Anda di halaman 1dari 18

Proses Penelitian : Langkah 4 dan 5

Kerangka Teoritis dan Penyusunan Hipotesis

Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Kelompok dari mata kuliah
Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu :
Dr. Aries Tanno, SE, M. Si, Ak, CA

Kelompok 5
Disusun Oleh :
Andre Agassy (2120532026)
Siti Naziyatul Ulfa (2120532006)
Fathdilla Sirti Oksiltayuri (2120532003)

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Bab sebelumnya fokus mempelajari bagaimana membatasi dan mendefinisikan masalah
penelitian secara jelas, tapi definisi saja tidak akan memecahkan masalah. Langkah selanjutnya
dapat melakukan menelusuri keseluruhan proses yang ditunjukkan dalam model proses
penelitian. Dua langkah berikut yaitu langkah 4 berkaitan dengan membuat kerangka teoritis, dan
langkah 5 berhubungan dengan menyusun hipotesis yang dapat diuji.

1. Kebutuhan akan Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis (theoretical framework) adalah model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seseorang menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang
dianggap penting terhadap masalah. Teori tersebut mengalir secara logis dari dokumentasi
penelitian sebelumnya dalam bidang masalah tersebut.

Proses membuat kerangka teoritis termasuk:

1. Memperkenalkan definisi dari konsep dalam model penelitian


2. Mengembangkan model konseptual yang memberikan representasi deskriptif dari teori
penelitian
3. Menyatakan teori yang memberikan penjelasan dari hubungan antar variabel dalam
model penelitian
Dengan kerangka teoritis bisa disusun hipotesis yang dapat diuji untuk mengetahui apakah teori
yang dirumuskan valid atau tidak dengan dilakukan pengujian dengan analisis statistik yang
tepat, pengujian akan membuat keyakinan yang lebih kuat mengenai ketepatan penelitian.

Kerangka teoritis tidak lain adalah mengidentifikasi jaringan hubungan antar variabel yang
dianggap penting bagi studi terhadap situasi masalah apapun, sangat penting untuk memahami
apa variabel dan apa saja jenis variabel yang ada.

2. Variabel

Variabel adalah apa pun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai bisa
berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama, atau pada waktu yang sama
untuk objek atau orang yang berbeda. Contoh variabel adalah unit produksi, absensi, dan
motivasi. Variabel dapat bersifat diskrit (contoh : pria/ wanita), atau kontinu (contoh : usia
seseorang)

Contoh variabel :

1. Unit produksi. Seorang buruh dalam departemen produksi mungkin memproduksi satu
komponen per unit, buruh kedua mungkin memproduksi dua per menit, buruh ketiga
mungkin memproduksi lima per menit, mungkin juga bahwa buruh yang sama bisa
memproduksi satu komponen yang sama. Dalam kedua kasus tersebut jumlah komponen
yang diproduksi mempunyai nilai yang berbeda dan karena itu merupakan sebuah
variabel.
2. Absensi. Hari ini tiga staf penjualan absen, besok enam orang tidak masuk, berikutnya
tidak ada yang absen, jadi secara teoritis nilai berkisar dari “tidak ada” ke “semua”
karyawan absen pada variabel absensi.
3. Motivasi. Tingkat motivasi orang untuk belajar dalam kelas mempunyai nilai beragam
yang berkisar dari “sangat rendah” ke “sangat tinggi”.

4 Jenis variabel utama dibahas dalam bab ini.

1. Variabel terikat/ Dependent Variable. Disebut juga variabel kriteria.


2. Variabel bebas/ Independent Variable. Disebut juga variabel prediktor.
3. Variabel moderator/ Moderating Variable.
4. Variabel antara/ Intervening Variable.

2.1. Variabel Terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan penelitian
adalah memahami dan mendeskripsikan variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya atau
memprediksinya. Variabel terikat merupakan variabel utama yang sesuai dalam investigasi.
Melalui analisis terhadap variabel terikat (yaitu menemukan variabel yang mempengaruhinya)
adalah mungkin untuk menemukan jawaban atau solusi atas masalah.

Contoh : Seorang manajer merasa prihatin bahwa penjualan sebuah produk yang baru saja
diluncurkan setelah dilakukan uji pemasaran, tidak memenuhi harapan. Variabel terikat disini
adalah penjualan, karena penjualan produk dalam bervariasi, bisa rendah, sedang, atau tinggi.
Hal tersebut adalah variabel terikat, karena penjualan merupakan fokus utama manajer.

