Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah


Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam
Dosen Pengampu :Indah Purnama Sari.M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4.
Muhammad zibi al- fiqri (11901128)
Leni alya (11901220)
Resi yanti (11901312)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah adalah sesuatu yang menjadi bagian dari seluruh manusia..Dalam dunia akademik
untuk mengajukan usulan penelitian harus berkaitan dengan disiplin ilmu dan kajian yang
beragam sehingga belum tentu semua masalah-masalah yang kita hadapi berkaitan dengan
penelitian dan dapat diajukan sebagai proposal penelitian.Dalam memilih masalah bukanlah
suatu pekerjaan yang mudah, terutama bagi orang-orang yang belum banyak berpengalaman
meneliti.Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling
penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian,
bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Masalah
penelitian secara umum bisa kita temukan lewat studi literatur atau lewat pengamatan
lapangan (observasi, survey,dsb). Masalah penelitian bisa didefinisikan sebagai pernyataan
yang mempermasalahkan suatu variabel atau hubungan antara variabel pada suatu fenomena.
Sedangkan variabel itu sendiri dapat didefinisikan sebagai pembeda antara sesuatu dengan
yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu identifikasi masalah dan perumusan masalah?
2. Apa fungsi identifikasi masalah dan perumusan masalah?
3. Apa saja sumber permasalahan dan jenis perumusan masalah?
4. Apa itu perumusan masalah dan batasan masalah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu identifikasi masalah dan perumusan masalah
2. Untuk mengetahui fungsi identifikasi masalah dan perumusan masalah
3. Untuk mengetahui sumber permasalahan dan jenis perumusan masalah
4. Untuk mengetahui apa itu perumusan masalah dan batasan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
Setiap individu atau kelompok (organisasi) tidak terlepas dari sesuatu masalah dalam
kehidupan ini dan setiap orang atau kelompok akan mencari jalan keluar atau solusi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik yang dilakukan sesuai dengan pengalaman
maupun penyelesaiannya melalui kajian-kajian ilmiah atau penelitian ilmiah.
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting
diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan
juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. masalah adalah
sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan yang harus diupayakan untuk
menyelesaikannya melalui suatu proses yang dilakukan secara sistematis.Sebelum melakukan
penelitian, peneliti harus memilih dan memilah problematika atau masalah yang ditemuinya,
apakah masalah tersebut benar-benar permasalahan yang layak diteliti dan memenuhi kriteria
penelitian ilmiah atau tidak.Misalnya memenuhi ciri-ciri dapat diukur dengan instrument
penelitian, sering ditemui di lapangan dan mempunyai manfaat yang berguna bagi
masyarakat dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan.[1]
Definisi menurut beberapa para ahli :
a. Menurut SetyosariPunaji H. (2010 : 53), “masalah adalah keadaan atau kesenjangan
antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang dinginkan dan
kebutuhan yang ada”.
b. Menurut (John Dewey, 1993; dan Kerlinger, 1986) dalam Sukardi, bahwa
Permasalahan diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.[2]
2. Fungsi Perumusan Masalah dalam Penelitian
a. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain
berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian Perumusan masalah ini tidak
berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di
lapangan.
Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta
jenis data apa tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana
yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui
perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan
data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
Dengan adanya perumusan masalah penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah
di dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.[3]
3. Sumber Permasalahan
Masalah dapat dikatakan berkualitas jika: pertama, memiliki nilai penemuan yang tinggi.
Kedua, masalah terseut sedang dihadapi oleh masyarakat. Ketiga, bukan pengulangan
terhadap penelitian sebelumnya, serta keempat, memiliki referensi teoritis yang jelas. Oleh
karena itulah, tahap pertama dalam penelitian adalah merumuskan permaslahan. Masalah
yang baik dapat diperoleh dari berbgai sumber. Sumber penelitian darpat muncul dari
pengalaman pribadi atau orang lain.
Permaslaahan dapat juga muncul setelah study literatur dari beberapa hasil penelitian (karya
ilmiah), buku-buku teks dan lain-lain.Untuk meningkatkan kemampuan melihat suatu
masalah yang perlu diteliti, ia harus giat untuk mencarai masalah dan sumber-sumbernya,
adapun yang menjadi sumber utama permasalahan ialah:
a. Bacaan
Seseorang peneliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal penelitian atau laporan
penelitian. Pada umumnya penelitian ilmiah jarang menjawab permasalahan dengan tuntas.
Bahkan suatu penelitian itu memberi rekomendasi tertentu untuk diteliti lebih lanjut.
c. Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah.
Peserta-peserta seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah membawa makalah-makalah yang
memecahkan permaslahan menurut bidangnya masing-masing. Mungkin saja masalah itu
perlu diteliti pula dari segi ilmu yang lain.
d. Pernyataan dari oarng yang memiliki otoritas
Sering dalam cerama atau pernyataan seorang pejabat tinggi maupun pernyataan para ahli-
ahli tertentu yang disiarkan melalui media masa mengenai suatu permaslahan. Sehingga
peneliti tertugah untuk menelitinya.
e. Pengamatan sekilas
Mungkin seorang ahli ketika melakukan perjalanan dinas melihat suatu gejala yang tidak
sehat dan yang perlu dipecahkan. Dan untuk memecahkan masalah harus diadakan penelitian
terlebih dahulu.
f. Pengalaman pribadi
Dari pengalaman pribadi seorang yang berminat dalam penelitian mungkin muncul suatu
pernyataan yang mendorong ia melakukan penelitian.
g. Perasaan dan ilham
Dalam hal ini permasalahan dari sebuah masalah muncul dari sebuah pengalaman yang tiba-
tiba muncul saat bersantai sehingga mendorong untuk melakukan penelitian[4]
4. Jenis Perumusan Masalah dalam Penelitian
a. Masalah deskriftif
Masalah deskriftif merupakan yang berkaitan dengan pernyataan bagi adanya variabel
mandiri, baik itu satu atau lebih variabel. Jadi dalam rumusan masalah peniliti tak perlu
membandingkan variabel pada sampel lain, dan juga mencari hubungan variabel dengan
variabel lainnya. Contohnya
· Bagaimana sikap dari masyarakat mengenai perguruan tinggi yang memiliki bandan
hukum?
· Seberapa tinggi tingkat kepuasaan dan juga aspirsi masyarakat pada pelayanan publik
di ibu kota?
· Seberapa baguskah kebijaka yang diterapakan di pemerintah?

b. Masalah komparatif
Masalah komparatif yaitu sebuah permasalahan penelitian yang sifatnya membandingkan
antara variabel satu dengan yang lainnya apakah itu sama atau berbeda.Contohnya
· Apakah ada perbedaannya tingkat produktifitas anatara pegawai negeri dengan
pegawai swasta?
· Adakah perbedaan kapabilitas dan kedisiplinan kerja antara pegawai di perusahaan
nasional dan pegawai swasta nasional?
· Apa ada bedanya antara ketahanan fisik orang kota dengan orang pedalaman?

c. Masalah asosiatif
Masalah asosiatif ialah pertanyan pada sebuah penelitian yang sifatnya memiliki hubungan
antar dua variabel atau pun lebih. Bisa dengan hubungan timbal balik, kausal, atau simetris.
· Hubungan timbal balik, yaitu hubungan yang mempengaruhi satu sama lain. Di sini
tidak diketahui antara variabel independen dan variabel dependen.Contohnya hubungan
antara memilik motivasi tinggi dan prestasi gemilang. Pada hal ini dapat dinyatakan bahwa
motivasi berpengaruh terhadap prestasi dan sebaliknya.
· Hubungan kausal yaitu memiliki sifat sebab dan akibat. Di dalamnya terdapat variabel
bebas (independen) dan variabel dependen. Di sini variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
a. Apakah ada pengaruhnya antara sistem penggajian dengan kinerja kerja?
b. Seberapa besarkah tata ruang kota terhadap kebahagiaan penduduknya?
c. Adakah pengaruhnya antara pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dengan prestasi
belajar terhadap anak?
· Hubugan simetris yaitu hubungan diantara dua variabel atau bisa lebih kebetulan
nampak secara bersama.contohnya
a. Adakah hubungannya antara banyak semut di pohon dengan kemanisan buah?
b. Apakah ada hubungannya antara jumlah pengangguran dengan tingkat kriminal?
5. Kriteria dalam Mengidentifikasi Masalah Untuk Merumuskan Suatu Masalah
a. Masalah menanyakan dua atau lebih variabel.
b. Masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas dan tidak ambigius
c. Masalah dapat didukung dengan data empiris.
d. Masalah tidak menyangkut moral dan etika
e. Sesuai dengan keinginan dan kemampuan peneliti.
f. Dapat bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat.[5]

Seorang peneliti dalam merumuskan masalah harus menetapkan dua variabel atau lebih yang
akan dijadikan obyek formal penelitian, sehingga arah dan sasaran penelitian akan menjadi
jelas, dan hal ini sangat penting untuk menentukan instrument penelitian yang akan
dipergunakan dalam melakukan pendekatan untuk memperoleh data maupun untuk
pengukuran.
Suatu permasalahan dikatakan dapat diteliti apabila masalah tersebut dapat diungkap
kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan tidak ambigius, kemudian dianalisis. Untuk
memperoleh jawaban atas suatu permasalahan tersebut dilakukan dengan mencari informasi
dengan beberapa cara misalnya bertanya pada responden dengan melakukan wawancara,
melakukan observasi langsung atau menggunakan angket dan menyebarkannya kepada
responden terkait. Data berkaitan dengan masalah penelitian yang diperoleh tersebut harus
bisa dipecahkan melalui kerangka berpikir ilmiah serta menjangkau banyak hal dalam proses
penyelesaiannya.
Masalah dapat didukung dengan data empiris dan dapat diukur, artinya fenomena masalah
tersebut dapat diukur secara kuantitatif maupun secara empiris. Ukuran empiris atau ukuran
yang didasarkan pada fakta yang dapat dirasakan oleh orang yang terlibat mempunyai
peranan penting.Karena dukungan data empiris memberikan hubungan yang erat antara fakta
dan konstruk suatu fenomena.
Masalah tidak menyangkut moral dan etika, artinya masalah yang akan diteliti tersebut tidak
berkaitan dengan moral atau etika individu atau kelompok yang merupakan responden
perolehan data dalam variabel tersebut.Sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti,
artinya peneliti perlu menyesuaikan kemampuan dan keinginannya, peneliti harus
mempunyai kepercayaan bahwa apa yang hendak dilakukan di lapangan akan berhasil,
karena data yang ada di lapangan dan kemampuan peneliti untuk mengumpulkan kemudian
menganalisisnya sampai hasil penelitian dapat diperoleh.
Mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat praktis, artinya masalah tersebut mempunyai
kontribusi signifikan, mempunyai manfaat bagi peneliti maupun bermanfaat bagi masyarakat
pada umumnya.Manfaat teoritis yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan,
dan manfaat praktis yang langsung dapat digunakan atau dirasakan oleh masyarakat.[6]
6. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk
kalimat tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya
penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si
peneliti. Masalah yang dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut dapat
diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang jelas,
peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur dan apakah ada
alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang
jelas, akan dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
pandangan yang dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa
salah satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian
harus clear. Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat
yang jelas, tidak membingungkan. Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah
mengidentifikasi variabel-variabel apa yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan
berikutnya memudahkan dalam mendefenisikan istilah atau variabel dalam pertanyaan
penelitian. Dalam mendefenisikan istilah tersebut depat dengan
1. Constitutive definition, yakni dengan pendekatan kamus (dictionary approach)
2. Contoh atau by example
3. Operational definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel penelitian secara
spesifik, rinci dan operasional.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah :
a. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna,Masalah perlu dirumuskan dengan
singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah
dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
b. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan
kalimat pernyataan.
c. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki,
mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan
yang diharapkan.
d. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami
variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana
mengukurnya.
e. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya
pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung
dalam masalah penelitian tersebut.
f. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan
simpulan yang tegas. Kalau disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya
disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional.
7. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi ruang lingkup masalah yang
terlalu luas / lebar sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan
agar pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga
penelitian bisa lebih fokus untuk dilakukan. Dari sekian banyak masalah tersebut dipilihlah
satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim disebut
dengan batasan masalah). Batasan masalah jadinya berati pemilihan satu atau dua masalah
dari beberapa masalah yang sudah teridentifikasi.
Batasan masalah itu dalam arti lain sebenarnya menegaskan atau memperjelas yang menjadi
masalah. Dengan kata lain, merumuskan pengertian dan menegaskannya dengan dukungan
data-data hasil penelitian pendahuluan. Misal, jika yang dipilih mengenai “prestasi kerja
karyawan yang rendah” dipaparkanlah “kerendahan” prestasi kerja itu seperti apa misalnya
kehadiran kerja seberapa rendah, keseriusan kerja seberapa rendah, kuantitas hasil kerja
seberapa rendah, kualitas kerja seberapa rendah.Dapat pula batasan masalah itu dalam arti
batasan pengertian masalah, yaitu menegaskan secara operasional masalah tersebut yang akan
memudahkan untuk melakukan penelitian pengumpulan data. Misal, dalam contoh di atas,
prestasi kerja mengandung aspek kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau
kesungguhan kerja (benar-benar melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan
buang-buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang
dihasilkan berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan, kecermatan
dsb dari hasil karya).Pilihan makna yang mana yang akan diikuti sebenarnya tidak masalah.
Idealnya:
· membatasi (memilih satu atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari
yang sudah diidentifikasi),
· menegaskan pengertiannya
· memaparkan data-data yang memberikan gambaran lebih rinci [7]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting
diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan
juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. masalah adalah
sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan yang harus diupayakan untuk
menyelesaikannya melalui suatu proses yang dilakukan secara sistematis.Sebelum melakukan
penelitian, peneliti harus memilih dan memilah problematika atau masalah yang ditemuinya,
apakah masalah tersebut benar-benar permasalahan yang layak diteliti dan memenuhi kriteria
penelitian ilmiah atau tidak.Misalnya memenuhi ciri-ciri dapat diukur dengan instrument
penelitian, sering ditemui di lapangan dan mempunyai manfaat yang berguna bagi
masyarakat dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
B. SARAN
Demikianlah makalah tentang “IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH” yang
dapat saya sampaikan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan terdapat banyak kesalahan karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu
kami mohon maaf dan kami sangat mengaharap kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. S. Margono, 2007, Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta,

Sukardi, 2013, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,


Jakarta, Bumi Aksara

http://callmeamel.blogspot.co.id/2010/07/identifikasi-rumusan-dan-batasan.html
https://luthfan.com/contoh-rumusan-masalah/#Fungsi_Rumusan_Masalah
https://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/10/26/identifikasi-masalah-batasan-
masalah-serta-rumusan-masalah

[1] http://callmeamel.blogspot.co.id/2010/07/identifikasi-rumusan-dan-batasan.html
[2] Sukardi, 2013, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta,
Bumi
Aksara.hal 12

[3] https://luthfan.com/contoh-rumusan-masalah/#Fungsi_Rumusan_Masalah
[4] Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 54-56

[5] https://luthfan.com/contoh-rumusan-masalah/#Penempatan_Sebuah_Rumusan_Masalah
[6] ibid
[7]https://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/10/26/identifikasi-masalah-batasan-masalah-
serta-rumusan-masalah/

Anda mungkin juga menyukai