu (dengan asumsi objek yang diukur tidak berubah)
Ekivalensi mengacu pada kemampuan dua atau lebih macam
instrumen yang dibuat dua atau lebih peneliti untuk mengukur satu hal
yang sama. Misalnya, dua peneliti mengukur penggunaan listrik di
suatu aula. Dua peneliti ini menggunakan dua instrumen yang
berbeda. Tetapi jika temuan kedua peneliti ini sama, maka instrumen
mereka memilki sifat "ekivalen".
Konsistensi internal tercapai jika semua item dalam instrumen
mengukur satu hal yang sama. Jika terdapat 10 pertanyaan tentang
motivasi, maka ke 10 pertanyaan itu mengukur hal yang sama
(motivasi).
F.

PENGUJIAN VALIDITAS INSTRUMEN


Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1. Pengujian Validitas Konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan
dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas
kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas
kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk
mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan
pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspekaspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya

dikonsultasikan

dengan

pendapatnya tentang instrumen yang

ahli.

Para

ahli

diminta

telah disusun itu. Jumlah

tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya


mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan
dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian
validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi (Content)
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur
efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun
instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui
pelaksanaan

program,

maka

instrumen

program yang telah direncanakan.


Untuk instrumen yang berbentuk

disusun
tes,

berdasarkan

maka

pengujian

validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi


instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen
memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti
instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisikisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur,
dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka
pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas
eksternal

instrumen

diuji

dengan

cara

membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang


ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok
pegawai.

Maka

kriteria

kinerja

pada

instrumen

tersebut

dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang


kinerja

yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria

dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan


instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

G.

PENGUJIAN RELIABILITAS INSTRUMEN


Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat
dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian
dilakukan dengan test retest (stability), equivalent, dan gabungan
keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik
tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden
yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang
berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan
pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan
signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara
bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun
pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut
ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua dan berbeda, pada
Reliabilitas
instrumen

diukur

dengan

yang

satu

cara

responden yang sama.

mengkorelasikan

dengan

instrumen

ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan,

antara

yang

data

dijadikan

maka instrumen

dapat dinyatakan reliabel.


3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen
yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini
merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan
selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali
pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis
keenam koefisien

reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu

semuanya positif dan signifikan, maka dapat

dinyatakan bahwa

instrumen itu reliabel.


4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen

sekali saja, kemudian data

yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil

analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.


Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah
dua dari Spearman Brown (Sp lit half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

6. TEKNIK ANALISIS DATA PENELITIAN


6.1.JENIS-JENIS ANALISIS DATA
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka
memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini disebabkan, data
akan menuntun kita ke arah temuan ilmiah, bila dianalisis dengan teknikteknik yang tepat. Data yang belum dianalisis masih merupakan data
mentah. Dalam kegiatan penelitian, data mentah akan memberi arti, bila
dianalisis dan ditafsirkan.
Dalam rangka analisis dan interpretasi data, perlu dipahami tentang
keberadaan data itu sendiri. Secara garis besar, keberadaan data dapat
digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Data bermuatan kualitatif
Data bermuatan kualitatif disebut juga dengan data lunak. Data
semacam ini diperoleh melalui penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif, atau penilaian kualitatif. Keberadaan data
bermuatan kualitatif adalah catatan lapangan yang berupa catatan
atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf yang diperoleh dari
wawancara

menggunakan

pertanyaan

terbuka,

observasi

partisipatoris, atau pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau


peninggalan. Untuk memperoleh arti dari data semacam ini melalui
interpretasi data, digunakan teknik analisis data kualitatif, seperti
yang telah diuraikan pada bab di atas.
2. Data bermuatan kuantitatif
Keberadaan

data

bermuatan

kuantitatif

adalah

angka-angka

(kuantitas), baik diperoleh dari jumlah suatu penggabungan ataupun


pengukuran. Data bermuatan kuantitatif yang diperoleh dari jumlah
suatu penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh
data seperti ini adalah angka-angka hasil sensus, angka-angka hasil
tabulasi

terhadap

jawaban

terhadap

angket

atau

wawancara

terstruktur. Adapun data bermuatan kuantitatif hasil pengukuran

adalah skor-skor yang diperoleh melalui pengukuran, seperti skor tes


prestasi

belajar,

skor

skala

motivasi,

skor

timbangan,

dan

semacamnya.

6.2.TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisis data ada dua, yaitu teknik analisis data kuantitatif dan
teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif berbeda
dengan kualitatif.

