Tadris Biologi
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
September 2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Sistem Hormon” ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa
abadi, tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan keluarga serta sahabatnya.
Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini maka kami mengucapkan terima
kasih kepada:
Dengan penuh harap semoga jasa mereka diterima oleh Allah swt. dan tercatat
sebagaiamal shalih. Akhirnya makalah ini penulis suguhkan kepada segenap pembaca
dengan berharapadanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi pengembangan
dan perbaikan. Semogamakalah ini bermanfaat dan mendapatkan ridho Allah swt.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
serangga?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
aktif(prohormon), contohnya proinsulin
2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan
sebagian hormon berumur pendek.
3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera bereaksi dengan sel
sasaran, sedangkan hormon yang lain (contohnya estrogen dan tiroksin) bereaksi
secara lambat.
4. Pada sel sasaran, hormon akan berikaitan dengan reseptornya
4
berpengaruh pada perubahan laju dan keseimbangan reaksi-reaksi (tiroksin,
insulin, hormon pertumbuhan, glukokortikoid), keseimbangan elektrolit dan air
(ADH, aldosteron, parathormon, kalsitonin)
3. Hormon yang berpengaruh morfogenetik, bersangkutan pada pertumbuhan
(hormon pertumbuhan), pergantian kulit (tiroksin, kortikosteroid), metamorfosis
(tiroksin), pematangan gonad (FSH), pelepasan gamet (LH), diferensiasi
kelamin (androgen, estrogen).
4. Hormon yang berpengaruh pada tingkah laku, sebagai hasil pengaruh hormon
terhadap fungsi sistem saraf (estrogen, progesteron, androgen).
Sumber: https://images.app.goo.gl/F3YTvaJs5LKe5CUB9
Katak memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern disebut
hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang
bersifat mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan berbagai jaringan dan
berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup.
• Pada dasar otak terdapat glandulae pituitaria atau glandula hypophysa. Bagian
anterior kelenjar ini menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini
mengontrol pertumbuhan tubuh terutama pada panjang tulang. Juga merangsang
gonad untuk menghasilkan sel kelamin
• Bagian tengah glandula .pituitaria menghasilkan hormon intermidine yang
mempunyai peranan dalam pengaturan cromatophora dalam kulit. Bagian
posterior glandula Pituitaria menghasilkan hormon yang mengatur pengambilan
air.
5
• Hormon tyroid yang mengatur metabolisme. Kelenjar ini menjadi besar pada
berudu sebelum metamorphose menjadi katak.
• Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan hormon insulin yang mengatur
meteabolisme zat gula.
6
Stimulasi sekresi dengan depolarisasi, memungkinkan potensial aksi juga
meningkatkan sekresi dengan sifat dari depolarisasinya. Ca++ telah diketahui dengan baik
meregulasi pembebasan neurotransmiter, sehingga kalsium juga terlibat pada perangkai
sekresi hormon ke stimulasi hormon. Dari eksperimen diketahui bahwa semua stimulus
yang menyebabkan peningkatan pada konsentrasi ion kalsium internal, akan diikuti pula
oleh peningkatan aktivitas sekretori.
7
Gambar 2: Skema Pengendalian Umpan Balik Produksi Hormon Tiroksin.
8
2.7.1 Hormon Neurohipofisis
Hipofisis lobus posterior (neurohipofisis) menghasilkan 2 macam hormon yaitu
Vasopresin (ADH) dan Oxytocin. Sintesa dilakukan didalam hipotalamus, dan disimpan
di neurohipofisis untuk kemudian dilepaskan.
1. ADH (Anti Diuretic Hormone)
Dibentuk oleh nucleus supra opticus dari hipotalamus. Berfungsi untuk regulasi
tekanan osmotik dari cairan ekstra sellular maupun intravaskular. Efek di ginjal adalah
meningkatkan permeabilitas ductus colectivus renalis terhadap air. Keadaan ini
menghasilkan tertahannya air bebas sehingga ekskresi urine menjadi pekat. Pengeluaran
ADH diatur oleh osmoreseptor dalam hipotalamus, ADH akan dilepaskan bila osmolalitas
plasma lebih dari 280 mOsm/L. Selain itu juga dipengaruhi hipotensi karena perdarahan
dan dehidrasi.
2. Oksitosin
Dihasilkan oleh nucleus paraventrikularis hipotalamus. Pelepasan oksitosin tidak
tergantung pada ADH. Oksitosin sangat penting dalam peningkatan kontraksi uterus
(Harijono & Saleh, 2017).
Lobus posterior kelenjar hipofisis juga disebut pars nervosa atau neurohipofisis,
terdiri atas akson-akson neurosekretori dan ujung-ujungnya. Badan-badan sel akson
tersebut berada dalam bagian anterior hipothalamus dalam dua kelompok sel-sel
neurosekretori yang terdiri dari nukleus supraoptik dan nukleust paraventrikular.
Produksi sekretori, yang disintesis dan ditampung dalam badan-badan sel, diangkut dalam
akson-akson traktus hipothalamo-hipofiseal ke ujung saraf lobus posterior, dimana
hormon dibebaskan ke dalam kapiler darah. Ini adalah sistem neurosekretori pertama
yang ditemukan pada Vertebrata.
Neurohipofiseal Mamalia membebaskan dua neuropeptida, yang keduanya
mengandung delapan asam amino residu. Kedua neuropeptida tersebut adalah oksitosin
dan vasopresin, yang juga disebut hormon antidiuretik (ADH). Kedua oktapeptida agak
efektif dalam membantu perkembangan kontraksi jaringan otot polos dalam arteriol dan
uterus. Pada Mamalia, oksitosin dikenal baik untuk menstimulus kontraksi uterus selama
melahirkan dan untuk menstimulus pengeluaran air susu dari kelenjar susu. Pada burung,
oksitosin menstimulus gerakan saluran telur. Fungsi utama ADH adalah untuk mengatur
retensi air dalam ginjal.
Hormon-hormon neurosekretori terdapat dalam beberapa bentuk molekul, dan
9
berbeda antara satu kelompok Vertebrata dengan yang lain. Residu asam amino
disubstitusikan pada 3 loki dalam rantai peptida.
Di dalam sel-sel neurosekretori, oktapeptida neurohipofiseal dihubungkan dengan
molekul-molekul protein kaya cystein yang disebut neurofisin. Di dalam granula-granula
sekretori, molekul-molekul hormon muncul menjadi kompleks dengan perbandingan 1:1
dengan molekul neurofisin, yang terdapat di dua fraksi utama, yaitu neurofisin I dan
neurofisin II. Oksitosin dihubungkan dengan neurofisin 1 dan vasopresin dengan
neurofisin II. Protein-protein ini tidak mempunyai aktivitas hormon, meskipun
disekresilan bersama oktapeptida. Diperkirakan bahwa setiap molekul protein induk
dipecah secara enzimatik menjadi oktapeptida dan neurofisin, keduanya disekresikan
secara eksositosis. Jadi neurofisin berperan sebagai protein cadangan, menjaga dan
menahan hormon dalam granula-granula sekretori sampai dibebaskan.
10
disebut somatotropin) dan prolaktin (PL), dan yang basofilis mensekresikan thyroid
stimulating hormone (TSH), dan dua gonadotropin: luteinizing hormone (LH) dan follicle
stimulating hormone (FSH). Kelompok hormon yang ketiga (TSH, LH, FSH) dan juga
adenocorticotropic hormone (ACTH) bersifat tropik, yaitu mengatur aktivitas sekretori
dari kelenjar-felenjar tiroid, gonad, dan korteks adrenal.
Hormon-hormon adenohipofiseal sisanya (growth homone, prolactin, dan relanocyt
stimulating hormone), adalah hormon yang bekerja langsung, yaitu mempengaruhi
jaringan target tapa campur tangan hormon yang lain.
2.8 Hipofisis
Hipofisis atau kelenjar putuitari merupakan suatu kelenjar kecil yang kompleks
terletak pada dasar hopothalamus di atas pelana turki. Selain itu, kelenjar putuitari juga
merupakan kelenjar kecil yang berbentuk seperti kacang terletak di bawah otak di dasar
tengkorak yang disebut fossa hipofisis atau sela tursika (Widya Hardianti, 2017).
Kelenjar putuitari mensekresikan paling tidak Sembilan hormon yang kebanyakan
meregulasi fungsi-fungsi jaringan endokrin yang lain. Hipofisis disebut dengan “master
gland” karena salah satu peran yang dimilikinya yaitu mensekresikan paling tidak
sembilan hormon yang kebanyakan meregulasi fungsi-fungsi jaringan endokrin yang lain.
Pernyataan ini juga diperkuat dengan adanya penelitian mengenai Imaging Pituitary oleh
Widya Hardianti bahwa kelenjar pituitari sering disebut seabagai pusat kendali sistem
endokrin atau “master gland” karena kelenjar inilah yang mengontrol dan mengatur
fungsi dari beberapa kelenjar endokrin lain di dalam tubuh (Chaudhary V, et.al. 2011)
(Gartner LP, et.al, 2011). Kelenjar pituitari memiliki dua bagian lobus yaitu bagian lobus
anterior dan posterior. Hipofisis anterior (adenohipofisis) berasal dari kantong Rathke,
yaitu sebuah evaginasi ektodermal dari orofaring, dan bermigrasi untuk bergabung
dengan neurohipofisis yang merupakan bagian posterior dari hipofisis. Adenohipofisis
memiliki fungsi dalam sintesis dan mengeluarkan sejumlah hormon, yang sebagian besar
bekerja untuk mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya_
Hipofisis dikontrol oleh sekelompok sel neurosekretoris di dalam hipotalamus yang
terdapat di dasar otak. Sel-sel neurosekretoris hypothalamus terbagi menjadi dua tipe
yaitu tipe pengirim akson-akson ke dalam lobus posterior kelenjar hipofisis, dimana pada
tahap ini hypothalamus mensekresikan hormone-hormon neurohipofiseal yang
selanjutnya masuk ke dalam aliran darah untuk mencapai jaringan target yang tersebar
11
diseluruh tubuh. Tipe ke dua dari neuroskretori hypothalamus hanya memiliki akson-
akson pendek yang tidak keluar dari hypothalamus, neurosekretori ini membebaskan
hormone-hormon di dalam hypothalamus, kemudian hormone di bawa oleh aliran darah
ke sel-sel target dalam kelenjar hipofisis, dimana hormone-hormon tersebut merupakan
molekul peptida yang mempunyai aksi tropik (regulatori) pada sel-sel endokrin nonneural
dari kelenjar hipofisis yaitu hypothalamic releasing hormone (hormon pelepas
hipothalamik)
Sumber: http://www.biomagz.com/2015/11/fungsi-lh-sth-lth-fsh-prolaktin.html
Kontrol Hipofisis oleh Hipothalamus
Aktivitas sekretori sel-sel endokrin adenohipofisis diregulasi paling tidak oleh tujuh
hormon hypothalamus yang berasal dari neurosekretori yang terdiri dari empat hormone
pelepas (faktor pelepas= releasing factor), dan tiga adalah hormon penghambat
(inhibiting hormons), hormon-hormon tersebut diproduksi oleh sel-sel neurosekretori
yang berada di dalam hipothalamus yang memiliki ujung dalam “median eminence” pada
lantai hipothalamus. Kapiler-kapiler yang berada dalam “median eminence” menyebar
membentuk serangkaian pembuluh portal yang membawa darah dari jaringan
neurosekretori ke jaringan sekretori glandular hipofisis anterior, dimana pada bagian ini
pembuluh bercabang-cabang menjadi kapiler sebelum menyatu kembali ke sistem vena.
Sistem portal menyampaikan sinyal secara histokimia dari hipothalamus ke
12
adenohipofisis dengan membawa hormone-hormon pelepas hipothalamik. Pada
adenohipofisis, hormone pelepas hipothalamik bersatu dengan sel-sel endokrin yang
mensekresikan tujuh hormon hipofisis anterior, diantaranya Corticotropin releasing
hormone (CRH) merangsang pelepasan ACTH, TSH releasing hormone (TRH)
merangsang pelepasan TSH dan sekresi prolaktin, GH releasing hormone (GRH)
merangsang pelepasan hormone pertumbuhan, FSH dan LH releasing hormone (FSH/LH-
RH) merangsang pelepasan FSH Dan LH, GH inhibiting hormone atau somatostasin
mencegah pelepasan GH dan mengganggu pelepasan TSH, prolactin-release-inhibiting
hormone (PIH) mencegah pelepasan prolactin, MSH-release-inhibiting hormone (MIH)
mencegah pelepasan MSH.
Hormon tiroid mengelilingi trakea di sebelah ventral dari laring (Hernawati, 2008).
Hormon tiroid secara filogenetik berhubungan dengan endostyle protokhordata, muncul
pada mamalia sebagai suatu evaginasi entodermal tidak berpasangan dari dasar faringeal,
kemudian kehilangan hubungan dengan saluran pencernaan, dan terpisah sebagai kelenjar
berlobus ganda. Aktivitas kelenjar tiroid dipengaruhi oleh thyroid stimulating hormone
(TSH) yang dibebaskan oleh adenohipofisis. Hormon tiroid utama yaitu tiroksin dan
3,5,3-triiodotironin yang disintesis pada folikel jaringan tiroid dari dua molekul tirosin
yang diiodinasi. Iodin secara aktif diakumulasi oleh jaringan tiroid dari darah.
13
Pembebasan TSH diregulasi oleh sekresi TSH-releasing hormone (TRH) dari median
eminence.
Hormon tiroid berpengaruh terhadap hati, ginjal, jantung, sistem saraf, dan otot
rangka, dimana membuat jaringan-jaringan tersebut peka terhadap epineprin dan
menstimulus respirasi seluler, konsumsi oksigen, dan laju metabolisme. Percepatan
metabolisme yang distimulus hormon-hormon tiroid berakibat pada meningkatnya
produksi panas. Hormon tiroid memegang peran penting dalam adaptasi fisiologi
terhadap perubahan salinitas lingkungan. Hormon-hormon tiroid secara nyata
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan beberapa kelompok vertebrata
yang nampak dengan adanya GH dan sebaliknya. Kedua hormon tersebut berpengaruh
terhadap sintesis protein selama pertumbuhan. Hipotiroidisme pada ikan, burung, dan
mamalia mengakibatkan penyakit defisiansi, dimana perkembangan sel-sel tubuh, sel
saraf, seksual sangat terhambat, laju metabolisme sangat lambat hampir saparoh dari laju
normal, dan daya tahan terhadap infeksi rendah. Tanpa adanya tiroksin dan triiodotironin,
anak katak akan gagal bermetamorfosis menjadi katak. Peranan hormone tiroid pada
metamorfosis anak katak menjadi katak terjadi dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Selama metamorfisis (kurang lebih 20 hari pertama), kelenjar tiroid yang belum
masak pada anak katak mengikat iodin dan mensintesis tiroksin
2. Kurang lebih 20 hari berikutnya, terjadi metamorfosis bagian pertama
(prometamorfosis) yang ditandai dengan perubahan morfologi yang lambat,
pertumbuhan kelenjar tiroid, konsentrasi iodin, aktivitas sekretori jaringan tiroid
yang meningkat, dan diferensiasi dari median eminence hypothalamus.
3. Pada akhir fase, metamorfosis klimaks, bentuk dewasa muncul, median
eminence mengalami diferensiasi akhir dan menjadi sangat vaskularisasi. Pada
fase ini aksis-hipothalamus-hipofiseal berfungsi maksimal.
14
2.10 Kontrol Hormon Terhadap Siklus Menstruasi
Secara umum siklus reproduksi hewan muncul dari dalam tubuhnya, pada hewan
vertebrata hormon hypothalamus dan adenohipofisis memegang memiliki peranan
penting dalam dalam siklus seksual dan reproduksi. Gonadotropin adenohipofisis (LH
dan FSH) memelihara aktivitas testes dan ovari. Siklus reproduksi pada vertebrata betina
dimulai pada masaknya sel telur (ovum) yang pertama. Pada burung dan mamalia betina
saat lahir sudah dilengkapi dengan oosit penuh yang tersimpan pada folikel-folikel ovari.
Masaknyaoosit terjadi menjelang pubertas. Pada vertebrata tingkat rendah, oogenesis
terjadi selama hidupnya.
FSH mempengaruhi pemasakan sel telur pada mamalia betina, dimana FSH
menstimulus perkembangan folikel menjadi masak. Folikel berbentuk kantong
membraneus yang tersusun dari beberapa lapis sel, setiap folikel tersimpan sebuah sel
telur. Salah satu dari dari lapisan sel yaitu teka interna sebagai tempat sekresi
progesterone dan biosintesis androgen. FSH menstimulus sel-sel ovarium granulosa untuk
sintesis dan ekskresi estrogen. Selama fase folikular dari siklus ovarian, FSH dan LH
15
mempengaruhi pematangan folikel yang diikuti oleh peningkatan produksi dan
pembebasan estrogen ke dalam darah. Ovulasi terjadi pada saat konsentrasi estrogen
tinggi. Bersamaan dengan fase folikular ovarium adalah fase proliferasi endometrium
dinding uterus. Pada fase folikular akhir terjadi gelombang LH bersamaan dengan
pembebasan FSH yang disertai ovulasi. Ovum keluar dari folikel dan pada saat ini sekresi
estrogen menurun, dan dibawah pengaruh LH, jaringan menjadi endokrin temporer yang
disebut korpus luteum. Pada saat ini siklus ovarian mulai masuk ke fase luteal. Selama
fase luteal, korpus luteum mensekresi estrogen dan progesteron. Progesteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum bertanggung jawab pada sekresi cairan endometrial oleh
jaringan endometrium. Korpus luteum megalami degenerasi mengakhiri fase luteal
ovarian apabila tidak ada fertilisasi dan implantasi ovum. Penurunan dan pengakhiran
sekresi estrogen dan progesteron merupakan tanda berakhirnya fase luteal. Penghambatan
FSH-RH dan LH-RH terjadi karena sekresi FH dan LH oleh hipofisis yang tetap rendah
selama fase luteal.
Pada manusia dan beberapa primate, akhir dari fase luteal ovarian dan akhir fase
sekretori uterin diikuti dengan mesntruasi (pelepasan dinding endometrium). Fase
folikular merupakan akhir dari menstruasi. Terjadinya fertilisasi dan implantasi ovum
pada endometrium dari mamalia berplasenta, sinyal endokrin, yaitu dalam bentuk
chorionic gonadotropin (CG) dimulai pada plasenta menginduksi pertumbuhan dari
korpus luteum aktif, sehingga progesteron dan estrogen disekresi terus. GC mirip LH
yang diproduksi hipofisis, tetapi tidak identik. GC disekresikan oleh plasenta dalam
waktu 1 hari setelah implantasi ovum dan secara efektif mengganti fungsi gonadotropin
dari adenohipofisis selama kehamilan untuk memelihara korpus luteum. FSH dan LH
tidak disekresi lagi sampai kelahiran. Pada mamalia maupun manusia, korpus luteum
terus tumbuh dan mensekresikan progesteron juga beberapa estrogen, sampai plasenta
secara penuh mengambil alih produksi hormon tersebut, korpus leteum pada saat itu
mengalami degenerasi. Sekresi korpus luteum juga distimulus oleh prolaktin. Progesteron
dan estrogen juga menjaga ovulasi saat kehamilan dan mulai pertumbuhan jaringan
kelenjar susu untuk persiapan laktasi. Durasi fase folikular dan luteal dari siklus
reproduksi bervariasi antara mamalia satu dengan mamalia lainnya, dimana siklus
menstruasi yang kurang lebih sama. Siklus menstruasi manusia kurang lebih 28 hari, dan
yang normal selama satu tahun 13 kali.
16
2.11Peranan Hormon Juvinile Terhadap Perkembangan Metamorfosis Serangga
17
vitelogenin. Tetapi pada waktu yang sama, JH juga mengontrol migrasi atau sistem imun
(Gaubard Y, 2005; Min et al.,2004). Beberapa substansi dengan aktifitas JH juga
ditemukan mempengaruhi embrio (Masner et al.,1968). Pada koloni lebah madu, JH
menunjukkan keterlibatan dalam pengaturan pembagian kerja berhubungan dengan umur
(Jassim et al.,2000). Juvenile hormone (JH) seperti yang disebutkan diatas memainkan
suatu peran yang penting dalam kontrol endokrin dari embriogenesis, molting,
metamorfosis dan reproduksi (Habibi, 2011).
Pertumbuhan setelah embrio terdiri atas serangkaian tahapan, dimana serangga
mengalami perubahan bentuk dari larva ke bentuk dewasa atau imago (Metamorfosis).
Pertumbuhan serangga merupakan serangkaian dari tahap eksdisis (ganti kulit), rangka
luar (eksoskeleton) yang kaku dan tidak dapat merentang, secara periodik dilepaskan dan
diganti dengan rangka luar baru yang lebih besar. Terdapat serangkaian juwana (juvenille)
yang masing-masing memerlukan pembentukan rangkai luar baru. Pergantian kulit luar
maupun metamorphosis dikendalikan oleh adanya interaksi dua macam hormon, dimana
satu hormon cenderung untuk menggalakkan pertumbuhan dan diferensiasi struktur
dewasa, dan hormon yang lain cenderung mempertahankan struktur juwana. Kedua
hormon tersebut yaitu hormon pergantian kulit (ekdison) yang dihasilkan oleh kelenjar
prothoraks, dan hormon juwana (juvenille) yang dihasilkan oleh korpora allata. Telur
menetas menghasilkan larva tahap awal. Hormon ekdison yang dihasilkan oleh kelenjar
prothoraks dan dirangsang oleh hormone otak prothoracicotropis hormone (PTTH)
mengakibatkan terjadinya pergantian kulit (ekdisis) yang membentuk struktur dewasa.
Produksi hormon juwana menyusut bersama-bersama dengan berlangsungnya pergantian
kulit, dimana pengaruh ekdison lebih dominan dan larva menagalami diferensiasi menjadi
bentuk dewasa.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hormon merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
(kelenjar buntu). Hormon berfungsi untuk mengatur pertumbuhan, perkembangan,
reproduksi, tingkah laku, keseimbangan,dan metabolisme.
2. Sistem saraf dan sistem hormon memiliki hubungan fungsional yang sangat erat, yaitu
dalam hal fungsi integratif. Sistem endokrin (hormon) dan sistem saraf secara bersama
lebih dikenal sebagai supra sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif
untuk menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan.
3. Hormon dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, salah satunya berdasarkan
pengaruh hormon terhadap jaringan sasaran (target) yang dikelompokkan menjadi 4:
Hormon yang berpengaruh kinetic, Hormon yang berpengaruh metabolic, Hormon
yang berpengaruh morfogenetik, dan Hormon yang berpengaruh pada tingkah laku.
4. Contoh mekanisme regulasi dan sekresi hormon pada katak. Katak memiliki
beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern disebut hormon.
Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik
bersifat mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan berbagai
jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup.
5. Sekresi terjadi sebagai respon terhadap stimulasi yang tepat pada sel endokrin. Pada
sel-sel saraf neurosekretori, stimulus menimbulkan potensial aksi yang merambat ke
ujung akson, dan akan merangsang pembebasan hormon pada ujung tersebut. Hal ini
jelas bahwa depolarisasi dalam bentuk impuls mengakibatkan sekresi pada sel
tersebut. Laju sekresi hormon meningkat dengan meningkatnya frekuensi impuls.
6. Ada dua teori yang menjelaskan bagaimana hormon mempengaruhi sel-sel target: (1)
teori duta kedua (second messenger theory), dan (2) teori mekanisme dua tahap (two
steps mechanism).
7. Perbedaan Hormon Neurohipofisis dan Adenohipofisis: Hipofisis lobus posterior
(neurohipofisis) menghasilkan 2 macam hormon, Sedangkan hormon adenohipofisis:
Lobus anterior hipofisis (adenohipofisis) terdiri atas pars distalis, pars tuberalis, dan
pars intermedia, yang secara bersama pada Mamalia menghasilkan paling tidak 7
19
macam hormon peptida.
8. Hipofisis atau kelenjar putuitari merupakan suatu kelenjar kecil yang kompleks
terletak pada dasar hopothalamus di atas pelana turki. Hipofisis dikontrol oleh
sekelompok sel neurosekretoris di dalam hipotalamus yang terdapat di dasar otak.
9. Peranan hormone tiroid pada metamorfosis anak katak menjadi katak terjadi dalam
tiga tingkatan yaitu: Selama metamorfisis, Kurang lebih 20 hari berikutnya, dan Pada
akhir fase
10. Secara umum siklus reproduksi hewan muncul dari dalam tubuhnya, pada hewan
vertebrata hormon hypothalamus dan adenohipofisis memang memiliki peranan
penting dalam siklus seksual dan reproduksi.
11. Juvenile hormone (JH) adalah sebuah hormon sesquiterpenoid yang disekresikan oleh
korpora allata dan hormon ini ditemukan dalam konsentrasi yang relatif tinggi dalam
hemolymph selama tahapan tertentu dari larva insekta, dimana hormon ini berperan
dalam pengaturan pertumbuhan dan perkembangan pada insekta, mempertahankan
tahapan larva atau mencegah metamorfosis.
3.2 Saran
Penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna, dengan adanya saran maupun kritik
yang membangun untuk kebaikan makalah ini dan juga kedepannya sangat diharapkan
sebagai salah satu sumber belajar yang telah kita kaji dan diskusi bersama.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22