Anda di halaman 1dari 38

LOGIKA 2:

LOGICAL FALLACY
KESALAHAN LOGIKA
UST. DR. FAHRUDDIN FAIZ
MASJID JENDRAL SUDIRMAN
YOGYAKARTA
 Golongan Sofis: golongan yang secara sengaja
melakukan kesalahan dalam berfikir, dengan
tujuan untuk mengubah opini demi mencapai
tujuan tertentu di luar kebenaran.
 Golongan Paralogi: golongan yang melakukan
kesalahan berfikir namun tidak menyadari
kekeliruan dan akibat dari pemikirannya karena
selalu menganggap dirinya benar.

DARI JENIS PELAKUNYA


 Mengingkari Antaseden
 Pernyataan: "Punya Ferari menunjukkan bahwa yg punya orang kaya“
 Fallacy: "Yang tidak punya Ferrari adalah orang miskin".
 Mengafirmasi Consequent
 Pernyataan : "Saya lagi flu, oleh karena itu saya batuk“
 Fallacy : "orang yg batuk, berarti dia flu"
 Inductive Fallacy
 Pernyataan: "Cincin yg saya pakai ini menunjukkan saya sudah menikah" .
 Fallacy : "Semua orang pakai cincin berarti sudah menikah"
 Excluded Middle (berpikir binary)
 Pernyataan: "Gadis cantik disukai para pria"
 Fallacy: "Gadis yg tidak cantik dibenci para pria "
FALLACY OF DRAMATICAL INSTANCE

• Kesalahan berpikir ini berawal dari kecenderungan


orang untuk melakukan over-generalization, yaitu
penggunaan hanya satu atau dua kasus untuk
mendukung argumen yang bersifat general atau
umum.
FALLACY OF RETROSPECTIVE DETERMINISM

 Determinisme Retrospektif adalah menganggap sesuatu seolah-


olah sudah ditentukan oleh sejarah dan tidak mungkin diubah.
 Orang yang menganggap masalah yang sekarang terjadi sebagai
sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa
dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang,
 Misalnya tentang kemiskinan. Orang menganggap bahwa
kemiskinan adalah bagian dari isi sejarah. Dari dulu ada orang kaya
dan miskin. Mengapa orang sekarang harus meributkan
pemberantassan kemiskinan, padahal kemiskinan tidak bisa
diberantas, karena sudah ada sejak dulu.
POST HOC ERGO PROPTER HOC

 Istilah ini berasal dari bahasa latin, Post = sesudah, Hoc = Demikian, Ergo = karena itu;
Propter = disebabkan; hoc = demikian
 Akibat yang dihasilkan tidak sesuai dengan sebabnya, akan tetapi dipercaya bahwa
penyebab yang tidak sesuai itulah yang benar.
 Kesesatan terjadi karena salah menyimpulkan penyebab hanya karena terjadinya dua
peristiwa yang terjadi secara berurutan.
 Misalnya ada orang tua lebih menyayangi anak keduanya dibandingkan anak yang pertama
hanya karena orang tua itu keadaan ekonominya lebih baik setelah mempunyai anak kedua
itu.
 - Si Jono awalnya sakit flu, kemudian setelah meminum air minum yang telah diludahi oleh
Ponari, besoknya Jono sembuh. Berarti ludah Ponari bisa menyembuhkan penyakit Jono!
 - Dian Sastrowardoyo cantik sekali. Di sebuah iklan L’oreal, dia mengaku memakai produk
L’oreal. Berarti produk L’oreal itu yang membuatnya cantik!
 - Si Bejo semalam merokok dengan rokok Djarum. Pagi ini dia meninggal, diduga kena
serangan jantung. Pasti rokok Djarum yang menyebabkan dia terkena serangan jantung!
FALLACY OF MISPLACED CONCRETNESS

 Inti dari kesalahan ini adalah mengkonkritkan sesuatu yang pada


hakikatnya abstrak, misalnya: mengapa Negara A miskin?
Jawabannya: karena sudah menjadi takdirnya negara A. Takdir
merupakan sesuatu yang abstrak.
 “Rinduku padamu sebesar gunung merapi”
 “Keceriaanmu membuat ruangan ini terang benderang”
ARGUMENTUM AD VERECUNDIAM

 Argumentum ad Verecundiam terjadi ketika mengacu pada seseorang yang


dianggap sebagai pakar atau ahli sehingga apa yang diucapkannya adalah sebuah
kebenaran. Otoritas kepakaran seseorang yang mengucapkan suatu hal tersebut
kemudian otomatis diakui sebagai sesuatu yang pasti benar, meskipun otoritas itu
tidak relevan, misalnya orang desa yang percaya kepada Pak Lurah bahwa untuk
mengobati sakit panas harus dengan cara mengirimkan sesajen ke pohon besar.
 Apa yang dikatakan ulama A pada kampanye itu pasti benar.
 Apa yang dikatakan pastor B dalam iklan itu pasti benar.
 Apa yang dikatakan Rhoma Irama pasti benar.
 Apa yang dikatakan pak dokter pasti benar.
 "Saya yakin apa yang dikatakan beliau adalah baik dan benar karena beliau adalah
seorang pemimpin yang brilian, seorang tokoh yang sangat dihormati, dan seorang
dokter yang jenius"
FALLACY OF COMPOSITION

 Menganggap kebenaran dari salah satu bagian mewakili kebenaran dari


seluruh bagian
 Bentuk dari kesalahan ini misalnya: di kampung saya ada orang yang
membudidayakan jamur, sehingga menjadi perusahaan besar dan
mendatangkan uang yang banyak pada orang tersebut. Melihat
kenyataan itu, seluruh penduduk menjual kebunnya untuk dijadikan
modal berbisnis jamur. Akibatnya, semua penduduk kampung saya
bangkrut karena merosotnya permintaan dan membludaknya pasokan
barang. Singkatnya sesuatu yang berhasil untuk satu orang dianggap
berhasil untuk semua orang. Inilah bentuk pemikiran keliru yang
disebut Fallacy of composittion.
CIRCULAR REASONING

 Circular Reasoning adalah pemikiran yang berputar-putar, menggunakan


kesimpulan untuk mendukung premis yang digunakan lagi untuk menuju
kesimpulan yang sama. Sebagai contoh,
 "apabila organisasi dikembangkan dengan baik maka program transmigrasi akan berjalan
lancar",
 "apa buktinya organisasi itu berjalan lancar ?",
 "kalau programnya berjalan lancar".
 "Program lancar, artinya?",
 "artinya pengembangan organisasinya baik.“
 Contoh lain :
 - Ian Antono adalah gitaris hebat, dia bermain gitar dengan bagus.
 - Mario Teguh adalah motivator ulung, dia memberikan motivasi bijak.
(Tidak ada tolok ukur nyata kehebatan mereka, hanya pernyataan ulang argumen dengan
kalimat yang berbeda)
ARGUMENTUM AD HOMINEM

 Kesalahan ini terjadi ketika argumentasi yang diajukan


tidak tertuju pada persoalan yang sesungguhnya, tetapi
terarah kepada pribadi yang menjadi lawan bicara atau
dikenal dengan istilah Personal Attack, misalnya: Saya tidak
ingin berdiskusi dengan kamu, karena kamu seorang anak
kecil yang tidak tahu apa-apa. Contoh lain misalnya:
pendapatmu salah karena kamu sering membolos sekolah.
TU QUOUE

 Tu Quoue: seseorang berusaha untuk membela diri dari kritik yang ditujukan
kepadanya dengan cara membalikkan kritik yang sama ke arah Sang
pengkritik.
 Tu quoque ini bisa digunakan sebagai taktik yang efektif untuk membuat
orang yang mengkritik kita dari posisi menyerang, menjadi posisi diserang.
Dari posisi menuduh, menjadi tertuduh. Dari posisi bertanya, menjadi posisi
ditanya.
 CONTOH:
 Fritz : “Toyib, mengapa Muhammad melanggar perintah Allah-nya dengan kawin 9,
sedangkan Allah sendiri mengatakan kawin hanya boleh maksimal 4″
 Toyib : “Lha, Yesus, Tuhan Kamu itu, dahulu juga pernah memperbolehkan muridnya
melanggar perintah taurat,..”
ARGUMENTUM AD BACULUM

 Argumentum ad baculum adalah argumen yang diajukan


berupa ancaman dan desakan lawan bicara agar menerima
suatu konklusi tertentu, dengan alasan bahwa jika menolak
akan berdampak negatif terhadap dirinya; misalnya: “jika
kamu tidak mengakui kebenaran apa yang saya katakan,
kamu akan terkena adzab Tuhan”.
ARGUMENTUM AD MISERICORDIAM

 Argumentum ad misericordiam adalah sesat pikir yang sengaja


diarahkan untuk membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara
dengan tujuan untuk mencapai keinginan tertentu; misalnya: “Saya
mencuri karena saya miskin dan tidak bisa membeli sandang dan
pangan”.
ARGUMENTUM AD IGNORANTIAM

 Argumentum ad ignorantiam adalah kesalahan yang terjadi saat kita


memastikan bahwa sesuatu itu tidak ada karena kita tidak mengetahui
apa pun juga mengenai sesuatu itu atau karena belum menemukannya;
misalnya: “menerbangkan manusia ke bulan itu sulit, maka manusia
tidak bisa diterbangkan ke bulan.”
ARGUMENTUM AD TEMPERANTIAM

 Argumentum ad Temperantiam adalah kesesatan yang menyatakan bahwa


pandangan pertengahan adalah sesuatu yang benar tanpa peduli nilai-nilai
lainnya. Serta juga menganggap jalan tengah sebagai pertanda kekuatan
suatu posisi. Meskipun dapat menjadi nasihat yang bagus, namun
kesesatannya disebabkan karena ia tak punya dasar yang kuat dalam
argumen karena selalu berpatokan bahwa jalan tengah adalah yang benar.
Penggunaannya kadang dengan membuat-buat posisi lain sebagai posisi yang
ekstrim.
 Contoh:
 Daripada mendukung komunisme atau mendukung kapitalisme, lebih baik
ideologi Pancasila yang merupakan jalan tengah keduanya.
 (sedikitpun tidak menjabarkan kelebihan dan kekurangan masing-masing
sistem)
ARGUMENTUM AD POPULLUM

 Jika banyak yang percaya X adalah benar, maka x itu adalah benar;
Atau Jika banyak orang yang menerima x, maka X dapat diterima.
 Contoh: Karena 75% masyarakat percaya bahwa UFO itu ada, maka
kesimpulannya, UFO itu memang benar-benar ada
ARGUMENTUM AD NOVITAM

 Argumentum ad Novitam muncul ketika sesuatu hal yang baru dapat


dikatakan benar dan lebih baik, dengan mengasumsikan penggunaan
hal yang baru berbanding lurus dengan kemajuan zaman dan sama
dengan kemajuan baru yang lebih baik. Sesat-pikir ini selalu menjual
kata ‘baru’, dengan menyerang suatu hal yang lama sebagai hal yang
gagal dan harus diganti dengan yang lebih baru.
 Contoh: Mengganti golongan tua dengan golongan muda serta wajah
baru di parlemen akan membuat negara ini lebih baik.
ARGUMENTUM AD ANTIQUITAM

 Kebalikan dari Argumentum ad Novitatem, ketika sesuatu benar dan


lebih baik karena merupakan sesuatu yang sudah dipercaya dan
digunakan sejak lama. Argumen ini adalah favorit bagi golongan
konservatif. Nilai-nilai lama pasti benar. Patriotisme, kejayaan negara,
dan harga diri sejak puluhan tahun silam. Sederhananya, sesat-pikir ini
adalah kebiasaan malas berpikir. Dengan selalu berpatokan bahwa cara
lama telah dijalankan bertahun-tahun, maka itu dianggap sesuatu yang
pasti benar.
 Contoh:
 PDI-Perjuangan telah memperjuangkan nasib wong cilik sejak
berpuluh-puluh tahun yang lalu, maka pilihlah moncong putih.
NO TRUE SCOTSMAN

 Contoh - Kejahatan yang dilakukan oleh sebagian Muslim/Kristen /


Buddhis/Hindu dikarenakan mereka bukanlah Muslim/Kristen/
Buddhis/Hindu sejati.
PERFECT SOLUTION FALLACY

 Perfect Solution Fallacy adalah sesat-pikir yang terjadi ketika suatu argumen
berasumsi bahwa sebuah solusi sempurna itu ada, dan sebuah solusi harus
ditolak karena sebagian dari masalah yang ditangani akan tetap ada setelah
solusi tersebut diterapkan. Asumsinya, jika tidak ada solusi sempurna, tidak
akan ada solusi yang bertahan lama secara politik setelah diimplementasi.
Tetap saja, banyak orang tergiur oleh ide solusi sempurna, mungkin karena
itu sangat mudah untuk dibayangkan.
 Contoh:
 Penerapan UU Pornografi ini tidak akan berjalan dengan baik. Pemerkosaan
akan tetap terjadi.
 (argumen yang tidak memperhatikan penurunan tingkat kriminalitas asusila)
CONFIRMATION BIAS/SELECTIVE THINKING

 Confirmation Bias adalah kecenderungan seseorang untuk segera menyetujui


informasi yang memberikan dukungan prasangka/pendapat/hipotesis
mereka atau hipotesis terlepas dari apakah informasi tersebut benar atau
tidak. Akibatnya, orang hanya mengingat dan mengumpulkan bukti yang
mereka sukai secara selektif , dan menafsirkannya dengan cara yang bias.
 Misalnya, untuk orang-orang yang percaya bahwa tanggal 13 adalah hari sial,
mereka akan menganggap segala bencana yang muncul di tanggal 13 adalah
bukti bahwa tanggal 13 adalah benar hari sial dan tanpa sadar menghiraukan
bahwa sebenarnya secara statistik bencana-bencana yang terjadi di tanggal 13
tidak lebih banyak daripada bencana-bencana lain di tanggal yang berbeda.
SLIPPERY SLOPE

 Asumsi bahwa jika A terjadi, maka B, C, …, X, Y, Z pasti akan terjadi


juga. Pada prinsipnya, menyamakan A dengan Z, sehingga jika Z tidak
diinginkan, A juga tidak boleh terjadi.
 Contoh : Di negara Belanda, ganja dan prostitusi dilegalkan. Maka kita
juga boleh melegalkan ganja dan prostitusi di negara kita ini.
GENETIC FALLACY

 Menjadikan karakteristik yang tidak relevan untuk menilai sesuatu.


 Contoh :
 - Volkswagen adalah mobil Iblis! Mobil itu produk asli Jerman, buatan
anak buah Hitler!
 - Aku memperoleh nilai D di mata kuliah Bahasa Pemrograman, jelas
ini karena aku berzodiak Libra, sedangkan dosenku berzodiak
Sagitarius. Kita tidak cocok!
BEGGING THE CLAIM

 Kesimpulan yang ditetapkan oleh klaim, tanpa disertai bukti nyata.


 Contoh: Apapun yang terjadi (pokoknya) Rhoma Irama tidak mampu
menjadi presiden
RED HERRING

 Pengalihan perhatian dari inti masalah


 Tim nasional sepak bola Indonesia terancam dicekal dari kompetisi
Internasional. Tapi, yang lebih penting lagi, siapa sebenarnya dalang
utama kasus wisma atlet Hambalang?!
STRAW-MAN

 Terlalu menyederhanakan argumentasi lawan agar mudah dibantah


 - “Kamu terlalu berlebihan menyikapi ancaman FIFA untuk mencekal
timnas sepak bola Indonesia, santai aja kali bro. Itu cuma gertak
sambal.” kata seorang pengurus PSSI.
 - “Kita kan cuma membagi uang sisa dari dana perjalanan studi
banding ke Jerman, ini bukan korupsi namanya, kamu ga usah
berlebihan, kamu kan masih mahasiswa dek,” ujar seorang Bapak
anggota DPR.
.
MORAL EQUIVALENCE

 Menyetarakan kesalahan kecil dengan kejahatan besar.


 Contoh :
 - Orang yang mencetak gol bunuh diri ke gawang timnya sendiri itu
adalah pengkhianat bangsa!
 - Mereka yang tidak memasang bendera merah putih di depan rumah
saat tanggal 17 Agustus adalah penjajah!! Bukan rakyat Indonesia!
 - “Kamu menyebut batik adalah produk negaramu?! Kamu mencuri
budaya kami!!” kata seorang Indonesia kepada seorang Malaysia.
(Padahal di Malaysia juga ada seni membuat batik)
FALSE DILEMA

 Nama lain False Dillema: - Black and White thinking; - Bifurcation


 Bentuk dari False dillema: Jika tidak X, maka Y yang benar (Padahal bisa saja
keduanya benar atau keduanya salah). Klaim Y salah. Maka KlaimX adalah Benar.
 Pada dasarnya, si pembuat argument ingin membatasi pilihan denga 2 saja, Padahal
dalam kenyataannya bisa ada lebih dari 2 pilihan.
 Contoh:
 Kalau bukan manusia yang nyolong kue pukis saya di atas meja, pastilah hantu.
 Sistem pendidikan yang fraksi kami ajukan harus segera disahkan dan
dilaksanakan, jika tidak, kemerosotan moral pasti akan menghinggapi generasi
muda kita.
 (opsi lainnya tidak disertakan sehingga membuat argumennya mau tidak mau harus
disetujui)
TWO WRONGS MAKE A RIGHT

 Two Wrongs Make a Right adalah kesesatan yang terjadi ketika


diasumsi bahwa jika dilakukan suatu hal yang salah, tindakan salah
yang lain akan menyeimbanginya. Sesat-pikir ini biasa digunakan
untuk menggagalkan tuduhan dengan menyerang tuduhan lain yang
juga dianggap salah.
 Contoh:
 Dedi: Soeharto merebut kekuasaan dari Bung Karno dan akhirnya ia
berkuasa dengan tangan besi.
 Amir: Tapi Soekarno juga mengangkat dirinya sebagai presiden seumur
hidup!
IPSE-DIXTISM

 Ipse-dixitism adalah argumen dengan dasar keyakinan yang dogmatis.


Seseorang yang menggunakan Ipse-dixitism mengasumsikan secara sepihak
premisnya sebagai sesuatu yang disepakati, padahal tidak demikian. Premis
yang diajukan dalam argumen seolah-olah merupakan fakta mutlak dan telah
disepakati bersama kebenarannya, padahal itu hanya dipegang oleh pemberi
argumen, tidak bagi lawannya. Sesat-pikir ini akan berujung pada debat
kusir.
 Contoh: Ideologi liberalis dan kapitalis telah terbukti gagal dan hanya
menyengsarakan rakyat, karena itu harus diganti dengan sistem spiritual.
 (ideologi yang gagal itu belum disepakati lawan bicaranya, jadi bagaimana
langsung dapat menggulirkan solusi?)
POISONING THE WELL

 Poisoning the Well adalah sesat-pikir yang mencegah argumen atau


balasan dari lawan dengan cara membuat lawan dianggap tercela
dengan berbagai tuduhan bahkan sebelum lawan sempat bicara.
 Contoh: Semua yang dilakukan oleh KPK adalah rekayasa untuk
menjatuhkan PKS
 Kebiasaan/adat/tradisi
 otoritas
 Pengaruh Emosi/Perasaan
 Pengaruh keterbatasan fisik
 Tuntutan problem-solving
 Ketergantungan teori kepada observasi
 Ketergantungan observasi kepada observer
 Ketergantungan observer kepada perspektif/teori
 Kadang pengamat mengubah yang diamati
 Bedakan Fakta dengan Fiksi
 Bahasa yang terdengar asing atau ilmiah tidak
membuat gagasannya juga menjadi ilmiah.
 Pernyataan yang berani tidak serta merta
membuat klaimnya benar.
 Dianggap aneh tidak berarti tidak benar
 Rumor atau gossip tak sama dengan realitas
 Sesuatu yang tidak dapat dijelaskan belum tentu
benar-benar tidak dapat diterangkan.
 Banyak hal di sekeliling kita yang terjadi secara
kebetulan dan kebetulan tidak bisa digeneralkan.
 Secara umum orang hanya mengingat yang
penting-penting saja.

PERHATIKAN... 1
 Pilihan kata dan analogi sering memunculkan pemahaman yang
berbeda. Ada kata-kata tertentu yang membangkitkan emosi.
 Kalau kita tak dapat membantah sebuah pernyataan, bukan berarti
berarti pernyataan itu benar.
 Banyak orang menggunakan logika “Kalau tidak ini, pasti itu”
 Banyak orang menyimpulkan sesuatu secara absurd; misalnya, makan
es krim bisa membuat orang gemuk. Kegemukan adalah penyebab
utama orang sakit jantung. Sakit jantung adalah penyebab kematian
yang utama. Maka kesimpulannya: makan es krim bisa menyebabkan
kematian.
 Banyak orang lebih suka mencari jalan yang mudah. Namun, kenyataan
di lapangan tidak selalu sederhana.

PERHATIKAN…2
 MENGHAKIMI ORANG LAIN
 TIDAK PEDULI DENGAN KESALAHAN SENDIRI
 TAKUT SALAH SEHINGGA PASIF
 CUEK DENGAN KESALAHAN (“BEGITULAH HIDUP”)
 TAKUT MENGAKU SALAH
 MELAKUKAN KRITIK DESTRUKTIF
 TERBURU-BURU MENILAI
 GAGAL BELAJAR DARI KESALAHAN ORANG LAIN
 BERPIKIR KRITIS
 BERPIKIR POSITIF

 BERPIKIR KREATIF

 BERPIKIR LATERAL

Anda mungkin juga menyukai