Ada kemungkinan untuk mempunyai satu variabel terikat dalam sebuah studi, misalnya selalu
ada ketidaksesuaian antara kualitas dan volume hasil produksi. Dalam kasus semacam itu
manajer ingin mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi semua variabel terikat yang
diminati dan bagaimana beberapa dari ketertarikan tersebut dapat berbeda terkait dengan variabel
terikat yang lain. investigasi tersebut dapat menggunakan analisis statistik multivariat.

2.2. Variabel Bebas.

Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat,
apakah secara positif atau negatif. Dengan kata lain, variabel terikat ditentukan oleh variabel
bebas. Kondisi yang harus terpenuhi:

1. Variabel bebas dan variabel terikat harus berubah bersama – sama , perubahan dalam
variabel terikat harus dihubungkan dengan perubahan pada variabel bebas
2. Variabel bebas (faktor kausal yang diyakini) harus mendahului variabel terikat (penyebab
harus terjadi sebelum akibat/ pengaruh)
3. Tidak ada faktor lain menjadi kemungkinan penyebab perubahan dalam variabel terikat.
Sehingga peneliti harus mengendalikan pengaruh dari variabel yang lain
4. Penjelasan yang logis diperlukan dan harus menjelaskan mengapa variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat

Contoh :

Penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan pengembangan produk baru berpengaruh terhadap


saham perusahaan, yaitu semakin sukses peluncuran produk baru semakin tinggi harga saham
perusahaan. Karena itu kesuksesan produk baru adalah variabel bebas dan harga saham
perusahaan merupakan variabel terikat. Tingkat keberhasilan pengembangan produk baru yang
dirasakan akan menjelaskan varian harga dalam perusahaan.
2.3. Variabel Moderator.

Variabel Moderator adalah variabel yang mempunyai pengaruh ketergantungan (contingent


effect) yang kuat dengan hubungan variabel terikat dan variabel bebas. Yaitu kehadiran variabel
ketiga (Variabel moderator) mengubah hubungan awal antara variabel bebas dan variabel terikat.

Contoh :

Ditemukan bahwa ada hubungan antara ketersediaan buku pedoman referensi yang dapat diakses
oleh karyawan perusahaan manufaktur, dan produk cacat. Jika pekerja mengikuti prosedur yang
ditentukan dalam buku pedoman, mereka mampu menghasilkan produk yang tidak cacat.
Meskipun hubungan tersebut bisa dikatakan diyakini benar secara umum bagi semua karyawan,
hal tersebut tergantung pada keinginan karyawan untuk membaca buku pedoman setiap kali
sebuah prosedur baru diterapkan. Hanya mereka yang memperhatikan yang mengacu pada buku
pedoman akan menghasilkan produk yang tidak cacat. Karyawan lain yang tidak melakukan hal
tersebut, tidak akan memetik manfaat dan akan terus menghasilkan produk cacat.

Variabel ketiga mempunyai pengaruh moderat terhadap hubungan variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel yang memoderatkan hubungan disebut variabel moderator.

Perbedaan variabel bebas dan variabel moderator

Sering muncul kebingungan mengenai kapan sebuah variabel diperlakukan sebagai variabel
bebas dan kapan variabel tersebut menjadi variabel moderator.

Contoh :

Situasi 1 : Sebuah studi menemukan bahwa semakin baik kualitas pelatihan sebuah organisasi
dan semakin besar kebutuhan pertumbuhan karyawan (keinginan untuk berkembang dalam
pekerjaan bersifat kuat), semakin besar keinginan mereka untuk mempelajari cara baru dalam
melakukan pekerjaan.
Situasi 2 : Studi lain menunjukkan bahwa kesediaan karyawan untuk mempelajari cara baru
dalam melakukan pekerjaan tidak dipengaruhi oleh kualitas program pelatihan yang diberikan
oleh organisasi kepada semua orang tanpa perbedaan apapun. Hanya mereka dengan keinginan
pertumbuhan yang tinggi yang tampak nya mempunyai hasrat untuk mempelajari cara baru
melalui pelatihan khusus.

Dalam kedua situasi diatas kita mempunyai tiga variabel yang sama,

1. program pelatihan dan kekuatan kebutuhan pertumbuhan, merupakan variabel bebas yang
mempengaruhi kesediaan karyawan untuk belajar, yang merupakan variabel terikat.
2. Kasus kedua kualitas program pelatihan merupakan variabel bebas, variabel terikat tetap
sama, kekuatan keinginan pertumbuhan menjadi variabel moderator.

Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tergantung pada variabel moderator.
Meskipun variabel yang digunakan adalah sama, keputusan dalam menentukan mana yang
variabel bebas, terikat, atau moderator tergantung pada bagaimana variabel tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain.

