Disusun Oleh:
Pembimbing:
dr. Erjan Fikri, Sp.BA(K)
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hirschsprung’s Associated Enterocolitis (HAEC)”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Erjan
Fikri, Sp.BA (K) selaku supervisor pembimbing yang telah meluangkan waktu
dan memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat
menyelesaikannya dengan baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hirschsprung
Penyakit Hirschsprung (megakolon kongenital) adalah suatu kelainan bawaan
berupa aganglionik usus, mulai dari spingter ani interna ke arah proksimal sampai
dengan rektum.3, 4
Pada penyakit ini tidak dijumpai pleksus meienterikus sehingga
bagian usus tersebut tidak dapat mengembang. Pada tahun 1886 Herald Hirschsprung,
seorang dokter anak di Denmark, menemukan penyakit ini.4
Kelainan pada penyakit hirschsprung berhubungan dengan spasme pada distal
kolon dan sphincter anus internal sehingga terjadi obstruksi. Dengan demikian bagian
yang abnormal akan mengalami kontraksi di segmen bagian distal sehingga bagian
yang normal akan mengalami dilatasi di bagian proksimalnya. Bagian aganglionik
selalu terdapat dibagian distal rektum. Secara anatomi gangguan usus pada penderita
hirschsprung tampak seperti pada gambar 2 dibawah ini.
Usus kecil
Bagian usus yang
mengembang
2
Penyakit hirschsprung ditandai dengan lambatnya pengeluaran mekonium
dalam 24 jam pertama kehidupan, diikuti tanda-tanda obstruksi mekanis seperti
muntah, kembung, gangguan defekasi (konstipasi dan diare) dan akhirnya disertai
kebiasaan defekasi yang tidak teratur. Trias klasik gambaran klinik pada neonatus
adalah mekonium keluar terlambat lebih dari 24 jam pertama, muntah hijau dan perut
membuncit. Kadang-kadang gejala obstipasi kronik ini diselingi oleh diare berat
dengan feses berbau yang disebabkan oleh timbulnya penyakit berupa enterokolitis.
Enterokolitis ini disebabkan antara lain oleh bakteri yang tumbuh berlebihan pada
daerah kolon yang iskemik akibat distensi dinding usus yang berlebihan.5
Pada dasarnya penyembuhan penyakit hirschsprung dapat dicapai dengan
pembedahan, berupa pengangkatan segmen usus aganglion. Prosedur bedah meliputi
bedah sementara dan tindakan bedah definitif. Tindakan bedah pertama yang
dilakukan adalah dekompresi dengan pembuatan kolostomi di kolon berganglion
normal yang paling distal yang bertujuan untuk menghilangkan obstruksi usus serta
mencegah enterokolitis. Prosedur bedah definitif telah dikembangkan sejak tahun
1948 dikenal dengan nama prosedur Swenson berupa tindakan rektosigmodektomi
yang dilanjutkan dengan prosedur pull through. Beberapa prosedur lain yang telah
dikembangkan adalah Duhamel, Soave dan Rehbein dengan tujuan untuk mengurangi
komplikasi dan memperbaiki keberhasilan fungsional. Penderita yang mengalami
kolostomi atau ileostomi akan memiliki feses yang lebih lembek dan frekuensi buang
air besar lebih sering, kadang-kadang ditemukan feses berbau busuk, biasanya
berlangsung dalam 7-10 hari setelah operasi dilakukan. Feses berbau busuk ini
disebabkan steatore, makanan penghasil gas, higiene penderita yang buruk dan
komplikasi ileostomi berupa pertumbuhan bakteri pada ileum. 8
3
2.2. Hirschsprung’s Associated Enterocolitis (HAEC)
2.2.1. Definisi
Hirschsprung’s Associated Enterocolitis (HAEC) merupakan komplikasi
preoperatif maupun postoperatif dan penyebab morbiditas serta mortalitas penderita
Hirschsprung.5 Enterkolitis adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan diare,
distensi abdomen, febris, dan nyeri abdomen yang bersifat kolik, letargi, dan feses
yang berdarah. 9
2.2.2. Epidemiologi
Insidensi HAEC di seluruh dunia berkisar antara 6-58%.1, 3-6 Insidensi HAEC
preoperatif antara 15-50%, sedangkan postoperatif antara 2-33%.1 Angka mortalitas
pada HAEC cukup tinggi yaitu antara 6-30%.7 Adanya perbedaan definisi HAEC di
antara para ahli menyebabkan adanya variasi insidensi yang telah dilaporkan.1
2.2.4. Patogenesis
Patogenesis HAEC masih belum jelas, berbagai teori telah dikemukakan
untuk menjelaskan terjadinya HAEC, yaitu:1, 5,10
1. Obstruksi mekanik
4
Pada tahun 1962 Bill dan Chapman menyatakan bahwa HAEC terjadi akibat
dilatasi mekanik usus proksimal yang menyebabkan stasis dan invasi bakteri
pada penderita hirscprung yang telah dilakukan kolostomi. Berdasarkan teori
Bill dan Chapman HAEC terjadi pada usus proksimal aganglionik yang
mengalami dilatasi sehingga penting mengetahui panjang segmen aganglionik
karena merupakan faktor resiko terjadi HAEC. Dengan demikian berdasarkan
postulat tersebut semakin panjang segmen aganglionik semakin luas obstruksi
yang akan meningkatkan stasis bakteri.
2. Defisiensi sukrase
Pada tahun 1973 Ament dan Bill melaporkan sebuah kasus dengan HAEC
akibat operasi hirscprung dan didapatkan hasil terjadi defisiensi sukrase-
isomaltase pada penderita hirscprung sehingga diberikan terapi rendah
sukrosa.
3. Musin
Mukus preepitel atau musin terdiri dari glikoprotein dan IgA sekretori yang
berperan sebagai pertahanan utama dengan cara mengikat dan menonaktifkan
organisme. Pada tahun 1981 Akkary dkk memberikan postulatnya bahwa
peningkatan stimulasi bakteri akan menurunkan reepitelisasi mukosa dan
meningkatkan sulfatisasi musin yang menyebabkan kelainan rasio musin.
Perubahan rasio musin menyebabkan organisme patogen mudah masuk
kedalam enterosit.
5
Tabel. 1 Grading System berdasarkan kelainan histopatologi.5
Tingkatan Histopatologi
0 Tidak ada kelainan
I Dilatasi kripta dan retensi musin
II Kriptitis atau abses dua kripta
III Abses kripta multiple
IV Debris fibrinopurulent dan ulserasi mukosa
V Nekrosis transluminal atau perforasi
Sumber: Murphy5
6
Gambar 3. Biopsi kolon yang menunjukkan HAEC grade 3
Sumber:Elhalaby11
8
Pertumbuhan bakteri
yang berlebih
Penurunan IgA
Peningakatan produksi
musin
2.2.5. Diagnosis
Gejala klinis HAEC biasanya tidak spesifik, sehingga seringkali didiagnosis
sebagai gastroenteritis. Diare merupakan tanda patognomonik pada HAEC yang
muncul pada 93% penderita.10 Penderita biasanya datang dengan keluhan demam,
diare yang eksplosif, muntah, distensi abdomen dan perdarahan rektum yang dapat
menyebabkan defisit air dan elektrolit, syok hipovolemik dan berakhir dengan
kematian.1 Gejala klasik pada neonatus meliputi riwayat konstipasi, feses yang
berbau busuk, dan distensi abdomen yang progresif.
Untuk membantu diagnosis HAEC, Elhalaby dkk11 membuat stadium klinis
berdasarkan beberapa gejala klinis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.
9
Tabel 2 Stadium klinis Hirschsprung's Associated Enterocolitis
Stadium Gejala klinis
Diare eksplosif ringan, distensi abdomen ringan, tidak ada gejala
I
sistemik
Diare eksplosif sedang, distensi abdomen sedang hingga berat,
II
gejala sistemik ringan
Diare eksplosif berat, distensi abdomen berat, syok atau
III
impending syok
Sumber:Elhalaby11
10
Penegakkan diagnosis HAEC ditentukan berdasarkan sistem scoring seperti
tampak pada tabel 3 dibawah ini.
Total 20
Interpretasi: Dikatakan HAEC apabila skor HAEC ≥ 10
Sumber: Pastor1
2.2.6. Penatalaksanaan
11
Untuk koreksi bedah tergantung prosedur operasi yang telah dikerjakan
misalnya pada prosedur Swenson yang disebabkan spinkter ani terlalu ketat perlu
dilakukan spinkterektomi posterior. Sedangkan pada prosedur modifikasi Duhamel,
penyebab enterokolitis adalah pemotongan septum yang tidak sempurna sehingga
perlu dilakukan pemotongan septum ulang yang lebih panjang.1, 5
Pada kasus enterokolitis yang rekuren, direkomendasikan untuk dilakukan
dilatasi anal.5 Rintala dan Lindahl14 berhasil mengobati keenam pasiennya yang
mengalami rekuren HAEC dengan sodium kromoglikat yang berfungsi sebagai mast
cell stabilizer. Pada penderita HAEC, kolon tidak dapat berfungsi secara optimal
sehingga dukungan nutrisi yang baik juga perlu diperhatikan. Pada penderita HAEC
terjadi gangguan absorpsi di kolon sehingga terjadi gangguan absorpsi air, elektrolit,
karbohidrat, serta lemak rantai pendek dan medium.15
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan penegakkan diagnosis dini
penyakit hirschsprung yang segera diikuti dengan tindakan dekompresi. Dekompresi
dilakukan dengan pemasangan sonde lambung dan pengisapan udara dan cairan atau
secara bedah dengan pembuatan kolostomi.
2.2.7. Prognosis
Angka mortalitas yang disebabkan oleh HAEC bervariasi yaitu antara 6-
30%.7 Namun, dengan diagnosis yang lebih dini dan penatalaksanaan yang tepat
seperti dekompresi rektum, resusitasi yang tepat, dan penggunaan antibiotik yang
tepat dapat menurunkan angka kematian. Penelitian di Jepang menunjukkan adanya
5
penurunan mortalitas dari tahun 1978 hingga tahun 1998 yaitu dari 6,5-0,7%.
Walaupun terjadi penurunan mortalitas, namun morbiditas HAEC menyebabkan
perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama dengan rata-rata perawatan 13 hari.10
Teitelbaum6 menemukan mortalitas dan morbiditas HAEC pada neonatus masing -
masing sebesar 5% dan 30%.
12
BAB III
KESIMPULAN
Hirschsprung’s Associated Enterocolitis (HAEC) merupakan salah satu
komplikasi penyakit hirschsprung dan merupakan penyebab morbiditas serta
mortalitas bagi penderitanya. Hingga saat ini patogenesis HAEC masih belum
sepenuhnya dimengerti dan gejala klinis sering menyerupai gastroenteritis. Namun,
saat ini dengan adanya sistem skoring dalam mendiagnosis HAEC, diharapkan dapat
dilakukan diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga dapat menurunkan
angka mortalitas yang disebabkan oleh HAEC.
13
DAFTAR PUSTAKA
14