Anda di halaman 1dari 17

DISCOVERY LEARNING 2

“Research Question and Problem Statement”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Modul Metodologi Penelitian dan Biostatistik

Dosen Pengampu: Waras Budi Utomo, MKM.

Disusun oleh

Aisyah Nisa Hafiyya


11191040000086
PSIK B 2019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
APRIL/2022
1. Paradigma dalam Penelitian Keperawatan

Paradigma adalah sebuah pandangan umum atau perspektif umum dalam menilai sebuah
kompleksitas permasalahan dunia. Paradigma memiliki karakteristik berupa jawaban dari
pertanyaan manusia berbentuk respon dari sebuah pertanyaan filosofis yang ada. Contohnya
seperti pertanyaan yang bersifat ontologis maupun epistemologis.

Disiplin ilmu dalam keperawatan memiliki cakupan dua paradigma yang luas, yaitu
paradigma yang bersifat positif dan paradigma yang bersifat konstruktif.

- Paradigma Positif
Paradigma yang mendominasi penelitian keperawatan dalam beberapa dekade ini
dikenal sebagai positivisme. Positivisme merefleksikan budaya fenomena merujuk pada
kemodernan yang menekankan aspek rasional dan saintifik.

Paradigma ini memiliki dasar berasumsi bahwa ada sebuah kebenaran di luar sana
yang dapat dipelajari dan diketahui. Asumsi dijadikan sebagai dasar prinsip yang dipercaya
kebenarannya tanpa bukti atau verifikasi terlebih dahulu.

- Paradigma Konstruktif
Paradigma ini menampilkan alternatif sistem untuk meningkatkan kedisiplinan dalam
penelitian keperawatan

(Polit, D.F & Beck, C.T. 2012.).

2. Identifikasi Topik Penelitian

Penelitian diawali dengan langkah pemilihan topik penelitian, yang kemudian didukung
dengan pengumpulan data awal. Menurut asal katanya, istilah topik berasal dari bahasa yunani
yaitu “topoi” yang berarti tempat. Dalam hal tulis menulis berarti pokok pembicaraan atau
sesuatu yang menjadi landasan penulisan suatu tulisan.

Topik adalah pokok permasalahan yang akan diperkirakan atau masalah yang hendak
dikemukakan dalam karya ilmiah. Topik penelitian dapat diartikan sebagai kejadian atau
peristiwa yang akan dijadikan sebagai lapangan penelitian. Terdapat hal-hal yang perlu
dipertimbangkan oleh calon peneliti sebelum menentukan topik penelitian antara lain :

1. Manageable Topic (topik yang dipilih hendaknya berada dalam jangkauan)


Baik ataupun tidaknya suatu penelitian tidak selalu tergantung kepada luas tidaknya topik
dan permasalahan yang diteliti. Suatu topik penelitian yang masih berada dalam jangkauan
peneliti dan tidak terlalu luas pada akhirnya semakin mempermudah peneliti dalam
mengorganisasikan, mengatur dan mengendalikan jalannya penelitian. Paling tidak perlu
dipertimbangkan kemampuan yang dimiliki, lamanya waktu penelitian, jumlah dana yang
tersedia, keadaan personel peneliti serta peralatan yang dimiliki.

2. Obtainable Data (tersedianya data untuk membahas topik)


Suatu penelitian yang dijalankan tidak akan memenuhi sasaran tanpa didukung oleh data
yang memadai dan tidak dapat dipertanggung jawabkan atau tidak obyektif. Kegagalan
penelitian seringkali karena data yang tersedia tidak lengkap atau tidak obyektif. Peneliti
harus mampu melakukan perkiraan kemungkinan-kemungkinan ada tidaknya data dan
kesulitan-kesulitan penggalian data.

3. Interested Topic (topik tersebut menarik untuk diteliti)


Daya tarik topik perlu pula diperhatikan, topik yang dipilih harus menarik bagi si peneliti
sendiri, selain itu topik tersebut juga harus mampu membangkitkan minat bagi pembacanya,
pemesan maupun pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

4. Significance of Topic (topik tersebut cukup penting untuk diteliti)


Begitu pula halnya dengan tingkat keberartian topik, hal ini perlu mendapat perhatian.
Pemilihan topik selayaknya disesuaikan dan diarahkan kepada tingkat kebutuhan dan
sumbangannya, baik utuk kepentingan pembangunan, khalayak banyak, pengembangan ilmu
pengetahuan ataupun permintaan pemesanan.

5. Apakah topik tersebut dapat diselidiki. Selanjutnya, faktor penting lainnya dalam pemilihan
topik adalah mengenai kemungkinan keberhasilan penyelidikan. Topik yang dipilih
hendaknya secara logis dapat diselidiki. Penelitian-penelitian yang kemungkinannya kita
tidak dapat memperoleh data ataupun hasil konklusi yang akan dibuat sebaiknya perlu
dihindari.
6. Keadaan Waktu dan Biaya
Peneliti yang memiliki biaya relatif sedikit ada baiknya menghindari pemilihan topik yang
luas dan rumit. Begitupun halnya keadaan waktu yang dimiliki, jika yang tersedia relatif
singkat sebaiknya peneliti memilih topik yang diperkirakan memerlukan waktu penelitian
yang relatif singkat pula. Keseimbangan antara ketersediaan waktu dan biaya penelitian
dengan topik memungkinkan peneliti mampu memenuhi sasaran penelitian dengan hasil
yang memuaskan.

7. Topik yang dipilih sebaiknya: Tidak terlalu baru, Tidak terlalu teknis dan Tidak terlalu
kontroversial.
(Nazir, 2013)

3. Sumber Penemuan Masalah Penelitian

Pencarian topik atau masalah penelitian harus dilakukan oleh seorang peneliti dengan
berbagai sumber. Sumber informasi apa saja yang dapat membantu munculnya topik harus
dicari oleh peneliti, baik itu yang bersumber dari kegiatan-kegiatan ilmiah maupun yang
bersumber dari tulisan. Diantaranya adalah :

1. Penelitian-penelitian yang sudah ada


Kekurangan-kekurangan yang ada pada penelitian tersebut ditampung, dan kemudian
dijadikan topik dan dilanjutkan dengan mengadakan penelitian berikutnya.

2. Pengamatan di lapangan
Melakukan pengamatan secara langsung di lapangan merupakan hal yang sangat baik
untuk menimbulkan ide-ide secara spontan dalam menimbulkan topik. karena begitu
banyak fenomena atau peristiwa di lapangan yang dapat dijadikan topik untuk melakukan
penelitian

3. Pengalaman Pribadi
Catatan serta pengalaman pribadi merupakan sumber dari topik penelitian, misalkan
pengalaman ketika praktik kerja lapangan atau pengalaman ketika melakukan kegiatan-
kegiatan sosial di masyarakat. Sekiranya peneliti menemukan masalah atau kesenjangan
antara teori dengan praktik dan hal tersebut dianggap perlu untuk diteliti lebih lanjut, hal
tersebut dapat dijadikan sebagai topik penelitian. (Nazir, 2013).

4. Melalui diskusi-diskusi ilmiah


Topik penelitian dapat juga bersumber dari diskusi-diskusi, seminar, kuliah maupun
pertemuan-pertemuan ilmiah lainnya. Dalam diskusi tersebut, peneliti dapat menangkap
banyak analisis-analisis ilmiah, serta argumentasi-argumentasi professional, yang dapat
menjurus pada suatu topik atau masalah yang baru.

5. Dosen, para peneliti, dan para ahli


Dosen, para peneliti, dan para ahli pada umumnya mempunyai kelebihan dan menguasai
permasalahan yang telah menjadi tanggung jawabnya, oleh karena itu peneliti harus
berusaha untuk berkonsultasi kepada mereka untuk mencari topik maupun permasalahan
yang ingin dilakukan.

6. Daftar Kepustakaan
Perpustakaan merupakan tempat yang baik untuk mencari topik penelitian. Di
perpustakaan tersedia berbagai macam buku dan jurnal-jurnal ilmiah yang bisa dijadikan
sebagai referensi atau sumber dalam menentukan atau mencari suatu topik penelitian.
Sehingga bisa menemukan topik yang baik untuk melakukan langkah-langkah penelitian
berikutnya.

Selain dari buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang akan dikaji,
masih banyak sumber-sumber lain yang perlu dicari yaitu dengan melakukan survei literatur
dari sumber informasi, seperti jurnal, ensiklopedia, skripsi, tesis, laporan hasil penelitian ilmiah,
majalah-majalah, siaran-siaran singkat tentang berita terkini. Selain itu, dengan kemajuan
teknologi informasi, maka calon peneliti dapat melakukan pencarian di situs-situs internet.

Sumber-sumber pencarian topik ini digunakan untuk mencari data awal penelitian. Data
awal adalah data yang digunakan untuk mendukung atau menguatkan topik yang telah dipilih
(Indrianto, 2014).
4. Identifikasi Masalah

Bagian ini mencangkup kajian terhadap berbagai masalah yang terkait dengan tindakan
yang diambil dalam penelitian. Identifikasi masalah berisikan semua masalah yang relevan
dengan tindakan penelitian yang sudah dijelaskan dalam latar belakang. Perlu diperjelas rincian
masalah untuk tiap-tiap tindakan penelitian, serta hubungan atau perbandingan antar tindakan.
Identifikasi masalah dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan (Ismail & Triyanto, 2020).

Dalam menentukan masalah mana yang perlu segera diselesaikan perlu dilakukan
identifikasi masalah penelitian. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengelompokkan
masalah-masalah tersebut dan memetakannya secara terstruktur berdasarkan keahlian bidang
peneliti. Dikutip dari Siyoto & Sodik (2015) menurut Burns (2000) dalam mengidentifikasi
masalah harus menyadari hal-hal berikut:

a. Esensial, masalah yang diidentifikasi menjadi urutan paling penting dari masalah yang ada
b. Urgen, ada kebutuhan mendesak untuk menemukan solusi atas masalah yang harus
dipecahkan
c. Masalah memiliki manfaat jika dipecahkan
Ada hubungan erat antara identifikasi masalah dan perumusan masalah, dan perlu menarik
benang merah antara keduanya. Identifikasi masalah disusun bentuk pernyataan, maka rumusan
masalah disusun dalam bentuk kalimat tanya. Hubungan identifikasi masalah dengan rumusan
masalah dikutip dari Firdaus & Zamzam (2018) dapat digambarkan dengan:

5. Tipe Masalah Penelitian

Dikutip dari Adiputra, dkk (2021) masalah penelitian terbagi dalam tiga kategori, antara
lain:
A. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif adalah permasalahan di mana terdiri hanya atas satu variabel
atau lebih yang berdiri sendiri. Penelitian menggunakan permasalahan deskriptif tidak
membuat perbandingan antara variabel dan hanya mencari hubungannya. Contoh masalah
penelitian deskriptif, yakni:

1) Seberapa tinggi minat membaca dan lama belajar rata-rata per hari murid sekolah dasar
di Jakarta?
2) Seberapa besar efektivitas model pembelajaran daring terhadap prestasi belajar siswa?
B. Permasalahan Komparatif
Permasalah komparatif adalah rumusan masalah yang disusun dengan membuat
perbandingan antara satu atau lebih variabel yang berbeda di waktu yang berbeda. Contoh
dari masalah penelitian komparatif, yakni:

1) Adakah perbedaan pemahaman materi pertumbuhan dan perkembangan antara siswa


sekolah A dan sekolah B? (variabel penelitiannya adalah pemahaman materi siswa di
sekolah A dan sekolah B)
2) Adakah perbedaan kejenuhan bekerja antara karyawan di perusahaan A dengan
karyawan perusahaan B?
C. Permasalahan Asosiatif
Permasalahan asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menyatakan
hubungan antara dua atau lebih variabel. Hubungan variabel dalam masalah penelitian
asosiatif terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Hubungan simetris, adalah hubungan antara dua variabel atau lebih yang terjadi secara
bersama-sama. Berikut adalah contoh rumusan masalahnya:
a. Adakah hubungan jumlah kopi yang terjual dengan jumlah karyawan perusahaan?
b. Adakah hubungan antara warna baju dengan kemampuan bernyanyi?
2) Hubungan kausal, adalah hubungan yang sifatnya sebab akibat. Didalamnya ada
variael yang mempengaruhi (variabel independen) dan variabel yang dipengaruhi
(variabel dependen). Contohnya:
a. Adakah pengaruh jumlah air putih yang diminum dengan penyakit ginjal pada
remaja? (jumlah air putih yang diminum adalah variabel independen, dan
penyakit ginjal adalah variabel dependen)
b. Seberapa besar pengaruh kemudahan akses Transjakarta, dan kualitas
Transjakarta terhadap minat penggunaan Transjakarta di Jakarta? (kemudahan
akses Transjakarta, dan kualitas Transjakarta adalah variabel independen, dan
minat penggunaan Transjakarta adalah variabel dependen)
3) Hubungan interaktif/resiprokal/timbal balik, hubungan ini adalah hubungan yang
saling mempengaruhi. Tidak diketahui mana variabel dependen dan independennya.
Contoh:
a. Hubungan motivasi dan prestasi siswa di sekolah A (dalam hubungan interaktif
ini, motivasi mempengaruhi prestasi, namun prestasi juga berpengaruh terhadap
motivasi)
6. Kriteria Masalah

Terdapat tiga kriteria untuk menentukan perumusan masalah yang baik dan pernyataan
masalah yang baik (Kerlinger (2006) dalam Siyoto (2015)).

1. Masalah yang ditentukan harus menggambarkan suatu keterkaitan antara dua variabel atau
lebih sehingga akan muncul masalah berupa pernyataan seperti:
a. Apakah a berkaitan dengan b?
b. Apakah motivasi mempengaruhi kinerja seseorang?
2. Masalah harus diungkapkan secara jelas dan tidak samar dan dalam bentuk pertanyaan.
3. Masalah dan pernyataan harus dinyatakan dengan cara tertentu, hal ini yang membuat
masalah secara tidak langsung menyampaikan adanya pengujian empiris.
Saat merumuskan masalah, peneliti perlu mempertimbangkan beberapa kriteria untuk
merumuskan masalah:

Permasalahan yang akan diangkat sebagai topik penelitian, menurut Hulley & Cummings
dalam Siswanto, dkk (2016) harus memenuhi persyaratan atau kriteria “FINER” (yaitu:
Feasible, Interesting, Novel, Ethical, Relevant):

1. Feasible: tersedia cukup subjek penelitian, dana, waktu, alat dan keahlian.
2. Interesting : masalah yang akan diangkat untuk topik penelitian hendaknya yang aktual
sehingga menarik untuk diteliti.
3. Novel: Masalah dapat menyangkal atau mengkonfirmasi penemuan pengembangan lebih
lanjut dari studi, suplemen, atau temuan sebelumnya atau menemukan sesuatu yang baru
sebelumnya atau sesuatu yang baru.
4. Ethical: Masalah penelitian tidak boleh bertentangan dengan etika
5. Relevant: Masalah penelitian juga perlu disesuaikan dengan pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dalam rangka peningkatan atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan penelitian lebih lanjut.

7. Karakteristik Permasalahan

Rumusan masalah yang baik memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut: masih
orisinil, belum dipelajari oleh banyak orang yang meneliti selain masalah tersebut, diperoleh
dengan cara ilmiah, jelas dan ringkas, dan bukan subjek, tidak ada penafsiran. Tidak bersifat
melanggar atau menyinggung adat istiadat, ideologi, keyakinan agama.

Merumuskan suatu masalah secara baik dan benar tidak terpenuhi jika hanya menggunakan
perasaan dan berdasarkan pengalaman pribadi, tetapi penguasaan teori dan pengetahuan tentang
hasil penelitian orang lain dapat membantu dalam merumuskan masalah penelitian.
Karakteristik dalam pemilihan rumusan masalah adalah:

1) Rumusan masalah penelitian disusun secara jelas dan konkrit serta tidak diragukan lagi
kevalidannya,
2) Rumusan masalah secara umum dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang
baik.
Karakteristik pertanyaan yang baik menurut Bordens dalam Ulber Silalahi (2012),
adalah: pertama, ajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab terlebih dahulu.
Merumuskan ide atau suatu masalah umum menjadi pertanyaan spesifik yang dapat dijawab
melalui aplikasi metode ilmiah. Setelah menemukan topik atau masalah umum, Anda perlu
mengubah topik tersebut menjadi satu hipotesis yang dapat diuji, yang berarti Anda perlu
mengembangkan hubungan antar variabel. Karakteristik kedua, ajukan pertanyaan yang tepat.
Banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab melalui cara ilmiah karena jawaban tidak dapat
diperoleh melalui pengamatan objektif. Agar objektif, suatu pengamatan perlu didefinisikan
secara tepat untuk memberikan hasil yang sama jika dilakukan kembali dalam kondisi yang
sama, dapat dikonfirmasi oleh yang lain. Pertanyaan- pertanyaan yang dapat dijawab dengan
observasi objektif disebut pertanyaan empiris.

Karakteristik ketiga, mengajukan pertanyaan penting. Pertanyaan menjadi penting jika


jawabannya akan menggambarkan hubungan antar variabel, jika jawabannya dapat mendukung
salah satu hipotesis atau pandangan teoritikalnya, dan jika jawabannya mempengaruhi
penerapannya secara nyata.

Karakteristik keempat, umumnya menunjukkan hubungan antar variabel tertentu ada/atau


variabel yang penting dan menarik perhatian bagi peneliti. Ciri-ciri rumusan masalah ini lebih
ditekankan pada penelitian hubungan atau korelasional atau kausal.

Karakteristik kelima, adanya kemungkinan pengujian empiris. Pengujian empiris dapat


dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data. Karakteristik keenam, yang penting untuk
latar belakang masalah. Perumusan masalah harus membutuhkan latar belakang masalah. Latar
belakang masalah adalah kumpulan informasi yang diperlukan untuk memahami rumusan
masalah yang disusun untuk memahami masalah penelitian.

8. Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Penentuan Masalah

Agar permasalahan tersebut selanjutnya memudahkan dan bermanfaat untuk diteliti,


sebaiknya permasalahan tersebut:

a. Dipilih dari hal-hal yang menjadi perhatian dan memerlukan pemecahan.

b. Memudahkan dalam pengumpulan dan penjajagan data yang terkait dengan

permasalahan.

c. Memudahkan dalam mengobservasi fakta-fakta yang relevan yang memungkinkan akan

menjadi kunci untuk memecahkan kesulitan atau permasalahan yang ditemukan.

d. Memiliki literatur yang akan menjadi landasan teoritis untuk pembentukan asumsi
sebagai landasan untuk pembentukan hipotesis (Nono Sutarno,2018).
Meskipun seseorang telah menemukan dan menentukan masalah penelitian, namun satu
hal lain yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan suatu penelitian, adalah layak atau
tidaknya masalah tersebut diteliti. Pertimbangan untuk menentukan layak tidaknya suatu masalah
untuk diteliti, pada dasarnya dapat dilihat dari dua arah, yaitu:

a) Arah masalahnya atau dari sudut objektifnya.

Pertimbangan akan dibuat atas dasar bagaimana penelitian tersebut akan memberikan
sumbangan terhadap pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis
penelitiannya dan pemecahan masalah-masalah yang bersifat praktis. Memang kelayakan suatu
masalah untuk diteliti sebenarnya bersifat relatif, tergantung pada konteks materi penelitiannya.
Karena belum tentu masalah yang layak untuk diteliti pada suatu kontek tertentu layak pula
diterapkan pada konteks yang lain.

Tidak ada kriteria tertentu hal ini, keputusannya akan tergantung kapada kecermatan dan
ketajaman si peneliti untuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh,dan menjangkau ke
depan. Selain itu, perlu pula dipahami bahwa peneliti harus sudah memikirkan
kemungkinankemungkinan bagaimana cara pengumpulan data yang relevan untuk memecahkan
masalah yang ditelitinya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan dan dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian.

b) Arah calon peneliti.

Dari arah ini hendaknya dikaji apakah masalah tersebut sesuai dengan calon peneliti baik
dilihat dari biaya, waktu yang tersedia, ketersediaan alat dan perlengkapan, kajian pustaka atau
landasan teoritis yang dimiliki, dan penguasaan metode yang diperlukan. Oleh karena itu dalam
melakukan penelitian, setiap calon peneliti harus bertanya kepada dirinya sendiri apakah
persyaratan di atas dapat dipenuhinya. Apabila tidak, sebaiknya dipilih masalah lain atau
memodifikasi permasalahan tersebut sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan (Nono
Sutarno,2018).
Pertimbangan-pertimbangan juga harus dilihat dari dua hal, yaitu:

1. Pertimbangan personal

a. Apakah masalah penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan harapan-harapan yang
lain?
b. b. Apakah saya benar-benar tertarik dengan permasalahan tersebut?
c. Apakan untuk meneliti permasalah tersebut saya memiliki keterampilan, kecakapan, dan
latar belakang pengetahuan yang memadai?
d. Apakah saya memiliki akses peralatan, laboratorium, dan materi-materi yang diperlukan
untuk meneliti permasalahan tersebut?
e. Apakah aya memiliki waktu dan biaya untuk menyelesaikan penelitian tersebut?
f. Dapatkan saya memperoleh data yang akurat?
g. Apakah masalah yang saya teliti memiliki signifikansi bagi keperluan lembaga tempat saya
menyerahkan laporan?
h. Dapatkah saya memperoleh bantuan administrasi, petunjuk/pembimbing, dan kerjasama
untuk melaksanakan penelitian ini?

2. Pertimbangan sosial

a. Apakah hasil penelitian ini dihargai dan memiliki kontribusi terhadap pengembangan
pengetahuan di lapangan?
b. Apakah temuan-temuan yang diperoleh memiliki nilai terhadap para pendidik, orang tua,
dan para pekerja social, dan yang lainnya?
c. Apakah penelitian ini akan merupakan petunjuk bagi pengembangan penelitian- penelitian
yang lain?
d. Apabila judul ini telah diteliti apakah perlu diperluas di luar keterbatasan yang ada
sekarang?
e. Akankah peralatan dan teknik yang tidak cukup reliable dalam melaksanakan penelitian
ini, maka kesimpulan-kesimpulannya akan memiliki nilai yang diragukan?
(Nono Sutarno, 2018).
9. Perumusan Masalah

Setelah masalah ditentukan kemudian perlu dirumuskan. Namun pertanyaan- pertanyaan


tersebut hendaknya termasuk ke dalam pertanyaan yang baik. Beberapa kesalahan umum dalam
rumusan masalah adalah:

a. Pengumpulan data tanpa tujuan atau rencana yang didefinisikan secara baik.
b. Mengambil kelompok data yang ada dan berusaha untuk menyesuaikan pertanyaan
penelitian untuk hal tersebut.
c. Definisi-definisi tujuan terlalu umum atau istilah-istilah memiliki arti ganda yang
menyebabkan interpretasi-interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan menjadi bercabang dan
tidak sahih.
d. Mengerjakan penelitian tanpa penelaahan literatur yang sesuai dengan permasalahan.
e. Gagal dalam mencari kerangka konsep-konsep dan teori yang menjadi dasar penelitian
f. Tidak membuat asumsi yang jelas sebagai dasar penelitian yang dapat dievalusi.
g. Tidak mengemukakan keterbatasan-keterbatasan yang terdapat dalam pendekatan, secara
implisit atau eksplisit, keterbatasan-keterbatasan pada kesimpulan dan bagaimana
mengaplikasikannya pada situasi yang lain.
h. Tidak megantisipasi hipotesis alternative Memang tidak ada ketentuan atau aturan
bagaimana cara merumuskan masalah, akan tetapi disarankan sebaiknya rumusan masalah
tersebut:
a. Dibuat dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan tersebut sudah merupakan
setengah jawaban dari permasalahan yang akan diteliti.
b. Padat dan jelas
c. Memberikan petunjuk untuk kemungkinan mengumpulkan data
d. Minimal memiliki dua jenis variable, yaitu: variabel bebas, adalah variabel yang
mempengaruhi dan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi).

Sebagai contoh, di bawah ini diberikan beberapa contoh rumusan masalah sebagai berikut:

1) Bagaimana perbedaan hasil belajar antara siswa kelas 2 Sekolah

Menengah Atas yang diajar dengan metode inkuiri dan metode diskusi?
Variabel bebas : Metode inkuiri dan metode diskusi

Variabel terikat: hasil belajar siswa SMAN Cisarompet kelas 2

Pada rumusan masalah tersebut si peneliti memperoleh petunjuk bahwa Penelitiannya


bersifat eksperimental, dia akan mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen
berupa soal pretes dan postes, akan mengajar minimal di dua kelas (satu kelas diajar dengan
metode inkuiri dan kelas yang satunya lagi dengan metode diskusi). Bahkan di sini sudah
dapat ditentukan statistik apa yang akan digunakan dalam pengolahan data.

a) Bagaimana perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki buku teks dan yang
tidak memiliki buku teks?

b) Adakah korelasi antara NEM dengan prestasi belajar siswa di sekolah? c) Mengapa
pendekatan lingkungan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
siswa? (Nono Sutarno, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, M. S. I., Trisnadewi, W. N., et al. 2021. Metodologi Penelitian Kesehatan. Medan:
Yayasan Kita Menulis

Borenstein, M., Hedges L.V., et al. 2009. Introduction to Meta-Analysis. United Kingdom: A John
Wiley and Sons Ltd.

Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta:Depdiknas.

Elmes, D.G., Kantowitz, B, H., Roediger III, H.L. (1992). Research Methods in Psychology. 7th
ed. Belmont, CA : Wadsworth.

Firdaus & Zamzam, F. 2018. Aplikasi Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Deepublish

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Ismail & Triyanto, B. 2020. Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi): Suatu Pedoman. Klaten: Penerbit
Lakeisha

KBBI, 2022. Penelitian [Online] Available at: http://kbbi.web.id/penelitian (Diakses 19 April


2022).

Kurniawan, Wawan dan Agustini, Aat. 2021. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Keperawatan.
Cirebon: Katalog Dalam Terbitan (KDT).
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kesehatan_dan_Kepe/CQ
AoEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=karakteristik+penelitian+kesehatan&pg=PA11&print
sec=frontcover. Diakses pada Selasa, 19 April 2022 pukul 19.36 WIB.