2.4. Variabel Perantara

Variabel Perantara (intervening variable) adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dengan terikat menjadi hubungan yang tidak langsung. Dapat
juga diartikan bahwa variabel intervening adalah variabel yang dapat memperlemah dan
memperkuat hubungan antar variabel (variabel moderator). Variabel perantara muncul sebagai
fungsi dari variabel bebas yang berpengaruh dalam situasi apa pun, serta membantu untuk
mengonsepkan dan menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Contoh:

dimana variabel bebas adalah keragaman tenaga kerja mempengaruhi variabel terikat yaitu
efektivitas organisasi, variabel dimensi yang muncul sebagai fungsi keragaman dalam angkatan
kerja adalah kreatif sinergi. Sinergi kreatif ini dihasilkan dari multietnis, multiras, dan
multinasional (yaitu, keragaman) tenaga kerja yang saling berinteraksi dan menyatukan beragam
keahlian mereka dalam memecahkan masalah. Hal ini membantu kita memahami bagaimana
efektivitas organisasi dapat dihasilkan dari keragaman tenaga kerja. Variabel perantara berupa
sinergi positif membantu kita untuk mengonsepkan dan memahami bagaimana keragaman tenaga
kerja menghasilkan efektivitas organisasi

Rangkaian hubungan baru yang akan muncul dengan adanya moderator dapat digambarkan
seperti diatas.

Keahlian manajerial memoderasi hubungan antara keragaman tenaga kerja dan sinergi kreatif.
Dengan kata lain, sinergi kreatif tidak akan dihasilkan dari keterampilan pemecahan masalah
multi aspek dari tenaga kerja yang beragam kecuali jika manajer mampu memanfaatkan sinergi
itu dengan mengkoordinasikan keterampilan yang berbeda secara kreatif. Jika manajer tidak
memiliki keahlian untuk melakukan peran ini, maka tidak peduli berapa banyak keterampilan
pemecahan masalah yang berbeda yang mungkin dimiliki oleh tenaga kerja yang beragam,
sinergi tidak akan timbul. Alih-alih berfungsi secara efektif, organisasi mungkin hanya tetap
statis, atau bahkan memburuk.

Variabel bebas membantu untuk menjelaskan varians dalam variabel dependen; variabel mediasi
ditunjukkan pada waktu tertentu sebagai fungsi dari variabel bebas, yang juga membantu kita
untuk mengkonsepkan hubungan antara variabel independen dan dependen; dan variabel
moderasi memiliki efek ketergantungan terhadap hubungan antara dua variabel.

3. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan fondasi di mana yang menjadi dasar seluruh proyek penelitian.
Kerangka teoritis adalah jaringan asosiasi yang disusun dijelaskan dan dielaborasi secara logis
antara variabel yang dianggap relevan dengan situasi masalah dan diidentifikasi melalui proses
seperti wawancara, pengamatan, dan tinjauan literatur. Hubungan antara tinjauan literatur dan
kerangka teoritis adalah bahwa tinjauan literatur menyediakan pondasi yang kuat untuk
menyusun kerangka teoritis. Tinjauan literatur mengidentifikasi variabel yang mungkin penting
seperti yang ditentukan oleh temuan penelitian sebelumnya. Hal tersebut sebagai tambahan untuk
hubungan logis lain yang dapat dikonsepkan—membentuk dasar untuk model teoritis. Kerangka
teoritis menunjukkan dan mengelaborasi hubungan antara variabel, menjelaskan teori yang
mendasari hubungan, serta menjelaskan sifat dan arah hubungan tersebut. Sebagaimana tinjauan
literatur merencanakan kerangka teoritis yang baik, hal tersebut pada gilirannya menyediakan
dasar yang logis untuk menyusun hipotesis yang dapat diuji.

3.1. Komponen Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis yang baik mengidentifikasi dan menentukan variabel-variabel penting dalam
situasi tersebut yang relevan dengan definisi permasalahan dan selanjutnya mendeskripsikan
serta menjelaskan hubungan antara variabel-variabel tersebut. Jika terdapat variabel moderator,
penting untuk menjelaskan bagaimana dan hubungan spesifik apa yang dimoderasi
(dihubungkan). Penjelasan tentang mengapa variabel tersebut berperan sebagai moderator juga
sebaiknya diberikan. Jika terdapat variabel perantara diperlukan pembahasan tentang bagaimana
atau mengapa mereka diperlukan sebagai variabel perantara. Hubungan saling ketergantungan
antar variabel bebas atau antar variabel terikat, jika ada, hal tersebut seharusnya juga
diungkapkan dengan tepat dan dijelaskan secara memadai.

Diagram skematis pada model kerangka teoritis akan membantu membuat struktur diskusi
literatur. Model konseptual menjelaskan ide yang terkait bagaimana konsep-konsep
(variabel-variabel) dalam model anda terkait satu sama lain. Diagram skematik dari model
kerangka teoritis membantu pembaca untuk memvisualkan hubungan yang di teori kan di antara
variabel-variabel dalam model kerangka teoritis, sehingga mendapatkan ide yang cepat terkait
bagaimana peneliti berpikir bahwa masalah manajemen dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
model kerangka teoritis sering ditunjukkan dalam bentuk ini. Akan tetapi, hubungan antar
variabel dapat juga ditunjukkan dengan kata-kata. Baik diagram skematik dari model kerangka
teoritis dan deskripsi hubungan antar variabel melalui kata-kata harus diberikan, sehingga
pembaca dapat melihat dan dengan mudah memahami hubungan yang teorikan. Hal tersebut
mempermudah dan mendorong pembahasan terkait hubungan di antara variabel-variabel dalam
model kerangka teoritis. Sehingga, menjadi hal penting bahwa model anda didasarkan pada teori
yang baik. Teori berusaha untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam model kerangka
teoritis; penjelasan harus diberikan untuk semua hubungan penting yang diteorikan akan muncul
di antara variabel-variabel tersebut. Jika sifat dan arah dari hubungan tersebut dapat diteorikan
dengan dasar temuan penelitian sebelumnya dan atau ide peneliti itu sendiri pada subjek tersebut,
maka seharusnya terdapat indikasi apakah hubungan tersebut positif atau negatif dan linear atau
nonlinear. Dari kerangka teoritis, kemudian hipotesis yang dapat diuji bisa dibuat untuk menguji
apakah teori yang dirumuskan tersebut valid atau tidak. Ada 5 hal mendasar yang harus
diperhatikan dalam kerangka teoritis:

1. Variabel yang dianggap relevan untuk studi harus diidentifikasi dan dinamai dengan jelas
dalam pembahasan pembahasan

2. Harus menyebutkan mengapa dua atau lebih variabel berkaitan satu sama lain hal ini
sebaiknya dilakukan untuk hubungan penting yang di teori kan berlaku di antara
variabel.

3. Bila sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan temuan penelitian
sebelumnya, maka harus ada indikasi dalam pembahasan mengenai apakah hubungan
akan positif atau negative

4. Harus ada penjelasan yang jelas mengapa kita mengharapkan hubungan antar variabel ini
ada. Argumen bisa ditarik dari temuan penelitian sebelumnya.

5. Membuat diagram skematis dari kerangka teoritis agar pembaca dapat melihat dan
dengan mudah memahami hubungan yang diteorikan

Mari kita ilustrasikan bagaimana kelima fitur ini digabungkan dalam contoh Delta Airlines
berikut:

“Dengan deregulasi maskapai, terjadi perang harga di antara berbagai maskapai yang memotong
biaya dengan cara yang berbeda. Menurut laporan, Delta Airlines menghadapi tuduhan
pelanggaran keselamatan penerbangan ketika hampir terjadi beberapa tabrakan di udara dan
sebuah kecelakaan yang mengakibatkan 137 orang tewas pada tahun 1987. Empat faktor penting
yang tampaknya mempengaruhi diantaranya komunikasi yang buruk di antara anggota kru kokpit
itu sendiri, koordinasi yang buruk antara ground control dan kru kokpit, pelatihan yang minim
diberikan kepada kru kokpit, dan filosofi manajemen yang mendorong struktur desentralisasi.
Akan menjadi hal baik untuk mengetahui apakah faktor-faktor ini memang berkontribusi pada
pelanggaran keamanan, dan jika demikian, sejauh mana”

Kerangka Teoritis untuk Contoh Pelanggaran Keselamatan Penerbangan

Menurut uraian diatas bisa dilihat, variabel terikatnya adalah pelanggaran keselamatan
penerbangan yang merupakan variabel ketertarikan utama, dimana variansnya berusaha
dijelaskan oleh empat variabel bebas yaitu (1) komunikasi antar anggota kru, (2) komunikasi
antara petugas ground control dan kru kokpit, (3) pelatihan yang diterima oleh kru kokpit, dan
(4) desentralisasi. Berikut bagaimana lima hal mendasar pada kerangka teoritis yang dimasukkan
dalam contoh:

1. Identifikasi dan pelabelan variabel dependen dan independen telah dilakukan dalam
kerangka teori

2. Hubungan antar variabel dibahas. Memperlihatkan bahwa keempat variabel bebas


berhubungan dengan variabel terikat. Untuk variabel bebas desentralisasi berkaitan
dengan dua variabel bebas lainnya yaitu komunikasi antar kru dan antara ground
control dan kru kokpit. Sifat dan arah hubungan dari masing-masing variabel bebas
dengan variabel terikat dan hubungan desentralisasi dengan kedua variabel bebas
tersebut dinyatakan dengan jelas.

3. Mengapa hubungan diperkirakan dijelaskan melalui beberapa pertanyaan logis,


misalnya desentralisasi akan berhasil sebelum deregulasi, namun tidak berhasil pada
saat deregulasi mengapa? Penjelasan secara spesifik, dikemukan seperti:

· Tingkat komunikasi yang rendah antar kru kokpit akan gagal untuk
memperingatkan pilot terhadap bahaya yang akan datang

· Koordinasi yang buruk antara petugas ground control dan kru kokpit akan
merugikan, karena koordinasi sangat penting untuk keamanan
· Dorongan desentralisasi hanya akan memperburuk upaya komunikasi dan
koordinasi

· Pelatihan kru kokpit yang tidak memadai akan gagal untuk membangun
keterampilan menghadapi bahaya

4. Hubungan antar variabel ditampilkan secara skematis

Kita juga dapat mengubah model secara substansial dengan menyisipkan variabel perantara.
Misalnya, kita mungkin mengatakan bahwa kurangnya pelatihan yang memadai membuat pilot
gugup dan takut, dan hal tersebut pada akhirnya menjelaskan kepada kita mengapa mereka tidak
mampu dengan percaya diri menangani situasi di udara ketika banyak pesawat berbagi ruang di
angkasa. Kegugupan dan ketakutan merupakan hasil dari kurangnya pelatihan, dan membantu
menjelaskan mengapa pelatihan yang tidak memadai akan mengakibatkan bahaya terhadap
keselamatan penerbangan. Untuk penjelasan tersebut, bisa digambarkan melalui model teoritis di
bawah ini:

Tidak hanya variabel perantara yang bisa kita sisipkan dalam model, namun juga variabel
moderasi juga dapat dipergunakan dalam model teoritis. Disini kita ilustrasikan jika komunikasi
dan koordinasi yang buruk serta desentralisasi kemungkinan besar akan mengakibatkan
pelanggaran keselamatan penerbangan hanya dalam kasus dimana pilot bertugas menerima
pelatihan yang tidak memadai. Dengan kata lain, mereka yang telah memiliki pelatihan yang
memadai dapat menangani situasi berbahaya dengan cekatan karena telah melalui sesi pelatihan
simulasi, dan tidak akan terhambat dengan komunikasi dan koordinasi yang buruk. Dalam suatu
kasus, dimana pesawat dioperasikan oleh pilot yang terlatih, komunikasi dan koordinasi yang
buruk tidak akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan karena pilot tersebut sudah
memiliki pengalaman dan pelatihan yang baik sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang
terjadi di udara. Ini dapat dijelaskan melalui model teoritis di bawah ini:

4. Penyusunan Hipotesis

Setelah mengidentifikasi variabel penting dalam suatu situasi dan menetapkan hubungan antar
variabel melalui penalaran logis dalam kerangka teoritis, kita mampu menguji apakah hubungan
yang diteorikan benar-benar terbukti kebenarannya. Dengan menguji hubungan tersebut secara
ilmiah melalui analisis statistik yang tepat, atau melalui kasus negatif (negative case analysis)
dalam penelitian kualitatif, kita dapat memperoleh informasi yang reliabel mengenai jenis
hubungan yang ada di antara variabel-variabel yang berlaku dalam situasi masalah tersebut.
Hasil pengujian memberikan kita beberapa petunjuk terkait apa yang dapat diubah dalam situasi
tersebut untuk memecahkan masalah. Merumuskan pernyataan yang dapat diuji disebut
penyusunan hipotesis

4.1. Definisi Hipotesis

Definisi hipotesis hipotesis dapat didefinisikan sebagai kenyataan sementara, namun dapat diuji,
yang memprediksikan apa yang ingin ditemukan dalam data empiris. Dengan menguji hipotesis
dan menegaskan perkiraan hubungan antar variabel, diharapkan dapat ditemukan solusi untuk
mengatasi masalah yang dihadapi. Dibawah ini merupakan contoh hipotesis atau pernyataan
yang dapat diuji dan ditarik dari kerangka teoritis, salah satunya yaitu:
Jika pilot memperoleh pelatihan yang memadai untuk menangani suatu situasi darurat
di udara, pelanggaran keselamatan akan berkurang

Pernyataan diatas tentunya dapat diuji dengan mengukur bagaimana pelatihan yang diperoleh
seorang pilot dan jumlah pelanggaran keamanan yang dilakukan oleh seorang pilot dalam suatu
periode waktu. Secara statistik kita dapat menguji hubungan antara dua variabel tersebut untuk
melihat jika ada korelasi negatif yang signifikan diantara keduanya. Jika menemukan hal tersebut
benar, maka hipotesis terbukti. Dimana, memberi lebih banyak pelatihan kepada pilot dalam
menangani penerbangan yang ramai di udara akan mengurangi pelanggaran keamanan. Jika
korelasi negatif signifikan tidak ditemukan maka hipotesis tidak terbukti. Menurut kaidah dalam
ilmu sosial untuk menyebut sebuah hubungan signifikan secara statistik kita harus yakin bahwa
95 dari 100 hubungan yang diamati akan mendukung hipotesis hanya boleh ada 5% peluang
bahwa hubungan tersebut tidak ditemukan

4.2. Pernyataan Hipotesis: Format


4.2.1.Pernyataan Jika-Maka (If The Statement)

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai pernyataan yang dapat diuji dari hubungan antar variabel.
Hipotesis juga dapat menguji apakah terdapat perbedaan antara dua kelompok atau antara
beberapa kelompok yang terkait dengan variabel atau variabel-variabel. Untuk menguji apakah
hubungan atau perbedaan yang diperkirakan tersebut ada atau tidak, hipotesis dapat disusun
sebagai proposisi atau dalam bentuk pernyataan jika-maka (if then statement). Kedua format
tersebut dapat dilihat dalam dua contoh berikut:

Karyawan yang lebih sehat akan lebih jarang mengambil cuti sakit
Jika karyawan lebih sehat maka mereka akan lebih jarang mengambil cuti sakit

4.2.2. Hipotesis Terarah dan Tidak Terarah

Jika, dalam menyatakan hubungan antara dua variabel atau membandingkan dua kelompok,
istilah-istilah seperti positif, negatif, lebih dari, kurang dari, dan sejenisnya yang digunakan,
maka ini adalah directional hypotheses karena arah hubungan antara variabel (positif / negatif)
diindikasikan, seperti pada contoh pertama di bawah, atau sifat perbedaan antara dua kelompok
pada variabel (lebih dari / kurang dari) ini mendalilkan, seperti dalam kedua contoh:

Semakin besar stres yang dialami dalam pekerjaan, semakin rendah kepuasan kerja
karyawan
Wanita lebih termotivasi daripada laki-laki

Di sisi lain, hipotesis non directional adalah mereka yang melakukan mendalilkan hubungan atau
perbedaan, tapi tidak memberikan indikasi arah hubungan ini atau perbedaan. Seperti dalam
kedua contoh:
Ada hubungan antara usia dan kepuasan kerja
Ada perbedaan antara nilai-nilai etos kerja karyawan Amerika dan Asia

4.2.3. Hipotesis Nol dan Alternatif

Hipotesis nol (hipotesis nihil atau null hypotheses) adalah proporsi yang menyatakan hubungan
yang definitive dan tepat di antara dua variabel. Hipotesis alternatif, yang merupakan kebalikan
dari hipotesis nol, adalah pernyataan yang mengungkapkan hubungan antar dua variabel atau
menunjukkan perbedaan antar kelompok.

Kriteria Hipotesis yang baik:

- Dikembangkan dengan teori yang sudah ada, penjelasan yang logis atau hasil penelitian
sebelumnya.
- Hipotesis menunjukkan maksudnya dengan jelas.
- Hipotesis dapat diuji.
- Hipotesis ini lebih baik dibanding hipotesis kompetisinya.

Langkah-langkah yang harus diikuti dalam pengujian hipotesis:

1) Menyatakan hipotesis nol dan alternatif


2) Memilih uji statistic yang tepat berdasarkan apakah datayang dikumpulkan adalah
parametric atau non parametric
3) Menentukan tingkat signifikansi yang diinginkan
4) Memastikan jika hasil dari analisis computer menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
terpenuhi.
5) Jika nilai hitung lebih besar dari nilai kritis, hipotesis nol ditolak, dan alternatif diterima
dan sebaliknya.

5. Pengujian Hipotesis dengan Penelitian Kualitatif: Analisis Kasus Negatif

Hipotesis juga dapat diuji dengan data kualitatif. Untuk menguji hipotesis bahwa beberapa faktor
merupakan sebab utama yang mempengaruhi perilaku dan lain-lain,peneliti akan mencari data
yang menyangkal hipotesis. Bahkan jika suatu kasus tunggal tidak mendukung hipotesis, teori
tersebut harus direvisi. Penemuan baru melalui penolakan atas hipotesis semula, disebut metode
kasus negative, memungkinkan peneliti untuk merevisi teori dan hipotesis hingga waktu teori
tersebut menjadi kukuh.
Contoh Tinjauan Pustaka, Kerangka Teoritis, dan Penyusunan Hipotesis

Pengantar

Meskipun peningkatan dramatis dalam jumlah wanita manajerial selama dekade saat ini, jumlah
wanita di posisi manajemen puncak terus berlanjut menjadi sangat kecil dan statis, menunjukkan
efek langit-langit kaca yang dimiliki wanita saat ini wajah (Morrison, White, & Vura, 1999; Van
Velsor, 2000). Mengingat proyeksi demografi tempat kerja, yang memperkirakan bahwa untuk
setiap enam atau tujuh wanita memasuki dunia kerja di masa depan, hanya akan ada sekitar tiga
laki-laki kulit putih bergabung dengan pasar tenaga kerja, menjadi penting untuk memeriksa
organisasi faktor nasional yang akan memfasilitasi kemajuan awal perempuan ke puncak posisi
eksekutif. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang saat ini
menghambat kemajuan perempuan ke puncak dalam organisasi.

Sekilas Survei Literatur

Sering dinyatakan bahwa karena wanita baru saja memulai karir dan memasuki jajaran
manajerial, akan butuh lebih banyak waktu bagi mereka untuk naik ke posisi eksekutif puncak.
Namun, banyak wanita di manajemen menengah yang lebih tinggi posisi merasa bahwa
setidaknya ada dua batu sandungan utama untuk kemajuan mereka ment: stereotip peran gender
dan akses yang tidak memadai ke informasi penting (Crosby, 1985; Daniel, 1998; Welch, 2001).

Stereotip gender, atau stereotip peran seks sebagaimana mereka juga dikenal, adalah keyakinan
etn bahwa laki-laki lebih cocok untuk mengambil peran dan posisi kepemimpinan otoritas dan
kekuasaan, sedangkan perempuan lebih cocok untuk mengambil pengasuhan dan membantu
peran (Eagly, 1989; Kahn & Crosby, 1998; Smith, 1999). Keyakinan ini mempengaruhi posisi
yang ditugaskan kepada anggota organisasi. Sedangkan pria yang cakap diberi posisi garis dan
dikembangkan untuk mengambil tanggung jawab yang lebih tinggi kemampuan dan peran
eksekutif dalam perjalanan waktu, wanita yang cakap ditugaskan untuk posisi staf dan pekerjaan
buntu. Dengan sedikit paparan terhadap pengelolaan anggaran, mendapatkan dan kesempatan
untuk pengambilan keputusan yang signifikan, perempuan jarang dipersiapkan untuk posisi
tingkat atas.

Perempuan juga dikecualikan dari jaringan “anak laki-laki tua” karena gender. Pertukaran
informasi, pengembangan strategi karir, petunjuk mengenai akses ke sumber daya, dan informasi
penting seperti itu untuk mobilitas ke atas adalah sehingga kalah dengan wanita (The Chronicle,
2000). Sementara banyak faktor lain menimpa mobilitas ke atas perempuan, dua variabel,
stereotip peran seks dan eksklusi dari informasi penting sangat merugikan kemajuan perempuan
untuk posisi tingkat senior
Kerangka Teoritis

Variabel terikat kemajuan wanita ke posisi manajemen puncak dipengaruhi oleh dua variabel
independen—stereotip peran jenis kelamin dan akses terhadap informasi kritis. Kedua variabel
bebas tersebut juga saling terkait sebagai dijelaskan di bawah ini.

Stereotip peran ganda berdampak buruk pada kemajuan karir perempuan. Sejak wanita dianggap
sebagai pemimpin yang tidak efektif tetapi pengasuh yang baik, mereka tidak ditugaskan posisi
lini di awal karir mereka tetapi menawarkan tanggung jawab staf. Dia hanya dalam posisi lini
bahwa manajer membuat keputusan signifikan, mengendalikan anggaran mendapatkan, dan
berinteraksi dengan eksekutif tingkat atas yang berdampak pada masa depan mereka karir.
Kesempatan ini untuk belajar, tumbuh dan berkembang di tempat kerja, dan memperoleh
visibilitas dalam sistem membantu manajer untuk maju ke posisi tingkat atas. Bagaimana pernah,
karena wanita di posisi staf tidak mendapatkan pengalaman ini atau memiliki visibilitas untuk
diidentifikasi sebagai orang-orang kunci dalam organisasi dengan potensi untuk menjadi manajer
puncak yang sukses, kemajuan mereka ke posisi tingkat atas tidak pernah dipertimbangkan oleh
sistem dan mereka selalu diabaikan. Jadi, peran seks stereotip menghambat kemajuan perempuan
ke atas.

Pengecualian dari jaringan di mana pria secara informal berinteraksi satu sama lain (lapangan
golf, pub, dan sebagainya) juga menghalangi perempuan untuk mendapatkan akses ke informasi
dan sumber daya penting untuk kemajuan mereka. Misalnya, banyak dari perubahan organisasi
yang signifikan dan peristiwa terkini dibahas secara informal antara laki-laki di luar lingkungan
kerja. Wanita umumnya tidak menyadari sebagian besar perkembangan terakhir karena mereka
bukan bagian dari kelompok informal yang saling bertindak dan bertukar informasi jauh dari
tempat kerja. Ini pasti rintangan. Misalnya, pengetahuan tentang lowongan yang akan datang
untuk seorang eksekutif posisi memungkinkan seseorang untuk menyusun strategi untuk
menduduki posisi itu. Seseorang bisa menjadi pesaing utama dengan pengadaan informasi
penting yang relevan dengan posisi, mendapatkan pra dikupas untuk menyajikan kredensial yang
sesuai kepada orang yang tepat pada waktu yang tepat, dan dengan demikian membuka jalan
menuju kesuksesan. Dengan demikian, akses ke informasi penting adalah penting. untuk
kemajuan semua, termasuk kaum wanita.

Ketika wanita tidak memiliki kritik informasi yang dibagikan dalam jaringan informal, peluang
mereka untuk kemajuan ke posisi teratas juga sangat dibatasi. Stereotip peran gender juga
menghalangi akses ke informasi. Jika wanita tidak dianggap sebagai pengambil keputusan dan
pemimpin, tetapi dianggap hanya sebagai pendukung personel pelabuhan, mereka tidak akan
diberitahu tentang informasi penting yang penting untuk kemajuan organisasi, karena ini tidak
akan dianggap relevan bagi mereka.

Ketika kedua stereotip dan pengecualian dari informasi penting sedang beroperasi, tidak
mungkin wanita bisa mencapai puncak. Singkatnya, baik stereotip peran gender dan akses ke
informasi penting penting. mempengaruhi kemajuan wanita ke posisi tingkat atas dalam
organisasi dan jelaskan perbedaan di dalamnya.

Hipotesis

1) Semakin besar stereotip gender dalam organisasi, semakin sedikit keinginan menjadi
jumlah wanita di atas.
2) Manajer pria memiliki lebih banyak akses ke informasi penting daripada pria wanita. tua
di peringkat yang sama.
3) Akan ada korelasi positif yang signifikan antara akses informasi dan peluang untuk
promosi ke posisi tingkat atas.
4) Semakin banyak stereotip peran seks, semakin sedikit akses ke informasi penting untuk
wanita
5) Stereotip peran seks dan akses ke informasi penting akan keduanya secara signifikan
jelaskan perbedaan dalam peluang promosi bagi wanita ke tingkat atas posisi.

6. Keuntungan Manajerial

Cukup mudah untuk mengikuti gerak maju penelitian dari tahap pertama ketika manajer
merasakan masalah, pengumpulan data awal, penyusunan kerangka teoritis berdasarkan survey
literature dan dipandu oleh pengalaman dan intuisi, serta ke perumusan hipotesis untuk diuji.

Jelas bahwa setelah masalah diidentifikasi, pengertian yang baik mengenai keempat jenis
variabel yang berbeda memperluas pemahaman manajer. Misalnya dalam hal bagaimana
berbagai faktor bergesekan dengan keadaan organisasi. Pengetahuan tentang bagaimana dan
untuk tujuan apa kerangka teoritis dibangun dan hipotesis disusun memampukan manajer untuk
menjadi hakim yang cerdas terhadap laporan penelitian yang diberikan oleh konsultan. Demikian
pula pengetahuan mengenai arti signifikansi, dan mengapa sebuah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak, membantu manajer untuk bertahan dalam, atau berhenti dari dugaannya
yang, walaupun masuk akal, tidak terbukti. Jika pengetahuan tersebut tidak dimiliki, banyak
temuan penelitian tidak akan terlalu berguna bagi manajer dan pengambilan keputusan akan
memunculkan kebingungan.
DAFTAR PUSTAKA

Sekaran, Uma. Business Research Methods for Business-A Skill Building Approach. 4nd edition.
New York: John Willey and Sons, Inc

Sekaran, Uma. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis-Pendekatan Pengembangan Keahlian.


Edisi 6. Penerbit Salemba Empat: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai