Anda di halaman 1dari 18

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT TERHADAP


PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

KORNELIA RISKAH
NIM I1032131025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN
TIMBANG TERIMA KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
(Correlation Between Nurses’ Work Motivation And Implementation Of Handover in
Inpatient Rooms Of Tanjungpura University Hospital )

Kornelia Riskah*, Ernawati**, Muhammad Nur Hidayah***


*Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Tanjungpura
** Staf Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
*** Staf Perawat RSUD dr. Soedarso Pontianak
ABSTRAK
Latar Belakang: Tingginya angka kejadian tidak diinginkan disebabkan oleh komunikasi
yang tidak akurat antar perawat. Komunikasi efektif antar perawat dapat dilakukan saat
pergantian shift jaga atau timbang terima pasien. Perawat harus memiliki motivasi yang
tinggi dalam bekerja karena berhadapan selama 24 jam bersama pasien.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan motivasi kerja terhadap pelaksanaan timbang
terima keperawatan di RSP Untan
Metode: Penelitian kuantitatif yang berdasarkan waktu termasuk dalam penelitian cross
sectional dimana pengambilan data dilakukan dalam satu waktu yang sama. Jumlah
sampel 36 responden menggunakan teknik probability sampling dengan metode
pengambilan sampel stratified random sampling. Analisa data menggunakan uji
Kolmogor ov Smirnov.
Hasil: Sebagian besar responden adalah perempuan dengan presentase 77,8%. Jumlah
keseluruhan responden yang berusia 26-32 tahun 55,5%, sebanyak 36,1% responden
adalah PNS dan jumlah responden yang masa kerja 1-5 tahun sebesar 88,9%.
Berdasarkan hasil analisis bivariate antara Motivasi Kerja Perawat dan Pelaksanaan
Timbang Terima Keperawatan diperoleh hasil p=0,634 (>0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara motivasi kerja perawat terhadap
pelaksanaan timbang terima keperawatan di ruang rawat inap Penyakit Dalam dan Anak,
Nifas, Bedah dan ICU di RSP Universitas Tanjungpura.
Kata Kunci : Motivasi Kerja, Timbang Terima
ABSTRACT
Background: The high number of undesirable events is mostly caused by inaccurate
communication between nurses. According to the Regulation of the Minister of Health
No. 1691 / MENKES / PER / VIII / 2011, one of the nine safety goals according to WHO
is effective communication. Effective communication between nurses can be carried out
at the turn of the shift or handover. Nurses should have high work motivation because
they are the ones dealing with the patients for 24 hours.
Aim: To find out the correlation between nurses’ work motivation and implementation of
nursing handover at the Tanjungpura University Hospital.
Method: Quantitative study on the basis of time which is cross sectional research where
data collection was conducted within the same time frame. The samples were 36
respondents using the probability sampling technique with a stratified random sampling
method. The data were analyzed using the Kolmogorov Smirnov test.
Results: The result of statistical test using the Kolmogorov Smirnov test on the nurses’
work motivation and the implementation of nursing handover was p = 0.634 (> 0.05)
which means H0 is accepted.
Conclusion: There is no correlation between nurses’ work motivation and the
implementation of handover in the inpatient rooms of the Internal Diseases and
Pediatrics, Childbirth, Surgery and ICU at the Tanjungpura University Hospital.
Keywords: Work Motivation, Handover
PENDAHULUAN yaitu : Ayat 1 berbunyi “untuk
Sebagai ujung tombak didalam mendorong dan meningkatkan prestasi
pemberian pelayanan kesehatan, kerja serta untuk memupuk kesetiaan
pelayanan dalam keperawatan memiliki terhadap Negara maka kepada pegawai
peranan penting dalam meningkatkan negeri sipil yang telah menunjukan
mutu pelayanan kesehatan. Motivasi kesetiaan atau telah berjasa terhadap
kerja dapat memberi kekuatan atau Negara atau yang menunjukan prestasi
energi sehingga dapat menggerakan kerja yang luar biasa sebaiknya dapat
potensi yang tersedia, terciptanya diberikan penghargaan oleh
keinginan yang tinggi, serta pemerintah” dan ayat 2 yang berbunyi :
meningkatnya gairah bersama[1]. “penghargaan yang dimaksud dapat
Rendahnya motivasi kerja dari berupa tanda jasa, kenaikan pangkat
perawat akan berdampak langsung istimewa atau bentuk penghargaan
pada kinerjanya. Melalui data WHO lainya, seperti surat pujian penghargaan
pada tahun 2010 menyebutkan salah yang berupa material, dan lain-lain”.
satu daerah di Papua menjadi daerah Selain penghargaan yang
dimana angka kematian ibu dan anak diberikan, salah satu upaya yang
paling tinggi mencapai 80%. Tingginya terpenting dalam peningkatan mutu
angka ini ternyata berhubungan dengan pelayanan keperawatan adalah
pelayanan dan perilaku petugas meningkatkan sumber daya manusia
kesehatan yang tidak melakukan dan manajemen keperawatan[3]. Untuk
tugasnya dengan baik[2]. membangun pelayanan kesehatan, yang
Dalam peningkatan pelayanan menjadi faktor penggerak utamanya
kesehatan yang memadai terutama pada yaitu Sumber Daya Manusia (SDM).
daerah terpencil, pemerintah telah SDM kesehatan yang berkualitas tentu
mengatur UU untuk meningkatkan akan berdampak baik dalam pemberian
motivasi kerja dari pemberi pelayanan pelayanan kesehatan. Dari profil Dinas
kesehatan tersebut. Menurut Undang- Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Undang Kepegawaian Nomor 43 terhitung ada 12.703 tenaga kesehatan
Tahun 1999 tentang Pokok Pokok dan perawat menjadi tenanga kesehatan
Kepegawaian pasal 33 ayat 1 dan 2 terbanyak di Kalimantan Barat yaitu
6.482 orang dan perbandingan ratio yang tidak baik kepada perawatan
jumlah perawat dan penduduk sebesar pasien. Sekitar 70% kejadian patient
1 : 739 orang[4]. Untuk di Kota safety disebabkan tidak efektifnya
Pontianak jumlah perawat sebanyak komunikasi antar perawat. Untuk
1522 orang perawat yang tersebar di 23 meningkatkan komunikasi yang efektif
puskesmas, Unit Pengobatan Penyakit tesebut dilakukan dalam bentuk serah
Paru-paru dan 13 rumah sakit[5]. terima atau timbang terima pasien[9].
Saat melaksanakan tugas Timbang terima merupakan
rutinnya dalam lingkup pekerjaan, suatu teknik penyampaian status
perawat sering berhadapan pada kesehatan klien secara umum, hal-hal
kegiatan-kegiatan yang monoton, ruang yang perlu dilakukan pada shif
kerja yang membosankan, harus berikutnya. Timbang terima harus
berhati-hati dalam menggunakan alat- dilakukan secara singkat namun jelas
alat kesehatan, serta harus bertindak dan lengkap mengenai intervensi
cepat dan tepat dalam bertindak mandiri, intervensi kolaborasi baik
menangani pasien. Hal-hal tersebut yang telah dilakukan maupun yang
tidak jarang membuat perawat menjadi belum dilakukan dan yang terakhir
jenuh, kurang semangat dalam bekerja berisi perkembangan klien dalam shif
dan kurangnya rasa tanggung jawab tersebut.
sehingga produktivitas bekerja Dari hasil observasi peneliti
menurun[2]. pada tanggal 19 Juni 2017 di beberapa
Salah satu bentuk dari kinerja ruang rawat inap, pelaksanaan timbang
dalam manajemen keperawatan adalah terima pada rumah sakit ini masih
timbang terima atau komunikasi[6]. belum dilaksanakan dengan maksimal.
Komunikasi merupakan hal Timbang terima tidak dilakukan oleh
yang terpenting untuk mengarahkan semua perawat pada kedua shift jaga
bawahan dalam bekerja[7]. Menurut melainkan hanya dilakukan oleh 2
Alvaro[8] komunikasi antar perawat orang perawat jaga saja dan timbang
juga sangat penting dilakukan oleh terima tersebut hanya dilakukan di
antar perawat. Informasi yang tidak nurse station saja tidak bed to bed
akurat tentu akan memberikan dampak handover.
METODE Pendidikan Universitas Tanjungpura
Penelitian ini termasuk jenis Pontianak selama 12 hari yaitu dimulai
penelitian kuantitatif dengan metode pada tanggal 3 – 16 Juli 2017.
analitik yaitu mencari hubungan antara
HASIL
variabel dependen dan independen
Tabel 4.1 Distribusi Reponden berdasarkan
dengan pendekatan (crossectional) atau
karakteristik individu (N=36)
potong lintang yaitu sebuah penelitian Karakteristik Responden f %
Usia 17 – 25 tahun 16 44,5
dimana pengambilan data dari beberapa 26 – 35 tahun 20 55,5
Jenis Kelamin Laki-laki 8 22,2
variabel diambil dalam satu waktu Perempuan 28 77,8
Pendidikan D III 18 50
yang sama[10]. S1 Ners 18 50
Lama Bekerja 1-5 tahun 32 88,9
Populasi dalam penelitian ini > 5 tahun 4 11,2
Status Kepegawaian PNS 13 36,1
adalah seluruh perawat di ruang ICU, Honorer 11 30,6
Magang 12 33,3
Penyakit Dalam dan Anak, Nifas dan Sumber : Data Primer (2017), telah diolah

Bedah Saraf yang berjumlah 55 orang. Berdasarkan data pada tabel 4.1
Sampel yang didapatkan berjumlah 36 didapatkan hasil usia perawat
orang dengan menggunakan terbanyak yaitu pada rentang 26-35
perhitungan Lameshow. Teknik sebesar 55,5%. Karakteristik jenis
sampling yang digunakan dalam kelamin didapatkan hasil perempuan
penelitian ini yaitu probability menjadi jenis kelamin terbanyak
sampling dengan metode pengambilan sebesar 77,8%. Karakteristik
sampel stratified random sampling pendidikan didapatkan hasil seimbang
untuk mempertimbangkan stratifikasi yaitu antara DIII dan S1 presentase
dalam populasi sehingga setiap strata masing-masing 50%. Karakteristik
[11]
terwakili untuk menjadi sampel . lama bekerja terbanyak yaitu pada
Instrumen yang digunakan rentang 1-5 tahun sebesar 88,9%.
dalam penelitian ini yaitu kuesioner Status kepegawaian didapatkan hasil
motivasi kerja perawat[12].dan lembar terbanyak yaitu pada perawat PNS
observasi pelaksanaan timbang terima sebesar 36,1%.
[13]
keperawatan .
Penelitian ini telah dilakukan di
ruang rawat inap Rumah Sakit
Tabel 4.2 Distribusi Motivasi Kerja Perawat terima keperawatan diruang rawat inap
(N=36)
RSP Universitas Tanjungpura.
Motivasi f %
Motivasi Tinggi 20 55,6
Motivasi Rendah 16 44,4 PEMBAHASAN
Sumber : Data Primer (2017), telah diolah 1. Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 4.2 Berdasarkan Usia
didapatkan hasil sebanyak 55,6% Pada usia 17 sampai
perawat memiliki motivasi kerja tinggi. dengan 25 tahun kematangan diri
seseorang mulai mencapai
Tabel 4.3 Distribusi Pelaksanaan Timbang
Terima Keperawatan (N=36) puncaknya dan pada usia ini juga
Pelaksanaan Timbang f % seseorang masuk kedalam usia
Terima Keperawatan
Baik 7 19,4 yang tergolong produktif.
Cukup 15 41,7 [15]
Nursalam menyatakan semakin
Kurang 14 38,9
Sumber : Data Primer (2017), telah diolah matang usia seseorang maka
Berdasarkan tabel 4.3 kemampuan seseorang dalam
didapatkan hasil pelaksanaan timbang berpikir dan bekerja semakin
terima keperawatan pada ruangan matang pula sehingga orang yang
masuk dalam kategori cukup yaitu lebih cukup umurnya cenderung
41,7% lebih dipercaya karena tentu
memiliki pengalaman yang lebih
Tabel 4.4 Hubungan Motivasi Kerja
Perawat Terhadap Pelaksanaan Timbang dari pada orang yang masih
Terima Keperawatan
Pelaksanaan Timbang berusia awal.
Terima Keperawatan p
Baik Cukup Kurang Penelitian yang dilakukan
f % f % f %
Motivasi Kerja
Perawat
Tinggi
Rendah
2 5,6 9 25 9 25 0,634
5 13,9 6 16,7 5 13,9
oleh Dewi[16] yang menyatakan
Total 7 19,4 15 41,7 14 38,9
Sumber : Data Primer (2017), telah diolah
bahwa seseorang yang berada pada

 Uji Kolmogorov Smirnov


usia produktif cenderung memiliki
motivasi dan semangat kerja yang
Berdasarkan data diatas
tinggi yang akan berdampak pada
didapatkan nilai p = 0,634 yang berarti
kinerja kerja yang baik saat
p > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak
melaksanakan timbang terima
terdapat hubungan antara motivasi
keperawatan.
kerja perawat dan pelaksanaan timbang
Menurut Nitisemo pada Hampir disetiap ruangan
umumnya usia yang lebih muda wanita mendominasi dari laki-laki.
memiliki sikap yang kurang dalam Keperawatan sendiri lebih banyak
bekerja, sedangkan seseorang yang diminati oleh perempuan karena
lebih dewasa cenderung memiliki pekerjaannya identik dengan sifat
komitmen yang tinggi dalam wanita yang lemah lembut dan
bekerja[16]. Gibson mengemukakan memiliki sikap caring yang
terjadi penurunan produktivitas tinggi[19] ini juga mungkin didasari
yang berdampak pada kecepatan, oleh pandangan orang bahwa
kecekatan dan ketelitian dalam perawat adalah pekerjaan
bekerja pada usia > 40 tahun[17]. perempuan dimana pada sejarah
Dari hasil distribusi data keperawatan masyarakat primitif,
dalam penelitian ini didapatkan kata perawatan berawal dari
hasil rata-rata usia perawat <30 bagaimana seorang perempuan
tahun atau masih termasuk dalam yang merawat anak yang sedang
kategori usia muda. Hal ini tentu tidak berdaya. Wanita juga
sangat menguntungkan pihak berperan sebagai istri dan ibu yang
rumah sakit terkhusus didalam memberikan perawatan dan
bidang SDM dimana pada usia pengasuhan didalam keluarganya
tersebut tenaga perawat dalam dan keperawatan juga adalah
kondisi yang baik dan diharapkan sebuah pekerjaan yang didasari
usia muda ini dapat memberikan oleh kasih sayang seorang
kinerja kerja yang baik pula[18]. perempuan selain hampir seluruh
2. Karakteristik Responden perintis keperawatan adalah
Berdasarkan Jenis Kelamin perempuan yang salah satunya
Hasil penelitian ini Florence Nighttingale[20].
menujukan perawat berjenis Morrow[21].menyatakan
kelamin wanita sangat yang jenis kelamin dapat menjadi
mendominasi yang berjumlah 28 faktor yang mempengaruhi kinerja
orang sementara perawat laki-laki kerja. Hampir 90% keperawatan
berjumlah 8 orang. berisi kaum wanita yang
diidentikan memiliki rasa sosial dari pada perawat S1. Hal ini bisa
yang tinggi. Sikap ini sangat disebabkan karena RSP banyak
mempengaruhi ketika ia merekrut tenaga keperawatan yang
memberikan perawatan kepada berpendidikan S1 untuk
pasien, kelompok serta meningkatkan mutu pelayanan
masyarakat. kesehatan karena RSP sendiri baru
Dalam penelitian ini juga beroperasi selama 4 tahun terakhir
didapatkan bahwa sekitar 57,1% dan membutuhkan tenaga yang
perempuan memiliki motivasi berpendidikan tinggi mengingat
kerja yang tinggi, sedangkan pada RSP saat ini sedang dalam masa
laki-laki yang memiliki motivasi akreditas Rumah Sakit dan data
kerja tinggi sekitar 50%. Hal ini yang diperoleh peneliti dari bidang
bisa disebabkan karena perempuan keperawatan tercatat 49% perawat
memiliki tingkat kesabaran yang RSP berpendidikan S1.
jauh lebih baik dan tinggi serta Tingkat pendidikan sangat
lebih mampu untuk menghadapi mempengaruhi kinerja kerja
stress sehingga motivasi kerja yang seseorang dalam bekerja termasuk
perempuan miliki cukup tinggi[22]. dalam memberikan asuhan
3. Karakteristik Responden keperawatan dan pelaksanaan
Berdasarkan Tingkat timbang terima keperawatan. Hal
Pendidikan ini juga sejalan dengan yang
Hasil Penelitian dikemukakan Asmadi[23] dimana
menunjukan perawat yang tingkat pendidikan dapat memberi
berpendidikan D III sebanyak 18 pengaruh terhadap kinerja kerja
orang (50%) dan perawat S1 seseorang, semakin tinggi
sebanyak 18 orang (50%). Pada pendidikan seseorang maka
penelitian ini didapatkan hasil kinerjanya dalam memberikan
yang seimbang antara distribusi pelayanan keperawatan semakin
perawat DIII dan S1. Berbeda baik pula.
dengan RS lainnya dimana jumlah Menurut Robbins[24],
perawat D III jauh mendominasi pendidikan terakhir seseorang
mempengaruhi tingkat memiliki masa kerja 1-5 tahun
kemampuan, pengetahuan dan memiliki motivasi kerja yang
semakin percaya diri untuk bekerja tinggi. Pada masa ini adalah waktu
karena pendidikan sendiri penting yang cukup bagi perawat untuk
untuk mengembangkan bekerja sehingga semangat bekerja
kemampuan seseorang. Hal ini masih sangat tinggi karena pada
juga sejalan dengan penelitian masa ini lah perawat masih
yang dilakukan oleh Achmad mengasah kemampuannya dalam
Faizin dan Winarsih[25], terdapat bekerja.
hubungan antara tingkat Hal yang dikemukakan oleh
pendidikan terhadap kinerja kerja Oktafiani[26] yang mengatakan
perawat. bahwa seseorang dengan masa
4. Karakteristik Responden kerja yang lama akan bekerja lebih
Berdasarkan Lama Bekerja efektif dan masalah yang datang
Hasil penelitian akan mudah diatasi karena
menunjukan perawat yang pengalaman dalam mengatasi
memiliki masa kerja 1-5 tahun kendala kerja sudah cukup.
sebanyak 32 orang (88,9%) dan Semakin lama bekerja,
masa kerja >5 tahun sebanyak 4 keterampilan yang dimiliki juga
orang (11,2%). meningkat sehingga.
Masa kerja adalah waktu 5. Karakteristik Responden
yang telah dihabiskan seseorang Berdasarkan Status
dalam melaksanakan pekerjaannya Kepegawaian
dan sering dihubungkan dengan Hasil penelitian
pengalaman bekerja meskipun menunjukan perawat yang
terkadang tidak tercermin apakah berstatus kerja PNS sebanyak 13
seseorang tersebut memiliki orang (36,1%), honorer 11 orang
kualitas kerja yang baik atau (30,6%) dan Magang 12 orang
tidak[17]. (33,3%).
Dari hasil penelitian Pada penelitian ini
didapatkan 50% perawat yang didapatkan jumlah terbanyak
adalah perawat yang berstatus PNS memiliki motivasi kerja yang
karena RSP sendiri adalah rumah tinggi.
sakit dibawah naungan Universitas Menurut Badi’ah[28]
negeri sehingga pekerja PNS motivasi adalah hal utama yang
banyak ditemui di RSP sendiri. membuat seseorang bekerja dan
Dari hasil penelitian melakukan semua tindakan dengan
didapatkan pula 77% PNS, 54% efektif dan motivasi kerjalah yang
honorer dan 33% magang yang mengarahkan perilaku kepada arah
memiliki motivasi kerja tinggi. Hal yang baik maupun tidak dalam
ini mungkin disebabkan karena melakukan pekerjaannya. [7].
PNS adalah status pekerjaan yang Lebih dari separuh perawat
pasti sehingga lebih memiliki dalam penelitian ini juga memiliki
semangat bekerja yang tinggi. motivasi kerja tinggi karena
Meidian[27] yang mengatakan didukung dengan tempat kerja
bahwa pegawai PNS cenderung yang menyenangkan, selalu
memiliki disiplin kerja yang tinggi berkomunikasi antar perawat serta
dibandingkan pegawai non PNS. atasan yang mau membantu saat
Pribadi dan Prawesti[22] perawat pelaksana mengalami
mengatakan bahwa sebesar kesusahan dalam bekerja serta
53,46% pasien mengaku puas adanya kemauan dari perawat
dengan kinerja perawat kontrak untuk bekerja yang lebih baik lagi.
atau honorer. Ulum dan Wulandari[29]
6. Motivasi Kerja Perawat menyatakan 75% perawat
Dari hasil penelitian menyatakan dukungan dari rekan
didapatkan sebanyak 20 perawat kerja sangat mempengaruhi
(55,6%) memiliki motivasi kerja seseorang dalam melaksanakan
tinggi sedangkan 16 perawat pekerjaannya yang dilihat dari
(44,4%) lainnya memiliki motivasi aspek kesedian dari rekan kerja
kerja rendah. Dari data ini kita membantu dalam melaksanakan
dapat menyimpulkan lebih dari asuhan keperawatan,
separuh perawat rawat inap RSP pendokumentasian yang lengkap
serta penyampaian informasi keperawatan sendiri merupakan
tentang pasien secara salah satu kinerja dari perawat
komprehensif saat serah terima selain melaksanakan timbang
pasien antar kedua shift jaga yang terima keperawatan.
dibuktikan dengan. Selain supervisi, salah satu
Dari hasil analisa sebagian yang menjadi motivasi ekstrinsik
besar responden memiliki motivasi yaitu penggajian dan kompensasi
ektrinsik yang tinggi (51%). Salah yang mendapat skor rendah dengan
satu faktor penting didalam persentasi 15% yaitu pada item
motivasi ekstrinsik adalah pernyataan “Rumah sakit ini
supervisi dibuktikan dengan memberikan pelayanan gratis
pernyataan yang mendapat skor apabila karyawan atau keluarganya
tertinggi pada kuesioner motivasi sakit dan dirawat di Rumah Sakit”,
kerja bagian motivasi ekstrinsik 28% responden menjawab tidak
yaitu “atasan saya mau membantu setuju dan 28% responden
ketika saya kesulitan dalam menjawab kurang setuju.
bekerja”. Supervisi adalah Gaji merupakan salah satu
pengawasan oleh pimpinan atau yang mempengaruhi kepuasan
orang yang lebih ahli dibidangnya seseorang setelah selesai bekerja[7].
kepada pelaksana demi Didalam proses motivasi ketika
mengetahui apakah sebuah seseorang telah melakukan
kegiatan dilakukan dengan standar pekerjaannya maka ada 2
dan tujuan atau tidak[30]. kemungkinan yang akan ia
Penelitian yang dilakukan dapatkan. Apakah mendapat
Wirawan, Novitasari dan imbalan atau mendapat hukuman.
Wijayanti[31] terdapat hubungan Agar bisa mendapatkan imbalan,
yang bermakna antara supervisi maka orang tersebut harus bekerja
kepala ruangan terhadap dengan sunggung-sungguh dan
pendokumentasian asuhan secara tidak langsung akan
keperawatan dimana meningkatkan motivasi kerja dari
pendokumentasian asuhan orang tersebut[32]. Zenah[1].
terdapat hubungan positif antara (64,5%) melaksanakan timbang
pemberian insentif terhadap terima dengan baik.
motivasi kerja pegawai yang dalam Saat melakukan timbang
arti pemberian bonus kepada terima, pelaksanaan timbang
pegawai sesuai dengan beban kerja terima hampir setiap ruang hanya
masing-masing. dilakukan di nurse station saja
7. Pelaksanaan Timbang Terima tidak bed to bed handover. Selain
Keperawatan itu beberapa kali juga timbang
Dari hasil penelitian terima hanya diwakili oleh satu
didapatkan pelaksanaan timbang perawat pada dinas selanjutnya
terima baik sebanyak 7 kali saja tidak dilakukan oleh seluruh
(19,4%), cukup sebanyak 15 kali perawat jaga. Hidayah[35]
(41,7%) dan kurang sebanyak 14 mengemukakan terdapat 3 dari 5
(38,9%). Dari hasil penelitian langkah timbang terima yaitu :
dapat disimpulkan bahwa timbang kedua shift dalam keadaan siap,
terima dilaksanakan dalam dilakukan dengan jelas dan tidak
keadaan cukup. terburu-buru serta, langsung
Dari hasil didapatkan pada melihat keadaan pasien. Selain itu
tahap persiapan dilaksanakan hal ini tidak sesuai dengan Joint
sekitar 61,8%, pada tahap Commission for Transforming
pelaksanaan dilaksakan sekitar Healthcare 2014 dimana salah satu
88% sedangkan evaluasi hanya ketentuannya mengatakan “timbang
dilaksanakan 14,5%. Penelitian terima tidak bisa dilakukan diantara
yang dilakukan Suryatna, Ake dan kegiatan keperawatan lainnya hal ini
Makausi[33] dimana sebesar 46% dilakukan untuk menghindari

perawat melaksanakan timbang kegagalan dan informasi yang

terima secara cukup. Berbeda terlupa”. Jika timbang terima hanya

dengan penelitian yang dilakukan dilakukan di nurse station saja,

Aeni, Fitriani dan Nurmalita[34] maka akan sulit menciptakan

oleh dimana mayoritas perawat suasana caring, sebagaimana salah


satu kelebihan dari bedside
handover yaitu meningkatnya pengarahan dari atasan untuk dapat
komunikasi antara pasien dan bekerja lebih baik lagi.
perawat dan terciptanya caring 8. Hubungan Motivasi Kerja
diantara keduanya. Perawat Terhadap Pelaksanaan
Berdasarkan hasil Timbang Terima Keperawatan
observasi, timbang terima tidak Hasil analisa bivariat
dilaksanakan dengan bed to bed dengan menggunakan uji
handover karena “budaya” atau Kolmogorov Smirnov didapatkan
kebiasaan yang ada pada ruangan nilai p > 0,05 yaitu p = 0,634 Hasil
tersebut. Menurut Azwar[36] penelitian ini tidak menunjukan
lingkungan kerja dapat membentuk motivasi kerja perawat yang dinilai
perilaku orang. Lama kelamaan tinggi ataupun rendah tidak
sikap orang tersebut akan memiliki hubungan dengan
mengikuti lingkungan dimana ia pelaksanaan timbang terima
bekerja. Kebudayaan menjadi keperawatan. Hal ini tidak sesuai
pengarah sikap individu. dengan yang dikemukakan
Dari hasil penelitian ini Kristianto[37] yang mengatakan
juga 55% timbang terima salah satu yang mempengaruhi
dilaksanakan pada saat jam Karu timbang terima yaitu motivasi.
sedang berdinas. Akan tetapi Penelitian Suryatna, Ake
adanya Karu pada jam tersebut dan Makausi[33] yang menyatakan
tidak berpengaruh terhadap hasil terdapat hubungan bermakna
observasi. Mayoritas hasil antara motivasi kerja perawat
observasi, Karu hanya mengecek terhadap kedisiplinan timbang
kesiapan timbang terima saja. terima di Ruangan Bougenville
Menurut Dewi[16] adanya dan di ruangan Anggrek RSUD
pengawasan dari atasan sangat Manembo-nembo Bitung dan
mempengaruhi dari kinerja penelitian yang dilakukan oleh
perawat dalam melaksanakan tugas Aeni, Fitriani dan Nurmalita[34]
sehari-hari karena pentingnya juga yang mengatakan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara
hubungan motivasi intrinsik adanya SPO mengenai pekerjaan-
perawat terhadap pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan
timbang terima keperawatan. dengan manajemen keperawatan.
Perawat harus memiliki Menurut wawancara
motivasi yang tinggi dalam peneliti kepada salah satu bidang
bekerja. Menurut Tawale, Budi manajerial dari RSP mengatakan
dan Nurcholis[2] perawat yang SPO sudah ada hanya saja belum
memiliki motivasi tinggi disosialisasikan kepada ruangan.
cenderung rendah untuk Hal ini sejalan dengan yang
mengalami burnout. Dalam dikemukan oleh Aeni, Fitriani dan
pelayanan kesehatan, perawat Nurmalita[34] dimana timbang
menghabiskan waktu 24 jam terima sendiri dilaksanakan karena
bersama pasien dibanding tenaga pengaruh SDM dan SPO dari
kesehatan lainnya. Karena rumah sakit sendiri. Hal ini juga
pelayanan kesehatan yang baik sejalan dengan yang dikemukakan
adalah bagian integral yang oleh Anggraini dan Roifah[39] salah
mencakup bio-psiko-sosio-spiritual satu faktor yang menghambat
yang ditujukan kepada individu, pelaksanaan dari timbang terima
keluarga, kelompok dan yang baik, yaitu tidak terdapat
masyarakat[38]. SPO timbang terima didalam ruang
Penyebab terjadinya perawatan. Seharusnya semua
ketidakhubungan didalam ruang perawatan memiliki SPO
penelitian ini karena tidak adanya timbang terima untuk menjadi
SPO pelaksanaan timbang terima acuan dalam perawat
sendiri di RSP. Hal ini dibuktikan melaksanakan timbang terima,
pada item pernyataan “saya merasa sehingga dapat dijadikan oleh
dipermudah dalam melakukan atasan untuk mengawasi kegiatan
pekerjaan karena adanya SPO” timbang terima apakah dilakukan
sebagian responden menjawab dengan baik atau tidak.
tidak setuju dan sangat tidak setuju
karena di RSP sendiri masih belum
KESIMPULAN manajemen keperawatan di
1. Berdasarkan hasil distribusi ruangan rawat inap mengingat RSP
responden umur diperoleh umur sendiri sedang dalam tahap
terbanyak pada rentang 26-35 akreditasi.
tahun (55,5%), jenis kelamin 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
perempuan terbanyak (77,8%), Peneliti selanjutnya dapat
tingkat pendidikan seimbang melakukan penelitian kualitatif
antara perawat DIII dan S1 (50%), mengenai persepsi perawat
lama bekerja 1-5 tahun (88,9%), ruangan tentang timbang terima
status kepegawaian PNS (36,1%). untuk memunculkan hal apa saja
2. Motivasi kerja perawat di Ruang yang menjadi penghambat
Rawat Inap Rumah Sakit pelaksanaan timbang terima,
Pendidikan Universitas penelitian kuntitatif mengenai
Tanjungpura termasuk dalam gambaran motivasi kerja perawat
kategori tinggi yaitu 55,6% serta penelitian yang berhubungan
3. Pelaksanaan timbang terima dengan sistem MPKP Rumah
keperawatan di Ruang Rawat Inap Sakit.
Rumah Sakit Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Tanjungpura termasuk 1. Zenah, S. N. Hubungan Pemberian
dalam kategori cukup yaitu sebesar Insentif dengan Motivasi Kerja
Perawat Ruang Rawat Inap Kelas
41,7%. III RSUD Inche Abdul Moeis
4. Tidak terdapat hubungan yang Samarinda. eJournal Administrasi
Negara,3 (2). 2014; 451-463
antara motivasi kerja perawat dan 2. Tawale, E. N. Budi, W. &
pelaksanaan timbang terima Nurcholis, G. Hubungan antara
Motivasi Kerja Perawat dengan
keperawatan di ruang rawat inap Kecenderungan mengalami
RSP Universitas Tanjungpura. Burnout pada Perawat di RSUD
Serui–Papua. INSAN, 13(2). 2011;
SARAN 74-84
3. Etildawati. Hubungan Strategi
1. Bagi Rumah Sakit Supervisi Kepala Ruang Dengan
Hasil penelitian ini menjadi Motivasi Perawat Dalam
Pelaksanaan Pendokumentasian
evaluasi bagi RSP untuk dapat Asuhan Keperawatan Di Ruang
meningkatkan efektifitas sistem
Rawat Inap RSUD Pariman. Tesis. Pontianak. Skripsi. 2015. Tidak
2012. Tidak dipublikasikan dipublikasikan
4. Dinas Kesehatan Provinsi 13. Putra, Candra Syah. Manajemen
Kalimantan Barat. 2015. Keperawatan : Teori dan Aplikasi
5. Dinas Kesehatan Kota Pontianak. Praktek Dilengkapi Dengan
2015. Kuisioner Pengkajian Praktek
6. Wahyuni, Sri. Analisis Manajemen Keperawatan. Jakarta :
Kompetensi Kepala Ruang Dalam In Media. 2014.
Pelaksanaan Standar Manajemen 14. Depkes RI. Standar Tenaga
Pelayanan Keperawatan Dan Keperawatan di Rumah Sakit,
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Depkes RI. Jakarta. 2012.
Perawat Dalam 15. Nursalam. Manajemen
Mengimplementasikan Model Keperawatan Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan Profesional Praktik Keperawatan Profesional
Di Instalasi Rawat Inap BRSUD Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Banjarnegara. Tesis. 2007 Tidak 2013
dipublikasikan 16. Dewi, Myta Kirana. Hubungan
7. Asmuji. Manajemen Keperawatan Sikap Disiplin Perawat dengan
: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta Efektivitas Pelaksanaan Timbang
: Ar-Ruzz Media. 2016. Terima di RSUD dr. abdoer
8. Ghufron, Muhamad. Pengaruh Rahem Situbondo. Skripsi. 2016.
Benban Kerja Perawat Terhadap Tidak dipublikasikan
Pelaksanaan Timbang Terima 17. Wahyudi, I. Hubungan Persepsi
Perawat di Ruang Rawat Inap Perawat Tentang Persepsi
Rumah Sakit Wava Husada Keperawatan, Kemampuan,
Kepanjen Malang. Skripsi. 2016. Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Tidak dipublikasikan Perawat Pelaksana di RSU dr.
9. Manopo, Q., Maramis, F. R. R., & Slamet Garut. Tesis. 2010. Tidak
Sinolungan, J. S. V. Hubungan dipublikasikan
antara penerapan timbang terima 18. Nugroho, A.D., & Widodo, A.
pasien dengan keselamatan pasien Hubungan Motivasi Kerja Perawat
oleh perawat pelaksana di RSU dengan Pemberian Pelayanan
GMIM Kalooran Amurang, Keperawatan Kepada Pasien
Manado Sulawesi Utara. 2013. Keluarga Miskin di RSUI Kustati
Tidak dipublikasikan Surakarta. 2011. Tidak
10. Dharma, K.K. Metodologi dipublikasikan
Penelitian Keperawatan. Trans 19. Yanti, R. I., & Warsito, B. E.
Info Media: Jakarta Timur. 2015. Hubungan Karakteristik Perawat,
11. Notoatmojo, S. Metodologi Motivasi dan Supervisi dengan
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kualitas Dokumentasi proses
Rineka Cipta. 2012. Asuhan Keperawatan. Jurnal
12. Darmayanti, Rini. Hubungan Manajemen Keperawatan. Volume
Motivasi Kerja dengan Kinerja 1, No.2, November .2013; 107-114
Perawat Rawat Inap di RS Sultan 20. Blais, K. K., Hayes, J. S., Kazier,
Syarif Mohamad Alkadrie B. Praktik Keperawatan
Profesional Konsep dan Perspektif Tahun 2008. Jurnal Manajemen
Edisi 4. Jakarta : EGC. 2012. Pelayanan Kesehatan. 2009; 74-82
21. Mogopa, C. P., Pondaag, L., & 29. Ulum, Muh. Miftahul dan
Hamel, R. S. Hubungan Penerapan Wulandari, Ratna D. Faktor yang
Metode Tim dengan Kinerja Mempengaruhi Kepatuhan
Perawat Pelaksana di Irina C Pendokumentasian Asuhan
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Keperawatan Berdasarkan Teori
Manado. E-Journal Keperawatan Kepatuhan Milgram. Jurnal
(e-Kp) Vol 5 (1). 2017. Administrasi Kesehatan
22. Pribadi, T & Prawesti, D. Indonesia,Vol. 1(3). 2013; 252-262
Kepuasan Pasien Terhadap Kinerja 30. Keliat, B. A. Model praktik
Perawat Kontrak Dan Perawat keperawatan professional Jiwa.
Tetap. Jurnal STIKES RS Baptis Jakarta : EGC. 2012.
Kediri. 2012 31. Wirawan,.E.A, Novitasari.D &
23. Asmadi. Konsep Dasar Wijayanti.F. Hubungan antara
Keperawatan. Jakarta: Erlangga. Supervisi Kepala Ruang dengan
2008. Pendokumentasian Asuhan
24. Patingtingan, Y. M., Patingringgi, Keperawatan di Rumah Sakit
S.A., & Anggraini, R. Gambaran Umum Daerah Ambarawa. Jurnal
Motivasi Kerja Perawat di Ruang Manajemen Keperawatan. 1(1).
Rawat InapRS Universitas 2013; 1-6
Hasanudin Makasar. 2013. Tidak 32. Marquis, B. L. & Huston, C. J.
dipublikasikan Kepemimpinan dan Manajemen
25. Faizin, A & Winarsih. Hubungan Keperawatan Edisi 4 Teori dan
tingkat pendidikan dna lama kerja Aplikasi. Jakarta : EGC. 2010.
perawat dengan kinerja perawat di 33. Suryatna, I Nengah. Ake, J.
RSU Pandan Arang Kabupaten Makausi, E. Hubungan Motivasi
Boyolali. Skripsi. 2008. Tidak Kerja Perawat Dengan
dipublikasikan Kedisiplinan Pelaksanaan Timbang
26. Oktafiyani, Y. Pengaruh Terima di Ruangan Bougenville
Pendidikan dan Masa Kerja dan Ruangan Anggrek RSUD
Terhadap Kedisiplinan Karyawan Manembo Bitung. E-Jurnal
di SMK Muhamadiyah Surakarta. Sariputra Vol. 3(1). 2016;71-76
Skripsi. 2009. Tidak 34. Aeni, Q., Fitriana, A., & Nurmalia,
dipublikasikan D. Hubungan Motivasi Intrinsic
27. Meidian, F. Analisis Hubungan Perawat dengan Pelaksanaan
Faktor-Faktor Motivasi Kerja Timbang Terima Keperawatan.
terhadap Disiplin Kerja Pegawai Jurnal Keperawatan Vol. 8 (1).
Non Medis di Gedung 2016; 20 – 24
Administrasi RS X. Skripsi. 2012. 35. Hidayah, Nur. Manajemen Model
Tidak dipublikasikan Asuhan Keperawatan Profesional
28. Badi”ah. Hubungan Motivasi (MAKP) Tim Dalam Peningkatan
Perawat dengan Kinerja Perawat di Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit.
Ruang Rawat Inap RSUD Jurnal Kesehatan Vol 1. No. 2.
Panembahan Senopati Bantul 2014; 410-426
36. Azwar, S. Sikap Manusia Teori 38. Fallen & Dwi, K. Keperawatan
dan Pengukurannya. Jakarta: komunitas, Yogyakarta : Nuha
Pustaka Pelajar. 2007. Medika. 2011.
37. Kristianto, D. & Santoso, A. 39. Anggraini & Roifah. Analisis
Hubungan Pemberian Reward Hubungan Persepsi Perawat
Ucapan Terima Kasih Dengan Pelaksana Tentang Fungsi
Kedisiplinan Waktu Saat Pengawasan Kepala Ruangan
Mengikuti Timbang Terima dengan Pelaksanaan Standar
Perawat Ruang Bedah Pada RS Prosedur Operasional Timbang
Negeri Di Semarang. Jurnal Terima. Skipsi. 2015. Tidak
Managemen Keperawatan. dipublikasikan.
Volume 1, No. 2, November.
2013; 95-99

Anda mungkin juga menyukai