Disusun Oleh:
Kelompok 4.
Muhammad zibi al- fiqri (11901128)
Leni alya (11901220)
Resi yanti (11901312)
b. Masalah komparatif
Masalah komparatif yaitu sebuah permasalahan penelitian yang sifatnya membandingkan
antara variabel satu dengan yang lainnya apakah itu sama atau berbeda.Contohnya
· Apakah ada perbedaannya tingkat produktifitas anatara pegawai negeri dengan
pegawai swasta?
· Adakah perbedaan kapabilitas dan kedisiplinan kerja antara pegawai di perusahaan
nasional dan pegawai swasta nasional?
· Apa ada bedanya antara ketahanan fisik orang kota dengan orang pedalaman?
c. Masalah asosiatif
Masalah asosiatif ialah pertanyan pada sebuah penelitian yang sifatnya memiliki hubungan
antar dua variabel atau pun lebih. Bisa dengan hubungan timbal balik, kausal, atau simetris.
· Hubungan timbal balik, yaitu hubungan yang mempengaruhi satu sama lain. Di sini
tidak diketahui antara variabel independen dan variabel dependen.Contohnya hubungan
antara memilik motivasi tinggi dan prestasi gemilang. Pada hal ini dapat dinyatakan bahwa
motivasi berpengaruh terhadap prestasi dan sebaliknya.
· Hubungan kausal yaitu memiliki sifat sebab dan akibat. Di dalamnya terdapat variabel
bebas (independen) dan variabel dependen. Di sini variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen.
a. Apakah ada pengaruhnya antara sistem penggajian dengan kinerja kerja?
b. Seberapa besarkah tata ruang kota terhadap kebahagiaan penduduknya?
c. Adakah pengaruhnya antara pendidikan yang dilakukan oleh orang tua dengan prestasi
belajar terhadap anak?
· Hubugan simetris yaitu hubungan diantara dua variabel atau bisa lebih kebetulan
nampak secara bersama.contohnya
a. Adakah hubungannya antara banyak semut di pohon dengan kemanisan buah?
b. Apakah ada hubungannya antara jumlah pengangguran dengan tingkat kriminal?
5. Kriteria dalam Mengidentifikasi Masalah Untuk Merumuskan Suatu Masalah
a. Masalah menanyakan dua atau lebih variabel.
b. Masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas dan tidak ambigius
c. Masalah dapat didukung dengan data empiris.
d. Masalah tidak menyangkut moral dan etika
e. Sesuai dengan keinginan dan kemampuan peneliti.
f. Dapat bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat.[5]
Seorang peneliti dalam merumuskan masalah harus menetapkan dua variabel atau lebih yang
akan dijadikan obyek formal penelitian, sehingga arah dan sasaran penelitian akan menjadi
jelas, dan hal ini sangat penting untuk menentukan instrument penelitian yang akan
dipergunakan dalam melakukan pendekatan untuk memperoleh data maupun untuk
pengukuran.
Suatu permasalahan dikatakan dapat diteliti apabila masalah tersebut dapat diungkap
kejelasannya melalui tindakan koleksi data dan tidak ambigius, kemudian dianalisis. Untuk
memperoleh jawaban atas suatu permasalahan tersebut dilakukan dengan mencari informasi
dengan beberapa cara misalnya bertanya pada responden dengan melakukan wawancara,
melakukan observasi langsung atau menggunakan angket dan menyebarkannya kepada
responden terkait. Data berkaitan dengan masalah penelitian yang diperoleh tersebut harus
bisa dipecahkan melalui kerangka berpikir ilmiah serta menjangkau banyak hal dalam proses
penyelesaiannya.
Masalah dapat didukung dengan data empiris dan dapat diukur, artinya fenomena masalah
tersebut dapat diukur secara kuantitatif maupun secara empiris. Ukuran empiris atau ukuran
yang didasarkan pada fakta yang dapat dirasakan oleh orang yang terlibat mempunyai
peranan penting.Karena dukungan data empiris memberikan hubungan yang erat antara fakta
dan konstruk suatu fenomena.
Masalah tidak menyangkut moral dan etika, artinya masalah yang akan diteliti tersebut tidak
berkaitan dengan moral atau etika individu atau kelompok yang merupakan responden
perolehan data dalam variabel tersebut.Sesuai dengan kemampuan dan keinginan peneliti,
artinya peneliti perlu menyesuaikan kemampuan dan keinginannya, peneliti harus
mempunyai kepercayaan bahwa apa yang hendak dilakukan di lapangan akan berhasil,
karena data yang ada di lapangan dan kemampuan peneliti untuk mengumpulkan kemudian
menganalisisnya sampai hasil penelitian dapat diperoleh.
Mempunyai manfaat teoritis maupun manfaat praktis, artinya masalah tersebut mempunyai
kontribusi signifikan, mempunyai manfaat bagi peneliti maupun bermanfaat bagi masyarakat
pada umumnya.Manfaat teoritis yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan,
dan manfaat praktis yang langsung dapat digunakan atau dirasakan oleh masyarakat.[6]
6. PERUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian, yang umumnya disusun dalam bentuk
kalimat tanya, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menjadi arah kemana sebenarnya
penelitian akan dibawa, dan apa saja sebenarnya yang ingin dikaji / dicari tahu oleh si
peneliti. Masalah yang dipilih harus “researchable” dalam arti masalah tersebut dapat
diselidiki. Masalah perlu dirumuskan secara jelas, karena dengan perumusan yang jelas,
peneliti diharapkan dapat mengetahui variabel-variabel apa yang akan diukur dan apakah ada
alat-alat ukur yang sesuai untuk mencapai tujuan penelitian. Dengan rumusan masalah yang
jelas, akan dapat dijadikan penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Hal ini sesuai dengan
pandangan yang dinyatakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990:23) bahwa
salah satu karakteristik formulasi pertanyaan penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian
harus clear. Artinya pertanyaan penelitian yang diajukan hendaknya disusun dengan kalimat
yang jelas, tidak membingungkan. Dengan pertanyaan yang jelas akan mudah
mengidentifikasi variabel-variabel apa yang ada dalam pertanyaan penelitian tersebut, dan
berikutnya memudahkan dalam mendefenisikan istilah atau variabel dalam pertanyaan
penelitian. Dalam mendefenisikan istilah tersebut depat dengan
1. Constitutive definition, yakni dengan pendekatan kamus (dictionary approach)
2. Contoh atau by example
3. Operational definition, yakni mendefenisikan istilah atau variabel penelitian secara
spesifik, rinci dan operasional.
Berdasarkan pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain adalah :
a. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna,Masalah perlu dirumuskan dengan
singkat dan padat tidak berbelit-belit yang dapat membingungkan pembaca. Masalah
dirumuskan dengan kalimat yang pendek tapi bermakna.
b. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat Tanya
Masalah akan lebih tepat apabila dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan, bukan
kalimat pernyataan.
c. Rumusan masalah hendaknya jelas dan kongkrit
Rumusan masalah yang jelas dan kongkrit akan memungkinkan peneliti secara eksplisit dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan: apa yang akan diselidiki, siapa yang akan diselidiki,
mengapa diselidiki, bagaimana pelaksanaannya, bagaimana melakukannya dan apa tujuan
yang diharapkan.
d. Masalah hendaknya dirumuskan secara operasional
Sifat operasional dari rumusan masalah, akan dapat memungkinkan peneliti memahami
variabel-variabel dan sub-sub variabel yang ada dalam penelitian dan bagaimana
mengukurnya.
e. Rumusan masalah hendaknya mampu member petunjuk tenang memungkinkannya
pengumpulan data di lapangan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung
dalam masalah penelitian tersebut.
f. Perumusan masalah haruslah dibatasi lingkupnya, sehingga memungkinkan penarikan
simpulan yang tegas. Kalau disertai rumusan masalah yang bersifat umum, hendaknya
disertai penjabaran-penjabaran yang spesifik dan operasional.
7. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau membatasi ruang lingkup masalah yang
terlalu luas / lebar sehingga penelitian lebih bisa fokus untuk dilakukan. Hal ini dilakukan
agar pembahasan tidak terlalu luas kepada aspek-aspek yang jauh dari relevan sehingga
penelitian bisa lebih fokus untuk dilakukan. Dari sekian banyak masalah tersebut dipilihlah
satu atau dua masalah yang akan dipermasalahkan, tentu yang akan diteliti (lazim disebut
dengan batasan masalah). Batasan masalah jadinya berati pemilihan satu atau dua masalah
dari beberapa masalah yang sudah teridentifikasi.
Batasan masalah itu dalam arti lain sebenarnya menegaskan atau memperjelas yang menjadi
masalah. Dengan kata lain, merumuskan pengertian dan menegaskannya dengan dukungan
data-data hasil penelitian pendahuluan. Misal, jika yang dipilih mengenai “prestasi kerja
karyawan yang rendah” dipaparkanlah “kerendahan” prestasi kerja itu seperti apa misalnya
kehadiran kerja seberapa rendah, keseriusan kerja seberapa rendah, kuantitas hasil kerja
seberapa rendah, kualitas kerja seberapa rendah.Dapat pula batasan masalah itu dalam arti
batasan pengertian masalah, yaitu menegaskan secara operasional masalah tersebut yang akan
memudahkan untuk melakukan penelitian pengumpulan data. Misal, dalam contoh di atas,
prestasi kerja mengandung aspek kehadiran kerja (ketepatan waktu kerja), keseriusan atau
kesungguhan kerja (benar-benar melakukan kegiatan kerja ataukah malas-malasan dan
buang-buang waktu, banyak menganggur), kuantitas hasil kerja (banyaknya karya yang
dihasilkan berbanding waktu yang tersedia), dan kualitas hasil kerja (kerapihan, kecermatan
dsb dari hasil karya).Pilihan makna yang mana yang akan diikuti sebenarnya tidak masalah.
Idealnya:
· membatasi (memilih satu atau dua) masalah yang akan diteliti (pilih satu atau dua dari
yang sudah diidentifikasi),
· menegaskan pengertiannya
· memaparkan data-data yang memberikan gambaran lebih rinci [7]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling penting
diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari penelitian, bahkan
juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. masalah adalah
sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan yang harus diupayakan untuk
menyelesaikannya melalui suatu proses yang dilakukan secara sistematis.Sebelum melakukan
penelitian, peneliti harus memilih dan memilah problematika atau masalah yang ditemuinya,
apakah masalah tersebut benar-benar permasalahan yang layak diteliti dan memenuhi kriteria
penelitian ilmiah atau tidak.Misalnya memenuhi ciri-ciri dapat diukur dengan instrument
penelitian, sering ditemui di lapangan dan mempunyai manfaat yang berguna bagi
masyarakat dan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
B. SARAN
Demikianlah makalah tentang “IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH” yang
dapat saya sampaikan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan terdapat banyak kesalahan karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Untuk itu
kami mohon maaf dan kami sangat mengaharap kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://callmeamel.blogspot.co.id/2010/07/identifikasi-rumusan-dan-batasan.html
https://luthfan.com/contoh-rumusan-masalah/#Fungsi_Rumusan_Masalah
https://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/10/26/identifikasi-masalah-batasan-
masalah-serta-rumusan-masalah
[1] http://callmeamel.blogspot.co.id/2010/07/identifikasi-rumusan-dan-batasan.html
[2] Sukardi, 2013, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta,
Bumi
Aksara.hal 12
[3] https://luthfan.com/contoh-rumusan-masalah/#Fungsi_Rumusan_Masalah
[4] Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 54-56
[5] https://luthfan.com/contoh-rumusan-masalah/#Penempatan_Sebuah_Rumusan_Masalah
[6] ibid
[7]https://sefmimijuliati.wordpress.com/2011/10/26/identifikasi-masalah-batasan-masalah-
serta-rumusan-masalah/