Anda di halaman 1dari 60

Tugas Rangkuman 2

Theoretical Framework and Hypothesis Development (Chapter 6),

Elements of Research Design (Chapter 7)

Rangkuman ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Metodologi Penelitian dan Statistik Multivariat

Disusun oleh

1. Dwi Mardi Widodo (216020301011012)


2. Mario Yosafat Tiardo Marpaung (216020301011013)

Kelas : IB-PUPR

PROGRAM MAGISTER ILMU AKUNTANSI


PASCASARJANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
KELAS KERJASAMA KEMENTERIAN PUPR TAHUN 2022
Rangkuman Chapter 6

Theoretical Framework and Hypothesis Development

Kerangka Teori
Menurut Bougie dan Sekaran (2020) menjelaskan bahwa kerangka teori (theoretical
framework) yaitu suatu gambaran atau rencana yang mewakili keyakinan peneliti terkait
suatu fenomena tertentu (variabel atau konsep) yang terkait satu sama lain dan
penjelasan tentang mengapa variabel – variabel tersbeut terkait satu sama lain yang
dijelaskan dalam sebuah teori. Model dan teori berasal dari dokumentasi penelitian
sebelumnya pada masalah dan hasil penelitian kualitatif (eksploratif atau deskriptif) dari
studi kasus terdahulu. Adapun proses dalam membangun kerangka teori sebagai
berikut :
1. Memperkenalkan definisi suatu konsep atau variabel model yang akan dibuat;
2. Mengembangkan model konseptual sebagai deskriptif teori;
3. Menjelaskan teori tersebut terkait hubungan antar variabel dari model yang telah
dibuat.
Dari kerangka teori tersebut, maka pengujuan hipotesis dapat dikembangkan untuk
menguji apakah valid atau tidak. Hubungan variabel dalam hipotesis tersebut dapat
diuji menggunakan analisis statisik yang sesuai.

Variabel
Menurut Bougie dan Sekaran (2020) menjelaskan bahwa variabel merupakan
apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai. Nilai tersebut dapat
berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang sama atau pada waktu yang
sama dengan objek atau orang yang berbeda. Adapun contoh variabel seperti unit
produksi (per menit), absensi (kehadiran hari ini atau besok), dan motivasi (rendah,
sedang, dan tinggi). Menurut Bougie dan Sekaran (2020) menjelaskan ada empat jenis
variabel dalam penelitian sebagai berikut:
1. Variabel dependen (terikat) dikenal sebagai variabel kriteria. Variabel ini merupakan
variabel utama yang dinvestigasi dalam penelitian dan dari sudut pandang pragmatis
variabel ini menjadi letak dari masalah penelitian tersebut. Sebagai contoh jika kita
ingin melakukan penelitian tentang loyalitas pegawai maka variabel dependennya
adalah loyalitas pegawai.
2. Variabel independen (bebas) dikenal sebagai variabel prediktor. Variabel ini yang
mempengaruhi variabel terikait dengan cara tertentu baik postif atau negatif, linier
atau non linier. Jadi apabila ada kenaikan atau penurunan variabel bebas maka akan
mempengaruhi penurunan atau kenaikan variabel terikat tersebut. Menurut sudut
pandang pragmatis, variabel ini mewakili solusi yang mungkin untuk masalah
tersebut. Sebagai contoh loyalitas pegawai dipengaruhi adanya kenaikan gaji
pegawai maka variabel bebasnya adalah kenaikan gaji pegawai.
3. Variabel moderasi. Variabel ini merupakan variabel yang dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan variabel terikat dan variabel bebas. Sebagai contoh
kompensasi memperkuat pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja. Artinya
kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja, dan adanya kompensasi yang tinggi
maka pengaruh antara kepuasan kerja terhadap kinerja menjadi lebih meningkat.
Dalam hal ini, kompensasi bisa saja berpengaruh terhadap kinerja bisa saja tidak
4. Variabel mediasi (intervening). Variabel ini merupakan variabel yang menjadi
perantara pengaruh antara variabel independen ke variabel dependen dan sebagai
fungsi dari variabel independen yang beroperasi dalam situasi apa pun dan
membantu untuk membuat konsep dan menjelaskan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Sebagai contoh: penghasilan dapat berpengaruh
langsung terhadap pendapatan, tetapi juga dapat pengaruhnya tidak langsung yaitu
lewat variabel kesejahteranaan lebih dahulu baru ke pendapatan. Logikanya semakin
tinggi penghasilan akan meningkatkan kesejahteraan dengan tingginya
kesejahteraan akan berpengaruh terhadap pendapatan. Dalam hal ini kesejahteraan
sebagai variabel mediasi.

Komponen Kerangka Teoritis


Kerangka teoritis yang baik yaitu mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel
penting dalam situasi yang relevan dengan masalah dan selanjutnya dijelaskan
interkoneksi antara variabel-variabel tersebut. Hubungan antara variabel independen,
variabel dependen, dan, jika terdapat variabel moderasi dan mediasi juga dijelaskan.
Adapun tiga komponen yang dimasukkan ke dalam kerangka teoritis sebagai berikut:
1. Definisi yang jelas dari variabel yang dianggap relevan dengan penelitian;
2. Sebuah model konseptual yang menggambarkan hubungan antara variabel dalam
model;
3. Penjelasan teori secara jelas terkait hubungan antar variabel tersebut.
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis didefiniskan sebagai pernyataan tentatif yang dapat diuji untuk
memprediksi apa yang diharapkan peneliti untuk ditemukan ke dalam data empiris.
Hipotesis ini berdasarkan teori dari model konseptual dan saling berhubungan. Dapat
dikatakan bahwa hipotesis merupakan hubungan yang diduga secara logis antara dua
atau lebih variabel yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Dengan
menguji hipotesis dan mengkonfirmasi hubungan dugaan, diharapkan dapat ditemukan
solusi untuk memperbaiki masalah yang dihadapi. Sebagai contoh, keragaman tenaga
kerja berpengaruh positif (siginifikan) terhadap efektivitas organisasi. Selanjutnya diuji
dengan statistisk, apakah hipotesis tersebut berpengaruh positif atau negatif. Adapun
format dalam pengembangan hipotesis yaitu
1. Hipotesis Jika Pernyataan Negatif (-). Seperti yang sudah dijelaskan oleh Boughie
dan Sekaran (2020) bahawa hipotesis adalah pernyataan yang dapat diuji untuk
mengetahui hubungan antarvariabel. Hipotesis juga dapat menguji apakah terdapat
perbedaan antara dua kelompok yang terkait dengan variabel. Untuk menguji apakah
ada hubungan atau perbedaan yang eksis atau tidak, hipotesis dapat disusun
sebagai proposisi atau dengan pernyataan “jika– maka” (if – then statement).
Sebagai contoh yaitu jika karyawan lebih sehat, maka mereka akan lebih jarang
mengambil cuti sakit.
2. Hipotesis direksional atau non direksional. Hipotesis direksional adalah sebuah
pernyataan akan hubungan antara dua variabel atau membandingkan dua kelompok
dengan istilah – istilah yang sering digunakan seperti positif, negatif, lebih dari,
kurang dari, dan sebagainya. Contoh hipotesis direksional yaitu semakin besar
stres yang dialami dalam pekerjaan, maka semakin rendah kepuasan kerja
karyawan. Sedangkan hipotesis non direksional yaitu hipotesis yang mengendalikan
hubungan atau perbedaan, tetapi tidak memberikan indikasi mengenai arah dari
hubungan atau perbedaan tersebut. Dengan kata lain hipotesis nondireksional tidak
dapat secara signifikan mengatakan apakah hubungan tersebut akan positif atau
negatif. Sebagai contoh yaitu ada hubungan antara usia dan kepuasan kerja.
3. Hipotesis nol (tidak ada pengaruh signifkan) dan alternatif (ada pengaruh signifikan).
Contoh Hipotesis nol yaitu H0 = Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara
karyawan di X dan Y. Sedangkan Hipotesis alternatif yaitu H1 = Produktivitas kerja
karyawan X lebih besar (atau lebih kecil) dari karyawan Y.
Adapun langkah-langkah yang untuk melakukan pengujian hipotesis diantaranya
yaitu tentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, pilih uji statistik yang sesuai dengan
data yang dikumpulkan, tentukan tingkat signifikasi yang diinginkan (p=0,05, atau lebih,
atau kurang), cari nilai kritis yang menentukan wilayah penerimaan pada tabel yang
sesuai yaitu (t, F, χ2). Nilai kritis ini membatasi wilayah penolakan dari penerimaan
hipotesis nol. Ketika nilai yang dihasilkan lebih besar dari nilai kritis, hipotesis nol ditolak,
dan alternatif diterima. Jika nilai yang dihitung kurang dari nilai kritis, nol diterima dan
alternatif ditolak.

Implikasi terhadap Manajerial


Pengetahuan tentang bagaimana dan untuk tujuan apa kerangka teori
dikembangkan, dan hipotesis dihasilkan, memungkinkan menjadi perhatian manajer
atas laporan penelitian yang diajukan. Setelah masalah didefinisikan, pemahaman yang
baik tentang konsep variabel independen dan variabel dependen memperluas
pemahaman manajer tentang bagaimana beberapa faktor (variabel independen dalam
model) dapat memberikan kemungkinan solusi untuk masalah (variabel dependen
dalam model). Pemahaman tentang konsep variabel moderasi memungkinkan manajer
memahami bahwa beberapa solusi yang diusulkan mungkin tidak menyelesaikan
masalah untuk semua orang atau dalam setiap situasi. Selain itu, pengetahuan tentang
arti signifikansi, dan mengapa hipotesis tertentu diterima atau ditolak, membantu
manajer untuk bertahan atau berhenti mengikuti harapan yang walaupun tidak berhasil.
Rangkuman Chapter 7

Elements of Research Design

Desain penelitian adalah cetak biru atau rencana untuk pengumpulan, pengukuran,
dan analisis data, yang dibuat untuk menjawab pertanyaan empiris penelitian Anda.

