PENDAHULUAN
Rancangan penelitian adalah suatu kesatuan, rencana terinci dan spesifik mengenai cara
memperoleh, menganalisis, dan menginterpretasi data. Bila peneliti telah menetapkan untuk
melakukan penelitian, maka sebelum pelaksanaan peneliti harus membuat rancangan penelitian.
Secara formal suatu rancangan penelitian tertulis dinamakan sebagai usulan penelitian (research
proposal, study protokol). Namun secara esensial usulan penelitian dimaksudkan sebagai
penuntun bagi peneliti dalam seluruh rangkaian proses penelitian.1
Usulan penelitian dapat digunakan untuk berbagai kepentingan antara lain:2
1. Usulan penelitian yang hasilnya nanti diarahkan kepada pemecahan masalah atau mencari
informasi yang akan digunakan untuk memecahkan masalah atau keperluan program. Dalam
hal ini usulan penelitian untuk kepentingan program.
2. Usulan penelitian yang hasilnya difokuskan untuk kepentingan ilmu pengetahuan atau karya
ilmiah, misal untuk membuat skripsi, tesis, atau disertasi dan sebagainya.
Sistematika usulan penelitian bervariasi dari lembaga satu dengan lembaga lain namun
secara substansi sama. Suatu usulan penelitian yang baik secara materi dan sistematika sangat
tergantung pada aturan yang ditetapkan oleh lembaga dimana usulan tersebut ditujukan.
Sistematika usulan penelitian yang dipakai di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (PSPD FK ULM) adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Keaslian Penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1.5 Landasan Teori
3.2 Hipotesis (jika ada)
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
4.2 Populasi Dan Sampel
4.3 Bahan Dan Alat / Instrumen Penelitian
4.4 Variabel Penelitian
4.5 Definisi Operasional
4.6 Prosedur Penelitian
4.7 Teknik Pengumpulan Data Dan Pengolahan Data
4.8 Cara Analisis Data
4.9 Tempat Dan Waktu Penelitian
4.10 Biaya Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Realitas suatu ilmu, dapat dibedakan menjadi 3, yaitu proses, produk, dan paradigma etis.
Proses merupakan suatu kegiatan untuk memahami alam semesta dan isinya didasarkan pada
tuntutan metode keilmuan (rasionalistis dan objektif); produk adalah segala proses keilmuan
harus menjadi milik umum dan selalu terbuka untuk dikaji oleh orang lain; sedangkan paradigma
etis artinya ilmu harus mengandung nilai – nilai moral dan etika yang tidak bertentangan dengan
nilai – nilai moral yang ada di masyarakat.
Suatu ilmu pengetahuan dihasilkan dari berpikir logis dan berpikir ilmiah. Berpikir logis
adalah berpikir lurus dan teratur terhadap sesuatu hal yang diyakini dari suatu objek atau
fenomena. Yaitu suatu pokok permasalahan yang dikaji untuk membedakan tentang benar dan
salah. Sedangkan berpikir ilmiah adalah cara berpikir yang didasarkan pada pendekatan ilmiah,
yaitu melalui pendekatan metode ilmiah yang merupakan ilmu yang mempelajari tentang
prosedur untuk mendapatkan ilmu. Metode ilmiah mempelajari cata identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan, hipotesis, metode, hasil dan kesimpulan yang berdasar atas kaidah
ilmiah.
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang fakta-fakta yang telah tersusun
secara sistematis dan biasanya merupakan kaidah-kaidah yang bersifat umum. Yang dimaksud
fakta dalam hal ini adalah fakta ilmiah yang dihasilkan dari pengamatan yang dikumpulkan secara
sistematis dan telah diverifikasi secara empiris.
Ilmu pengetahuan juga dianggap sebagai kebenaran ilmiah. Penelitian dalam kaitannya dengan
ilmu pengetahuan, dapat dilihat sebgai suatu proses yang menghasilkan kebenaran. Dengan
perkataan lain, penelitian adalah untuk menghasilkan kebenaran. Dalam hal ini, perlu dicatat
bahwa penelitian bukan satu-satunya cara menghasilkan kebenaran. Kebenaran dapat pula
ditemukan secara kebetulan, secara intuitif, secara akal sehat (common sense) dan lain-lain.
Pendekatan dalam mencari kebenaran dapat dihasilkan melalui proses secara non ilmiah dan
ilmiah:
1. Non Ilmiah
a. Akal sehat (common sense): Common sense merupakan suatu concept; concept adalah
abstraksi yang digeneralisasi dari hal-hal khusus.
b. Prasangka
c. Intuisi (metode apriori), merupakan pendapat berdasar “pengetahuan” yang
langsung/cepat namun tidak sistematis
d. Penemuan Kebetulan & coba-coba (trial and error), diperoleh tanpa kepastian akan
diperolehnya suatu kondisi tertentu / pemecahan sesuatu masalah
e. Pendapat otoritas ilmiah atau pikiran kritis, merupakan pendapat dari orang yang telah
menempuh pendidikan formal tertinggi/ mempunyai pengalaman kerja ilmih dalam suatu
bidang secara mendalam.
2. Ilmiah
Pendekatan kebenaran secara ilmiah, dilakukan secara sistematik dan terkontrol
berdasarkan pendekatan metode keilmuwan, sehingga dengan pendekatan ini dapat diupayakan
memperoleh kebenaran ilmiah. Ilmu merupakan pengetahuan yang peroleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Makna ilmu menunjukkan sekurang–kurangnya 3 (tiga) hal:
1. Kumpulan pengetahuan (produk)
2. Aktivitas ilmiah, proses berpikir ilmiah (proses)
3. Metode ilmiah (metode)
Proses
ILMU
Metode Produk
Gambar 2.1 Kajian Ilmu dan Metode Ilmiah
METODE ILMIAH
Metode keilmuan merupakan metode untuk memperoleh pengetahuan yang objektif dan
dapat diuji kebenarannya. Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola, dan
untuk menegaskan bidang keilmuan sering disebut metode ilmiah. Metode ilmiah berkaitan erat
dengan logika, metode penelitian, metode sampling, pengukuran, analisis, penulisan hasil
penelitian dan kesimpulan.
Sebagai suatu proses untuk menghasilkan kebenaran (ilmu pengetahuan), maka penelitian
terdiri dari langkah-langkah sistematis yang keseluruhannya merupakan metode ilmiah. Metode
ilmiah yang membedakan penelitian dari “common sense”, intuisi, spekulasi dan lain-lain.
Secara umum, metode ilmiah mengikuti penalaran induksi, deduksi dan verifikasi. Dengan
induksi dimaksudkan suatu perumusan kaidah umum (generalisasi) dari fakta-fakta individual
yang diamati atau diukur. Sedangkan deduksi dimulai dari kaidah umum yang dipakai pada
keadaan khusus tertentu. Verifikasi selanjutnya adalah proses pembuktian empiris dari deduksi.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan, agar
pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran tersebut. mempunyai dasar kebenaran, maka proses
berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu, yaitu dengan cara penarikan kesimpulan
(generalisasi). Cara penarikan kesimpulan tersebut disebut “LOGIKA”. Secara umum/luas, logika
didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih
Logika yang digunakan, meliputi: logika induktif, yaitu penarikan kesimpulan dari kasus-
kasus individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum (khusus ke umum) dan logika deduktif,
yaitu penarikan kesimpulan dari hal yang berssifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
atau khusus (umum ke khusus). Dengan cara ini, maka memungkinkan disusunnya pengetahuan
secara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lama makin bersifat
fundamental, benar secara rasio atau logika dan benar secara fakta (empiris).
Berpikir logis merupakan proses berpikir yang didasari oleh konsistensi terhadap
keyakinan – keyakinan yang didukung oleh argumen yang valid. Pengertian lain dari logika adalah
berpikir lurus, tepat dan teratur, merupakan subjek formal logika. Suatu pemikiran disebut lurus,
tepat dan teratur apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum, aturan dan kaidah yang sudah
ditetapkan dalam logika. Mematuhi hukum, aturan dan kaidah logika berguna untuk menghindari
berbagai kesalahan dan kesesatan (bias) dalam mencari kebenaran ilmiah. Pikiran manusia pada
hakekatnya terdiri dari 3 (tiga) unsur:
1. Pengertian (informasi tentang fakta)
2. Keputusan (pernyataan benar-tidak benar)
3. Penyimpulan (pembuktian-silogisme)
Dalam logika ilmiah, pengertian-keputusan-penyimpulan harus dinyatakan dalam kata (kalimat
tulisan). Proses mendapatkan pengetahuan yang sistematis ditentukan oleh beberapa kriteria dan
langkah-langkah metode ilmiah, yaitu:
Kriteria Metode Ilmiah
1. Berdasarkan fakta
2. Obyektif (adanya suatu keajegan)
3. Menganut asas analitik (segala sesuatu disoroti secara kritis analitis)
4. Bersifat kuantitif, merupakan salah satu ciri penelitian modern dengan dukungan validitas
dan reabilitas yang tinggi
5. Logika deduktif – hipotetik
6. Logika induktif – generalisasi
Langkah-langkah Metode Ilmiah
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir (landasan teori hipotesis)
3. Perumusan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Generalisasi (penarikan kesimpulan)
PENELITIAN
Penelitian adalah cara ilmiah dengan proses yang sistematis, logis, dan empiris, yang
digunakan untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliabel dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan, sehingga dapat digunakan untuk
memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah di bidang tertentu.
Objektif, semua orang akan memberikan tafsiran yang sama
Valid/sahih, adanya ketepatan antara data & fakta atau objek sesungguhnya
Reliabel, adanya kekonsistenan/ ketepatan dari data yang diperoleh dari waktu ke waktu
Beberapa definisi tentang penelitian menurut beberapa ahli adalah sebgai berikut:
1. Hillway (1956): Introduction to Research: Suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati & sempurna terhadap suatu masalah,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap suatu masalah.
2. Person (1946): pencarian atas dasar sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan
bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
3. Woody (1927): penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga
merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking)
Penelitian meliputi:
pemberian definisi/redefinisi terhadap masalah
penyusunan hipotesis
mengadakan pengujian
membuat kesimpulan
4. John (1946): penelitian adalah suatu pencarian fakta menurut metode objektif yang jelas untuk
menemukan hubungan antar fakta & menghasilkan dalil atau hukum.
5. Dewey (1936): penelitian dalah transformasi yang terkendalikan atau terarah dari situasi yang
dikenal dalam kenyataan-kenyataan yang ada padanya & hubungannya, seperti mengubah
unsur dari situasi orisinil menjadi suatu keseluruhan yang bersatu padu.
6. Oshe (1975): penelitian dengan scientific method secientific research:
observation (pengamatan)
nalar (reasoning)
Penelitian dilaksanakan seacra sistematis melalui metode penelitian, yaitu dengan tata cara,
urutan dan proses yang runut, logis dan empiris, sehingga tercapai tujuan dari suatu penelitian.
Khusus penelitian dibidang kedokteran, maka hasil yang didapat dari suatu penelitiannya dapat
memberikan manfaat yaitu sebagai sumber kekuatan profesional dari profesi seorang dokter.
Secara umum penelitian memenuhi proses berikut:
Penelitian - menemukan (mencandra, menerangkan, menyusun teori,
prediksi)
- membuktikan
- mengembangkan
Masalah - memahami
- memecahkan
- mengantisipasi
Penelitian adalah proses untuk menghasilkan pengetahuan, maka tujuan penelitian tidak
lain adalah sama dengan tujuan ilmu pengetahuan tersebut. Kita mengenal ilmu menjadi ilmu
dasar dan terapan. Ilmu dasar adalah ilmu pengetahuan tentang kaida-kaidah umum yang ada di
alam dan tidak secra langsung dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah manusia.
Sedangkan ilmu pengetahuan terapan dapat langsung dipakai untuk memecahkan masalah yang
dihadapi manusia.
Dengan demikian tujuan penelitian dapat juga dibagi dua, yaitu penelitian untuk
memperkaya ilmu pengetahuan yang disebut penelitian dasar (”basic research”) dan penelitian
yang bertujuan unutk memecahkan masla-masalah yang dihadapi manusia, yang disebut
penelitian terapan (”applied research”).
Penelitian dasar bertujuan menghasilkan generalisasi dan teori-teori yang berlaku secara
umum. Penelitian ini biasanya tidak dikaitkan dengan pertimbangan manfaat penelitian tersebut
untuk masyarakat. Dengan perkataan lain, tujuan penelitian ini adalah semata-mata untuk
memeperkaya ilmu pengetahuan.
Penelitian terapan bertujuan untuk menghasilkan ilmu pengetahuan yang dapat
dipergunakan segera secara praktis dalam memecahkan maslah-masalah manusia, misalnya
dalam bidang kesehatan, sosial, ekonomi masyarakat atau politik. Kalau penelitian dasar tidak
begitu memikirkan waktu peneylesaiannya, maka penelitian terapan sangat dipengaruhi oleh
batas waktu yang diinginkan manusia untuk memecahkan masalahnya.
Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data
dengan cara tertentu sesuai tujuan penelitian. Metode penelitian merupakan suatu proses yang
sistematis, yaitu mempunyai tata cara urutan, bentuk kegiatan yang runut, logis dan empiris,
secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.
koheren, logik
Pendekatan rasional
Metode Ilmiah
kerangka pengujian
Pendekatan empiris
dalam memastikan
suatu kebenaran
obyektif
Cara Ilmiah
valid
reliable
PENDAHULUAN
Bila peneliti ingin mengadakan suatu penelitian, maka sebelum melaksanakannya ia harus
membuat lebih dahulu suatu usulan penelitian (research proposal). Tujuan utama dari suatu
usulan penelitian adalah sebagai penuntun peneliti dalam melaksanakan seluruh rangkaian proses
penelitian. Tujuan lainnya adalah memenuhi persyaratan pendidikan, untuk mendapat
persetujuan dari tempat institusi penelitiannya atau untuk mengajukan dana.
Sistimatika usulan penelitian sangat bervariasi tergantung dari lembaga atau institusi
pendidikannya. Pihak peneliti harus mengikuti aturan yang diberikan oleh lembaga atau institusi
pendidikannya agar usulannya dapat disetujui. Pada dasarkan komponen usulan penelitian sama
meskipun ada beberaapa perbedaan disana-sini. Komponen tersebut adalah PENDAHULUAN–
TINJAUAN PUSTAKA–METODOLOGI–DAFTAR PUSTAKA DAN TERAKHIR LAMPIRAN.
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
hipotesis, tujuan dan manfaat penelitian. Sedang materi tentang pemilihan uji hipotesis, hipotesis
nol dan alternatif bisa diperdalam di materi statistik.
A. Perumusan Masalah Penelitian
1. Latar Belakang Masalah
Identifikasi masalah penelitian merupakan hal pertama yang harus dilakukan oleh setiap
peneliti. Masalah kesehatan atau sosial dll terjadi apabila ada kesejangan/gap antara apa yang
seharusnya ada dan apa yang sekarang terjadi. Dalam kehidupan sehari-hari, masalah dalam
bidang kesehatan sangat banyak dan komplek. Pertanyaan yang timbul adalah, APAKAH SEMUA
MASALAH KESEHATAN YANG ADA DAPAT DIANGKAT MENJADI MASALAH DALAM PENELITIAN
ANDA? sudah jelas jawabannya adalah tidak. Kalau anda mengangkat semua masalah tersebut
dalam usulan anda, maka saya jamin anda jadi profesor dan tidak akan pernah jadi dokter.
Masalah penelitian harus dapat dipecahkan sebagian atau seluruhnya dengan penelitian
dan kemungkinan jawabannya hanya satu atau lebih. Misalnya ada masalah dilapangan, yaitu
sebagian besar pasien dengan bibir sumbing tidak dioperasi di Indonesia. Masalah bibir sumbing
ini, khususnya di Indonesia bukan suatu masalah bagi dinas kesehatan, karena jawabannya hanya
satu, yaitu kekurangan uang dan fasilitas kesehatan yang ada.
Agar suatu masalah kesehatan dapat diangkat menjadi masalah penelitian, diperlukan
beberapa syarat yang harus dipenuhi. Ada 5 hal yang dirumuskan oleh Hulley dan Cummings,
agar peneliti pemula bisa sukses dan tepat waktu dalam melaksanakan penelitianya.
Disinonimkan dengan kata FINER (Feasible, Interesting, Novel, Ethical dan Relevant).
F-Feasible
Keterangan dari Feasible adalah pada dasarnya peneliti harus mampu melaksanakannya.
Dalam hal ini yang jadi tolak ukur dari Feasible adalah tersedianya subyek penelitian, dana serta
waktu dan alat. Dan yang penting adalah adakah di lingkungan anda pembimbing yang punya
kepakaran terhadap bidang ilmu tersebut. Jika ada masalah salah satu dari hal tersebut diatas,
anda jangan coba-coba untuk membuat usulannya dan dijamin anda jadi mahasiswa abadi karena
KTInya pasti lama dan tidak jelas kapan selesainya. Kemampuan ini mutlak tidak dapat ditawar-
tawar.
Sebagian kendala tersebut dapat diatasi dan disiasati dengan modifikasi desain penelitian,
yaitu antara lain dengan menyesuaikan besar sampel dan jenis pemeriksaan. Jadi pertimbangan
praktislah yang akhirnya sangat menentukan apakah masalah tersebut dapat diangkat sebagai
masalah penelitian.
I-Interesting
Keterangan dari Interesting adalah pada dasarnya peneliti harus tertarik dengan masalah
tersebut. Jangan sampai peneliti karena terpaksa judul diberikan oleh dosennya atau
pembimbingnya dalam keadaan sungkan/ minder. Solusinya adalah bila calon peneliti belum
dapat judul/topik, maka peneliti harus dengan cepat membaca semua jurnal dan kepustakaan
yang berkaitan dengan topik yang diberikan oleh dosennya. Setelah jelas permasalahanya baru di
informasikan sanggup atau tidak. Yang lebih baik adalah calon peneliti sudah punya judul/topik
dan kemudian baru menghubungi dosennya yang pakar dalam bidang tersebut.
N-Novel
Keterangan dari Novel adalah pada dasarnya penelitian yang dihasilkan harus
mengemukakan sesuatu/teori yang baru, membantah atau menyetujui penelitian sejenisnya yang
terdahulu dan dapat melengkapi hasil penelitian yang terdahulu. Alasan untuk penelitian
replikatif/pengulangan yang sama dan hanya beda sampel dan tempat lokasi diambilnya sampel
dengan penelitian terdahulu harus dijelaskan.
E-Ethical
Keterangan dari Ethical adalah pada dasarnya penelitiannya tidak bertentangan dengan
etika yang ada. Misalnya, kalau sampel diambil dari manusia tidak merugikan subyek
penelitiannya dan ini harus ada lembar persetujuan dari komite etik setempat yang dibentuk di
instusi pendidikannya. Begitu juga dengan subyek dari hewan. Solusinya adalah modifikasi usulan
penelitian mungkin perlu dilakukan atas saran dari komisi etik.
R-Relevant
Keterangan dari Relevant adalah pada dasarnya penelitian harus ada hubungannya dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, untuk tatalaksana pasien atau kebijakan kesehatan dan
relevan untuk penelitian selanjutnya.
Sumber masalah penelitian didapat dari:
1. Kepustakaan. Masalah dapat anda cari di buku ajar, jurnal, sari pustaka dan abstrak.
Pernyataan dalam artikel ilmiah bahwa sesuatu yang belum disepakati oleh para pakar
merupakan petunjuk bahwa hal itu perlu diteliti.
2. Bahan diskusi. Masalah dapat anda cari di seminar, lokakarya, konferensi, simposium dll.
3. Pengalaman sehari-hari. Penelitian mandiri yang baik adalah mencari masalah yang ada di
kehidupan sehari-hari. Kesenjangan/gap antara yang di buku dengan fakta yang ada di
lapangan merupakan sumber masalah yang tidak akan habis untuk dibuat penelitian.
4. Pendapat pakar.
5. Sumber non ilmiah. Masalah dapat anda cari di surat kabar, televisi/ radio, internet dll.
Misalnya ada penyakit aneh di suatu daerah dengan banyak korban baik harta dan jiwa dapat
dijadikan dasar dan dikembangkan menjadi masalah penelitian.
2. Rumusan Masalah
Identifikasi masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah perlu dirumuskan
lebih spesifik, sehingga masalah tessebut jelas dan terfokus.
B. HIPOTESA
Setelah masalah penelitian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, langka selanjutnya
adalah membuat rumusan hipotesis penelitian. Dalam kamus bahasa Indonesia yang benar
penulisannya adalah hipotesis bukan hipotesa. Hipotesis adalah pernyataan sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis
tidak dinilai benar atau salahnya, melainkan diuji apakah data yang didapat sahih/valid atau tidak.
Jangan takut nantinya hipotesis anda ditolak.
Tidak semua penelitian perlu hipotesis, hanya penelitian yang bersifat analitik yang perlu
hipotesis. Sedang penelitian deskriptik tidak perlu hipotesis. Perlu tidaknya suatu hipotesis dapat
dilihat dari pertanyaan penelitian dalam bab rumusan masalah diakhir alinea. Bila terdapat kata-
kata: lebih besar, lebih kecil, berhubungan dengan, dibandingkan dengan, menyebabkan dan
sejenisnya, maka perlu hipotesis.
a. Syarat Hipotesis
Formulasi hipotesis yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Dinyatakan dalam kalimat deklaratif yang jelas dan sederhana dan tidak bermakna ganda.
Contoh: Pemberian asupan gizi menyebabkan peningkatan tumbuh kembang anak. Telaah:
hipotesis ini bermakna ganda karena variabel tumbuh kembang anak sangat luas variabelnya,
bisa terhadap TT, BB, IQ dan daya kekebalan dll.
2. Mempunyai landasan teori yang kuat.
3. Menyatakan hubungan antara satu variabel tergantung dengan satu variabel bebas. Bila dalam
satu penelitian didapat lebih dari satu variabel tergantung, maka disebut dengan hipotesis
komplek. Dan ini harus dipecah menjadi beberapa hipotesis dan masing-masing hipotesis bisa
diberikan kepada beberapa calon peneliti. Misalnya: Pemberian asupan gizi model A
menyebabkan peningkatan tumbuh kembang anak (BB, TB, Kecerdasan/IQ).
Telaah:
a. Ada 1 variabel bebas, yaitu asupan/pemberian gizi model A.
b. Ada 3 variabel tergantung, yaitu TT, BB dan IQ
Solusinya, ada 3 hipotesis yang bisa diberikan kepada 3 calon peneliti atau cukup 1 peneliti
saja, yaitu 1. Pemberian asupan gizi model A menyebabkan peningkatan TT anak; 2.
Pemberian asupan gizi model A menyebabkan peningkatan BB anak; dan 3. Pemberian asupan
gizi model A menyebabkan peningkatan IQ/ kecerdasan anak.
4. Memungkinkan dapat diuji secara empiris. Hal ini mutlak harus dilakukan. Contoh: Anak yang
tidak pernah berkomunikasi dengan orang dewasa akan mengalami hambatan mental berat.
Masalahnya adalah apakah ada anak yang hingga saat ini tidak pernah berkomunikasi dengan
orang dewasa? Kan tidak ada, jadi nilai ukurnya jadi nol. Dan ini tidak mungkin dapat diuji
secara empiris.
5. Rumusan hipotesis harus khas, jangan bermakna ganda dan harus mengambarkan variabel
yang diukur. Rumusan yang terlalu umum dan bermakna ganda harus dihindari. Disamping itu
rumusan hipotesis jangan terlalu sempit yang sulit untuk dilakukan generalisasi. Contoh:
Pemberian asupan gizi model A yang diberikan secara oral selama 3 bulan berturut-turut dapat
menyebabkan peningkatan tumbuh kembang anak. Hipotesis ini bermakna ganda dan terlalu
sempit. Telaah yang bermakna ganda adalah: pengaruh tumbuh kembang anak yang mana,
apa TT, BB atau tingkat IQ anak. Solusi: Pemberian asupan gizi model A dapat menyebabkan
peningkatan IQ anak. Sedang telaah yang terlalu sempit adalah: Pemberian asupan gizi model
A yang diberikan secara oral selama 3 bulan berturut-turut. Solusi supaya tidak sempit dan bisa
digeneralisasikan: Pemberian asupan gizi model A saja.
Kesulitan akan timbul dalam membuat hipotesis, jika latar belakang masalah belum diuraikan
dengan jelas dan tinjauan pustaka serta kerangka konsep belum dibuat (seperti KTI kita). Maka
untuk mengatasi masalah tersebut, variabel penelitian harus dicantumkan dengan jelas di latar
belakang masalah.
6. Hipotesis harus dibuat sebelum penelitian dimulai dan sebelum data terkumpul (a priori).
Apakah hipotesis bisa dibuat saat penelitian berjalan? Bisa tetapi ini tidak dianjurkan, karena
ini dianggap curang (a posteriori atau post-hoc hypothesis). Pada beberapa usulan penelitian
kadang diperlukan banyak hipotesis. Kalau ini terjadi sebaiknya di buat hipotesis utama
(hypothesis mayor) dan hipotesis tambahan (hypothesis minor). Dan dalam rencana penelitian,
perhatian utama peneliti harus pada hipotesis mayor.
BAB IV
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGUMPULAN DATA
dr. Farida Heriyani, MPH
TEKNIK SAMPLING
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel
yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan
sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu:
1. Probability Sampling (Random Sample)
2. Nonprobability Sampling (Nonrandom Sample)
Teknik sampling
1. Probability Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Faktor pemilihan atau penunjukkan
sampel mana yang akan diambil, yang semata-mata atas pertimbangan peneliti, disini
dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil
sekecil mungkin. Ini merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang refresentatif.
Keuntungan pengambilan sampel dengan cara ini antara lain:
- Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
- Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan.
- Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.
1.1. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara ini dilakukan bila
anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara undian,
memilih bilangan dari daftar bilangan secara acak, dsb. bilangan random. Teknik ini dapat
digambarkan di bawah ini.
Keuntungan: Prosedur
estimasi mudah dan sederhana
Kerugian : Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya
transportasi besar.
1.2. Sistematic random sampling
Teknik ini adalah modifikasi dari sample random sampling. Caranya adalah dengan membagi
jumlah populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan.
K = N/n
Hasilnya (K) adalah interval sampel. Sampel diambil dengan membuat daftar elemen atau
anggota populasi secara acak antara 1 s/d banyaknya anggota populasi. Maka anggota populasi
yang menjadi sampel adalah setiap anggota yang mempunyai nomor kelipatan dari interval
tersebut (kelipatan K).
Contoh: jumlah populasi (N) = 500 (No. 1,2,3,......................, 500)
Jumlah sampel (n) = 50
K = 500/50 = 10
Maka anggota populasi yang menjadi sampel adalah adalah setiap elemen yang mempunyai
nomor kelipatan 10, misalnya 2,12,22,32, dst sampai mencapai 50 anggota sampel.
Keuntungan : Perencanan dan penggunaanya mudah.
Sampel tersebar di daerah populasi.
Kerugian : Membutuhkan daftar populasi.
1.3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)
Apabila suatu populasi terdiri dari unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
atau heterogen, maka teknik pengambilan sampel yang tepat adalah stratified random sampling.
Hal ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota populasi,
kemudian menentukan strata dari jenis karakteristik unit-unit tersebut. Penentuan strata ini
dapat didasarkan bermacam-macam, misalnya tingkatan sosial ekonomi pasien, tingkat
keparahan penyakit, umur penderita, dsb. Kemudian barulah dari masing-masing strata diambil
sampel yang mewakili strata tersebut secara acak.
Contoh: penelitian tentang keadaan gizi pada anak TK di Kota Medan. Karena kondisi TK di
Kota Medan sangat bervariasi (heterogen), maka dibuatlah kriteria tertentu yang dapat
mengelompokkan TK ke dalam 3 kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang). Jumlah seluruh TK
ada 100 buah terdiri dari 20 buah dalam kondisi A, 50 buah kondisi B, dan 30 buah kondisi C.
Berdasarkan perhitungan sampel, kita menginginkan sebanyak 25 buah (25%), maka jumlah
sampel dari masing-masing kelompok adalah:
Kelompok A = 25/100 x 25 = 5 sampel
Kelompok B = 50/100 x 25 = 12,5 = 12 sampel
Kelompok C = 30/100 x 25 = 7,5 = 8 sampel
Keuntungan : Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.
Kerugian : Daftar populasi setiap strata diperlukan
Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi.
1.4. Cluster sampling
Pada teknik ini sampel bukan terdiri dari unit individu, tetapi terdiri dari kelompok atau
gugusan (cluster). Gugusan atau kelompok tersebut terdiri dari unit geografis (desa, kecamatan,
kabupaten, dsb), unit organisasi (klinik, PKK, LKMD, dsb). Di sini peneliti tidak mendaftar semua
anggota atau unit yang ada di dalam populasi, tetapi cukup mendaftar banyaknya kelompok atau
gugus yang ada di dalam populasi itu. Kemudian mengambil beberapa sampel berdasarkan gugus-
gugus tersebut.
Contoh: penelitian tentang keberhasilan imunisasi pada bayi di Kecamatan A. Menurut
laporan Puskesmas setempat terdapat 1.500 bayi yang seharusnya mendapat imunisasi di daerah
tsb. Sampel yang akan diambil sebanyak 20% (n=300), dengan teknik cluster adalah dengan
mengambil 3 kelurahan dari 15 kelurahan di kecamatan tsb secara random. Kemudian sebanyak
300 bayi yang ada di 3 kelurahan inilah yang diambil secara acak untuk menjadi sampel penelitian.
Teknik ini dapat digambarkan:
Keuntungan : Tidak memerlukan daftar populasi.
Biaya transportasi kurang
Kerugian : Prosudur estimasi sulit.
Provinsi SUMUT
Dengan P = P1 + P2
2
2) Untuk rancangan penelitian case control:
Keterangan :
s : jumlah sampel
x2 : nilai tabel chisquare untuk u tertentu (dk=1)
N : jumlah populasi
P = Q = 0,5
D : taraf signifikansi (1%, 5%, 10%)
Sebagai informasi lainnya, Champion (1981) mengatakan bahwa sebagian besar
uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji
uji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang
jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250.
METODE PENGUMPULAN DATA
A. Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk
menyadari adanya rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra dan terjadilah
pengindraan, kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilajutkan dengan
adanya pengamatan.
Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain
meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah aktivitas atau situasi tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.
1. Pengamatan dan Ingatan
Dalam pengumpulan data melalui pengamatan diperlukan ingatan yang cepat, setia, teguh
dan luas.
2. Sasaran Pengamatan
Apabila seorang peneliti terjun ke masyarakat, akan dijumpai banyak sekali kenyataan atau
gejala sosial yang dijadikan sasaran pengamatan. Tetapi tidak semua yang diamati itu
diperlukan dalam penelitian. Pembatasan sasaran pengamatan sebaiknya dipertimbangkan
terlebih dahulu sebelum mulai melakukan pengamatan. Untuk hal ini peneliti dapat
mempelajari teori-teori tentang substansi penelitian. Di samping itu diperlikan juga
kerangka teori atau konsep yang merupakan teori atai konsep-konsep dan hipotesis.
3. Beberapa Jenis Pengamatan
a. Pengamatan terlibat (observasi partisipatif)
Pada jenis ini pengamat (observer) benar-benar mangambil bagian dalam kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan.
b. Pengamatan sistematis
Ciri utama jebis ini adalah mempunyai kerangka atau struktur yang jelas yang berisi
faktor yang diperlukan dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori.
c. Observasi eksperimental
Dalam observasi ini observee dimasukkan atau dicoba ke dalam suatu kondisi tertentu
yang diciptakan sedemikian rupa sehingga gejala atau perilaku yang akan dicari atau
diamati akan timbul.
BAB V
VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL, DAN ANALISIS DATA
dr. Fakhrurrazy, M.Kes., Sp.S
Dr. drh. Erida Widyamala, M.Kes
VARIABEL PENELITIAN
Definisi
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nasir, 1983)
Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai (Uma
Segaran, 2006)
Variabel adalah atribut obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan lainnya
(Sugiono, 2006)
Contoh:
Berat badan, warna, partisipasi petani, produksi padi, pendapatan petani, kinerja usaha tani,
volume penjualan, kinerja jaringan irigasi
Kegunaan Variabel Penelitian
• Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
• Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
• Untuk pengujian hipotesis
Variabel Penelitian yang Baik
• Relevan dengan tujuan penelitian
• Dapat diamati dan dapat
VARIABEL:
- Konstruksi/ciri/sifat yang dikaji/diteliti
- Suatu sifat yang dapat memiliki bermacam- macam nilai (sesuatu yang ervariasi)
- Lambang/simbol, padanya melekat nilai-nilai berupa angka (numbers)
Jenis variabel
1. Nominal
a. Dikotomos (2 nilai)
Contoh:
Jenis kelamin: Laki/Perempuan, Profesi: PNS/Non PNS, Kehidupan: Hidup/Mati
b. Politomis (> 2 nilai), contoh: Agama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dll
2. Ordinal
Menurut urutan/order (Kelas SMP: Kl.1, Kl.2, Kl.3)
3. Kontinu (berkesinambungan):
a. Interval: Temperatur dlm. Derajat Celsius/Fahrenheit
b. Rasio: Umur, BB, TB, konsentrasi/kadar
E2
E1 X Y E3
E4
Keterangan:
X dan Y: var. sistematik (dikaji hubungan/pengaruhnya)
X: var. bebas/perlakuan/eksperimental
Y: var. terikat/tergantung
E: var. luar (extraneous): terkendali atau tak terkendali
DISKRIT
KUANTITATIF
VARIABEL KONTINU
KUALITATIF (KATEGORIK)
(Misal pekerjaan, seks, status perkawinan dll.)
V PERANCU
V
V
V LUAR TERIKAT
BEBAS
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa
konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan
yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain”
Definisi Operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur.
Menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk mengoperasionalkan construct sehingga
memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang
sama atau mengembangkan cara pengukuran cosntruct yang lebih baik.
Cara-Cara Menyusun Definisi Operasional
• Definisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasional yang harus
dilakukan, sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang didefinisikan menjadi nyata
atau dapat terjadi.
• Dengan menggunakan prosedur tertentu peneliti dapat membuat gejala menjadi nyata.
• Contoh: “Konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan menempatkan
dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing orang mempunyai tujuan yang
sama, tetapi hanya satu orang yang akan dapat mencapainya.
• Definisi operasional Tipe B dapat disusun didasarkan pada bagaimana obyek tertentu yang
didefinisikan dapat dioperasionalisasikan, yaitu berupa apa yang dilakukannya atau apa
yang menyusun karaktersitik-karakteristik dinamisnya.
• Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai seorang yang mendapatkan nilai-nilai
tinggi di sekolahnya.
• Definisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan seperti apa obyek
atau gejala yang didefinisikan tersebut, yaitu apa saja yang menyusun karaktersitik-
karaktersitik statisnya.
• Contoh: “Orang pandai” dapat didefinisikan sebagai orang yang mempunyai ingatan kuat,
menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan berpikir baik, sistematis dan mempunyai
kemampuan menghitung secara cepat.
• Batasan dalam istilah yang operasional untuk menghindari makna ganda, kerancuan.
• Umumnya definisi opersional mengacu pada pustaka, tetapi dibenarkan membuat DO
sendiri asalkan logis dan dapat dipertanggungjawabkan
• DO yang sudah ditetapkan harus digunakan secara taat asas dalam keseluruhan usulan
penelitian
ANALISIS DATA
Disebutkan secara ringkas bagaimana data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan
disajikan
Disebutkan jenis analisis statistik yang akan dipergunakan
Ditentukan batas kemaknaan yang dipakai, interval kepercayaan yang akan disertakan
Rumus uji hipotesis yang telah lazim digunakan seperti X2 atau uji –t tidak perlu
disertakan, namun untuk rumus-rumus yang lebih kompleks dianjurkan ditulis di
lampiran
Disebutkan program komputer yang akan digunakan untuk analisis
BAB VI
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
dr. Syamsul Arifin, M.Pd, DPL
SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan
dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif/ kualitatif.
a) Macam Skala Pengukuran
DATA terbagi atas DATA KUALITATIF dan DATA KUANTITATIF
DATA
NOMINAL INTERVAL
ORDINAL RASIO
1) TEKNIK SKALA
1. Skala Comparative: perbandingan langsung pada stimulus obyek satu dengan lainnya
2. Skala Noncomparative: setiap stimulus obyek diskala secara independen dari obyek lain
dalam himpunan stimulus
Skala Comparative
Terdiri atas 4 jenis yaitu:
a. Paired Comparison:
responden diminta memisampe3llih 2 obyek pada satu saat dengan membandingkan
beberapa kriteria
Data yang didapat ordinal
Bila ada n obyek maka ada (n(n-1)/2) pasang perbandingan obyek.
b. Rank Order Scaling
Responden diminta untuk mengurutkan beberapa obyek secara simultan berdasarkan
beberapa kriteria
Contoh: Urutkan program pemerintah yang harus dijalankan terlebih dahulu
Program Urutan
1. Pendidikan 1
2. Kesehatan 4
3. Lingkungan 2
4. Ketenagakerjaan 3
5. Ekonomi 5
c. Constant Sum Scaling
Responden diminta untukl mengalokasikan sejumlah point (nilai) untuk memberi
harga pada beberapa merek berdasarkan kriteria tertentu
Contoh:
Dibawah ini ada beberapa kriteria calon walikota silahkan beri nilai masing-masing
kriteria dengan total nilai 100
Kriteria Cawali A Cawali B Cawali C
Agama 30 25 …..
Popular 15 …. …..
Pendidikan 15 ….. 30
Pengalaman 25 ….. …..
Kepedulian 15 ….. ….
Total 100 100 100
d. Q-Sort Scaling
Responden diminta untuk memberikan rangkuman, untuk mengurutkan obyek
berdasarkan kesamaanya pada beberapa kriteria, khusus untuk obyek-obyek yang
relatif banyak dan butuh waktu cepat.
Contoh: misalnya ada 100 atribut yang harus dibandingkan dari 100 obyek, masing-
masing obyek diberikan satu warna kartu dan responden diminta menuliskan pada
masing-masing kartu satu buah kriteria dan dimasukkan pada kotak yang dirutkan dari
sangat setuju sampai dengan sangat tidak setuju
Noncomparatif Rating Scale
Responden tidak diminta membandingkan hanya diminta untuk mengamati satu obyek pada
saat yang sama.
Terdiri atas 4 jenis yaitu:
a. Continous rating Scale
Responden diminta untuk menentukan pendapatnya pada suatu obyek dengan
memberikan tanda pada garis:
jelek sangat jelek biasa sangat baik
b. Itemized Rating Scale
- Skalanya diberi nilai pada setiap katagori
- Skalanya urut sesuai posisinya
Skala likert: 1 5
sts ss
Semantic differential
c. Stapel Scale
Pengukuran perilaku yang berisi dengan adjective tunggal dalam tengah-tengah nilai rang
yang genap, dengan lima katagori -5 ke +5 tanpa 0 dan dibentuk vertikal
Yang perlu dipertimbangkan untuk memutuskan pembuatan skala:
1. Jumlah kategori yang digunakan (5 sampai 7 kategori)
2. Skala balanced vs nonbalanced (umumnya balanced yang dipakai)
3. Jumlah katagorinya ganjil atau genap (kalau ingin ada pendapat netral jumlahnya ganjil)
4. Pilihan yang memaksa atau tidak (jika ingin ada pendapat netral harus ada pilihan tersebut)
5. Deskripsi derajat pilihan secara verbal (letakkan tak jauh dari pilihannya)
6. Bentuk skala secara fisik (tergantung jumlah optionnya)
Tipe pengukuran
Skala
Kategori Peringkat Jarak Perbandingan
Nominal Ya Tidak Tidak tidak
Ordinal Ya Ya Tidak tidak
Interval ya Ya ya tidak
Rasio ya Ya ya ya
b) Tipe-tipe skala
Tipe-tipe skala yang sering digunakan untuk mengukur fenomena social adalah sebagai
berikut:
- Pengetahuan: skala Gutmann dan skala inkeles
- Sikap: skala Gutman dan skala Likert
- Tindakan: skala Gutman dan skala Rating
1. Skala Guttman
Dengan skala ini, akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu Ya - Tidak, Benar - Salah dan lain-
lain. Penelitian menggunakan skala Gutman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas
terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. skala ini dapat pula dibentuk dalam bentuk
checklist atau pilihan ganda. Skor 1 untuk skor tertinggi dan skor 0 untuk terendah.
Contoh:
1. Apakah anda Setuju dengan kebijakan perusahaan menaikkan harga jual?
a. Setuju
b. Tidak Setuju
2. Skala Likert
Digunakan untuk mengukur sikap, pendapat danpersepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Untuk
keperluan analsisi kuantitatif, jawaban itu dapat diberi skor (1 – 5 atau disesuaikan dengan
kebutuhan).
Item Pilihan Skor Pernyataan Positif Skor Pernyataan Negatif
SS 5 1
S 4 2
Ragu-ragu 3 3
TS 2 4
STS 1 5
3. Skala Rating
Pada skala rating data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif.
Responden menjawab selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah adalah
merupakan data kualitatif. Dalam skala ini responden tidak menjawab salah satu dari jawaban
kuantitatif yang disediakan, tetapi mejawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah
disediakan.
Contoh:
Apakah anda setiap pagi mandi?
Beri jawaban angka:
5 = bila responden menjawab selalu
4 = bila responden menjawab sering
3 = bila responden menjawab kadang-kadang
2 = bila responden menjawab jarang
1 = bila responden menjawab tidak pernah
4. Skala Inkeles
Skala Inkeles merupakan sejenis kuesioner tertutup seperti tes prestasi belajar bentuk
pilihan ganda. Dengan skala ini hanya ada satu jawaban benar dan diberi skor 1 dan yang salah
diberi skor 0.
Contoh:
Peneliti ingin mengetahui pengetahuan responden, butir pertanyaan dan alternatif jawaban
sebagai berikut:
1. Apakah penyebab penyakit TBC paru?
a. Bakteri
b. Jamur
c. Virus
d. Protozoa
PENGUJIAN INSTRUMEN
Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun
social yang diamati. Macam intrumen yang diuji adalah:
– Menguji validitas instrumen
– Menguji reliabilitas instrumen
Menguji validitas kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dapat dilakukan dengan
menganalisis item. Hal ini cukup penting karena akan menentukan tingkat ketepatan atau
ketelitian kesimpulan penelitian.
Kuesioner dikatakan valid jika menghasilkan jawaban yang benar dan akurat sedangkan di
katakan reliable jika siapapun pewawancara, kapanpun dan dimanapun, respoden yang sama
akan memberikan jawaban yang sama.
Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:
- Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain
konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua
dimensinya karena domain tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat
multidimensional.
- Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan
sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk ialah secara
alamiah bersifat teoritis dan statistik.
- Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan
mampu memprediksi suatu variable yang dirancang sebagai kriteria.
Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran
tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya.
Perhitungan/pengujian Validitas Instrumen
- perhitungan statistik dapat dilakukan untuk perhitungan/pengujian validitas instrumen
pengukuran.
- tujuannya untuk mengetahui konsistensi internal, dalam arti sampai sejauh mana item-item
mampu membedakan antara individu yang memiliki dan tidak memiliki sifat dari item
pengukuran, hal ini berarti juga bahwa item-item dalam instrumen mengukur aspek yang
sama.
- Dalam hubungan ini langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengkorelasikan antara skor
tiap item dengan skor total.
- Dalam melakukan perhitungan korelasi antara skor item dengan skor total dapat menggunakan
rumus korelasi Product moment apabila nilai-nilai skala telah dilakukan konversi menjadi
interval
Sebuah instrumen penelitian/pengukuran terdiri dari 10 item dan disebarkan pada 10 orang
responden dengan hasil skor seperti dalam tabel:
- Dari tabel terlihat bahwa Responden berjumlah 10 orang (A, B, C,……,J)
- Jumlah item adalah 10 item/pertanyaan
- perhitungan korelasi dilakukan untuk tiap item dari item nomor 1 sampai item no 10,
- untuk contoh perhitungan akan diambil item no 2
- X adalah item ke n (dalam contoh diambil item nomor 2)
- Y adalah total skor untuk masing-masing responden.
- Hasil perhitungan menggunakan Rumus Korelasi Product Momen untuk semua item
- nilai r untuk item no 2 sebesar 0.90 kemudian dibandingkan dengan tabel r pada baris ke N
(10) sebesar 0.632 untuk taraf signifikansi 5%,
- karena nilai r lebih besar dari nilai r tabel maka item no 2 adalah valid.
- Untuk item lainnya bandingkan nilai r untuk tiap-tiap item (korelasi menunjukan nilai r
untuk tiap-tiap item) dengan r tabel, hasilnya item no. 1 dan no. 7 tidak valid (r hitung
lebih kecil dari r tabel) sedangkan item lainnya valid. Item-item yang valid saja yang
dipergunakan dalam penelitian sedang yang tidak valid dibuang atau diperbaiki
Perhitungan reliabilitas = Test-retest (Repeated measure)
- Pengukuran ulang dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari waktu ke waktu.
- Cara pelaksanaannya adalah dengan meminta responden untuk menjawab pertanyaan atau
merespon pernyataan yang sama sebanyak dua kali sesudah selang waktu tertentu.
- Sesudah diperoleh jawaban/respon responden untuk dua kali pelaksanaan kemudian nilai/skor
dari hasil pengukuran yang pertama dikorelasikan dengan nilai/skor hasil pengukuran yang ke
dua dengan menggunakan formula korelasi product momen atau korelasi tata jenjang sesuai
dengan karakteristik data yang diperoleh.
- Misalkan sebuah instrumen pengukuran dibuat untuk mengetahui pendapat mahasiswa
terhadap akses internet di kampus kepada 10 responden mahasiswa dengan hasil sebagai
mana terlihat dalam tabel berikut.
- Setiap responden diminta untuk mengisi kuesioner sebanyak dua kali
- Skor pengukuran pertama kemudian dikorelasikan dengan skor pengukuran kedua (cara
perhitungan sama seperti dalam perhitungan Validitas),
- Koefisien korelasi yang diperoleh kemudian di bandingankan dengan nilai tabel, bila lebih besar
berarti instrumen tersebut reliabel.
- Hasil perhitungan data skor di atas diperoleh nilai r = 0.970 (nilai tabel = 0.632 pada taraf
signifikansi 5%), dan nilai rho = 0.953 (nilai tabel = 0.648 pada taraf signifikansi 5%), ini berarti
bahwa instrumen pengukuran tersebut reliabel.
- Dalam penggunaan cara ini seorang peneliti harus memperhatikan selang waktu antara
pengukuran yang pertama dan yang kedua
- Tidak ada patokan yang pasti, yang penting harus dihindari kemungkinan terjadinya bias akibat
responden merasa diperlakukan tidak wajar jika terlalu pendek, atau terjadi perubahan jika
terlalu lama, Djamaludin Ancok menyatakan bahwa selang waktu antara 15-30 hari pada
umumnya dianggap memenuhi persyaratan tersebut.
Atau menggunakan pendekatan lain melalui SPSS yaitu menggunakan pendekatan:
• Rumus Alpha (Cronbach)
Valid jika r hasil > r table, Reliabel jika r alpha > r tabel
Langkah-langkah dalam pembuatan kuesioner yang baik, meliputi:
a. perancangan instrumen
b. pembuatan lay out daftar pertanyaan (kuesioner)
c. melihat kembali panjangnya kuesioner.
PERANCANGAN INSTRUMEN
- Untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan pertanyaan perlu diurutkan sedemikian rupa
sehingga pelaksanaan wawancara mengalir lancar.
- diawali dengan pernyataan yang terkait dengan kondisi demografi keluarga dan dilanjutkan
dengan pertanyaan yang dikembangkan dari variabel dan atau indikator yang menjadi focus
penelitian; yakni dengan membagi pertanyaan ke dalam beberapa sesi.
Pembuatan lay out daftar pertanyaan
- Penataan atau lay out kuesioner sangat diperlukan untuk kuesioner formal atau yang berskala
besar
- Rancangan yang bagus dapat memotivasi respon responden.
- Layout atau design dari kuesioner yang baik memuat empat bagian:
1. Pengantar yang menjelaskan tujuan riset, identitas periset, cara jawab dan permohonan
kepada responden untuk berpartisipasi dalam riset.
2. Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik atau identitas responden.
3. Pertanyaan-pertanyaan utama yang berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan
masalah riset.
4. Penutup yang berisi ucapan terimakasih dan/ atau cara mengembalikan kuesioner.
Melihat kembali panjangnya kuesioner
- Dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan wawancara tidak terlalu lama dan tidak
didapatkan pertanyaan yang tidak terjawab
- Pada kondisi letih, responden akan memberikan jawaban yang tidak terkontrol, atau dapat
juga tidak dapat melengkapi keseluruhan pertanyaan yang dipersiapkan.
BAB VII
RANCANGAN PENELITIAN EKPERIMENTAL
Dr. Drs. Eko Suhartono, M.Si
Dr. Roselina Panghiyangani, S.Si, M.Biomed
PRINSIP DASAR
Pada penelitian eksperimental persoalan pokok penelitian adalah kejadian yang akan
terjadi akibat adanya intervensi oleh peneliti.
Penelitian eksperimental pada dasarnya adalah ingin menguji hubungan antara suatu
sebab (cause) dengan akibat (effect). Pengujian tersebut dilakukan dalam suatu sistem tertutup,
yang kondisinya terkontrol. Ide dasarnya sangat sederhana. Kita buat dua kelompok dengan
kondisi yang “identik”. Kedua kelompok kondisinya dijaga tetap “identik”. Kepada salah satu
kelompok kita berikan intervensi (perlakuan, treatment, exposure) sebagai “cause”, sedangkan
kelompok yang lain tidak diberikan intervensi. Kemudian kita bandingkan efek yang terjadi antara
kelompok yang tidak dikenai intervensi (kontrol) dan yang telah dikenai intervensi (uji). Jika ada
perbedaan efek, maka perbedaan tersebut, adalah dikarenakan oleh adanya intervensi (cause).
Jelaslah disini bahwa efek (pokok persoalan penelitian) terjadi setelah ada intervensi dari peneliti
terhadap situasi yang telah ada.
Dari uraian di atas dapat diidentifikasi adanya beberapa unsur dalam penelitian
eksperimental, yaitu: adanya kelompok kontrol dan kelompok uji atau kelompok perlakuan, serta
adanya intervensi (perlakuan).
Didalam prakteknya, banyaknya perlakuan yang diinginkan peneliti tidak hanya satu
macam, tetapi umumnya lebih dari satu. Untuk penelitian eksperimental semacam itu diperlukan
suatu perencanaan yang cermat dan terarah yang dinamakan rancangan eksperimental atau
rancangan penelitian.
PENGERTIAN DAN KEGUNAAN
Rancangan eksperimental adalah suatu rencana dalam melakukan penelitian
eksperimental, sedemikian sehingga diperoleh informasi yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti dan memungkinkan analisis yang obyektif untuk memperoleh kesimpulan yang valid.
“The design of an experiment: Getting more information for your money”.
Kegunaan dari rancangan eksperimen adalah: mendapatkan informasi yang relevan
dengan permasalahan penelitian secara maksimal, dengan materi, waktu dan biaya yang minimal.
Sehingga penelitian menjadi lebih efektif dan efesien dalam hal waktu, dana, tenaga dan dalam
“sense” statistika. Berikut ini adalah sebuah ilustrasi, dengan judul:
“Uji Coba Gajah Tunggal”
Sebuah perusahaan ban mobil “Gajah Tunggal”, ingin melakukan uji coba kekuatan dua
tipe ban produk terbarunya, yaitu tipe A dan Tipe B. Kekuatan ban dinyatakan dengan tebal
keausannya setelah digunakan sejauh 100 km non-stop di jalan tol. Untuk maksud tersebut
dilakukan uji coba sebagai berikut:
-Digunakan sekaligus 4 buah mobil, dengan pengemudi masing-masing: Si Boy, Cak Hari,
Pak Mat, dan Satrio. Ban tipe A dan B dipasang sebagai ban depan, masing-masing dipasang di
sebelah kiri atau kanan secara random. Setelah dijalankan sejauh 100 km pada jalan yang sama,
diukur beberapa mm ausnya masing-masing ban. Berdasarkan perbedaan keausan masing-masing
akan dapat disimpulkan tipe ban mana yang lebih kuat, dengan kriteria: makin kecil keausan ban
makin besar kekuatannya.
Dengan rancangan eksperimen semacam itu terdapat suatu kelemahan, yaitu: perbedaan
keausan mungkin bukan karena perbedaan kekuatan ban, tetapi mungkin karena perbedaan
prilaku sopir dalam menjalankan mobilnya, sehingga kesimpulannya tidak valid. Dalam hal ini
keausan ban (effect) disebabkan oleh campuran (confound) antara dua penyebab, yaitu: kekuatan
ban dan prilaku sopir. Jadi disini terjadi “confound effectí”.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut diatas, maka rancangan eksperimennya dirubah
menjadi sebagai berikut:
-Tiap mobil menggunakan sekaligus ban tipe A dan tipe B, selain itu pada dua mobil
pertama ban tipe A dipasang disebelah kiri, sedangkan ban tipe B dipasang disebelah kanan.
Untuk dua mobil yang lain justru sebaliknya. Dengan demikian dua tipe ban tersebut selalu dalam
posisi berpasangan (paired), baik posisi kiri dan kanan maupun dalam hal sopirnya. Dengan cara
yang sama semua mobil dijalankan sejauh 100 km, kemudian diukur keausannya.
Dalam rancangan eksperimen yang terakhir ini (paired) perbedaan keausan oleh karena
variable perilaku sopir dapat dihilangkan, karena baik ban tipe A maupun tipe B mendapat
perlakuan yang sama dari masing-masing sopir. Demikian juga perbedaan keausan ban karena
variabel letak ban (kiri-kanan) juga dapat dihilangkan, karena baik tipe A maupun tipe B dalam
jumlah yang sama dipasang disebelah kiri dan disebelah kanan. Dengan demikian perbedaan
keausan dan benar-benar dikarenakan oleh perbedaan kekuatan ban.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya rancangan eksperimental
adalah suatu usaha untuk meminimalkan adanya “confound effect”, yaitu efek dari variabel di luar
perlakuan.
REPLIKASI, RANDOMISASI DAN KONTROL
Dalam rancangan penelitian eksperimental ada tiga prinsip yang harus dipenuhi, yaitu
adanya: replikasi, randomisasi dan kontrol. Jika tiga prinsip tersebut dipenuhi seluruhnya, maka
rancangan eksperimental dinamakan eksperimental sungguhan (true experimental). Apabila
hanya mengandung sebagian saja dari tiga prinsip tersebut, maka dinamakan pra-eksperimental
(pre-experimental). Jika dalam penelitian diusahakan untuk memenuhi tiga prinsip di atas, tetapi
belum dapat mencapai tingkat yang sebenarnya, dinamakan eksperimental semu (quasi –
experimental).
a. Replikasi
Yang dimaksud dengan replikasi adalah: banyaknya unit eksperimen, yang mendapat
perlakuan sama pada kondisi tertentu. Dengan kata lain replikasi adalah: berapa kali suatu
perlakuan yang sama diberikan pada unit eksperimen.
Perlu dibedakan antara jumlah replikasi dengan jumlah pengulangan pengukuran. Pada
penelitian pengaruh obat X terhadap penurunan tekanan darah. Jumlah replikasi adalah
banyaknya pasien yang diberi obat X pada dosis tertentu. Beberapa kali tekanan darah diukur
pada setiap orang coba adalah jumlah pengulangan pengukuran, bukan replikasi. Jika dalam
sebuah eksperimen perlakuan lebih diberikan lebih dari satu kali maka itu sudah disebut ada
replikasi. Dengan demikian makin banyak replikasi makin tinggi validitas informasi yang diperoleh
dari suatu eksperimen. Sehingga presisi eksperimen akan lebih tinggi juga. Peningkatan replikasi
juga dapat meningkatkan kuat uji statistik (power test).
b. Randomisasi
Adapun yang dimaksud random (acak/rambang/tanpa pilih-pilih) adalah keadaan dimana
setiap unit eksperiman mempunyai kesempatan (probabilitas) yang sama untuk mendapat
perlakuan. Dengan kata lain setiap perlakuan dapat diaplikasikan dengan probabilitas yang
sama terhadap unit eksperimen. Randomisasi adalah proses untuk mewujudkan keadaan random
tersebut. Randomisasi dilakukan dalam usaha menjaga validitas generalisasi hasil eksperimen
kepada populasinya. Disamping itu randomisasi juga merupakan asumsi dasar yang harus
dipenuhi agar statistik inferensial dapat digunakan.
c. Kontrol atau perlakuan banding
Dikatakan bahwa, penelitian dikatakan eksperimental, jika dan hanya jika menggunakan
perlakuan kontrol atau perlakuan banding. Fungsi atau tujuan dari adanya kontrol adalah agar
rancangan eksperimental menjadi lebih efisien. Perlakuan kontrol dapat menghasilkan uji
kemaknaan menjadi lebih sensitif atau meningkatnya kuat uji (power test). Hal tersebut terjadi
oleh karena perlakuan kontrol akan mengarungi besarnya kesalahan eksperimental.
Dengan adanya kelompok atau perlakuan kontrol/banding, maka dalam eksperimen paling
sedikit harus ada dua kelompok unit eksperimen dimana kelompok pertama dikenai perlakuan
yang ingin diuji, sedangkan kelompok kedua tidak diberi perlakuan atau diberi perlakuan banding
sebagai perlakuan standar. Atau ada sekelompok unit eksperimen yang dikenal paling sedikit dua
perlakuan yang berbeda secara berurutan (before-after).
V LUAR
V ANTARA
Contoh: Suatu penelitian ingin mengetahui apakah “bekatul” mempunyai efek menurunkan kadar
cholesterol dalam darah.
Dilakukan penelitian sebagai berikut:
- Sekelompok orang dengan kadar cholesterol tinggi diberi diet yang dicampur dengan
bekatul (P) sampai periode tertentu, kemudian diukur kadar cholesterol dalam
darahnya (O1)
- Sekelompok orang dengan kadar kolesterol yang tinggi tanpa diberi diet bekatul
diukur kadar cholesterolnya juga (O2)
- Kemudian dibandingkan O1 dan O2 untuk melihat pengaruh bekatul (P).
Dalam rancangan ini sudah mulai ada kelompok kontrol, walaupun belum ada
randomisasi dan “matched” antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sehingga history
effect, naturation effect, testing effect, dan instrumentation effect, dapat dikontrol.
Dengan demikian validitas internal sudah mulai ada, walaupun masih bias.
2. Eksperimental Sesungguhnya
Dalam rancangan ini telah memenuhi tiga prinsip, yaitu: randomisasi replikasi dan adanya
kelompok/perlakuan kontrol atau banding.
a. The Pretest – Posttest Control Group Design
Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
O
𝑃 − 1
Contoh: Sebuah penelitian ingin mengetahui efek hepatotoksik dari jamu galian singset. Untuk
→ 𝑂1
mengetahui adanya efek hepatotoksik,
→ 𝑂2 enzim SGOT/SGPT dari hewan coba tikus.
diukur aktivitas
Penelitian dilakukan sebagai berikut:
- Secara random (R), kelompokkan tikus menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (K)
dan kelompok perlakuan / test (T).
- Ukur SGOT/SGPT dari darah tikus pada keadaan awal, baik terhadap kelompok kontrol (O 1)
maupun kelompok perlakuan (O2)
- Kepada kelompok perlakuan diberikan seduhan jamu galian singset (P+), sedangkan
kepada kelompok kontrol diberikan air (P-).
- Setelah jangka waktu tertentu, ukur SGOT/SGPT dari darah tikus, baik dari kelompok
kontrol (O4) maupun dari kelompok perlakuan (O3).
- Uji ada/tidaknya perbedaan antara harga (O3 – O1) dengan harga (O4 – O2) untuk
mengetahui ada/tidaknya efek (P), misalnya dengan uji t.
Rancangan ini dapat diperluas dengan menggunakan beberapa macam perlakuan,
misalnya P1, P2, P3 dan seterusnya. Untuk menguji ada/tidaknya efek dari P dapat dilakukan
dengan uji Anava (Analisis Varians) atau Anakova (Analisis Kovarians).
Rancangan yang telah diperluas tadi dapat digambarkan sebagai berikut :
P(+) P(-) O3
R O4 O4
O3 O1 P1
O2 O2 P2
K O5
P
3
O6 O7
Contoh: Seperti pada Pretest-Postest Control group Design, tetapi tanpa ada pengukuran awal.
Untuk mengetahui adanya efek perlakuan P dilakukan uji komparasi, misalnya uji t atau uji
lain yang sesuai, antara harga O1 dan O2.
Rancangan ini dapat diperluas dengan menggunakan lebih dari satu perlakuan, misalnya
P1, P2, dan P3 disamping perlakuan kontrol atau banding.
Untuk mengetahui ada/tidaknya perbedaan efek antara P1, P2, P3, dan kontrol dapat
dilakukan dengan uji Anava terhadap harga O1, O2, O3, dan O4.
Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
O2
R
P R
O8
(+)
c. The Solomon Four-Group Design
Rencana ini adalah kombinasi dari rancangan yang menggunakan pengukuran awal dan
yang tanpa pengukuran awal, dengan asumsi hasil pengukuran awal dari semua kelompok adalah
sama. Dengan rancangan ini dapat diketahui ada/tidaknya efek pengukuran awal (testing effect
(T), maturation effect (M) dan history effect (H)).
Rancangan ini dapat digambarkan sebagi berikut :
O1 P(+) O2 (P, H, M, T)
O1 P(-) O2 (-, H, M, T)
P
2 - P(+) O2 (P, H, M, -)
- P(-) O2 (-, H, M, -)
d. Factorial Design
Rancangan Faktorial ini digunakan bila ingin diketahui sekaligus efek dari kombinasi dua
atau lebih perlakuan pada unit eksperimen.
Contoh: jika ingin diteliti efek obat anti hipertensi (H) yang diberikan bersama-sama dengan obat
tidur (T), terhadap efek diuretik.
Misalnya ada tiga macam obat antihipertensi (H1, H2 dan H3), dan dua macam obat tidur
(T1, dan T2). Dengan demikian ada 6 macam perlakuan kombinasi antara tiap jenis H dan T, yaitu :
H1T1, H2T1, H3T1, H1T2, H2T2, dan H3T2.
Secara skematis Rancangan Faktorial dapat digambarkan sebagai berikut:
Faktor H
Faktor T
H1 H2 H3
T1 H1 T1 H2 T1 H3 T1
T2 H2 T2 H2 T2 H3 T2
P3 O1 O2 O3 O4 O1 O2
R
Dalam rancangan ini dilakukan satu seri pengukuran variabel tertentu terhadap suatu
kelompok subyek, yaitu: O1, O2, dan O3. kemudian terhadap kelompok subyek tersebut
dikenakan perlakuan P. Selanjutnya dilakukan satu seri pengukuran ulang, yaitu: O4, O5 dan O6.
Bila ada perubahan rerata hasil pengukuran pada sebelum dan sesudah perlakuan maka dianggap
ada efek dari perlakuan P.
Kelemahan dari rancangan ini adalah bahwa perubahan bisa saja terjadi bukan karena P,
tetapi oleh faktor lain. Hal ini terjadi antara lain karena selama seri pengukuran, baik pengukuran
sebelum atau sesudah perlakuan, kelompak tersebut dipengaruhi faktor lain di luar faktor
perlakuan.
c. Equivalent Time – Samples Design
Rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
[P O1] [K O2] [P O3] [K O4]
Rancangan ini berusaha menghilangkan pengaruh dari luar selama seri pengukuran,
dengan cara melakukan pengukuran dalam waktu yang berurutan, setelah pemberian masing-
masing perlakuan.
Perlakuan P, Kadang-kadang ada, Kadang-kadang tidak, secara berurutan. Untuk
mengetahui perbedaan P dan K diuji perbedaan rata-rata selisih O1 dan O3 dengan rata-rata
selisih O2 dan O4.
BAB VIII
DESAIN PENELITIAN OBSERVASIONAL
dr. Farida Heriyani, MPH
Dr. dr. Metria Syahadatina Noor, M.Kes
O3
O4
P
O5
O6
O4
Statistik deskriptif adalah istilah yang digunakan untuk analisis data untuk
mendeskripsikan, menunjukkan, atau memberikan rangkuman terhadap data tersebut. Statistik
deskriptif tidak bisa untuk membuat simpulan di luar data yang dianalisis. Statistik deskriptif
sangat berguna, karena bila kita hanya menampilkan data mentah, terutama bila datanya
berjumlah besar, akan sulit memvisualisasikan hal yang ditunjukkan oleh data tersebut.
Tipe variabel atau skala pengukuran
Sebelum kita mempelajari tentang statistik deskriptif, perlu diketahu dulu tipe variabel
atau skala pengukuran. Secara tradisional, terdapat 4 tipe variabel atau skala pengukuran, yaitu:
Variabel nominal, yaitu variabel yang mempunyai dua kategori atau lebih yang tidak
bertingkat (urutan kategorinya tidak mempunyai makna tingkatan).
Contoh: variabel jenis kelamin (laki-laki, perempuan); variabel warna rambut (hitam, pirang,
coklat, merah), variabel nama kabupaten di Kalsel (Banjar, Batola, Balangan, Tanah Laut,
Tapin, HSS, HST, HSU, Tabalong, Tanah Bumbu, Kotabaru).
Kadang-kadang, variabel nominal yang hanya mempunyai 2 kategori (misalnya jenis kelamin)
disebut sebagai variabel dikotomus.
Variabel ordinal, yaitu variabel yang mempunyai dua kategori atau lebih yang bertingkat,
dimana urutan kategorinya mempunyai makna tingkatan.
Contoh: variabel tingkat pendidikan (Tidak sekolah, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi), variabel
tingkat kepuasan (sangat puas, puas, netral, tidak puas, sangat tidak puas).
Variabel interval, yaitu variabel yang dapat diukur sepanjang suatu kontinuum dan memiliki
nilai numerik, serta interval antar setiap nilai adalah sama. Variabel interval tidak mempunyai
nilai true zero/nol absolut.
Contoh: suhu (ºC).
Variabel rasio, yaitu variabel yang sama dengan variabel interval, tetapi mempunyai nilai true
zero.
Contoh: tinggi badan, berat badan, jarak.
Di beberapa buku teks, pengelompokan berdasarkan 4 tipe variabel ini tidak digunakan.
Data hanya dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yatiu:
Variabel kategorikal/diskrit/kualitatif, yang mencakup data nominal dan data ordinal.
Variabel kontinu/kuantitatif, yang mencakup data interval dan data rasio.
atau
Contoh:
Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90.
Maka mean dari nilai tes kedelapan siswa tersebut adalah:
(45 + 55 + 65 + 65 + 70 + 80 + 85 + 90) / 8 = 69,37.
Median
Median adalah nilai tengah dari sebuah dataset yang telah diurutkan dari nilai terkecil
sampai nilai terbesar. Apabila jumlah datanya genap, maka median adalah rerata dari kedua nilai
tengah.
Contoh:
Nilai-nilai tes dari 9 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90, 100.
Maka median dari nilai tes kesembilan siswa tersebut adalah 70.
Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90.
Maka median dari nilai tes kedelapan siswa tersebut adalah (65 + 70) / 2 = 67,5.
Modus
Modus adalah nilai tersering dalam sebuah dataset.
Contoh:
Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90.
Maka modus dari nilai tes kedelapan siswa tersebut adalah 65.
Apabila kita perhatikan, untuk dataset yang sama di atas, terdapat perbedaan nilai antara
mean, median, dan modus. Pada sebuah dataset yang terdistribusi normal, nilai mean, median,
dan modus akan sama. Pada dataset yang tidak terdistribusi normal, maka nilai mean akan sangat
dipengaruhi oleh nilai outlier (nilai yang tidak serupa dengan nilai-nilai lainnya, mungkin terlalu
besar atau terlalu kecil). Pada set data yang tidak terdistribusi normal atau cenderung skewed
(penjelasan tentang skewness akan dijelaskan di bawah), maka mean bukan ukuran tendensi
sentral yang tepat. Median lebih tepat digunakan untuk menunjukkan ukuran tendensi sentral set
data yang skewed.
Modus lebih jarang digunakan pada data kontinu, lebih sering digunakan pada data
kategorikal. Hal ini karena beberapa kesulitan, misalnya apabila pada sebuah dataset kontinu
ditemukan 2 nilai yang paling sering keluar. Kesulitan lain adalah apabila sampelnya berjumlah
sedikit, misalnya 30 sampel, dan variabel yang diukur adalah berat badan dengan ketepatan
sampai 2 desimal. Sangat jarang ditemukan 2 sampel yang mempunyai berat badan yang persis
sama, sehingga tidak ada modus untuk dataset tersebut. Selain itu, apabila pada suatu dataset,
frekuensi tersering jatuh pada nilai yang sangat jauh lokasinya dari nilai-nilai yang lain, maka
modus bukanlah ukuran tendensi sentral yang tepat untuk dataset tersebut.
Ukuran sebaran data (measures of spread/variability)
Ukuran sebaran data adalah sebuah ukuran yang merangkum data dengan
mendeskripsikan seberapa jauh datanya tersebar (variabilitas data). Ukuran sebaran data
biasanya ditampilkan atau digunakan bersama dengan ukuran tendensi sentral, seperti mean atau
median, untuk menunjukkan gambaran keseluruhan dari data yang dianalisis. Contohnya, mean
nilai tes pada 8 siswa adalah 70, tetapi tidak semua siswa mendapatkan nilai 70. Beberapa siswa
mendapat nilai lebih rendah dari 70, beberapa siswa mendapat nilai lebih tinggi dari 70. Ukuran
sebaran data akan menunjukkan sebaran data di sekitar ukuran tendensi sentralnya, dan
menunjukkan apakah ukuran tendensi sentralnya representatif terhadap data yang dianalisis. Bila
nilai sebarannya/variabiltasnya besar, maka ukuran tendensi sentralnya (misalnya mean) tidak
mampu mewakili/merepresentasikan data sebaik kalau nilai sebarannya/variabilitasnya kecil.
Ukuran sebaran data mencakup range, quartile, interquartile range, standard deviation,
variance, skewness, dan kurtosis.
Range
Range adalah selisih antara nilai maksimum dan nilai minimum dalam dataset.
Range = nilai maksimum – nilai minimum
Contoh:
Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90.
Nilai maksimumnya adalah 90, sedangkan nilai minimumnya adalah 45, maka range dari nilai tes
kedelapan siswa tersebut adalah: 90 – 45 = 45.
Selain untuk menilai sebaran data, nilai range, nilai maksimum, dan nilai minimum penting
dalam menentukan apakah ada error dalam entry data, misalnya range umur mulai minimum 2
tahun sampai nilai maksimum 500 tahun, mungkin menunjukkan kesalahan entry data umur “50”
menjadi “500”.
Range adalah ukuran sebaran data yang hanya didasarkan pada dua nilai dalam dataset.
Selain itu, range sangat sensitif terhadap nilai outlier. Akan lebih informatif apabila menyajikan
data minimum dan data maksimum, daripada hanya menampilkan range.
Quartiles
Lower quartile (Q1) adalah titik di antara nilai 25% terendah dan nilai 75% tertinggi. Lower
quartile disebut juga 25th percentile.
Second quartile (Q2) adalah nilai tengah dari set data, atau sama dengan median, atau 50 th
percentile.
Upper quartile (Q3) adalah titik di antara nilai 75% terendah dan nilai 25% tertinggi. Upper
quartile disebut juga 75th percentile.
Interquartile range adalah selisih antara upper quartile (Q3) dan lower quartile (Q1).
Contoh:
Nilai-nilai tes dari 8 siswa adalah: 45, 55, 65, 65, 70, 80, 85, 90.
45 55 | 65 65 | 70 80 | 85 90
Lower quartile = (55 + 65) / 2 = 60
Second quartile = (65 + 70) / 2 = 67,5
Upper quartile = (80 + 85) / 2 = 82,5
Interquartile range = 82,5 – 60 = 22,5.
Interquartile range adalah ukuran sebaran data yang hanya didasarkan pada dua nilai
dalam dataset. Dibandingkan range, interquartile range tidak sensitif terhadap nilai outlier. Untuk
data yang skewed, interquartile range yang digunakan sebagai ukuran sebaran data, dengan
median sebagai ukuran sebaran data.
Standard deviation dan variance
Standard deviation adalah ukuran sebaran data di sekitar mean, dengan menghitung
jumlah variasi setiap nilai data terhadap mean. Ada dua perhitungan untuk standard deviation,
yaitu population standard deviation dan sample standard deviation. Yang mana yang digunakan
tergantung pada apakah nilai-nilai di dalam dataset merepresentasikan seluruh populasi atau
apakah merupakan sampel dari sebuah populasi yang lebih besar.
Population standard deviation dihitung dengan:
Keterangan:
σ = population standard deviation
µ = population mean
n = jumlah data dalam sampel
s = sample standard deviation
= sample mean.
Variance adalah pengkuadratan dari standard deviation. Begitu juga sebaliknya, standard
deviation adalah akar dari variance.
Contoh:
Data kadar timbal dalam urine.
Maka, variance-nya adalah:
Standard deviation dianggap sebagai ukuran sebaran data yang lebih baik dibanding
ukuran sebaran data lainnya di atas, karena mempertimbangkan setiap nilai di dalam dataset.
Standard deviation digunakan sebagai ukuran sebaran data apabila mean yang digunakan sebagai
ukuran tendensi sentral, Dengan demikian, standard deviation tepat digunakan pada data yang
terdistribusi normal (tidak skewed atau mempunyai nilai outlier).
Skewness dan kurtosis
Skewness adalah ukuran asimetri dari sebuah distribusi data (probability distribution) di
sekitar mean. Dengan kata lain, skewness adalah ukuran asimetri sebuah dataset terhadap
distribusi normal. Skewness bisa bernilai negatif (skewed to the left) atau positif (skewed to the
right). Ketika distribusi data skewed to the right, mean dan mediannya lebih besar daripada
modus, dan mean biasanya lebih besar daripada mediannya. Ketika distribusi data skewed to the
left, mean dan mediannya lebih kecil daripada modus, dan mean lebih kecil daripada mediannya.
Kurtosis adalah ukuran tailedness dari sebuah distribusi data (probability distribution),
dibandingkan dengan distribusi normal. Kurva distribusi normal dianggap mempunyai nilai
kurtosis 3. Kurva distribusi data dengan nilai kurtosis < 3 disebut dengan platykurtic, dengan ekor
yang lebih pendek dan puncak yang lebih rendah dan lebih lebar dibandingkan kurva distribusi
normal. Kurva distribusi data dengan nilai kurtosis > 3 disebut dengan leptokurtic, dengan ekor
yang lebih panjang dan puncak yang lebih tinggi dan lebih tajam dibandingkan kurva distribusi
normal.
Banyak uji statistik yang mensyaratkan adanya distribusi data yang normal. Adanya
skewness dan kurtosis yang signifikan menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Dalam
modul ini, tidak diberikan perhitungan untuk memperoleh nilai skewness dan kurtosis.
Statistika deskriptif adalah bagian dari statistika yang membahas cara pengumpulan dan
penyajian data, sehingga mudah untuk dipahami dan dapat memberikan informasi yang berguna
bagi siapapun. Statistika deskriptif hanya mereduksi, menguraikan atau memberikan keterangan
suatu data, fenomena atau keadaan ke dalam beberapa besaran untuk disajikan secara bermakna
dan mudah dimengerti. Statistika ini hanya berfungsi menguraikan, menggambarkan dan
menerangkan keadaan, persoalan, permasalahan tanpa menarik suatu kesimpulan terhadap data
yang lebih luas atau populasi. Apabila data yang dianalisis merupakan sebagian atau sampel
darisuatu populasi, maka statistika deskriptif akan menghasilkan ukuran-ukuran sampel (statistik).
Sebaliknya data yang dianalisis merupakan keseluruhan populasi, maka statistika deskriptif akan
menghasilkan ukuran-ukuran populasi (parameter). Statistika untuk menggambarkan data tanpa
membuat inferensi (kesimpulan) untuk populasi.
Beberapa contoh statistika deskriptif antara lain:
a. Pada suatu Madrasyah Ibtidaiyah ada 30 guru yang mengajar. Dari 30 guru yang mengajar, ada
10 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan 20 orang berjenis kelamin perempuan, dan ada 5
guru yang perlu ditingkatkan pendidikannya ke Strata 1.
b. Seluruh siswa Madrasyah Ibtidaiyah sebanyak 250 siswa. Jumlah siswa kelas 1 adalah 20%,
siswa kelas 2 adalah 15%, siswa kelas 3 10%, siswa kelas 4 sebanyak 15%, siswa kelas 5
sebanyak 20%, dan siswa kelas 6 sebanyak 20%.
c. Kelas IV-a yang berjumlah 25 siswa, merupakan sebagian dari keseluruhan kelas IV yang
berjumlah 100 siswa di suatu Madrasyah Ibtidaiyah yang mengikuti ujian akhir semester. Dari
hasil ujian mata pelajaran sains dikelas IV-a yang jumlahnya 25 siswa diperoleh rata-rata skor
matematika 6,67 dan simpangan baku 2,01 maka presur yang digunakan disini adalah
statistika deskriptif. Demikian pula prosedur yang digunakan untuk menghitung rata-rata dan
simpangan baku hasil ujian akhir semester mata pelajaran matematika seluruh siswa kelas IV
yang berjumlah 100 siswa.
d. Siswa Madrasyah Ibtidaiyah yang mengikuti ujian nasional berjumlah 100 siswa. Untuk
mengetahui besarnya skor yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran matematika, disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Analisis univariat pada data numerik ini dapat dilakukan dengan melihat berbagai ukuran:
1) Ukuran Gejala Pusat,
2) Ukuran Simpangan, Dispersi dan Variasi
3) Ukuran Letak, dan
4) Ukuran Bentuk
Sedangkan analisis univariat pada data kategorik ini dapat dilakukan menggunakan distribusi
frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi.
UKURAN GEJALA PUSAT DAN UKURAN LETAK
Adalah suatu nilai yang dapat mewakili sekelompok nilai hasil pengamatan. pada umumnya
mempunyai kecenderungan terletak di tengah-tengah dan memusat ke dalam suatu kelompok
data yang disusun menurut besar kecilnya nilai data.
Sifat Ukuran Tengah:
• sangat dipengaruhi oleh angka atau nilai ekstrimnya
• Mempertimbangkan semua nilai pengamatan
• Dapat dimanipulasi secara matematis, sehingga dapat dipergunakan untuk keperluan
statistik
• Hanya berlaku untuk data kuantitatif
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang sekumpulan data mengenai sesuatu
persoalan, baik mengenai sampel ataupun populasi, selain daripada data itu disajikan dalam tabel
dan diagaram, masih diperlukan ukuran-ukuran yang merupakan wakil kumpulan data tersebut
yaitu ukuran gejala pusat dan ukuran letak.
Rata-rata Hitung
Rata-rata atau lenkapnya rata-rata hitung, untuk data kuantitatif yang terdapat dalam sebuah
sampel dihitung dengan jalan membagi jumlah nilai data oleh banyak data disimpulkan
dengan x (baca: x bar) sedangakan rata-rata untuk populasi dipakai simbul (baca miu).jadi
Jika ada data x1, x2, x3, …xn, maka rata-rata hitungnya ( x ) adalah:
n
x x ...x n x i
x
x 1 2 atau x i 1
atau secara sederhana ditulis x i
n n n
Contoh Rata dari lima nilai ujian 70, 69, 45, 80, dan 56 ialah:
70 69 45 80 56
x 64
5
Jika ada data x1, x2, x3, …xn masing-masing muncul sebanyak f1, f2, f3,…,fn maka rata-rata
hitungnya ( x ) adalah :
n
f1 x1 f 2 x2 ... f n xn fx i i
x n
atau x i 1
atau secara sederhana ditulis:
f
n
i
i 1
x
fx i i
Rumus ini disebut juga rumus rata-rata dibobot.
f i
Contoh:
Jika ada lima mahasiswa mendapat nilai 70, enam terdapat nilai 69, tiga 45 dan masing-
masing seorang mendapat nilai 80 dan 56, data itu ditulis seperti tabel berikut:
xi fi Efek (+)
70 5
69 6
45 3
80 1
56 1
Untuk contoh diatas, dianjurkan dibuat tabel penolong seperti berikut:
xi fi xi fi Eksposur (+)
70 5 350
69 6 414
45 3 135
80 1 80
56 1 56
Jumlah 16 1035
Cara kedua untuk menghitung rata-rata dari data dalam daftar distribusi frekuensi ialah cara
koding atau cara singkat. Untuk itu:
ambil salah satu tanda kelas, namakan xodan xo ini diberi nilai c = 0.
Tanda kelas yang lebih kecil dari xo berturut-turut diberi harga c = -1, c = -2, c = -3, dan
seterusnya dan yang lebih besar dari xo berturut-turut mempunyai harga c = +1, c = +2, c =
+3 dan seterusnya.
Jikap = panjang kelas interval, maka rata-rata dihitung oleh:
f i ci
x x o p
f
i
Contoh soal:
Data Kelembatan Hidrometeorologi di Singomerto Selama 80 Hari
Kelembaban (x) fi xi ci fici
31 - 40 1 35.5 -4 -4
41 – 50 2 45.5 -3 -6
51 – 60 5 55.5 -2 -10
61 –70 15 65.5 -1 -15
71 – 80 25 75.5 0 0
81 – 90 20 85.5 1 20
91 – 100 12 95.5 2 24
Jumlah 80 - - 9
Di atas telah diambil xo = 75,5 dan nilai c = 0 telah diberikan untuk hal ini. Harga-harga c = -
1, c = -2, dan c = -4 telah diberikan berturut-turut untuk tanda-tanda kelas 65,5; 55,5; 45,5;
dan 35,5. Tanda kelas yang lebih besar dari xo = 75,5 berturut turut diberi harga c = 1 dan c
9
x 75,5 (10) 76,62 .
10
Sebenarnya rumus secara Coding ini didapat dari rumus sebelumnya dengan menggunakan
xi xo
transformasi ci berdasarkan sifatnya:
p
1. Jika tiap nilai data xi ditambah/dikurangi dengan sebuah bilangan tetap d, maka rata-rata x
untuk data baru bertambah/berkurang dengan d dari rata-rata data lama.
2. Jika data x dikalikan dengan sebuah bilangan tetap d, maka rata-rata x untuk data baru
menjadi d dikali rata-rata data lama.
Cobalah selidiki sendiri kebenaran sipat ini!
Perhatian: cara koding di atas hanya berlaku jika panjang kelas interval semuanya sama
Modus
Modus disingkat Mo, ukuran yang menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi atau
paling banyak terdapat. Untuk data kuantitatif ditentukan dengan jalan menentukan frekuensi
terbanyak di antara data itu.
Ukuran ini juga dalam keadaan tidak disadari sering dipakai untuk menentukan “rata-rata”
data kualitatif. Jika kita dengan atau baca: kebanyakan kematian di Indonesia disebabkanoleh
penyakit malaria, pada umumnya kecelakaan lalu lintas karena kecerobohan pengemudi,
maka ini tiada lain masing-masing merupakan modus penyebab kematian dan kecelakaan lalu
lintas.
Contoh: Terdapat sampel dengan nilai-nilai data:
12, 34, 14, 34, 28, 34, 34, 28, 14. Dalam tabel dapat disusun seperti dibawah ini:
xi fi
Efek (-)
12 1
14 2
28 2
34 4
Jika data kuantitatif telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, modusnya dapat
b1
ditentukan: Mo = b + p
b1 b2
Untuk:
b = batas bawah kelas modal, ialah kelas interval dengan frekuensi terbanyak.
P = panjang kelas modal.
b1= frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya.
b2= frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya.
Contoh: Untuk mencari modus M, maka diperoleh:
Kelembaban (x) f Efek (+)
31 – 40 1
41 – 50 2
51 – 60 5
61 – 70 15
71 – 80 25
81 – 90 20
91 – 100 12
Jumlah 80
Modus, dibandingkan dengan ukur
ran lainnya, tidak tunggal adanya. Ini berarti sekumpulan data tidak bisa mempunyai lebih dari
sebuah modus.
Median
o Median (Me), menentukan letak data setelah data itu disusun menurut uratan nilainya,
artinya 50 % dari data harga-harganya paling tinggi sama dengan Me sedangkan 50 % lagi
harga-harganya paling rendak sama dengan Me.
o Setelah data disusun menurut nilainya dan jika banyak:
Data ganjil, maka median Me, merupakan data paling tengah. Untuk sampel berukuran
genap, setelah data disusun menurut urutan nilainya, mediannya sama dengan rata-rata
dihitung dua data tengah.
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensinya, mediannya dihitung
1 nF
2
dengan rumus Me = b + p
f
Dengan:
b = batas bawah kelas median, ialah kelas dimana median akan terletak.
P = panjang kelas mediannya.
n = ukuran sampel atau banyak data
F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median.
f = frekuensi kelas median.
Contoh:
Jika untuk Data Kelembatan Hidrometeorologi di Singomerto Selama 80 Hari akan dihitung
mediannya dengan menggunakan daftar berikut kita tempuh hal dibawah ini:
Nilai (f)
31 – 40 1
41 – 50 2
51 – 60 5
61 – 70 15
71 – 80 25
81 – 90 20
91 – 100 12
Jumlah 80
40 23
b = 70,5; p = 10, f = 35, sehingga Me = 70,5 + (10) 77,3
25
Ada 50 % dari data yang bernilai paling rendah 77,3 dan setengahnya lagi bernilai paling besar
77,3.
Dari data dalam Daftar 3.1 tentang nilai ujian 80 mahasiswa, telah didapat x = 76,62; Mo =
77,17 dan Me = 77,3. Kita lihat bahwa harga-harga statistik tersebut berlainan.
Ketiga nilai, yakni: rata-rata, median dan modus akan sama bila kurva halusnya simetrik.
Untuk fenomena dengan kurva halus positif atau negatif, terdapat hubungan: Rata-rata – Mo
= 3(Rata-rata-Me)
Median sering dipakai untuk “memperbaiki” harga rata-rata untuk sekumpulan data. Jika
terdapat harga ekstrim, sering rata-rata kurang respresentatif sebagai ukuran gejala pusat.
Dalam hal ini median dipakai untuk “memperbaikinya”.
Kuartil, Desil dan Persentil
Kuartil, adalah nilai yang membagi sekelompok data menjadi 4 bagian yang sama banyak,
sesudah disusun menurut urutan nilainya. Ada tiga buah kuartil, ialah kuartil pertama, kuartil
kedua, dan kuartil ketiga yang masing-masing disingkat K1, K2, K3. Pemberian nama ini dimulai
dari kuartil paling kecil. Untuk menentukan nilai kuartil:
1. susun data menurut urutan nilainya
2. tentukan letak kuartil
3. tentukan nilai kuartil
i ( n 1)
Letak K1= data ke , dengan I = 1,2, 3
4
Contoh:
Sampel dengan data 75 82 66 57 64 56 92 94 86 52 60 70 setelah disusun menjadi : 52
56 57 60 64 66 70 75 82 86 92 94
12 1
Letak K1 = data ke =data ke 3 1/4
4
K1 = data ke 3 + ¼ (data ke 4 – data ke 3)
= 57 + ¼ (60 – 57) = 57 ¾.
3(12 1)
Letak K3 = data ke data ke 9 ¼.
4
K3 = data ke-9 + ¾ (data ke-10 – data ke 9)
= 82 + (¾)(86-82) = 85
Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi, kuartil K i (i = 1, 2, 3) dihitung
dengan rumus:
in
F
Ki = b + p 4 , dengan i = 1,2, 3
f
Dengan:
b = batas bawah kelas Ki, ialah kelas interval di mana Ki akan terletak.
p = panjang kelas Ki
F = Jumlah frekuensi sebelum kelas Ki
f = frekuensi kelas Ki
Desil, yaitu nilai yang membagi sekumpulan data menjadi 10 bagian yang sama setelah dta itu
diurutkan. Karenanya ada sembilan buah desil ialah desil pertama, desil kedua,……, desil
kesembilan yang disingkat dengan D1, D2,……….D3.
Desil- desil ini dapat ditentukan dengan jalan.
1. susun data menurut urutan nilainya
2. tentukan letak desil
3. tentukan nilai desil
Dengan:
b = batas bawah kelas Di,
p = panjang kelas Di
F = jumlah frekuensi sebelum kelas Di
f = frekuensi kelas Di.
Jika sekumpulan data yang dibagi menjadi 100 bagian yang sama akan menghasilkan 99
pembagi yang berturut-turut dinamakan persentil pertama, persentil kedua,……., persentil ke
99. Simbol yang digunakan berturut-turut P1, P2 …….., P99.
Karena cara perhitungannya sama seperti perhitungan desil, maka disini hanya diberikan
rumus-rumusnya letak persentil Pi (I = 1,2,3 ….., 99) untuk sekumpulan data ditentukan oleh
i ( n 1)
rumus : Letak Pi = data ke , dengan i = 1, 2, 3 ……, 99
100
Untuk nilai Pi untuk data dalam daftar distribusi frekuensi dihitung dengan:
in
F
Pi = b + p 100 , dengan i = 1, 2, 3 …..,99
f
Dengan: b = batas bawah kelas Di, p = panjang kelas Di
F = jumlah frekuensi sebelum kelas Di
f = frekuensi kelas Di.
UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI
o Ukuran dispersi atau ukuran variasi, yang menggambarkan derajat bagaimana berpencarnya
data kuantitatif, dintaranya: rentang, rentang antar kuartil, simpangan kuartil atau deviasi
kuartil, rata-rata simpangan atau rata-rata deviasi, simpangan baku atau deviasi standar,
varians dan koefisien variasi.
o Rentang. adalah : data terbesar - data terkecil, biasanya banyak digunakan pada cabang
statistika industri
Contoh : Untuk ke 80 data yang terdapat pada halaman 45 dimana data terbesar = 99
o Rentang antar kuartil juga mudah ditentukan, dan ini merupakan selisih antara K3 dan K1.,
yakni : RAK = K3 – K1
Contoh : Daftar berikut menyatakan upah tiap jam untuk 65 pegawai di suatu pabrik.
Upah f1 Efek (-)
(x100 Rupiah)
50,00 – 59,99 8
60,00 – 69,99 10
70,00 – 79,99 16
80,00 – 89,99 14
90,00 – 99,99 10
100,00 – 109,99 5
110,00 – 119,99 2
JUMLAH 65
o Simpangan kuartil atau deviasi kuartil atau disebut pula rentang semi antar kuartil, harganya
setengah dari rentang antar kuartil. yakni: SK = ½ (K3 – K1).
o Contoh:
Dari daftar di atas: SK = ½ (Rp.90,75 – Rp. 68,25) = Rp. 11,25
Karena ½ (K3 + K1) = Rp. 79,50, maka 50 % dari pegawai mendapat upah terletak dalam interval
Rp. 79,50 + Rp. 11,25.
Rata-rata Simpangan
o Misalkan data hasil pengamatan berbentuk x1, x2, …, xn dengan rata-rata x . Jarak antara tiap
oleh n, maka diperoleh satuan yang disebut rata-rata simpangan atau rata-rata deviasi,
dirumusnya adalah :
xi x
RS =
n
xi menyatakan nilai ujian, dan fi menyatakan
o Contoh : frekuensi untuk nilai xi yang bersesuaian.
xi xi - x xi - x Misalnya: f1= 5 untuk x1= 70, f2 = 6 untuk x2 = 69
dan seterusnya.
8 -1 1
7 -2 2
10 1 1
11 2 2
Jika kita mempunyai sampel berukuran n dengan data x1, x2, . . . , xn dan rata-rata x , maka
( x i x ) 2
statistik s dihitung dengan: s =
n 1
o Pangkat dua dari simpangan baku dinamakan varians.
Simpangan baku s dihitung sebagai berikut
3). Tentukan kuadrat selsisih tersebut, yakni (x1 - x )2, (x2 - x )2, . . . , (xn - x )2
4). Kuadrat-kuadrat tersebut dijumlahkan
5). Jumlah tersebut dibagi oleh (n – 1)
6). Lalu diambil akarnya yang positif.
Contoh:
Diberikan sampel dengan data: 8, 7, 10, 11, 4.
Untuk menentukan simpangan baku s, kita buat tabel berikut:
xi xi - x (xi - x )2
Dari tabel diatas disamping didapat:
8 0 0
x i 16 dan xi f i Sehingga:
7 -1 1
x
x f i i
1030
64,6 Jadi,
10 2 4
f i 16
11 3 9 nilai rata-rata statistika untuk ke-16
4 -4 16 mahasiswa itu adalah 64,6.
30
didapat : S = 7,5 = 2,74.
40
nx i (x i ) 2
2
Untuk:
xi = tanda kelas,
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas xi
n = fi.
Contoh :
Untuk menghitung varians s2 dari data dalam Daftar IV (2) tentang kelembaban selama 80
hari. Untuk lebih mudahnya digunakan rumus kedua.
Untuk menggunakan Rumus di atas maka dibuat tabel pembantu seperti di bawah ini
Kelembaban
fi xi xi2 fixi fixi2 fixi3
(x)
31 - 40 1 35,5 1260,25 35,5 1.260,25 44738,87
41 -50 2 45,5 2070,25 90,0 4.140,50 188342,75
51 – 60 5 55,5 3080,25 277,5 15.401,25 814769,37
61 – 70 15 65,5 4290,25 982,5 64.353,75 dst
71 – 80 25 75,5 5700,25 1887,5 142.506,25
81 – 90 20 85,5 7310,25 1710,0 146.205,00
90 – 100 12 95,5 9120,25 1146,0 109.443,00
Jumlah 80 - - 6130,0 483.310,00
Contoh:
Untuk data di atas, jika dipakai Rumus IV (9) ini, maka diperlukan tabel berikut:
Kelembaban (x) fI xI cI fici fici2
31 - 40 1 35,5 -4 -4 16
41 -50 2 45,5 -3 -6 18
51 – 60 5 55,5 -2 -10 20
61 – 70 15 65,5 -1 -15 15
71 – 80 25 75,5 0 0 0
81 – 90 20 85,5 1 20 20
90 – 100 12 95,5 2 24 48
Jumlah 80 - - 9 137
Dari tabel didapat p = 10, n = fi = 80, fici = 9 dan fi ci2 = 137, sehingga didapat varians.
80 x137 (9) 2
s2 = (10)2 172,1
80 x79
Hasilnya sama dengan bila digunakan sebelumnya. sebenarnya yang terakhir didapat dari
xi x0
yang pertama dengan menggunakan transpormasi ci = berdasarkan sifat:
p
1) Jika tiap nilai data xi ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama, maka
simpangan baku s tidak berubah.
2) Jika tiap nilai data xi dikalikan dengan bilangan yang sama d, maka simpangan bakunya
menjadi hal d kali simpangan baku yang asal.
o Simpangan baku gabungan. Jika terdapat k buah subsampel:
Subsampel 1 : berukuran n1 dengan simpangan baku s1
Subsampel 2 : berukuran n2 dengan simpangan baku s2
………………………………………………………….
Subsampel k : berukuran nk dengan simpangan baku sk
merupakan sebuah sampel berukuran n = n1 + n2 + …+ nk, maka simpangan baku untuk sampel
ini merupakan simpangan baku gabungan yang dihitung dengan rumus:
(ni 1) si2
s2 = atau lengkapnya
ni k
sedangkan rata-ratanya = x dan simpangan baku = s., dirumuskan stuan simpangan baku:
xi x
zi = untuk i = 1, 2, …, n (1)
s
o Angka baku atau angka standar adalah distribusi baru, yang mempunyai rata-rata x 0 dan
x x
simpangan baku s0 yang ditentukan. dirumus: zi = x 0 s 0 i (2)
s
Perhatikan bahwa untuk x 0 = 0 dan s0 = 1, Rumus (2) menjadi Rumus (1), sehingga angka z
sering pula disebut angka standar.
Contoh:
1) Dalam psikologi, test Wechsler-Bellevue diubah ke dalam angka baku dengan rata-rata =
10 dan simpangan baku = 3.
2) Test Klasifikasi Umum Tentara di Amerika biasa dijadikan angka baku dengan rata-rata =
100 dan sipangan baku = 20
3) “Graduate Record Examination” di USA dinyatakan dalam angka standar dengan rata-rata
= 500 dan simpangan baku = 100
Angka baku dipakai untuk membandingkan keadaan distribusi sesuatu hal.
Contoh:
Seorang mahasiswa mendapat nilai 86 pada ujian akhir matematika dimana rata-rata dan
simpangan baku kelompok, masing-masing 78 dan 10. pada ujian akhir statistika dimana rata-
rata kelompok 84 dan simpangan baku 18, ia mendapat nilai 92. Dalam mata ujian mana ia
mencapai kedudukan yang lebih baik?
Jawab: Dengan rumus V (11) didapat:
86 78
untuk matematika z = 0,8
10
92 84
untuk statistika z= 0,44
18
Mahasiswa itu mendapat 0,8 simpangan baku diatas rata-rata nilai matematika dan hanya
0,44 simpangan baku diatas rata-rata nilai statistika. Kedudukannya lebih tinggi dalam hal
matematika.
Kalau saja nilai-nilai di atas diubah kedalam angka baku dengan rata-rata 100 dan simpangan
baku 20, maka :
86 78
untuk matematika z = 100 + 20 116
10
92 84
untuk statistika z = 100 + 20 108,9
18
Dalam sistem ini ia lebih unggul dalam matematika.
o ukuran variasi atau dispersi yang diuraikan dalam bagian-bagian lalu merupakan dispersi
absolut. Variasi 5 cm untuk ukuran jarak 100 m dan variasi 5 cm untuk ukuran jarak 20 m jelas
mempunyai pengaruh yang berlainan. Untuk mengukur pengaruh demikian dan untuk
membandingkan variasi antara nilai-nilai besar dan nilai-nilai kecil, digunakan dispersi relatif
yang ditentukan oleh :
DispersiAb solut
Dispersi Relatif =
Rata rata
o Jika untuk dispersi absolut diambil simpangan baku, maka didapat koefisien variasi, disingkat
SimpanganBaku
KV. dirumuskan dalam persen. Jadi diperoleh : KV = x100%
rata rata
o Koefisien variasi tidak tergantung pada satuan yang digunakan, karenanya dapat dipakai untuk
membandingkan variasi relatif beberapa kumpulan data dengan satuan yang berbeda.
Contoh :
Semacam lampu elektron rata-rata dapat diapakai selama 3.500 jam dengan simpangan
baku 1.050 jam. Lampu model lain rata-ratanya 10.000 jam dengan simpangan baku 2.000
jam. Dari sini mudah dihitung :
1.050
KV (lampu pertama) = x100% 30%
3.500
2.000
KV (lampu kedua) = x100% 20%
10.000
Ternyata lampu kedua secara relatif mempunyai masa pakai yang lebih uniform.
UKURAN KECENDERUNGAN KURVA
Ada 2 jenis ukuran kecenderungan kurva:
1. Tingkat Kemiringan Kurva(Skewness)
2. Tingkat Keruncingan Kurva(Kurtosis)
Tingkat kemiringan suatu kurva adalah merupakan ukuran kecenderungan mencengnya
suatu kurva, berdasarkan konsep hubungan pemusatan data antara nilai rata-rata hitung, modus
dan mediannya ( X, Mo dan Me ), jika nilai X Mo Me maka kecenderungan kurvanya akan
terbentuk simetris (normal), dan apabila nilai-nilai X Mo Me maka ada 2 kemungkinan yang
dapat terjadi pada kurvanya, bisa condong kekiri (positif) atau bisa juga condong kekanan
(negatif).
Jika Sk = 0,1 , maka kurva dikatakan cenderung condong ke kiri, kanan dan atau normal,
sedangkan jika Sk > 0,3, maka tingkat kecondongannya semakin berarti.
Dimana:
Sk : Kemiringan kurva
Pint : Paruh Interval (semi Interval)
Mo : Nilai Modus
Tk : Titik tengan kurva
Sm : Selisih modus
Adapun Kriteria dalam menentukan kemiringan kurvanya dinyatakan sebagai berikut:
Jika : Sk > 0 , maka kurva dikatakan cenderung condong ke kiri (positif)
Jika : Sk = 0, maka kurva dikatakan normal (uniform)
Jika : Sk < 0, maka kurva dikatakan cenderung condong ke kanan/ negatif
TINGKAT KERUNCINGAN KURVA (KURTOSIS)
Tingkat keruncingan dari suatu kurva (kurtosis), adalah merupakan besaran untuk
menentukan jenis kurva (runcing, normal atau datar).
fi.(X i X) 4
K α4 ………………….. VI – 5
n.s 4
Dimana:
K : Kurtosis ( α4 )
Xi : Midpoint
X : Rata-rata
n : Jumlah data
fi : Frekuensi
Adapun Kriteria untuk menyatakan tingkat keruncingan kurva, dinyatakan sebagai berikut:
Suatu kurva dikatakan runcing (lepto kurtik) jika, jika nilai K > 3
Suatu kurva dikatakan normal (meso kurtik), jika nilai K = 3
Suatu kurva dikatakan datar (plati kurtik), jika K < 3
BAB X
STUDI INFERENSIAL
dr. Alfi Yasmina, PhD
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang memungkinkan kita untuk membuat inferensi
tentang suatu populasi berdasarkan data sampel (yang diambil dari populasi) yang kita analisis.
Inferensi adalah penggunaan data (misalnya sampel yang diambil secara random) untuk
memperoleh informasi tentang populasi yang menjadi sumber pengambilan sampel. Statistik
inferensial didasarkan pada asumsi bahwa pengambilan sampel biasanya mengakibatkan
sampling error, dan sampel tidak diharapkan untuk dapat merepresentasikan populasi secara
sempurna.
Secara umum, terdapat 2 metode statistik inferensial, yaitu estimasi parameter dan
pengujian hipotesis statistik.
Estimasi parameter
Data biasanya dikumpulkan untuk memperoleh informasi tentang distribusi populasi yang
menjadi sumber data. Melakukan estimasi terhadap distribusi populasi ini secara menyeluruh
adalah hal yang ideal dilakukan, tetapi karena adanya keterbatasan informasi dalam data sampel,
maka kita biasanya hanya membatasi pada beberapa karakteristik tertentu dalam distribusi
populasi, yang disebut dengan parameter. Sesudah mengidentifikasi parameter populasi yang
paling kita inginkan, misalnya mean dan standard deviation dari populasi, kita dapat melakukan
estimasi terhadap kedua parameter populasi ini dengan menggunakan mean dan standard
deviation dari sampel. Mean dan standard deviation pada contoh ini disebut dengan estimator
atau pada beberapa teks disebut sebagai estimate.
Ketika melakukan estimasi terhadap parameter populasi, estimasi parameter ini baisanya
tidak persis sama dengan parameter populasi itu sendiri. Perbedaan antara estimator dan
parameter yang diestimasi disebut sebagai error pada estimator.
Misalnya, bila mean sampel ( ) digunakan untuk mengestimasi mean populasi (µ), maka error
estimatornya adalah:
error = -µ
Bila proporsi sampel (p) digunakan untuk mengestimasi proporsi populasi (π), maka error
estimatornya adalah:
error = p - π
Atau, bila dibuat formula secara umum, maka:
error = (estimate - parameter)
Karena parameter populasi yang kita estimasi tidak kita ketahui, dan error pada estimator
ini nilainya random (karena nilai error estimator akan berubah setiap kali kita melakukan
pengambilan sampel secara random), maka error mempunyai distribusi, yang disebut distributon
of errors atau error distribution.
Error distribution menggambarkan sejauh mana estimator (misalnya mean sampel) berbeda dari
parameter yang diestimasi (misalnya mean populasi).
Estimator yang baik adalah estimator yang error-nya mendekati angka nol. Dengan
demikian, terdapat 2 karakteristik error distribution, yaitu:
1. secara ideal kita menginginkan error distribution berpusat pada angka nol (tidak
bias/unbiased).
2. secara ideal kita menginginkan error distribution mempunyai sebaran yang kecil di sekitar
angka nol.
Karena semua estimator yang akan kita pertimbangkan bersifat tidak bias, maka sebaran
dari error distribution menjadi karakteristik yang paling penting. Kita menyebut ukuran sebaran
dari error distribution ini sebagai standard error dari estimator atau standard deviation dari
estimator. Kita menginginkan standard error atau standard deviation dari estimator ini bernilai
sekecil mungkin.
Ketika besar sampel semakin besar, error distribution menjadi semakin terpusat ke angka
nol, sehingga error-nya cenderung menjadi semakin kecil. Dengan kata lain, standard error dari
estimator akan menurun ketika jumlah sampel meningkat.
Dalam melaporkan sebuah angka estimasi parameter, terdapat 2 cara, yaitu dengan point
estimate atau dengan interval estimate. Point estimate melaporkan 1 nilai estimasi parameter,
sedangkan interval estimate melaporkan tingkat ketidakpastian (degree of uncertainty) dalam
pengetahuan kita tentang nilai parameter tersebut.
Contoh:
Point estimate μ = 11,0
Interval estimate μ berada di antara 10,5 dan 11,5
Bila kita asumsikan sebuah interval estimate terhadap mean populasi (μ) berpusat pada
mean sampel random ( ), maka ketika kita menurunkan lebar interval estimate, kita menjadi
kurang yakin (confident) bahwa interval tersebut akan mencakup nilai μ
Error distribution adalah kunci dari interval estimation. Dari error distribution, kita bisa
menemukan range atau interval nilai dimana error-nya akan mempunyai probabilitas 95% atau
0,95.
Bila error pada estimasi berada di antara –e* dan e*, maka estimator berada dalam jarak
e* dari parameter yang kita estimasi:
Prob ( estimate - e* < parameter < estimate + e* ) = 0.95
Dengan demikian, kita menyebut interval “estimate-e* sampai estimate+e*” sebagai 95%
confidence interval, dan kita 95% confident (yakin) bahwa interval ini akan mencakup nilai
parameter yang kita inginkan.
Sebesar sekitar 95% nilai dalam suatu distribusi berada dalam jarak 2 standard deviation
dari mean. Dalam istilah standard error (SE), 95% confidence interval = estimate-2 SE sampai
estimate+2SE, atau singkatnya: 95% confidence interval = estimate±2 SE. Perlu dicatat bahwa tipe
tingkat kepercayaan (confidence level) seperti ini semakin tidak akurat bila jumlah sampelnya
semakin kecil.
Untuk setiap uji statistik, terdapat asumsi yang harus dipenuhi. Untuk variabel dependen
yang kontinu, apabila asumsi tidak terpenuhi, maka dilanjutkan dengan uji di bawahnya.
Asumsi untuk uji t tidak berpasangan/independen:
Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu
Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok
Harus terdapat observasi yang independen
Tidak ada outlier yang signifikan
Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih) untuk setiap kelompok variabel
independen.
Terdapat homogenitas variance (diuji dengan Levene’s test).
Asumsi untuk uji t berpasangan/dependen:
Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu
Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok
yang saling berkaitan atau berpasangan
Tidak ada outlier yang signifikan
Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih).
Asumsi untuk uji one-way Anova:
Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu
Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok
atau lebih yang independen
Harus terdapat observasi yang independen
Tidak ada outlier yang signifikan
Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih) untuk setiap kelompok variabel
independen.
Terdapat homogenitas variance (diuji dengan Levene’s test).
Asumsi untuk uji repeated Anova:
Variabel dependen harus merupakan variabel kontinu
Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari minimal dua
kelompok yang saling berkaitan atau berpasangan
Tidak ada outlier yang signifikan
Variabel dependen harus terdistribusi normal (kurang-lebih).
Terdapat sferisitas (variance perbedaan antar semua kombinasi kelompok yang berkaitan
harus sama).
Asumsi untuk uji Mann-Whitney:
Variabel dependen harus merupakan 1 variabel kontinu atau ordinal.
Variabel independen harus merupakan 1 variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok
yang independen
Harus terdapat observasi yang independen
Distribusi skor untuk kedua kelompok variabel independen bisa memiliki bentuk yang sama
atau berbeda. Apabila sama, maka tes ini digunakan untuk menentukan apakah ada
perbedaan dalam median antar kedua kelompok. Bila bentuknya berbeda, maka tes ini
digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam distribusi kedua kelompok.
Asumsi untuk uji Kruskal-Wallis:
Variabel dependen harus merupakan variabel ordinal atau kontinu.
Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok
yang independen atau lebih
Harus terdapat observasi yang independen
Distribusi skor untuk kedua kelompok variabel independen bisa memiliki bentuk yang sama
atau berbeda. Apabila sama, maka tes ini digunakan untuk menentukan apakah ada
perbedaan dalam median antar kedua kelompok. Bila bentuknya berbeda, maka tes ini
digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam mean rank kedua kelompok.
Asumsi untuk uji Wilcoxon:
Variabel dependen harus merupakan variabel ordinal atau kontinu.
Variabel independen harus merupakan variabel kategorikal yang terdiri dari dua kelompok
yang saling berkaitan atau berpasangan
Distribusi perbedaan antara kedua kelompok harus simetris.
Asumsi untuk uji Friedman:
Satu kelompok yang diukur pada 3 kesempatan atau lebih
Kelompok adalah sampel random dari populasi
Variabel dependen harus merupakan variabel ordinal atau kontinu
Sampel tidak perlu terdistribusi normal.
Asumsi untuk uji Chi-square (untuk uji asosiasi):
Kedua variabel harus merupakan variabel kategorikal
Kedua variabel harus terdiri dari 2 kelompok atau lebih yang independen
Selain itu, apabila menggunakan software statistik SPSS dan pada tabel hasil analisis uji Chi-
square ternyata > 20% sel pada tabel 2x2 mempunyai expected count < 5, maka hasil yang
diinterpretasi adalah hasil uji Fisher’s exact test.
Asumsi untuk uji McNemar:
Terdapat 1 variabel dependen kategorikal yang terdiri dari 2 kelompok, dan 1 variabel
independen kategorikal dengan 2 kelompok yang saling berkaitan.
Kedua kelompok pada variabel dependen harus mutually exclusive (tidak tumpang tindih).
Asumsi untuk uji Cochran:
Terdapat 1 variabel dependen kategorikal yang terdiri dari 2 kelompok yang mutually
exclusive
Terdapat 1 variabel independen kategorikal dengan 2 kelompok atau lebih yang saling
berkaitan.
Besar sampel harus cukup besar
Asumsi untuk uji korelasi Pearson:
Kedua variabel harus merupakan variabel kontinu
Terdapat hubungan linear antar kedua variabel
Tidak ada outlier yang signifikan
Kedua variabel harus terdistribusi normal (kurang-lebih)
Asumsi untuk uji korelasi Spearman:
Kedua variabel harus merupakan variabel ordinal atau kontinu
Asumsi untuk uji Somers:
Terdapat 1 variabel dependen dan 1 variabel independen dan keduanya merupakan variabel
ordinal
Terdapat hubungan monotonik antar kedua variabel
Asumsi untuk uji gamma:
Kedua variabel merupakan variabel ordinal
Terdapat hubungan monotonik antar kedua variabel
BAB XI
PENULUSURAN PUSTAKA
Dr.dr. Ika Kustiyah O., M.Kes., Sp.PA
dr. Rahmiati, M.Kes, SpMK
PLAGIARISME
DEFINISI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2008 plagiat adalah pengambilan karangan
(pendapat dsb) dari orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri.
Atau disebut juga menjiplak.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010 dikatakan:
"Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh
karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan
sumber secara tepat dan memadai"
Plagiator adalah orang yang mengambil karangan (pendapat dsb) dari orang lain dan
disebarluaskan sebagai karangan (pendapat dsb) sendiri. Atau disebut juga penjiplak.
Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dsb dari orang lain dan
menjadikannya seolah-olah itu adalah hasil karangan dan pendapat sendiri.
Dalam buku Bahasa Indonesia: Sebuah Pengantar Penulisan Ilmiah, Felicia Utorodewo dkk.
menggolongkan hal-hal berikut sebagai tindakan plagiarisme.:
- Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri,
- Mengakui gagasan orang lain sebagai pemikiran sendiri
- Mengakui temuan orang lain sebagai temuan sendiri
- Mengakui karya kelompok sebagai karya sendiri,
- Menyajikan tulisan yang sama dalam kesempatan yang berbeda tanpa menyebutkan asal
usulnya
- Meringkas dan memparafrasekan (mengutip tak langsung) tanpa menyebutkan sumbernya,
atau meringkas dan memparafrasekan dengan menyebut sumbernya, namun rangkaian
kalimat dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumbernya
Tipe Plagiarisme
Menurut Soelistyo (2011) ada beberapa tipe plagiarisme:
1. Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Penulis menggunakan kata-kata
penulis lain (persis) tanpa menyebutkan sumbernya.
2. Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis menggunakan gagasan orang lain
tanpa memberikan pengakuan yang cukup (tanpa menyebutkan sumbernya secara jelas).
3. Plagiarisme Kepengarangan (Plagiarism of Authorship). Penulis mengakui sebagai
pengarang karya tulis karya orang lain.
4. Self Plagiarism. Termasuk dalam tipe ini adalah penulis mempublikasikan satu artikel pada
lebih dari satu redaksi publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting
dalam self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya
baru yang dihasilkan harus memiliki perubahan yang berarti. Artinya Karya yang lama
merupakan bagian kecil dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga disini pembaca akan
memperoleh hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang
menggunakan karya lama.
Hal-hal yang tidak tergolong plagiarisme:
- menggunakan informasi yang berupa fakta umum.
- menuliskan kembali (dengan mengubah kalimat atau parafrase) opini orang lain dengan
memberikan sumber jelas.
- mengutip secukupnya tulisan orang lain dengan memberikan tanda batas jelas bagian
kutipan dan menuliskan sumbernya
SANKSI HUKUM
Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain.
Suatu karya dapat dikatakan plagiat apabila sesuai dengan ketentuan / undang-undang mengenai
plagiarisme yang berlaku. Undang – undang mengenai plagiarisme sendiri di Indonesia antara lain
yaitu UU nomor 19 tahun 2002 tentang hak cipta, dalam undang-undang tersebut dijelaskan
bahwa plagiat merupakan tindakan pidana.
Undang-undang no. 20 tahun 2003 mengatur sanksi bagi orang yang melakukan plagiat,
khususnya yang terjadi dilingkungan akademik. Sanksi tersebut adalah sebagai berikut (Pasal 70):
Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau
vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana
dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Dalam dunia pendidikan, pelaku plagiarism bisa mendapatkan hukuman/sangsi yang berat,
seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas.
Berdasarkan peraturan menteri Pendidikan no 17 tahun 2010 Sanksi bagi mahasiswa yang
terbukti melakukan plagiat secara berurutan dari yang baling ringan sampai dengan yang paling
berat terdiri atas:
1.Teguran
2.Peringatan tertulis
3.Penundaan pemberian sebagai hak mahasiswa
4. Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiswa.
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa
6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa atau;
7. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program.
PENCEGAHAN PLAGIARISME
Sebagai mahasiswa, dosen, penulis, peneliti, maupun profesi lain yang erat hubungannya
dengan penulisan seperti esai, artikel, skripsi, jurnal, riset, dan lain-lain, sangat rawan dengan
tindakan plagiarism. Hal ini dikarenakan dalam proses menghasilkan suatu karya tulis
membutuhkan banyak referensi dari pemikiran atau karya tulis orang lain, yang kadang lupa
dicantumkan sumber tulisannya dari mana.
Untuk mencegah tindakan plagiarisme tersebut, maka kita harus membiasakan diri
mencantumkan sumber dari setiap karya yang kita buat apabila mengutip dari karya orang lain.
Karena pusat penyebab karya kita disebut plagiat adalah apabila kita lupa untuk mencantumkan
sumbernya. Hal yang mudah dilakukan, tetapi sering sekali terlupakan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya plagiarisme pada karya tulis,
antara lain sebagai berikut.
1. Kejujuran pada diri seorang penulis. Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan
kebenaran, termasuk menegakkan dan membangun kebenaran ilmiah.
2. Pengakuan terhadap karya orang lain. Pengakuan terhadap karya orang lain yang
dijadikan bahan pustaka merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis.
Pengakuaan terhadap karya orang lain dapat terekspresikan dengan cara menuliskan
sumber isi tulisannya.
3. Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarisme. Pendidik dalam segala
tingkatan institusi pendidikan memiliki kewajiban membimbing anak didiknya dalam
menulis karya ilmiah. Peranan seorang pembimbing dalam hal ini antara lain:
1. memberi ide penelitian atau karya tulis ilmiah ketika siswa yang dibimbingnya tidak
mempunyai ide yang sesuai dengan bidangnya,
2. memberikan arahan tentang garis besar atau kerangka isi karya tulis ilmiah yang
akan dibuat,
3. membimbing tata cara penulisan dan metode penelitian yang sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai,
4. membimbing cara pengolahan dan penyajian data yang akan dituliskan dalam
karya tulis ilmiahnya,
5. memberikan arahan tentang interpretasi serta pembahasan data yang telah
diperoleh,
6. membaca secara teliti semua yang dituliskan bimbingannya dalam karya tulis
ilmiah,
7. memberikan masukkan atau koreksi terhadap segala kekurangan yang dijumpai
pada karya tulis bimbingannya mencakup kaidah penulisan kalimat, cara merujuk
suatu sumber pustaka, dan kaidah keilmuan,
8. memberikan teladan atau contoh yang baik dan benar berkaitan dengan
pembuatan karya tulis ilmiah.
Tips menulis, agar terhindar dari plagiarisme
1. Tentukan referensi yang akan anda baca sesuai dengan materi tulisan anda
2. Siapkan kertas kecil dan sematkan pada bagian depan referensi tersebut.
3. Tulis judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, jumlah halaman pada
kertas kecil
4. Salin ide utama yang anda dapatkan dari referemsi pada kertas kecil tersebut.
5. Ketika menulis artikel dengan menyunting isi referensi tersebut, fokuslah pada kertas
catatan yang telah anda buat.
6. Kembangkan kalimat sendiri dari catatan yang anda buat tersebut.
Terdapat beberapa aplikasi untuk mendeteksi plagiarism, antara lain:
1. Menggunakan alat/aplikasi pendeteksi plagiarism, Turnitin, Wcopyfind
2. Penggunaan aplikasi Zotero, Endnote untuk pengelolaan sitiran dan daftar referensi
Pencegahan dan pengawasan plagiarisme berdasarkan Permen Diknas No. 17 Tahun 2010 pasal 7:
1. Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri dengan surat pernyataan dari yang
bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak mengandung unsur
plagiat.
2. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan
dilingkungan perguruan tingginya, seperti portal Garuda atau portal lain yang ditetapkan
oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.
3. Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17
tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis
ETIKA PENELITIAN
Setiap proposal penelitian, sebelum dilakukan penelitian harus melalui penilaian etik penelitian.
Tujuannya adalah untuk melindungi subyek dan peneliti dari berbagai hal yang tidak diinginkan.
Tim Etik Penelitian di Fak Kedokteran ULM yaitu KEPK FK ULM. Pedoman Etik penelitian yang
dipakai berdasarkan SIOMS WHO.
Suatu Penelitian (terutama subyek manusia) tidak boleh melanggar 7 standar etik penelitian,
yaitu:
1. Nilai Ilmiah
2. Nilai Sosial
3. Adil
4. Risiko/ manfaat
5. Bujukan
6. Kerahasiaan
7. Informed concent
Nilai Ilmiah dinilai dari hipotesis, tujuan, metode, pemilihan sampel, prosedur kerja dan
sebagainya.
Nilai social dinilai dari manfaat penelitian terhadap masyarakat.
Adil dinilai dari bagaimana pemilihan sampel, pendistribusian sampel, apakah sampel dapat
mewakili populasi, apakah semua kelompok penelitian mendapatkan perlakuan yang sama, dan
sebagainya.
Risiko dilihat apakah ada risiko terhadap subyek, maupun terhadap peneliti baik pada saat proses
pengambilan data, maupun setelah ada hasil yang didapatkan. Risiko dapat berupa risiko fisik,
risiko materi, maupun risiko social/psikis.
Apabila ada risiko yang kemungkinan terjadi, maka harus dipersiapkan bagaimana solusinya.
Sehingga dapat diantisipasi apabila betul-betul risiko itu terjadi.
Penelitian seminimal mungkin mengecilkan risiko yang akan diterima subyek. Namun apabila
tidak dapat dihindari, haruslah dipertimbangan apa manfaatnya yang akan dicapai dari penelitian
tersebut. Tim Etik harus mendiskusikan apakah risiko dan manfaat lebih banyak manfaat yang
didapatkan dari penelitian tersebut.
BAB III
PRINSIP-PRINSIP DASAR
Pasal 3
Penelitian berpedoman kepada prinsip dasar yaitu:
a. kejujuran;
b. profesionalisme;
c. efektifitas;
d. produktivitas;
e. kesetaraan;
f. keadilan;
g. objektifitas;
h. saling menghargai;
i. amanah;
j. keterbukaan;
k. kelayakan
BAB IV
ETIKA BERPERILAKU PELAKU PENELITIAN
Pasal 4
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus:
1. menjunjung tinggi kesusilaan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab;
2. menjunjung tinggi universalitas dan objektivitas ilmu pengetahuan untuk mencapai kebenaran;
3. memiliki integritas dan profesionalisme, menaati kaidah keilmuan, serta menjunjung tinggi
nama baik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ;
4. berperilaku jujur, bernurani, dan berkeadilan, tidak diskriminatif terhadap lingkungan
penelitiannya;
5. menghormati subjek penelitian manusia, sumber daya alam hayati dan non-hayati secara
bermoral, dan tidak merendahkan martabat sesama ciptaan tuhan;
6. menghindari konflik kepentingan, teliti, dan meminimalkan kesalahan prosedur dalam
pelaksanaan penelitian;
7. memahami dan bertanggungjawab atas manfaat dan risiko-risiko dari penelitiannya dan
menjelaskannya kepada publik tentang manfaat dan risiko-risiko tersebut; dan
8. membuka diri terhadap kritik, saran, dan gagasan baru terhadap proses dan hasil penelitian,
serta membiarkan peneliti lain mengulas (review) hasil penelitian tersebut
BAB V
PROSES PENELITIAN
Pasal 5
1. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti harus mengikuti metode ilmiah yang tersusun secara
sistematis, mencakup mencari dan merumuskan masalah, menyusun kerangka pikiran,
merumuskan dan menguji hipotesis, melakukan pembahasan, dan menarik kesimpulan guna
mendapatkan hasil riset yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Metodologi dan hasil penelitian bersifat terbuka tetapi bila subjek penelitiannya adalah
manusia, maka asas kerahasiaan untuk hal-hal tertentu perlu dipatuhi.
3. Penelitian yang melibatkan manusia atau hewan perlu memperhatikan dan mematuhi regulasi
yang berlaku secara internasional, nasional, maupun lokal, serta etika penelitian yang telah
diberlakukan oleh organisasi profesi yang terkait.
BAB VI
DATA
Pasal 6
1. Data yang diperoleh dari hasil penelitian harus memiliki kriteria validitas, dapat dipertanggung
jawabkan (reliable), dan objektif.
2. Data hasil penelitian harus dipublikasikan oleh penelitinya, kecuali data tersebut bersifat
rahasia atau publikasinya dapat menyebabkan keresahan publik.
3. Data yang dihasilkan dari penelitian hendaknya tetap disimpan selama minimal 10 (sepuluh)
tahun setelah dipublikasikan.
4. Lembaga Penelitian, Pusat Penelitian atau Laboratorium wajib mensyaratkan peneliti
menggunakan buku catatan harian penelitian (logbook) dalam setiap aktivitas penelitian dan
diberi tanggal pengukuran/pengumpulan data oleh peneliti dan ditandatangani oleh peneliti,
dan diverifikasi oleh atasan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
BAB VII
KONFLIK KEPENTINGAN
Pasal 7
1. Peneliti harus bersikap objektif dan terhindar dari konflik kepentingan, baik bersifat personal,
intelektual, finansial, maupun profesional.
2. Peneliti wajib menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektivitas dalam pelaksanaan
penelitian.
3. Apabila dalam kasus tertentu sehingga menyebabkan konflik kepentingan seperti yang
dijelaskan pada ayat (1) pasal 7 ini tidak dapat dihindarkan, maka peneliti harus
mengungkapkannya kepada Komisi Etika Penelitian.
BAB VIII
PUBLIKASI ILMIAH
Pasal 8
1. Setiap informasi hasil penelitian harus didiseminasikan, disebarluaskan, dan/atau
dipublikasikan di media cetak atau elektronik pertama kali dan sekali, tanpa mengenal
publikasi berganda/duplikasi, kecuali yang bersifat rahasia atau menyebabkan keresahan
publik.
2. Hasil penelitian dapat dipublikasikan dalam bentuk artikel yang dipublikasi pada jurnal ilmiah
atau prosiding atau dalam bentuk buku.
3. Peneliti sebaiknya mencantumkan sumber dana penelitian, kecuali penyandang dana menolak
pencantuman tersebut.
BAB IX
KEPEMILIKAN (AUTHORSHIP)
Pasal 9
1. Penulis pada suatu karya tulis ilmiah yang dipublikasikan adalah orang yang memberikan
kontribusi intelektual berupa konsep, desain penelitian, analisis dan interpretasi data, menulis
manuskrip, serta memberikan koreksian yang signifikan dalam proses penyelesaian tulisan
hingga dapat diterbitkan.
2. Seseorang yang hanya membantu proses pengumpulan dan analisis data, membantu pekerjaan
di lapangan dan laboratorium, atau membantu pengelolaan administrasi penelitian tidak
dikategorikan sebagai penulis dalam sebuah publikasi.
3. Seorang penulis harus ikut bertanggung jawab atas substansi yang ditulis; termasuk jika
terdapat tindakan non-etis, baik ketika kegiatan penelitian dilakukan mapun dalam proses
penulisan karya ilmiahnya.
4. Penulis yang tercantum pada ayat (1) pada pasal 9 ini tidak dapat dicabut hak kepemilikannya
tanpa izin tertulis dari yang bersangkutan
Pasal 10
1. Jika terdapat lebih dari seorang penulis pada suatu karya ilmiah, maka penulis pertama adalah
penulis yang memberikan kontribusi terbesar.
2. Urutan nama penulis berikutnya ditulis berdasarkan proporsionalitas kontribusinya.
Pasal 11
1. Pencantuman nama penulis karena alasan penghargaan atau sebagai hadiah tidak sepatutnya
dilakukan.
2. Pihak lain yang hanya membantu proses pekerjaan di lapangan atau laboratorium tetapi tidak
menjadi penulis, sebaiknya diberi ucapan penghargaan pada bagian ucapan terima kasih
(acknowledgement).
3. Tindakan tidak mencantumkan nama seseorang yang telah berkontribusi secara signifikan dan
memenuhi kriteria pencantuman namanya sebagai penulis dengan alasan apa pun,
dikategorikan sebagai tindakan tidak etis.
BAB X
PERSYARATAN TAMBAHAN
Pasal 12
1. Peneliti harus mematuhi prosedur operasional standar untuk keamanan dan keselamatan
dalam pelaksanaan penelitiannya.
2. Lembaga Penelitian, Pusat Penelitian, atau Laboratorium wajib membuat dan menerapkan
prosedur operasional standar (POS) untuk keamanan dan keselamatan dalam pelaksanaan
penelitian bagi peneliti, mencakup penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja,
penanganan bahan-bahan penelitian secara aman, penggunaan peralatan secara aman,
pembuangan sisa bahan atau limbah penelitian, dan cara bertindak saat darurat.
Pasal 13
1. Setiap POS pemenuhan standar dalam penelitian harus dipatuhi oleh peneliti di Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2. Penggunaan manusia atau binatang yang dilindungi untuk subjek penelitian memerlukan
persetujuan tertulis dari Komisi Etika Penelitian yang telah diberlakukan oleh organisasi profesi
yang terkait.
Pasal 14
1. Peneliti yang penelitiannya atas biaya Pemerintah atau Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat diwajibkan mempublikasikan hasil penelitiannya, kecuali hasil tersebut
bersifat rahasia atau dapat meresahkan publik.
2. Kepemilikan dan royalti dari hasil penelitian yang dipatenkan diatur dalam ketentuan yang
berlaku di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
. BAB XI
BENTUK PELANGGARAN ETIKA PENELITIAN
Pasal 15
(1) Pelanggaran atau penyimpangan (malalaku) Etika Penelitian meliputi:
a. fabrikasi data;
b. falsifikasi data;
c. plagiat;
d. plagiat diri sendiri (self plagiarism);
e. melakukan pemerasan dan ekspoitasi tenaga peneliti;
f. bertindak tidak adil (injustice) sesama peneliti dalam pemberian insentif dan
kepemilikan hak kekayaan intelektual;
g. melanggar kesepakatan dan perjanjian yang telah ditulis dalam usul penelitian; dan
h. melanggar peraturan perundang-undangan tentang subjek manusia atau publik, serta
ketentuan hukum yang menyangkut penelitian.
2. Peneliti yang melakukan penyimpangan atau pelanggaran Etika Penelitian dapat dikenakan
sanksi oleh Dekan
BAB XII
PENEGAKAN ETIKA PENELITIAN
Pasal 16
1. Setiap peneliti di wajib Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat mengetahui,
memahami, dan menaati semua ketentuan yang tercantum pada Etika Penelitian.
2. Dalam menegakan Etika Penelitian di lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat dibentuk Komisi Etika Penelitian.
3. Pembentukan Komisi Etika Penelitian ditetapkan oleh Dekan.
4. Komisi Etika Penelitian terdiri dari dewan pakar peneliti dari berbagai bidang keilmuan di
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat , yang keanggotaannya berjumlah 7 atau
9 orang ditetapkan oleh Dekan , bersifat ad hoc atas usul Senat.
5. Jabatan dan pangkat Anggota Komisi Etika Penelitian tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan
pangkat peneliti yang diperiksa.
6. Komisi Etika Penelitian bertugas dan berwenang memeriksa dugaan pelanggaran Etika
Penelitian berdasarkan pada pengaduan dari pihak yang dirugikan
7. Komisi Etika Penelitian memeriksa dugaan pelanggaran etika penelitian secara tertutup untuk
menghormati asas praduga tidak bersalah.
8. Komisi Etika Penelitian membuat keputusan setelah memeriksa peneliti yang diduga melanggar
Etika Penelitian.
9. Komisi Etika Penelitian harus memberi kesempatan kepada peneliti yang diduga melanggar
Etika Penelitian untuk membela diri pada sidang tertutup dalam pemeriksaan pelanggaran
Etika Penelitian.
10. Komisi Etika Penelitian membuat keputusan setelah peneliti yang bersangkutan diberi
kesempatan membela diri.
11. Putusan Komisi Etika Penelitian diambil secara musyawarah dan mufakat.
12. Apabila putusan tidak dapat diambil dengan musyawarah dan mufakat, putusan diambil
dengan suara terbanyak.
13. Putusan Komisi Etika Penelitian bersifat final.
14. Komisi Etika Penelitian menyampaikan putusan hasil sidang majelis kepada Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat sebagai dasar pertimbangan dalam pemberian
sanksi kepada peneliti yang bersangkutan.
. BAB XIII
SANKSI DAN PENERAPAN SANKSI
Pasal 17
Sanksi bagi Mahasiswa
(1) Apabila berdasarkan delik aduan dan kesaksian telah terbukti melanggar Etika Penelitian
sesuai dengan Peraturan Dekan ini, maka Dekan dapat menjatuhkan sanksi kepada mahasiswa
sebagai pelanggar Etika Penelitian.
(2) Sanksi bagi mahasiswa yang terbukti melakukan pelanggaran Etika Penelitian, secara
berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri atas:
a. teguran lisan terdokumentasi;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa;
d. pembatalan nilai seminar hasil penelitian atau nilai ujian akhir komprehensif yang diperoleh
mahasiswa;
e. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa;
f. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa; atau
g. pembatalan ijazah untuk alumni.
Pasal 18
Sanksi bagi Dosen dan Tenaga Kependidikan
(1) Sanksi bagi dosen dan tenaga kependidikan yang terbukti melakukan pelanggaran Etika
Penelitian, secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri
atas:
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
d. penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;
e. pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti utama bagi yang
telah memenuhi syarat;
f. pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan; atau
g. pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan
Pasal 19
Penerapan Sanksi
Sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 dan 18 dijatuhkan sesuai dengan proporsi
pelanggaran Etika Penelitian.
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 21
Peraturan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ini mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan.
PROTOKOL ETIKA PENELITIAN
DENGAN SUBYEK MANUSIA
B. Judul penelitian:
3. Multisenter : Ya Tidak
4. Tempat Penelitian : ………………………………………………………………………...
5. Waktu Penelitian : ………………………………………………………………………….
6. Judul Penelitian (bhs. Indonesia dan inggris) :
……………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
C. Komitmen Etik :
7. Pernyataan bahwa secara prinsip, pedoman penelitian dapat di implementasikan:
Ada Tidak
Jelaskan : …………………………………………………………………………………...
8. Rekam jejak penelitian, riwayat usulan review penelitian sebelumnya sesuai dengan etik
(jika ada penilaian sebelumnya) : Ada Tidak
Jelaskan, bahwa kapan dan dimana mendapatkan review etik : …………………………
9. Terdapat pernyataan bahwa penelitian tidak akan ada pemalsuan data :
Ya Tidak
Lampirkan pernyatan jika Ya : …………………………………………………………….
D. Ringkasan penelitian :
10. Ringkasan proposal (200 kata) : ditulis dalam bahasa yang mudah difahami oleh “awam”
bukan dokter/profesi
……………………………………………………………………………………………....
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
11. Alasan dilakukan penelitian dan kandungan manfaat penelitian yang akan di lakukan
untuk masyarakat dan lingkungan :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
E. Issue etik :
12. Jelaskan risiko penelitian yang mungkin terjadi pada subjek penelitian dan bagaimana
solusinya: Ada tidak
Jelaskan risiko : …………………………………………………………………………….
penanganan solusinya : …………………………………………………………………….
13. Jelaskan cara pengamanan tambahan bagi subjek penelitian yang berisiko (misalnya bila
subjek tersebut bayi, anak-anak, ibu hamil dan menyusui, cacat mental, pasien tak sadar,
narapidana, mahasiswa kedokteran, dll) :
……………………………………………………………………………………………
14. Untuk mencintai azas keadilan, jelaskan cara bagaimana memilih dan memperlakukan
subjek penelitian :
……………………………………………………………………………………………
15. Bila penelitian ini menggunakan subjek manusia, jelaskan bagaimana cara memberitahu
dan mengajak subjek :
………………………………………………………………………………………………
Apakah subjek diminta “Informed consent” ? bila tidak diminta berikan alasan yang kuat :
………………………………………………………………………………………………
16. Penelitian menggunakan subjek manusia, jelaskan hubungan pribadi antara peneliti utama
dengan subjek penelitian :
Dokter – Penderita Guru – Murid
Atasan – Anak Buah Lain – Lain (.......................)
17. Bila penelitian ini menggunakan orang sakit, sebutkan nama dokter / tim dokter yang
bertanggung jawab terhadap diagnosis dan perawatannya. Bila menggunakan orang
sehat, jelaskan cara pemeriksaan kesehatannya:
……………………………………………………………………………………………..
18. Apakah pasien dibebani sebagian atau seluruh biaya penelitian :
Ya Tidak
19. Bila penelitian ini menggunakan subjek manusia, apakah subjek dapat ganti rugi bila ada
gejala efek sampingnya :
Ya Tidak
20. Apakah institusi dibebani biaya penelitian :
Ya Tidak
G. Kondisi lapangan :
22. Gambaran singkat tentang lokasi penelitian:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
23. Informasi ketersediaan fasilitas yang layak untuk keamanan dan ketepatan penelitian :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
24. Informasi demografis / epidemiologis yang relevan tentang daerah penelitian
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
H. Desain penelitian :
25. Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi-asumsi dan variabel :
………………………………………………………………………………………………
26. Deskipsi detil tentang desain penelitian :
………………………………………………………………………………………………
27. Bila ujicoba klinis, deskripsi harus meliputi apakah kelompok treatmen ditentukan secara
random, (termasuk bagaimana metodenya), dan apakah blinded atau terbuka. (Bila bukan
ujicoba klinis cukup tulis: tidak relevan)
………………………………………………………………………………………………
I. Sampling :
28. Jumlah sampel : ………………………………………………………………………….....
29. Pemilihan sampel, (kriteria inklusi / ekslusi dll) : …………………………………………
30. Bagaimana kalau sampelnya (kelompok rentan) misalnya bila subjek tersebut bayi, anak-
anak, ibu hamil dan menyusui, cacat mental, pasien tak sadar, narapidana, mahasiswa
kedokteran, dll) : …………………………………………………………………………...
J. Intervensi :
31. Diskripsikan semua tindakan seperti metode pemberian perlakuan, alurnya, dosis,
interval, periode pemberian dll, beserta produk pembanding yang digunakan :
………………………………………………………………………………………………
32. Rencanakan dan tetapkan kapan penelitian di lakukan dan kapan penelitian tersebut harus
atau dapat di hentikan dalam masa penelitian berlangsung :
………………………………………………………………………………………………
33. Tetapkan terapi lain yang mungkin diperbolehkan diberikan / yang berupa kontrra
indikasi diberikan, selama masa penelitian
………………………………………………………………………………………………
34. Apakah diperlukan pemeriksaan klinis, laboratorium maupun pemeriksaan penunjang
lain : …..……………………………………………………………………………………
K. Evaluasi hasil penelitian :
35. Jelaskan bagaimana mengevaluasi hasil penelitian, bagaimana respon terapi, bagaimana
follow up prosedur penelitian :
………………………………………………………………………………………………
36. Aturan atau kriteria kapan subyek bisa diberhentikan dari penelitian atau uji klinis, atau,
dalam hal studi multi senter, kapan sebuah pusat/lembaga di non aktipkan, dan kapan
penelitian bisa dihentikan (tidak lagi dilanjutkan)
………………………………………………………………………………………………
L. Komplikasi :
37. Jelaskan komplikasi dan risiko yang mungkin terjadi dan bagaimana mengatasinya
Jelaskan metode pencatatan dan pelaporan reaksi samping / komplikasi :
………………………………………………………………………….…………………...
38. Bagaimana penanganan komplikasi : …………………………………………………........
• Penanganan secara detail bila ada risiko : Ya Tidak
• Adanya asuransi : Ya Tidak
• Adanya fasilitas pengobatan / biaya pengobatan : Ya Tidak
• Kompensasi jika terjadi disabiltas atau kematian : Ya Tidak
M. Manfaat penelitian :
39. Manfaat terhadap pengembangan ilmu :
………………………………………………………………………………………………
40. Manfaat terhadap pelayanan kesehatan :
………………………………………………………………………………………………
41. Manfaat terhadap responden / lingkungan :
………………………………………………………………………………………………
42. Bila penelitian ini menggunakan penderita uraikan manfaat tersebut :
………………………………………………………………………………………………
O. Menjaga kerahasiaan :
45. Jelaskan cara yang digunakan untuk melindungi kerahasiaan subjek penelitian :
………………………………………………………………………………………………
P. Informed consent, Prosedur penelitian & Kuesioner atau Observasi:
46. Lampirkan lembar “Informed consent” : …………………………………....(Lampiran I)
47. Lampirkan penjelasan prosedur penelian : ………………………………….(Lampiran II)
48. Lampirkan lembar kuesioner atau lembar observasi : …………………...…(Lampiran III)
Banjarmasin, ………………………….
Peneliti Utama
(……………………………………)
Mengetahui dan
Menyetujui :
(……………………………………...) (……………………………………)
1
PROTOKOL ETIKA
PENELITIAN DENGAN
SUBYEK HEWAN
B. Judul penelitian :
3. Multisenter : Ya Tidak
4. Tempat Penelitian :
………………………………………………………………………...
5. Waktu Penelitian :
………………………………………………………………………….
6. Judul Penelitian (bhs. Indonesia dan inggris) :
………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
C. Komitmen Etik :
7. Rekam jejak penelitian, riwayat usulan review penelitian sebelumnya sesuai dengan
etik (jika ada penilaian sebelumnya) : Ada Tidak
Jelaskan, bahwa kapan dan dimana mendapatkan review etik :
…………………………...
8. Terdapat pernyataan bahwa penelitian tidak akan ada pemalsuan data :
Ya Tidak
Lampirkan pernyatan jika Ya :
…………………………………………………………….
D. Ringkasan penelitian :
9. Ringkasan proposal (200 kata) : dengan mencantumkan bahwa penelitian yang akan
di lakukan mempunyai nilai kemanfaatannya untuk masyarakat dan lingkungan :
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
b. Bila ya, apakah ada kontak person penanggung jawab tempat pemeliharaan
hewan coba yang diajukan ?
……………………………………………………………….
c. Data hewan coba yang akan digunakan :
Spesies : ……………………… Umur : ……………..
Strain/Galur : ……………………… Berat badan : ……………..
Jenis kelamin : ……………………… Jumlah : ……………..
Diperoleh dari : ……………………………………………………………….
Alasan pemilihan jenis hewan tersebut :
…………………………………………………………………………………
d. Bagaimana cara memilih hewan yang sehat :
……………………………………...
e. Jika menggunakan hewan yang sakit, jelaskan diagnose dan siapa yang
bertanggung jawab merawatnya :
………………………………………………….
f. Keterangan mengenai prosedur yang akan dilakukan terhadap hewan coba
i. Pemeliharaan hewan coba :
- Pemeliharaan hewan coba sebelum intervensi :
………………………….
- Pemeliharaan hewan coba selama intervensi :
…………………………...
- Pemeliharaan hewan coba setelah intervensi :
…………………………...
ii. Apakah ada hewan coba yang akan dimusnahkan setelah penelitian
selesai
Ada Tidak
Bila ya, beri penjelasan alasan pemusnahan :
……………………………...
iii. Cara hewan coba dimusnahkan/sacrificed :
………………………………..
g. Peralatan dan obat-obatan/ anestesi yang akan digunakan terhadap hewan
i. Peralatan : ………………….
ii. Obat penenang (anesthesia)
G. Kondisi lapangan :
14. Jelaskan secara detail tentang tempat dimana penelitian dilakukan, termasuk informasi
tentang fasilitas keamanan, informasi epidemiologi :
…………………………………………………………………………………………
H. Desain penelitian :
15. Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi-asumsi dan variabel :
…………………………………………………………………………………………
16. Diskripsikan secara detail desain metodologi penelitian. Single / double blind dll :
…………………………………………………………………………………………
I. Sampling :
17. Cara menentukan jumlah sampel :
………………………………………………………..
18. Cara pengelompokan sampel :
……………………………………………………………
J. Intervensi :
19. Diskripsikan semua tindakan seperti metode pemberian perlakuan, alurnya, dosis,
interval, periode pemberian dll, beserta produk pembanding yang digunakan :
…………………………………………………………………………………………
20. Rencanakan dan tetapkan kapan penelitian di lakukandan kapan penelitian tersebut
harus atau dapat di hentikan dalam masa penelitian berlangsung :
…………………………………………………………………………………………
21. Tetapkan terapi lain yang mungkin diperbolehkan diberikan / yang berupa kontra
indikasi diberikan, selama masa penelitian
…………………………………………………………………………………………
22. Apakah diperlukan pemeriksaan klinis, laboratorium maupun pemeriksaan
penunjang lain :
…..…………………………………………………………………………………...
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
L. Manfaat penelitian :
24. Manfaat terhadap pengembangan ilmu :
…………………………………………………………………………………………
25. Manfaat terhadap pelayanan kesehatan :
…………………………………………………………………………………………
26. Manfaat terhadap responden / lingkungan :
…………………………………………………………………………………………
M. Pernyataan :
27. Pernahkah ketua pelaksana penelitian terlibat dalam atau dihukum karena tindak
kriminal atau tindak disiplin oleh masyarakat atau organisasi kedokteran swasta atau
oleh suatu badan yang berwenang :
Tidak Ya, Jelaslan
………………………………………………...
28. Berapa lama data penelitian akan disimpan oleh Ketua Pelaksana :
…………………………………………………………………………………………
tahun setelah penelitian selesai :
…………………………………………………………...
29. Apa tindakan pencegahan yang akan digunakan untuk menjaga kerahasiaan data
kesehatan : ............................................................ (Jawaban boleh di pilih lebih dari
satu)
Dokumen/berkas penelitian akan disimpan pada lokasi yang aman dan hanya
dapat diakses oleh petugas yang terlibat dalam penelitian.
Data di komputer hanya diperuntukkan bagi petugas yang terlibat dalam
penelitian dan dapat diakses dengan menggunakan password dan akses
pribadi.
Banjarmasin, ………………………….
Peneliti Utama
(……………………………………)
Mengetahui dan
Menyetujui:
(……………………………………...) (……………………………………)
PROTOKOL ETIKA
PENELITIAN DENGAN
SUBYEK BAHAN BIOLOGIS
B. Judul penelitian :
3. Multisenter : Ya Tidak
4. Tempat Penelitian :
………………………………………………………………………...
5. Waktu Penelitian :
………………………………………………………………………….
6. Judul Penelitian (bhs. Indonesia dan inggris) :
…………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
C. Komitmen Etik:
7. Pernyataan bahwa secara prinsip, pedoman penelitian dapat di implementasikan:
Ada Tidak
Jelaskan :
…………………………………………………………………………………...
8. Rekam jejak penelitian, riwayat usulan review penelitian sebelumnya sesuai dengan
etik (jika ada penilaian sebelumnya) : Ada Tidak
Jelaskan, bahwa kapan dan dimana mendapatkan review etik :
…………………………...
9. Terdapat pernyataan bahwa penelitian tidak akan ada pemalsuan data :
Ya Tidak
Lampirkan pernyatan jika Ya :
…………………………………………………………….
D. Ringkasan penelitian:
10. Ringkasan proposal (200 kata): dengan mencantumkan bahwa penelitian yang akan di
lakukan mempunyai nilai kemanfaatannya untuk masyarakat dan lingkungan:
……………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
E. Issue etik:
11. Jelaskan risiko penelitian yang mungkin terjadi pada subjek penelitian dan bagaimana
solusinya: Ada tidak
Jelaskan risiko :
…………………………………………………………………………….
penanganan solusinya :
…………………………………………………………………….
G. Desain penelitian :
13. Tujuan penelitian, hipotesa, pertanyaan penelitian, asumsi-asumsi dan variabel :
…………………………………………………………………………………………
……
14. Diskripsikan secara detail desain metodologi penelitian. Single / double blind dll :
…………………………………………………………………………………………
……
H. Sampling :
15. Jumlah sampel :
………………………………………………………………………….....
16. Pemilihan sampel, (kriteria inklusi / ekslusi dll) :
…………………………………………
L. Menjaga kerahasiaan :
22. Jelaskan cara yang digunakan untuk melindungi kerahasiaan subjek penelitian :
………………………………………………………………………………………
M. Informed consent :
23. Apakah menggunakan Informed consent :
Ya Tidak
Alasannya :
…………………………………………………………………………………
Banjarmasin, ………………………….
Peneliti Utama
(……………………………………)
Mengetahui dan
Menyetujui :
(……………………………………...) (……………………………………)
BAB XIII
BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH
Dr. Maria Lusia Anita Sumaryati, M.Pd
Salah satu fungsi bahasa itu ialah sebagai alat komunikasi. Oleh sebab itu, ketika kita
akan menulis karangan, perlu dipahami bahwa karangan yang akan kita tulis tersebut
termasuk dalam ragam bahasa apa.Dilihat dari berbagai segi, terlihat bahwa ada berbagai
ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya. Namun, tidak semua ragam bahasa
termasuk ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
A. Tulisan Ilmiah Berbahasa Baku
1. Bahasa Indonesia yang baik dan benar
Yang dimaksud dengan pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah
penggunaan yang sesuai dengan fungsi dan situasinya. Bahasa Indonesia mempunyai
banyak ragam. Jika digunakan ragam resmi dalam situasi nonresmi mungkin bahasa yang
digunakan menurut tata bahasa baik, tetapi ragamnya tidak tepat. Situasi bahasa dalam
laporan penelitian adalah situasi pemakaian bahasa yang resmi. Dalam situasi yang resmi
semacam itu digunakan bahasa yang mencerminkan sifat keresmiannya, yaitu bahasa yang
baku. (Sugihastuti, 200:7). Menurut Mustakim (1994), yang dimaksud dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya sesuai dengan
situasi pemakaiannya dan sekaligus sesuai pula dengan kaidah yang berlaku.
2. Pengertian ragam baku
Ragam bahasa baku disebut juga sebagai ragam bahasa ilmu. Ragam bahasa ilmu
dapat dijelaskan sebagai suatu ragam bahasa yang tidak termasuk dialek, yang dalam
suasana resmi, baik lisan maupun tulisan, digunakan oleh para cendekiawan untuk
mengkomunikasikan ilmu pengetahuannya (Ramlan dalam Sugihastuti, 2000: 20).
Sifat ragam bahasa ilmu sebagai berikut, (1) Ragam bahasa ilmu termasuk ragam
bahasa baku, oleh sebab itu mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku yaitu digunakannya Ejaan
yang Disempurnakan, kata-kata baku. (2) Ragam bahasa ilmu banyak digunakan kata-kata
istilah dan arti denotative. (3) Ragam bahasa ilmu lebih berkomunikasi dengan pikiran
daripada perasaan. (4) Hubungan gramatik antarunsurnya, baik dalam kalimat maupun
dalam alinea, dan hubungan antara alinea yang satu dengan alinea lainnya bersifat padu
atau kohesif. (5) Hubungan semantik antara unsur-unsurnya bersifat logis atau koheren. (6)
Lebih diutamakan penggunaan kalimat pasif karena dalam pasif peristiwa lebih
dikemukakan daripada pelaku perbuatan. (7) Konsistensi dalam segala hal.
3. Ciri-ciri ragam baku
Ciri-ciri ragam baku bahasa Indonesia sebagai berikut:
(1) Pertama, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku digunakan dalam situasi
resmi, seperti surat-menyurat, perundang-undangan, dan laporan penelitian.
(2) Kedua, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku menggunakan ketentuan-
ketentuan yang berlaku dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
(3) Ketiga, baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku memenuhi fungsi gramatikal
seperti subjek, predikat, dan objek secara eksplisit dan lengkap.
4. Fungsi ragam baku
Ragam baku bahasa Indonesia mendukung empat fungsi. Tiga di antaranya bersifat
pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat objektif. yaitu (1) fungsi pemersatu,
(2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai
kerangka acuan.
B. Penulisan Ejaan
1. Aspek fonologis
Aspek fonologis ragam baku bahasa Indonesia antara lain menyangkut penulisan
huruf, pelafalan, dan pengakroniman. Dalam kaitannya dengan penulisan huruf bahasa
Indonesia menyangkut abjad, vocal, diftong, konsonan, persukuan, dan nama diri.
2. Aspek morfologis
Ragam baku bahasa Indonesia yang menyangkut aspek morfologis adalah kata,
pengimbuhan, penggabungan, pemenggalan, kata turunan, kosakata asing. Kata dasar , kata
ulang, gabungan kata ganti, kata depan, tanda baca, dan penulisan angka dan bilangan
sangat penting diperhatikan dalam ragam baku bahasa Indonesia.
3. Aspek sintaksis
Aspek sintaksis dalam bahasa Indonesia meliputi frase, klausa, dan kalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Kelsey, JL., Whittemore AS., Thomson WD. 1996. Methods in Observational Epidemiology.
2nd. New York: Oxford University Press.
Lemeshow, S, Hosmer, D, Klar, J, and Lwanga, SK. 1997.Besar sampel dalam penelitian
kesehatan. Pramono, D (penerjemah). Yogyakarta: UGM Press.
Murti, B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Nasution, R. 2003. Teknik sampling. Medan: FKM Universitas Sumatera Utara (digitized by
USU digital library).
Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan
Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta. Prenada Media Group.
Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung. PT. Refika Aditama.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi
Soelistyo, H. 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Supriyadi, D. 2013. Integritas Akademik. Dalam Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang
Hak Cipta
Alimul, A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Brink, Pamela J. 1998. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan. Jakarta: EGC.
Fortius,2011http://fortius-viko.blogspot.com/2011/02/cara-mencari-literatur-ilmiah-di.htm
Akhadiah, Sabarti. Dkk. 1988.Pembinaan Kemampuan Menulis bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga
Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Panuti Sudjiman dan Dendy Sugono. 1989. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta:
Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.
Ramlan. M. dkk. 1992. Bahasa Indonesia yang Saah dan yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset