Anda di halaman 1dari 7

Klasifikasi Perdarahan Uterus Abnormal

Berdasarkan jenis perdarahan:


 Perdarahan uterus abnormal akut didefenisikan sebagai perdarahan haid yang
banyak sehingga perlu dilakukan penanganan segera untuk mencegah
kehilangan darah.
 Perdarahan uterus abnormal kronik merupakan terminologi untuk perdarahan
uterus abnormal yang telah terjadi lebih dari 6 bulan. Kondisi ini biasanya
tidak memerlukan penanganan yang segera seperti PUA akut.
Berdasarkan penyebab perdarahan:
 Kelompok ‘PALM’ merupakan kelainan struktur yang dapat dinilai dengan
berbagai teknik pencitraan atau pemeriksaan histopatologi.
 Kelompok ‘COEIN’ merupakan kelainan non struktural yang tidak dapat
dinilai dengan teknik pencitraan atau histopatologi.

Coagulopathy
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan hemostasis
sistemik yang mengakibatkan PUA.
Ovulatory dysfunction
Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan ketidakseimbangan
hormonal yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan uterus abnormal.
Endometrial
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid
teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
Iatrogenik
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obat-
obatan
hormonal (estrogen, progestin)ataupun non hormonal (obat-obat
antikoagulan)
atau AKDR.
Not yet classified
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan
dalam
klasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-vena).

Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Abnormal


Penanganan pertama
Penangan pertama ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan
hemodinamik tidak stabil segera masuk rumah sakit untuk perawatn
perbaikkan keadaan umum. Bila keadaan hemodinamik stabil, segera
dilakukan penanganan untuk menghentikan perdarahan seperti tertera di
bawah ini.
Perdarahan akut dan banyak
Perdarahan akut dan banyak sering terjadi pada 3 kondisi yaitu pada remaja
dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada
pemakaian obat antikoagulansia. Ditangani dengan 2 cara, yaitu dilatasi kuret
dan medikamentosa.
 Dilatasi dan keretase
Tidak mutlak dilakukan, hanya bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalan
dengan terapi medikamentosa. Perdarahan uterus abnormal dengan resiko
keganasan yaitu bila usia > 35 tahun, obesitas dan siklus anovulasi kronis.
 Penanganan medikamentosa
 Kombinasi estrogen dan progestin
Perdarahan akut dan banyak biasanya akan membaik bila diobati dengan
kombinasi estrogen dan progesteron dalam bentuk pil kontrasepsi. Dosis
dimulai dengan 2x1 tablet selama 5-7 hari dan setelah terjadi perdarahan lucut
dilanjutkan 1x1 tablet selama 3-6 siklus. Dapat pula diberikan dengan dosis
tapering 4x1 tablet selama 4 hari, diturunkan dosis menjadi 3x1 tablet selama
3 hari, 2x1 tablet selamaa 2 hari, 1x1 tablet selama 3 minggu kemudian
berhenti tanapa obat selama 1 minggu, dilanjutkan pil kombinasi 1x1 tablet
selama 3 siklus. Pemakaian pil kontrasepsi kombinasi akan mengurangi
jumlah darah haid sampai 60% dan patofisiologi terjadinya kondisi anovulasi
akan terkoreksi sehingga perdarahan akut dan banyak akan disembuhkan.
 Estrogen
Terapi estrogen dapat diberikan dalam 2 bentuk, intravena atau oral, tetapi
sediaan intravena sulit didapatkan di Indonesia. Pemberian estrogen oral dosis
tinggi cukup efektif untuk mengatasi perdarahan uterus abnormal, yaitu
estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau 17β estradiol 2 mg setiap 6 jam
selama 24 jam. Setelah perdarahan berhenti dilanjutkan dengan pemberian
terapi estrogen
 Progestin
Progestin diberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat selama 14
hari diulang selama 3 bulan. Biasanya progestrin diberikan bila ada
kontraindikasi terhadap estrogen. Saat ini tersedia beberapa sediaan progestin
oral yang bisa digunakan yaitu Medroksi progesteron asetat (MPA) dengan
dosis 2x10 mg, Noretisteron asetat dosis 2x5 mg, Didrogesteron dosis 2x10
mg dan Normogestrol asetat dosis 2x5 mg. Dalam pemilihan jenis progestin
harus diperhatikan dosis yang kuat untuk menghentikan perdarahan uterus
abnormal Progestin merupakan anti estrogen yang akan menstimulasi aktivitas
enzim 17β hidroksisteroid dehidrogenase dan sulfotranferase sehingga
mengonversi estradiol menjadi estron. Progestin akan mencegah terjadinya
endometrium hiperplasia.
Perdarahan Ireguler
Perdarahan ireguler dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia,
oligomenorea, perdrahan memanjang yang sudah terjadi dalam hitungan
minggu atau bulan dan berbagai bentuk pola perdarahan lainnya. Bentuk pola
perdarahan diatas digabungkan karena mempunyai penanganan yang relatif
sama. Perdarahan ireguler melibatkan banyak macam pola perdarahan dan
tentunya mempuyai berbagai macam penyebab. Metroragia, menometroragia,
oligomenorea, perdarahan yang bisa terjadi. Sebelum memulai dengan terapi
hormon sebaiknya penyebab sistemik dievaluasi lebih dulu.
 Periksa TSH: evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya
dilakukan sejak awal
 Periksa prolaktin: bila ada oligomenorea dan hipomenorea
 Lakukan PAP smear: bila didapatkan perdarahan pascasanggama
Bila curiga atau terdapat resiko keganasan endometrium lakukan biopsi
endometrium an pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan USG
transvagina. Bila terdapat keterbatasan untuk melakukan evaluasi tersebut,
dapat segera dilakukan pengobatan, yaitu:
 Kombinasi estrogen progestin
Pil kontrasepsi kombinasi dosis 1x1 tablet sehari, diberikan secara
siklis selama 3 bulan
 Progestin
Bila terdapat kontraindikasi pemakaian pil kontrasepsi kombinasi,
dapat diberi progestin misalnya: MPA 10mg 1x1 tablet per hari. Pengobatan
dilakukan selama 14 hari dan dihentikan selama 14 hari. Pengobatan progestin
diulang selama 3 bulan.
Bila pengobatan medikamentosa gagal sebaiknya dipertimbangkan untuk
dirujuk ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap.
Pemeriksaan USG transvagina atau infus salin sonohisterografi dilakukan
untuk mendeteksi mioma uteri dan polip endometrium. Kegagalan terapi
medikamentosa bila menjadi pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah,
misalnya ablasi endometrium, reaksi histeroskopi dan histerektomi.
Pada keadaan tertentu terjadi variasi minor perdarahan ireguler yang tidak
diperlukan evaluasi seperti diterangkan diatas. Perdarahan irreguler yng
terjadi dalam 2 tahun setelah monarke biasanya karena anovulasi akibat belum
matangnya poros hipotalamus-hipofisis-ovarium. Haid tidak datang dengan
interval memanjang sering terjadi pada periode perimenopause. Pada keadaan
demikian konseling sangat diperlukan, tetapi bila diperlukan dapat diberi
kombinasi estrogen progesteron
Menoragia
Menoragia adalah perdarahan lebih dari 80 ml atau ganti pembalut lebih dari
6 kali perhari dengan siklus yang normal teratur. Perhitungan jumlah darah
seringkali tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar. Menoragia
dapat ditangani tanpa biopsi endometrium. Karena siklusnya yang masih
teratur jarang merupakan tanda kondisi keganasan. Walaupun demikian, bila
perdarahan leih dari 7 hari atau terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut
menggunakan USG transvagina dan biopsi endometrium sangat dianjurkan.
Pemeriksaan faal pembekuan darah sebaiknya dilakukan.
Pengobatan medikamentosa
 Kombinasi estrogen dan progestin
Tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler
 Progestin
Diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen. Tata cara
pengobatan sesuai dengan pengobatan perdarahan ireguler
 NSAID
 Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi Levonorgestrel
AKDR Levonorgestrel terbukti efektif dan efisien dibandingkan operasi
histerektomi pada kasus menoragia

Penanganan dengan Medikamentosa Nonhormon


Penangan medikamentosa diberikan bila tidak ditemukan keadaan patologi
pada panggul. Tujuan medikamentosa tersebut adalah mengurangi jumlah
darah yang keluar, menurunkan resiko anemia, dan meningkatkan kualitas
hidup. Medikamentosaa nonhormon yang dapat digunakan untuk perdrahan
uterus abnormal adalah sebagai berikut
Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
Asam mefenamat diberikan dengan dosis 250-500 mg 2-4 kali sehari.
Ibuprofen diberikan dengan dosis 600-1200 mg per hari. NSAID dapat
memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah
haid 20-50%. Efek samping secara umum adalah dapat menimbulkan keluhan
gastroinstestinal dan merupakan kontraindikasi pada perempuan dengan ulkus
peptikum.
Penanganan dengan terapi Bedah
Faktor utama yang mempengaruhi pilihan penanganan perdarahan uterus
abnormal adalah apakah penderita telah menggunakan pengobatan
medikamentosa pilihan pertama dengan sedikit kesembuhan atau tidak ada
perbaikan keluhan sama sekali. Jika keadaan ini terjadi, penderita akan
menolak untuk kembali ke pengobatan medikamentosa, sehingga terapi bedah
menjadi pilihan.
Histerektomi merupakan prosedur bedah utama yang dilakukan pada
kegagalan erapi medikamentosa.
Beberapa prosedur bedah yang saat ini digunakan pada penanganan
perdarahan uterus abnormal adalah ablasi endometrium, reaksi transerviks,
histeroskopi operatif, miomektomi, histerektomi dan oklusi atau emboli arteri
uterina.

Patofisiologi Haid yang Tidak Teratur


Individu yang memiliki timbunan lemak yang berlebihan memiliki
resiko untuk terjadinya disfungsi endokrin, seperti stimulasi estrogen yang
berlebihan dan anovulasi. Hal ini dikarenakan estrogen dibentuk oleh sel
lemak. Wanita obesitas memiliki kadar serum estrone dan estradiol yang lebih
tinggi, hal itu dimungkinkan sebagai hasil dari produksi estrogen pada
jaringan adiposa oleh aromatisasi dari androstenedione.
Pada keadaan obesitas, terutama obesitas abdominal terjadi
hiperaktivitas pada poros Hipothalamus-Hipofisis-Adrenal yang
menyebabkan produksi estrogen secara terus-menerus oleh persistensi folikel
yang tidak pecah, sehingga tidak terjadi korpus luteum yang akan
mensekresikan progesteron mengakibatkan tidak terjadinya ovulasi. Selain
itu, wanita yang obesitas juga mengalami penurunan kadar dari sex hormone-
binding globulin, dengan demikian akan meningkatkan kadar dari bioavailable
estrogen. Adanya estrogen yang berlebihan dan tidak adanya progesteron
menyebabkan proliferasi endometerium selama beberapa minggu atau bulan2
yang akan terlihat sebagai perdarahan, karena ketidakseimbangan hormonal.
Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang
dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA (depot medroksiprogesterone
asetat) dan kombinasi. Suntik DMPA berisi depot medroksiprogesterone
asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg/ml secara intramuscular
(IM) setiap 12 minggu (Baziad, 2002). Efek samping penggunaan suntik
DMPA adalah gangguan haid, penambahan berat badan, kekeringan vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervotaksis dan jerawat.
Gangguan haid yang sering ditemukan berupa siklus haid yang memendek
atau memanjang, perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak
teratur atau perdarahan bercak (spotting), tidak haid sama sekali (amenore)
(BKKBN, 2003).
Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi jenis suntikan yang
berisi hormon progesteron saja dan tidak mengandung hormon estrogen, dosis
yang diberikan adalah 150 mg/ml secara intramuskuler setiap 12 minggu.
Mekanisme kerja dari KB suntik 3 bulan adalah mencegah ovulasi, membuat
lendir servik menjadi kental, membuat endometrium kurang baik untuk
implantasi dan mempengaruhi kecepatan transpotasi ovum didalam tuba
fallopi. Efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah mengalami gannguan
haid, penambahan berat badan, mual, berkunang-kunang, sakit kepala,
nervositas, penurunan libido dan vagina kering. Dari beberapa efek samping
tersebut yang paling sering dialami oleh akseptor adalah gangguan haid.
Gejala gangguan haid yang terjadi antara lain tidak mengalami haid
(amenorea), perdarahan berupa bercak-bercak (spotting), perdarahan haid
yang lebih lama dan atau lebih banyak dari biasanya (menorarghia).

Defenisi, Etiologi, dan Faktor Resiko Perdarahan Uterus


Abnormal
Perdarahan uterus abnormal merupakan ketidakteraturan, lama dan jumlah
darah yang
keluar dari vagina disebabkan oleh faktor patologis, fisiologis
atau dapat disebabkan oleh faktor hormonal, berbagai komplikasi kehamilan.
Pola perdarahan abnormal seringkali sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis secara individual.
Menoragi (hipermenore) adalah menstruasi yang berlarut-larut atau
aliran menstruasi yang hebat yang lebih jauh dapat dipersulit oleh gumpalan
darah. Menoragi dapat disebabkan oleh leiomioma (seringkali submukosa),
komplikasi kehamilan, hiperplasia endometrium, adenomiosis, keganasan
atau koagulopati.
Metroragi (perdarahan intermenstruasi) didefinisikan sebagai
perdarahan yang terjadi antara dua periode menstruasi. Penyebab metroragi
adalah perdarahan pertengahan siklus (ovulasi), polip endometrium, kanker
endometrium atau serviks, produksi estrogen endogen dan pemberian estrogen
eksogen.
Menometroragi adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang
tidak teratur. Biasanya jumlah dan lama perdarahan bervariasi. Penyebab
menometroragi sama dengan penyebab metroragi.
Polimenore adalah perdarahan seperti-menstruasi yang terjadi terlalu
sering. Penyebab polimenore biasanya adalah anovulasi tetapi kadang-kadang
kesalahannya pada fase luteal yang memendek.
Perdarahan pasca koitus (perdarahan kontak) harus diselidiki untuk
menyingkirkan kanker serviks meskipun penyebab yang paling umum adalah
jinak termasuk eversi serviks, polip serviks, dan infeksi vagina atau serviks.
Hipomenore (kriptomenore atau perdarahan bercak) adalah
perdarahan menstruasi ringan yang tidak biasa. Kemungkinan penyebabnya
adalah osbtruksi (masalah himen atau serviks), pelekatan uterus (sindrom
Asherman) dan dosis kontrasepsi oral yang tidak sesuai (dapat dikoreksi).
Oligomenore adalah menstruasi yang terjadi dengan interval >35
hari.

Etiologi dari perdarahan uterus abnormal :


Faktor resiko perdarahan uterus abnormal :
 Usia
 Obesitas
 Faktor kejiwaan.

Anda mungkin juga menyukai