Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

BIOKIMIA
“ ENZIM DAN HORMON “

DOSEN MATA KULIAH


BAPAK DR.,DRS AGUS ROKOT, SPD.,M.KES

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IX
NADIA VEGA (711341121042)
MEYJAYANI MANENGGEK (711341121041)
PRISILIA KAWENGIAN (711341121043)
MEIWANTI DONDOLOT (711341121040)

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hormon dan Enzim”
tepat pada waktunya.Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya. Sekian penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.

Manado, 5 agustus 2022


DAFTAR ISI

HALAMAN/JUDUL........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
I. PENDAHULUAN.......................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................6
1.3 Tujuan...............................................................................................................................6
II. PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
2.1 Hormon..............................................................................................................................7
2.1.1 Definisi...............................................................................................................7
2.1.2 Jenis Hormon.....................................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi .........................................................................................................8
2.1.4 Mekanisme Kerja Hormon ................................................................................8
2.1.5 Kelenjar Pituitari................................................................................................10
2.1.5.1 Divisi Kelenjar...................................................................................................10
2.1.5.2 Hubungan Hiperfisis-Hipotalamus.....................................................................11
2.1.6 Hormon Pertumbuhan........................................................................................11
2.1.7 Abnormalitas Sekresi GH...................................................................................12
2.1.8 Kelenjar Tiroid...................................................................................................13
2.1.8.1 Pembentukan, Penyimpanan, dan Pelepasan Hormon Tiroid.............................13
2.1.8.2 Efek Fisiologis Hormon Tiroid...........................................................................14
2.1.8.3 Abnormalitas Sekresi ........................................................................................14
2.2 Enzim................................................................................................................................15
2.2.1 Definisi...............................................................................................................15
2.2.2 Jenis Reaksi Enzim.............................................................................................15
2.2.3 Tatanama Enzim.................................................................................................16
2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim.....................................................16
2.2.5 Komponen Penyusun Enzim..............................................................................17
2.2.6 Mekanisme Kerja Enzim....................................................................................17
2.2.7 Cara Kerja Enzim ..............................................................................................17
2.2.8 Pengahambatan Reversible.................................................................................18
III. PENUTUP...................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................20
3.2 Saran...................................................................................................................................20

IV. DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................21


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu sistem koordinasi pada manusia adalah Hormon, dimana


hormon merupakan getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar dan langsung
diedarkan oleh darah. Kelenjar tersebut tidak mempunyai saluran khusus,
sehingga sering disebut sebagai kelenjar buntu/kelenjar Endokrin.
Di dalam tubuh. Hormon berperan dalam mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi dan reaksi terhadap stress serta
tingkah laku. Oleh karena itu, hormon sangat dibutuhkan dalam tubuh.
Selain itu di dalam tubuh juga terjadi aktivitas enzim. Aktivitas dari
enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa jenis molekul, salah satunya adalah
inhibitor. Inhibitor merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau
menurunkan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim. Inhibitor irreversibel atau
tidak dapat balik, dimana setelah inhibitor mengikat enzim, inhibitor tidak
dapat dipisahkan dari sisi aktif enzim. Keadaan ini menyebabkan enzim tidak
dapat mengikat substrat atau inhibitor merusak beberapa komponen (gugus
fungsi) pada sisi katalitik molekul enzim. Sedangakan nhibitor reversibel atau
dapat balik, bekerja dengan mengikat sisi aktif enzim melalui reaksi reversibel
dan inhibitor ini dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali dari ikatannya.
Inhibitor dapat balik terdiri dari tiga jenis, yaitu inhibitor yang bekerja secara
kompetitif, non-kompetitif, dan un-kompetitif.
Sehingga dilakukan percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas
enzim dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh inhibitor terhadap aktivitas
enzim. Dimana dalam percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim
ini, digunakan inhibitor kompetitif yaitu malonat. Dalam hal ini malonat yang
menginhibisi reaksi yang dikatalisis oleh enzim suksinat dehidrogenase.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari Hormon dan Enzim?
2. Apa jenis-jenis dari Hormon dan Reaksi Enzim?
3. Apa saja klasifikasi dari Hormon?
4. Bagaimana mekanisme kerja Hormon dan Enzim?
5. Apa itu Kelenjar Pituitary dari Hormon?
6. Apa itu Hormon Pertumbuhan?
7. Apa itu Kelenjar Tiroid?
8. Bagaimana tatanama Enzim?
9. Apa faktor yang mempengaruhi aktivitas Enzim?
10. Apa saja komponen penyusun Enzim?
11. Bagaimana cara kerja Enzim?
12. Bagaimana penghambatan reversible?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Hormon dan Enzim
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Hormon dan Reaksi Enzim
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Hormon
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja Hormon dan Enzim
5. Untuk mengetahui Kelenjar Pituitary dari Hormon
6. Untuk mengetahui Hormon Pertumbuhan
7. Untuk mengetahui Kelenjar Tiroid
8. Untuk mengetahui tatanama Enzim
9. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi aktivitas Enzim
10. Untuk mengetahui komponen penyusun Enzim
11. Untuk mengetahui cara kerja Enzim
12. Untuk mengetahui penghambatan reversible
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 HORMON
2.1.1 DEFINISI
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh suatu kelenjar endokrin,
disekresi ke dalam darh, dan sampai ke sel sasaran di jaringan lain dakam
tubuh trmpat hormon tersebut menimbulkan edek fisiologis. Sebagian besar
hormon adalah peptida atau senyawa yang berasal dari asam amino.
Sebagian hormon peptida adalah glikoprotein kompleks. Hormon yang
berasal dari sebuah asam amino adalah golongan kotekolamin. Hormon
lainnya adalah turunan kolesterol atau salah satu prekusornya. Hormon
steroid yang berasal dari kolesterol mencakup hormon korteks adrenal dan
hormon gonad.

2.1.2 JENIS HORMON


1. Hormon Endokrin
Hormon yang disekresi oleh organ atau jaringan utama yang termasuk
bagian sistem endokrin.
a. Hormon tidak bekerja secara lokal, za ini dibawa aliran darah
menempuh jarak yang jauh untuk mempengaruhi jaringan target.
b. Hormon endokrin dapat disekresi oleh suatu sel atau oleh
sekelompok sel yang ditemukan dalam jaringan non-endokrin
(misalnya insulin dan glukagon diproduksi oelh sel pulau-pulau
eksokrin pankreas).
c. Bebrapa hormon, seperti hormon plasenta yang ditemukan selama
kehamilan hanya diproduksi untuk sementara.
2. Neurohormon
Neorohormon disintesis sel-sel sarad neurosekresi. Zat ini berfungsi dan
disekresi seperti hormon, tetapi biasanya bekerja dalam jarak yang lebih
pendek dan jelas.
a. Salah satu contoh neurohormon adalah neuropeptida yang
diproduksi neuron dalam SSP
b. Neurotransmuter yang beroperasi melalui sinaps atau
neuromedulator yang meningkatkan atau menghambat respons
neuron ke neurotransmiter juga disebut sebagai hormon.
3. Prostaglandin
Zat seperti hormon yang merupakan deviat asam lemak asam
arakidonat. Zat ini terbentuk dalam jumlah kecil pada jaringan tubuh
baik saat kondisi normal dan patologis.
a. Prostaglandin disentesis dan dilepas untuk bekerja secara lokal
pada sel sel tetangga.
b. Hormon ini mempengaruhi berbagai fungsi tubuh, antara lain efek
terhadap tekanan darah, kontraksi otot polos, pembekuan darah,
pencernaan, reproduksi, dan respons inflamatori.

2.1.3 KLASIFIKASI
Terdiri dari dua kelas utama.
1. Deriviatif asama amino
Seperti protein. Polipeptida, peptida, amina atau kompleks protein
konjugasu seperti glikoprotein, adalah hormon yang diproduksi kelenjar
hipofisis, hipotalamus, medula adrenal, pineal, tiroid, sel-sel pulau
pankreas, dan sel-sel dalam saluran pencernaan. Zat ini umumnya dapat
larut dalam air dan ditranspor dalam bentuk yang tidak berikatan dalam
darah.
2. Steroid
Senyawa lipid larut-lemak yang disinresis dari kolesterol. Zat ini
diproduksi oelh ovarium, testis, plasenta dan bagian luar kelenjar
adrenal serta testosteron, estrogen, progesteron, aldosteron dan kortisol.
Zat ini bersirkulasi dalam plasma yang mentranspor protein.

2.1.4 MEKANISME KERJA HORMON


Ada dua mekanisme utama pada hormon dan molekul yang berikatan dengan
hormon tersebut untuk menghasilkan efeknya. Pertama, melalui stimulasi
kerja enzim yang ada dalam sel dan kedua, mengaktivasi gen yang terlibat
melalui transkripsi dan translasi.
1. Aktivasi enzim melibatkan sistem respetor terikat membran (pembawa
pesan kedua)
a. Molekul-molekul dari berbagai hormon protein dan polipeptida
(pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tatap pada
permukaan sel yang spesifik untuk hormon tersebut.
b. Kompleks hormon-hormon menstimulasi pembentukan adenosin
3,5-monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua,
yang dapat menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormon.
1) Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat
membran, yang termasuk keluarga protein tegulator
pengilkat nukleotida guarin.
2) G-protein mengalami pengubahan bentuk, sehingga
guanosim difosfat (GDP) yang tidak aktif dapat diganti
dengan enzim pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP).
3) Komleks G-protein-GTP menbgaktivasi enzim adenelat
siklase, untuk memproduksi cAMP.
c. Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai molekul cAMP-
dependen protein kinase yang sesuai.
1) Enzim protein kinase mengkatalisis reaksi fosforilasi khusus
(transfer gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma.
2) Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai
molekul yang sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian,
suatu konsentrasi rendah dari hormon yang bersirkulasi
dapat diperkuat sehingga mengakibatkan aktivitas enzim
intraselular utama.
d. Aktivitas enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek
fisiologis dan reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel.
e. cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraselular
fosfodisterase. Ini akan membatasau durasi efek cAMP.
2. Senyawa selain cAMP yang berperan sebagai pembawa pesan kedua
untuk hormon tertentu telah ditemukan. Senyawa ini meliputi inositol
trifosfat (IP3), guanosin monofosfat siklik (GMP) dan kompleks
kalsium yang teriakat dengan kalmodilum, duatu protein regulator
intarseluler.
3. Aktivasi gen melibatkan sistem reseptor intraselular.
a. Hormon steroid, hormon tiroid, dan beberapa jenis hormon
polipeptida, menembus membran untuk masuk ke dalam sek.
Hormon tersebut berikatan dengan reseptor internal bergerak
dalam sitoplasma atau nukleus sel.
b. Kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat
gen yang transkripnya distimulasi oleh hormon. Di sisi ini,
kompleks dakan berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk
hormon .
c. Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk
transkripsi mRNA, yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.
d. mRNA kemudian ditranslasi menjadai protein dan enzim yang
memicu respons selular terhadap hormon.

2.1.5 KELENJAR PITUITARI


1. DIVISI KELENJAR
a. lobus anterior (adenohipofisis) kelenjar terdiri dari pars distalis,
pars tuberalis, dan pars intermedia.
1) Pars distalis merupakan tonjolan lobus anterior
2) Pars tuberalis pada manusia tereduksi menjadi lempeng
tipis sel-sel epitelial pada bagian superior pars distalis.
Bagian ii funsgi endokrinnya tidak diketahui, tetapi
merupakan bagian yang paling vaskular pada lobus
anterior.
3) Pars intermedia, bersebelahan dengan pars distalis, sangat
jelas, pada janin tetapi tereduksi setetlah dewasa.
b. Lobus posterior pituitari (neurohipofisis) tersusun dari pars
nervosa, dan infunfibulum.
1) Pars nervosa terhuibung dengan hipotalamus otak. Bagian
ini mengandung ujung akson dari neuron neurosekretori
hipotalamus dan sel-sel seperti sel neuroglia (pituisit) yang
dipercaya tidak memiliki fungsi sekretori.
2) Infunfibulum (batang saraf) menghubungkan
neurohipofisis dengan otak
2. HUBUNGAN HIPERFISIS-HIPOTALAMUS
Hubungan vaskular dan saraf antara hipotalamus dan hipofisis sangat
penting untuk fungsi kelenjar hipofisis.
a. Sistem portal hipotalamus-hipofisis
1) Suplai darah ke lobus posterior (neurohipofisis) terjadi
melalui dua arteri hipofisis inferior, yang merupakan
cabang arteri karotis internal, memasuki lobus posterior
dan membentuk jaringan-jaringan kapilar. Aliran vena
mengalir melalui vena hipofisis ke dalam sinus dural.
2) Suplai darah ke lobus anterior (hipofisis) adalah tidak
lansgung. Arteri hipofisis superior (cabang arteri karotis
interna) memasuki bagian tengah tonjolan hipotalamus dan
batang infundibulum sehingga membentuk jaring-jaring
kapilar pertama.
3) Jaring kapilar pertama dialiri vena portal hipofisis, yang
menjadi awal jaeing kapilar kedua di bagian bawah lobus
anterior.
4) Sistem portal hipotalamus-hipofisis mengacu pada kedua
jaring kapilar di atas (satu di hipotalamus dan satu lagi
dlaam adeohipofisis) dan vena yang terletak di antara
keduanya. Melalui sistem ini, hormon yang diproduksi di
hipotalamus langsung dibawa ke adenohipofisis tanpa
memasuki sirkulasi darah besar.

2.1.6 HORMON PERTUMBUHAN


Hormon pertumbuhan atau somatotropik adlah sejenis hormon protein.
Hormon ini mengendalikan pertumbuhan seluruh sel tubuh yang mampu
memperbesar ukuran dan jumlah, disertai efek utama pada pertumbuhan
tulang dan massa otot rangka.
a. Efek fisiologis
1) Sintesis protein
GH mempercepat laju sintesis protein pada seluruh sel tubuh
dengan cara meningkatkan pemasukan asam amino melalui
membran sel.
2) Konservasi karbohidrat
GH menurunkan laju penggunaan karbohidrat oleh sel-sel tubuh,
dengan demikian menambah kadar glukosa darah.
3) Mobilisasi simpanan lemak
GH menyebabkan peningkatan mobilisasi lemak dan pemakaian
lemak untuk energi.
4) Stimulasi pertumbuhan rangka
GH menyebabkan hati (mungkin juga ginjal) memproduksi
somatomedin, sekelompok faktor pertumbuhan dependen-hipofisis
yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan kartilago.
b. Pengaturan sekresi GH terjadi melalui sekresi dua hormon antagonis.
1) Stimulus untuk pelepasan
a) Hormon pelepas hormon pertumbuhan dari hipotalamus
dibawa melalui saluran portal hipotalamus-hipofisis menuju
hipofisis anterior, temoatnya menstimulasi sintesis dan
pelepasan GH.
b) Stimulus tambahan utnuk pelepasan GH meliputi stres,
malnutrisi, dan aktivitas yang merendahkan kadar gula
darah, sperti puasa dan olahraga.
2) Inhibisi pelepasan
a) Sekresi GHRH dihambat oleh peningkatan kadar GH dalam
darah melalui mekanisme umpan balik negatif.
b) Somatostatin, hormon penghambat hormon pertumbuhan
dari hipotalamus, dibawa menuju hipofisis anterior melalui
sistem portal. Hormon ini menghambat sintesis dan
pelepasan GH.
c) Stimulus tambahan untuk inhibisi GH meliputi obesitas dan
peningkatan kadar asama lemak darah.

2.1.7 ABNORMALITAS SEKRESI GH


a. Kerdil (dwarfism)
Hiposekresi (defisiensi) GH selama masa kanak-kanak mengakibatkan
pertumbuhan terhenti. Hormon pertumbuhan manusia digunakan secara
terapeutik dalam kasus dwarfism hipofisis.
b. Gigantisme
Hipersekresi GH selama masa remaja dan sebelum penutupan lempeng
epifisis mengakibatkan pertumbuhan tulang panjang yang berlebuhan.
Jenis sekresi berlebihan ini biasanya disebabkan oleh tumor hipofisis
yang sangat jarang terjadi.
c. Akromegali
Hipersekresi GH setelah penutupan lempeng epifisis tifak menyebabkan
penambahan oanjang tulang panjang, tetatpi menyebabkan penambahan
pembesaran yang tidak proposional pada jaringan, penambahan
ketebalan tulang pipih pada wajah. Dan memperbesar ukuran tangan
dan kaki. Hal ini juga tidak umum.

2.1.8 KELENJAR TIROID


1. PEMBENTUKAN, PENYIMPANAN, DAN PELEPASAN HORMON
TIROID
a. Kelenjar tiroid mensekresi dua jenis hormon
1) Tiroksin, mencapai 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid.
2) Triiodotironin disekresi dalam jumlah kecil
b. Jika TSH mengikar reseptor sel folikel, amka akan
mengakibatkan terjadinya sintesis dan sekresi titroglobulin, yang
mengandung asam amino tirosin, ke dalam lumen folikel.
c. Iodium yang tertelan bersama makanan dibasa aliran darah dalam
bentuk ion, iodida, menuju kelenjar tiroid. Sel-sel folukular
memisahkan iodida dari darah dan mengubahnya menjadi
molekul (unsur) iodium.
d. Molekul iodium bereaksi dengan tirosin dalam titroglobulin
untuk membentuk molekul monoidotirosin dan diiofotirosin.
1) Dua molekul diiodotirosin membentuk tiroksin
2) Satu molekul monoidotirosin dan satu molekul diidotirosin
membentuk triioditorinin.
e. Sejumlah besar T3 dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin
selaa berminggu-minggu. Saat hormon tiroid akan dilepas di
bawah pengaruh berdifusi dari lumen folikel melalui sel-sel
folikular dan masuk ke sirkulasi darah.
f. Sebagian besar hormon tiroid yang bersirkulasi bergabung
denganprotein palsma (terutama globulin pengikat tiroksin yang
diproduksi hari) untuk transpor.

2. EFEK FISIOLOGIS HORMON TIROID


a. Hormon tiroid meningakatkan laju metabolik hampir semua sel
tubuh. Hormon ini menstimulasi konsumsi oksigen dan
memperbesar pengeluaran energi, terutama dalam bentuk panas.
b. Faktor utama yang mepengaruhi laju sekresi TRH dan TSH
adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju mertabolik
tubuh.

3. ABNORMALITAS SEKRESI
Akibat defisiensi iodium, atau melfungsi hipotalamus, hipofisis atau
kelenjar tiroid.
1. Hipotiroidisme
Adalah penurunan produksi hormon tiroid. Hal ini mengakibatkan
penurunan aktivitas metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental
lambat, dan pengkatan simpanan lemak.
a. Pada orang dewasa, kondisi ini menyebabkan miksedema,
yang ditandai dengan adanya akumulasi air dan musin dibawa
kulit, sehingga penampakan edema terlihat.
b. Pada anak kecil, hipotiroidisme yang mengakibatkan reterdasu
mental dan fisik, disebut dengan kreatinisme.
2. Hipertiroidisme
Adalah roduksi hormon tiroid yang berlebihan. Hal ini
mengakibatan aktiviras metabolik meningkat, berat badan turun,
gelisah, trmor, diare, frekuensi jantung meningkat, dan pada
hipertiroidisme berlebihan, gejalanya adalah toksisitas hormon.
a. Hipertiroidisme berlebihan dapat menyebabkan goiter
eksoftalmik (penyakit Grave). Gejalanya berupa
pembengkakakn jaringan di bawah kantong mata sehingga
mata menonjol.
b. Penatalaksanaan hipertiroidisme adalah melalui pengangkatan
kelenjar tiroid melalui pembedahan atau dengan uodium
radioaktif, yang diarahkan pada kelenjar dan untuk
mengahancurkan jaringan
3. Goiter (gondok)
Adalah pembedaran kelenjar tiroid sampai dua atau tiga kali lipat.
Hal ini terjadi berkaitan dengan hipotiroidisme atau
hipertiroidisme.
a. Goiter ringan (endemik) berkaitan denganhipotiroidisme
terjadi di daerah yang mengalami defisiensi iodium.
b. Penurunan konsumsi iodium mengakibatkan akumulasi
tiroglobulin (koloid) dalam folikel, tetapi juga menurunkan
produksi hormon tiroid.

2.2 ENZIM
2.2.1 DEFINISI
Enzim adalah protein yang berfungi sebagai katalisator, senyawa yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim katalisator berikatan dengan
reaktan yang disebut subtrat, mengubah reaktan menjadi produk lalu
melepaskan produk.Walaupun enzim dapat mengalami modifikasi selama
urutan ini, pada akhir reaksi enzim kembali kebentuk asalnya. Enzim sebagai
katalisator, suatu enzim berikatan dengan substrat reaksi dan mengubah
substrat menjadi produk. Subtrat berikatan dengan tempat pengikatan subtrat
spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam amino
enzim. Aktivitas enzim juga dapat diatur oleh fosforilasi atau oleh protein
medularot sebagai enzim disintesis sebagai suatu prekursor yang tidak aktif.
Enzim memiliki katalisator yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang
sama disebut sebagai isoenzim.

2.2.2 JENIS REAKSI ENZIM


Untuk mengkatalisis suatu reaksi enzim, enzim harus berikatan dengan
substrat dan membentuk kompleks enzim-substrat. Reaksi berlangsung di
suatu daerah dinamik pada enzim yang berukuran relatif kecil yaitu temoat
aktif atau tempat katalitik. Berikut klasifikasi enzim berdasarkan jenis reaksi
yang dikatalisis:

2.2.3 TATANAMA ENZIM


Senyawa yang dikatalisis oleh suatu enzim disebut subtrat enzim yaitu
berupa senyawa-senyawa organik atau senyawa nonorganik. Sturktur
kimia substrat dapat sederhana tetapi juga dapat kompleks.
- Tatanama dengan akhiran –in atau penamaan tak sistematik
(nama trival), seperti ptialin, stepsin, amilopsin dan pepsin tidak
menggambarkan sifat dan jenis reaksi kimia yang terjadi.
- Tatanama dengan akhiran –ase, digunakan untuk mengakhiri
nama proses reaksi yang dikatalisis atau dipengaruhinya, seperti
proses hidrolisis menjadi hidrolase.

2.2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS ENZIM


a. Suhu dan pH
Setiap enzim di dalam tubuh manusia memiliki suhu optimal sendiri
(antara 35 C dan 40 C) dan pH optimal yang berkisaran antara 6 hingga
8. Pengecualian dapat ditemukan pada enzim pencernaan tertentu
seperti pepsin.
b. Kofaktor dan koenzim
Beberapa enzim memerlukan kofaktor, atau zat anorganik pembantu
seperti atom logam atau koenzim, molekul nonprotein organik seperti
vitamin.
c. Inhibitor enzim
Zat kimia dapat secara selektif menghambat kerja katalisis enzim
spesifik. Walaupun beberapa zat kimia beracun dapat mematikan karena
efek inhibisinya terdapat enzim, inhibisi selektif ada enzim merupakan
proses kontrol metabolik yang normal dan penting dalam sel.
2.2.5 KOMPONEN PENYUSUN ENZIM
Enzim adalah suatu protein yang mengikat zat lain yang bukan protein. Zat
tersebut disebut kofaktor yang dapat berupa fofaktor organik atau kofaktor
ion logam. Kofaktor yang terikat kuat dengan proteinnya disebut gugus
prostetik, sedangkan gugus kofaktor yang mudah lepas dari proteinnya
disebut koenzim. Agar koenzim dapat bekerja harus terdapat holoenzim
yang merupakan penggabungan dari bagian protein enzim yang disebut
apoenzim atau feron dan koenzim atau agon.

2.2.6 MEKANISME KERJA ENZIM


a. Satu enzim bekerja untuk satu substrat tertentu
b. Kekhususan enzim. Setiap enzim dapat membedakan substratnya
sendiri dari substrat lain yang senyawanya berikatan erat (termasuk
isomer) sehingga setiap jenis enzim dapat mengkatalisis suatu reaksi
tertentu. Enzim berikatan dengan substrat dan mengubahnyta menjadi
produk reaksi.
c. Sisi aktif
1. Kerja enzim model lock and key
2. Kerja enzim model induced fits
d. Kompleks enzim-substrat menglami penyusunan ulang internal, yang
membentuk produk. Enzim melepas produk, dan sisi aktifnya kemudian
kosong dan tersedia untuk lebih banyak substrat.

2.2.7 CARA KERJA ENZIM


Prinsip kerja enzim berlangsung dalam dua tahap. Pada tahap pertama,
enzim (E) bergabung dengan substrat (S) membentuk kompleks enzim
substrat (E-S). Tahap kedua, kompleks enzim-substrat teruai menjadi produk
(zat hasil) dan enzim bebas.Reaksi diatas, hasil peruraian (A+B+C dan
seterusnya) atau produk tidak terikat oleh enzim sehingga enzim dapat
mempengaruhi substrat yang lain. Dua model yang diusulkan pada kegiatan
enzim dalam mempengaruhi substrat hingga diperoleh zat hasil, yaitu model
kinci dan gembok dan induced fit.
- Model kunci dan anak kunci
Tempat pengikatan substrat mengandung residu asam amino yang
tersususn membentuk permukaan tuga dimensi komplementer yang
mengikat substrat melalui interaksi hidrofobik meltipel, interaksi
elektrostatistik, dan ikatan hidrogen. Residu asam amino ini dapat
berasal dari bagian yang sangat berlainan pada urutan asam amino
linear dari enzim, sperti yang tampak pada glukokinase. Rintangan
sterik dan penolakan muatan di tempat pengikatan substrat bahkan
dapat mencagah pengiakatan senyawa yang berhubungan erat. Pada
model kunci dan anak kunci, komplementeritas (saling mengisi ) anatar
substrat dan tempat pengikatnya dibayangkan seperti anak kunci yang
masuk ke dalam kunci yang kaku.
- Model Induced Fit
Sewaktu substrat terikat, hampir semua enzim mengalami perubahan
konfirmasi yang menyebabkan reposisi rantai sisi asam amino di tempat
aktif dan meningkatkan jumlah interaksi pengikat. Fungsi perubahan
konfirmasi yang diinduksi oleh pengikatan substrat biasanya adalah
untuk menyusun ulang residu adam amino di tempat aktif melalui cara-
cara yang mendorong berlangsung reaksi. Induced fit dapat
menyebabkan perubahan konfirmasi yang menyempurnakan tempat
pengikatan suatu kosubstrat atau menyebabkan perubahan konfirmasi di
subunit enzim di dekatnya. Oleh karena itu, interaksi multipel anatara
substrat dan enzim di tempat pengikatan enzim, berfungsi untuk
pengenalan substrat dan untuk menyusun kembali tempat aktif bagi
tahap reaksi selanjutnya.

2.2.8 PENGHAMBATAN REVERSIBLE (TAKSTABIL)


Penghambatan reversible dibedakan atau dua golongan, yaitu penghambatan
kompetitif dan penghambatan nonkompetitif.
- Pengahambatan kompetitif atau penghambat bersaing
Stuktur inhibitor mirip dengan struktur substrat. Inhibitor, misanya Z dan
substrat (S) bersaing menempati lokasi aktif suatu enzim. Namun, setelah
inhibitor menempati lokasi aktif tidak segera membentuk enzim bebas
dan hasil. Jadi, adanya Z, jumlah enzim atau kompleks enzim substrat
menjadi berkurang.
- Penghambatan nonkompetitif
Inhibitor (misalnya Q) menempelkan diri pada suatu tempat di permukaa
enzim yang agak jauh dari lokasi aktif sehingga struktur lokasi aktif
berubah. Karena perubahan struktur lokasi aktif ini, substrat tidak dapat
masuk. Akibatnya, peran enzim sebagai katalisator yang normal tidak
dapat terlaksana. Inhibitor ini tidak hanya beraksi dengan enzim tetapi
juga dapat bereaksi dengan kompleks enzim-substrat.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hormon merupakan suatu kelompok heterogen pesan-pesan kimia yang berperan
mengkoordinasi aktifitas berbagai jaringan dalam tubuh. Hormon beredar di dalam
sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Klasifikasi hormon
berdasarkan fungsi diantaranya: Hormon perkembangan, Hormon metabolisme,
Hormon trofik, Hormon pengatur metabolisne mineral dan air, Hormon pengatur
sistem kardiovaskuler: hormon bekerja dengan reseptor glikoprotein yang spesifik
pada permukaan sel sasaran. Produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian
dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama
melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Ketika
hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu
pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal.
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di dalam
protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan dengan
protein, berfungsi sebagai senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis
bereaksi  dalam suatu reaksi kimia.
Secara umum enzim berfungsi sebagai katalis dan memiliki peranan penting dalam
reaksi metabolisme, yaitu sebagai biokatalisator dan modulator. Untuk dapat
bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim
dengan substrat (kompleks enzim-substrat).

3.2 SARAN
1. Mencari tahu lebih dalam lagi mengenai Hormon dan Enzim dan tidak
berfokus pada satu sumber atau hanya makalah ini.
2. Mencari sumber yang lebih valid lagi tentang Hormon dan Enzim.
3. Mencari sumber yang lebih update untuk mengetahui perkembangan Hormon
dan Enzim dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA

 Marks, Dawn, Allan Marks, Colleen Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar:
Sebuah Pendekatan Klinis alih bahasa oleh Brahm. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
 Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula alih bahasa oleh Palupi
Widyastuti. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
 Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
 Mathews, C.K, & M.A Hunscher 1979. Biocemistry. California. The benjamin
Cummings Publishing Company, Inc
 Lehninger, A.L 1982. Principles of biochemistry. United of states. Worth
Publisher, Inc.
 Garreth, R.H & Grisham, C.M.2013. Biochemistry. United of states.Cengage
Learning.
 Koolman, J & Roehm., K.H. 2005. Color Atlas of Biochemistry. Stuttgart:
Thieme.
 Krause, M.V & M.A.Hunscher. 1979. Introduction to modern biochemistry.
Newyork: Academic Press
 Armstrong, F.B 1989. Biochemistry. New york: Oxford University Press.
 Gilbert, F.Hiram .2002. Basic Concept in Biochemistry a Students Survival
Guide. New York: Mc-Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai