Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PENELITIAN

PENGARUH TINDAKAN MOBILISASI TERHADAP PENYEMBUHAN


LUKA POST OPERASI USUS BUNTU (APPENDICITIS)
DI RSI FAISAL MAKASSAR 2013

Anas1, Erna Kadrianti2, Ismail3

1Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar


2
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar
3
Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENGARUH TINDAKAN MOBILISASI TERHADAP PENYEMBUHAN
LUKA POST OPERASI USUS BUNTU (APPENDICITIS)
DI RSI FAISAL MAKASSAR 2013

Anas1, Erna Kadrianti2, Ismail3

ABSTRAK

Mobilisasi adalah suatu kebutuhan manusia untuk melakukan aktivitas dimana


aktivitas tersebut secara bebas dari suatu tempat ke tempat lain, atau kemampuan
seseorang bergerak dengan bebas, mudah, berirama dan dengan maksud tertentu
dalam suatu lingkungan sekitar atau sesuatu yang esensial dalam kehidupan
seseorang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tindakan
mobilisasi terhadap penyembuhan luka post operasi usus buntu (appendicitis) di RS.
Islam Faisal Makassar. Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimental Design
menggunakan rancangan One - Shot Case Study dengan menggunakan desain uji
Paired Sample t-Test dengan interval kemaknaan 5%. Sampel berjumlah 13 orang
responden yang didapatkan dengan menggunakan teknik Total Sampling yang sesuai
dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan. hasil penelitian menunnjukkan bahwa
46.2% responden mampu melakukan mobilisasi sedangkan 53.8% responden tidak
mampu melakukan mobilisasi. Didapatkan 84.6% responden dalam kategori
penyembuhan luka yang cepat dan 15.4% responden dalam kategori penyembuhan
luka yang lambat. Pengujian menggunakan analisis Paired Sample t-Test, didapatkan
nilai dari derajat penyembuhan luka operasi Appendicities dengan munculnya nilai p
= 0.018 dimana p < α 0.05. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari tindakan mobilisasi terhadap penyembuhan luka post operasi usu
buntu (appendicitis) di RS Islam Faisal Makassar. Disarankan kepada seluruh pasien
post operasi khususnya operasi appendicitis untuk sesegera mungkin melakukan
mobilisasi setelah operasi sesuai dengan arahan dari petugas kesehatan karena telah
terbukti bahwa mobilisasi dini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
penyembuhan luka.

Kata Kunci : Tindakan Mobilisasi, Penyembuhan Luka.


PENDAHULUAN

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,


mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian.
Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat
duduk atau berbaring (Marylin, 2008).
Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam
menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau
keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Anonim, 2008).
Berdasarkan World Health Organization (2002), angka mortalitas akibat apendisitis
adalah 21.000 jiwa, di mana populasi laki-laki lebih banyak dibangdingkan perempuan.
Angka mortalitas appendicitis sekitar 12.000 jiwa pada laki-laki dan pada perempuan sekitar
10.000 jiwa.
Angka kejadian apendisitis di dunia mencapai 321 juta kasus tiap tahun
(handwashing 2006). Statistic di Amerika mencatat setiap tahun terdapat 20 – 35 juta kasus
apendisitis (Departemen Republik Indonesia, 2008). Statistic menunjukan bahwa setiap
tahun apendisitis menyerang 10 juta penduduk Indonesia. Menurut Lubis. A (2008), saat ini
morbiditas angka apendisitis di Indonesia mencapai 95 per 1000 penduduk dan angka ini
merupakan tertinggi di antara Negara-negara di Assosiation South East Asia Nation
(ASEAN).
Insidens tahunan dari appendicitis akut adalah 25 per 10.000 (Umur 10-17 tahun)
dan 1-2 per 10.000 (Umur di bawah 4 tahun). Dari sekitar 293.655.405 penduduk Amerika
Serikat, 734.138 orang diantaranya menderita apendisitis akut. Di Asia Tenggara, Indonesia
merupakan negara dengan insidens appendicitis akut tertinggi sebanding dengan jumlah
penduduknya, yang paling banyak dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sekitar 238.452.952 penduduk Indonesia, 596.132 orang
diantaranya menderita appendicitis akut (U.S. Census Bureau, Population Estimates and
International Data Base, 2004). Untuk mendiagnosis appendicitis akut bukanlah hal mudah,
terutama dalam kasus dengan temuan yang atipikal. Salah satu pemeriksaan radiologi
sebagai penunjang diagnostik appendicitis adalah appendicogram. Appendicogram
merupakan pemeriksaan berupa foto barium usus buntu yang dapat membantu melihat
terjadinya sumbatan atau adanya kotoran (Skibala) di dalam lumen usus buntu (Sanyoto,
2008).
Berdasarkan data yang didapatkan menurut DEPKES RI, jumlah pasien yang
menderita penyakit appendicitis di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk di
Indonesia, di Kalimantan Timur berjumlah sekitar 26% dari jumlah penduduk di Kalimantan
Timur, sedangkan dari data yang ada pada rekam medis RS Islam Samarinda untuk bulan
Januari sampai Juni 2009, tercatat penderita yang dirawat dengan appendicitis sebanyak
153 orang dengan rincian 57 pasien wanita dan 104 pasien pria. Hal ini membuktikan
tingginya angka kesakitan dengan kasus appendicitis. Sebagian besar kasus appendicitis di
rumah sakit Islam Samarinda diatasi dengan pembedahan. Hasil survey pada tahun 2008
Angka kejadian appendicitis di sebagian besar wilayah indonesia hingga saat ini masih
tinggi. Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit appendicitis berjumlah sekitar
7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang. Dari hasil Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, appendicitis akut merupakan salah satu
penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk dilakukan operasi
kegawatdaruratan abdomen. Insidens appendicitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di
antara kasus kegawatan abdomen lainnya (Depkes 2008). Jawa Tengah tahun 2009, jumlah
kasus appendicitis dilaporkan sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya menyababkan kematian.
Jumlah penderita appendicitis tertinggi ada di Kota Semarang, yakni 970 orang. Hal ini
mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern (Dinkes, 2009).
Survey di 12 provinsi tahun 2008 menunjukan jumlah apendisitis yang dirawat di
rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastic dibandingkan dengan tahun
sebelumnya,yaitu sebanyak 1.236 orang. Di awal tahun 2009, tercatat 2.159 orang di Jakarta
yang dirawat di rumah sakit akibat apendiitis (Ummualya. 2008), melihat data tersebut dan
kenyataan bahwa masih banyak kasus apendisitis yang tidak terlaporkan, Departemen
Kesehatan menganggap apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan
nasional karena mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2008).
Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka akibat operasi
pembuangan apendiks (Apendektomi) adalah kurangnya / tidak melakukan mobilisasi dini.
Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah
terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat
dan mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau
penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah, gangguan pernapasan dan
gangguan peristaltik maupun berkemih (Carpenito, 2000). Namun, bila terlalu dini dilakukan
dengan teknik yang salah, mobilisasi dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka
menjadi tidak efektif. Oleh karena itulah, mobilisasi harus dilakukan secara teratur dan
bertahap, diikuti dengan latihan Range of Motion (ROM) aktif dan pasif (Roper, 2008).
Berdasarkan hasil data awal pasien rawat inap Appendicitis di Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar periode 2008-2012 yang dilakukan pada bulan April 2013 diketahui, bahwa
pada tahun 2008 terdapat 84 kasus pasien rawat inap dengan appendiks. Sementara pada
tahun 2009 terdapat 64 kasus, Pada tahun 2010 angka kejadian appendiks yaitu terdapat 61
kasus, sedangkan pada Tahun 2011 terdapat 48 kasus appendiks, kemudian pada Tahun
2012 terdapat 56 kasus appendicitis (Rekam Medik RS Islam Faisal Makassar, 2013).
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh
lagi tentang pengaruh tindakan mobilisasi terhadap penyembuhan luka post operasi usus
buntu (appendicitis) di RS Islam Faisal Makassar.

BAHAN DAN METODE

Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel


Jenis penelitian ini adalah Pre Eksperimental Design menggunakan rancangan One - Shot
Case Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan telah menjalani
operasi appendicitis di RS Islam Faisal Makassar. Sampel berjumlah 13 orang respondeen
yang sesuai dengan criteria sampel yang telah ditetapkan antara lain :
1) Kriteria Inklusi
a) Pasien yang bersedia untuk diteliti hingga penelitian ini selesai
b) Pasien yang telah menjalani operasi appendicitis
c) Pasien yang berusia > 18 Tahun
d) Pasien yang dalam keadaan sadar, yaitu mampu mendapatkan arahan dari peneliti
maupun petugas kesehatan.
2) Kriteria Eksklusi
a) Pasien yang menolak untuk melanjutkan penelitian
b) pasien yang tidak berada di lokasi penelitian saat penelitian ini berlangsung.
c) Pasien yang berusia < 18 Tahun
d) Pasien yang tidak kooperatif
Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan secara
langsung dari responden sebagai sampel penelitian.
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang didapatkan tidak secara
langsung dari responden sebagai sampel penelitian. Data sekunder bias berasal dari
keluarga responden, perawat dan rekam medic.
2. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan peneliti menggunakan kuesioner
sebagai instrumen pengumpulan data yang dikembangkan oleh peneliti menurut variabel
yang akan diteliti dan berdasarkan tinjauan literatur.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi kondisi luka pasien
pasca operasi appendicitis. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data awal atau hasil
observasi awal. Setelah melakukan observasi awal, beberapa jam setelah operasi akan
dilakukan intervensi berupa pemberian tindakan mobilisasi sesuai anjuran atau instruksi
petugas kesehatan, baik itu perawat maupun dokter. Mobilisasi ini akan dilakukan secara
berkesinambungan dan sistematis dalam kurun waktu satu hari. Selang 2 hari kemudian
pasca pemberian intervensi, maka akan dilakukan pengamatan kedua atau observasi
akhir untuk melihat penyembuhan luka pasca operasi appendicitis. Penilaian akan
dilakukan dengan cara mengobservasi dan mewawancarai pasien sesuai dengan
kuisioner penelitian. Hasil dari wawancara dan observasi ini kemudian akan dilakukan
penilaian terhadap penyembuhan luka post operasi.

Pengolahan Data dan Analisa Data


1. Pengolahan data
Setelah data terkumpul data dilakukan pengolahan data dengan mengunakan
komputerisasi program SPSS. Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan data sebagai
berikut :
a. Editing data : Memeriksa kembali kebenaran pengisian data
b. Codding data : Memberikan nilai pada setiap alternatif jawaban, dimana
alternatif jawaban yang diberikan adalah 1: bila ≥median, 2 : bila
< median.
c. Tabulasi data : Menyusun data dalam bentuk tabel.
2. Analisa data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputerisasi SPSS
(Statistical Program for Social Science), yaitu Analyze Deskriptif untuk melihat distribusi
frekuensi dari tiap-tiap variabel. Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan
menggunakan desain uji Independent Sample t-Test.
HASIL PENELITIAN

1. Analisa Univariat
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Mobilisasi di RS Islam Faisal
Makassar Tahun 2013
Tindakan Mobilisasi Jumlah (n) Persentase (%)
Positif 6 46.2
Negatif 7 53.8
Total 13 100
Sumber : Data Primer Agustus 2013
Berdasarkan tabel 5.5, maka diketahui bahwa tindakan mobilisasi kategori positif
berjumlah 6 orang responden (46.2%) sedangkan tindakan mobilisasi kategori negatif
berjumlah 7 orang responden (53.8%)
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Penyembuhan Luka di RS Islam Faisal
Makassar Tahun 2013
Penyembuhan Luka Jumlah (n) Persentase (%)
Cepat 11 84.6
Lambat 2 15.4
Total 13 100
Sumber : Data Primer Agustus 2013
Berdasarkan tabel 5.6, maka diketahui bahwa penyembuhan luka operasi
appendicitis kategori cepat berjumlah 11 orang responden (84.6%) sedangkan
penyembuhan luka operasi appendicitis kategori lambat berjumlah 2 orang responden
(15.4%).

2. Analisa Bivariat
Tabel 5.7
Penyembuhan Luka Operasi Apendicitis Post Intervensi Tindakan Mobilisasi di RS
Islam Faisal Makassar Tahun 2013
Penyembuhan Luka
Tindakan Total p
Cepat Lambat
Mobilisasi
n % n % n %
Positif 6 46.2 0 0 6 46.2 0.018
Negatif 5 38.5 2 15.4 7 53.8
Total 11 84.6 2 15.4 13 100
Sumber : Data Primer Agustus 2013
Berdasarkan tabel 5.7, maka diketahui bahwa dari total 6 orang responden
(46.2%) yang dapat melakukan tindakan mobilisasi atau dalam kategori positif,
keseluruhan responden mengalami penyembuhan luka yang cepat. Sedangkan dari total
7 orang responden (53.8%) yang tidak dapat melakukan tindakan mobilisasi atau dalam
kategori negative, didapatkan 5 orang responden (38.5%) mengalami penyembuhan luka
yang cepat dan 2 orang lainnya (14.4%) mengalami penyembuhan luka yang lambat.
Tabel 5.8
Pengaruh Tindakan Mobilisasi Terhadap Penyembuhan Luka Operasi Appendicitis
Penyembuhan Sig (2-
t n Mean df
Luka tailed)
Tindakan Cepat 11
2.739 0.385 12 0.018
Mobilisasi Lambat 2
Sumber : Data Primer Agustus 2013
Hasil penelitian akan menunjukkan pengaruh pemberian tindakan mobilisasi
terhadap penyembuhan luka operasi Appendicitis di RS. Islam Faisal Makassar. Setelah
dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis Paired Sample t-Test, maka
didapatkan nilai dari derajat penyembuhan luka operasi Appendicitis dengan munculnya
nilai p = 0.018 dimana p < α 0.05.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dengan membandingkan teori
serta penelitian yang sejalan, maka dapat dikemukakan bahwa berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, maka didapatkan 13 orang responden yang menjalani operasi
Appendicitis di RS Islam Faisal Makassar. Dari total 13 orang responden, diketahui bahwa
kelompok umur paling banyak adalah 20 s/d 29 tahun dengan jumlah responden 8 orang
(61.5%), jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah 9 orang
(69.2%), pekerjaan paling banyak adalah swasta dengan jumlah responden 5 orang (38.5%)
dan pendidikan terakhir paling banyak adalah D3/ Sarjana dengan jumlah responden 7 orang
(53.8%).
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa tindakan mobilisasi kategori positif
berjumlah 6 orang responden (46.2%) sedangkan tindakan mobilisasi kategori negatif
berjumlah 7 orang responden (53.8%) serta penyembuhan luka operasi appendicitis kategori
cepat berjumlah 11 orang responden (84.6%) sedangkan penyembuhan luka operasi
appendicitis kategori lambat berjumlah 2 orang responden (15.4%).
Dari hasil analisis menggunakan uji Paired Sample t-Test, maka diketahui bahwa
Confidence Interval atau derajat kemaknaan adalah 5%. Dalam analisis menggunakan uji t,
variable diasumsikan tidak sama. Jika probabilitas < 0.05, maka syarat yang berlaku adalah
Ha diterima dan Ho ditolak, namun apabila probabilitas > 0.05, maka syarat yang berlaku
adalah Ho Diterima dan Ha ditolak. Terlihat bahwa t hitung dalam asumsi ketidaksamaan
variabel adalah 2.739 dengan Probabilitas 0.006. Oleh karena Probabilitas 0.006 < α 0.05,
maka Ho dalam penelitian ini ditolak dan Ha diterima sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada ada pengaruh tindakan mobilisasi terhadap penyembuhan luka post operasi
appendicitis di RS Islam Faisal Makassar.
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti berasumsi bahwa responden yang dalam
kategori dapat melakukan mobilisasi atau dalam kategori positif berpeluang mempunyai
kesembuhan luka operasi appendicitis yang lebih cepat jika dibandingkan dengan responden
yang dalam kategori tidak dapat melakukan mobilisasi atau dalam kategori negatif.
Sebagian besar rumah sakit menunjukkan palayanan yang tidak efisien sebagai
salah satu sumber peningkatan biaya, sementara kualitas pelayanan kesehatan di rumah
sakit menjadi sebuah hak yang sama untuk seluruh klien. Untuk menghadapi penghematan
biaya dan sumber yang lebih sedikit, maka kualitas pelayanan keperawatan tidak dapat
ditawar lagi. Ditempat – tempat perawatan akut, perhatianutama berfokus pada bagaimana
carauntuk memulangkan klien secepat mungkin dengan waktu rawat yang dipersingkat.
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Dewi Nuryanti
(2012) yang menyatakan bahwa mobilisasi dini dilakukan untuk meningkatkan ventilasi dan
mengurangi statis sekresi bronchial pada paru, mengurangi kemungkinan distensi abdomen
pasca operatif dan membantu meningkatkan tonus saluran gastrointestinal dan dinding
abdomen serta menstimulasi peristaltik, disamping itu mobilisasi dini mencegah statis darah
dengan meningkatkan kecepatan sirkulasi pada ekstremitas sehingga mencegah terjadinya
tromboflebitis atau flebotrombosis. Selain itu mobilisasi dini mempercepat pemulihan pada
luka abdomen, mengurangi nyeri, vital sign kembali normal dengan cepat dan meningkatkan
kekuatan serta massa otot. Jenis mobilisasi dini yang akan diberikan pada pasien pasca
operasi adalah berupa range of motion (ROM) exercise, yang mulai dilakukan 8-12 jam
setelah operasi dan setelah efek anestesi seperti mual dan muntah, kesulitan bernafas,
pusing dan sakit kepala telah hilang. Dengan diberikan secara berkala dan semakin hari
makin ditingkatkan baik pergerakan maupun lamanya dilakukan mobilisasi.
Carpenito (2008) menyatakan bahwa Salah satu faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka akibat operasi pembuangan apendiks (apendektomi) adalah kurangnya/
tidak melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi merupakan faktor yang utama dalam
mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah. Mobilisasi
sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko karena tirah baring lama
seperti terjadinya dekubitus, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh,
gangguan sirkulasi darah, gangguan pernapasan dan gangguan peristaltik maupun
berkemih.
Roper (2008) menyatakan bahwa bila terlalu dini dilakukan dengan teknik yang
salah, mobilisasi dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka menjadi tidak efektif. Oleh
karena itulah, mobilisasi harus dilakukan secara teratur dan bertahap, diikuti dengan latihan
Range of Motion (ROM) aktif dan pasif.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Inayati (2006)
dengan judul penelitiannya “Pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu kesembuhan luka fase
proliferasi post operasi“ diperoleh hasil penelitian ada pengaruh mobilisasi dini terhadap
waktu kesembuhan luka fase proliferasi dengan p value sebesar 0,009. Keberhasilan
mobilisasi dini tidak hanya mempercepat proses pemulihan luka pasca pembedahan namun
juga mempercepat pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan.
Hal ini telah dibuktikan oleh Wiyono dalam dalam Akhrita (2011) dalam penelitiannya
terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan”. Hasil penelitiannya
mengatakan bahwa mobilisasi diperlukan bagi pasien pasca pembedahan untuk membantu
mempercepat pemulihan usus dan mempercepat penyembuhan luka pasien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan penelitian tentang pengaruh tindakan
mobilisasi terhadap penyembuhan luka post operasi usus buntu (appendicitis) di RS Islam
Faisal Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Tindakan mobilisasi sebagian besar dalam kategori negatif sedangkan penyembuhan
luka sebagian besar dalam kategori cepat.
2. Ada pengaruh tindakan mobilisasi terhadap penyembuhan luka post operasi usu buntu
(appendicitis) di RS Islam Faisal Makassar.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, maka peneliti memberikan
saran antara lain sebagai berikut :
1. Disarankan kepada seluruh pasien post operasi khususnya operasi appendicitis untuk
sesegera mungkin melakukan mobilisasi setelah operasi sesuai dengan arahan dari
petugas kesehatan karena telah terbukti bahwa mobilisasi dini mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap penyembuhan luka.
2. Disarankan kepada petugas kesehatan seperti perawat, dokter, bidan dan semua
petugas kesehatan lainnya khususnya yang berada di RS Islam Faisal Makassar agar
membantu dan mengarahkan pasien post operasi untuk melakukan mobilisasi dini
secara baik dan benar agar penyembuhan luka operasi dapat sembuh dengan cepat.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar meneliti lebih dalam lagi tentang pengaruh mobilisasi
dini terhadap penyembuhan luka guna kemajuan ilmu pengetahuan yang lebih baik lagi
di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Mobilisasi Pasca Operasi. (Online) (http://www.auliahasan.com/html, di akses


pada 02 Mei 2013).
Brunner dan suddart.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Dahlia Arifin, 2010. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Lama Hari Rawat Pasien Post
Operasi Laparatomi. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Ilmu Keperawatan UIN
Alauddin Makassar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Angka Kejadian Appendicitis.
Dinas Kesehatan 2008. Jumlah Penderita Appendicitis. Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hidayat, Alimul Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Penerbit. Salemba Medika. Jakarta.
Marylin E. 1999. Penerapan Proses Keperawatan & Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Morison, M. J. 2010. Manajemen Luka. Jakarta : EGC
Narko Wiyono. 2002. Pengaruh Ambulansi Dini terhadap Peristaltik Usus. (Online)
(http://eprints.ums.ac.id./1031/1/2008vln2pdf. Diakses 25 mei 2013).
Nursalam, 2009, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba
Medika : Jakarta.
Oliveri Kozier Erb. 2009. Fundamental off Nursing, Consep Procces and Practice. California :
Wassley Publishing Company.
Pusat Pendidikan Nasional Kesehatan, 2010. Mobilisasi Pasien Pasca Operasi Laparatomi.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktek, edisi
4. Jakarta : EGC.
Riyanto, A, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika : Jakarta
Roper, 2008. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuskeletal. Jakarta
Sanyoto, 2008. Manajemen Perawatan Luka. (Online) (http://ums.ac.id, di akses pada 03 Mei
2013).

Anda mungkin juga menyukai