Anda di halaman 1dari 11

BULETIN PSIKOLOGI  FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 

VOLUME 17, NO. 2, 2009: 98 – 108  ISSN: 0854‐7108 

MANIPULASI: KARAKTERISTIK EKSPERIMEN 
Sugiyanto 
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada 
   

Abstrak 

Salah  satu  karakteristik  penelitian  eksperimen  yang  penting  adalah  manipulasi. 


Manipulasi  adalah  penciptaan  kondisi  yang  dikenakan  pada  partisipan  agar  perilakunya 
berubah sesuai dengan harapan peneliti. Manipulasi dapat berwujud lingkungan fisik, tugas, 
dan  induksi.  Pada  manipulasi  lingkungan  fisik  partisipan  dikenai  lingkungan  fisik  tertentu 
yang diciptakan  oleh peneliti. Pada manipulasi tugas partisipan  diminta untuk mengerjakan 
sesuatu  oleh  peneliti.  Pada  manipulasi  induksi  partisipan  dirangsang  untuk  memiliki  atau 
merasakan sesuatu yang sebelumnya tidak dimiliki, dipikirkan, atau dirasakan. 
Untuk  meyakini  bahwa  manipulasi  sudah  berjalan  sesuai  dengan  rancangan,  peneliti 
perlu  menyiapkan  cek  manipulasi.  Cek  manipulasi  berfungsi  sebagai  bukti  bahwa  setiap 
kondisi yang diciptakan oleh peneliti memang sudah tercapai.  
Kata kunci:  manipulasi,  manipulasi lingkungan fisik, manipulasi tugas, manipulasi induksi, 
cek manipulasi. 
 
Pengantar  dan  (3)  pengukuran  efek  variabel  yang 
dimanipulasi  pada  variabel  yang  diukur, 
Penelitian eksperimen dalam psikologi  yaitu variabel dependen.  
menunjuk  pada  investigasi  dengan  mema‐
Di  antara  ketiga  karakteristik  ekspe‐
nipulasi  minimal  satu  variabel  (Solso, 
rimen, manipulasi merupakan konsep yang 
Johnson,  &  Beal,  1998).  Variabel  yang 
tampaknya  lambat  dipahami  di  kalangan 
dimanipulasi  adalah  variabel  independen 
psikologi di Indonesia. Salah satu sebabnya 
yang  merupakan  anteseden  penyebab. 
adalah pendapat bahwa dalam eksperimen 
Tujuan  manipulasi  adalah  untuk 
peneliti  tidak  wajib  memanipulasi  suatu 
mempelajari  hubungan  sebab‐akibat  atau 
variabel  independen  secara  fisik,  tetapi 
hubungan kausal antara variabel anteseden 
dapat  memanipulasi  melalui  seleksi. 
penyebab dan variabel konsekuensi. Dalam 
Maksudnya  adalah  bahwa  peneliti  tidak 
khasanah  metodologi  variabel  anteseden 
perlu  menciptakan  suatu  kondisi  tertentu 
yang  dimaksud  sama  dengan  variabel 
tetapi  bisa  menggantikannya  dengan 
independen,  sedangkan  variabel  konse‐
memilih  partisipan  yang  memiliki  kondisi 
kuensi  sama  dengan  variabel  dependen. 
tersebut.  Misalnya  variabel  suasana  hati; 
Sebagaimana  para  penulis  buku  ekspe‐
peneliti  memilih  partisipan  yang  sedang 
rimen pada umumnya, Solso, Johnson, dan 
mengalami  kegembiraan  (salah  satu 
Beal  menyatakan  bahwa  penekanan ekspe‐
suasana  hati  positif)  untuk  dibandingkan 
rimen adalah pada: (1) manipulasi variabel 
dengan partisipan yang sedang mengalami 
atau  faktor  tertentu,  yaitu  variabel 
kesedihan (salah satu suasana hati negatif). 
independen,  (2)  kontrol  pada  variabel  lain 
Tentu pilihan terhadap partisipan itu harus 
yang  diduga  mencemari  proses  penelitian, 
dilandasi  dengan  alasan  yang  kuat.  Dalam 

98  BULETIN PSIKOLOGI 
MANIPULASI: KARAKTERISTIK EKSPERIMEN 

artikel  ini  saya  berpandangan  bahwa  terapi  kepada  partisipan,  maka  peneliti 
seleksi  partisipan  menurut  bukan  merupa‐ hanya  mencatat  jumlah  sesi  terapi  yang 
kan manipulasi sebagaimana dimaksudkan  dijalani partisipan. Sebaliknya pada tingkat 
oleh  para  perintis  dan  pendahulu  peneli‐ manipulasi  tinggi  berarti  peneliti  mengen‐
tian eksperimen.  dalikan  sepenuhnya  kondisi  secara  cermat 
Lebih  jauh  lagi  Myers  dan  Hansen  dan  ketat  sebagaimana  keinginan  peneliti. 
(2002)  menyatakan  bahwa  eksperimen  Jika penelitian dilakukan dengan memberi‐
adalah  proses  yang  dijalankan  untuk  kan  pelatihan,  maka  peneliti  mengatur 
menunjukkan  bahwa  suatu  peristiwa  atau  dengan  ketat  jumlah  sesi  pelatihan,  misal‐
kejadian  dapat  diprediksi  dari  situasi  nya 3 sesi @ 1 jam. 
tertentu  yang  spesifik.  Tentu  yang  dimak‐ Tingkat imposisi unit yang diteliti juga 
sudkan  dengan  peristiwa  atau  kejadian  itu  bervariasi dalam satu garis kontinyu. Pada 
juga  meliputi  perilaku.  Para  peneliti  tingkat  imposisi  yang  rendah  peneliti 
psikologi  menggunakan  eksperimen  untuk  membiarkan  apapun  yang  dilakukan  oleh 
mendemonstrasikan kondisi‐kondisi terten‐ partisipan.  Jika  penelitian  dilakukan 
tu  yang  mengakibatkan  perilaku  tertentu  dengan  observasi,  maka  jenisnya  adalah 
diharapkan  terjadi  secara  teratur.  Hal  itu  observasi  naturalistik.  Jika  penelitian  dila‐
diperkuat  bahwa  ketika  kita  melakukan  kukan  dengan  wawancara,  maka  jenisnya 
eksperimen,  secara  sistematik  kita  adalah  pertanyaan  yang  sangat  terbuka. 
memanipulasi  kondisi  atau  memanipulasi  Sebaliknya  pada  tingkat  imposisi  yang 
setting  perilaku.  Manipulasi  kondisi  dapat  tinggi  peneliti  membatasi  apa  saja  yang 
dilakukan pada semua elemen/aspek suatu  boleh  dilakukan  oleh  partisipan.  Jika 
kondisi  atau  beberapa  elemen/aspek  saja.  penelitian  dilakukan  dengan  observasi, 
Tujuannya  adalah  untuk  memodifikasi  maka  partisipan  hanya  boleh  melakukan 
perilaku  yang  dapat  diobservasi  dalam  satu‐dua  hal  yang  amat  terbatas.  Jika 
kondisi  yang  spesifik.  Myers  dan  Hansen  penelitian  dilakukan  dengan  wawancara, 
mengajukan  minimal  dua  syarat  untuk  maka  jenisnya  adalah  pertanyaan  tertutup, 
menguji  apakah  suatu  penelitian  merupa‐ misalnya  hanya  mengandung  jawaban  ya 
kan  eksperimen  atau  bukan.  Pertama  dan tidak. 
terdapat  prosedur  manipulasi  kondisi.  Memang  tingkat  manipulasi  kondisi 
Kedua  hasil  atau  akibat  yang  diharapkan  bisa  mengundang  pro  dan  kontra.  Pada 
harus  dapat  diobservasi.  Observasi  yang  pihak  yang  pro  alasannya  adalah  agar 
dimaksud  adalah  dalam  pengertian  yang  dapat  diketahui  dengan  pasti  alur  sebab‐
luas.  akibat  atau  kausalitas;  dengan  mengatur 
Myers  dan  Hansen  (2002)  mengakui  suatu  kondisi  maka  dapat  diketahui 
bahwa  semua  pendekatan,  metode,  atau  perilaku  berkutnya  yang  akan  terjadi. 
tipe  penelitian  dapat  dijelaskan  sepanjang  Sebaliknya  pada  pihak  yang  kontra  akan 
dua  dimensi  pokok,  yaitu  tingkat  mani‐ mengkritik  bahwa  manipulasi  adalah 
pulasi  dan  tingkat  imposisi  unit  yang  sesuatu yang tidak realistik dan tidak akan 
diteliti.  Tingkat  manipulasi  kondisi  berva‐ dijumpai  dalam  kehidupan  sehari‐hari. 
riasi dalam satu garis kontinyu, dari rendah  Artinya kondisi yang dimanipulasi bersifat 
ke  tinggi.  Tingkat  rendah  berarti  peneliti  artifisial  dan  dibuat‐buat,  khususnya  pada 
membiarkan  kondisi  sebagaimana  apa  pengaturan  kondisi  yang  melibatkan 
adanya  tanpa  intervensi  peneliti.  Jika  partisipan  manusia.  Namun  tentu  saja 
penelitian  dilakukan  dengan  memberikan  argumen pihak yang kontra dapat dilemah‐

BULETIN PSIKOLOGI  99
SUGIYANTO 

kan  dengan  kemungkinan‐kemungkinan  saja,  Jadi  dalam  satu  variabel  independen 


kondisi  yang  meskipun  sekarang  masih  minimal  terdapat  dua  kondisi  yang  berbe‐
bersifat  artifisial,  tetapi  di  masa  akan  da.  Kondisi‐kondisi  itu  diciptakan  (dari 
datang bisa menjadi realistik.  sesuatu  yan  belum  ada)  atau  diubah‐ubah 
Eksperimen berfungsi  untuk mengeks‐ (dari  sesuatu  yang  telah  ada)  oleh  peneliti 
plorasi  suatu  efek  yang  bisa  dimanipulasi.  dengan sengaja. 
Sejumlah  ilmuwan  berargumentasi  bahwa  Manipulasi  dapat  dilakukan  secara 
sebagian  variabel  independen  bisa  dimani‐ kulitatif atau kuantitatif. Manipulasi secara 
pulasi  dan  sebagian  yang  lain  tidak  bisa  kulitatif  dilakukan  dengan  membedakan 
dimanipulasi.  Contoh  manipulasi  yang  kondisi‐kondisi  berdasarkan  jenis,  macam, 
dapat  dilakukan  adalah  dosis  obat,  jumlah  atau  tipe.  Asumsi  pada  manipulasi  secara 
bantuan  kesejahteraan, macam  psikoterapi,  kualitatif adalah kesetaraan antara kondisi‐
dan jumlah siswa dalam satu kelas. Contoh  kondisi yang dibandingkan. Misalnya jenis 
manipulasi  yang  sukar,  bahkan  tidak  bisa,  terapi (kognitif dan behavioral) dan macam 
dimanipulasi  adalah  meletusnya  gunung  pelatihan.(di  dalam  ruang  tertutup  dan  di 
berapi  dan  atribut  individu  (usia,  gen,  dan  lapangan  terbuka).  Manipulasi  secara 
jenis  kelamin  biologis).  Faktor  demografik  kuantitatif dilakukan dengan membedakan 
seperti  jenis  kelamin  dan  usia  juga  tidak  kondisi‐kondisi  berdasarkan  ukuran  yang 
bisa atau sukar dimanipulasi. Kepribadian,  dapat  dihitung,  antara  lain  jumlah,  luas, 
seperti  keterbukaan  dan  neurotisisme  dan  durasi.  Misalnya  jumlah  terapi  (5  sesi 
dalam  model  kepribadian  lima  besar  juga  dan 7 sesi), luas ruang kantor (9 m2 dan 16 
tidak bisa atau sukar dimanipulasi. Namun  m2),  dan  durasi  menonton  televisi  (1  jam 
dalam  perkembangan  metodologi  peneli‐ dan 2 jam).  
tian  psikologi  dewasa  ini  semakin  banyak 
kondisi yang dapat dimanipulasi. Misalnya 
Variabilitas Akibat 
suasana  hati,  kerjasama,  dan  prestasi.  Hal 
ini  biasa  disebut  sebagai  hasil  induksi  Manipulasi  kondisi  eksperimen  akan 
(inducement). Inilah yang kita sebut dengan  menimbulkan  variabilitas  akibat,  yaitu 
manipulasi induksi.  perilaku  partisipan  (Myers  &  Hansen, 
Variabel  independen  dimanipulasi  2002). Semua partisipan yang mendapatkan 
oleh  peneliti  atau  eksperimenter  dengan  kondisi  perlakuan  yang  sama  diharapkan 
membuat  minimal  dua  kondisi  yang  perilakunya sama pula. Artinya variabilitas 
berbeda.  Secara  tradisional  biasanya  satu  perilaku  antar  partisipan  yang  mendapat‐
kondisi  dikenakan  pada  partisipan  kelom‐ kan  kondisi  perlakuan  yang  sama  adalah 
pok eksperimen dan satu kondisi yang lain  kecil.  Kesalahan  manipulasipun  akan  kecil 
dikenakan  pada  partisipan  kelompok  pula.  Jika  variabilitas  perilaku  antar 
kontrol.  Misalnya  pada  kondisi  pertama  partisipan  besar,  maka  kesalahan  akan 
sekelompok  partisipan  dikenai  pelatihan  besar pula. Dalam keadaan seperti itu patut 
manajemen  diri,  sedangkan  pada  kondisi  ditinjau  kembali  dua  hal,  yaitu  rancangan 
kedua  sekelompok  partisipan  yang  lain  manipulasi  dan  pelaksanaan  manipulasi 
tidak  dikenai  pelatihan  manajemen  diri.  yang  dilakukan  oleh  peneliti.  Jika  letak 
Kedua  kondisi  itu  disebut  sebagai  level  kesalahan  pada  rancangan  manipulasi, 
perlakuan  atau  tritmen  pada  variabel  maka  peneliti  harus  berpikir  ulang  untuk 
independen  yang  lebih  lazim  disebut  merevisi rancangan itu. Jika letak kesalahan 
sebagai  kondisi  eksperimen  atau  kondisi  pada  pelaksanaan  manipulasi,  maka 

100  BULETIN PSIKOLOGI 
MANIPULASI: KARAKTERISTIK EKSPERIMEN 

peneliti  harus  mengatur  prosedur  agar  Manipulasi Lingkungan Fisik 


standar.  Hal‐hal  itulah  yang  kemudian 
seringkali disebut sebagai reliabilitas mani‐ Manipulasi  lingkungan  fisik  adalah 
pulasi atau reliabilitas variabel independen.  menciptakan kondisi lingkungan fisik yang 
Namun  adakalanya  ditemukan  variabilitas  akan  dikenakan  pada  partisipan.  Misalnya 
yang  tidak  kecil  meskipun  rancangan  membuat  ruang  yang  longgar  (berukuran 
sudah  tepat  dan  pelaksanaan  sudah  7x7  meter)  dan  ruang  yang  sesak  (beru‐
standar. Kemungkinan hal itu terletak pada  kuran  3x3  meter).  Agar  benar‐benar  hanya 
perbedaan  individual,  yakni  perbedaan  luas  ruang  yang  berbeda,  maka  tinggi 
antar  partisipan  yang  berasal  dari  faktor  dinding,  lantai,  warna  cat,  dan  semua  hal 
internal  tiap‐tiap  partisipan,  misalnya  harus  sama.  Dalam  manipulasi  itu  peneliti 
kepribadian.  sepenuhnya  mengendalikan  pembuatan 
ruang. 
Sebaliknya  sejumlah  partisipan  yang 
mendapatkan  suatu  kondisi  tertentu  akan  Ihlabaek,  Love,  Eilertsen,  dan 
berbeda  perilakunya  dibandingkan  sejum‐ Magnussen  (2003)  menciptakan  dua 
lah  partisipan  lain  yang  mendapatkan  kondisi  lingkungan  fisik  dalam  penelitian 
kondisi  perlakuan  yang  lain.  Artinya  tentang  perbandingan  memori  saksi  pada 
variabilitas  antar  dua  kelompok  partisipan  peristiwa  kriminal  melalui  situasi  nyata 
yang  mendapatkan  kondisi  perlakuan  dan  melalui  video.  Kondisi  lingkungan 
berbeda  adalah  besar.  Namun  kesalahan  fisik  pertama  berupa  situasi  nyata  peram‐
manipulasipun  juga  tetap  kecil.  Itulah  pokan di suatu bank yang diperankan oleh 
akibat  manipulasi  yang  memang  diharap‐ dua  polisi.  Sekelompok  partisipan  sudah 
kan terjadi.   ada  di  lokasi  itu.  Polisi  berperan  sebagai 
perampok  bank;  satu  perampok 
Dengan  manipulasi  secara  kuantitatif 
mengenakan  topeng  dan  satu  perampok 
atau  kualitatif  diharapkan  terjadi  perbe‐
yang  lain  tidak  mengenakan  topeng. 
daan  akibat.  Beberapa  kondisi  perlakuan 
Perampok  bersenjata  revolver  dan  pistol. 
yang  berbeda  akan  mengakibatkan  peru‐
Keduanya  masuk  ke  lokasi  dengan  berlari 
bahan  perilaku  pada  kondisi  tertentu  dan 
sambil  berteriak  memberitahukan  bahwa 
tidak  akan  mengakibatkan  perubahan 
ini perampokan dan agar partisipan tiarap. 
perilaku  pada  kondisi  yang  lain.  Hal  itu 
Perampok  pertama  menuju  kasir  untuk 
akan  semakin  nyata  pada  waktu  manipu‐
minta  uang  dan  perampok  kedua  menjaga 
lasi  berwujud  dua  kondisi  yang  secara 
partisipan  agar  tetap  tiarap  melihat  ke 
kuantitatif  sangat  berlawanan,  misalnya 
bawah. Keduanya agresif dan mengancam, 
penyajian  suara  bising  tinggi  (90  dB)  dan 
bahkan  perampok  kedua  melepas  jam 
suara  bising  rendah  atau  tenang  (20  dB). 
tangan  salah  satu  partisipan.  Perampokan 
Variabilitas  itu  kemungkinan  akan  terjadi 
hanya  berlangsung  1  menit.  Kondisi 
juga  pada  manipulasi  yang  berwujud  dua 
manipulasi  kedua  berupa  perampokan 
kondisi  yang  secara  kualitatif  sangat 
melalui  video  yang  merupakan  hasil 
berlawanan,  misalnya  bimbingan  orangtua 
rekaman  dari  perampokan  dalam  situasi 
dan  diskusi  antar  teman  sebaya.  Dengan 
nyata. Video berupa gambar yang lengkap, 
demikian  justru  peneliti  berharap  bahwa 
sudut  pengambilan  yang  tepat,  dan  suara 
dua  atau  lebih  kondisi  perlakuan  yang 
yang  jelas.  Dengan  demikian  hasil 
berbeda  akan  mengakibatkan  variabilitas 
penelitian  dapat  dinilai  kuat  bahwa  cara 
perilaku yang besar. 
peneliti  menyajikan  peristiwa  kriminal 
mempengaruhi  atau  tidak  mempengaruhi 

BULETIN PSIKOLOGI  101
SUGIYANTO 

memori  partisipan  yang  bertindak  sebagai  penelitian  Baron  kendali  manipulasi  tidak 
saksi suatu peristiwa perampokan.  sepenuhnya  ada  pada  peneliti.  Jika  peneli‐
Namun  peneliti  tidak  selalu  memiliki  tian  dilakukan  berhari‐hari,  maka  terdapat 
keistimewaan  untuk  sepenuhnya  mengen‐ kemungkinan  tingkat  keharuman  bau  roti 
dalikan  manipulasi.  Adakalanya  peneliti  yang  dibakar  dan  kopi  yang  direbus  tidak 
tidak  dapat  menciptakan  kondisi  ling‐ sama antar hari yang berbeda. Oleh karena 
kungan fisik, sehingga peneliti hanya dapat  itu  keyakinan  bahwa  bau  harum  menjadi 
memilih  lingkungan  fisik  yang  sudah  ada.  sebab  tentu  tidak  sekuat  kalau  Baron 
Hal ini ditunjukkan dalam penelitian Baron  menciptakan  2  lokasi,  yaitu  satu  lokasi 
(1997)  tentang  pengaruh  bau  harum  yang  yang  dibuat  agar  beraroma  harum  dan 
menyenangkan terhadap perilaku prososial  lokasi lain yang dibuat agar tidak beraoma 
pengunjung mal. Pertama‐tama peneliti itu  harum. 
bersama‐sama  dengan  beberapa  orang  Manipulasi  kondisi  lingkungan  fisik 
yang  dipandang  memahami  masalah  bau  yang  sedekat  mungkin  bersifat  nyata 
mengunjungi  suatu  mal  untuk  mengiden‐ pernah  dilakukan  oleh  Sczesny  dan 
tifikasi  wilayah  yang  berbau  dan  tidak  Stahlberg  (2002).  Dalam  eksperimen  1 
berbau harum yang menyenangkan. Kemu‐ kedua  peneliti  menguji  pengaruh  parfum 
dian wilayah itu ditemukan dan ditentukan  dan  jenis  kelamin  pelamar  terhadap 
sebagai  lokasi  penelitian.  Wilayah  yang  keputusan seleksi karyawan. Pertama‐tama 
berbau  harum  terletak  di  dekat  dua  usaha  untuk  memanipulasi  parfum  dilakukan 
roti dan kafe kopi, sedangkan wilayah yang  dengan  prastudi  penentuan  parfum.  Dari 
kontras,  yakni  tanpa  bau  yang  menye‐ 12 parfum (6 parfum feminin dan 6 parfum 
nangkan  terletak  di  dekat  toko‐toko  maskulin;  feminin  dan  makulin  adalah 
pakaian dan semacamnya.   label  yang  dikenakan  oleh  produsen  par‐
Memang  kita  bisa  mengajukan  kebe‐ fum),  masing‐masing  parfum  dievaluasi 
ratan bahwa Baron (1997) sama sekali tidak  oleh  5  partisipan  prastudi.  Dengan  demi‐
menciptakan  suatu  kondisi,  tetapi  hanya  kian  diperlukan  60  partisipan  prastudi. 
menggunakan  kondisi  yang  telah  tersedia.  Penilaian  terhadap  femininitas  dan 
Asumsi  Baron  adalah  bahwa  karena  bau  maskulinitas  parfum  dilakukan  dengan 
atau  aroma  maka  terjadi  modifikasi  peri‐ skala  6  poin,  skor  1  berarti  sama  sekali 
laku.  Tentu  kita  bisa  menanya‐nanyakan  bukan  parfum  feminin  atau  maskulin, 
apakah hasil penelitian nanti bisa disimpul‐ sedangkan  skor  6  berarti  sangat  feminin 
kan  bahwa  aroma  harum  yang  menye‐ atau maskulin. Dari prastudi itu ditentukan 
nangkan  benar‐benar  mempengaruhi  satu  parfum  feminin  dan  satu  parfum 
perilaku prososial pengunjung mal dengan  maskulin.  Kemudian  manipulasi  kondisi 
kesediaan  untuk  memberi  uang  receh  lingkungan  fisik  dijalankan  dengan  dua 
sebagai  penukar  uang  kertas  utuh  yang  cara;  pertama  parfum  disemprotkan  pada 
diminta  oleh  asisten  peneliti.  Problem  surat  lamaran  dan  kedua  parfum  disem‐
validitas  penelitian  terletak  pada  derajat  protkan  pada  meja  di  ruang  yang  nanti 
kendali  peneliti  atas  manipulasi  yang  akan  digunakan  oleh  partisipan  waktu 
dilakukan.  Jika  kendali  atas  manipulasi  melakukan  seleksi  pelamar.  Dengan  demi‐
sepenuhnya  ada  pada  tangan  peneliti,  kian  terdapat  dua  kondisi  lingkungan  fisik 
maka  kita  bisa  menyimpulkan  bahwa  berupa  bau  parfum  feminin  pada  surat 
memang  kondisi  yang  diciptakan  oleh  lamaran,  meja,  dan  ruang  yang  ditempati 
peneliti  benar‐benar  sebagai  sebab.  Pada  oleh  partisipan.  Manipulasi  jenis  kelamin 

102  BULETIN PSIKOLOGI 
MANIPULASI: KARAKTERISTIK EKSPERIMEN 

pelamar  dilakukan  dengan  menggunakan  Shafran,  Lee,  Payne,  dan  Fairburn  (in 
nama  pria  dan  nama  wanita  pada  berkas  press)  melakukan  penelitian  tentang  dam‐
lamaran.  Nama  pelamar  pada  kondisi  pria  pak  pemeriksaan  tubuh  terhadap  estimasi 
adalah  Mr.  Peter  Keller,  sedangkan  nama  ukuran tubuh dan kepuasan tubuh pada 60 
pelamar  pada  kondisi  wanita  adalah  Mrs.  wanita  berusia  antara  18‐45  tahun  yang 
Petra  Keller.  Ide  Sczesny  dan  Stahlberg  tidak  mempunyai  gangguan  makan  dan 
yang  kelihatannya  sederhana  dan  jarang  tidak  depresi.  Manipulasi  berwujud  dua 
dilakukan oleh peneliti itu sebenarnya jauh  kondisi  perlakuan,  yaitu  kondisi  peme‐
dari  cukup  untuk  memanipulasi  kondisi  riksaan  tubuh  sangat  cermat  dan  kondisi 
yang sesuai dengan kenyataan.   pemeriksaan  kurang  cermat.  Pada  kondisi 
Beehr,  Ivanitskaya,  Glaser,  Erofeev,  pemeriksaan  tubuh  sangat  cermat,  parti‐
dan Canali (2004) meneliti pengaruh penga‐ sipan  diminta  untuk  membuka  pakaian 
laman berada dalam lingkungan kekerasan  dan  berkaca  pada  kaca  ukuran  tubuh. 
terhadap  akurasi  memori.  Partisipan  Partisipan  diminta  untuk  memusatkan 
adalah  para  perwira  polisi.  Pengalaman  perhatiannya  pada  bagian  tubuh  yang 
berasa  dalam  lingkungan  kekerasan  dirasa kurang memuaskan. Mereka diminta 
dimanipulasi  dengan  3  kondisi.  Kondisi  untuk memeriksa dan mengecek daerah itu 
pertama adalah simulasi pengalaman nyata  untuk  memperoleh  informasi  yang  lebih 
dalam  pelatihan  untuk  mendobrak  suatu  banyak.  Misalnya  mereka  diminta  melihat 
rumah  dengan  melibatkan  tembak‐ dadanya melalui sudut yang berbeda‐beda. 
menembak dengan seorang bersenjata yang  Juga  diminta  untuk  menyentuh,  merasa‐
bersembunyi  dalam  rumah  itu.  Kondisi  kan,  menekan,  dan  menggerak‐gerakkan 
kedua  adalah  menonton  video  simulasi  bagian tubuh itu selagi berkaca.  
pengalaman  nyata  yang  sama  dengan  Pada  kondisi  pemeriksaan  tubuh 
kondisi pertama secara rinci. Kondisi ketiga  kurang  cermat  partisipan  diminta  untuk 
adalah  menonton  video  simulasi  penga‐ melihat  semua  bagian  tubuh  di  kaca,  tiap 
laman  nyata  yang  sama  dengan  kondisi  bagian  beberapa  detik,  mulai  dari  kepala 
pertama,  tetapi  tanpa  suara  tembak‐ sampai  ujung  jari  kaki.  Satu‐persatu 
menembak.  Dengan  demikian  kondisi  eksperimenter  menyebut  bagian‐bagian 
lingkungan  fisik  yang  paling  realistik  tubuh  itu,  sedangkan  partisipan  diminta 
adalah  kondisi  pertama  karena  partisipan  untuk  mendeskripsikan  setiap  bagian 
benar‐benar  mengalami  situasi  yang  seperti  biasa.  Dalam  mendeskripsikan  tiap 
menegangkan.  bagian tubuh, partisipan diminta agar tidak 
menggunakan  kata‐kata  positif  atau 
negatif.  Selain  itu  partisipan  juga  diminta 
Manipulasi Tugas 
untuk  mengatakan  setiap  bagian  tubuh 
Manipulasi  tugas  adalah  penciptaan  sebagaimana mereka melihat orang lain. 
satu  atau  beberapa  pekerjaan  yang  akan  Dalam studi 1, Whiting, Podsakoff, dan 
dilakukan  oleh  partisipan.  Partisipan  Pierce  (2008)  melakukan  manipulasi  yang 
diminta  untuk  melakukan  hal‐hal  yang  kompleks  pada  4  variabel  independen. 
ditugaskan  atau  diminta  oleh  peneliti.  Variabel  dependen  adalah  penilaian 
Misalnya partisipan diminta untuk menulis  kinerja.  Hanya  3  variabel  independen  saja 
kegiatannya  pada  buku  harian  secara  yang  dijelaskan  di  sini.  Ketiga  peneliti  itu 
teratur (tiap hari sekali  sebelum tidur) dan  memanipulasi  kondisi  tiga  variabel  inde‐
tidak menulis kegiatannya sama sekali.  penden,  yaitu  penyelesaian  tugas,  pembe‐

BULETIN PSIKOLOGI  103
SUGIYANTO 

rian  bantuan,  dan  usulan  perbaikan.  x  3  variabel  independen)  sebelum  menilai 


Manipulasi  kondisi  pada  tiap‐tiap  variabel  kinerja  semua  sekretaris.  Mengapa  hanya 
independen  dilakukan  dengan  membuat  75%  uraian  yang  ditugaskan  oleh  peneliti? 
dua  uraian  pendek  perilaku  semacam  Alasannya  adalah  berdasar  penelitian 
insiden kritis; satu uraian yang positif atau  terdahulu  dan  agar  benar‐benar  sesuai 
tinggi  dan  satu  uraian  lagi  yang  negatif  dengan  situasi  senyatanya  bahwa  seorang 
atau  rendah.  Uraian  itu  adalah  tentang  manajer  tidak  mungkin  memperoleh  selu‐
perilaku  8  sekretaris  yang  bekerja  pada  ruh  informasi  sebelum  melakukan  peni‐
suatu  universitas.  Pembuatan  uraian  dila‐ laian kinerja semua sekretaris. 
kukan  dengan  mengambil  dari  penelitian 
sebelumnya  dan  ditambah  dengan  insiden 
Manipulasi Induksi 
yang  baru  sesudah  mewawancarai  sejum‐
lah sekretaris.  Manipulasi induksi adalah rangsangan 
Contoh  uraian  pendek  yang  dibuat  atau  pancingan  yang  dilakukan  oleh 
oleh  Whiting,  Podsakoff,  dan  Pierce  (2008)  peneliti  agar  partisipan  yang  sebelum 
pada manipulasi positif penyelesaian tugas  eksperimen dilakukan tidak memiliki suatu 
adalah  sebagai  berikut:  Saya  amati  Kim  hal  berubah  menjadi  memiliki  suatu  hal 
menghadapi  kartu  yang  berisi  pekerjaan  tertentu.  Makna  memiliki  adalah  termasuk 
yang  harus  diselesaikan  pada  hari  itu.  memikirkan  dan  merasakan.  Misalnya 
Pekerjaan  itu  termasuk  permintaan  lang‐ partisipan  yang  sebelum  eksperimen 
sung  atau  melalui  telepon  dari  manajer  berlangsung  tidak  memiliki  motivasi  kerja 
kantor,  profesor,  dan  mahasiswa  pasca‐ yang  tinggi  (skor  1‐5  dalam  skala  10) 
sarjana.  Hal  inilah  yang  kemungkinan  diubah  oleh  peneliti  menjadi  memiliki 
menjelaskan  mengapa  Kim  selalu  mampu  motivasi kerja yang tinggi (skor 8‐10 dalam 
menyelesaikan  tugas  tepat  waktu.  Contoh  skala  10).  Manipulasi  induksi  dapat 
uraian  pendek  manipulasi  pemberian  dipahami  dengan  penelitian  Bolte, 
bantuan  adalah  sebagai  berikut:  Sydney  Goschke, dan Kuhl (2003) dan Brifiol, Petty, 
mengamati  Jane  (seorang  sekretaris  yang  Valle, Rucker, dan Becerra (2007). 
baru)  yang  sedang  beruasha  keras  meng‐ Pada eksperimen 2 Bolte, Goschke, dan 
ganti  tinta  mesin  fotokopi.  Meskipun  Kuhl  (2003)  meneliti  efek  suasana  hati 
Sydney sedang sibuk sepanjang waktu, dia  positif  dan  negatif  terhadap  penilaian 
rela  menyela  waktunya  untuk  memper‐ implisit  pada  koherensi  semantik.  Para 
lihatkan kepada Jane cara yang tepat untuk  peneliti  membuat  dua  kondisi  perlakuan, 
mengganti  toner.  Contoh  uraian  pendek  yaitu  suasana  hati  positif  dan  suasana  hati 
manipulasi  usulan  perbaikan  adalah  seba‐ negatif.  Pada  kondisi  suasana  hati  positif 
gai berikut: Terry tidak takut menyuarakan  partisipan  diinstruksikan  untuk  mengingat 
pendapatnya  tentang  cara  meningkatkan  suatu  peristiwa  bahagia  yang  pernah 
alur  kerja  pada  departemen  tempatnya  dialaminya di masa lalu. Pada kondisi sua‐
bekerja meskipun beberapa sekretaris yang  sana  hati  negatif  partisipan  diinstruksikan 
lain berpikir bahwa seharusnya Terry diam  untuk  mengingat  sejelas  dan  seakurat 
saja.   mungkin  peristiwa  sedih  yang  pernah 
Pada  pelaksanaan  eksperimen,  dialaminya  di  masa  lalu.  Partisipan  dido‐
Whiting,  Podsakoff,  dan  Pierce  (2008)  rong  untuk  membentuk  bayangan  tentang 
menugaskan  tiap  partisipan  untuk  mem‐ peristiwa  itu  dan  mengungkap  lagi  emosi 
baca 18 dari 24 uraian pendek (8 sekretaris  yang  dirasakan  pada  waktu  peristiwa 

104  BULETIN PSIKOLOGI 
MANIPULASI: KARAKTERISTIK EKSPERIMEN 

terjadi. Manipulasi induksi itu berlangsung  dibanding  kursi  yang  diduduki  oleh 


selama 5 menit.  partisipan pada kekuasaan rendah. 
Tentu  kita  bisa  menanya‐nanyakan  Sekali lagi kita bisa menanya‐nanyakan 
apakah  suasana  hati  yang  biasanya  dipan‐ apakah  peran  dapat  menimbulkan  kekua‐
dang sebagai faktor internal individu dapat  saan.  Brifiol,  Petty,  Valle,  Rucker,  dan 
diubah‐ubah  sesuai  dengan  rancangan  Becerra  (2007)  sudah  menjawab  bahwa 
peneliti.  Apalagi  proses  induksi  hanya  dengan  berperan  atau  berpikir  sebagai 
berlangsung  selama  5  menit.  Tampaknya  atasan atau bawahan, bahkan sudah duduk 
hal  itu  tergantung  pada  pendekatan  di  atas  kursi  yang  berbeda,  partisipan 
psikologi  atau  dasar  teori  yang  digunakan  seakan‐akan  sudah  merasa  memiliki  ting‐
oleh  peneliti  untuk  menjelaskan  dan  kat  kekuasaan  tertentu.  Tampaknya  para 
mengoperasionalkan  konsep  suasana  hati.  peneliti  menggunakan  pendekatan  kogni‐
Meskipun  hanya  diuraikan  sekilas,  dapat  tif‐behavioral. 
diduga  Bolte,  Goschke,  dan  Kuhl  (2003) 
menggunakan  pendekatan  kognitif.  Ketiga 
Cek Manipulasi 
peneliti  itu  berpandangan  bahwa  dengan 
mengingat,  membayangkan,  dan  menggali  Bagaimana  kita  yakin  bahwa  mani‐
emosi  suatu  peristiwa  pada  masa  lalu  pulasi  variabel  independen  telah  bekerja 
seakan‐akan  sudah  muncul  suasana  hati  sesuai  dengan  maksud  peneliti?  Benarkah 
tertentu.  kondisi  perlakuan  sudah  benar‐benar 
Penggunaan  manipulasi  induksi  yang  berjalan  sesuai  dengan  rencana  peneliti? 
lain  dilakukan  pada  eksperimen  1  Brifiol,  Atau  bagaimana  kita  yakin  bahwa  partisi‐
Petty,  Valle,  Rucker,  dan  Becerra  (2007).  pan yang ditempatkan dalam level variabel 
Mereka  meneliti  efek  kekuasaan  terhadap  independen  yang  berbeda  dalam  kondisi 
keyakinan  diri.  Kekuasaan  dimanipulasi  yang  berbeda  telah  menjalani  prosedur 
dengan  dua  kondisi,  yaitu  kondisi  penelitian  yang  sesuai  dengan  rancangan 
kekuasaan  tinggi  dan  kondisi  kekuasaan  peneliti?  Oleh  karena  itulah  manipulasi 
rendah.  Partisipan  pada  kekuasaan  tinggi  perlu  dicek  apakah  setiap  kondisi  sudah 
berperan  sebagai  atasan,  yaitu  manajer,  benar‐benar berjalan sesuai dengan rencana 
sedangkan  partisipan  pada  kekuasaan  peneliti.  
rendah  berperan  sebagai  bawahan,  yaitu  Cek  manipulasi  merupakan  suatu  cara 
karyawan.  Mereka  diberitahu  bahwa  pengukuran  untuk  mengkonfirmasikan 
permainan  peran  akan  berlangsung  dalam  bahwa  variabel  independen  telah  berjalan 
suatu rapat kerja. Partisipan yang berperan  pada  level  yang  dimaksud  pada  kondisi 
sebagai  atasan  diberitahu  bahwa  mereka  yang berbeda‐beda (Sani & Todman, 2006). 
mempunyai  kontrol  sepenuhnya  pada  Dengan  maksud  yang  sama  Myers  dan 
proses  kerja,  penilaian  terhadap  bawahan,  Hansen  (2002)  menyatakan  bahwa  mani‐
dan  pembagian  imbalan.  Sebaliknya  pulasi  perlu  dicek;  artinya  peneliti  meng‐
partisipan  yang  berperan  sebagai  bawahan  ajukan  pertanyaan  kepada  dirinya  sendiri 
diberitahu  bahwa  mereka  tidak  mempu‐ bahwa  benarkah  kondisi  perlakuan  sudah 
nyai  kontrol  pada  proses  kerja,  proses  benar‐benar berjalan sesuai dengan rencana 
evaluasi,  dan  pembagian  imbalan.  Untuk  peneliti.  Cek  manipulasi  memverifikasi 
menyesuaikan  dengan  kekuasaan,  paritisi‐ kesuksesan  atau  keberhasilan  manipulasi 
pan  pada  kekuasaan  tinggi  diminta  duduk  kondisi  atau  situasi  yang  dimaksud  oleh 
di  kursi  yang  lebih  tinggi  dan  lebih  bagus  peneliti. 

BULETIN PSIKOLOGI  105
SUGIYANTO 

Semenjak  awal  peneliti  memang  perlu  terus‐menerus  bertanya  tentang  tugasnya 


merancang cek manipulasi. Artinya peneliti  selama  eksperimen?  Apakah  partisipan 
menyiapkan  cara  yang  akan  digunakan  masih  belum  berubah  meskipun  sudah 
untuk  memverifikasi  semua  kondisi  yang  diberi  penjelasan?  Jika  terjadi  hal‐hal 
diciptakan.  Myers  dan  Hansen  (2002)  seperti  itu,  kemungkinan  instruksi  atau 
menyarankan  agar  dilakukan  wawancara  petunjuk  yang  diberikan  oleh  peneliti 
informal dengan partisipan atau pemberian  justru  membingungkan  partisipan.  Oleh 
angket  tertulis  yang  bersifat  terbuka  pada  karena  itu  peneliti  harus  menyiapkan 
akhir  tahap  eksperimen.  Tujuannya  adalah  beberapa alternatif cara cek manipulasi. 
untuk  memperoleh  informasi  tentang  Sczesny  dan  Stahlberg  (2002)  mewa‐
keberhasilan  manipulasi  kondisi.  Dalam  wancarai  partisipan  setelah  pengukuran 
wawancara  atau  angket,  peneliti  bertanya  variabel  dependen  selesai.  Pada  ekspe‐
kepada  partisipan  tentang  pikiran  dan  rimen  1  Sczesny  dan  Stahlberg,  kepada 
perasannya  selama  eksperimen  berlang‐ partisipan  diajukan  dua  pertanyaan.  Perta‐
sung.  Peneliti  juga  bertanya  apakah  parti‐ nyaan  pertama  tentang  bau  pada  berkas 
sipan  menjalani  eksperimen  secara  prose‐ lamaran  dan  meja.  Ternyata  sebanyak 
dural.  Jika  partisipan  tidak  mengikuti  80,5%  partisipan  pada  kondisi  parfum 
prosedur  standar,  kemungkinan  temuan  maskulin  dan  75%  partisipan  pada  kondisi 
peneliti nanti bukan merupakan penjelasan  parfum  feminin  menyatakan  bahwa 
yang tepat tentang hubungan kausal antara  mereka  merasakan  bau  parfum  tersebut. 
variabel  independen  dengan  variabel  Pada  kondisi  kontrol  tanpa  bau  parfum 
dependen.  hanya  12,5%  partisipan  yang  merasakan 
Sepanjang  eksperimen  peneliti  menge‐ bau  parfum.  Pertanyaan  kedua  tentang 
cek  proses  eksperimen.  Tujuannya  untuk  hipotesis  yang  diuji  oleh  peneliti.  Ternyata 
memastikan  bahwa  prosedur  penelitian  bahwa  tidak  ada  partisipan  yang  dapat 
benar‐benar  sudah  berjalan  sebagaimana  menduga  atau  menerka  hipotesis  dengan 
direncanakan.  Misalnya  dalam  eksperimen  benar,  Dengan  demikian  cek  manipulasi 
yang  terdiri  atas  5  sesi,  maka  sejak  sesi  telah  berfungsi  untuk  meyakinkan  bahwa 
pertama  peneliti  sudah  mengecek  kebe‐ manipulasi  kondisi  bau  parfum  telah 
naran  prosedur  pada  sesi  itu.  Demikian  berhasil dilakukan oleh peneliti. 
seterusnya  peneliti  juga  terus  mengecek  Pada eksperimen 2 Bolte, Goschke, dan 
sesi‐sesi berikutnya. Kegunaan pengecekan  Kuhl  (2003)  melakukan  cek  manipulasi 
prosedur  sejak  sesi  awal  adalah  agar  jika  dengan  mengukur  suasana  hati  sebelum 
prosedur  tidak  berjalan  sebagaimana  dan  sesudah  manipulasi  kondisi  dikena‐
mestinya,  peneliti  bisa  segera  melakukan  kan.  Cek  manipulasi  dilakukan  dengan 
koreksi perbaikan.  meminta partisipan untuk menilai keadaan 
Ada  kalanya  manipulasi  kondisi  yang  dirinya  dengan  menggunakan  kata  sifat 
sudah  dirancang  dengan  cermat  bisa  beru‐ yang meliputi kebahagiaan, kesedihan, dan 
bah  atau  gagal  dalam  pelaksanaan  kegairahan. Sebelum manipulasi, hasil uji t 
eksperimen.  Jika  terjadi  perubahan  mani‐ menunjukkan  bahwa  kebahagiaan  dan 
pulasi,  peneliti  perlu  mengecek  penyebab  kesedihan  antara  kelompok  suasana  hati 
perubahan  kondisi  itu;  misalnya  dengan  positif  dan  kelompok  suasana  hati  negatif 
bertanya‐tanya  apakah  partisipan  mema‐ tidak  berbeda  secara  signifikan.  Sesudah 
hami  instruksi  atau  petunjuk  yang  dibe‐ manipulasi, hasil uji t menunjukkan bahwa 
rikan  oleh  peneliti?  Apakah  partisipan  kebahagiaan  bahwa  kebahagiaan  subjektif 

106  BULETIN PSIKOLOGI 
MANIPULASI: KARAKTERISTIK EKSPERIMEN 

dan  kesedihan  berbeda  secara  signifikan.  perilaku  partisipan  pada  waktu  kondisi 
Bahkan  sesudah  manipulasi,  kelompok  adegan nyata berlangsung.  
suasana  hati  positif  menunjukkan  pening‐ Serupa  dengan  Ihlbaek,  Love, 
katan  kebahagiaan  dan  penurunan  kese‐ Eilertsen,  dan  Magnussen  (2003),  Baron 
dihan  dibandingkan  sebelum  manipulasi.  (1997)  tampaknya  melakukan  cek  mani‐
Demikian  pula  kelompok  suasana  hati  pulasi  dengan  mengajak  para  asisten 
negatif  sesudah  manipulasi  menunjukkan  peneliti  berkunjung  ke  mal  untuk  memilih 
penurunan  kebahagiaan  dan  peningkatan  dan  meyakinkan  bahwa  kondisi  aroma 
kesedihan  dibandingkan  sebelum  mani‐ yang menyenangkan dan aroma yang tidak 
pulasi.  Hasil  itu  menegaskan  bahwa  mani‐ menyenangkan  sudah  sesuai  dengan 
pulasi induksi suasana hati berhasil baik.  rencana penelitiannya. Cek manipulasi juga 
Brifiol,  Petty,  Valle,  Rucker,  dan  dilakukan  dengan  menanyakan  kepada 
Beceera  (2007)  melakukan  cek  manipulasi  partisipan  apakah  mereka  membaui  sesua‐
dengan mengajukan satu pertanyaan untuk  tu.  Namun  cek  manipulasi  akan  lebih 
mengukur  kekuasaan  sebagaimana  dirasa‐ meyakinkan  jika  ditanyakan  pula  apakah 
kan  oleh  partisipan.  Pertanyaannya  adalah  aromanya menyenangkan ataukah tidak. 
seberapa  besar  kekuasaan  yang  dirasakan 
oleh partisipan selama berinteraksi dengan 
Penutup 
partisipan dalam peran yang berbeda, yaitu 
sebagai atasan atau bawahan. Hasil analisis  Manipulasi  merupakan  salah  satu 
data  dengan  anava  menunjukkan  bahwa  karakteristik  utama  penelitian  eksperimen. 
kondisi kekuasaan tinggi memang berbeda  Dengan  manipulasi  kondisi,  peneliti  dapat 
secara  signifikan  dibandingkan  kondisi  menciptakan  sesuatu  yang  langka  terjadi 
kekuasaan  rendah.  Dengan  demikian  cek  ataupun  sesuatu  yang  baru.  Kondisi  yang 
manipulasi telah berfungsi untuk meyakin‐ langka  atau  baru  itu  sukar  diharapkan 
kan  bahwa  manipulasi  peran  kekuasaan  terjadi  secara  alamiah.  Pada  gilirannya 
telah berhasil dilakukan oleh paneliti.  peneliti melihat perubahan perilaku partisi‐
Meskipun  sebagian  cek  manipulasi  pan  yang  disebabkan  oleh  kondisi  tertentu 
dengan  mudah  dapat  kita  temukan  pada  yang diciptakannya. Manipulasi dapat dila‐
artikel‐artikel  jurnal,  namun  sebagian  cek  kukan dengan beberapa cara, yaitu melalui 
manipulasi  tidak  dinyatakan  secara  eks‐ penciptaan  lingkungan  fisik,  pemberian 
plisit. Cek manipulasi yang dilakukan oleh  tugas,  dan  melakukan  induksi  sebagai 
Ihlbaek,  Love,  Eilertsen,  dan  Magnussen  perangsang. 
(2003) diduga dilakukan bersamaan dengan  Agar  dapat  diketahui  bahwa  mani‐
penjelasan  tentang  seluk‐beluk  eksperimen  pulasi  telah  berjalan  sebagaimana  diran‐
yang  sebenarnya  (lazim  disebut  sebagai  cang,  peneliti  perlu  melakukan  cek  mani‐
debriefing).  Partisipan  pada  kondisi  adegan  pulasi.  Cek  manipulasi  akan  menunjukkan 
nyata  dipertemukan  dengan  pemeran  bahwa  setiap  kondisi  sudah  sesuai  dengan 
perampok  yang  sudah  mencopot  topeng‐ konsep  yang  diajukan  peneliti.  Bahkan  cek 
nya.  Para  pemeran  itu  menawarkan  manipulasi  akan  memperlihatkan  kredi‐
evaluasi  terhadap  perilaku  partisipan  bilitas suatu eksperimen sebagai cara untuk 
selama  adegan  nyata  berlangsung  dan  menguji  hubungan  kausal.  Meskipun 
mengomentari  peristiwa  perampokan  itu.  belum  merupakan  keharusan  untuk  mela‐
Tampaknya  peneliti  berusaha  untuk  mela‐ porkan cek manipulasi dalam artikel jurnal, 
kukan  cek  manipulasi  dengan  mencermati  perlu  mencantumkan  bukti‐bukti  bahwa 

BULETIN PSIKOLOGI  107
SUGIYANTO 

manipulasi kondisi memang sudah berhasil  Myers,  A.,  &  Hansen,  C.  H.  (2002). 


dilakukan.  Bukti‐bukti  itu  ikut  serta  Experimental  psychology.  Pacific  Grove, 
memperkuat penjelelasan atau pembahasan  CA: Wadsworth. 
hasil penelitian.  Sani,  F.,  &  Todman,  J.  (2006).  Experimental 
design  and  statistics  for  psychology. 
Daftar Pustaka  Malden, MA: Blackwell. 
Sczesny,  S.,  &  Stahlberg,  D.  (2002).  The 
Baron,  R.  A.  (1997).  The  sweet  smell  of  … 
influence  of  gender‐stereotyped  per‐
helping:  Effects  of  pleasant  ambient 
fumes  on  leadeship  attribution.  Euro‐
fragrance  on  prosocial  behavior  in 
pean Juornal of Social Psychology, 32, 815‐
shopping  malls.  Personality  and  Social 
828. 
Psychology Bulletin, 23, 498‐503. 
Shadish, W. R., Cook, T. D., & Campbell, D. 
Beehr,  T.  A.,  Ivanitskaya,  L.,  Glaser,  K., 
T.  (2002).  Experimental  and  quasi‐
Erofeev,  D.,  &  Canali,  K.  (2004). 
experimental designs for generalized causal 
Working in a violent environment: The 
inference. Boston: Houghton Mifflin. 
accuracy of police officers’ report about 
shooting  incidents.  Journal  of  Occupa‐ Shafran, R., Lee, M., Payne, E., & Fairburn, 
tional  and  Organizational  Psychology,  27,  C.  G.  (in  press).  An  experimental 
217‐235.   analysis  of  body  checking.  Behaviour 
Research and Therapy. 
Bolte,  A.,  Goschke,  T.,  &  Kuhl,  J.  (2003). 
Emotion  and  intuition:  Effects  of  Solso,  R.  L.,  Johnson,  H.  H.,  &  Beal,  M.  K. 
positive and negative mood on implicit  (1998).  Experimental  psychology:  A  case 
judgments  of  semantic  coherence.  approach. New York: Addison Wesley. 
Psychological Science, 14, 416‐421.  Van  Eeerde,  W.  (2003).  Procrastination  at 
Brifiol, P., Petty, R. E., Valle, C., Rucker, D.  work  and  time  management  training. 
D.,  &  Becerra,  A.  (2007).  The  effects  of  The Journal of Psychology, 137, 421‐434. 
message  recipients’  power  before  and  Whiting, S. W., Posadkoff, P. M., & Pierce, J. 
after  persuasion:  A  self‐validation  R.  (2008).  Effects  of  task  performance, 
analysis. Journal of Personality and Social  helping,  voice,  and  organizational  lo‐
Psychology, 93, 1040‐1053.  yalty on performance appraisal ratings. 
Ihlebaek,  C.,  Love,  T.,  Eilertsen,  D.  E.,  &  Journal  of  Applied  Psychology,  93,  125‐
Magnussen,  S.  (2003).  Memory  for  a  136. 
staged  criminal  event  witnessed  live 
and on video. Memory, 11, 319‐327. 
 

108  BULETIN PSIKOLOGI 

Anda mungkin juga menyukai