Anda di halaman 1dari 6

Mengapa Peter Pan Syndrome Menyerang Orang

Dewasa?
Pengertian Sindrom Peter Pan
Peter Pan Syndrome atau Sindrom Peter Pan adalah sikap orang dewasa yang secara
psikologis, sosial dan seksual tidak menunjukkan kematangan. Pria dewasa sudah seharusnya
hidup mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Namun, pria yang memiliki sindrom
Peter Pan memiliki sifat sebaliknya. Mereka cenderung tidak mandiri dan sangat kekanak-
kanakan, sama seperti tokoh Peter Pan dalam cerita fiksi. Berbagai macam sebuatn untuk
sindrom ini, seperti King Baby atau Little Prince Syndrome. Sindrom ini lebih sering ditemukan
pada pria, karena pakar psikologi berpendapat bahwa laki-laki dewasa cenderung memiliki
tanggung jawab yang lebih besar seperti menjadi kepala rumah tangga atau pencari nafkah.

Penggunaan
istilah sindrom Peter
Pan pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Dan Kiley. Dia menulis buku
berjudul The Peter Pan Syndrome: A Man Whi Have Never Grown Up (Sindrom Peter Pan:
Seorang Pria yang Tidak Pernah Tumbuh Dewasa).

Menurut Ahmad Gimmy, seorang psikolog klinis di Universitas Padjajaran Bandung.


Sindrom ini bukan termasuk ke dalam golongan penyakit mental (psikopatologi). Beliau
mengatakan, jika istilah ini hanya digunakan orang awam untuk memudahkan penggambaran
karakter seseorang yang tidak bisa bertindak dewasa sesuai usianya.
Tanda-tanda Pengidap Sindrom Peter Pan
Dilansir dari Psychologi Today, Berit Brogaard D.M.Sci.Ph.D., dosen fisalfat di Miami
University. Beliau menjelaskan ada beberapa ciri khas yang menandakan seorang pria mengidap
sindrom ini, yakni:

1. Cenderung berperilaku seperti anak kecil, remaja, at au orang yang lebih muda dari
usianya. Biasanya orang yang memiliki sindrom ini berteman dengan orang yang lebih
muda darinya.
2. Selalu bergantung dengan orang lain dan merepotkan orang lain. Berharap selalu
dilindungi dan dituruti semua keinginannya. Takut dan memiliki kekhawatiran yang
berlebihan jika melakukan sesuatu sendiri.
3. Tidak bisa mempertahankan hubungan jangka panjang yang stabil, terutama percintaan.
Sifatnya yang kekanakan kadang membuat pasangan menjadi tidak nyaman. Selain itu,
orang ini sulit bersikap romantis dan memilih pasangan yang lebih muda.
4. Takut untuk berkomitmen at au menjanjikan suatu hal, baik dalam hubungan cinta at au
pekerjaan.
5. Kurang bertanggung jawab dalam pekerjaan atau dalam mengelola keuangan. Selalu
mengutamakan kepentingan pribadi, terutama untuk kepuasan dan kebaikan dirinya
sendiri.
6. Tidak mau mengakui kesalahan dan melimpahkannya pada orang lain sehingga sulit
interopeksi diri.

Tidak semua pria dengan sindrom Peter Pan memiliki gejala yang sama, sehingga sulit
diidentifikasikan. Perlu pemeriksaan lebih lanjut dan bukan hanya pada pasien saja, tetapi juga
pada orang-orang di sekitarnya. Sebab, pasien sering tidak menyadari dan merasa dirinya baik-
baik saja. Memerlukan perawatan yang tepat untuk mengubah perilaku pasien serta orang di
sekitar dalam menghadapinya.

Gejala Peter Pan Syndrome


Berikut adalah gejala yang muncul selama proses perkembangan pada anak laki-laki,
yang memicu timbulnya Sindrom Peter Pan:

1. Ketiadaan rasa bertanggung jawab.


2. Kecemasan.
3. Kesepian.
4. Konflik peran.
5. Narsisisme
6. Sovinisme.
Penyebab Sindrom Peter Pan
1. Cara Pandang yang salah terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
2. Pola asuh orangtua yang terlalu protektis.
3. Tidak siap untuk memikul tanggung jawab yang besar ketika dewasa. Merasa cemas,
takut, tidak mampu dan tidak percaya diri.
4. Berusaha melindungi diri sendiri dengan bersikap layaknya anak kecil.
5. Tekanan mental berat, memicu rasa “ingin kabur dari tanggung jawab” dan membuat
seseorang ingin kembali ke masa anak-anak yang tidak memiliki beban hidup.

Meski terkait dengan masalah psikologis, sindrom Peter Pan bukan termasuk diagnosis resmi
gangguan mental seperti depresi, gangguan bipolar atau gangguan obsesif kompulsif (OCD).

Pola Asuh yang Memicu Sindrom Peter Pan


Humbelina Robles Ortega. Seorang professor psikologi di Universitas Granada di
Spanyol, telah memberikan peringatan bahwa pola asuh yang terlalu protektif bisa
mengakibatkan anak mengalami sindrom Peter Pan. Anak tidak bisa belajar mandiri dalam
menghadapi masalah.

Terbiasa dimanja sejak kecil membuat seseorang tidak bisa move on dari masa kanak-
kanak dan remaja yang sangat menyenangkan, sehingga mereka ingin tetap berada di masa itu,
saat semua hal ditangani oleh orangtua dan dia dapat bersenang-senang sepuasnya.

Hal serupa pun diungkapkan oleh Pustika Rucita, B.A., MPsi, seorang psikolog klinis
dari Tiga Generasi. Dia menyatakan, faktor utama terjadinya sindrom Peter Pan adalah pola
pengasuhan orangtua yang tak tepat. Bahkan trauma atau kejadian buruk di masa lalu pun bisa
menjadi faktor pemicu sindrom ini.

Beliau juga mengatakan, pola asuh orangtua yang cenderung otoriter, terlalu memanjakan
atau permisif yang membuat anak laki-laki terjangkit sindrom ini saat ia berusia dewasa. Pola
asuh seperti ini juga membuat anak tidak bisa mandiri. Menyebabkan anak tumbuh dalam
ketakutan, tidak memiliki rasa percaya diri, selalu merasa ragu pada kemampuannya sendiri dan
tidak bisa berjuang meraih keinginannya.

Orangtua dihimbau untuk merubah pola asuhnya. Cobalah untuk bersikap tegas dan tidak
terlalu berlebihan ketika memanjakan anak, berilah kebebasan kepada mereka untuk melakukan
hal-hal sesuai kemampuannya. Anak yang memiliki sindrom Peter Pan akan mengalami masalah
di tempat kerja dan pergaulan sosial saat dewasa. Oleh karena itu, orangtua harus memastikan
hal tersebut tidak terjadi.
Sindrom Peter Pan di Tempat Kerja
Dalam tulisan yang dirilis situs Pyschology Today, personal and career coach Marty
Nemko Ph.D., menjelaskan mengapa orang-orang cerdas bisa gagal akibat sindrom Peter Pan.
Keengganan untuk bertumbuh mengarahkan orang-orang pada stagnansi dalam kariernya.
Nemko berkata, ada beberapa manifestasi dari sindrom ini yang berbahaya dalam karier dan
kehidupan.

1. Keengganan untuk bekerja ketika kehilangan motivasi. Merasa dirinya moody, padahal
ini merupakan hal mendasar untuk mencapai kesuksesan dan bukan pilihan mereka yang
memimpikan karier cermelang.
2. kecenderungan untuk mencoba-coba. Bukan sesuatu yang salah, jika seseorang ingin
mengeksplorasi hal baru. Namun, hanya segelintir orang yang mampu menguasai hal-hal
yang mereka coba. Ketidakinginan untuk fokus pada suatu bidang kerap menjadi faktor
penyebab kegagalan.
3. Kurangnya ketertarikan untuk membentuk jaringan. Hal ini menyebabkan terancamnya
karier seseorang. Menyediakan upaya dan waktu untuk membuat koneksi adalah salah
satu langkah yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai dunia professional.
4. Terpaku pada cita-cita yang begitu tinggi. Bermimpi menjadi sosok yang ternama,
menjalani atau menekuni sesuatu berdasarkan idealism tentu bukan hal terlarang. Akan
tetapi perlu diingat, kesuksesan yang instan dan bertahan lama itu hanya mitos.
Dampaknya, mereka kerap menutup mata terhadap kemungkinan mengerjakan at au
melakukan hal lain yang lebih riil dan konkrit di depan mata untuk memenuhi
serangkaian kebutuhan hidup.
5. Orang-orang yang mengalami sindrom ini, tak jarang ditemukan terlibat dengan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan alcohol.
6. Mereka menolak tumbuh pun sering menyalahkan orangtua, pasangan, atau mantan
atasannya atas kegagalan yang mereka kecap. Pilihan untuk bergeming dan hanya
menyalahkan pihak-pihal luar ketika berada di situasi yang tidak diinginkan,
menunjukkan seseorang yang tidak mampu memaafkan serta melupakan kejadian di masa
lampau.
7. Sindrom Peter Pan juga menyebabkan seseorang merasa malas mencari pekerjaan dengan
tekun. Nemko menjelaskan ketika seseorang sungguh-sungguh dalam mencari pekerjaan,
ia akan berusaha untuk mempromosikan diri sebaik mungkin, membangun relasi seluas
mungkin, menciptakan profil Linkedln yang menarik dan sederet portofolio, juga rajin
melakukan tindak lanjut setelah melakukan wawancara kerja.

Orang dengan Peter Pan Syndrome akan mengabaikan hal-hal tersebut. Alasannya karena
mereka merasa nyaman dengan keadaannya sekarang meski teman-teman, atau keluarganya
menganggap ia dapat menjadi lebih baik lagi.
Humbelina Robles Ortega, menyatakan bahwa orang yang mengidap sindrom ini
biasanhya akan merasa khawatir akan kesendirian. Hal ini membuat mereka senantiasa mencari
kawan yang bisa memenuhi kebutuhannya.

“Mereka menjadi cemas ketika mendapat evaluasi dari rekan kerja at au atasannya. Ini
dikarenakan mereka cenderung intoleran terhadap kritisme. Kadang kala, mereka memiliki
masalah serius saat dituntut beradaptasi di tempat kerja atau dalam relasi personal,” paparnya di
situs Science Daily.

Bertumbuh kembang bukan lagi opsi bagi mereka yang ingin bersinar di tempat berkarya
dan memiliki hubungan yang langgeng, melainkan suatu hal yang mutlak. Jika anda merasakan
sindrom Peter Pan, maka harus segera mengambil sikap. Belum terlambat untuk memutuskan
hengkang dari zona nyaman dan mengucapkan selamat datang pada tantangan baru.

Apa Saja Cara yang Bisa Dilakukan Untuk Menyadarkan Mereka?


Ada dua cara untuk menyadarkan mereka, yaitu:

1. Menyedarkan mereka terhadap konsekuensi yang akan datang, bahwa tidak ada cara lain
untuk menyelamatkan mereka selain menjadi dewasa.
2. Seseorang yang sangat penting bagi mereka, berhenti untuk terlalu melindungi atai
membiarkan dipermainkan oleh mereka.

Pengaruh keluarga, terutama orangtua dalam membesarkan anak laki-lakiya ternyata


memili andil cukup nesar terhadap proses kedewasaannya. Hal ini juga termasuk pada
kemungkinan munculnya Sindrom Peter Pan pada diri anak laki-lakinya.

Menjadi dewasa bukan suatu hal yang menakutkan dan dapat ditolak begitu saja. Diri
yang menolak untuk menjadi dewasa adalah tindakan yang akan merugikan diri sendiri untuk ke
depannya. Rasa tanggung jawab pada orang dewasa bukan beraarti melakukan hal yang tidak
disukai dan berpura-pura menyukainya. Akan tetapi, bagaimana kemampuan kita untuk
merespon segala bentuk situasi yang ada dengan kebenaran dan ganjaran yang menyenangkan.
Daftar Pustaka
Sindrom Peter Pan: https://www.halodoc.com/kesehatan/sindrom-peter-pan

Sindrom Peter Pan Bikin Pria Dewasa Bertingkah Seperti Anak-anak:


https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/apa-itu-sindrom-peter-pan/

Waspada Pola Asuh yang Bisa Membuat Anak Alami Sindrom Peter Pan:
https://amp.tirto.id/bahaya-menjadi-peter-pan-chso#aoh=15940045693760&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s

Sindrom Peter Pan: Lelaki yang Tidak Ingin Menjadi Dewasa:


https://pijarpsikologi.org/sindrom-peter-pan/amp/

Anda mungkin juga menyukai