Anda di halaman 1dari 17

Jenis-jenis Klaim

Pertemuan ke-4
Agenda

• Kita akan mempelajari ada berapa macam


klaim yang biasa kitra ucapkan dalam
percakapan atau kita pikirkan. .
Sebut ketiga
dunia berbeda
yang diacu tiga
gambar ini.....
Truth-Claim
Objective World (Nature)

Communicative and
Thinking subject

Social World (Society)


Subjective World (Soul)

Rightness-Claim Authenticity Claim


Nama-nama Klaim
• 1. Klaim Kebenaran = Klaim Faktual = Klaim
Obyektif
• 2. Klaim Ketepatan = Klaim Normatif = Klaim
Nilai
• 3. Klaim Otentisitas = Klaim Ekspresif = Klaim
Subyektif
Klaim Faktual dan Klaim Nilai Contoh:

1.Merry berkata kepada Jerry, “Aborsi itu tindakan tak bermoral.”


2. Ilmuwan adalah seorang yang wawasannya lebih berkualifikasi daripada
politikus.
3.Para ahli fisika harus menolak pembuatan senjata biologis.
4.Semestinya semua negara menolak pengembangan senjata nuklir.

• Sebuah klaim disebut klaim faktual jika mengatakan apa yang


ada; disebut klaim deskriptif jika bersifat melukiskan sesuatu.
• Sebuah klaim disebut klaim nilai jika mengatakan apa yang
seharusnya atau menetapkan nilai (positif atau negatif) pada
suatu benda/hal; disebut klaim preskriptif bila bersifat
mengarahkan.
Keputusan Nilai Implisit Contoh:
• Banyak klaim, bahkan 1. ‘Buku ini komprehensif’.
mungkin setiap klaim, 2. ‘Buku ini hanya memberi-
mengandung keputusan kan garis besar teknik
nilai implisit. penalaran‘.
• Kita sering menemukan
keputusan nilai implisit di
dalam kata-kata yang
digunakan dalam
merumuskan suatu klaim.
Klaim Subyektif & Non-Subyektif
• Menentukan jenis suatu klaim itu • Ketika dua orang berlawanan
amat penting sebab argumen untuk pendapat tentang suatu perkara
masing-masing klaim memiliki corak non-subyektif, mustahil kedua-nya
tersendiri. benar. Tidak demikian halnya
• Sebuah masalah adalah masalah dengan sebuah masalah subyektif.
non-subyektif bila terdapat kriteria • Mis. Roma adalah ibukota Italia.
yang secara umum disepakati (non-subyektif)
untuk memutuskan-nya. Di pihak • Bagaimana halnya dengan ini:
lain, suatu masalah bersifat 1.Batu lebih berat daripada kapas.
subyektif bila tidak terdapat kriteria 2.Wisata ke Puncak lebih
yang disepakati untuk memutuskan- menyenangkan daripada ke Carita.
nya.
Klaim Subyektif Klaim Non-Subyektif

• Suatu klaim disebut klaim • Suatu klaim disebut obyektif jika


subyektif jika kebenaran tidak subyektif. Sebuah klaim
obyektif mengacu pada kriteria
atau ketidakbenarannya standard impersonal.
tergantung pada apa yang • Apakah suatu klaim itu subyektif
dipikirkan, dipercayai, atau atau obyektif tidak tergantung
dirasakan oleh seseorang pada apakah klaim itu benar atau
(atau suatu kelompok). tidak benar, juga tidak pada
apakah seseorang mengetahui
• Suatu klaim subyektif bahwa itu benar atau tidak benar,
mengacu pada kriteria pun tidak pada seberapakah
standard pribadi. ketidaksepa-katan yang ada
perihal benar atau tidak benarnya
hal itu.
Perkara subyektif atau non-subyektif?

1. Untuk aplikasi desain grafis, 3. Kalimantan memiliki paling


Mac adalah tipe komputer banyak spesies binatang di
yang lebih memadai Indonesia, bukan Sulawesi.
daripada PC. 4. Hukuman mati secara moral
2. Andrea Bocelli adalah tidak dapat dibenarkan.
penyanyi tenor yang lebih
cemerlang daripada Luciano
Pavarotti.
Masalah Subyektif – Non-Subyektif
• Contoh-contoh itu menunjukkan bahwa, walaupun aturan
umum untuk membedakan antara masalah subyektif dan
masalah non-subyektif cukup mudah dipahami, sering lebih
sulit menerapkan aturan itu dengan jelas.
• Adalah hal yang biasa bahwa orang-orang berselisih paham
tentang kriteria untuk memutuskan suatu masalah. Namun
Bila kita tidak dapat sepakat tentang ada atau tidak adanya
kriteria, kita tidak akan dapat memutuskan apakah kita
menghadapi suatu masalah subyektif atau non-subyektif.
• Dalam kasus-kasus yang sulit itulah kemampuan
pemikiran kritis seseorang sangat diperlukan.
Sesat Pikir Subyektivis
• Adalah sebuah kesalahan, • Dewi:
berpendapat bahwa suatu Saya pantas mendapat nilai
klaim itu subyektif karena yang lebih tinggi untuk
terdapat perbedaan pen- matakuliah ini.
dapat yang besar tentang
• Prof. OK:
apakah klaim itu benar atau
tidak benar. Tidak, kamu keliru. Ini
catatan hasil ujian dan
• Itulah salah satu kekeliru-an
papermu. Kamu dapat C.
umum, yakni pencam-
puradukan antara klaim • Dewi:
obyektif dan klaim Itu ‘kan pendapat Bapak.
subyektif.
Analisis:
• Dewi memperlakukan sebuah klaim obyektif -
“Saya pantas mendapat nilai yang lebih tinggi
untuk mata kuliah ini” – seakan-akan sebuah
klaim subyektif (“Itu kan pendapat Anda”).
Tetapi seandainya klaim itu memang
subyektif, tidak ada gunanya beradu pendapat
tentang klaim itu dengan Prof. OK, seperti
halnya tidak ada gunanya memperkarakan
apakah Prof. OK merasa kedinginan.
Catatan:
• Ada kalanya mempertanyakan apakah suatu klaim
benar-benar obyektif itu masuk akal. Tetapi
seringnya hal itu tak lebih dari suatu
pencampuradukan. Tidak jarang orang bersikukuh
bahwa suatu klaim itu subyektif – “Itu ‘kan pendapat
Anda” – walau-pun sebenarnya mereka tidak
bersedia memeriksa apa yang mereka percayai atau
berdialog.
• Memperlakukan sebuah klaim subyektif sebagai
sebuah klaim obyektif adalah sebuah kesalahan
juga.
Latihan

• Tentukanlah, kalimat-kalimat di bawah ini


KLAIM atau Non-KLAIN. Jika Klaim,
sebutkanlah JENIS KLAIMnya (klaim faktual,
klaim nilai, klaim subyektif)
• 1. Kuakui prestasinya dalam Pekan Olah Raga
Nasional tahun 2017 ini telah membangkitkan
semangatku..
• 2. Bagaimanakah masa depan anak-anak para
pengungsi Rohingya yang terusir dari rumahnya?
• 3. Orang Kristen seharusnya menentang
pengguguran janin untuk alasan apapun
• 4. Sekularisasi, yaitu pemisahan antara politik dan
agama, juga terjadi dalam taraf tertentu di negara-
negara dengan mayoritas Islam, misalnya: Turki.
• 5. Seyogyanya Anda memberi ganti rugi kepada
pemilik kendaraan itu.
Tugas untuk Sesi Selanjutnya

• Temukan contoh klaim faktual,


klaim nilai, dan klaim subyektif
dalam sebuah teks di surat
kabar.

Anda mungkin juga menyukai