Anda di halaman 1dari 287

PSIKOLOGI

ABNORMAL
TRIANTORO SAFARIA, PhD. Psikolog.
.
Apa yang disebut Psikologi Abnormal?
 Psikologi Abnormal: merupakan bagian dari bidang
ilmu psikologi yang berkaitan dengan pemahaman,
penanganan/treatment dan pencegahan dari perilaku
abnormal.
 Sekarang merupakan bagian dari psikologi klinis :
bidang profesional yang secara mendalam
memfokuskan pada penelitian, asesmen, intervensi
dan pencegahan terjadinya perilaku abnormal
Psikologi Abnormal (lanjutan)
 Bidang lain yang berhubungan dengan psikologi abnormal:
 Psikiatri yang merupakan salah satu bidang dari
kedokteran.
 Pekerja Sosial: yang memfokuskan pada analisa
lingkungan sosial dan menyediakan pelayanan
untuk membantu penyesuaian diri pasien
dikeluarga dan lingkungan sosial.
Psikologi Abnormal (lanjutan)
 Psikopatologi adalah istilah lain yang berarti
bidang yang mempelajari perilaku abnormal
 Para profesional bekerja untuk menentukan definisi dari
“normal” dan “abnormal” dan mengembangkan kriteria untuk
menentukan perbedaan antara keduanya dalam kehidupan
sehari-hari  bukanlah hal yang MUDAH…

9
Klasifikasi Vs Labeling
 Labeling: memberi cap atau label seseorang
dalam klasifikasi atau penggolongan tanpa
tujuan yang jelas  dampak kurang positif
 Tugas profesional: klasifikasi perlu untuk
menetapkan diagnosis pada klien atau pasien

10
Tujuan Klasifikasi
 Komunikasi suatu gangguan secara mudah
 Kontrol/pengendalian: merupakan tujuan paling
penting dari klasifikasi karena memungkinkan
pengendalian gangguan, melakukan pencegahan
serta memilih atau mengubah terapi
 Pemahaman: penyebab, proses terjadi dan
bertahannya gangguan

11
Klasifikasi dan Diagnosis
 Klasifikasi: memilah dan menggolongkan dimensi
atau kategori utama psikopatologi anak dan
keterkaitan antar kategori tersebut
 Diagnosis: menetapkan kategori atau
klasifikasi bagi suatu gejala atau sindrom
(sekumpulan gejala yang sering ada bersama
dan mengikuti jalur perkembangan yang
sama)
Sejarah Perkembangan
Psikologi Abnormal
Demonologi Awal
Para arkeolog menemukan kerangka manusia
Zaman Batu dengan lubang sebesar telur pada
tengkoraknya.
Interpretasi yang muncul terhadap lubang tersebut
adalah bahwa nenek moyang kita di zaman
prasejarah percaya bahwa perilaku abnormal
merefleksikan adanya pengaruh dan serangan
dari roh-roh jahat.
Menggunakan teknik yang disebut trephination
yaitu menciptakan sebuah jalur melalui tengkorak
sebagai jalan keluar bagi roh jahat tersebut.
Tengkorak Trephination
Tata Cara Trephination: Ilustrasi
Lanjutan demonologi

Demonologi merupakan suatu doktrin yang


menyebutkan bahwa perilaku abnormal
seseorang disebabkan oleh pengaruh roh
jahat atau kekuatan setan.
Demonologi ditemukan dalam budaya
Cina, Mesir dan Yunani.
Pada zaman Yunani Kuno, orang-orang
yang berperilaku abnormal sering dikirim
ke kuil untuk persembahan pada
Aesculapius, yaitu Dewa Penyembuhan.
Lanjutan demonologi

Para pendeta percaya


bahwa Aesculapius akan
mengunjungi orang-
orang yang menderita
ketika mereka tertidur di
dalam kuil dan
memberikan
penyembuhan melalui
mimpi.
Penjelasan Fisiologis Awal terhadap Gangguan Mental pada
Masa Roma dan Yunani Kuno

Abad 5 SM, Hippocrates (Bapak


Kedokteran; penemu ilmu medis
modern) memisahkan ilmu medis
dari agama, magic dan takhyul. Ia
menolak keyakinan yang
berkembang pada masa Yunani itu
bahwa Tuhan (dewa) mengirimkan
penyakit fisik dan gangguan mental
sebagai bentuk hukuman.
Lanjutan penjelasan fisiologis…

Hippocrates menjelaskan tentang pentingnya


otak dalam mempengaruhi pikiran, perilaku
dan emosi manusia. Menurutnya, otak
adalah pusat kesadaran, pusat intelektual
dan emosi. Sehingga jika cara berpikir dan
perilaku seseorang menyimpang atau
terganggu berarti ada suatu masalah pada
otaknya (otaknya terganggu).
Ia merupakan pelopor somatogenesis –
suatu ide yang menyebutkan bahwa kondisi
soma (tubuh) mempengaruhi pikiran dan
perilaku individu. Jika soma (tubuh)
seseorang terganggu, maka pikiran dan
perilakunya juga akan terganggu.
Lanjutan penjelasan fisiologis…

Hippocrates mengklasifikasikan gangguan


mental ke dalam tiga kategori yaitu:
1. mania untuk mengacu pada kegembiraan
yang berlebihan,
2. melancholia untuk menandai depresi yang
berlebihan dan
3. frenitis (demam/peradangan otak) untuk
menandai bentuk perilaku aneh.
Ia lebih percaya pada hal-hal yang bersifat
natural daripada supranatural. Hippocrates
percaya bahwa suatu pola hidup tertentu
akan mempengaruhi kesehatan otak dan
tubuh.
Lanjutan penjelasan fisiologis…

Ketiga kategori gangguan mental tersebut


sampai sekarang masih digunakan dalam
DSM IV dengan nama yang berbeda:
1. Mania masuk menjadi salah satu
kategori dalam Gangguan Mood yaitu Bipolar
(manik-depresif)
2. Melancholia Depresi
3. Frenitis Skizofrenia
Lanjutan penjelasan fisiologis…

 Selain Hippocrates, ada juga


dokter dari Roma yang mencoba
memberikan penjelasan
naturalistik tentang gangguan
psikotik. Mereka adalah
Asclepiades dan Galen.
Keduanya mendukung perlaku-
an yang lebih manusiawi dan
perawatan di rumah sakit bagi
para penderita gangguan mental.
Zaman Kegelapan (The Dark Ages) dan kembalinya demonologi

 Kematian Galen (130 – 200 M), sebagai


dokter terakhir pada masa klasik Yunani
menandai dimulainya Zaman Kegelapan bagi
dunia medis dan bagi perawatan serta studi
tentang perilaku abnormal.
 Pada Zaman Pertengahan dan Renaissance
(400 – 1500 M), kalangan gereja dan Kristen
meluaskan pengaruhnya. Gangguan mental
kembali dihubungkan dengan pengaruh
spiritual dan supranatural (Demonologi).
Lanjutan zaman kegelapan…
 Para pemuka agama pada masa itu
melakukan suatu upacara untuk
mengeluarkan pengaruh roh jahat dari
tubuh seseorang. Metode tersebut
dinamakan exorcism.
 Rennaisance bermula di Italia pada tahun
1400-an dan menyebar secara
berangsur-angsur ke seluruh Eropa.
Zaman ini dianggap sebagai peralihan
dari dunia pertengahan menuju dunia
modern. Ironisnya, ketakutan akan
penyihir juga mengalami peningkatan,
terutama pada akhir abad ke-15 sampai
akhir abad ke-17.
Lanjutan zaman kegelapan…

Perwakilan Gereja Katolik Roma meyakini


bahwa penyihir membuat perjanjian dengan
iblis, mempraktekkan ritual setan dan
melakukan tindakan-tindakan mengerikan
seperti memakan bayi dan meracuni hasil
panen.
Pada tahun 1484, Pope (Paus) Innocent VIII
meminta kepada para pendeta di Eropa
untuk mencari para tukang sihir dan
mengumumkan hukuman mati bagi penyihir.
Selama dua abad berikutnya, lebih dari
100.000 orang yang dituduh sebagai tukang
sihir telah dibunuh.
Lanjutan zaman kegelapan…

Untuk menemukan tukang sihir dibuat buku


panduan dan dilakukan “tes terapung”.
Tertuduh yang tenggelam dan terbenam
dianggap tidak bersalah sedangkan tertuduh
yang dapat mempertahankan kepala mereka
di atas permukaan air dianggap bersekutu
dengan iblis. Apapun hasilnya mereka akan
mati?!
Witch hunting mulai mereda pada abad 17
dan 18. Di Spanyol pada tahun 1610,
berbagai tuduhan terhadap tukang sihir yang
ditangkap dinyatakan batal.
Lanjutan zaman kegelapan…
Di Swedia, pada tahun 1649, Queen
Christina memerintahkan untuk
membebaskan semua tukang sihir kecuali
mereka yang benar-benar terbukti
melakukan pembunuhan.
Di Perancis, tahun 1682, Raja Louis XIV
mengeluarkan dekrit tentang pembebasan
tukang sihir.
Eksekusi terakhir terhadap tukang sihir
dilakukan di Swiss pada tahun 1782. Sampai
akhir Zaman Pertengahan, semua penderita
gangguan mental dianggap sebagai tukang
sihir.
Awal Pembangunan Asylums

 Jauh sebelum Barat mengenal metode


penyembuhan penyakit jiwa berikut tempat
perawatannya, pada abad ke-8 M di Kota
Baghdad, menurut Syed Ibrahim B PhD dalam
bukunya berjudul "Islamic Medicine: 1000 years
ahead of its times“
(http://www.ishim.net/ishimj/2/01.pdf dan untuk
buku kompilasinya bisa dilihat di:
http://www.scribd.com/doc/11030166/Islamic-
Medicine-Compiled-ebook), rumah sakit jiwa
atau insane asylums telah didirikan para dokter
dan psikolog Islam beberapa abad sebelum
peradaban Barat menemukannya.
 Hampir semua kota besar di dunia Islam pada
era keemasan telah memiliki rumah sakit
jiwa. Selain di Baghdad ibu kota
Kekhalifahan Abbasiyah insane asylum juga
terdapat di kota Fes, Maroko. Selain itu,
rumah sakit jiwa juga sudah berdiri di Kairo,
Mesir pada tahun 800 M.
 Pada abad ke-13 M, kota Damaskus dan
Aleppo, Suriah juga telah memiliki rumah
sakit jiwa.
 Dr Emilie Savage-Smith dari St Cross College
di Oxford mengungkapkan, Islam adalah
peradaban pertama yang memiliki rumah
sakit. Menurut dia, rumah sakit pertama di
dunia dibangun Kekhalifahan Abbasiyah di
kota Baghdad, Irak sekitar tahun 800 M.
''Rumah sakit yang berdiri di Baghdad itu
lebih mutakhir dibandingkan rumah sakit di
Eropa Barat yang dibangun beberapa abad
setelahnya,'' papar Savage-Smith
 Savage-Smith mengungkapkan, rumah sakit
(RS) Islam terbesar di zaman keemasan
dibangun di Mesir dan Suriah pada abad ke-
12 dan 13 M. Pada masa itu, RS Islam sudah
menerapkan sistem perawatan pasien
berdasarkan penyakitnya. Menurut Savage-
Smith, pembangunan sebuah sistem rumah
sakit yang begitu luas merupakan salah satu
pencapaian terbesar dalam peradaban Islam
pada abad pertengahan.
 Selain itu, peradaban Islam juga sudah
memiliki rumah sakit jiwa atau insane
asylum. Menurut dia, masyarakat Muslim
juga tercacat sebagai yang pertama
mendirikan dan memiliki rumah sakit jiwa.
Rumah sakit pada era keemasan Islam juga
berfungsi sebagai tempat perawatan para
manusia lanjut usia (manula) yang
keluarganya kurang beruntung.
 Rumah sakit Islam pada era kejayaannya
terbuka bagi semua; laki-laki, perempuan,
warga sipil, militer, kaya, miskin, Muslim dan
non-Muslim. Pada masa itu, rumah sakit
memiliki beragam fungsi yakni sebagai; pusat
perawatan kesehatan, rumah penyembuhan
bagi pasien yang sedang dalam tahap
pemulihan dari sakit atau kecelakaan.
Pembangunan Asylums selama Renaissance (Zaman
Pencerahan)

 Pada abad 15 dan 16, di Eropa mulai


dilakukan pemisahan dengan serius antara
penderita gangguan mental dari kehidupan
sosialnya. Disana dibangun suatu tempat
penampungan yang disebut Asylums. Di
asylums itu ditampung dan dirawat penderita
gangguan mental dan para gelandangan.
Mereka dibiarkan untuk tetap bekerja dan
tidak diberi suatu aturan hidup yang jelas.
Lanjutan pembangunan asylums…
 Tahun 1547, Henry VIII membangun London’s
Hospital of St. Mary of Bethlehem (kemudian terkenal
dengan nama Bedlam – kata yang umum digunakan
pada saat itu untuk menyebut rumah sakit), sebagai
rumah sakit pasien gangguan mental. Kondisi di
Bedlam saat itu cukup menyedihkan: suasananya
sangat bising, para penghuninya dirantai di tempat
tidur mereka dan dibiarkan terbaring di tengah
kotoran mereka atau berkeluyuran tanpa ada yang
membantu. Kemudian Bedlam berkembang menjadi
hiburan masyarakat untuk mencela dan menonton
tingkah laku orang sakit jiwa tersebut. Bedlam sendiri
kemudian menyediakan tiket untuk dijual kepada
masyarakat.
Gerakan Reformasi : the insane as sick

Konsep baru tentang gangguan dan penyakit


mental muncul dalam Revolusi Amerika dan
Perancis sebagai bagian dari proses
pencerahan (renaisans) bidang
rasionalisme, humanisme dan demokrasi
politik. Orang gila (insane) kemudian
dianggap sebagai orang sakit.
Chiarugi di Italia dan Muller di Jerman
menyuarakan tentang treatment rumah sakit
yang lebih humanis. Tetapi perwujudan
konsep baru dalam bidang ini dipelopori oleh
Phillipe Pinel (1745 – 1826).
Lanjutan gerakan reformasi….

Pinel kemudian memulai pekerjaannya


dari asylums di Paris yang bernama La
Bicetre. ) pada tahun 1793. Kemudian
pada tahun 1795 dia ditempatkan di
Salpetriere (rumah sakit jiwa untuk
wanita).
Ia membebaskan pasien dari ikatan rantai
dan pasung kemudian
memperlakukannya sebagai seorang
yang sakit dan tidak diperlakukan seperti
seekor hewan.
Lanjutan gerakan reformasi….

 Pinel berpendapat bahwa rumah sakit


seharusnya merupakan tempat untuk
treatment bukan untuk mengurung.
Menurutnya, pasien gangguan mental pada
dasarnya adalah orang normal yang
selayaknya didekati dengan perasaan iba,
memahami mereka serta diperlakukan
sesuai dengan martabatnya sebagai
individu. Pinel juga menentang adanya
hukuman dan pengusiran bagi para
penderita gangguan mental.
Benjamin Rush’s Methods

Rush dkk berpikir gangguan mental dapat dilawan


dengan ketakutan yang diinduksi oleh metode
mereka
Source of illustration: National Library of Medicine.
Copyright © The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.
Model
Alternatif

 Model medik
 Mesmerism,
Hypnotisme
 Psychoanalytic
Model
 Psychoanalysis
 Psychotherapy
Source of illustration: Corbis/Bettmann.
Copyright © The McGraw-Hill Companies, Inc. Permission required for reproduction or display.
Kriteria Abnormalitas
 Suatu ilmu yang mempelajari perilaku
abnormal-menyimpang:
 Kriteria perilaku abnormal

 Infrequency as abnormality  The


Statistical definition  tinggi badan,
adanya delusi, halusinasi
Kriteria abnormalitas
Feeling discomfort as abnormality  The
experiential definition Cemas, depresi,
merasa sendiri, sakit fisik

Breaking the law as abnormality  The legal


definition  mencoba bunuh diri

Social unacceptability as abnormality  The


cultural situation definition
TUJUH UKURAN ABNORMAL
(DSM IV)
 Distress-disability
 Maladaptiveness
 Irrationality
 Unpredictability
 Unconventionality and Statistical
rarity
 Observer discomfort
 Violation of moral and standards
Three D’s of Abnormality
 These criteria can perhaps be summarized as
the ‘three Ds’:
 distress
 dysfunctional
 dangerous.
DIAGNOSIS MULTIAXIAL
 Pedoman diagnosis yang sekarang banyak digunakan
diseluruh dunia adalah DSM yang singkatan dari “
Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders”. Berlandaskan pada model medis dan
bersifat kategorikal.
 Dikembangkan pertama kali oleh American
Psychiatric Association pada tahun 1952.
 Tujuannya adalah untuk menciptakan manual dan
pedoman dalam menklasifikasikan gangguan
psikologis untuk keperluan menegakkan diagnostik.
Sejarah DSM
 Tahun 1952 = DSM-I
 Tahun 1968 = DSM-II
 Tahun 1980 = DSM-III
 Tahun 1987 = DSM III-R
 Tahun 1994 = DSM-IV
 Tahun 2000 = DSM IV-TR (text revision)
 Pembuatan DSM melalui beberapa tahap
penyempurnaan sehingga menghasilkan seri DSM
terakhir yang lebih reliabel dan valid untuk
digunakan sebagai manual diagnosis gangguan
psikologis.
Diagnosis Multiaxial
 Diagnosis multiaksis terdiri dari lima aksis, dgn
kategori gangguan yg berbeda sbb yaitu :
 Aksis I : Semua Gangguan Psikologis selain
Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental.
 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi
Mental/gangguan belajar
 Aksis III : Kondisi medis/penyakit fisik
 Aksis IV : Masalah Psikososial dan lingkungan
 Aksis V : Global assesment of functioning.
Diagnosis Multiaksial
 Pada aksis III : kondisi medis umum meliputi
penyakit fisik seperti diabetes, jantung, stroke,
dll.
 Aksis IV : masalah psikososial danlingkungan
meliputi yaitu masalah perkawinan,
pekerjaan, sekolah, dll.
 AKSI V : menjelaskan ttg keberfungsian
individu berkisar antara skor 1 (paling rendah)
– 100 (paling optimal).
Paradigma Etiologi Abnormalitas
Psychological perspective
 Terdapat empat mazhab pemikiran dan terapi
psikologi sejak abad ke 19, keempatnya memiliki
penjelasan teoritis tentang etilogis abnormalitas
yang sangat berbeda:
 Psychoanalytic: menekankan pada childhood
trauma and ketidaksadaran (the unconscious) sebagai
penyebab abnormalias di masa dewasa (adulthood).
 Humanistic: munculnya abnormalitas menekankan
pada akibat deviasi (keterlemparan) dari dorongan
self-actualization.
Psychological perspective
 Behavioural: menekankan psychopathology
muncul sebagai akibat dari conditioning
processes/learning process.
 Cognitive or cognitive behavioural:
mengasumsi bahwa penyebab
psychopathology karena adanya
inappropriate, dysfunctional cognitions
processes.
 Table 2.1 Some adult personality characteristics associated with a failure
to progress through Freud’s development stages

Stage Associated problems


 Oral Depression, narcissism, dependence
 Anal Obsessive-compulsive
disorder, sadomasochism
 Phallic Gender identity problems, antisocial personality
 Latent Inadequate or excessive self-control
 Genital Identity diffusion
 Table 2.2 Some Freudian defence mechanisms

Defence Definition
 Repression Blocking threatening material from
consciousness
Example
An adult who cannot recall being abused as a child
 Denial Preventing threatening material from entering
consciousness
Example
A parent who cannot accept the death of their child
 Projection Attributing one’s own unacceptable impulse or
action to another
Example
Someone who denies their homosexuality, and
considers that homosexuals are constantly making
sexual approaches
Behavioural approaches
 Perilaku ditentukan oleh stimulus eksternal (Behaviour is
determined by external events)
 Pengalaman belajar masa lalu, mempengaruhi perilaku saat
ini (Past learning experiences drive present behaviour).
 Perubahan perilaku dapat dilakukan melalui manipulasi
langsung stimulus eksternal (Behavioural change can be
achieved through direct manipulation of external events;
there is no need to explore or change the individual’s
‘psyche’ or ‘inner world’).
 The principles of learning are subject to scientific
exploration and hold across all species: studies in rats and
mice inform our understanding of human behaviour.
CLASICAL CONDITIONING
 Prinsifnya stimulus netral (neutral stimulus)
menjadi stimulus terkondisi (conditioned
stimulus) dan memunculkan respon
terkondisi (conditioned response)
(identical to the unconditioned one).
 Learn to associate between the neutral
stimulus and unconditioned stimulus
CLASICAL CONDITIONING
 This response has three components: a
behavioural element involving avoidance or
escape from the feared object, a high state of
physiological arousal evident through a
variety of symptoms including physical
tension, increased startle response, tremor or
sweating, and the emotion of anxiety and
fear.
CLASICAL CONDITIONING
 Penjelasan behavioral ttg phobia : terjadi
karena adanya pengalaman terkondisi
(conditioning experience) dimana objek yg
ditakutkan diasosiasikan dengan pengalaman
rasa takut di masa lalu. Adanya conditioned
stimulus yang memicu munculnya
conditioned fear response.
Operant conditioning
 Primary reinforcement seperti makanan dan
conditioned reinforcement penguatan yg
memiliki asosiasi dgn penguatan primer.
 Skinner’s basic premise was that behaviour
that is rewarded (reinforced) will increase
in frequency or be repeated; that which is
not rewarded or is punished will decrease in
frequency or not be repeated.
Socio-cultural models
 Model sosial kultural ini menegaskan bahwa
abnormalitas terjadi akibat faktor sosial
mulai dari faktor pola asuh/komunikasi
keluarga hingga faktor sosio-ekonomik
(pengangguran, tempat tinggal, kelas sosio-
ekonomik, minoritas, dll).
Socio-cultural models
 Social drift theory : ganguan mental atau
psikologis menyebabkan keterpurukan
individu dari sisi sosial ekonomi. That is,
mental health problems cause a decline in
socio-economic status. Contohnya mereka
menjadi tidak bisa bekerja dan di PHK akibat
gangguan psikologis yg dialaminya.
Socio-cultural models
 Social stress. Individu dari kelas sosio-
ekonomi bawah cenderung memiliki beban
stress yang tinggi, dibandingkan dengan
individu kelas atas.
 Lack of resources. Terkiat dengan
kekurangan sumber daya yang berguna bagi
pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Perspektif Biologis
TEJADINYA GANGGUAN JIWA
Interaksi Multipel Faktor
taruma pengalaman/
gen ekspresi gen virus toksin nutrisi
persalinan stresor

struktur dan fungsi otak


perkembangan dan degenerasi otak, perubahan plastisitas dalam berespons terhadap
pengalaman, kimia otak, perubahan dalam berespons terhadap obat dan psikoterapi

fungsi jiwa
kesadaran, kewaspadaan, atensi, berbahasa, emosi, memori, proses pikir

keunikan seseorang dalam dunia sosial spesifik


perilaku individu dan responsnya terhadap lingkungan sosial dan personal

gangguan mental spesifik


skizofrenia, gangguan mood, demensia, gangguan cemas
65
INTERAKSI GEN DENGAN
LINGKUNGAN

A: sakit
Risiko
lingkungan B:kondisi spektrum
A C: normal

Predisposisi Genetik

66
STRES AKUT

LC   MEDULA ADRENAL   NOREPINEFRIN 

FUNGSI VEGETATIF 
KEWASPADAAN 
KETERJAGAAN 

67
Gamma aminobityric acid (GABA)
 Menurut hasil penelitian, munculnya gangguan
tersebut di atas akibat adanya disfungsi neuron-
neuron yang secara normal memproduksi gamma
aminobityric acid (GABA) secara otomatis ketika
individu berada pada kondisi puncak kecemasannya.
Ketika arousal yang tinggi terjadi dalam diri
individu secara otomatis GABA mengikat neuron,
sehingga menurunkan tingkat arousal yang tinggi,
dan dengan turunnya tingkat arousal fisiologis ini
secara langsung menurunkan keadaan cemas dalam
diri individu.
 Pengobatan dengan benzodiazepam seperti
diazepam (valium) atau chlor-diazepam
(librium) menurunkan kecemasan klien. Hal
ini disebabkan karena obat tersebut mengikat
GABA neruoreseptor sehingga
mengakibatkan penurunan dalam tingkat
arousal dan pengalaman cemas individu.
Perspektif Diathesis-Stress
 Perspektif ini menegaskan bahwa baik factor
kerentanan biologis (gen, struktur otak) atau
psikologis (pola pikir, sikap negative) dan stressor
dalam kehidupan berperan dalam memunculkan
gangguan jiwa.
 Teori ini menegaskan bahwa tiap individu memiliki
kerentanan yang berbeda secara biologis dan
psikologis. Ketika orang yang rentan secara biologis
dan psikologis mendapatkan stresors atau tekanan
hidup yang berat. Maka stressor ini akan memicu
munculnya gangguan jiwa.
PENGUKURAN ABNORMALITAS
 Mengandung evaluasi tentang status
psikologis seseorang  dilakukan untuk
 Diagnosis
 Menentukan kapasitas mental
 Memprediksi
 Kesesuaian individu dengan pekerjaan tertentu
 Menentukan apakah individu secara mental dapat
dituntut
Pengukuran Abnormalitas
 Beberapa alat pengukuran
 Wawancara
 Tes psikologis  kepribadian
 Observasi perilaku
 Pengukuran psikofisiologis
 Fisik
 Neuropsikologis
Pengukuran Abnormalitas
 Pemeriksaan status mental
 Tingkahlaku  gerakan badan, katatonia, kompulsi
 Orientasi  waktu, tempat dan identitas
 Isi fikiran  obsesi yaitu pikiran dan bayangan yang
repititif yang tidak dikehendaki dan masuk dalam alam
kesadaran individu. Kompulsi  tingkahlaku yang
repititif yang berhubungan dg adanya obsesi. Delusi 
Kepercayaan yang tidak sesuai dengan nalar dan
kebudayaan
 Gaya berfikir dan bahasa  tidak logis dan tidak
sistimatik
Pengukuran Abnormalitas
 Afek dan suasana hati  ekspresi emosi yang dapat
dilihat orang lain
 Sedih akan tetapi tertawa
 Bicara monoton, tanpa ekspresi
 Suasana hati kadang disforik-euforik berganti-ganti
 Pengalaman persepsi  halusinasi dan ilusi
 Perasaan diri  depersonalisasi. Kekacauan
identitas
 Motivasi
 Intelegensi-insight
Pengukuran Abnormalitas
 Testing psikologis
 Pengukuran behavior  ABC
 Pengukuran fisiologis  pengukuran dan
analisis aktivitas otak  Brain electrical
activity mapping (BEAM)
 Pengukuran neuropsikologis  MRI-PET
 Diagnosis dan diagnosis deferensial
 Merencanakan treatment  dengan segera,
tujuan jangka pendek-panjang
The ABCs of Observation

Antecendent
Observational
Behavior
Assessment
Focussesion Consequences
A Schematic view of the clinical
assessment process

Planning data Collecting Data processing Communicating


Collection Assessment And hypothesis Assessment data
procedures data Formation
Value of Assessment depend on
 Reliability  the degree to which a
measurement is consistent
 Validity  the degree to which a technique
measures what it is designed to measure
 Standardization  Application of certain
standards to ensure consistency across
different measurement
Abnormalitas
Mild Moderate Severe
NORMAL
Disorder Disorder Disorder

Continuity
Discontinuity
Normal Mild
Disorder
Moderate
Disorder

Severe
Disorder
Macam Penanganan
Abnormalitas
 Macam treatment
 Kelompok
 Individual
 Keluarga
 lingkungan
ANXIETY DISORDER
(CEMAS-TAKUT DAN PANIK)
 Kecemasan
 Kondisi suasana hati
 Emosi-perasaan yang negatif
 Ketegangan anggauta badan
 Rasa cemas tentang masa depan
 Ditandai dengan perilaku
 Cemas dan khawatir
 Gugup
 Perubahan fisiologis
 Jantung berdetak lebih keras
 Ketegangan otot
Anxiety Disorder
 Takut
 Suatu tanda yang tiba-tiba sebagai reaksi terhadap bahaya
 Bentuk reaksi yang mengikut sertakan sistem syaraf
otonom
 Reaksi yang nampak dapat flight atau fight
 Kecemasan
 Bentuk reaksi yang masih dapat diorganisir
 Nilai realitasnya masih baik
 Subjek masih dapat memisahkan penderitaannya dg
fantasi subjektivitas dan realitas dunia luar
Anxiety Disorder
 Dalam kehidupan sehari-hari siapa saja dapat
mengalami kecemasan
 Tanda-tandanya
 Ketegangan fisiologis
 Emosional
 Ketakutan
 Yang ditandai denmgan suatu sebab khusus-
peristiwa
Anxiety Disorder
 Pengolongan gangguan cemas:
 Anxiety state
 Panic attack
 Generalized anxiety
 Phobic disorder
 Simple/Object phobia
 Situational phobia
 Socia phobia
 Obsessive-compulsive disorder
 Obsessive reaction
 Compulsive reaction
Anxiety disorder
- Pengolongan gangguan cemas
 PTSD – Post traumatic stress disorder

 Separation anxiety
Anxiety Disorder
 Macam
 Sterss related adjustmen disorder/PTSD

 PANIC ATTACK
 Perasaan takut yang kuat-hebat  ada doronag untuk
bunuh diri
 Suatu reaksi yang tiba-tiba dan menyeluruh sifatnya
tanpa dapat diantisipasi
 Diiringi dengan gejala fisik
 Jantung berdetak keras
 Dada sesak
 Bernafas sulit
 pusing
Anxiety disorder
 Ada tiga macam reaksi panik
 Situationally bound
 Unexpected
 Situationally predisposed

 GENERALIZED ANXIETY DISORDER


 Rasa cemas yang bersifat konstan
 Ketegangan motorik
 Syaraf otonom hiperaktif
 Khawatir yang berlebihan
 Kewaspadaan yang berlebihan
Anxiety Disorder
 Phobic disorder
 Ketakutan yang kuat dan tidak masuk akal
 Menjadi terganggu jika :
 Objek ketakutan ada disekitar lingkungannya
 Kemampuannya terganggu

 Macamnya :
 Simple/object phobia
 Ketakutan terhadap objek tertentu
 Sifatnya tunggal dan khusus  anjing, binatang kecil
Anxiety Disorder
 Situational phobia
 Ketakutan pada situasi umum (Agoraphobia)
 Sifatnya jauh lebih mengganggu  takut tempat
terbuka
 Social phobia
 Jarang terjadi
 Takut tampil;, merasa perpenampilan bodoh waktu
berbicara, menulis dan makan
Anxiety Disorder
 Obsessive-Compulsive
 Cara individu untuk mengontrol kecemasan dengan
intelektualisasi dan ritual
 Obsessive Compulsive Disorder
 Obsessive reaction
 Adanya ide, fikiran yang berulang
 Bersifat ego distonik
 Dimulai pada remaja dewasa awal
 Obs. Seksual
 Obs. Permusuhan
 Compulsive reaction
 Tingkahlaku berulang
 Tampak bertujuan dan ditampilkan secara stereotype
Anxiety Disorder
 Stress related adjustment disorder (PTSD)
 Adanya tekanan yang menyebabkan ketakutan
karena kejadian traumatic
 Disebabkan karena stresor dari luar
 Perang, kecelakaan dan bencana alam
 Acute stress reaction
 Chronic post traumatic disorder
GANGGUAN CEMAS

 Gejala-gejala Gangguan Cemas:

 Kemasan berlebihan yang berulang


 Gejala fisik, misalnya gemetar, otot tegang, berdebar-
debar, pucat, konsentrasi buruk, sakit kepala, mual
 Tidak bisa tidur, kewaspadaan , mudah kaget

95
HIPERAKTIVITAS AKSIS HPA

96
NEUROTRANSMITER PADA GANGGUAN CEMAS

97
Somatic symptom disorder and
related disorders) AND
DISSOCIATIVE DISORDER
 Somatic symptom disorder
 Hypochondriasis (illness anxiety
disorder)
 Somatic symptom disorders
 Conversion disorder
SOMATIC SYMPTOM disorder
lanjutan……
 Motor conversion
Conversion convulsion
Astasia abasia
Writers cramp
Hysterical aphoni
 Autonomic conversion
Pseudocyesis-Phantom pregnancy
 Pain disorder-psychogenic disorder
 Dissociative disorder
Dissociative amnesia
Dissoiciative fugue
Dissociative trance disorder
Dissociative identity disorder
SOMATIC SYMPTOM
DISORDER
 Gangguan tipe somatoform merupakan bentuk
gangguan kecemasan yang tidak begitu jelas, karena
dimunculkan dalam bentuk keluhan fisik
 Pada DSM III gangguan somatoform dibagi menjadi
dua
 Melibatkan gejala-gejala fisik artinya tampak betul
gangguan fisiknya
 Gangguan somatisasi/somatozation
 Psychogenic pain
 hypochondriasis
Somatic symptom disorders
 Merupakan gangguan somatis yang dikeluhkan secara berulang-ulang dan
macam-macam keluhan yang membutuhkan perhatian medis
 Secara medis tidak ada bukti
 Adanya pikiran, perasaan dan perilaku eksesif yang berhubungan dengan
symptom somatic. Yang dintunjukan dengan:
 1. pikiran-pikiran yg tidak tepat dan persisten ttg keseriusan symptom yg
dialaminya.
2. munculnya tingkat kecemasan yg tinggi tentang kesehatannya atau
simptomnya
 3. menghabis banyak waktu dan tenaga untuk mrngkhawatirkan kesehatannya
atau symptom yg dialaminya.
 Syarat utk bisa ditegakkan diagnosa ini adalah jika ganggung berlangsung
lebih dari 6 bulan.
 Keluhannya simptom somatis/ somatic symptom yang menimbulkan distress.
 Sakit kepala
 Kelelahan
 Sakit di dada
 Perut
 Saluran kencing
Somatic symptom lanjutan……..
 Wanita lebih banyak daripada pria
 Secara memikat dapat menunjukkan
keluhannya
 Dapat menyakinkan dokternya
Faktor resiko terkena somatic
symptom.
 Memiliki kepribadin neurotisisme (negative
affectivity), dan comorbid dengan gangguan
kecemasan dan depresi
 Lebih banyak terjadi pada individu yang
memiliki tingkat pendidikan lebih rendah,
status social ekonomi bawah, dan banyak
mengalami tekanan kehidupan (stressful life
event).
 Wanita, usia lebih tua.
PENENTUAN GANGGUAN
SOMATISASI (DSM IV)
 Paling sedikit ada 4 gejala yang berbeda fungsinya
 Sakit kepala, dada, punggung, gangguan dalam berjalan,
sakit pada waktu menstruasi
 Ada dua gejala keluhan di sistem pencernaan
 Mau muntah, mual, diare dan tidak tahan terhadap
makanan
 Ada satu gejala gangguan seksual
 Gangguan ereksi, menstruasi
 Ada satu gejala pseudoneurologis
 Histeria, paralisis, gangguan keseimbangan
Somatoform lanjutan …..
 Psychogenic pain
 Keluhan yang muncul biasanya pada punggung dan leher
 Diiringi dengan/dicetuskan oleh perubahan yang
menyakinkan dalam hubungan antara sakitnya dengan
stres emosional
 Ada kecenderungan menolak dan mengingkari sebab
psikologis
 Individu biasanya tidak menyadario ada hubungan antara
sakitnya dengan stres emosional
 Sulit ditritmen secara psikologis
ILNESS ANXIETY DISORDER
 ILLNESS ANXIETY DISORDER
 Keluhan hampir sama dengan psychogenic pain
 Ada kecenderungan salah menafsirkan perasaan-perasaan dan sensasi tentang
fisiknya yang normal sebagai indikasi penyakit fisik ynag berat
 Keluahannya pada setiap bagian tubuh biasanya pada perut dan jantung
 Pasien selalu datang ke dokter, meskipun dokter tidak mampu melakukan
pengobatan
 Prognosis jelek
 Untuk sembuh sangat sulit karena ada negative style
 Pasien dengan hipokhondri sangat pandai berperan sebagai orang sakit
dengan tujuan untuk :
 Mendapatkan simpati
 Mendapatkan perhatian
 Diterima kegagalannya
CONVERSION DISORDER
 Conversion disorder (functional neurological
symptom disorder)
 Ada hubungan dengan konflik-konflik psikologis
 Ketidakmampuan fisik tanpa bukti medis
 Conversion
 Sensory
 Motor/autonomic system

 Sensory conversion
 Kesulitan/tidak mampu menerima, mengolah stimuli
sensosrik
Conversion lanjutan ……
 Pada kulit  mati rasa
 Tactual anesthesia
 Tidak mampu merasakan sentuhan
 Glove anesthesia
 Mati rasa pada jari-jari tangan dan pergelangan
 Swimsuit anesthesia
 Mati rasa pada daerah pantat dan selangkang
 Hyperesthesia
 Terlalu-sangat sensitif terhadap rangsang
Conversion lanjutan……
 Motor conversion
 Tidak mampu mengontrol konstraksi otot,
termor/seizure tanpa ada dasar fisik

 Conversion convulsion
 Gerakannya tidak teratur
 Tidak menggigit lidah
 Tidak lepas kontrol
 Jarang menyakiti diri
 Jatuh pada tempat yang aman
Conversion lanjutan ……
 Conversion convulsion
 Astasia abasia
 Tidak dapat jalan
 Jika jalan membutuhkan pegangan
 Writers cramp
 Kelumpuhan pada saat menulis
 Berhubungan dengan pekerjaan
 Hysterical aphoni
 Tidak mampu berbicara keras
 Suaranya berbisik
Conversion lanjutan …..
 Autonomic Conversion
 Pengaruhnya pada pencernaan makanan
 Sistem pembuangan
 Reproduksi
 Pseudocyesis/Phantom pregnancy
 Wanita berhenti menstruasi
 Perut dan buah dada membesar
 Mual di pagi hari (seperti mengandung)
DISSOCIATIVE DISORDER
 Individu merasa terpisah dari dirinya maupun
lingkungan sekitarnya
 Individu merasa bermimpi
 Merasa hidup dalam gerakan yang lamban
 Terjadi setelah mengalami kejadian yang penuh
dengan stres-mengalami kecelakaan
 Ketika mengalami kelelahan yang sangat
 Dibawah tekanan psikis-mental-fisik
 Peristiwa yang sangat menakutkan
Dissociative disorder lanjutan……
 Ada dua macam pengalaman yang dapat
dibadi menjadi dua tipe :
 Depersonalization
 Ada persepsi yang secara temporer bahwa dirinya
merasa lepas dengan realita
 Derealization
 Perasaan hubungan dengan dunia luar hilang
Dissociative Disorder lanjutan…..
 Dissociative Amnesia
 Individu tidak ingat samasekali
tentang dirinya (generalized
amnesia)
 Gagal untuk mengingat
kejadian yang spesifik
(traumatis)  localized-
selective amnesia
Dissociative Fugue
(Fugue=flight)
 Tidak dapat mengingat kembali atas
kejadian yang spesifik
 Tidak dapat mengingat bagaimana dan
mengapa dia ada di tempat tersebut
 Menggunakan identitas baru sebab
bingung dengan identitas dirinya
DissociativeTrance Disorder 
across culture
 Trance or possession
 Tiba-tiba berubah kepribadiannya karena
kerasukan
 Biasa terjadi pada wanita
 Karena trauma-stres
Dissociative Identity Disorder (DID)
 Mengadopsi 100 identitas baru
 Termasuk perilaku, nada suara, gerakan
anggauta tubuh
DEPRESSIVE
DISORDERS
DEPRESSIVE DISORDER
 Gangguan ini berpusat pada emosi bukan
pada pikiran
 Dapat dibagi menjadi dua :
 Unipolar depression
 Bipolar disorder
Disruptive mood dysregulation
disorder
 Kriteria diagnostic:
 Adanya ledakan temper trantum baik secara verbal
(memaki) maupun perilaku (merusak/agresif).
 Ledakan temper ini tidak sesuai dgn tingkat
perkembangan psikologis anak
 Temper terjadi minimal tiga atau lebih tiap
minggunya.
 Suasana hati antara tiap temper ditunjukkan dengan
rasa marah dan iritabilitas.
 Kemunculan ledakan temper tantrum terjadi minimal selama
12 bulan atau lebih.
 Selama 12 bulan tersebut, masa tenang dari ledakan temper
tersebut tidak boleh lebih dari 3 bulan.
 Ledakan temper di atas harus muncul dalam 2 dari 3 seting
yaitu seting sekolah, seting rumah, dan seting di kelompok
teman sebaya.
 Penegakan diagnosis tdk boleh dibuat untuk pertama kalinya
sebelum usia 6 tahun, atau setelah usia 18 tahun.
 Onset gangguan ini biasanya muncul sebelum usia 10 tahun,
di atas usia 6 tahun.
Prevalensi
 Lebih banyak terjadi pada anak laki-laki, usia
sekolah.
 Tingkat prevalensi tidak pasti, berkisar Antara
2% - 5%.
Risk factor
 Anak yang memiliki chronic irritability
(temperamen iritabilitas kronis).
 Adanya faktor hereditas. Mis anak dari orang
tua yang mengalami gangguan bipolar
disorder
MAJOR DEPRESSIVE DISORDER
 MAJOR DEPRESSIVE disorder  ditandai dengan
minimal 5 gejala di bawah ini atau lebih terjadi
selama paling sedikit 2 minggu:
 Mengalami suasana hati yang depressif disepanjang hari
dan terjadi hampir setiap hari,
 Kehilangan minat/ketertarikan terhadap aktivitas yg
sebelumnya dia senangi.
 Sulit tidur atau menjadi banyak tidur (hypersomnia)
 Berat badan menurun atau naik, kehilangan nafsu makan
 Agitasi motorik
 Kesulitan mengontrol gerakan
 Retardasi psikomotorik
 Pikiran-pikiran ttg kematian, Ide-ide bunuh, atau
percobaan bunuh diri
 Munculnya perasaan bersalah yang tidak tepat dan
perasaan tidak berharga yang berlebihan.
 Kesulitan untuk berpikir, konsentrasi dan mengambil
keputusan.
 Fatigue, kelelahan, atau kehilangan energi tubuh.

 Beresiko terhadap tindakan bunuh diri.


MAJOR DEPRESSIVE DISORDER
 KASUS
 Katie (16 th) termasuk anak yang pemalu
 Jarang berinteraksi dengan orang lain kecuali dengan
keluarga
 Ada kecemasan terhadap situasi sosial
 Merasa hidupnya kosong dan bodoh
 Sering menangis seharian
 Mulai mabuk-mabukan karena minum minuman keras
 Orientasi terhadap masa depannya dirasa sangat suram
 Orientasi terhadap dunia luar-orang lain negatif
 Ada kecenderungan ingin bunuh diri
MAJOR DEPRESSIVE DISORDER
 Pengalaman Katie ini merupakan bentuk
gangguan depresi
 Mengalami situasi seperti jatuh dalam suatu
lobang yang dalam , gelap dan merasa tidak dapat
melepaskan diri
 Merasa sudah berteriak akan tetapi tidak ada
orang yang mendengar
Prevalensi
 Pada populasi di Amerika sekitar 7%, onset
pertama kebanyakan terjadi pada usia
produktif antara 18 sampai 29 tahun.
FAKTOR RESIKO
 Memiliki kepribadian neurotisisme (negative
affacetivity)
 Mengalami pengalaman masa kecil yang
menyedihkan, penuh masalah, penuh stress.
 Faktor hereditas
MAJOR DEPRESSIVE DISORDER
 Simtom suasana hati (mood symptom)
 Merasa susah, merana, mental breakdown
 Apatis terhadap keluarga-pekerjaan
 Sensitif-mudah tersinggung
 Simtom kognitif (cognitive symptom)
 Pikiran negatif
 Dunia dilihat menolak dirinya
 Pesimis
 Putus harapan
 Tidak mampu
 Gangguan konsentrasi-ingatan dan pengambilan keputusan
ETIOLOGI
 Paradigma Biologis
 Peranan keturunan
 Peranan genetik pada depresi yaitu adanya zat yang
berpengaruh “norepinephrine dan dopamin”
 Penelitian menunjukkan secara relatif orang yang
mempunyai gangguan pada zat tersebut keturunannya
mengalami hal yang sama
 Paradigma psikososial
 Psikoanalisa  yaitu terjadi fiksasi pada awal
perkembangan  adanya ambivalensi perasaan cinta-
benci terhadap ibu
Beck’s cognitive triad for depression

World

NEGATIVE
FUTURE COGNITION

SELF
PERSISTENT DEPRESSIVE
DISORDER (DYSTHYMIA)
 KRITERI DIAGNOSTIK:
 Mengalami suasana hati depresif sepanjang hari atau hamper
setiap hari selama masa minimal 2 tahun.
 Dua atau lebih gejala dibawah ini harus dialami yaitu:
 Nafsu makan rendah atau banyak makan
 Insomnia atau hypersomnia
 Fatigue atau low energy
 Low self-esteem
 Konsentrasi yg rendah atau sulit membuat keputusan
 Perasaan kehilangan harapan (hopelessness).
BIPOLAR DISORDER
 Ada 2 tipe utama gangguan bipolar yaitu
bipolar tipe 1 dan bipolar tipe 2.
 Ada perbedaan antara depresi bipolar tipe
I dan tipe II, yaitu pada bipolar tipe II
hanya mengalami episode hipomanik dan
episode depresif, dan tidak pernah sama
sekali mengalami episode manik atau
campuran.
BIPOLAR DISORDER
 Sedangkan pada depresi bipolar tipe I,
semua episode muncul dan dialami dari
episode manik, hipomanik, depresif dan
campuran.
 Pada depresi bipolar tipe I dibagi lagi
menurut episode yang mendominasinya,
sehingga ada depresi bipolar tipe I dengan
dominasi episode manik, hipomanik,
campuran dan depresif.
EPISODE MANIK
 Kriteria untuk Episode Manik:
 Adanya periode yang nyata akan munculnya
abnormalitas dan secara persisten memunculkan
suasana hati yang meninggi, melebar dan
sensitif, paling sedikit dalam 1 minggu.
 Selama periode gangguan suasana hati tersebut,
tiga atau lebih simptom di bawah ini muncul
secara terus-menrus dan hadir pada tingkat yang
signifikan, simptom tersebut yaitu :
EPISODE MANIK
 Adanya harga-diri yang meningkat atau grandiositas
(merasa lebih hebat dari orang lain).
 Menurunnya kebutuhan untuk tidur (merasa sudah fit
setelah hanya 3 jam tidur).
 Lebih banyak bicara dari biasanya (more talkative)
atau adanya dorongan untuk terus berbicara (pressure
to keep talking).
 Adanya flight of ideas atau pengalaman subjektif
bahwa pikirannya seperti berlomba-lomba (thougths
racing).
EPISODE MANIK
 Perhatiannya mudah teralihkan oleh stimuli yang tidak
penting atau tidak relevan (distractibility).
 Peningkatan dalam aktivitas bertujuan seperti gila
kerja, sosialisasi atau aktivitas seksual.
 Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas mencari
kenikmatan yang memiliki potensi tinggi
memunculkan konsekuensi negatif/menyakitkan
(seperti belanja berlebihan, aktivitas seks berlebihan,
berkendara dengan kecepatan tinggi, atau investasi
bisnis yang ceroboh).
EPISODE HIPOMANIK
 Kriteria untuk Episode Hipomanik:
 Adanya periode yang nyata akan munculnya
abnormalitas dan secara persisten
memunculkan suasana hati yang meninggi,
melebar dan sensitif, paling sedikit selama 4
hari, yang secara nyata berbeda dari suasana
hati yang non-depresif.
EPISODE HIPOMANIK
 Selama periode gangguan suasana hati
tersebut, tiga atau lebih simptom di bawah ini
muncul secara terus-menrus dan hadir pada
tingkat yang sedang, simptom tersebut yaitu :
 Adanya harga-diri yang meningkat atau grandiositas
(merasa lebih hebat dari orang lain).
 Menurunnya kebutuhan untuk tidur (merasa sudah fit
setelah hanya 3 jam tidur).
 Lebih banyak bicara dari biasanya (more talkative)
atau adanya dorongan untuk terus berbicara (pressure
to keep talking).
EPISODE HIPOMANIK
 Adanya flight of ideas atau pengalaman subjektif
bahwa pikirannya seperti berlomba-lomba (thougths
racing).
 Perhatiannya mudah teralihkan oleh stimuli yang tidak
penting atau tidak relevan (distractibility).
 Peningkatan dalam aktivitas bertujuan seperti gila
kerja, sosialisasi atau aktivitas seksual.
 Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas mencari
kenikmatan yang memiliki potensi tinggi
memunculkan konsekuensi negatif/menyakitkan
(seperti belanja berlebihan, aktivitas seks berlebihan,
berkendara dengan kecepatan tinggi, atau investasi
bisnis yang ceroboh).
GEJALA-GEJALA DEPRESI
AFEK KOGNITIF FISIK
Sedih Rendah diri Gangguan tidur
Apatis Konsentrasi  Gangguan nafsu
Anhedonia makan
Ragu-ragu
Tak bertenaga Gangguan seksual
Iritabilitas
Tak bersemangat Aktivitas 
Rasa bersalah
Perubahan BB
Ide bunuh diri

144
STRES MENETAP

AKTIVASI JANGKA PANJANG LC

NE MEDIAL FOREBRAIN 

ANERGIA, ANHEDONIA
LIBIDO 
LEARNED HELPLESSNESS
145
INESCAPABLE STRESS
(KRONIK)

MERUBAH RESPONS NEUROBEHAVIORAL

KORTISOL MENINGKAT 
NOREPINEFRIN
SEROTONIN
DOPAMIN
GABA

TAK BERDAYA
TAK ADA HARAPAN
APATIS

146
Regio Otak yang Mengalami
Disfungsi pada Depresi

147
GANGGUAN MOOD BIPOLAR

Bipolar I Bipolar II Bipolar NOS Siklotimia


Manik atau Hipomania Tidak ≥ 2 tahun
campuran ≥ 4 hari memenuihi
kriteria Tidak
Impermen Tidak spesifik untuk memenuhi
fungsi dan pernah bipolar I atau kriteria untuk
gejala yang manik atau II, hipomania depresi,
jelas campuran <4 hari manik, atau
Biasanya campuran
Biasanya
dengan episode
dengan
depresi depresi
depresi Distimia
berulang berulang
berulang

148
ASETILKOLIN

DEPRESI MANIA

Retardasi
psikomotor Hiperaktivitas Motorik
Energik
Letargi, Gg. Tidur Tidak Butuh Tidur
Learned Percaya Diri 
Helplessness
149
SISTEM DOPAMIN

TUBERO SUBSTANSIA MESOLIMBIK MESOKORTEK


INFUNDIBULAR NIGRA

EKSP. EMOSI MOTIVASI


KONTROL AKTIVITAS LEARNING KONSENTRASI
PROLAKTIN MOTORIK REINFORCEMENT FS. EKSEKUTIF
HEDONIA

SUBSTANSIA
PROLAKTIN MESOLIMBIK MESOKORTEK
NIGRA

MANIA/DEPRESI 150
FUNGSI OTAK

 Aliran darah otak 


 Metabolisme otak 
 Hipofrontalitas
 Hemisfer kiri    Depresi
 Hemisfer kanan    Mania

151
Gangguan Prefrontal
PADA SKIZOFRENIA PADA BIPOLAR
SIMPTOM NEGATIF EPISODE DEPRESI
1. APATI 1. TIDAK BERTENAGA
2. AFEK TUMPUL 2. RASA SEDIH
152
3. MISKIN IDE & PEMBICARAAN 3. KOGNITIF DAN KONSENTARSI 
DISFUNGSI SISTEM LIMBIK
PADA SKIZOFRENIA PADA GG. BIPOLAR
SIMPTOM POSITIF GANGGUAN EMOSI DAN
PERILAKU
WAHAM
HALUSINASI
GEJALA YANG SAMA DAPAT DITEMUKAN PADA SKIZOFRENIA DAN BIPOLAR
153
SIMTEM LIMBIK TERLIBAT PADA KEDUANYA
SIMPULAN

 Gangguan jiwa  interaksi multifaktor


 Interaksi gen dengan lingkungan
 Stresor  aktivitas HPA 
 Stresor  berbagai gangguan jiwa
 Neurotransmiter terganggu
 Neurohormon terganggu
 Fungsional otak terganggu
 Struktur otak terganggu
154
SCHIZOPRENIA
SCHIZOPHRENIA
 Suatu bentuk gangguan yang digambarkan
dengan variasi penyebab yang belum
diketahui dan perjalanan gangguan ini sangat
luas-komplek, serta akibat yang terjadi sangat
tergantung dari kondisi fisik, genetik dan
sosial budaya
 Ditandai dengan penyimpangan yang
fundamental dengan ciri :
Schizophrenia lanjutan …..
 Tanda-tanda
 Fikiran dan persepsi
 Perasaan yang tidak wajar atau tumpul
 Kemunduran kognitif
 Macamnya :
 Paranoid
 Hebefrenik
 Katatonik
 Tak terinci
 Depresi pasca schizophrenia
Schizophrenia lanjutan …..
 Residual
 Simpleks
 Schizoprenia lainnya
 Yang tidak tergolongkan
 Pedoman Diagnostik
 Harus ada sedikitnya satu gejala yang amat jelas
(biasanya dua atau lebih yang tidak jelas)
 Thought echo  isi pikiran yang ada dalam dirinya
yang berulang atau bergema dalam kepalanya
Schizophrenia lanjutan …..
 Thought insertion or withdrawl  isi fikiran yang
dirasa asing dari luar masuk ke dalam fikirannya atau
sisi fikirannya diambil keluar oleh sesuatu kekuatan
dari luar
 Thought broadcasting  isi fikirannya tersiar
keluar, sehingga orang lain mengetahuinya
 Delusion of control  waham tentang dirinya yang
dikendalikan oleh kekuatan tertentu dari luar
 Delusion of influence  waham tentang dirinya yang
dipengaruhi oleh kekuatan dari luar
Schizophrenia lanjutan ….
 Delusion of passivity  merasa tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
 Delusion of perception  pengalaman indrawi yang
tidak wajar yang bermakna sangat khas bagi dirinya
biasanya bersifat mistik atau suatu mukjizat.
 Halusinasi auditorik  suara yang berkomentar
terus menerus terhadap perilaku pasien
 Mendiskusikan perihal pasien diantara pasien sendiri
 Jenis suara yang berasal dari salah satu bagian tubuh
Schizophrenia lanjutan …..
 Waham-waham yang menetap yanag menurut budaya tidak wajar
(mampu mengendalikan cuaca, mampu berkomunikasi dengan
makhluk halus)

 Paling sedikit dua gejala dan harus selalu ada dan jelas
 Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja
 Arus pikiran yang terputus  inkoherensi, neogolisme
 Perilaku katatonik, gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu,
negativisme, mutisme dan stupor
 Gejala-gejala negatif  sikap apatis, jarang bicara, respon
emosional yang menumpul
 Gejala-gejala tersebut telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih
 Hilangnya minat, hidup tak bertujuan.
5 Kategori Schizoprenia
 Schizoprenia Paranoid
 Schizoprenia Katatonik

 Schizoprenia Hebeprenik

 Schizoprenia Residual

 Schizoprenia Undifference
Schizophrenia lanjutan ……
 Diskripsi dari Connoly 1849
 Tanpa sebab menjadi sedih-gembira
 Lamban-pasif dan apatis
 Diskripsi dari Morel
 Sama dengan demintia praecox
 Dementia
 Secara progresif kemampuan mentalnya berkurang-
hilang
Schizophrenia lanjutan ……
 Diskripsi dari Kraeplin 1896
 Menggunakan paradigma biologis
 Hukum-hukum genetis
 Dementia parecox = hebeprenic dan katatonik
 Diskripsi Bleuler 1930
 Menggunakan pradigma psikososial
 Schizo = split
 Phrenum = mind
Symptom primer schizophrenia
 Gangguan dalam Assosiasi
 Gangguan Affect
 Ambivalence
 Autism
 Kesukaran berfikir
 Fantasi dan withdrawl
Ciri-ciri dasar Schizophrenia
 Dysfunction dalam :
 Behavior
 Perception
 Affective
 Cognitive
 Verbal
General Dysfunction
Schizophrenia
 Symbolism
 Ada pola hubungan dalam berbicara, berfikir dan perilaku
 Warna tertentu  simbol
 Sensitivity
 Meliputi stimulasi sensorik dan emosional
 Social withdrawl
 Loss of ego boundares
 Orang lain dapat membaca fikiran dirinya atau sebaliknya
 Ekstrim  fusi dengan benda mati  radio-televisi
General dysfunction lanjutan….
 Variability
 Tingkahlakunya tidak dapat diduga

 Behavioral dysfunction
 Berlebih-kurang
 Antara orang yang satu dengan yang lain tidak sama
 4 jenis dari fikiran yang berbeda pula
 Psychotic mannerism
 Gerakan-gerakan aneh
Behavioral dysfunction
 Echopraxia
 Perilaku meniru tingkahlaku orang lain
 Stereotype
 Mengulang-ulang perilaku
 Typical slovenly appearance
 Tidak mau mandi-kebersihan sangat kurang
Cognitive dysfunction
 Delusion
 Delusion of influence
 Orang lain mempengaruhi
 Delusion of grandeur
 Delusion of presecution
 Delusion of reference
 Delusion of bodily change
 Delusion of nihilsm
 Dysfuntion of thinking
Affective dysfunction
 Emosi yang berubah-ubah
 Respon emosional kurang/tidak tetap
 Perasaan datar

 Verbal dysfunction
 Mutism  diam dalam beberapa hari
 Incoherent
 Neologism  menciptakan kata-kata baru yang tidak ada
dalam bahasa normal
 Verbigeration  ketidakmampuan mengulang kata-kata
CIRI-CIRI UMUM SCHIZOPHRENIA
 Mempunyai ciri-ciri psikotik tertentu selama
aktif gangguannya
 Adanya gejala yang khas
 Menurunnya taraf kemampuan fungsional
sebelumnya
 Terjadi sebelum umur 45 tahun
 Sekurang-kurangnya terjadi selama 6 bulan
Fase-fase schizophrenia
 Fase prodromal
 Social withdrawl
 Tingkahlaku aneh
 Kemunduran kesehatan
 Ada masalah dalam komunikasi
 Reaksi emosi yang tidak tetap
Fase-fase schizophrenia lanjutan…
 Fase aktif
 Ada disfungsi secara umum dan spesifik dan
kelihatan nyata
 Fase residual
 Gejala tampak lagi seperti fase prodromal
Tipe schizophrenia
 Paranoid
 Hebefrenik
 Katatonik
 Tak terinci
 Depresi pasca schizophrenik
 Residual
 Simpleks
 Lainnya
 Yang tidak tergolongkan
Tipe schizophrenia lanjutan ….

 Paranoid
 Memiliki kriteria umum diagnosis schizophrenia
 Adanya halusinasi dan delusi yang menonjol
 Dengar-pembauan/pengecapan
 Waham berupa hampir semua jenis
 Merasa dikontrol
 Dipengaruhi
 Dikejar-kejar
Tipe schizophrenia lanjutan….

 Hebeprenik
 Memenuhi kriteria umum diagnosis schizophrenia
 Terjadi pada usia remaja atau dewasa awal mulai 15 th-25
tahun
 Untuk menyakinkan perlu pengamatan kontinyu selama 2-
3 bulan
 Menyendiri, mannerism, hampa tujuan dan perasan
 Perasaan dangkal, tidak wajar, cekikikan, senyum sendiri,
menyeringai, mengibul secara bersenda gurau, inkoheren
Tipe schizophrenia lanjutan …
 Tipe katatonik
 Memenuhi kriteria umum schizophrenia
 Stupor
 Gaduh gelisah
 Menampilkan posisi tubuh tertentu
 Negativisme
 Rigiditas  mempertahankan posisi tubuh
 Afeksi dan psikomotor rusak berat
Tipe schizophrenia lanjutan….
 Depresi pasca schizophrenia
 Pasien telah menderita schizophrenia selama 12 bulan
terakhir
 Gejala schizo masih ada tetapi tidak menonjol
 Gejala depresi ,menonjol dan mengganggu

 Schizophrenia residual
 Gejala negatif schizo menonjol
 Withdrawl, eksentrik, emosi tumpul
 Melampaui kurun waktu satu tahun
Skizofrenia

 Gangguan jiwa berat

 Terdapat waham, halusinasi, kekacauan isi pikir,


katatonia, dll

 Hendaya dalam fungsi sosial dan pekerjaan

 Paling sedikit berlangsung satu bulan

187
Etiologi Skizofrenia
 Etiologi pasti skizofrenia masih belum
ditemukan.
 Faktor:
 Genetik
 Kejadian prenatal atau perinatal, misalnya
hipoksia, infeksi virus prenatal, penyalahgunaan
zat oleh ibu hamil, trauma kepala ketika
persalinan dll.

188
Abnormalitas struktur otak Pada
skizofrenia
 Studi otak (autopsi):
 beberapa struktur otak mengalami abnormalitas

 gangguan perkembangan neuron. Gangguan


perkembangan ini dapat terjadi sebelum, selama atau
sesaat, setelah lahir.

 struktur yang abnormal tersebut dikenal sebagai area


yang rentan terhadap skizofrenia.

189
REGIO OTAK TERLIBAT PADA
SKIZOFRENIA
GANGGUAN LOB. TEMPORALALIS DIKAITKAN DENGAN:

1. WAHAM
2. HALUSINASI
3. TIDAK MENGENAL OBJEK/ WAJAH

190
LOBUS TEMPORAL

191
LOBUS FRONTALIS PADA SKIZOFRENIA
HIPOAKTIVITAS LOBUS FRONTAL

 PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF


 PERILAKU BERENCANA TERGANGGU
 AFEK TUMPUL
 ISOLASI SOSIAL
 APATI
 DLL

192
LOBUS FRONTALIS

193
SISTEM LIMBIK PADA SKIZOFRENIA

Terdiri dari:
Hipokampus
Amigdale
Talamus
Girus singulat

194
HIPOKAMPUS

195
AMIGDALA

196
GIRUS SINGULAT

197
TALAMUS

198
PELEBARAN VENTRIKEL

199
NEUROTRANSMITER PADA SKIZOFRENIA

 Dopamin
 Serotonin
 Norepinefrin
 Asetilkolin
 Glutamat

200
PERSONALITY DISORDER
 Cluster A : Eccentric/Odd
 Paranoid
 Schizoid
 Schizotypal
 Cluster B : Dramatic/Erratic
 Histrionic
 Borderline
 Narcisstic
 Antisocial
 Cluster C : Anxious/Fearful
 Obsessive-Compulsive
 Avoidant
 Dependent
Personality Disorder
(Gangguan Kepribadian)
 Ditentukan oleh kemampuan individu dalam
menyesuaikan diri dengan :
 Peraturan masyarakat
 Harapan-tuntutan masyarakat
 Gangguan kepribadian bukan karena stres
akan tetapi bermula dari perkembangan yang
tidak masak dan gangguan penyesuain diri
Gangguan keribadian lanjutan….
 Ciri klinis gangguan kepribadian
 Hubungan pribadi yang retak
 Gangguan ini berlangsung lama  mengganggu
orang lain, polanya menetap dan berjangka waktu
lama
 Mempunyai dampak negatif terhadap diri dan
berhubungan dengan
 Kecanduan
 merusak
Gangguan kepribadian lanjutan ….

 Ciri klinis ….
 Ada pola-pola khusus seperti keras kepala, curiga
dan tertutup
 Memberi kesan ingin periksa pada ahli akan
tetapi tidak ingin sembuh
 Merasa normal
Gangguan kepribadian
 Beberapa dari kondisi dan pola perilaku
berkembang sejak dini dari masa
pertumbuhan dan perkembangan diri sebagai
hasil interaksi faktor konstitusi dan
pengalaman hidup
Penegakan diagnostik
 Kodisi yang tidak berhubungan langsung dengan
kerusakan/penyakit otak berat atau gangguan jiwa
lain
 Disharmon sikap dan perilaku yang cukup berat
 Afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara
memandang dan berfikir gya berhubungan dengan
orang lain
 Pola perilaku berlangsung lama
 Gangguan bersifat pervasif/mendalam
 Muncul pada masa kanak-kanak sampai dewasa
Diagnostik lanjutan ……
 Menyebabkan penderitaan pribadi tetapibaru
menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut
 Gangguan ini biasanya tatapi tidak selalu
berkaitan secara bermakna dengan masalah-
masalah pekerjaan dan kinerja sosial
ClusterA:
Eccentric/Odd
 Paranoid
 Schizoid
 Schizotypal
Paranoid Personality
 Mempunyai ciri pribadi yang kaku, curiga
yang berulang, cemburu dan iri
 Hypersensitive, mudah marah, cenderung
menyalahkan orang lain, menyimpan dendam
 Kesepian dalam persahabatan
 Rasa humornya rendah
Schizoid Personality
 Social withdrawal
 Suka aktivitas yang menyendiri
 Tidak ada keinginan untuk memiliki teman dekat
atau menikmati pertemanan
 Diam dan tak ramah
 Sedikit atau tidak ada sama sekali ketertarikan
seksual.
 Sulit mengekspresikan kemarahan, emosi datar,
dingin, dan menjauh
 Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan
sosial yang berlaku
Schizotypal Personality
 Kadang menunjukkan ciri seperti simpel
schizophrenia
 Merasa dapat tembus pandang.
 Komunikasi dan cara berfikir yang aneh.
 Adanya keyakinan yang aneh atau pemikiran magis
yang mempengaruhi perilakunya. Seperti percaya
akan nomer 13.
 Cara berpakaian dan berpenampilan yang aneh.
 Sedikit teman, dan menunjukkan adanya kecemasan
sosial yang berlebihan.
ClusterC:
Anxious/Fearful
 Obsessive-Compulsive
 Avoidant
 Dependent
Avoidance Personality
 Menghindari penolakan dan penghinaan orang
lain, sehingga malas berhubungan dengan
orang lain
 Merasa sendirian, rendah diri dan distress
serta hubungan dengan orang lain negatif
 Kriteria diagnosis yaitu perpaduan dari dua
kategori schizoid dan dependent
Dependent Personality
 Ada ketergantungan yang ekstrem
 Ada kegelisahan
 Perilaku nampak normal jika tidak dituntut
untuk melakukan sendirian
Obsessive compulsive personality
 Ada perhatian yang berlebihan terhadap aturan,
perintah, detail-detail, jadwal dan efisiensi
 Perilakunya hati-hati, patuh, rigid, keras kepala
dan kaku.
 Adanya perfeksionisme yang berlebihan sehingga
mengambat penyelesaian tugas.
 Ada pikiran-pikiran yang selalu muncul dan
diwujudkan dalam tindakan dan individu tidak
dapat mengontrol.
Cluster B :
Dramatic/Erratic
Histrionic
 Borderline

 Narcisstic

 Antisocial
Histrionic Personality
 Ciri khususnya tidak masak secara emosional
 Ada perasaan tidak nyaman jika tidak menjadi pusat
perhatian.
 Selalu berusaha mencari perhatian secara berlebihan
(attention seeking).
 Perubahan suasana hati/emosi yang cepat dan ekspresi
emosi yang dangkal.
 Menggunakan penampilan fisik untuk menjadi daya
tarik pusat perhatian.
 Suka menggunakan daya tarik seksual untuk
memperoleh perhatian.
 Self-dramatization, theatricality.
 Mudah dipengaruhi (high suggestibility).
Narcistic personality
 Perasaan grandiosity
 Merasa dirinya paling segalanya
 Melihat orang lain rendah
 Tetapi semua keunggulan yang dibanggakan
pada kenyataanya tidak nyata hanya delusi.
Borderline personality
 Adanya usaha yang berlebihan untuk mengindari
penolakan baik hanya beruopa imagenasi atau pun
nyata.
 Adanya pola yang tidak stabil dalam hubungan
interpersonal, dikarakteristikan dengan mengidolakan
seseorang dan lain waktu menjatuhkan orang tersebut.
 Gangguan identitas-self image yang tidak stabil.
 Adanya perilaku impulsif setidaknya di dua wilayah yaitu
: membelanjakan uang, seks, penyalahgunaan napza dan
berkendara secara ceroboh/ngebut.
 Adanya ketidakstabilan emosional.
 Kesulitan mengontrol rasa marah.
 Perasaan hampa yang kronis dan adanya perilaku/ ide
bunuh diri
SEXUAL DYSFUNCTIONS
AND DISORDER
 Apa perbedaan antara SEXUAL DISORDER
dgn SEXUAL DISFUNCTION?

JAWABANNYA……………………………
………..???
SEXUAL DYSFUNCTIONS
AND DISORDER
Disfungsi seksual
 Disfungsi menunjukkan tingkat kesulitan
yang menggambarkan :
 Kelemahan dan ketidakmampuan dalam
memperoleh kepuasan seksual.
Sexual disorder: adanya pola atau cara pemuasan
seksual yang menyimpang. Melalui 1) benda mati,
2) anak-anak, dan 3) melalui menyiksa atau disiksa
untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Fase respon seksual
 Sexual Desire (hasrat) : terdiri dari adanya
fantasi tentang aktivitas seksual dan hasrat
untuk aktivitas seksual.
 Sexual Arousal (pembangkitan): pada fase
ini merasakan kenikmatan seksual subyektif,
ditandai dengan ereksi, lubrikasi, penetrasi
dan sentuhan seksual.
Fase Respon Seksual
 Orgasm : fase puncak kepuasan
seksual.
 Resolution : fase relaksasi,
dimana otot mulai relaks dan
keadaan psikofisiologis kembali
normal.
Fase sexual desire
 Hypoaktif sexual disorder:
Dicirikan dengan adanya kondisi yang
persisten atau berulang kekurangan
fantasi seksual atau hasrat untuk
berhubungan seksual. Individu seringkali
tidak tertarik/tidak memiliki hasrat seks,
dan tidak pernah menikmati fantasi
seksual.Hal ini mengakibatkan fungsi
seksual individu menjadi terhambat.
Sexual aversion disorder:
Individu dengan gangguan ini mengalami
ketidaknyamanan ekstrim untuk hub seksual
atau menghindari kontak genital dengan
patnernya. Termasuk kissing, hugging. Reaksi
yang muncul adalah muncul kecemasan hingga
serangan panik. Individu ini mungkin tertarik
dalam seksual, dan menikmati fantasi seksual,
tetapi menolak/menghindari hubungan seksual
lebih lanjut, hingga menimbulkan distres.
Fase Sexual arousal disorders
A. Female sexual arousal disorder:
Gangguan ini dintandai dengan adanya
pengalaman/kondisi yang persisten dan
berulang dari ketidakmampuan mencapai atau
mempertahankan lubrikasi genital yang adekuat
selama aktivitas hubungan seksual. Hal ini
kemudian menghambat aktivitas seksual
tersebut dan menimbulkan distres.
Fase Sexual arousal
B. Male erectile disorder
Sering dikenal sebagai impotensi.
Ketidakmampuan laki-laki untuk mencapai atau
mempertahankan ereksi yang adekuat sehingga
gagal menyelesaikan sexual intercouse. Hal ini
kemudian menghambat hub seksual yang
memuaskan dan menimbulkan distres.
 Gangguan primer
 Tidak pernah sama sekali dapat ereksi
 Gangguan sekunder
 Sebelumnya dapat ereksi akan tetapisekarang tidak dapat ereksi
Fase Orgasmic
A. Female orgasmic disorder
Ditandai dengan ketidakmampuan wanita mencapai,
atau tidak pernah orgasme dalam fase hubungan
seksual yang normal.
 Primer

 Tidak pernah mengalami orgamus pada saat


berhubungan seksual/masturbasi
 Sekunder

 Karena faktor psikososial artinya tidak dapat


orgasmus secara normal
Fase Organismic
 Male organismic disorder:
Ditandai dengan ketidakmampuan pria
mencapai .. atau mendapatkan orgasme
dalam fase hubungan seksual yang
sebelumnya normal. Hal ini terjadi secara
persisten dan berulang.
Gangguan Disfungsi lainnya.
Premature ejaculation:
Ditandai dengan pencapaian orgasme
yang terlalu cepat, tidak sesuai yang
diiginkan individu, bisa sebelum
penetrasi, bisa pula baru beberapa
detik penetrasi.
Sexual pain disorders
 Dyspareunia : bisa dialami oleh wanita dan pria
ditandai dengan rasa sakit berlebihan ketika
berhubungan seksual.
 Vaginismus: hanya dialami oleh wanita ditandai
dengan menegangnya otot luar vagina (spasms) secara
tdk disengaja, sehingga menyebabkan penetrasi tidak
bisa dilakukan.
Sexual dysfuction due to a general medical
condition : terjadinya disfungsi akibat
penyakit fisik seperti diabetes, dll.
Sexual Disorders
 PARAPHILIAS
Suatu gangguan seksual dengan cara pemuasan seks yang
berlawanan dengan peran yang seharusnya
Tidak mampu berhubungan cinta dengan orang lain dan
tidak dapat menikmati keintiman.
Adanya pola atau cara pemuasan seksual yang
menyimpang. Melalui 1) benda mati, 2) anak-anak, dan 3)
melalui menyiksa atau disiksa untuk mendapatkan
kepuasan seksual.
Beberapa Contoh Paraphilia
 Telephone scatologia : aktivitas seksual
melalui telepon.
 Necrophilia : aktivitas seksual denan mayat.
 Zoophilia :aktivitas seksual dengan hewan.
 Caprophilia: aktivitas seksual melalui
penggunaan kotoran.
 Klismaphilia: aktivitas seksual melalui enemas.
Beberapa Contoh Paraphilia
 Urophilia: aktivitas seksual melalui penggunaan urin
 Autogonistophilia : aktivitas seksual di depan
orang banyak.
 Somnophilia: aktivitas seksual dengan orang yang
lagi tidur/pingsan.
 Stigmatophilia : aktivitas seksual melalui/dengan
kulit tato atau tindik
 Autonepiophilia : aktivitas seksual menggunakan
diapers.
Sexual lanjutan …..

1. Fetishism
 Pusat minat dan perhatian pada objek benda mati
 Pakaian dalam wanita, sepatu, tas, rambut, BH
 Barang tersebut digunakan pada waktu masturbasi
2. Transvestism
 Kepuasan diperoleh dengan memakai pakaian
curian lawan jenisnya dan sebagaian besar
diderita laki-laki
Sexual lanjutan ….

3. Transexualism
 Pada DSM III disebut Gender Dysphoria Syndrome
 Menggunakan pakaian kepunyaan jenis kelamin lawan
(priai/wanita). Meskipun untuktidak mencari kepuasan
seksual
4. Incest
 Aktivitas seksual antara dua individu yang masih
mempunyai hubungan keluarga dekat atau ada hubungan
darah (ayah-anak wanitanya)
Sexual lanjutan ….

5. Pedophilia
 Aktivitas seksual dengan anak-anak
 Dapat dengan sodomi, fellatio, coitus
 Orang alkoholik, mental defective dan inadequate
Disordered choice of method of
gratification
 Exhibitionism
 Memamerkan organ genitalnya kepada wanita/anak-anak
yang asing bagi dirinya
 Kepuasan akan meningkat sesuai dengan keterkejutan
sasaran
 Vayeurism
 Kepuasan seks diperoleh dengan jalan mengintip orang
lain dalam kondisi tanpa busana atau ketika sedang mandi
atau sedang melakukan hubungan seks
 Semakin besar tantangan untuk dapat mengintip semakin
puas
Gratification lanjutan……
 Masochism dan sadism
 Merasa puas jika disakiti
 Merasa puas jika menyakiti
 Rapist/Perkosaan
 Kepuasan terjadi jika mampu melakukan hal-hal yang
mungkin sangat memberi manfaat
 Ada tiga bentuk-alasan pemerkosaan
 Power rapist  dengan bentuk mengancam memanfaatkan
kelemahan korban
 Anger rapist  pelampiasan kemarahan pada wanita
 Sadistic rapist
FROTTEURISME
 Frottage
 Bentuk masturbasi dengan jalan menggesekkan
alat kelaminnya pada orang lain (wanita)
 Seorang frottour
 Orang yang mempunyai dorongan dan fantasi
seksual yang dalam dan berulang dengan jalan
menggesekkan alat kelaminnya pada orang lain
dan orang ini masih asing bagi dirinya
Frotteurisme…..
 Ketika menggesekkan sambil berfantasi
melakukan hubungan intim
 Supaya tidak tertangkap basah, frottour
melakukan dengan cepat dan siap lari
 Biasanya dilakukan di tempat yang
berdesakan  bis kota, bis antar propinsi,
kereta api
 Di dapat dari pengalaman masa lalu dan
mendapatkan penguat
PERILAKU ANTI SOSIAL
DAN AGRESIF
 Perilaku anti sosial mencakup tindakan :
 Tindakan agresif
 Ancaman verbal
 Perkelahian
 Pengrusakan
 Pencurian
 Vandalism
 Kebohongan
 Kabur dari rumah
 Pembunuhan
Perilaku anti sosial
 Istilah perilaku anti sosial
 Acting out
 Conduct disorder
 Disruptive
 Delinquency
 Gangguan perilaku
 Melanggar hak orang lain
 Melanggar norma sosial
Perilaku anti sosial
 Dua subtipe gangguan perilaku
 Tipe kelompok :
 Tindakan kelompok-bersama-sama
 Masalahnya hampior sama
 Loyal terhadap seseorang
 Agresi fisik
 Tipe dilakukan sendiri
 Agresi secara verbal-fisik
 Dilakukan sendirian
 Lingkungan menolak dirinya
Perilaku agresi
 Secara umum :
 Membahayakan
 Menyakiti
 Melukai orang lain  mengandung maksud
untuk melukai orang lain
Teori yang melatar belakangi
 Psikoanalisa
 Dorongan atau naluri dasar
 Dorongan agresif yang diekspresikan lewat perilaku agresif
 Hipotesis frustrasi agresif
 Reaksi terhadap rasa frustrasi
 Teori belajar
 Agresi sebagai perilaku yang dipelajari
 Diperoleh melalui reinfrocement
 Mekanisme kondisioning
 Teori belajar sosial
 Hasil mengamati perilaku agresi orang lain  ditiru
Disorder of Self Control
 Kleptomania
 Individu mengambil sesuatu di toko-mall, rumah
dikerenakan gangguan kontrol diri
 Ciri-ciri :
 Ada keinginan yang besaruntuk mencuri.
 Tingkahlaku mencuri didasari motivasi untuk melepaskan
ketegangan
 Yang dicuri makanan, pakaian, perhiasan, kosmetik, rekaman,
mainan, pena dan kertas sampai uang
 Tingkahlaku terjadi karena kecemburuan dan untuk menarik
perhatian
Disorder of self control
 Gambling : judi patologis.
 Pyromania : mania terhadap api, sehingga ingin
membakar benda apa saja yang ada didekatnya.
 Sexual impulsivity: ketidakmampuan
mengendalikan dorongan seksual, sehingga
menyebabkan individu suka berganti-ganti pasangan
atau kecanduan kegiatan prostitusi.
 Trichotillomania: gangguan yang dintujukkan
dengan aktivitas tak terkontrol memunter-muter
rambutnya hingga rontok.
Eating Disorder
 Anorexia nervosa : Gangguan makan yang ditandai
dengan puas secara ekstrim karena menginginkan
tubuh yang ideal. Tetapi ditunjukkan adanya
perpsepsi yang terdistorsi tentang tubuh yang ideal
tersebut. Sehingga individu kehilangan berat badan
secara ekstrim dan terhentinya menstruasi.
 Bulimia nervosa : Gangguan makan yang
ditunjukkan dengan kegiatan makan berlebihan
(binge eating), lalu kemudian makanan tersebut
langsung dimuntahkan dengan menggunakan
berbagai cara, obat pencahar atau sengaja
memuntahkannya.
 Rumination disorder
 Terjadi pada bayi, anak dan remaja
 Dengan cara memamah (ngemut, nggayemi)
 Biasa terjadi pada retardasi mental
 Karena masalah biologis dan psikologis
 Pica
 Individu makan cat, paster, rambut dan kain
 Pada individu yang lebih tua makan pasir,
serangga, daun dan bedak
Sleep Disorder
 Dyssomnia : Gangguan yang ditandai dengan
kekurangan alam jumlah, kualitas atau waktu tidur.
 Primary Insomnia : Gangguan yang ditandai dengan
kesulitan kronis dengan tidur, yaitu sulit untuk tertidur,
frekuensi bangun, atau bisa tidur sepanjang malam tetapi
merasa tidak nyenyak.
 Primary Hypersomnia : gangguan yang
ditandai dengan kebutuhan yang berlebihan untuk
tidur, frekuensi menguap berlebihan, mencuri-curi
waktu utk tidur, dan kesulitan utk bangun dari tidur.
Sleep Disorder
 Circadian rhythm sleep disorder:
gangguan tidur dan jaga yang disebabakn oleh
kekacauan siklus tidur-jaga diakibatkan oleh jeta lag
atau rotasi waktu kerja (shift).
 Breathing-related sleep disorder:
gangguan yang ditandai dengan rasa kantuk
sepanjang hari diakibatkan oleh frekuensi terbangun
dari tidur akibat adanya gangguan bernafas, seperti
nafas tersedak, sulit bernafas atau nafas tiba-tiba
terhenti.
Parasomnia
 Nightmare disorder : mimpi buruk yang
menyebabkan individu tdk bisa tdr
nyenyak.
 Sleep terror disorder: tiba-tiba terbangun,
dgn rasa tkut tdk tahu sebabnya pasti.
 Sleepwalking disorder/SOMNABULISME
: tidur sambil berjalan.
 Narcoeplsy : serangan kantuk yg
datang tiba-tiba tanp abisa
dihentikan, biasanya individu tertidut
pulas selama 10 – 20 menit.
GANGGUAN-
GANGGUAN YANG
TERJADI PADA MASA
ANAK
AUTISME
 AUTISME : merupkan gangguan perkembangan
pervasif yang menghambat seluruh fungsi anak.
Autisme pertama kali ditemukan oleh Kanner
pada tahun 1943. Secara khas gangguan yang
termasuk dalam kategori ini ditandai dengan
distorsi perkembangan fungsi psikologis dasar
majemuk yang meliputi perkembangan
keterampilan sosial dan berbahasa, seperti
perhatian, persepsi, daya nilai terhadap realitas,
dan gerakan-gerakan motorik.
AUTISME
 Menurut hasil penelitian, tingkat
prevalensi dari autisme ini diperkirakan 4
sampai 5 per 10.000 anak akan
mengalami gangguan autism. Beberapa
penelitian yang mengunakan definisi lebih
luas dari autism memperkirakan 10
sampai 11 dari 10.000 anak mengalami
gangguan autism (Dawson & Castelloe,
1985; Safaria, 2005).
Kriteria diagnostik
 Timbul sebelum usia 30 bulan.
 Secara pervasif (menyeluruh dan meresap dalam)
kurang responsif terhadap orang lain sehingga
mengakibatkan kegagalan membina perilaku melekat
dengan orang lain.
 Gangguan yang sangat berat dalam kemampuan
perkembangan berbahasa.
 Apabila dapat berbicara, pola bicaranya sangat aneh,
misalnya terdapat ekolalia yang langsung atau
tertunda, bahasa metaforik atau memutarbalikan
penggunaan kata ganti (misalnya kata “kamu untuk
menyebut “saya” ).
Kriteria diagnostik autisme
 Respon yang aneh terhadap berbagai
keadaan dan aspek lingkungan, misalnya
menolak perubahan, minat yang aneh
atau terdapat kelekatan erat terhadap
benda atau benda yang bergerak.
 Tidak terdapat halusinasi, waham atau
pelonggaran asosiasi dan inkoherensi
seperti pada skizofrenia.
Etiologis autsime
 Pada beberapa kasus gangguan ini
dihubungan dengan dan diduga akibat dari
beberapa kondisi medis, seperti spasma
infantil, rubella kongenital, sklerosis
tuberosa, lipidosis serebral, dan anomali
komosom X rapuh, virus dan juga
keracunan timbal, merkuri, zat berbahaya
lainnya selama masa kandungan.
DOWN SYNDROM
 Gangguan ini terjadi akibat adanya sinrom
Fragile-X yaitu : gen x yang rapuh. Lebih
banyak diakibatkan oleh proses hereditas.
Biasanya down syndrom ini menyebabkan
munculnya retardasi mental.
RETARDASI MENTAL
 Retardasi mental ditandai dengan adanya
fungsi intelektual yang di bawah batas
ambang yaitu IQ 70 ke bawah. Terjadi
sebelum usia 18 tahun. Hal ini kemudian
menyebabkan terjadinya hendaya dalam
fungsi adaptif anak sehari-hari.
 Berjenjang dari ringan-sedang-berat-sangat
parah.
RETARDASI MENTAL RINGAN
 Gangguan retardasi mental ringan (mild)
memiliki IQ antara 50/55-70. mereka dapat
mengembangkan keterampilan sosial dan
komunikasi, memiliki hendaya minimal pada
aspek sensori-motornya. Sering disebut
dengan mampu “mampu didik” dan dapat
mempelajari keteram,pilan akademik sampai
SD kelas 6.
RETARDASI MENTAL SEDANG
 Gangguan retardasi mental SEDANG
(moderate) memiliki IQ antara 35/40-50/55.
mereka dapat belajar untuk berkomunikasi,
poor social awareness, fair motor skill. Sering
disebut dengan mampu “mampu latih” dan
dapat mempelajari keterampilan hidup untuk
diri sendiri seperti mandi, makan, bisa dilatih
akademiknya hingga tingkat kelas 2 SD.
RETARDASI MENTAL BERAT
 Gangguan retardasi mental berat (severe)
memiliki IQ antara 20/25-35/40. Mereka
memiliki keterampilan komunikasi yang
miskin, memiliki hendaya pada
psikomotoriknya. Sering disebut dengan
mampu “tdk mampu latih” dan sedikit dapat
mempelajari keteram,pilan hidup.
Komunikasinya sedikit.
RETARDASI MENTAL SANGAT
BERAT
 Gangguan retardasi mental SANGAT
BERAT (profound) memiliki IQ dibawah
20 atau 25 . Sangat tergantung dengan orang
lain dan membutuhkan rawatan yang intens.
Mengalami hendaya yang sangat berat baik
dari sisi motorik, sensorik, sosial dan
komunikasi. Tidak mampu berkomunikasi
sama sekali.
FETAL ALCOHOL SYNDROME
 Gangguan ini terjadi ditandai dengan cacat
secara fisik dan mental setelah seorang bayi
lahir akibat konsumsi alkhol berat yang
dilakukan oleh ibu selama masa
kehamilannya. Gangguan ini dapat
menyebabkan anak mengalami retardasi
mental. Berat badan lebih ringan dan tubuh
lebih pendek. Sering juga muncul bentuk
wajah yang tidak proporsional.
FETAL ALCOHOL SYNDROME
 Organ dalam, sistem syarat dan sistem
kardiovaskuler juga sering terganggu. Motorik
dan kognitifnya sering defisit. Kesulitan
koordinasi, tdk mampu berkonsentrasi,
hendaya dalam bicara dan pendengar. Ketika
memasuki masa anak mereka sering
menyendiri, mengisolasi diri (socially
withdraw or isolated).
RETT’S SYNDROM
 Hanya dialami oleh anak perempuan, ditandai
perkembangan yang normal sampai usia 5 bulan.
Tetapi antara 5 bulan – 4 tahun perkembangannya
melambat seperti pertumbuhan kepala melambat,
mengakibatkan fungsi kognitif, sosial dan
komunikasinya terhambat. Psikomotoriknya juga
mengalami hambatan ditandai dengan adanya
gerakan tangan yg aneh (hand-wringing),
koordinasi yang buruk dalam berjalan dan gerakan
tubuh.
ASPERGER SYNDROME
 Ciri gangguan ini adalah interaksi sosialnya
mengalami hendaya berat, sementara fungsi
kognitif dan bahasa cukup adekuat. Anak
juga menunjukkan pola perilaku yang
terbatas, repetitif, dan stereotipik.
CHILDHOOD DISINTEGRATIVE
DISORDER
 Ditandai dengan perkembangan yg normal
sampai 2 tahun pertama, tetapi setelah masa
itu dan sebelum usia 10 tahun, mulai
kehilangan keterampialn motorik, bahasa dan
fungsi adaptif lainnya seperti buang air kecil
dan buang air besar. Hendaya juga terjadi
pada interaksi sosial dan komunikasi, diikuti
dengan pola perilaku yang terbatas, repetitif,
dan stereotipik.
GANGGUAN BELAJAR
 MATEMATIK DISORDER : Gangguan yang ditunjukkan
dengan ketidakmampuan anak memahami dan memecahkan
soal matematis, walaupun dari segi kesulitan soal matematika
yang dikerjakan tergolong mudah.
 WRITTEN-EXPRESSION DISORDER : gangguan yang
ditunjukkan dengan ketidakmampuan anak dalam membuat
tulisan, mengeskpresikan pikirannya melalui tulisan. Tidak
mampu mengeja dengan benar, gramatikal yang buruk dan
alenia yang tidak koheren.
 READING DISORDER (DISLEKSIA) : ketidakmampuan
anak dalam membaca, mencerna kata, menganti kata-kata
sehingga kesulitan memahami rangkaian kalimat ketika
sedang membacanya.
GANGGUAN KOMUNIKASI
 EXPRESSIVE LANGUAGE DISORDER : Gangguan
yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan mengekspresikan
bahasa secara verbal.
 MIXED RECEPTIVE-EXPRESSIVE LANGUAGE
DISORDER : Gangguan yang ditunjukkan dengan
ketidakmampuan memahami sekaligus mengekspresikan
bahasa secara verbal.
 PHONOLOGICAL DISORDER : gangguan yang
ditunjukkan dengan ketidakmampuan anak mengartikulasikan
huruf, menganti huruf, dan menghilangkan huruf, sehingga
tidak sesuai dengan bunyi dari huruf tersebut. Misalnya kata
“Buka” diartikulasikan menjadi bunyi “Buta”. Anak tidak
mampu membunyikan huruf “K” secara tepat, diganti
menjadi huruf “T”.
MOTOR SKILL DISORDER
 DEVELOPMENTAL COORDINATION
DISORDER : Gangguan yang ditunjukkan dengan
adanya hambatan nyata dalam perkembangan
koordinasi motorik, sehingga membuat anak tdk
mampu melakukan suatu aktivitas motorik spesifik
yang membutuhkan koordinasi. Misalnya
menangkap bola, menendang bola, dll.
 STUTTERING (GAGAP) : gangguan yang
ditunjukkan dengan ketidaklancaran berbicara yang
tergagap-gagap, terpotong atau berualang-ulang
sehingga mempengaruhi proses komunikasi secara
lancar.
CONDUCT DISORDER
 Adanya pola perilaku antisosial umum yang menetap
 Pemberontakan/penyimpangan terhadap aturan sosial
 Agresi
 Perilaku merusak (distructiveness)
 Perilaku mencuri dan menipu/berbohong
 Perilaku kejam (cruelty)
 Melarikan diri dari rumah
 Perilaku pemaksaan hubungan seksual (coercive sex)
 Penyalahgunaan obat pada masa pra-remaja
Oppositional Defiant Disorder
 Internalisasi yang terbatas aturan sosial dan
norma
 Atribusi bermusuhan yang bias (hostile
attributional bias).
 Kemarahan dan adanya iritabilitas.
 Pola penentangan/penyimpangan terhadap
otoritas orang dewasa.
 Agresi, Temper trantums-Hubungan
problematik dengan orang tua
Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD)
 Ciri-ciri klinis utama dari gangguan ADHD
adalah Rentang Perhatian Pendek
(Distractibility), IMPULSIVITAS,
HIPERAKTIVITAS, RISK-TAKING.
 Akibatnya mereka kesulitan menyelesaikan
tugas-tugas akademik yang membutuhkan
tingkat konsentrasi tinggi. Mereka juga tidak
mampu melihat resiko/akibat dari perbuatan
yang dilakukannya.
Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD)
 Mereka juga menunjukkan keterlambatan
dalam perkembangan motorik dan
koordinasi. Akibatnya mereka sering gagal
ketika harus menyelesaikan tugas-tugas
sekolah yang menuntut koordinasi seperti
mengambar, mematung, atau bahkan
menulis.
Separation anxiety
 Gangguan yang ditandai dengan munculnya
kecemasan yang kuat ketika berpisah atau
akan ditinggal oleh ibunya, ayahnya atau
pengasuhnya. Anak menjadi takut dan tdk
mau ditinggal, menangis ketika akan
ditinggal, tidak bisa pisah dan selalu lekat
dengan orang tuanya atau pengasuhnya.
ENURESIS
 Ketidakmampuan anak untuk mengendalikan
perilaku buang kecil (ngompol).
 Dikatakan abnormal ketika perilaku
ngompolnya sdh tidak sesuai dengan usia
kronologis anak.
 Misalnya anak 7-10 tahun lebih masih
ngompol.
ENCOPRESIS
 Ketidakmampuan anak untuk mengendalikan
perilaku buang besar (babe).
 Dikatakan abnormal ketika perilaku buang air
besarnya sdh tidak sesuai dengan usia
kronologis anak.
 Misalnya anak 5-10 tahun lebih masih suka
babe dicelana, selain di wc.
DIAGNOSIS MULTIAXIAL
 Pedoman diagnosis yang sekarang banyak digunakan
diseluruh dunia adalah DSM yang singkatan dari “
Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders”.
 Dikembangkan pertama kali oleh American
Psychiatric Association pada tahun 1952.
 Tujuannya adalah untuk menciptakan manual dan
pedoman dalam menklasifikasikan gangguan
psikologis untuk keperluan menegakkan diagnostik.
Sejarah DSM
 Tahun 1952 = DSM-I
 Tahun 1968 = DSM-II
 Tahun 1980 = DSM-III
 Tahun 1987 = DSM III-R
 Tahun 1994 = DSM-IV
 Tahun 2000 = DSM IV-TR (text revision)
 Pembuatan DSM melalui beberapa tahap
penyempurnaan sehingga menghasilkan seri DSM
terakhir yang lebih reliabel dan valid untuk
digunakan sebagai manual diagnosis gangguan
psikologis.
Diagnosis Multiaxial
 Diagnosis multiaksis terdiri dari lima aksis, dgn
kategori gangguan yg berbeda sbb yaitu :
 Aksis I : Semua Gangguan Psikologis selain
Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental.
 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi
Mental
 Aksis III : Kondisi medis/penyakit fisik
 Aksis IV : Masalah Psikososial dan lingkungan
 Aksis V : Global assesment of functioning.
Diagnosis Multiaksial
 Pada aksis III : kondisi medis umum meliputi
penyakit fisik seperti diabetes, jantung, stroke,
dll.
 Aksis IV : masalah psikososial dan
lingkungan meliputi yaitu masalah
perkawinan, pekerjaan, sekolah, dll.
 AKSI V : menjelaskan ttg keberfungsian
individu berkisar antara skor 1 (paling rendah)
– 100 (paling optimal).
Keterangan Ujian
 Bahan ujian mid semester dari pendahuluan
psikologi abnormal sampai dgn gangguan
schizoprenia (menurut urutan di modul
anda).
 Bahan ujian semester dari gangguan
kepribadian sampai dgn diagnosis
multiaxial.
 Soal multipel choice.

Anda mungkin juga menyukai