6.2.1. Teknik Analisis data kuantitatif


Analisis data dalam kuantitatif menggunakan pendekatan statistik.
Dalam teknik analisis data menggunakan statistik, terdapat dua
macam

statistik

yang

digunakan

yaitu

statistik

deskriptif

dan

inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan non


parametris.
a. Statistik deskriptif
Statistik

deskreptif

menganalisis

data

adalah

statistik

dengan

cara

yang

digunakan

untuk

mendeskripsikan

atau

menggambarkan data yang telah terkumpul. Yang termasuk


dalam statistik deskriptif antara lain distribusi frekuensi, distribusi
persen dan pengukuran tendensi sentral.
Tabel distribusi frekuensi yaitu menggambarkan pengaturan data
secara teratur didalam suatu tabel. Data diatur secara berurutan
sesuai besar kecilnya angka atau digolongkan didalam kelas-kelas
yang sesuai dengan tingkatan dan jumlah yang sesuai didalam
kelas.
b. Frekuensi kumulatif
Adalah frekuensi yang dihitung secara meningkat kaeatas dari
frekuensi yang paling rendah sampai dengan yang paling tinggi.

Contoh
Penghasilan perbulan
Rp 500.000-1.000.000
>1.000.000-1.500.000
>1.500.000-2.000.000
>Rp 2.000.000-2.500.000
Jumlah

frekuensi
10
15
20
5
50

Frekuensi kumulatif
50
40
25
5
120

Pengukuran Tendensi sentral


Cara lain

menggambarkan

statistik deskriptif ialah

dengan

menggunakan tendensi sentral. Contoh bilangan tendensi sentral


ialah mean (rata-rata), median dan mode. Tendensi sentral
berguna untuk menggambarakan bilangan yang dapat mewakili
suatu kelompok bilangan tertentu.
Mean

Dapat dicari dengan menjumlahkan semua nilai kemudian


dibagi dengann banyaknya individu. Rumusnya Dimana M =
mean; X = jumlah data dan N = jumlah individu

Mode

Mode merupakan nilai yang jumlah frekuensinya paling


besar. Untuk mencari nilai mode dapat dilihat pada jumlah
frekuensi yang paling besar.

Median

merupakan nilai tengahyang membatasi setengah frekuensi


bagian bawah dan setengah frekuensi bagian atas.

c. Statistik inferensial
Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif
atau

statistik

probabolitas

adalah

teknik

statistik

yang

digunakan

untuk

menganalisis

data

sampel

dan

hasilnya

diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan


bila

sampel

diambil

dari

populasi

yang

jelas

dan

teknik

pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random.


Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan
yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu
kebenarannya bersifat peluang (probability). Suatu kesimpulan
dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu
mempunyai peluang kesalahan dan kebenarannya (kepercayaan)
dan yang dinyatakan dalam bentuk prosentase. Bila peluang
kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila peluang
kesalahan 1%, maka taraf kepercayaan 99%. Peluang kesalahan
dan kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi.
d. Statistik Parametris dan Nonparametris
Pada statistik parametris digunakan untuk menguji parameter
populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui
data sampel. Dalam ststistik hipotesis yang diuji adalah hipotesis
nol,

karena

tidak

dikehendaki

adanya

perbedaan

antara

parameter populasi dan statistik (data yang diperoleh dari


sampel).

Statistik

nonparametris

tidak

menguji

parameter

populasi, tetapi menguji distribusi.


Penggunaan

statistik

parametris

dan

nonoparametris

tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis.


Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis
data

interval

dan

rasio,

sedangkan

statistik

nonparametris

kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.


Dalam tabel terlihat bahwa statistik parametris digunakan untuk
menganalisis

data

interval

dan

rasio,

dan

nonparametris

digunakan untuk data nominal dan ordinal. Jadi untuk menguji


hipotesis

dalam

penelitian

kuantitatif

yang

menggunakan

statistik, ada dua hal utama yang harus diperhatikan yaitu macam
data dan bentuk hipotesis yang diajukan.
o

Teknik analisis statistik parametrik


Teknik analisis statis meliputi korelasi pearson (Pearson
Product Moment Correlation), korelasi spearman, dan uji T.

1.

Korelasi Pearson (Pearson Product Moment Correlation)

Kegunaan : menentukan hubungan antara dua variable


yang berskala interval (skala yang menggunakan angka
sebenarnya), korelasi ini termasuk kedalam uji statistik
parametrik.

Besarnya

korelasi

0-1.

korelasi

dapat

berupa positif yang artinya searah jika variabel besar


maka variabel kedua juga besar pula. Korelasi negatif
(berlawanan arahj ika variabel pertama besar maka
variabel

kedua

kecil).

Patokan

hasil

perhitungan

korelasi sbbg :
< 0,20

: hubungan dapat dianggap tidak

ada
< 0,20-0,40 : hubungan ada tetapi rendah
< 0,40-0,70 : hubungan cukup
> 0,70-0,90 : hubungan tinggi
> 0,90-1,00 : hubungan sangat tinggi
o

Uji T
Kegunaan : Uji T digunakan untuk membandingkan rata-rata
dua populasi dengan data yang berskala interval.

Teknik analisis statistik non parametrik


a. Korelasi Spearman (Spearman Rank Order Correlation)
Kegunaan

korelasi

spearman

berfungsi

untuk

menentukan besarnya hubungan dua variable (gejala)


yang berskala ordinal atau tata jenjang. Biasanya data
yang dianalisis adalah angka yang berjenjang misalnya
1, 2, 3, 4, 5. Angka tersebut hanya simbol saja. Oleh
karena

itu,

korelasi

ini

termasuk

uji

statistik

non

parametrik.
b. Chi Square
Kegunaan : untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara variable bebas dengan variable tergantung,

Syarat untuk menggunakan chi square maka data harus


berskala nominal.
Contoh kasus :
Sebuah

perusahaan

baju

wanita

ingin

melakukan

penelitian mengenai hubungan antara kontras suara dan


keputusan membeli baju. Kita akan mencari apakah ada
hubungan atau tidak antara variabel kontras warna
dengan keputusan membeli baju.
6.2.2. Teknik Analisis data kualitatif
Teknik analisis data kualitatif dilakukan dari sebelum penelitian,
selama penelitian, dan sesudah penelitian.
a. Teknik analisis sebelum di lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Focus penelitian ini masih bersifat sementara
dan berkembang setelah memasuki dan selama di lapangan.
b. Teknik analisis selama di lapangan model Miles dan Huberman
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu. Analisis data ini dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas
hingga datanya sudah jenuh.
Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya.
Misal pada bidang pendidikan, setelah peneliti memasuki setting
sekolah sebagai tempat penelitian, maka dalam meraduksi data
peneliti

akan

memfokuskan

pada

murid

yang

memiliki

kecerdasan tinggi dengan mengkatagorikan pada aspek gaya


belajar, perilaku social, interalsi dengan keluarga dan lingkungan.
2. Data Display (penyajian data)

Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data


dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori,
dsb. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif

adalah

bersifat

naratif.

Ini

dimaksudkan

untuk

memahami apa yangterjadi, merencanakan kerja selanjutnya


berdasarkan apa yang dipahami.
3. Conclusion Drawing / Verification
Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak,
karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada
di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau
gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas dapat
berupa hubungan kausal / interaktif dan hipotesis / teori.

c. Teknik analisis data menurut Spradley


Spradley

91980)

membagi

analisis

data

penelitian

berdasarkan tahapan dalam penelitian kualitatif.


Tahapan penelitian ini adalah :
1)

Memilih situasi sosial

2)

Melaksanakan observasi partisipan

3)

Mencatat hasil observasi dan wawancara

4)

Melakukan onbservasi deskriptif

5)

Melakukan analisis domain

6)

Melakukan observasi terfokus

7)

Melaksanakan analisis taksonomi

8)

Melakukan observasi terseleksi

9)

Melakukan analisis komponensial

kualitatif

10)

Melakukan analisis tema

11)

Temuan budaya

12)

Menulis laporan penelitian kualitatif

Tahapan dalam analisis data penelitian kualitatif ini berangkat


dari luas, memfokus dan meluas lagi. Analisis domain adalah
langkah

pertama

yaitu

memperoleh

gambaran

umum

dan

menyeluruh dari objek penelitian / situasi social. Analisis taksonomi


adalah mencari bagaimana domain yang dipilih itu dijabarkan
menjadi rinci. Selanjutnya analisis komponensial adalah mencari
perbedaan yang spesifik setiap rincian yang dihasilkan dari analisis
taksonomi. Dan terakhir adalah analisis tema, yaitu mencari
hubungan anatara domain dan bagaimana hubungannya dengan
keseluruhan selanjutnya dirumuskan dalam tema / judul penelitian.

6.3.LANGKAH-LANGKAH ANALISIS DATA


Secara garis besar, analisis data meliputi 3 langkah, yaitu :
1. Persiapan
Kegiatan dalam langkah persiapan ini antara lain :
a. Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
b. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrument
pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembarann
instrument barangkali ada yang terlepas ataupun sobek)
c. Mengecek macam isian data. Jika didalam instrument termuat
atau beberapa item yang diisi tidak tahu atau isian lain bukan
yang

dikehendaki

peneliti,

padahal

isian

yang

diharapkan

tersebut merupakan variabel pokok, maka item perlu didrop.


Apa yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah memilih data
sedemikian rupa sehingga data yang terpakai saja yang ditinggal.
Langkah persiapan ini dimaksudkan untuk merapikan data agar bersih,
rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan atau menganalisis.

2. Tabulasi
Tabulasi merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden
dengan

cara

tertentu.

Tabulasi

juga

dapat

digunakan

untuk

menciptakan statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti.


G.E.R. Burroughas mengemukakan

klasifikasi analisis data sebagai

berikut :
a. Tabulasi data (the tabulation of the data).
b. Penyimpulan data (the summarizing of the data).
c. Analisis data untuk tujuan testing hipotesis.
d. Analisis data untuk tujuan data penarikan kesimpulan.

Termasuk kedalam kegiatan tabulasi ini antara lain :

Memberikan skor (scoring)terhadap item-item yang perlu diberi skor.

Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor.

Banyaknya penataran yang pernah diikuti dikelompokkan dan diberi kode atas :

Mengubah jenis data, disesuaikan atau dimodifikasikan dengan teknik


analisis yang akan digunakan yaitu, Memberikan kode (coding) dalam
hubungan dengan pengelolaan data jika akan menggunakan computer.
Dalam hal ini pengolahan data memberikan kode pada semua variabel,
kemudian mencoba menentukan tempatnya di dalam coding sheet
(coding form), dalam kolom beberapa baris ke berapa. Apabila akan
dilanjutkan, sampai kepada petunjuk penempatan setiap variabel pada
kartu kolom (punc cord)

3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.


Maksud rumusan yang dikemukakan dalam bagian bab ini adalah
pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus
atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian

atau desain yang diambil. Untuk mempermudah cara mengikuti uraian


pengolahan data, akan disajikan dengan sistematika yang te;lah
disajikan dengan sistematika yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya, mengenai jenis-jenis permasalahan.Sebagai tambahan
penjelasan, yang dimaksud dengan cara yang dterapkan dalam
perhitungan adalah data yang disesuaikan dengan jenis data yakni
diskrit, ordinal, interval, dan ratio.
Bagi peneliti yang menyukai statistik, bab ini menyajikan barbagai
rumus yang dapat digunakan untuk mengolah data. Apabila peneliti
berkeinginan

untuk

menggunalan

jasa

computer,

dan

tinggalmenunggu hasilnya. namun meskipun eneliti harus tetap


mencermati rumus-rumus yang disajikan, sehunga apabila akan maju
tidak ragu-ragu.
Analisis data penelitian deskriptif Data kuantitatif yang dikumpulkan
dalam penelitian korelasional, komparatif , atay eksperimen diolah
dengan menggunakan rumus-rumus statistik yang sudah disediakan
,baik secara menual maupun menggunakan jasa computer. Apapun
jenis penelitianya, riset deskriptif yang bersifat eksploratif caranya
dapat sama saja karena data yang diperoleh wujudnya sama. Yang
berbeda

adalah

cara

menginterpretasikan

data

dan

mengambil

kesimpulan. Apabila datanya telah terkumpul, maka diklasifikasikan


menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif (angka-angka) dan
kualitatif (kata-kata atau simbol).

6.4.MENGINTERPRETASIKAN HASIL ANALISIS DATA


Penafsiran atau interpretasi tidak lain dari pencarian pengertian yang
lebih luas tentang penemuan-penemuan. Penafsiran data tidak dapat
dipisahkan dari analisis, sehingga sebenarnya penafsiran merupakan
aspek tertentu dari analisis, dan bukan merupakan bagian dari analisis.
Stringer (dalam Sukmadinata, 2009) mengemukakan beberapa teknik
menginterpretasikan hasil analisis data kualitatif.
1)

Memperluas analisis dengan mengajukan pertanyaan. Hasil analisis


mungkin masih miskin dengan makna, dengan pengajuan beberapa
pertanyaan hasil tesebut bisa dilihat maknanya. Pertanyaan dapat

berkenaan dengan hubungan atau perbedaan antara hasil analisis,


penyebab, aplikasi dan implikasi dari hasil analisis.
2)

Hubungan temuan dengan pengalaman pribadi. Penelitian tindakan


sangat erat kaitanya dengan pribadi peneliti. Temuan hasil analisis
bisa dihubungkan engan pengalaman-pengalaman pribadi peneliti
yang cukup kaya.

3)

Minat nasihat dari teman yang kritis. Bila mengalami kesulitan


dalam menginterpretasikan hasil analisis, mintalah pandangan
kepada teman yang seprofesi dan memiliki pandangan yang kritis.

4)

Hubungkan hasil-hasil analisis dengan literatur. Factor eksternal


yang mempunyai kekuatan dalam memberikan interpretasi selain
teman, atau kalau mungkin ahli adalah literature. Apakah makna
dari temuan penelitian menurut pandangan para ahli, para peneliti
dalam berbagai literature.

5)

Kembalikan pada teori. Cara lain utuk menginterpretasikan hasil dari


analisis data adalah hubungkan atau tinjaulah dari teori yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai