Anda di halaman 1dari 32

Mengidentifikasikan

Kesesatan: Informal Relevansi


SOFT SKILLS
Faculty of Liberal Arts
KULIAH KE-12
CPMK

1. Mahasiswa mampu menyebutkan


jenis-jenis kesesatan informal
2. Mahasiswa mampu menyebutkan
kesesatan yang terkandung di
dalam sebuah argumen
1.Kesesatan: formal dan informal
• Kesesatan formal adalah kesalahan penalaran
berdasarkan bentuknya.

• Kesesatan informal adalah kesalahan dalam


percakapan biasa, dan kadang-kadang disebut
kesesatan bahasa.

• Pada intinya ada tiga klasifikasi pokok: kesesatan


ambiguitas, kesesatan relevansi, dan kesesatan
presumsi.
1. Kesesatan Relevansi
3. Apakah Kesesatan Relevansi?
Bagaimana cara mengatasinya?
• Premisnya secara logis Jadi, untuk mengidentifika-
tidak relevan untuk sikan kesesatan relevansi,
kesimpulan. harus membedakan antara
bukti otentik dan berbagai
• bentuk dorongan emosional.
Hubungan antara premis
dan kesimpulan adalah
hubungan emosional. 1. Apakah kesimpulan dari
argumen itu?
• Tetapi premis itu relevan 2. Identifikasikan
secara psikologis, jadi kesimpulannya dan telitilah
kesimpulan tampaknya jenis bukti yang diberikan.
mengikuti premis, walau 3. Apakah ada alasan yang
tidak secara logis. tepat untuk mempercayai
kesimpulan?
8 Jenis Kesesatan Relevansi

1. Argumentum ad Baculum
2. Argumentum ad Misericordiam
3. Argumentum ad Populum
4. Argumentum ad Hominem
5. Argumentum ad Verecundiam
6. Argumentum ad Ignorantiam
7. Ignoratio Elenchi
8. Argumen Bayangan (Strawman)
1. Argumentum ad Baculum

• Appeal to force • Ada akibat yang akan


terjadi jika tidak setuju
dengan pembicara /
• Ini terjadi ketika argumentator / pengarang.
seseorang ingin • Ada kerugian yang akan
memenangkan suatu dialami seseorang jika ia
perkara dengan tidak menyetujui
menggunakan kesimpulan.
kekuatan atau • Dapat melibatkan
ancaman fisik atau
ancaman kekuatan. psikologis.
Contoh:
Ayah kepada anak. • Sekretaris kepada bos:
“ Ayo, kerjakan PR-mu! Kalau ”Saya pantas mendapat
tidak mama tidak akan kenaikan gaji. Bapak tentu
berikan uang jajan” tahu betapa saya bersikap
baik kepada istri Bapak,
dan saya yakin bapak tidak
ingin istri Bapak mengeta-
hui apa yang terjadi antara
Bapak dan klien Bapak
yang sexy itu.”
2. Argumentum ad Misericordiam (Meminta
belas kasihan)

• Appeal to Pity • Mohon bantuan untuk boleh


• Meminta Belas Kasihan lulus dari mata kuliah, Bapak
• Ini terjadi ketika seseorang karena saya sudah mengulang
meminta bela rasa, belas dua kali, Pak.
kasihan atau simpati dengan
argumen. • Pak Hakim, bebaskan saya.
Kasihan anak saya sekarang
• Contoh: tidak ada yang menafkahi. Istri
saya juga sekarang sudah
Maaf , Pak, kemarin di rumah menjadi pengemis karena saya
saya mati lampu akibatnya saya dipenjara.
tidak bisa cetak tugas dan
kumpulkan tepat waktu.
• Pak tolong izinkan saya UAS
meski absen sudah 3 kali. Saya
angkatan 2014 Pak. Kalau failed
lagi saya tak bias skripsi.
3. Argumentum ad Populum

• Appeal to People
(Acuan kepada Orang Banyak)

• Mengajukan kesimpulan yang disetujui oleh


banyak orang.
• Berusaha membangkitkan antusiasme orang
banyak.
• Meyakinkan orang dengan cara menyanjung/
memujinya
Dua Kiat Argumentum ad Populum:

1. LANGSUNG 2. TAK LANGSUNG


Berbicara kepada Menyapa bukan seluruh massa
tetapi salah satu atau beberapa
sejumlah besar orang; individu, dan menyinggung
menggelorakan emosi aspek tertentu dari
hubungannya dengan seluruh
orang banyak; memicu massa.
gairah massa (dipakai a. Bandwagon (kereta meriah),
oleh propagandis, atau b. Acuan kepada vanitas (sia-
demagog)
sia)
c. acuan kepada snob.
Semuanya merupakan teknik

baku industri Periklanan.


Contoh (KIAT TAK LANGSUNG)

• Sembilan dari sepuluh wanita Indonesia memilih shampo


Cantik. Bagaimana dengan Anda? Kereta Meriah)

• Ibu kepada anaknya, “Kamu mau memiliki tenaga sekuat


Popaye bukan, makanya ayo makan bayam ini.” (Acuan
kepada selera snob/elite).

• Hanya mereka yang digolongkan kaum elite yang mampu


memiliki tas Hermes. Jika Anda salah satunya, sudah
selayaknya tas mewah ini menjadi penanda kelas sosial
Anda. Acuan kepada vanitas/pamor/glamour)
4. Argumentum ad Hominem

Attack the Person Tiga bentuk utama serangan


Menyerang diri orangnya kepada orangnya:
Menyerang diri orangnya a. Merendahkan (sifat
pribadinya)
Yang diserang adalah orang
b. Sirkumstansial (sistem
yang mengemuka-kan
keyakinannya)
argumen, bukan argumen
lingkungannya,
yang ia ajukan.
keluarganya. Latar
Melibatkan dua pihak. belakangnya
c. Tu quoque (“Kamu
sendiri juga”)
a. MERENDAHKAN CONTOH:
Alih-alih menyerang pernya Bagaimana mugkin
taannya, argumen ini menye- kami percaya kepada
rang diri / sifat pribadi orang pernyataan Anda
yang membuat pernyataan. karena jelas bahwa
Anda itu dungu.
Contoh:
Kamu itu kurang terpelajar saya
yakin bahwa kamu tidak
mungkin bisa memberi-kan
solusi, jadi apapun komentarmu
saya abaikan.
b. Sirkumstansial Contoh:

Bukannya menyerang pernyataannya, penulis menyerang


hubungan antara pembuat pernyataan dan lingkungannya.

Contoh: Kita tidak boleh menyetujui proposal orang ini untuk


membangun usaha di Indonesia karena ia dari Tiongkok
yang hanya berniat menyebarkan ide-ide komunis,
terutama kepada karyawannya.
c. Tu quoque (“Kamu sendiri juga”)

Bentuk serangan Sebagai mahasiswa


kepada diri orang ini mari, kita rajin belajar
menunjuk bahwa orang
dan semangat kuliah, Ah
itu tidak melakukan apa
yang ia canangkan. kamu seperti yang sudah
Contoh: Paling rajin saja.
Kamu berkata bahwa saya
tidak boleh melakukan Appeal of hypocrisy
plagiat, tetapi kamu sendiri
selalu mengutip pendapat
orang lain tanpa menyebut
sumbernya.
Perhatikan contoh berikut:

Shakespeare tidak mungkin menulis ketigapuluh


enam drama yang dikatakan berasal darinya,
karena Shakespeare yang sebenarnya adalah
seorang pengusaha kecil dari pelosok yang hanya
bersekolah sampai kelas empat dan tidak pernah
meninggalkan negara kelahirannya Inggris.

• Apakah argumen di atas mengandung “kesesatan” atau tidak?


5. Argumentum Ad Verecundiam tidak
memiliki kredibilitas
Autoritas tak berkualifikasi. Auitoritas ini tidak
memiliki kepakaran
Kesesatan ini terjadi
yang disyaratkan,
ketika seseorang me- berbias atau ber-
ngutip suatu autoritas prasangka, ada motif
sebagai pendukung berbohong atau
argumennya tetapi menyebarkan
autoritas itu tidak tepat ‘‘misinformasi,’’ atau
sebagai pendukung tidak memiliki
kemampuan yang
kesimpulan.
perlu untuk
• Autoritas atau saksi ini mempersepsi atau
tidak handal. mengingat.
Contoh:
Raymond, Pemimpin • Beberapa orang
Perusa-haan Rokok The menghatakan Indonesia
Paradise Breeze, bersaksi telah masuk pada fase
di depan Congress bahwa krisis yang parah tahun
tembakau bukan zat adiktif depan.
dan bahwa merokok tidak • Katanya, jika Jokowi
menimbulkan adiksi. Jadi, menang Pilpres pelajaran
pendapatnya dapat agama akan dihapus.
dipercaya sehingga kita • Menurut informasi yang
harus menyimpulkan bahwa saya dengar, KPU sudah
merokok memang tidak tidak lagi netral sebagai
menimbulkan adiksi. wasit dalam pemilu ini.
6. Argumentum Ad Ignorantiam
Acuan kepada ketidaktahuan. • Sudah berabad-abad orang
berusaha membukti-kan
• Ini dilakukan ketika
seseorang mengacu bahwa klaim astrologi salah,
kepada ketidaktahuan dan belum berhasil. Jadi,
untuk memenangkan harus disimpulkan bahwa
perkara. klaim astrologi benar.

• Contoh: Saya tidak tahu


kalau undang-undang ITE
sudah berlaku, jadi saya
tidak bisa dipidana hanya
karena menghina Presiden
di FB.
7. Ignoratio Elenchi
Kesimpulan tidak relevan • Para pemimpin daerah
• Argumen Meleset banyak yang ditangkap
karena korupsi. Supaya tidak
Kesesatan ini terjadi ketika ada korupsi lagi, saya tidak
sebuah argumen berusaha akan ikut dalam pemilu, dan
membuktikan suatu pilkada.
kesimpulan tertentu, tetapi • Banyak orang menjadi
malah mencapai sukses walaupun bukan
kesimpulan yang sama sarjana, jadi kita tidak usah
sekali berbeda. kuliah saja nanti.
• Banyak pernikahan hancur
karena ketidakbahagiaan.
Jadi lebih baik melajang saja
seumur hidup.
Contoh:

Pencurian dan perampokan meningkat sampai cukup


mencemaskan akhir-akhir ini. Kesimpulannya, kita
harus memberlakukan hukuman mati pada perampok.

“Warung makan 88 terkenal memiliki hidangan paling lezat di


kota ini. Ia bahkan dinobatkan sebagai yang terbaik di ranah
kuliner selama 3 tahun berturut-turut. Maka, pemilik warung
makan 88, Bagas Tjahyono, harus maju menjadi anggota
DPR.”
8. Argumen Bayangan (strawman)
Contoh:
• Argumentator Para pekerja garment
mendistorsi argumen menandatangani petisi
lawan untuk lebih minta ventilasi yang lebih
baik di tempat kerja.
mudah menyerangnya, Sayangnya, AC itu mahal.
• menghancurkan Saluran udara harus
argumen terdistorsi itu, dipasang di seluruh pabrik,
kemudian dan alat pembuang panas
yang besar harus dipasang
• menyimpulkan bahwa di atap. Apalagi, biaya
argumen asli lawannya pengoperasian sistem
sudah dihancurkan.\ semacam itu di musim
panas tinggi sekali.
• Manipulasi pernyataan Dengan pertimbangan itu
petisi harus ditolak.
1.Kesesatan: formal dan informal
• Kesesatan formal adalah kesalahan penalaran
berdasarkan bentuknya.

• Kesesatan informal adalah kesalahan dalam


percakapan biasa, dan kadang-kadang disebut
kesesatan bahasa.

• Pada intinya ada tiga klasifikasi pokok: kesesatan


ambiguitas, kesesatan relevansi, dan kesesatan
presumsi.
Sesat Presumsi

Salah sebab
7 Jenis Kesesatan Presumsi

1. Salah sebab
2. Lereng licin
1. Non Causa Pro Causa (Presumsi yang
tidak benar tentang sebabnya)

False Cause (Salah Sebab) Di antara susu-suku tribal di Afrika


Hubungan antara premis dan terdapat ritual memohon hujan.
kesimpulan bergantung pada suatu Orang laki-laki menabuh gende-
hubungan kausal imajiner yang rang sementara para wanita
mungkin tidak ada. berjoget. Mereka percaya bahwa
ritual itu menurunkan hujan.
Kesimpulan bergantung pada
peng- Banyak kecelakaan di Cipularang
andaian bahwa X menyebabkan Y, dipicu oleh roh-roh yang menghuni
sedang X mungkin sama sekali km 68-72.
tidak menyebabkan Y.
Contoh lain

1. Sejak saya tinggal di rumah ini, usaha saya hancur, rumah tangga saya
hancur, saya bangkrut. Rumah ini benar-benar membaca sial bagi saya.

2. Hidup saya selalu dirundung masalah. Seakan habis air mata saya
karena terlalu sering menangis. Semua ini karena Tuhan membenci
saya.
2. Post hoc ergo propter hoc – “Terjadi
sesudah suatu hal, jadi disebabkan oleh hal itu”

Semata-mata karena suatu peristiwa terjadi sebelum


peristiwa lain, peristiwa pertama merupakan penyebab
peristiwa kedua.

Berturutan dalam waktu saja tidak cukup kuat untuk


menyimpulkan adanya hubungan kausal.
Di Jawa Tengah terdapat kepercayaan bahwa apabila
burung prenjak tidak henti-hentinya bersiul, maka tak
lama lagi akan ada tamu yang sudah lama tidak
bertemu.

Telapak tangan gatal, eh tiba-tiba dapat rezeki.

Rumah kemasukan kupu-kupu maka tak lama lagi akan


datang tamu.
2. Lereng Licin

• Untuk menunjukkan bahwa proposisi P tidak dapat


diterima, diberikan serangkaian peristiwa yang kian
sulit diterima sebagai akibat dari peristiwa P itu.

• Lereng Licin menggunakan rumus “jika… maka…”


tetapi kaitan satu sama lainnya sangat lemah.

• Kesimpulan suatu argumen “lereng licin” bertumpu


pada suatu reaksi berantai yang disodorkan,
namun tidak ada alasan yang cukup kuat untuk
meyakini bahwa reaksi berantai itu akan terjadi.
Contoh:

Jika tubuh kita divaksin, maka akan terjadi reaksi


imun tubuh yang menolak hingga menimbulkan
gejolak. Jika terjadi gejolak dalam tubuh, maka akan
timbul dampak negatif dari vaksin. Jika dampak
negatif itu mucul, maka kita akan mengalami
kematian

Anda mungkin juga menyukai