Anda di halaman 1dari 15

MASALAH PENELITIAN, KAJIAN PUSTAKA, ASUMSI, DAN HIPOTESIS

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif

OLEH:
LUTFI ULFAH FARIDAH
ASNA AINUN NI’MAH

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI KEGURUAN BAHASA ARAB
OKTOBER 2017
A. LATAR BELAKANG
Menurut kamus webter’s new international, penelitian adalah penyelidikan yang
hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang
amat cerdik untuk menetapkan sesuatu (Nazir, 2009: 12). Penelitian bertujuan untuk
mengubah kesimpulan-kesimpulan yang telah diterima, ataupun mengubah dalil-dalil
dengan adanya aplikasi baru dari dalil-dalil tersebut. Dari paparan disamping
penelitian dapat diartikan sebagai pencarian pengtahuan dan pemberi artian yang
terus-menerus terhadap sesuatu.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan fenomena serta hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori, dan/ atau
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun
ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan
ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah
penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk
membedakannya dengan penelitian kualitatif (Hadi, 2015: 1).
Penulisan makalah ini selain ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah metode
penelitian kuantitatif, juga sebagai salah satu sumber informasi yang memuat tentang
masalah penelitian, kajian pustaka, hipotesis serta asumsi.

B. MASALAH PENELITIAN
a. Hakikat Masalah Penelitian
John Dewey dan Kerlinger dalam Sukardi (2003) mengidentifikasi bahwa
permasalahan secara faktual dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh orang
awam maupun peneliti; permasalahan juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
menghalangi tercapainya tujuan. Permasalahan dapat pula diartikan sebagai
sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi karena
sesuatu hal target tidak dapat tercapai. Sesuatu hal yang menyebabkan tidak
tercapainya target disebut masalah (Sukardi, 2008: 21).
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun
kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti
(ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah baik antar kegiatan atau
1
antar fenomena, baik yang telah ada maupun yang akan ada. Penelitian diharapkan
dapat memecahkan masalah-masalah itu, atau setidaknya menutup celah yang
terjadi.
Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian, sangat berguna untuk
membersihkan kebingungan kita akan suatu hal, untuk memisahkan kemenduaan,
untuk mengatasi rintangan ataupun untuk menutup celah antar kegiatan atau
fenomena (Nazir, 2009:22).
b. Memilih Permasalahan Penelitian

Tidak semua masalah dapat diteliti oleh peneliti, Huda dalam Ainin (2010)
mengemukakan bahwa suatu masalah dapat diteliti apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:

1. Researchable
Suatu masalah dapat diteliti (researchable) apabila masalah tersebut dapat
dijawab dengan data empiris (bukan data supranatural), data tersedia atau dapat
dicari oleh peneliti, dan sampel data dapat diperoleh. Masalah yang menyangkut
keyakinan atau nilai-nilai, atau masalah-masalah ghaib tidak memenuhi kriteria.
2. Mempunyai sumbangan kepada ilmu pengetahuan
Menurut Ali Et.all dalam Ainin (2010), idealnya masalah yang diteliti
merupakan masalah yang pemecahannya memberikan sumbangan kepada ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan, baik pengembangan teori maupun
praktik.
3. Asli
Yang dimaksud dengan asli disini adalah bahwa masalah itu ditemukan
sendiri oleh peneliti melalui kajian kepustakaan, kajian terhadapa hasil penelitian
sebelumnya, dan melalui perenungan serta melalui sharing dengan pihak lain.
Dari kajian yang dilakukan ini, peneliti diharapkan menemukan masalah-masalah
yang belum terjawab.
4. Feasibility
Feasibility atau kelayakan mengacu pada kemampuan finansial peneliti untuk
melakukan penelitian. Masalah yang dapat diteliti memang banyak dan beragam,
memiliki sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, serta secara teoritis menarik untuk di teliti, akan tetapi keterbatasan

2
kemampuan peneliti (waktu, tenaga, sarana, dan biaya) menentukan kelayakan
masalah yang akan di teliti.
5. Membawa persoalan baru
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian hendaknya dapat mengantarkan
orang lain menemui masalah baru, yang mana maslah tersebut dapat dijadikan
komponen penting pada penelitian selanjutnya.
6. Sesuai bagi peneliti
Permasalahan yang diteliti haruslah merupakan penelitian yang baik dan
cocok bagi peneliti. Berikut ini adalah aspek-aspek pribadi yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan masalah penelitian (a) permasalahan hendaknya
menarik bagi peneliti dan membuatnya bersemangat untuk melakukan
penenlitian, (b) permasalahan hendaknya sesuai dengan bidang yang dikuasai
oleh peneliti, (c) permasalah tersebut dapat dilaksanakan dalam situasi di tempat
peneliti berada, dan (d) permasalahan tersebut dapat diteliti dan diselesaikan
sesuai dengan waktu yang tersedia.

Sedangkan menurut Nazir (2009), Permasalahan yang akan di teliti hendaknya


dapat memenuhi tiga kriteria penting, yaitu (1) permasalahan atau problematika
hendaknya merefleksikan kesalahan dua variabel atau lebih; (2) sebaiknya
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan; dan (3)
sebaiknya dapat diuji secara empiris. Tiga kriteria tersebut penting sebagai
pertimbangan peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang ditemui baik
dalam teori maupun di lapangan.

Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk mencari sesuatu
dalam rangaka pemuasan akademis seseorang, memuaskan perhatian serta
keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru, meletakkan dasar untuk
memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya taupun dasar untuk
penelitian selanjutnya, memenuhi keinginan sosial, dan menyediakan sesuatu
yang bermanfaat (Nazir, 2009:111).

c. Perumusan Masalah

Sesudah masalah dipilih dan ditentukan kegunaannya, maka langkah


berikutnya adalah peneliti merumuskan atau mengemukakan masalah tersebut
dalam suatu bentuk atau format yang diteliti. Adapun rambu-rambu yang perlu

3
diperhatikan dalam merumuskan masalah menurut Ainin (2010) adalah sebagai
berikut:

1. Masalah dirumuskan secara eksplisit dan disusun dalam bentuk kalimat tanya.
2. Masalah dinyatakan secara jelas dan tegas.
3. Bila memungkinkan, masalah pokok dijabarkan menjadi beberapa masalah.
4. Ada batasan terhadap ruang lingkup bagi permasalahan yang diteliti.

C. KAJIAN PUSTAKA
a. Hakikat penyusunan Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian,


khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan
aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. Hal tersebut juga wajib sifatnya
karena didasarkan pada realitas bahwa penelitian kuantitatif menggunakan
pendekatan ilmiah yang di dalamnya mengandung unsur kombinasi antara dasar
berpikir deduktif dan induktif. Cara berpikir deduktif adalah suatu bentuk
pendekatan pemikiran yang mengutamakan langkah awal dari pengetahuan umum
yang telah diverifikasikan yang kemudian akan memperoleh bentuk kesimpulan
yang sifatnya lebih spesifik. Sedangkan cara berfikir induktif merupakan pola
pendekatan yang berasal dari hal yang sifatnya spesifik dan realitas sebagai
langkah awal, kemudian menuju pola cakupan yang lebih umum atau luas untuk
kemudian mencapai bentuk kesimpulan (Sukardi, 2008: 33).

Di dalam kajian pustaka ini peneliti menggali dan menelaah teori yang telah
berkembang dan relevan dengan masalah yang diteliti. Selain itu, peneliti juga
menelaah hasil penelitian dan pemikiran yang relevan (Ainin, 2010: 56).

b. Fungsi Penyusunan Kajian Pustaka

Kajian pustaka dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan yang utama yaitu
mencari dasar pijakan atau fondasi untuk memperoleh dan membangun landasan
teori, kerangka berpikir, dan menentukan hipotesis penelitian, sehingga para
peneliti dapat mengerti, melokasikan, mengorganisasikan, dan kemudian
menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya (Sukardi, 2008: 32). Dengan
melakukan kajian pustaka, peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan
mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti. Ary, dkk dalam Sukardi (2008)

4
mengemukakan bahwa kajian pustaka memiliki beberapa peranan dalam proses
penelitian yaitu:

1. Peneliti akan mengetahui batas-batas cakupan dari permasalahan


2. Dengan mengetahui teori yang berkaitan dengan permasalahan, peneliti dapat
menempatkan pertanyaan secara perspektif
3. Dengan kajian pustaka, peneliti dapat mengetahui dan menilai hasil-hasil
penelitian yang sejenis yang mungkin kontradiktif antara satu penelitian
dengan penelitian lainnya.
4. Dengan kajian pustaka, peneliti dapat membatasi pertanyaan yang diajukan
dan menentukan konsep studi yang berkaitan erat dengan permasalahan.
5. Dengan melalui kajian pustaka, peneliti dapat menentukan pilihan metode
penelitian yang tepat untuk memecahkan permasalahan.
6. Dengan kajian pustaka dapat di cegah atau dikurangi replikasi yang kurang
bermanfaat dengan penelitian yang sudah dilakukan peneliti lainnya.
7. Dengan kajian pustaka, peneliti dapat lebih yakin dalam menginterpretasikan
hasil penelitian yang hendak dilakukannya.

Kajian pustaka dilakukan oleh peneliti antara setelah mereka menentukan


topik penelitian dan di tetapkannya rumusan permasalahan, sebelum mereka
terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.

c. Sumber Kepustakaan

Sukardi (2008) mengungkapkan beberapa macam sumber informasi yang


dapat digunakan sebagai bahan studi kepustakaan diantaranya yaitu:

1. Jurnal penelitian
jurnal penelitian merupakan sumber yang penting jika dibandingkan dengan
sumber penelitian lain. Jurnal penelitian biasanya lebih berorientasi pada nilai
akademik yang sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan.
Contoh jurnal pendidikan yang ada adalah jurnal ilmu pendidikan yang
diterbitkan oleh Universitas Negeri Malang.
2. Laporan hasil penelitian
Tidak semua hasil penelitian mempunyai kesempatan dapat dipublikasikan
dalam jurnal. Hasil penelitian ini biasanya disimpan di perpustakaan dan dapat
diakses kapanpun setelah mendapatkan ijin dari yang bersangkutan. Hasil

5
penelitian ini mempunyai bobot hampir sama yang ada dalam jurnal, yang
membedakan adalah hasil penelitian belum diterbitkan. Dua acuan tersebut
dapat digunakan untuk menyusun struktur kajian pustaka.
3. Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan dari laporan hasil penelitian, baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Abstrak disusun secara
narasi dengan menonjolkan tiga aspek penelitian yaitu tujuan, metode dan
hasil penelitian. Abstrak dicantumkan dalam awal laporan bertujuan agar para
pembaca dapat mengambil manfaat dari hasil penelitian yang dilaporkan
dalam waktu yang relatif singkat.
4. Narasumber
Narasumber merupakan informasi hidup karena mereka umumnya adalah
manusia yang mempunyai kriteria tertentu dan mempunyai pengaruh yang
positif dalam bidang ilmu tertentu. Yang termasuk para nara sumber adalah (a)
para profesional, yaitu orang yang mempunyai profesi dan terlibat secara
langsung dengan kegiatan yang menjadi pokok bahasan peneliti dan (b) para
ahli, yaitu orang yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu.
5. Buku
Buku ini sangat penting karena sebagian bidang ilmu yang erat kaitannya
dengan penelitian dan sebagian besar ada dalam bentuk buku yang ditulis oleh
seorang pengarang ahli. Dalam kaitannya dengan buku sebagai sumber
pustaka, para peneliti hendaknya mengacu pada wawasan yang lebih luas
dalam penggunaan bahasa internasional termasuk Bahasa Indonesia, Inggris,
Arab, dan lain-lain.
6. Surat kabar dan majalah
Media ini merupakan sumber pustaka yang cukup baik dan mudah ditemui di
masyarakat. Dalam pengguanaannya sebagai sumber kajian pustaka, peneliti
hendaknya mengevaluasi lebih dulu isi yang hendak diambil dengan
menggunakan pola pertanyaan 5w+1h.
7. Internet
Dengan kemajuan teknologi informasi, kegiatan manusia semakin mengglobal,
semua informasi dapat tersampaikan secara cepat. Untuk menyesuaikan dan
agar dapat mengambil manfaat secara maksimal, para peneliti hendaknya
mencari informasi yang terkait dengan permasalahan melalui internet.
6
d. Isi Kajian Pustaka

Isi kajian pustaka dapat berbentuk kajian teoritis yang pembahasannya


difokuskan pada informasi sekitar permasalahan penelitian yang hendak
dipecahkan melalui penelitian. Misalnya jika seorang peneliti hendak
mengungkapkan tentang pengaruh prestasi belajar dilihat dari faktor-faktor
hubungan anak dengan orang tua, pekerjaan orang tua, dan status orang tua, maka
peneliti dapat melakukan studi studi kepustakaan yang berhubungan dengan teori
sosiologi dan psikologi anak serta hubungan sosial sekitar kegiatan anak dalam
keluarga, peranan orang tua, dan jenis pekerjaan.

Materi dapat diambil dengan sekuensi sederhana menuju yang kompleks atau
yang langsung berkaitan dengan masalah yang sedang menggejala saat ini.
Pendapat pakar atau narasumber yang kompeten di bidangnya dan ulasan peneliti
dalam usaha membangun kerangka teoritis dan mencapai hipotesis penelitian atau
pertanyaan penelitian (Sukardi, 2008: 38).

Tidak ada batasan yang pasti tentang berapa jumlah buku yang harus
digunakan sebagai acuan kajian pustaka, tetapi ada petunjuk yang memberi arah
bahwa semakin banyak buku dan sumber-sumber informasi mendukung kegiatan
eksplorasi kajian pustaka semakin baik bagi peneliti. Jika jumlah referensi sangat
terbatas, peneliti dianjurkan untuk mencari sumber yang berhubungan erat
misalnya tentang sejarah atau asal-usul tentang permaslahan yang hendak
dipecahkan. Disamping itu peneliti juga diwajibkan melakukan eksplorasi
lapangan, dengan menggunakan metode observasi dan wawancara kepada
narasumber (Sukardi, 2008:39).

e. Prinsip Penyusunan Kajian Pustaka

Ada dua prinsip dasar yang dapat digunakan peneliti dalam penyusunan kajian
pustaka, yaitu prinsip kemutakhiran dan prinsip relevansi dengan yang diteliti.
Prinsip kemutakhiran menjadi begitu penting dikarenakan keberadaan
pengetahuan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Universitas negeri
malang dalam Ainin (2010) mengatakan bahwa sebuah teori yang efektif pada
suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa suatu teori selalu berkembang seiring dengan perkembangan

7
jaman. Sementara itu prinsip relevansi mengacu pada kesesuaian antara bidang
yang diteliti dengan bahan pustaka yang dikaji (Ainin, 2010: 58-59).

f. Strategi Penyusunan Kajian Pustaka

Setelah informasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian


diperoleh secara komprehensif dan lengkap dengan pencatatan sumber informasi
sesuai dengan aturan tata tulis yang ditetapkan, langkah berikutnya yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah mengorganisasi materi yang diperoleh secara
sistematis sebagai bahan acuan selama melakukan penelitian. Ary, et all dalam
Ainin (2010) mengungkapkan pendapatnya terkait strategi penyusunan kajian
pustaka sebagaimana berikut ini:

1. Kajian pustaka dimulai dengan menelaah bidang yang paling akhir yang
dimuat dalam terbitan terbaru dan selanjutnya menelaah ke terbitan
sebelumnya.
2. Membaca abstrak dan ringkasan suatu laporan untuk dijadikan acuan
dalam menetapkan apakah laporan itu relevan dengan masalah yang diteliti
atau tidak.
3. Sebelum membuat catatan, peneliti membaca skimming laporan tersebut
untuk mengetahui bagian-bagian yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti
4. Membuat catatan langsung pada kartu catatan, karena kartu itu lebih
mudah diseleksi dan disusun daripada lembaran kertas, amplop, dan lain-
lainnya
5. Menulis referensi bibliologi secara lengkap untuk setiap karya.
6. Agar pemilihan dan penyusunan lebih mudah dilakukan, maka jangan
memasukkan lebih dari satu referensi pada setiap kartu.
7. Berilah tanda bagian mana yang merupakan kutipan langsung dari
pengarang dan bagian mana yang bukan merupakan kutipan langsung.

D. ASUMSI
a. Pengertian Asumsi
Dalam penelitian, asumsi harus dapat memberikan penjelasan sampai
batas mana suatu teori dapat diterapkan. Asumsi dari suatu teori adalah sejumlah

8
penyataan yang menggambarkan penerapan teori dalam teori dalam lingkungan
tertentu. Penyataan ini bukan untuk di uji melainkan diterima sebagai sesuatu
yang benar. Seorang peneliti harus merumuskan asusmi, karena :
1. Sebagai dasar atau titik tolak dalam memecahkan masalah penelitian,
2. Sebagai acuan dalam menguraikan variable-variabel penelitian, dan
3. Menjadi sumber untuk merumuskan hipotesis.
Asumsi bisa juga disebut anggapan dasar, adalah suatu pernyataab yang
tidak diragukan lagi kebenarannya sebagai titik tolak dalam suatu penelitian.
Asumsi harus didasarkan pada keyakinan peneliti, sehingga dalam dijadikan titik
tolak dalam penelitian. Kebenaran asumsi bukan dikira-kira atau spekulasi, tetapi
betul-betul harus di dukung oleh teori-teori atau hasil-hasil penemuan penelitian
yang relevan.
Merumuskan asumsi bukanlah hal yang mudah karena memerlukan kajian
pustaka yang mendalam dan analisis yang tajam.1
b. Cara menentukan Asumsi
Asumsi atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah
diyakini oleh peneliti. Sebagai bahan pendukung asumbi atau anggapan dasar,
sebaiknya peneliti melakukan studi perpustakaan untuk mengumpulkan teori-teori
dari buku maupun penemuan dari penelitian. Apa yang sudah dibaca sebaiknya
dicatat pada kartu-katu. Pada setiap kartu dicantumkan sekaligus sumber
keterangan yang di ambil agar tidak ada kesulitan apabila bukunya pinjaman atau
sukar ditemukan.
Kegunaan asumsi atau anggapan dasar ini untuk memperkuat
permasalahan dan membantu peneliti memperjelas menetapkan objek penelitian,
wilayah pengambilan data, instrument pengumpulan data.2

E. HIPOTESIS
a. Pengertian Hipotesis
Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang harus diuji kebenarannya secara empiris. Hipotesid berasal dari 2 penggalan

11
Zainal arifin, 2014, Penelitian Pendidikan Metode dsn Paradigms Baru, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
cet.3 hal. 195-196
2
Suharsimi arikunto,2014,prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta : rineka cipta, cet.15, hal
104-107

9
kata, “hypo” yang berarti “di bawah” dan “thesa” yang berarti “kebenaran”3.
Hiptesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan
dasar kerja serta pandua dalam verifikasi.
Menurut “trelease” dalam buku moh.nazir mengatakan difinisi hipotesis
adalah “ suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang harus diamati”.
Sedangkan good dan scates menyatakan bahwa “hipotesis adalah sebuah taksiran
atau referensi yang dirumuskan yang dirumuskan serta diterima untuk sementara
yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati atau kondisi-kondisi yang
diamati.
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta.
3. Sebagai alat yang sederhana dan memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa koordinasu ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antarfakta.
b. Ciri-ciri Hipotesis
Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah sebagai berikut 4:
1. Hipotesis harus menyatakan hubungan
2. Hipotesis harus sesuai dengan fakta
3. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh
kembangnya ilmu pengetahuan
4. Hipotesis harus dapat diuji
5. Hipotesis harus sederhana
6. Hipotesis harus bisa menerangkan fakta
c. Jenis Hipotesis
Jenis hipotesis dibedakan menjadi 3 yaitu5 :
1. Hipotesis tentang perbedaan dan hubungan.

3
Suharsimi arikunto,ibid. hal 111
4
Moh.Nazir,2003, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, cet ke-5, hal 152
5
Moh.Nazir, ,ibid , hal 153

10
Hipotesi tentang hubungan adalah penyataan rekaan yang menyatakan tentang
saling berhubungan antara satu variable atau lebih. Hipotesis yang yang
menjelasakan perbedaan adalah adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu
disebabkan oelh adanya pengaruh variable yang berbeda-beda.

2. Hipotesis kerja dan hipotesis nul.


Hipotesis kerja disebut juga hipotesis alternative disingkat dengan Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variable X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok
Hipotesis nul sering disebut juga hipotesis statistic, karena biasanya dipakai
dalam penelitian yang bersifat statistic, yang di uji dengan perhitungan
statistic. Hipotesis nul menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua
variable, atau tidak adanya pengaruh variable X terhadap variable Y6.
3. Hipotesis common sense dan ideal.
Hipotesis common sense ( akal sehat), hipotesis ini biasanya menyatakan
hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya, hipotesis tentang
produksi dan status pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga
kerja dengan luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dangan daya
tahan terhadap insekta dan sebagainya.
Hipotesis ideal adalah hipotesis yang menyatakan hubungan komplek.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara
keseragaman-keseragaman pengalaman empiris.
d. Bentuk hipotesis
Bentuk hipotesis sngat berkaitan dengan rumusan masalah penelitian,
yaitu rumusan masalah deskriptif (mandiri), rumusan masalah komparatif
(perbandingan), dan rumusan masalah asosiatif (hubungan). Maka dengan
demikian bentuk hepotesis juga dibedakan menjadi tiga, yaitu hipotesis deskriptif,
hipotesis komparatif, dan hipotesis assosiatif.7
1. Hipotesis Deskriptif adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif,
yaitu yang berkenaan dengan variable amndiri.

6
Suharsimi arikunto, opcit. Hal 112-113
7
Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta, cet. 21, hal 66

11
2. Hipotesis komparatif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
yang komparatif. Pada rumusan ini variablenya sama tetapi populasi dan
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
3. Hipotesis assosiatif, adalah jawaban sementara terhasdap rumusan masalah
assosiatf, yaitu yang menyatakan hubungan antara dua variable atau lebih.
e. Karakteristik Hipotesis
Karakteistik hipotesis yang baik adalah sebagai berikut :
1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variable mandiri, perbandingan
variable pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan
antara 2 variabel atau lebih.
2. Dinyatakna dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran.
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode
ilmiah.8
f. Menggali dan merumuskan hipotesis
Menemukan suatu hipotesis memerlukan kemampuan si peneliti dalam
mengaitkan masalah-masalah dengan variable-variabel yang dapat diukur dengan
menggunakan suatu kerangka analisis yang dibentuknya. Menggali dan
merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. Dalam menggali hipotesis, si
peneliti harus :
1. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingi dipecahkan dengan
jalan banyak membaca literatu-literatu yang ada hubungannya dengan
penelitian yang sedang dilaksanakan.
2. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-
tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubugan dengan penelitiannya.
3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.
Merumuskan hipotesis bukan lah hal yang mudah. Sekurang-kurangnya
ada tiga hal penyebab kesukaran dalam merumuskan hipotesis, yaitu :
1. Tidak adanya kerangka teori atau pengetahuan tentang teori yang terang,

8
Sigiyono, ibid. Hal 71

12
2. Kurangnya kemampuan untuk menggunakan kerangka teori yang sudah ada,
dan
3. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang ada untuk dapat
merangkaikan kata-kata dalam membuat hipotesis secara benar.
Petunjuk dalam merumuskan hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik,
2. Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau penyataan.
3. Hipotesis sebaiknya menyatakan hubungan anatardua atau lebih variable
yang dapat diukur.
4. Hipotesis hendaknya dapat diuji.
5. Hipotesis sebaiknya mempunyai kerangka teori.9

9
Moch.Nazir, opcit, hal 154-157

13
DAFTAR RUJUKAN

Ainin, Moh. 2010. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Surabaya: Hilal.

Arifin, Zainal. 2014. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Hadi. Syamsul. 2015. Pengertian Metode Penelitian Kuantitatif, (Online)
http://www.maribelajarbk.web.id/2015/07/pengertian-metode-penelitian-
kuantitatif.html. Diakses Tanggal 5 Oktober 2017
Nazir, Moh.2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nazir. Moh. 2008. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta,
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

14

Anda mungkin juga menyukai