Koentjaraningrat, 1995 dalam Abubakar, 2021. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:


PT Gramedia

Munawaroh. 2018. Urgensi Metodologi Penelitian dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Yogyakarta : Studi Ilmiah Penelitian UNY
Murniarti, E., Naiggolan B., Panjaitan H., et al. 2018. Writing Matrix and Assessing Literature
Review: A Methodological Elements of a Scientific project. Journal of Asian Development.
Volume 4 Nomor 2. Halaman 133-146

Narbuko, Drs. Cholid, et al. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Nasoetion, A.H. 2009. Pengantar ke Filsafat Sains. Pustaka Litera Antar Nusa : Bogor.

Nazir, Mohammad. 2013. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, .

Ningtyias, F.W. 2020. Panduan Literature Review untuk Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.

Nursalam, Kusnanto, Mishbahatul E. dkk. 2020. Pedoman Penyusunan Literature dan Systematic
Review. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

P Irawan. 2019. Kaidah Dasar Ilmu Pengetahuan dan Penelitian. Diakses pada 19 April 2022.
Pukul 11:54 WIB. http://repository.ut.ac.id/4326/1/ISIP4216-M1.pdf

Polit, D.F & Beck, C.T. 2012. Nursing Research : Generating and Assessing Evidence For Nursing
Practice. Philadelphia : Wolters Kluwer Health.

Ramdhani, A., Ramdhanii M.A., Amin A.S. 2014. Writing a Literature Review Research Paper:
A step-by-step Approach. International Journal of Basics and Applied Sciences. Volume 3
Nomor 1

Retnawati, H., Apino E., dkk. 2018. Pengantar Analisis Meta. Yogyakarta: Parama Publishing

Samosir, Katrina. 1997. Studi Perbandingan Hasil Belajar Matematika dengan Menggunakan
Pendekatan Induktif dan Pendekatan Deduktif Para SiswaKelas II SMA Negeri 3 Medan. h.
8081.

Silalahi, Ulber. 2016. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Siswanto, dkk. 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Siyoto, S. & Sodik, M. A . 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakartka: Literasi Media
Publishing
Siyoto, Sandu. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.
https://www.google.co.id/books/edition/DASAR_METODOLOGI_PENELITIAN/QPhFD
wAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=definisi+penelitian+adalah&printsec=frontcover. Diakses
pada Selasa, 19 April 2022 pukul 19.44 WIB.

Sudira, Putu Gede. 2016. BASIC CLINICAL SKILLS : Paduan Pencarian Literatur Medis.
Universitas Udayana. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/13f805616
a0abf4f00015d015c13f030.pdf. Diakses pada 19 April 2022.

Sumarto. 2006. Kosep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiah. Dilansir dari web
https://core.ac.uk/download/12217654.pdf pada tanggal 19 April 2022 pukul 14.34 WIB.

Sumaryati, E & Sumarmo, U. (2013). Pendekatan Induktif-Deduktif disertai Strategi Think-Pair-


Square-Share untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Berpikir Kritis serta
Disposisi Matematis Siswa SMA. Jurnal Infinity. 2(1): halaman 26-42.

Sutarno, Nono. 2018. Masalah dan Variabel Penelitian. Universitas Pendidikan Indonesia.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-
NONO_SUTARNO/MODUL_3B.pdf. Diakses pada 19 April 2022.

Syafnidawanty. 2020. Manfaat Penelitian. Dilansir dari web


https://raharja.ac.id/2020/10/23/manfaat-penelitian/ pada tanggal 19 April 2022 pukul 14.24
WIB.

Tualeka, Abdul Rohim. 2019. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Surabaya: Airlangga University Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_Penelitian_Kesehatan_dan_Kese/UW
3IDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=klasifikasi+penelitian+kesehatan&pg=PA3&printsec
=frontcover. Diakses pada Selasa, 19 April 2022 pukul 20.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai