Anda di halaman 1dari 20

DASAR – DASAR LOGIKA

A. Pengantar Logika
Berasal dari Bahasa Yunani yaitu LOGOS bermakna sabda, pikiran, ilmu
Istilah lain yang sering digunakan dalam Bahasa Arab: Mantiq, Makna: berkata
atau berucap. Secara etimologis: ilmu tentang pikiran atau ilmu menalar.

Logika Pentingkah?
• Membantu berpikir kritis dan jelas
• Membantu dalam penarikan kesimpulan
• Membantu menginterpretasikan persepsi orang lain
• Mampu menentukan asumsi dan implikasinya
• Mampu mendeteksi penalaran yang salah dan tidak logis
• Merangasang perkembangan pemikiran ilmiah
• Tujuan & Manfaat Belajar Logika
Tujuan
• Mempertajam cara berpikir yang logis
• Mempertinggi daya berpikir
Manfaat
• Berpikir secara rasional, kritis, lurus, tertib dan metodis
• Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan obyektif
• Menambah kecerdasan
• Meningkatkan cinta akan kebenaran serta menghindari kesesatan dan
kekeliruan
B. Definisi
- Mempelajari logika = mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipakai
untuk membedakan penalaran yang tepat (valid) dari penalaran yang tidak tepat
(tidak valid)
- Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan berpikir lurus (tepat)
• Ilmu Pengetahuan: kumpulan pengetahuan yang tersusun sistematis
sehingga membentuk satu kesatuan serta memberikan penjelasan tentang
metode pemikiran yang tepat
• Kecakapan: keterampilan untuk menerapkan hukum pemikiran yang tepat
dalam prakteknya
- Logika: Definisi lanjutan
- Logika dan pemikiran
• Logika adalah ilmu penalaran
• Semua penalaran bisa dikatakan sebagai pemikiran, tetapi tidak
semua pemikiran adalah penalaran
• Ex: mengingat atau membayangkan sesuatu bisa saja tanpa
melakukan penalaran sama sekali
• Oleh karena itu mendefinisikan logika sebagai ilmu tentang hukum
pemikiran tidaklah akurat

Pakar logika menaruh perhatian pada ketepatan jalan pikiran dalam proses
penalaran yang valid
- Valid: apakah kesimpulan dicapai berdasarkan pada premis-premis yang
ada?
- Suatu penalaran disebut valid jika kesimpulan yang ditarik didasarkan
pada premis-premis yang tersedia
- Perbedaan antara penalaran yang valid dan tidak valid adalah masalah
utama dalam ilmu logika
• Logic is about reasoning,
• Logic try to clarify good and bad reasoning
• Studying logic is important, why?
• Because reasoning is important
• Logic can deepen your understanding on the ultimate questions of life
(Philosophy)
• Logic is enjoyable, it exercise your thinking in a new ways

Argument, Premise dan Conclusion


• Logic is the analysis and appraisal of arguments
• Argument is a set of statements consisting of premises and conclusion
• Premise(s) are statements that give supporting evidence
• Conclusion is what allegedly supported by statements in premise(s)
Example of valid argument
• If you are overslept, you’ll be late
• You aren’t late
• you didn’t overslept
Explanation of example
• (a) If A Then B = Valid
• (b) Not B
• ( c) Not A
• The above arguments is valid because it follows from the premises
• We aren’t saying that the premise are true but we’re saying that the
conclusion are true because it follows the premises
That argument is logic because of its form, the arrangement of logical notation
(if – then and not) and content phrase (You overslept and you’re late)
• Example of invalid argument
• If you are overslept, you’ll be late
• You didn’t overslept
• you aren’t late
• The second argument (b) denies the first argument (a), because intuitively
you might be late for other reason
• Exercise
• (a) If you’re in France you’re in Europe
• (b) You aren’t in Europe
• ( c) You aren’t in France
------------------------------------------------------------
• (a) If you’re in France you’re in Europe
• (b) You aren’t in France
• ( c) You aren’t in Europe
• Exercise 1: Valid
• Because its form is correct: If A Then B…. Not B …. Thus Not A
• Exercise 2 Not Valid
• Because its form is incorrect: If A Then B…. Not A…. Thus Not B
• The second premise denies the if-then

Sound vs Valid
• Argument is valid if it follows from the premises
• Argument is sound if the premise is TRUE in real world
• An argument could be unsound if
• It might have a false premise
• Conclusion might not follow from the premise
• Example of unsound argument because of false premise
• All logicians are millionaires
• Gensler is a logician
• Gensler is a millionaire
------------------------------------------------------------------------------
• Example of unsound argument because conclusion not follow the
premises
• All millionaires eat well
• Gensler eats well
• Gensler is a millionaire

• Ketika kita mengkritik argument lawan debat kita akan mengkritik


argumentasinya yang unsound.
• Untuk menunjukkan bahwa argumentasi lawan debat kita unsound kita tidak
hanya sekedar membantahnya tetapi menyodorkan argumentasi lain yang
lebih baik
• Kita juga bisa menyerang keyakinan lawan debat akan premis yang dia
susun.
• Contoh bantahan sound argument:
• Pada 2008 Barrack Obama diserang oleh isu Bradly Effect, istrinya
Michelle Obama membantah isu tersebut dengan membuat argument:
• Barrack Obama is a democratic nominee
• If there was going to be a Bradley Effect Barrack wouldn’t be the
nominee
• There is not going to be a Bradley Effect
• Logika tersebut tidak hanya bisa dibantah dengan “menurut pendapat
saya tetap saja akan ada Bradley Effect”

B. Pemikiran
• Pemikiran adalah aksi yang menyebabkan pikiran mendapatkan pengertian
baru dengan perantaraan hal yang sudah diketahui
• Proses pemikiran adalah suatu pengesahan mental dari satu hal menuju hal
lain, dari apa yang sudah diketahui menuju ke yang belum diketahui.
• Pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, kelompok, kecenderungan
pribadi, pergaulan dan sugesti
Aksioma Berpikir
An axiom or postulate is a statement that is taken to be true, to serve as a
premise or starting point for further reasoning and arguments.
 Aksioma didasarkan pada
• Keyakinan: sifat subyektif yang menyatakan bahwa pendapat lain tidak
mungkin
• Kepastian: sikap merasa pasti akan pengetahuannya
• Kesungguhan: realitas, sesuatu itu ada benar atau tidak, bisa berupa
konkrit atau hasil pemikiran
 Unsur-unsur pemikiran
Unsur pertama:
• Pengertian pengertian atas sesuatu
• Menangkap sesuatu sebagaimana adanya
Unsur kedua:
• Pengertian itu disusun sehingga menjadi suatu keputusan
• Menghubungkan/membantahpengertian yang didapat menjadi
keputusan
Unsur ketiga:
• Keputusan itu disusun sedemikian rupa sehingga menjadi penyimpulan
• Menyimpulkan dari hubungan/bantahan keputusan yang dibuat pada
unsur kedua
 Asas-asas Berpikir
Asas berpikir berkaitan dengan pangkal atau asal mula kita berpikir
 Dapat dibagi menjadi asas primer dan asas sekunder
• Asas primer: Asas identitas, asas kontradiksi, asas penyisihan, asas alasan
yang mencukupi
• Asas sekunder: asas kesesuaian, asas ketidaksesuaian, asas semua dan
asas tidak manapun juga
 Asas Identitas (Principium Identitas)
Bahwa benda ini adalah benda ini dan bukan benda lainnya, atau benda
itu adalah benda itu dan bukan lainnya
Bila sesuatu diakui maka juga harus diakui semua kesimpulan yang dibuat
dari pengakuan tadi
Tidak dapat serentak mengakui dan memungkiri, harus konsekuen jika itu
yang benar berdasarkan obyektifnya
Jika sesuatu itu X maka ia adalah X dan bukan A, B atau D

 Asas Kontradiksi (Principium Contradictionis)


Apabila mengakui sesuatu jangan kemudian menyimpulkan sesuatu yang
berlawanan dengan apa yang diakui
- Contradictory statements cannot both at the same time be true,
e.g. the two propositions "A is B" and "A is not B" are mutually exclusive. A
may be B at one time, and not at another; A may be partly B and partly
not B at the same time; but it is impossible to predicate of the same
thing, at the same time, and in the same sense,
the absence and the presence of the same quality.
 Asas Penyisihan Kemungkinan Ketiga (Principium tertiiexclusi)
Jika ada dua keputusan yang kontradiktoris pastilah salah satunya salah
Keputusan yang satu merobohkan keputusan lainnya .
Tidak mungkin ada keputusan ketiga
 Asas Alasan yang mencukupi
Sesuatu memiliki alasan yang cukup adanya
 Contoh:
 For every entity X, if X exists, then there is a sufficient explanation for
why X exists.
 For every event E, if E occurs, then there is a sufficient explanation for
why E occurs.
 For every proposition P, if P is true, then there is a sufficient explanation
for why P is true.
 Kadang bertentangan dengan aksioma berpikir
 Asas Berpikir Sekunder
 Dipandang dari sudut isinya:
 Asas kesesuaian (principium conventiae)
 Jika ada dua hal yang sama dan ada hal ketiga yang sama
dengan salah satu dari hal itu maka hal satunya akan sama
dengan hal yang ketiga
 S=M dan M=P maka S=P
 Asas ketidaksesuaian (principium inconventiae)
 Jika ada dua hal yang sama dan ada hal ketiga yang tidak
sama dengan salah satu dari hal itu maka hal satunya tidak
akan sama dengan hal yang ketiga
 S=M dan M≠P, maka S ≠P

 Dipandang dari sudut luasnya


 Asas dikatakan tentang semua (principium dictum de omni)
 Apa yang secara universal diterapkan pada suatu pengertian
maka boleh diterapkan pada bawahannya.
 Asas tidak dikatakan tentang manapun juga (principium dictum de
nullo)
 Apa yang secara universal tidak dapat diterapkan pada suatu
pengertian maka boleh tidak boleh diterapkan pada
bawahannya.
 Pembagian pemikiran
 Pemikiran (argumentasi) dapat dibagi menjadi:
 Demonstrasi: berasal dari argument yang pasti dan terbukti (eviden)
 Argumen Probabel: berasal dari argument probable (mungkin)
 Langsung: menggunakan argument langsung berdasarkan
pembuktian
 Tidak Langsung: menyangkal proposisi menggunakan akal budi
 A Priori: kesimpulan mendahului pemikiran
 A Posteriori: pemikiran mendahului kesimpulan
 Kebenaran
Dapat diartikan sebagai kesesuaian antara pernyataan dengan fakta
Empat teori kebenaran
• Teori korespondensi: sebuah pernyataan benar jika isinya
mencerminkan kenyataan sebagaimana adanya
• Teori koherensi: kebenaran adalah kesesuaian antara sebuah
pernyataan dengan pernyataan lain yang sudah diterima sebagai
benar
• Teori pragmatic: benar adalah efektif
• Teori intersubjectivitas: kebenaran adalah kesesuaian atau
consensus yang dapat dicapai atau diterima oleh banyak orang
terutama di kalangan pakar se keahlian

C. Sejarah Logika
Aristoteles (384-322 SM)
 Dikenal juga sebagai Bapak Logika
 Aristoteles yang pertama menemukan kriteria sistematis untuk menganalisis
dan mengevaluasi argumen2
 Logika yang dikembangkan diberi nama logika silogistik
 Elemen fundamental dalam logika ini adalah term-term, dan argument-
argument dievaluasi sebagai baik buruk tergantung pada bagaimana term
itu disusun dalam argument
Sejarah Logika
• Enam buku yang merupakan karya Aristoteles berhubungan dengan
logika: Organon
• Categoriae (pengertian-pengertian): 10 klasifikasi tentang
keberadaan; substance, quantity, quality, relation, place, time,
situation, condition, action, and passion
• De Interpretiae (keputusan-keputusan): Konsepsi proposisi dan
judgement
• Analitica Priora (tentang silogisme): memperkenalkan silogisme
• Analitica Posteriora (pembuktian): Pengetahuan saintifik
• Topika (tentang berdebat): menyusun argument yang valid
• De Sophisticis Elenchis/Sophistical Refutations (Kesalahan
berpikir): mengidentifikasi 13 kesalahan berpikir
Sejarah Logika
• Chrysippus (279 - 206gagasan tentang pemikiran deduksi
• Setelah Chrysippus jarang pakar Logika menghasilkan teori besar
• Galen (129-199 M) silogisme kategoris tersusun

Boethius (480 – 524 M) dan Abelard (1079 – 1142) memperhasul dan
merekonstruksi logika Aristoteles dan Chrysippus
Sejarah Logika
• William Ockham (1285 – 1349)
• Logika modal: kemungkinan, kepastian. Kepercayaan dan keraguan
• Studi tentang silogisme yang valid dan tidak valid hingga menghasilkan
metabahasa
• Metabahasa: Bahasa tingkat tinggi tentang kata, terma dan
proposisi
• Bersama dengan Hispanus, Bacon dan Lullus menjadi Bapak Logika
Modern

• Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 -1716)


• Bapak logika simbolik
• Mengembangkan logika dalam bahasa simbolik kalkulus
• Kemudian diikuti oleh beberapa pakar simbolik lainnya: Bolzano,
DeMorgan, Boole, Venn

Sejarah Logika
• Pada era yang sama muncul logika induktif yang dikembangkan oleh
John Stuart Mill (1806-1873)
• Bertrand Russel (1872-1970) Principia Mathematica
• Berkembang terus menjadi logika matematika oleh Kurt Godel (1906-
1978)
• Hingga kini logika bisa digunakan dalam menyediakan fondasi
konseptual bagi sirkuit elektronik computer digital
Logika Pentingkah?
• Membantu berpikir kritis dan jelas
• Membantu dalam penarikan kesimpulan
• Membantu menginterpretasikan persepsi orang lain
• Mampu menentukan asumsi dan implikasinya
• Mampu mendeteksi penalaran yang salah dan tidak logis
• Merangasang perkembangan pemikiran ilmiah
• Tujuan & Manfaat Belajar Logika
Tujuan
• Mempertajam cara berpikir yang logis

Mempertinggi daya berpikir
Manfaat
• Berpikir secara rasional, kritis, lurus, tertib dan metodis
• Meningkaykan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan obyektif
• Menambah kecerdasan
• Meningkatkan cinta akan kebenaran serta menghindari kesesatan dan
kekeliruan
Definisi
• Mempelajari logika = mempelajari metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipakai
untuk membedakan penalaran yang tepat (valid) dari penalaran yang tidak tepat
(tidak valid)

• Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan berpikir lurus (tepat)


• Ilmu Pengetahuan: kumpulan pengetahuan yang tersusun sistematis sehingga
membentuk satu kesatuan serta memberikan penjelasan tentang metode
pemikiran yang tepat
• Kecakapan: keterampilan untuk menerapkan hukum pemikiran yang tepat dalam
prakteknya

D. Teknik Pemikiran Induktif


Teknik pemikiran induktif dapat dibagi menjadi
• Generalisasi
 Proses penalaran dari fenomena individual menuju kesimpulan umum
yang mengikat ke fenomena sejenis berdasarkan pengamatan
fenomena individual
• Analogi
 Proses penalaran dari satu fenomena ke fenomena lain yang sejenis
kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada fenomena
pertama akan terjadi pada fenomena lain
• Hubungan Kausal (Induksi Mills)
 Hubungan sebab akibat yang bisa berupa satu sebab menimbulkan
satu akibat atau satu sebab menimbulkan banyak akibat
• Teori
 Interpretasi dari fakta-fakta

Generalisasi
 Macam Generalisasi
• Generalisasi lengkap/sempurna
• Generalisasi tidak lengkap/tidak sempurna

 Generalisasi tidak lengkap sering digunakan karena lebih praktis dan


ekonomis
• Ilmu pengetahuan a posteriori acapkali menggunakan generalisasi
tidak sempurna untuk menyusun pengetahuan
• Seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Ex: anak kecil
yang terkena gunting
 Pengujian Generalisasi
• Apakah sampel yang digunakan sudah mewakili?
Semakin banyak sampel semakin kuat generalisasi yang dihasilkan
• Apakah sampel yang digunakan sudah bervariasi?
Semakin banyak variasi sampel semakin kuat generalisasi yang
dihasilkan
• Apakah hal-hal yang menyimpang dari fenomena
diperhitungkan?
Semakin cermat faktor pengecualian dipertimbangkan semakin
kuat generalisasi yang dihasilkan
• Apakah kesimpulan yang dihasilkan konsisten dengan fenomena
individual?
Semakin banyak factor analogy yang ditinggalkan semakin lemah
generalisasi yang dihasilkan
Generalisasi
 Kesalahan generalisasi acapkali terjadi karena generalisasi diambil dari
fenomena yang sangat sedikit
Contoh: akibat terorisme yang beratribut agama tertentu digeneralisasi
bahwa agama tersebut adalah agama teroris
 Generalisasi yang berdasarkan pengamatan disebut Generalisasi
Empirik yang apabila disertai dengan penjelasan disebut Generalisasi
Penjelasan
Acapkali generalisasi empiric terjadi bertahun-tahun sehingga akhirnya
bisa dijelaskan oleh generalis penjelasan
 Generalisasi Ilmiah: serupa dengan generalisasi sehari-hari hanya lebih
teliti, kualitas metode dijelaskan dan ketepatan pengambilan
kesimpulan diperhatikan
Generalisasi
 Ciri Generalisasi Ilmiah
• Data dikumpulkan dan dicatat dengan cermat
• Adanya penggunaan instrument pengukur untuk menjaga
ketepatan
• Adanya pengujuan & perbandingan serta klasifikasi fakta
• Pernyataan generaliusasi jelas, sederhana dan menyeluruh
• Observasi atas fakta memperhatikan variasi kondisi seperti tempat &
keadaan khusus
• Dipublikasikasikan untuk memungkinkan adanya kritik dan pengujian
kembali

Analogi
 Tiga unsur analogy
• Peristiwa pokok yang menjadi dasar analogy
• Persamaan principal yang menjadi pengikat
• Fenomena yang hendak kita analogikan
 Analogi sebenarnya merupakan logika induktif yang paling sering kita
gunakan
Ex: beli sepatu berulang di toko yang sama
 Macam Analogy
Analogi Induktif
 Disusun berdasarkan persamaan principal yang ada pada dua
fenomena kemudian ditarik kesimpulan bahwa yang terjadi
pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua
 Ex: membeli sepatu dengan merk yang sama dengan
membandingkan pengalaman sebelumnya
Analogi Deklaratif
 Analogi yang menjelaskan sesuatu yang belum dikenal atau
samar dengan sesuatu yang sudah dikenal
 Ex: otak menciptakan pikiran sebagaimana ginjal mengeluarkan
air seni
 Pengujian Analogi
• Sedikit banyaknya peristiwa yang dianalogikan
Semakin besar peristiwa sejenis yang dianalogikan semakin kuat
kepercayaannya
• Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogy
Semakin banyak aspek yang diperhitungkan semakin kuat
kepercayaannya
• Sifat dari analogy yang kita buat
Semakin rendah taksiran yang dianalogikan semakin kuat analogy itu
• Ada/Tidaknya unsur yang berbeda dari peristiwa yang dianalogikan
Semakin banyak unsur yang berbeda semakin kuat analogy itu ex:
anak sma
• Relevan/tidaknya masalah yang dianalogikan
Semakin banyak unsur yang relevan semakin kuat analogy itu
 Analogi Pincang
 Kekeliruan pada analogy induktif
Menyamakan antara kecelakaan pesawat dengan manusia menemui ajal
di tempat tidur
 Kekeliruan pada analogy deklaratif
Negara kita banyak berhutang dan perahu yang tenggelam
 Jika diperbandingkan Generalisasi dapat digunakan untuk menyusun teori
atau hipotesa. Sedangkan Analogi digunakan untuk mengenali sifat-sifat
apa yang melekat pada sebuah konsep.

Metode Induktif Mills


• Metode persetujuan
Apabila dua macam peristiwa atau lebih memiliki factor yang sama maka
factor itu merupakan penyebab. Ex. Penyakit seasrama
• Metode perbedaan
Apabila dua macam peristiwa atau lebih memiliki factor yang sama tetapi
ada 1 factor yang berbeda maka 1 factor itu merupakan penyebab. Ex.
Penyakit seasrama dengan 1 perbedaan
• Metode Persamaan Variasi
Apabila suatu gejala berubah dan gejala lain mengikuti perubahan itu
maka hubungan kedua gejala itu merupakan sebab – akibat. Ex. Petani
dan pupuk
• Metode Sisasisihan
Apabila ada keadaan tertentu yang secara pengetahuan diketaui tidak
berasal dari factor yang mendahuluinya, maka pasti keadaan itu
disebabkan oleh hal lain. Ex: penemuan planet neptunus
• Metode Gabungan Persetujuan dan Perbedaan
Apabila ada keadaan dimana ditemui persamaan dan pertidaksamaan,
berarti factor pembeda diantara keduanya kemungkinan adalah penyebab
dari keadaan tersebut. Ex ayam sakit

Teori
Seringkali kita mendengar ahh teori
 Menunjukkan orang tersebut belum memahami bahwa teori dibangun dari
interpretasi terhadap fakta fakta
 Sesungguhnya tidak ada perbedaan antara teori dan fakta-fakta
Dua macam teori
 Teori Umum: apabila benar maka benar secara universal
 Berlaku bagi semua waktu, tempat dan keadaan serta semua
permasalahan dalam keals yang dinyatakannya
 Teori Khusus: teori khusus adalah teori yang berkaitan dengan
sejumlah fakta-fakta particular tertentu

Teori dan Hipotesis


 Teori selalu bermula dari hipotesis
 Hipotesis adalah intepretasi dari fakta tapi kebenarannya belum diuji
 Teori adalah intepretasi dari fakta dengan kebenaran yang sudah diuji
 Menilai hipotesis
 Relevansi: sesuai dengan fakta2 deduktif
 Mampun diuji: bisa diuji dengan fakta inderawi atau perhitungan logis
 Bersesuaian dgn hipotesis yang sudah diterima
 Mempunyai daya ramal
 sederhana
Metode ilmiah
 Penemuan masalah
 Perumusan masalah
 Pengajuan hipotesis
 Deduksi dari hipotesis
 Pembuktian hipotesis
 Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah
E. Silogisme
definisi
- Diperkenalkan oleh Aristoteles
- Adalah bentuk penarikan konklusi secara deduktif tak langsung yang
konklusinya ditarik dari premis yang disediakan serentak
- Tidak menaruh perhatian pada materi nya tetapi lebih pada bentuknya
- Konklusinya tidak dapat memiliki sifat yang lebih umum dari premisnya
Ciri Silogisme
• Konklusi dalam silogisme ditarik dari dua premis yang disediakan serentak.
- Konklusinya tidak merupakan penjumlahan premis-premis itu, tetapi
merupakan sesuatu yang diperoleh bila kedua premis disediakan
serentak
- Ciri ini membedakan antara silogisme dengan yang lain
• Konklusi tidak dapat mempunyai sifat yang lebih umum dari premisnya
• Konklusi benar bila diikuti oleh premis-premis yang benar.
 Silogisme hanya mempersoalkan kebenaran formal dan tidak
mempermasalahkan kebenaran material

Struktur Silogisme
 Selalu terdiri dari tiga proposisi
- Dua proposisi yang diberikan dinamakan (Premis)
- Satu proposisi yang ditarik dari dua buah proposisi yang diberikan
(Konklusi)
 Setiap proposisi terdiri dari dua term sehingga silogisme selalu memiliki
enam term:
- Predikat Konklusi dinamai term mayor
- Subyek konklusi dinamai term minor
- Term yang sama pada kedua proposisi dinamai term penengah
Perhatikan!
- Premis mayor disajikan terlebih dahulu dibandingkan premis minor
- Term penengah dilambangkan dengan M (Middle Term)
- Term mayor dilambangkan dengan P (Predikat)
- Term minor dilambangkan dengan S(Subyek)
Contoh
Semua manusia akan mati (premis mayor)
Plato adalah manusia (premis mayor)
Plato akan mati (konklusi)
Latihan
 Tentukan S, M dan P lalu susun lah konklusi dari dua premis berikut

Semua tanaman membutuhkan air


Akasia adalah tanaman
……..
------
Semua manusia adalah mortal
Semua raja adalah manusia
………
Jenis-jenis Silogisme
• Silogisme Kategorik:
Terdiri dari tiga proposisi yang berupa pernyataan kategoris
• Silogisme Hipotetik
Premis mayor proposisi hipotetik dan premis minor proposisi kategorik
• Silogisme Disjungtif
Premis mayor proposisi disjungtif dan premis minor proposisi kategorik
• Dilema
Campuran antara silogisme Hipotetik dan silogisme Disjungtif

Silogisme Kategorik
- Merupakan silogisme standar
- Didasarkan pada pernyataan kategoris atau dinamakan juga pernyataan
standar
- Premis mayor merupakan proposisi universal (semua)
- Premis minor merupakan proposisi particular (sebagian, beberapa), lebih
bersifat khusus.
- Konklusi menyatukan premis mayor dan premis minor dengan term
penengah
- Bentuk Silogisme Kategorik
 Bentuk 1
 M ---- P
 S ---- M
 S ---- P
 Contoh
 Semua mahasiswa bisa baca-tulis
 Sebagian laki-laki adalah mahasiswa
 Jadi sebagian laki-laki bisa baca tuli

 Bentuk 2
 M ---- P
 M ---- S
 S ---- P

 Contoh
 Semua mahasiswa bisa baca-tulis
 Sebagian mahasiswa curang
 Jadi sebagian yang curang bisa baca tulis

 Bentuk 3
 P ---- M
 S ---- M
 S ---- P

 Contoh
 Semua mahasiswa bisa baca-tulis
 Sebagian laki-laki tidak bisa baca tulis
 Jadi sebagian laki-laki bukan mahasiswa

 Bentuk 4
 P ---- M
 M ---- S
 S ---- P

 Contoh
 Semua mahasiswa bisa baca-tulis
 Tak satupun yang bisa baca-tulis suka tawuran
 Tak satupun mahasiswa yang suka tawuran
Silogisme Hipotesis
 Silogisme hipotesis ialah silogisme yang premis mayornya adalah proposisi
hipotesis
 Proposisi hipotesis adalah proposisi yang terdiri atas bagian-bagian
yang satu sama lainnya memiliki hubungan yang bersifat saling
bergantungan, bertentangan atau memiliki kesamaan.
 Dibagi menjadi
 Silogisme kondisional
 Silogisme disjungtif
 Silogisme konjungtif
 Bentuk Silogisme Hipotesis
-silogisme kondisional
 Silogisme Kondisional
 Silogisme yang premis mayornya berupa keputusan kondisional
 Keputusan kondisional adalah keputusan yang mengandung suatu
syarat yaitu terdiri dari dua bagian, yang satu dinyatakan benar jika
syarat yang dinyatakan dalam bagian lain dipenuhi
 Putusan kondisional benar apabila hubungan bersyarat yang
dinyatakan di dalamnya benar, dan salah jika hubungan bersyarat
tersebut tidak benar.
 Terdiri dari anteseden (syarat) dan konsekuen (kondisi)
(1) Apabila Hujan, maka jalan-jalan basah
Anteseden (A) Konsekuen (B)

(2) Nah Sekarang turun hujan


Nah, A

(3) Jadi jalan-jalan basah


Jadi B

Tipe Silogisme Kondisional


 Silogisme yang premis minornya mengakui bagian anteseden
 Jika hujan, saya naik becak
 Nah, sekarang turun hujan
 saya naik becak
 Silogisme yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
 Jika hujan turun, bumi akan basah
 Nah, sekarang bumi telah basah
 hujan telah turun
 Silogisme yang premis minornya mengingkari bagian anteseden
 Jika hujan, saya naik becak
 Nah, sekarang tidak turun hujan
 saya tidak naik becak

 Silogisme yang premis minornya mengikngkari bagian konsekuen


 Jika hujan turun, bumi akan basah
 Nah, sekarang bumi tidak basah
 hujan tidak turun

Bentuk Silogisme Hipotesis


- silogisme disjungtif
 Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya terdiri dari
keputusan disjungtif
 Premis minor menyatakan atau memungkiri salah satu dari
“kemungkinan” yang disebut dalam premis mayor
 Kesimpulan dalam silogisme disjungtif mengandung kemungkinan yang
lain
 Bagan Silogisme Disjungtif

(1) A atau B
(2) Nah, A
(3) Jadi bukan B

Atau

(1) A atau B
(2) Nah, bukan A
(3) Jadi B

- Disjungtif dalam arti sempit


 Hanya mengandung 2 kemungkinan, tidak dapat sama-sama benar
dan tidak ada kemungkinan ketiga.
 Premis mayor mempunyai alternative yang kontradiktif
• Budi lulus atau tidak lulus
• Ternyata Budi Lulus
• Jadi Budi bukan tidak lulus

- Disjungtif dalam arti luas


 Premis mayor mempunyai alternative yang bukan kontradiktif
• Hasan di rumah atau di pasar
• Ternyata tidak di rumah
• Jadi Hasan di Pasar
 Terkadang memiliki kemungkinan ketiga atau keduanya sama sama
benar
 Seringkali digunakan dalam propaganda untuk mengemukakan
perlawanan padahal tidak ada perlawanan
Contoh: Dialah yang pergi atau saya (padahal pada
kenyataannya mereka berdua dapat pergi bersama sama.

 Tipe Silogisme Disjungtif


• Premis minor mengingkari salah satu alternative, konklusinya mengakui
alternatif
 Hasan di rumah atau di pasar
 Ternyata tidak di rumah
 Jadi Hasan di Pasar
• Premis minor mengakui salah satu alternative, konklusinya mengakui
alternatif
 Hasan di rumah atau di pasar
 Ternyata Hasan di rumah
 Jadi Hasan tidak berada di pasar

 Bentuk Silogisme Hipotesis


- silogisme konjungtif
 Adalah silogisme yang mempunyai premis mayor yang berbentuk
proposisi konjungtif
 Proposisi konjungtif adalah proposisi yang memiliki dua predikat yang
bersifat kontraris yakni tidak mungkin memiliki kebenaran pada saat
yang bersamaan
 Air tidak dapat dirasakan panas atau dingin pada saat yang
bersamaan
 Air ini dingin
 Jadi air ini tidak panas

 Dilema
- Adalah silogisme yang didalamnya terdiri dari dua atau lebih putusan
disjungtif untuk ditarik ke kesimpulan yang sama
- Premis mayor terdiri dari dua proposisi kondisional dan premis minornya
proposisi disjungtif atau ategorik
- Konsekuensi sama berat, konklusinya tidak menyenangkan
- Biasa digunakan untuk pemojok lawan dalam diskusi/debat
 Contoh klasik tentang cerita dewi Athena kepada anaknya
• Jika engkau berbuat adil maka manusa akan membencimu
(hipotetik)
• Jika engkau berbuat tidak adil maka dewa-dewa akan
membencimu (hipotetik)
• Sedangkan kau harus berbuat adil dan tidak adil (disjungtif)
• Berbuat adil ataupun tidak engkau akan dibenci (disjungtif)

Anda mungkin juga menyukai