Anda di halaman 1dari 19

Berpikir

Berfikir secara filsafat dapat diartikan sebagai berfikir secara mendalam sampai

pemahaman secara hakikat, maka dari itu bisa dikatakan filsafat adalah suatu disiplin ilmu
yang mempelajari tentang metode berfikir secara komprehensif sehingga bisa disimpulkan
bahwa guna belajar filsafat adalah untuk bisa menganalisa dan mencari solusi dari
permasalahan yang ada sesuai dengan realita, serta solusi itu bisa direalisasikan.

Filsafat

juga memiliki cirri pemikiran yang tidak boleh terlewatkan dalam melakukan perenungan.

Adapun ciri-ciri tersebut,

pertama Logis adalah masuk akal, yang dimana segala sesuatu


dapat dibuktikan secara ilmiah.

Kedua Koheren adalah keruntutan dalam berfilsafat


sangatlah diperlukan, karena apabila kita berfilsafat secara koheren kita akan mendapat
hasil yang sangat maksimal. Ketiga Korelasi adalah saling berhubungan.

Keempat Holistik
merupakan menyeluruh, dalam memandang suatu permasalahan, tidak bisa kita pandang
hanya sebagian saja, karena kita tidak akan mendapat

penyelesaian yang tepat.

Kelima
Radikal adalah ketika menyelesaikan suatu masalah, filsafat akan menyelesaikan secara
radikal yakni sampai pada akar-akarnya atau mendasar, hingga menumukan sebuah penyelesaian.

cara berpikir filsafat dikemukakan oleh Achmadi (1995:4), yaitu

sebagai berikut :

1. Harus sistematis. Pemikiran yang sistematis ini dimaksudkan untuk menyusun suatu pola
pengetahuan yang rasional. Sistematis adalah masing-masing unsur saling berkaitan satu

dengan yang lain secara teratur dalam suatu keseluruhan.

2. Harus konsepsional. Secara umum konsepsional berkaitan dengan ide atau gambaran yang

melekat pada akal pikiran yang berada dalam intelektual. Gambaran tersebut mempunyai

bentuk tangkapan sesuai dengan nilainya.

3. Harus koheren. Koheren atau runtut adalah unsur-unsurnya tidak boleh mengandung

uraian-uraian yang bertentangan satu sama lainnya. Koheren atau runtut didalamnya

memuat suatu kebenaran logis.

4. Harus rasional, yaitu unsur-unsurnya berhubungan secara logis. Artinya pemikiran filsafat

harus diuraikan dalam bentuk yang logis.

5. Harus sinoptik, yaitu pemikiran filsafat harus melihat hal-hal secara menyeluruh atau

dalam keadaan kebersamaan secara integral.

6. Harus mengarah kepada pandangan dunia. Pemikiran filsafat sebagai upaya untuk

memahami semua realitas kehidupan dengan jalan meyusun suatu pandangan (hidup)

dunia, termasuk didalamnya menerangkan tentang dunia dan semua hal yang berada

didalamnya (dunia).
Karakteristik berfikir filsafat juga dikemukakan oleh Nasution (2016: 30-31), yaitu sebagai

berikut :

1. Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akar persoalan.

2. Universal, yaitu berpikir secara menyeluruh. Tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu,

tapi mencakup keseluruhan aspek yang konkret dan abstrak atau yang fisik dan metafisik.

3. Konseptual, merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia.

4. Koheren dan konsisten yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Sedangkan

konsisten adalah tidak mengandung kontradiksi.

5. Sistematik, yaitu berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah (step by step)

penuh kesadaran, berurutan dan penuh rasa tanggung jawab.

6. Komprehensif. Mencakup atau menyeluruh

7. Bebas. Pemikiran filsafat boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni

bebas dari prasangka-prasangka social, historis, kultural bahkan religious.

Bertanggungjawab. Seseorang berfilsafat adalah orang yang berpikir sekaligus

bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya paling tidak terhadap hati nuraninya

sendiri.
Logika

Logika berasal dari bahasa Latin logos yang berarti

"perkataan". Istilah logos secara etimologis sebenarnya

diturunkan dari kata sifat logike: "Pikiran" atau "kata". Istilah

Mantiq dalam bahasa Arab berasal dari kata kerja Nataqa yang

berarti "berkata" atau "berucap".

Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana

obyek materialnya adalah berpikir (khususnya

penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah

berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika

bersifat a priori. Kebenaran logika tidak dapat ditemukan dan

diuji secara empiris, tetapi kebenaran diuji secara akal. Obyek

Logika menurut Muhammad Zainuddin, terdiri dari:

1. Obyek materiil: penalaran / cara berpikir

2. Obyek formal: hukum, prinsip, asas,


3. Produk: produk berfikir (konsep, proposisi yang

diekspresikan dalam bentuk ungkapan lisan atau tulisan)

Kegunaan Logika

Ilmu Mantik yang bertujuan membimbing manusia

ke arah berfikir benar, logis, dan sistematis mempunyai

manfaat yang banyak. Di antaranya dapat dikemukakan

sebagai berikut :

1. Membuat daya fikir menjadi lebih tajam dan

berkembang melalui latihan-latihan berfikir. Oleh

karenanya akan mampu menganalisis serta

mengungkap permasalahan secara runtut dan ilmiah.

2. Membuat seseorang berfikir tepat sehingga mampu

meletakkan sesuatu pada tempatnya dan mengerjakan

sesuatu tepat pada waktunya (berfikir efektif dan

efisien).
3. Membuat seseorang mampu membedakan alur pikir

yang benar dan alur pikir yang keliru, sehingga dapat

menghasilkan kesimpulan yang benar dan terhindar

dari menarik kesimpulan yang keliru.

4. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk

berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib,

metodis dan koheren.

Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak,

cermat, dan objektif.

6. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan

berpikir secara tajam dan mandiri.

7. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri

dengan menggunakan asas-asas sistematis

8. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari

kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta

kesesatan.
9. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

Asas Logika Formal

Asas adalah pangkal atau asal dari mana suatu itu

muncul dan dimengerti. Maka “Asas Pemikiran” adalah

pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan

dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berpikir

adalah mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran

tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini. Ia adalah

dasar daripada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini

dapat dibedakan menjadi :

1. Asas Identitas (principium identatis = qanuun zatiyah)

Asas identitas merupakan dasar dari semua

pemikiran dan bahkan pemikiran yang lain. Prinsip ini

mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan

lainya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia


adalah Z dan bukan A, B atau C. Bila dijadikan rumus

maka akan berbunyi “Bila proposisi itu benar maka

benarlah ia”.

2. Asas kontradiksi (principum contradictoris = qanun

tanaqud)

Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu

tidak mungkin sama dengan pengakuanya. Jika kita

mengakui bahwa sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin

pada saat itu ia adalah A, sebab realitas hanya satu

sebagaimana disebut oleh asas identitas. Dua kenyataan

yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. Jika dirumuskan maka akan berbunyi
“Tidak ada

proposisi yang sekaligus benar dan salah”.

3. Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi

tertii = qanun imtina’)

Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan


pengingkaran kebenaranya terletak pada salah satunya.

Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan

mutlak, karena itu tidak mungkin keduanya benar dan juga

tidak mungkin keduanya salah. Jika kita rumuskan akan

berbunyi “Suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau

salah”.

Penalaran

1. Penalaran langsung

Penalaran langsung merupakan penalaran yang premisnya

hanya sebuah proposisi dan langsung disusul dengan proposisi lain

sebagai kesimpulannya. Penalaran langsung ditarik hanya dari

satu premis saja. Penarikan konklusi secara langsung dapat

memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang

diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang

telah dinyatakan secara implisit di dalam premis.

Contoh : semua bintang film memakai sabun Lux (S=P)


jadi, sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film.

Istilah "penalaran langsung" berasal dari Aristoteles untuk

menunjukkan penalaran, yang premisnya hanya terdiri dari

sebuah proposisi saja. Konklusinya ditarik langsung dari proposisi

yang satu itu dengan membandingkan subjek dan predikatnya.

2. Penalaran tidak langsung

Pada penalaran tidak langsung dapat diuraikan per- bedaannya dengan penalaran langsung. Di dalam
penalaran tidak

langsung, penarikan konklusinya atas lebih dari satu proposisi.

Apabila konklusinya ditarik dari dua proposisi yang diletakkan

sekaligus, maka bentuknya dinamakan silogisme. Oleh karena

silogisme, merupakan penarikan konklusi secara tidak langsung,

konklusi ditarik dari dua premis, tidak dari satu premis seperti di

dalam penalaran langsung.

Contoh : Semua mahasiswa adalah anak pintar.

Dina adalah mahasiswa.

Dina adalah anak pintar.


Jenis pola penalaran langsung

1. Conversi adalah sejenis penarikan konklusi secara langsung

dalam mana terjadi transposisi antara subjek dan predikat

proposisi itu.

Proposisi yang diberikan disebut CONVERTEND dan

konklusi yang diambil dari proposisi yang diberikan itu disebut

CONVERSE.

Konklusi yang diperoleh dengan conversi harus berdasarkan

atas prinsip-prinsip:  Subjek convertend menjadi predikat converse  Predikat convertend menjadi
subjek converse  Kualitas converse sama dengan kualitas convertend, artinya

kalau convertend afirmatif converse juga afirmatif kalau convertend negatif, converse juga negatif 
Term yang tidak tersebar dalam convertend, tidak dapat pula

tersebar dalam converse

2. Obversi adalah sejenis penarikan konklusi secara langsung

dalam mana terjadi perubahan kualitas proposisi, sedangkan

artinya tetap sama. Dengan kata lain, obversi memberikan


persamaan dalam bentuk negatif bagi proposisi afirmatif, atau

persamaan dalam bentuk afirmatif bagi proposisi negatif.

Prinsip-prinsip obversi:  Subjek obvertend sama dengan subjek obverse

 Predikat obverse adalah kontradiktori dari predikat obvertend

 Kualitas obverse kebalikan dari kualitas obvertend

 Kuantitas obverse sama dengan kuantitas obvertend

3. Kontraposisi adalah sejenis penarikan konklusi secara

langsung dalam mana kita menarik konklusi dari satu proposisi

dengan subjek yang kontradiktoris dari predikat yang diberikan.

Konklusi dalam kontraposisi disebut kontrapositif, sedangkan

untuk proposisi yang diberikan tidak ada nama yang tertentu.

Prinsip-prinsip yang berlaku dalam menarik konklusi dengan

kontraposisi adalah sebagai berikut:

Subjek konklusi adalah kontradiktori predikat yang diberikan

• Predikat konklusi adalah subjek proposisi yang diberikan


• Kualitasnya berubah

• Tidak ada term yang tersebar dalam konklusi jika tidak

tersebar pula dalam premis. Kalau penyebaran yang salah

tidak terjadi, kuantitas konklusi sama dengan kuantitas

premis, sedangkan bila ada kemungkinan untuk penyebaran

yang salah, konklusi menjadi khusus meskipun premis

universal

4. Inverse adalah sejenis penarikan konklusi secara langsung

di mana subjek pada konklusi kontradiktori dari subjek

proposisi yang diberikan. Proposisi yang diberikan disebut

invertend dan konklusi disebut inverse.

Ada dua jenis yaitu inverse, yaitu inversi penuh dan inversi

sebagian. Inversi penuh adalah inversi yang predikat inversenya

adalah kontradiktori dari predikat proposisi yang diberikan,

dan inverse sebagian adalah inversi yang predikat inversenya

sama dengan predikat inver- tendnya.


Peraturan-peraturan yang berlaku dalam inverse adalah

sebagai berikut :

1. Subjek inverse adalah kontradiktori dari subjek

invertendnya

2. Dalam inversi sebagian predikat inverse sama dengan

predikat invertendnya, sedangkan dalam inversi penuh

predikat inverse adalah kontradiktori dari predikat

invertendnya.

3. Kuantitas invertend universal dan kuantitas inverse

khusus. Jadi hanya proposisi-proposisi universal saja yang

dapat diinversikan.

4. Dalam inverse penuh kualitas inverse sama dengan

kualitas invertend, sedangkan dalam inversi sebagian

kualitas inverse berbeda dari kualitas invertend. Inversi,

sebagaimana kontraposisi adalah bentuk


majemuk daripada penarikan konklusi secara langsung yang mencangkup

obverse dan conversi. Tetapi berbeda dengan kontraposisi, dalam inversi

tidak ada urutan tertentu tentang penggunaan obverse dan inversi.

Tujuannya hanyalah untuk mendapatkan konklusi yang merupakan

kontradiktori daripada subjek proposisi yang diberikan. Dengan tujuan ini

terus menerus kita menarik konklusi dengan conversi dan obversi berganti- ganti, sampai kita
menemukan konklusi yang dikehendaki. Akan tetapi kalau

kita mulai dengan obverse ternyata kita tidak dapat terus, maka kita harus

menghentikannya dan mulai lagi dengan conversi.

1. Sensasi

Sensasi berasal dari kata “sane” yang artinya alat pengindra, yang

menghubungkan organism dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon,

“sansasi adalah pengalaman elementer yang segera yang tidak memerlukan

penguraian verbal. Yang simbolis atau konseptual dan terutama sekali

berhubungan dengan kegiatan alat indera atau pancaindera. Kita

mengelopokannya pada tiga macam indera penerima sesuai dengan sumber


informasi.

Adapun definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima

informasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia

dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat

inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk

berinteraksi dengan dunianya (Lefrancois, 1974:39). (Jalaludin,2003: 49)

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, pariwisata, atau

hubungan-hubungan yang dipeloreh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli

2. Memori

memori memegang peran penting

dalam mempengaruhi persepsi maupun berpikir. Memori adalah sistem

yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organism sanggup merekam

fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya unruk

membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memori melewati


tiga proses :

a. Perekaman (enconding) adalah pencatat informasi melalui

reseptor indera dan sikrit saraf internal.

b. Penyimpanan (stronge) adalah menentukan berapa lama

informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa dan

dimana.

c. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari

mengingat lagi adalah menggunakan informasi yang

disimpan.

Pemanggilan diketahui dengan empat cara:

1. Pengingat (recall), prosesaktif untuk menghasilkan fakta dan

informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk

yang jelas.

2. Pengenal (recognition), agak sukar untuk menginta kembali

sejumlah fakta; lebih mudah mengenalnya.

3. Belajar lagi (relearning), menguasai kembali pelajaran yang


sudah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.

4. Reintegrasi (redintergration), merekonstruksi seluruh masa

lalu dari satu petunjuk memori kecil.

Berpikir merupakan manipulasi atau

organisasi unsur-unsur lingkungan dengan menggunakan lambang-

lambang sehingga tidak perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak.

Berpikir menunjukan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan

konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa. Berpikir kita

lakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan

(decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan

menghasilkan yang baru (craetivity).

Ada dua macam berpikir :

1. Berpikir autistik, dengan melamun, berfanasi, menghayal, dan

wishfull thingking. Dengan berpikir peran melarikan diri dalam

kenyataan dan melihat hidup sebagai gambaran-gambaran fantasi.

2. Berpikir realistik, disebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir


dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata.

Floyd L. Ruch, menyebutkan tiga macam berpikir realistic

a. Berpikir deduktif, artinya mengambil kesimpulan dari dua

pernyataan, dalam logika disebutnya silogisme.

b. Berpikir induktif, artinya dimulai dari hal-hal yang khusus

kemudian mengambil kesimpulan umum; kita melakukan

generalisasi.

c. Berpikir evaluatif, artinya berpikir kritis, menilai baik-bukurnya,

tepat atau tidaknya suatu gagasan, namun menilainya menurut

kriteria tertentu.

Salah satu fungsi berpikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang

kita ambil beraneka ragam. Tanda-tanda umumnya :

1. Keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha intelektual.

2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif .

3. Keputusan selalu melibatkan dengan tindakan nyata, walaupun

pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Anda mungkin juga menyukai