STRATEGI PENELITIAN
Strategi penelitian akan membantu peneliti dalam memenuhi tujuan penelitian dan
menjawab pertanyaan penelitian dari studi. Oleh karena itu, pilihan untuk strategi
penelitian tertentu akan bergantung pada tujuan penelitian dan (jenis) pertanyaan
penelitian dari studi peneliti, tetapi juga pada sudut pandang peneliti tentang apa yang
membuat penelitian menjadi baik dan pada aspek praktis seperti akses ke sumber data
dan kendala waktu.

Eksperimen
Eksperimen biasanya diasosiasikan dengan penelitian kausal dan/atau pendekatan
deduktif hipotetis terhadap penelitian. Tujuan dari eksperimen adalah untuk mempelajari
hubungan kausal antar variabel. Desain eksperimental kurang berguna atau sesuai untuk
menjawab pertanyaan penelitian eksploratif dan deskriptif.
Dalam sebuah eksperimen, peneliti memanipulasi variabel independen untuk
memberikan pengaruh terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, peneliti dengan
sengaja mengubah variabel tertentu. Dalam keadaan yang tepat, desain eksperimental
adalah desain yang sangat kuat untuk digunakan. Namun, desain eksperimental tidak
selalu layak dalam konteks penelitian terapan di mana peneliti mengumpulkan informasi
yang berkontribusi untuk memecahkan masalah manajemen.

Penelitian Survey
Strategi survei sangat populer dalam konteks penelitian terapan, karena
memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif pada banyak
jenis pertanyaan penelitian. Survei biasanya digunakan dalam penelitian eksplorasi dan
deskriptif untuk mengumpulkan data tentang orang, peristiwa, atau situasi. Instrumen
Survey yang popular digunakan adalah wawancara mandiri dan observasi terstruktur
Etnografi
Etnografi adalah strategi penelitian yang berakar pada antropologi. Ini adalah strategi
di mana peneliti mengamati, mencatat, dan terlibat dalam kehidupan sehari-hari budaya
lain dan kemudian menulis catatan tentang budaya ini, dengan menekankan detail
deskriptif. Etnografi melibatkan budaya tertentu dari kelompok sosial yang sedang
dipelajari (seperti, misalnya, bankir di Kota London), mengamati perilaku, mendengarkan
apa yang dikatakan dalam percakapan dan mengajukan pertanyaan. Dengan demikian
bertujuan untuk menghasilkan pemahaman tentang budaya dan perilaku kelompok sosial
dari 'sudut pandang orang dalam'.

Studi Kasus
Studi kasus berfokus pada pengumpulan informasi tentang objek, peristiwa, atau
aktivitas tertentu, seperti orang, departemen, unit bisnis, atau organisasi tertentu. Dalam
studi kasus, kasusnya adalah individu, kelompok, organisasi, peristiwa atau situasi yang
menjadi perhatian peneliti. Ide di balik studi kasus adalah untuk memperoleh gambaran
yang jelas tentang suatu masalah, seseorang harus memeriksa kenyataan yang
sebenarnya. -situasi kehidupan dari berbagai sudut dan perspektif menggunakan
berbagai metode pengumpulan data. Sepanjang garis ini, seseorang dapat
mendefinisikan studi kasus sebagai strategi penelitian yang melibatkan penyelidikan
empiris fenomena kontemporer tertentu dalam konteks kehidupan nyata menggunakan
beberapa metode pengumpulan data.
Perlu dicatat bahwa studi kasus dapat menyediakan data kualitatif dan kuantitatif untuk
analisis dan interpretasi. Seperti dalam penelitian eksperimental, hipotesis dapat
dikembangkan dalam studi kasus juga. Namun, jika hipotesis tertentu belum dibuktikan
bahkan dalam satu studi kasus lain, tidak ada dukungan yang dapat dibuat untuk
hipotesis alternatif yang dikembangkan.

Grounded Theory
Grounded theory adalah seperangkat prosedur sistematis untuk mengembangkan
teori yang diturunkan secara induktif dari data. Alat penting dari grounded theory adalah
sampling teoretis, pengkodean, dan perbandingan konstan. Pengambilan sampel
teoretis adalah 'proses pengumpulan data untuk menghasilkan teori di mana analis
bersama-sama mengumpulkan, mengkode dan menganalisis data dan memutuskan
data apa yang akan dikumpulkan selanjutnya dan di mana menemukannya, untuk
mengembangkan teorinya saat muncul'. Setelah teori muncul dari proses ini, Anda
membandingkan data baru dengan teori Anda. Jika ada ketidakcocokan antara data
(wawancara), atau antara data dan teori Anda, maka kategori dan teori harus dimodifikasi
sampai kategori dan teori Anda sesuai dengan data. Dalam perbandingan konstan,
kasus diskrepan dan diskonfirmasi memainkan peran penting dalam memberikan
kategori dan teori.

Action Research
Action Research bersifat praktis dan pemecah masalah. Hal ini didasarkan pada
proses siklus tindakan, refleksi pada hasil tindakan dan tindakan lebih lanjut berdasarkan
refleksi ini. Action researcher sering kali merupakan praktisi profesional yang
menggunakan strategi ini sebagai sarana untuk meneliti dan mengubah perilaku
profesional mereka sendiri. Dengan demikian seringkali sangat partisipatif dan biasanya
melibatkan pemeriksaan keyakinan, nilai dan asumsi yang telah berkontribusi pada
situasi yang sedang diselidiki. Action research sering digunakan oleh para peneliti dan
praktisi yang tertarik untuk meningkatkan program dan praktik, yaitu dalam evaluasi
formatif.
Action Research merupakan proyek yang terus berkembang dengan interaksi
antara masalah, solusi, efek atau konsekuensi dan solusi baru. Perhatikan bahwa siklus
memiliki beberapa kesamaan yang jelas dengan banyak model perubahan. Reservasi
tentang pendekatan ini termasuk kurangnya ketelitian, objektivitas dan replikasi,
ketergantungannya pada rekan praktisi yang harus berkolaborasi, kerentanannya
terhadap tekanan dari pemangku kepentingan dan fakta bahwa itu memakan waktu
(seseorang harus melalui beberapa siklus penyelidikan).

TINGKAT GANGGUAN PENELITI TERHADAP STUDI


Tingkat campur tangan peneliti memiliki hubungan langsung dengan apakah
penelitian yang dilakukan bersifat korelasional atau kausal. Sebuah studi korelasional
dilakukan di dalam lingkungan yang normal dengan gangguan minimal oleh peneliti.
Meskipun ada beberapa gangguan aliran kerja normal dalam sistem pada saat peneliti
mewawancarai karyawan dan mengelola kuesioner di tempat kerja, gangguan peneliti
dalam fungsi rutin sistem adalah minimal dibandingkan dengan yang disebabkan selama
studi kausal dan desain eksperimental.
Singkatnya, sejauh mana campur tangan peneliti terkait dengan apakah pertanyaan
penelitian bersifat korelasional atau kausal dan pentingnya membangun hubungan
kausal tanpa keraguan apa pun.

STUDI SETTING: DIBUAT DAN TIDAK DIBUAT


Seperti yang kita tahu, penelitian bisnis dapat dilakukan di lingkungan alami di mana
peristiwa berlangsung secara normal (yaitu, dalam pengaturan yang tidak dibuat-buat)
atau dalam pengaturan yang dibuat-buat dan dibuat-buat. Studi eksplorasi dan deskriptif
(korelasi) selalu dilakukan dalam pengaturan yang tidak dibuat-buat, sedangkan
sebagian besar studi kausal dilakukan dalam pengaturan laboratorium yang dibuat-buat.
Studi yang dilakukan dalam pengaturan yang tidak dibuat-buat disebut field study (studi
lapangan). Studi yang dilakukan untuk membangun hubungan sebab akibat dengan
menggunakan lingkungan alam yang sama di mana subjek yang diteliti (karyawan,
konsumen, manajer dan sejenisnya) biasanya berfungsi disebut field experiments
(eksperimen lapangan).
Eksperimen yang dilakukan untuk membangun hubungan sebab-akibat di luar
kemungkinan yang paling tidak diragukan membutuhkan penciptaan lingkungan buatan
dan dibuat-buat di mana semua faktor asing dikontrol secara ketat. Subyek serupa dipilih
dengan hati-hati untuk menanggapi rangsangan tertentu yang dimanipulasi. Studi ini
disebut sebagai lab experiments (percobaan laboratorium). Mari kita berikan
beberapa contoh lebih lanjut untuk memahami perbedaan antara studi lapangan
(pengaturan yang tidak dibuat-buat dengan campur tangan peneliti yang minimal),
eksperimen lapangan (pengaturan yang tidak dibuat-buat tetapi dengan campur tangan
peneliti sampai batas tertentu) dan percobaan laboratorium (pengaturan yang dibuat-
buat dengan campur tangan peneliti ke tingkat yang berlebihan).
Ringkasnya, sejauh ini kita telah membuat perbedaan diantaranya:
(1) Field study (studi lapangan), di mana berbagai faktor diperiksa dalam latar alami di
mana aktivitas sehari-hari berjalan seperti biasa dengan sedikit campur tangan
peneliti;
(2) Field experiments (eksperimen lapangan), di mana sebab dan akibat hubungan
dipelajari dengan sejumlah campur tangan peneliti, tetapi masih dalam pengaturan
alami di mana peristiwa berlanjut dengan cara normal; dan
(3) Lab experiments (eksperimen laboratorium), di mana peneliti mengeksplorasi
hubungan sebab dan akibat, tidak hanya melakukan kontrol tingkat tinggi tetapi juga
dalam pengaturan buatan dan sengaja dibuat.
UNIT ANALISIS: INDIVIDU, DIADS (PASANGAN), KELOMPOK, ORGANISASI,
BUDAYA
Unit analisis mengacu pada tingkat agregasi di mana informasi dianalisis dan
kesimpulan ditarik. Jika, misalnya, pernyataan masalah berfokus pada bagaimana
meningkatkan tingkat motivasi karyawan secara umum, maka kita tertarik pada masing-
masing karyawan dalam organisasi dan harus mencari tahu apa yang dapat kita lakukan
untuk meningkatkan motivasi mereka. Di sini unit analisisnya adalah individu.
Jika peneliti tertarik untuk mempelajari interaksi dua orang, maka beberapa kelompok
dua orang, juga dikenal sebagai diads (pasangan), akan menjadi unit analisis. Analisis
interaksi suami-istri dalam keluarga dan hubungan atasan-bawahan di tempat kerja
adalah contoh yang baik dari diads (pasangan) sebagai unit analisis.
Jika pernyataan masalah terkait dengan efektivitas kelompok atau jika kita ingin
membandingkan dua kelompok (misalnya, departemen), maka unit analisis akan berada
di tingkat kelompok. Jika kita membandingkan departemen yang berbeda dalam
organisasi, maka analisis data akan dilakukan di tingkat departemen – yaitu, individu di
departemen akan diperlakukan sebagai satu unit – dan perbandingan dibuat dengan
memperlakukan departemen sebagai unit analisis.
Jika kita ingin mempelajari perbedaan budaya antar negara, kita harus
mengumpulkan data dari negara yang berbeda dan mempelajari pola yang mendasari
budaya di setiap negara.
Individu tidak memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok (misalnya,
struktur, kekompakan), dan kelompok tidak memiliki karakteristik yang sama dengan
individu (misalnya, IQ, stamina). Ada variasi dalam persepsi, sikap dan perilaku orang-
orang dalam budaya yang berbeda. Oleh karena itu, sifat informasi yang dikumpulkan,
serta tingkat di mana data dikumpulkan untuk analisis, merupakan bagian integral dari
keputusan yang dibuat pada pilihan unit analisis.
Penting untuk memutuskan unit analisis bahkan saat kita merumuskan pertanyaan
penelitian, karena metode pengumpulan data, ukuran sampel, dan bahkan variabel yang
termasuk dalam kerangka kerja terkadang dapat ditentukan atau dipandu oleh tingkat
pengumpulan data untuk analisis.
TIME HORIZON: CROSS-SECTIONAL VERSUS LONGITUDINAL STUDIES

Cross-sectional Studies
Sebuah studi dapat dilakukan di mana data dikumpulkan hanya sekali, mungkin
selama beberapa hari atau minggu atau bulan, untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Studi semacam itu disebut one-shot atau cross-sectional studies.
Tujuan dari studi dalam dua contoh berikut adalah untuk mengumpulkan data yang
akan relevan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan penelitian. Pengumpulan data
pada satu titik waktu sudah cukup. Keduanya adalah cross-sectional design.

Longitudinal Studies
Dalam beberapa kasus, peneliti mungkin ingin mempelajari orang atau fenomena di
lebih dari satu titik waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian, karena data
dikumpulkan pada dua titik waktu yang berbeda, penelitian ini tidak bersifat cross-
sectional atau one-shot, tetapi dilakukan secara longitudinal melintasi suatu periode
waktu. Studi semacam itu, seperti ketika data pada variabel dependen dikumpulkan pada
dua atau lebih titik waktu untuk menjawab pertanyaan penelitian, disebut longitudinal
studies.
Longitudinal studies membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga dan biaya lebih
dari studi cross sectional. Itulah sebabnya sebagian besar penelitian bersifat cross-
sectional. Namun demikian, longitudinal studies akan diperlukan jika seorang manajer
ingin melacak faktor-faktor tertentu (misalnya, penjualan, efektivitas periklanan, dll.)
selama periode waktu tertentu untuk menilai peningkatan, atau untuk mendeteksi
kemungkinan hubungan sebab akibat (promosi penjualan dan data penjualan aktual). ;
frekuensi pengujian obat dan pengurangan penggunaan obat, dll.). Meskipun lebih
mahal, studi longitudinal semacam itu mungkin menawarkan beberapa wawasan yang
baik.
Triangulation adalah teknik yang juga sering dikaitkan dengan penggunaan metode
campuran. Gagasan di balik triangulation adalah bahwa seseorang dapat lebih percaya
diri dalam suatu hasil jika penggunaan metode atau sumber yang berbeda mengarah
pada hasil yang sama. Triangulationi mengharuskan penelitian ditangani dari berbagai
perspektif. Beberapa jenis triangulation yang mungkin:
 Method triangulation: menggunakan beberapa metode pengumpulan dan analisis
data.
 Data triangulation: pengumpulan data dari beberapa sumber dan/atau pada periode
waktu yang berbeda.
 Researcher triangulation: beberapa peneliti mengumpulkan dan/atau menganalisis
data.
 Theory triangulation: banyak teori dan/atau perspektif digunakan untuk menafsirkan
dan menjelaskan data.
DAFTAR PUSTAKA

Boughy, Roger dan Sekaran, Uma. (2020). Research Method for Business (8th ed.).
USA : John Wiley & Son Inc.
MANAJEMEN KEUANGAN
NEGARA
Agenda

• Gambaran Umum Reformasi Peraturan


• Penganggaran
• Pelaksanaan
• Pengelolaan Barang Milik Negara
• Pertanggung jawaban
• Review PFMS
• Diskusi
GAMBARAN UMUM
PERATURAN

3
Reformasi Perundangan
Prinsip dasar
UUD pengelolaan
keuangan negara
1945

Prinsip-prinsip umum
UU No. 17 pengelolaan keuangan negara
(Hukum Tata Negara)
Tahun 2003

Kaidah administratif
UU No. 1
pengelolaan keu. negara
Tahun 2004 (Hukum Administrasi Keu. Negara)

UU No. 15 Prinsip-prinsip umum


Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara pemeriksaan 4
Tahun 2004 keuangan negara
UUPN: GRAND DESIGN
UU No. 1 Tahun 2004
Tentang
Perbendaharaan Negara

Driving Heart of
Change Change

Good Let managers


Governance manage

Transparansi,
Pemberdayaan,
APBN/D
Penyusunan,
Pelaksanaan,
Akuntabilitas,
Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara Pengelolaan Kas,5
Profesionalitas, Akuntabilitas,
dll. dll.
KEUANGAN NEGARA

Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan


uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Pasal 1 angka 1 UUKN

6
PENDEKATAN PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA

semua hak dan kewajiban negara yang


dapat dinilai dengan uang,
DARI SEGI OBYEK
seluruh obyek tersebut di atas yang dimiliki
DARI SEGI dan/atau dikuasai oleh Pemerintah dan
SUBYEK badan hukum publik lainnya.

seluruh rangkaian kegiatan pengelolaan


obyek tersebut di atas mulai dari
DARI SEGI PROSES perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan
pertanggunggjawaban

seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan


DARI SEGI hukum yang berkaitan dengan pemilikan
dan/atau penguasaan obyek sebagaimana
TUJUAN tersebut di atas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara
BIDANG
KEUANGAN
NEGARA

• Sub Bidang Pengelolaan Fiskal;


• Sub Bidang Pengelolaan Moneter;
• Sub Bidang Pengelolaan Kekayaan
Negara yang dipisahkan.
▪ pengelolaan kebijakan fiskal dan
PERBENDAHARAAN NEGARA kerangka ekonomi makro,
merupakan salah satu fungsi
PENGELOLAAN FISKAL ▪ penganggaran,

Fungsi-fungsi
▪ administrasi perpajakan,
Sub bidang
pengelolaan fiskal
▪ administrasi kepabeanan,

▪ PERBENDAHARAAN
▪ pengawasan keuangan.

9
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

• Presiden: Pemegang kekuasaan pengelolaan


keuangan negara :
• Dikuasakan kepada Menteri Keuangan sebagai
Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;
• Dikuasakan kepada Menteri/pimpinan lembaga
sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga.
Pasal 6 UUKN
10
KEWENANGAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

Pasal 6 ayat (2) huruf c:


Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :
Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku
kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.”

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 11


KEKUASAAN
PENGELOLAAN MONETER
DIKUASAKAN KEPADA Bank
SENTRAL

Guna mencapai kestabilan nilai rupiah:


• Menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter;
• Mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran.

12
Pokok
Perbendaharaan

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 13


ASAS UMUM
PERBENDAHARAAN NEGARA

▪ Asas Kesatuan,
▪ Asas Universalitas,
▪ Asas Tahunan,
▪ Asas Spesialitas.
ASAS BARU (BEST PRACTICES)
PERBENDAHARAAN NEGARA

▪ Akuntabilitas berorientasi pd hasil


▪ Profesionalitas
▪ Keterbukaan
▪ Pemeriksaan keuangan oleh
badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri
PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA

• PENGGUNA ANGGARAN/BARANG:
Menteri/pimpinan lembaga/Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah;

• BENDAHARA UMUM NEGARA/DAERAH:


Menteri Keuangan/Kepala Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah;

• BENDAHARA PENERIMAAN/PENGELUARAN
PADA KEMENTERIAN NEGARA/
LEMBAGA/SATUAN KERJA PERANGKAT
DAERAH

16
Penganggaran

17
SISTEM PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 18


19
TUJUAN ANGGARAN
PEMERINTAH
• Anggaran Pemerintah merupakan alat akuntabilitas,
manajemen dan kebijakan ekonomi;
▪ Sebagai alat kebijakan ekonomi, anggaran pemerintah
mencerminkan public choice dalam alokasi, stabilisasi
dan pemerataan;

20
PENDEKATAN PENGANGGARAN

• PENGANGGARAN DGN KERANGKA


PENGELUARAN JANGKA MENENGAH;
• PENGANGGARAN TERPADU;
• PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 21


KERANGKA PENGELUARAN JANGKA
MENENGAH DAN PRAKIRAAN MAJU

• Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah


pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan,
dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan
tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu
tahun anggaran, dengan mempertimbangkan
implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada
tahun-tahun berikutnya yang dituangkan dalam
prakiraan maju.
• Prakiraan maju adalah perhitungan dana yang
dibutuhkan di tahun-tahun yang akan datang untuk
mendukung program yang bersangkutan.

22
PENGANGGARAN TERPADU

• Penyusunan anggaran terpadu dilakukan


dengan mengintegrasikan seluruh
proses perencanaan dan penganggaran
di lingkungan kementerian
negara/lembaga untuk menghasilkan
dokumen RKA-KL dengan klasifikasi
anggaran belanja menurut organisasi,
fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
23
KLASIFIKASI BELANJA

• Klasifikasi menurut Organisasi


• Klasifikasi menurut Fungsi
• Klasifikasi menurut Jenis

24
KLASIFIKASI BELANJA
MENURUT FUNGSI : MENURUT JENIS :
1. Pelayanan Umum; 1. Belanja Pegawai;
2. Pertahanan;
3. Ketertiban dan 2. Belanja Barang dan
Keamanan; jasa;
4. Ekonomi; 3. Belanja Modal;
5. Lingkungan Hidup;
6. Perumahan dan 4. Bunga;
Pemukiman; 5. Subsidi;
7. Kesehatan;
8. Pariwisata dan Budaya; 6. Hibah;
9. Agama; 7. Bantuan Sosial;
10. Pendidikan; 8. Belanja Lain-Lain.
11. Perlindungan Sosial.

2
5
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

• Penyusunan anggaran berbasis kinerja dilakukan dengan


memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan
keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
• Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan
indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap
program dan jenis kegiatan.
• Tingkat keluaran kegiatan yang direncanakan dan biaya satuan
keluaran menjadi dasar bagi alokasi anggaran dan prakiraan maju
bagi program yang bersangkutan.

26
FOKUS PENGUKURAN
KINERJA

MENGUBAH FOKUS PENGUKURAN


bergeser
Besarnya Hasil yang
Jumlah dicapai dari
Alokasi penggunaan
Sumber Daya sumber daya

27
PENGATURAN LAINNYA

1. Pengelolaan Uang
❖ Melaksanakan Anggaran Secara Efisien
❖ Meminimalkan Biaya Bunga
❖ Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Dengan Memanfaatkan Idle Cash

2. Pengelolaan Piutang dan Utang


❖ Pemerintah Pusat dapat memberikan pinjaman atau hibah kepada Pemda
BUMN/BUMD dan kepada lembaga asing sesuai yang ditetapkan dalam APBN
❖ Men Keu/Gubernur/bupati/walikota dapat mengadakan utang sesuai ketentuan yang
ditetapkan dalam APBN/APBD
❖ Penyelesaian piutang akbat hubungan keperdataan dapat diselesaikan dengan
perdamaian.

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 28


Pelaksanaan Anggaran

29
PENGENDALIAN PENGELUARAN
DAN
SISTEM PEMBAYARAN

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 30


POLA HUBUNGAN DAN KEWENANGAN PEJABAT
PERBENDAHARAAN NEGARA DALAM UUPN

Pres/Ka Lemb/Gub/
Bup/Wkota

Men/Ka Lemb/Ka OPD BUN/Ka. SKPKD


(selaku Pengguna (selaku Bendahara
Anggaran/Barang) Umum Negara/Daerah)

Bendahara
Penerimaan/
Pengeluaran

31
PEMISAHAN KEWENANGAN DALAM
PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA

Men/Ka Lemb/Ka Dinas/Ka OPD Men Keu/PPKD


selaku Pengguna Anggaran Selaku BUN/BUD

PEMBUATAN PENGUJIAN & PERINTAH PENCAIRAN


PENGUJIAN
KOMITMEN PEMBEBANAN PEMBAYARAN DANA

Pengujian :
Pengujian : • Substansial :
• Wetmatigheid •Wetmatigheid
• Rechtmatigheid •Rechtmatigheid
• Doelmatigheid • Formal

Pengurusan Administratif Pengurusan Komtabel


(Administratief Beheer) (Comptabel Beheer)
PENGURUSAN KEBENDAHARAAN

• meliputi kegiatan menerima, menyimpan, dan


membayar/menyerahkan uang dan/atau barang
milik negara, dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya;
• berkewajiban melaksanakan pembayaran atas surat
perintah yang diterbitkan oleh pemegang wewenang
ordonnancerings setelah terlebih dahulu melakukan
verifikasi (pengujian) dari sudut rechmatigheid dan
wetmatigheid.

33
PENGELOLAAN BARANG
MILIK NEGARA/DAERAH
Pasal 69 AYAT (6)
Ketentuan mengenai Pedoman Teknis dan Administrasi
Pengelolaan Barang Milik Negara /Daerah diatur dengan • Menkeu menetapkan Kebijakan Umum
Peraturan Pemerintah Pengelolaan BMN
• Mendagri menetapkan Pedoman Teknis
Pengelolaan BMD
UU NO 1 TAHUN
2004

• Perubahan PP Nomor 27 • Pengganti PP No. 6


Tahun 2014 Tahun 2006

35
KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

PRESIDEN:
PEMEGANG KEKUASAAN
PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA

DIKUASAKAN DISERAHKAN

GUB/BUPT/WALKOTA
MENTERI KEUANGAN MENTERI/PIMP.LBG PEMEGANG KEKUASAAN
PENGELOLA BARANG PENGGUNA BARANG PENGELOLAAN BMD

KEPALA KANTOR SEKRETARIS DAERAH KEPALA SKPD


KUASA PENGGUNA BMN PENGELOLA BMD PENGGUNA BMD

Slide 36
Pertanggungjawaban

37
HUBUNGAN KONTRAK PRINSIPAL–AGEN:
SOLUSI

L Ketentuan Undang-Undang
E
M P
R B E
P A
Rencana Anggaran / Kerja
A G M
R A E
I K P R A
N E I G
S Y R
N E
W
I
P
A A
K
Akuntansi Pelaporan T N
A
A T I
L H
L A
N
Auditing

AKUNTABILITAS 38
KETENTUAN AKUNTANSI, PELAPORAN
KEUANGAN & AUDITING

1. Setiap Satker Pengguna Anggaran wajib menyelenggarakan akuntansi atas


transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana yang berada dalam tanggung
jawabnya sesuai standar akuntansi pemerintahan.
2. Standar Akuntansi Pemerintahan disusun oleh suatu komite yang independen dan
ditetapkan dalam suatu PP (PP 71/2010).
3. Lap. Keuangan terdiri dari (1) Lap. Realisasi Anggaran, (2) Neraca, (3) Lap. Arus
Kas, (4) Lap. SAL, (5) Lap. Perubahan Ekuitas, (6) Laporan Perubahan SAL dan (7)
Catatan atas Laporan Keuangan
4. Men/ Ka Lemb/Kepala Daerah wajib menandatangani surat pernyataan bahwa
pengelolaan APBN/APBD yang menjadi tanggung jawabnya telah diselenggarakan
berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
5. Presiden/Kepala Daerah menyampaikan RUU/Raperda tentang pertanggungjawab
an pelaksanaan APBN/APBD :
- kepada BPK selambat-lambatnya 3 bulan setelah TA berakhir.
- kepada DPR/DPRD berupa Laporan Keuangan yang telah diperiksa BPK
paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir

39
KETENTUAN AKUNTANSI, PELAPORAN
KEUANGAN & AUDITING

7. BPK berwenang melakukan pemeriksaan atas seluruh


unsur keuangan daerah, dan juga dpt melakukan
pemeriksaan kinerja dan investigatif.
8. BPK memberi opini atas Lap. Keuangan Setiap laporan
BPK disertai dgn tanggapan pejabat yang diperiksa.
9. Setiap laporan pemeriksaan BPK disampaikan pada
legislatif terkait, dan dinyatakan terbuka kepada publik.

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 40


Review
Indonesian’s PFMS
Oleh
Asian Development Bank (May 2018) &
pemeriksaan BPK

Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 41


42
43
44
Pokok-pokok UU tentang Perbendaharaan Negara 45
DISKUSI

46

Anda mungkin juga menyukai