Anda di halaman 1dari 119

Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare

Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

HUBUNGAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG


RAWAT INAP RS BHAKTI MEDICARE CICURUG KABUPATEN SUKABUMI

Agung Pratama1, Nunung Liawati2


2
Dosen Program Studi Ners STIKes Sukabumi
Email : nunung.liawati@yahoo.com

ABSTRAK

Kinerja perawat merupakan bagian yang sangat penting dalam pelayanan di rumah
sakit, salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dengan baik adalah motivasi
perawat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi perawat dengan kinerja
perawat di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare Cicurug Kabupaten Sukabumi.
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan dan
menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Motivasi merupakan daya dorong
atau daya gerak yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau
pekerjaan.
Jenis penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dan sampel
43 orang. Pengambilan sampel menggunakan Totally Sampling. Uji validitas 12 variabel
motivasi dan 20 variabel kinerja perawat memiliki p-value < 0,005 dan reabilitas motivasi
perawat 0,923 dan kinerja 0,945. Analisis data menggunakan Somers’d.
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar motivasi perawat adalah sedang yaitu
sebanyak 18 responden (41,9%), kinerja perawat adalah cukup yaitu sebanyak 18 responden
(41,9%). Terdapat terdapat hubungan motivasi perawat dengan kinerja perawat dengan nilai
p-value 0,011.
Kesimpulan, terdapat hubungan motivasi perawat dengan kinerja perawat.
Diharapkan meningkatkan motivasi peraat untuk meningkatkan kinerja perawat.

Kata Kunci : motivasi perawat, kinerja perawat


Daftar Pustaka: 33 referensi (2008 – 2018)

PENDAHULUAN ekonomis. Dalam rangka meningkatkan


Pembangunan kesehatan merupakan derajat kesehatan masyarakat banyak hal
bagian integral dari pembangunan yang perlu diperhatikan, salah satu
nasional yang bertujuan untuk diantaranya yang memiliki peranan
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan penting adalah penyelenggara pelayanan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang kesehatan (Kemenkes, 2015).
agar terwujud derajat kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan
masyarakat yang setinggi tinginya sebagai setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
investasi bagi pembangunan sumber daya atau secara bersama-sama dalam suatu
manusia yang produktif secara sosial dan organisasi untuk memelihara dan

Jurnal STIKESMI | 1
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

meningkatkan kesehatan, mencegah dan berkinerja baik yang akan menunjang


menyembuhkan penyakit serta kinerja rumah sakit sehingga dapat
memulihkan kesehatan perorangan, tercapai kepuasan pelanggan atau pasien,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat Swansburg (2000) dalam Suroso (2011).
(Kemenkes, 2015). Salah satu institusi Kinerja perawat merupakan bagian
yang erat kaitannya dengan pelayanan yang sangat penting dalam pelayanan di
kesehatan yaitu rumah sakit. rumah sakit. Pelayanan keperawatan
Tujuan pelayanan keperawatan pada merupakan masalah yang sangat penting
umumnya ditetapkan untuk meningkatkan untuk dikaji dalam rangka
dan mempertahankan kualitas rumah sakit mempertahankan dan meningkatkan mutu
serta meningkatkan penerimaan pelayanan keperawatan.
masyarakat terhadap profesi keperawatan. Kinerja perawat yang baik
Pelayanan perawat di rumah sakit merupakan jembatan dalam menjawab
berupa pemberian asuhan keperawatan jaminan kualitas pelayanan kesehatan
profesional yang holistik yang meliputi yang diberikan terhadap pasien. Kunci
bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan utama dalam peningkatan kualitas
perawat kepada pasien dengan pelayanan kesehatan adalah perawat yang
menggunakan proses keperawatan berupa mempunyai kinerja tinggi. Jika kualitas
pengkajian, perumusan diagnosa pelayanan yang diberikan oleh perawat
keperawatan, intervensi keperawatan, baik maka kepuasan dari pasien akan
implementasi serta evaluasi keperawatan. meningkat. Sebaliknya jika kualitas
Swansburg (2000) dalam Nazvia pelayanan yang diberikan oleh perawat
(2014) yang menjelaskan bahwa jelek maka akan mengakibatkan
keberhasilan pelayanan keperawatan penurunan tingkat kepuasan pasien.
bergantung pada partisipasi perawat Penurunan tingkat kepuasan pasien akan
dalam memberikan asuhan keperawatan berbanding lurus dengan penurunan
yang berkualitas bagi pasien. Hal ini tingkat pendapatan rumah sakit (Suroso,
terkait dengan keberadaan perawat yang 2011).
bertugas selama 24 jam melayani pasien, Pencapaian hasil kinerja dapat
serta jumlah perawat yang mendominasi dilihat dari prestasi kerja, ketepatan
tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu waktu, kehadiran dan kerjasama.
berkisar 40–60%. Oleh karena itu, rumah Demikian halnya dengan kinerja perawat,
sakit haruslah memiliki perawat yang tingkat pencapaian yang telah dilakukan

Jurnal STIKESMI | 2
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

pada saat memberikan pelayanan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang
keperawatan dapat dinilai dari prestasi ditentukan.
kerja, ketepatan waktu, kehadiran dan Motivasi dapat mendorong
kerjasama yang ditunjukkan oleh perawat. seseorang untuk bertingkah laku dalam
Penilaian kinerja perawat merupakan mencapai suatu tujuan. Besar kecilnya
proses untuk mengetahui secara kuantitas motivasi tergantung pada masing- masing
dan kualitas pencapaian hasil kerja orang. Besar kecilnya usaha yang
perawat yang ditunjukkan dari penerapan diberikan seseorang untuk melakukan
pengetahuan, keterampilan dan tugas pekerjaannya merupakan hasil dari
pertimbangan efektifitas dalam pemberian fungsinya motivasi serta kemampuan dan
pelayanan keperawatan. Pencapaian persepsi pada diri seseorang. Dasar teori
kinerja yang optimal dari perawat diatas menunjukkan bahwa setiap
merupakan harapan yang harus terwujud organisasi harus mempertahankan
demi peningkatan kualitas pelayanan motivasi kerja dari tenaga kerjanya,
kesehatan dalam suatu institusi pelayanan karena motivasi kerja berpengaruh pada
kesehatan. Hal ini tentu tidak terlepas dari kinerja (Saam dan Wahyuni, 2013).
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Penelitian Hasmoko (2008)
perawat. menunjukkan bahwa terdapat hubungan
Banyak faktor yang mempengaruhi motivasi dengan kinerja dengan nilai
terhadap kinerja, sesuai dengan pendapat p&lt; 0,001 (p&lt;0,05). Dalam
Handoko (2008), motivasi kerja adalah penelitiannya menjelaskan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi responden yang memiliki motivasi
kinerja. Motivasi merupakan daya dorong rendah, memiliki proporsi kinerja yang
atau daya gerak yang membangkitkan dan kurang baik. Sebaliknya responden yang
mengarahkan perilaku pada suatu memiliki motivasi tinggi, memiliki
perbuatan atau pekerjaan. Kinerja proporsi kinerja yang baik.
seseorang sangat dipengaruhi oleh Berdasarkan survey pendahuluan
motivasi karena motivasi merupakan dengan cara wawancara yang dilakukan
kebutuhan seseorang untuk mencapai peneliti di RS Bhakti Medicare Cicurug
prestasi. Sesuai dengan pendapat Kabupaten Sukabumi pada tanggal 20
Mangkunegara (2014), mengatakan Maret 2018 terhadap 6 perawat, 4 perawat
bahwa Motivasi mempersoalkan mengatakan kinerjanya belum optimal.
bagaimana cara mengarahkan daya dan Salah satunya yaitu kurang seimbangnya

Jurnal STIKESMI | 3
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

pembagian perawat di tiap shift sehingga Populasi dalam penelitian ini adalah
mengakibatkan beban kerja semakin seluruh perawat pelaksana di Nurse
meningkat yang mengakibatkan kurang Station I (NS I), Nurse Station II (NS II),
optimalnya kinerja perawat, dari 4 dan Nurse Station III (NS III) RS Bhakti
perawat tersebut 3 perawat mengatakan Medicare Cicurug Kabupaten Sukabumi
memiliki motivasi yang kurang sedangkan yang melakukan tindakan persiapan
1 perawat lainnya mengatakan memiliki pasien pra operasi yang berjumlah 43
motivasi baik. 2 perawat lainnya orang.
mengatakan kinerja sudah optimal dengan Cara pengambilan sampel dalam
telah dapat memberikan kualitas penelitian ini adalah dengan sampling
pelayanan yang memuaskan bagi pasien, jenuh (Totally Sampling) yaitu suatu
dari kedua perawat tersebut 1 orang tekhnik penentuan sampel semua anggota
perawat mengatakan motivasi yang baik populasi digunakan sebagai sampel. Cara
dan 1 perawat lainnya mengatakan ini dilakukan bila jumlah populasi relatif
memiliki motivasi yang kurang. kecil, Seperti bila sampelnya kurang dari
tiga puluh maka anggota populasi tersebut
METODE PENELITIAN diambil seluruhnya untuk dijadikan
Penelitian ini menggunakan jenis sampel penelitian. Istilah lain sampel
penelitian korelasional. Penelitian jenuh adalah sensus, dimana semua
korelasional adalah penelitian yang anggota dijadikan sampel (Hidayat, 2011).
bertujuan untuk mengetahui hubungan Instrument atau alat ukur dalam
antara dua variabel atau lebih serta penelitian ini yaitu kuesioner. Kuesinoer
seberapa jauh korelasi yang ada antara merupakan sejumlah pertanyaan yang
variabel yang diteliti (Sugiyono, 2013). digunakan untuk memperoleh informasi
Dengan pendekatan cross sectional, yaitu dari responden dalam arti laporan tentang
dimana data yang menyangkut variabel pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui
bebas dan terikat dikumpulkan dalam (Arikunto, 2010 ).
waktu yang bersamaan, atau yang dapat Berdasarkan uji validitas terhadap
mengukur variabel Independen dan 20 item pertanyaan variabel kinerja
Variabel Dependen pada waktu yang perawat dan 12 item pertanyaan variabel
bersamaan. motivasi perawat, semua item memiliki
Lokasi Penelitian ini dilakukan di nilai p-value < 0,05 sehingga dinyatakan
Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi.

Jurnal STIKESMI | 4
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

valid. Sedangkan semua item yang valid Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat
diikutsertakan dalam pengolahan data. bahwa sebagian besar responden berusia
Berdasarkan uji reliabilitas 21-30 tahun yaitu sebanyak 38 responden
diperoleh nilai Cronbach Alpha untuk (88,4%) dan hanya sebagian kecil
variabel kinerja perawat yaitu 0,945 yang responden yang berusia 31-40 tahun yaitu
berarti memiliki reliabilitas sangat kuat sebanyak 5 responden (11,6%).
dan variabel motivasi perawat yaitu 0,923 Karakteristik Responden Berdasarkan
yang berarti memiliki reliabilitas sangat Pendidikan
Tabel 4.2 Pendidikan Responden di
kuat, sehingga semua item pada variabel Ruang Rawat Inap RS Bhakti
tersebut dinyatakan reliabel. Medicare Cicurug Kabupaten
Sukabumi
Setelah melalui pengolahan data
yang meliputi Editing, Coding, Scoring, Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
D3 Keperawatan 39 90,7
Data Entry, dan Cleaning selanjutnya data Profesi Ners 4 9,3
Total 43 100
dianalisis secara univariat dilakukan
terhadap tiap variabel, sementara analisis Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat
bivariate dilakukan dengan uji statistic uji bahwa sebagian besar responden
Korelasi Somer’s D karena mengukur berpendidikan D3 Keperawatan yaitu
hubungan antara dua variabel berskala sebanyak 39 responden (90,7%) dan
ordinal yang dapat di bentuk kedalam hanya sebagian kecil responden yang
tabel (Arikunto, 2010). Hasil analisa berpendidikan Profesi Ners yaitu
terdapat terdapat hubungan motivasi sebanyak 4 responden (9,3%).
perawat dengan kinerja perawat dengan Karakteristik Berdasarkan Jenis
Kelamin
nilai p-value 0,011.
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Responden di
Ruang Rawat Inap RS Bhakti
Medicare Cicurug Kabupaten
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sukabumi
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Frekuensi Persentase
Usia Kelamin (%)
Laki-laki 19 44,2
Tabel 4.1 Usia Responden di Ruang
Perempuan 24 55,8
Rawat Inap RS Bhakti Total 43 100
Medicare Cicurug Kabupaten
Sukabumi Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden berjenis
Usia Frekuensi Persentase (%) kelamin perempuan yaitu sebanyak 24
21-30 Tahun 38 88,4
31-40 Tahun 5 11,6 responden (55,8%) dan hanya sebagian
Total 43 100
kecil responden yang berjenis kelamin

Jurnal STIKESMI | 5
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

laki-laki yaitu sebanyak 19 responden Tabel 4.6 Motivasi Perawat di Ruang


Rawat Inap RS Bhakti
(44,2%).
Medicare Cicurug Kabupaten
Karakteristik Berdasarkan Lama Sukabumi
Bekerja Motivasi Frekuensi Persen (%)
Perawat
Tabel 4.4 Lama Bekerja Responden di
Tinggi 15 34,9
Ruang Rawat Inap RS Bhakti
Medicare Cicurug Kabupaten Sedang 18 41,9
Sukabumi Rendah 10 23,2
Lama Bekerja Frekuensi Persentase (%) Total 43 100
<1 Tahun 11 25,6 Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan
2-3 Tahun 17 39,5
4-5 Tahun 7 16,3 bahwa sebagian besar motivasi responden
>5 Tahun 8 18,6
Total 43 100 di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat Cicurug Kabupaten Sukabumi adalah
bahwa sebagian besar responden bekerja sedang yaitu sebanyak 18 responden
di ruang rawat inap Rumah Sakit Bhakti (41,9%). Sedangkan sebagian kecil
Medicare Cicurug Sukabumi 2-3 Tahun motivasi presponden adalah rendah
yaitu sebanyak 17 responden (39,5%) dan sebanyak 10 responden (23,3%).
hanya sebagian kecil responden yang Analisis Deskriptif Variabel Kinerja
bekerja selama 4-5 tahun yaitu sebanyak 7 Perawat
Tabel 4.7 Kinerja Perawat di Ruang
responden (16,3%).
Rawat Inap RS Bhakti
Karakteristik Berdasarkan Unit Kerja Medicare Cicurug Kabupaten
Tabel 4.5 Unit Kerja Responden di Ruang Sukabumi
Rawat Inap RS Bhakti Kinerja Perawat Frekuensi Persentase (%)
Medicare Cicurug Kabupaten Baik 16 37,2
Sukabumi Cukup 18 41,9
Unit Kerja Frekuensi Persentase (%)
Kurang 9 20,9
NS 1 10 23,3
Total 43 100
NS II 17 39,5
NS III 16 37,2 Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan
Total 43 100
bahwa sebagian besar kinerja perawat di
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat
Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
bahwa sebagian besar responden bekerja
Cicurug Kabupaten Sukabumi adalah
di unit Ners Station II yaitu sebanyak 17
cukup yaitu sebanyak 18 responden
responden (39,5%) dan hanya sebagian
(41,9%). Sedangkan sebagian kecil
kecil responden yang bekerja di unit Ners
kinerja perawat adalah kurang yaitu
Station I yaitu sebanyak 10 responden
sebanyak 9 responden (20,9%).
(23,3%).
Analisis Deskriptif Variabel Motivasi
Perawat

Jurnal STIKESMI | 6
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

Analisa Bivariat Hubungan Motivasi kinerja perawat di Ruang Rawat Inap RS


Perawat Dengan Kinerja Perawat di Bhakti Medicare Cicurug Kabupaten
Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Sukabumi.
Cicurug Kabupaten Sukabumi
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Kinerja
Perawat Berdasarkan Motivasi PEMBAHASAN
Perawat di Ruang Rawat Inap
Pembahasan hasil penelitian ini
RS Bhakti Medicare Cicurug
Kabupaten Sukabumi dimaksud untuk memberikan penjelasan
Motivasi Kinerja Perawat terhadap hasil penelitian
Total % p-value
Perawat Baik % Cukup % Kurang %
Tinggi 8 53,3 6 40,0 1 6,7 15 100 deskriptif maupun hasil
Sedang 6 33,3 9 50,0 3 16,3 18 100
Rendah 2 20,0 3 30,0 5 50,0 10 100
0,011 penelitian korelasi yang akan
Total 16 18 9 43
dijabarkan.
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat
Gambaran Motivasi Perawat
bahwa sebagian besar responden yang
Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan
memiliki motivasi tinggi dengan kinerja
bahwa sebagian besar motivasi responden
perawat baik yaitu sebanyak 8 responden
di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
(53,3%) dan sebagian kecilnya memiliki
Cicurug Kabupaten Sukabumi adalah
kinerja kurang yaitu sebanyak 1
sedang yaitu sebanyak 18 responden
responden (6,7%). Perawat yang memiliki
(41,9%). Sedangkan sebagian kecil
motivasi sedang sebagian besar memiliki
motivasi presponden adalah rendah
kinerja cukup yaitu sebanyak 9 responden
sebanyak 10 responden (23,3%).
(50,0%) dan sebangian kecilnya memiliki
Motivasi menurut Robbins dan
kinerja kurang yaitu sebanyak 3
Judge (2009) adalah suatu kondisi yang
responden (16,3%). Sedangkan perawat
berpengaruh untuk membangkitkan,
yang memiliki motivasi rendah sebagian
mengarahkan dan memelihara perilaku
besar memiliki kinerja kurang yaitu
yang berhubungan dengan lingkungan
sebanyak 5 responden (50,0%) dan
kerja. Sedangkan menurut Siagian yang
sebagian kecilnya memiliki kinerja baik
dikutip oleh Sedarmayanti (2011)
yaitu sebanyak 2 responden (20,0%).
motivasi adalah keseluruhan proses
Berdasarkan hasil uji statistik
pemberian motivasi bekerja kepada
Somers’d diperoleh nilai p-value 0,011
bawahan sedemikian rupa sehingga
yang berarti H₀ ditolak karena kriteria
mereka mau bekerja dengan ikhlas demi
penolakan H₀ ini adalah apabila nilai p-
tercapainya tujuan organisasi dengan
value nya <0,05. Dengan kata lain terdapat
efisien dan ekonomis. Menurut
hubungan motivasi perawat dengan
Suprihanto (2009) faktor yang

Jurnal STIKESMI | 7
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

berpengaruh terhadap motivasi adalah lain yang didasari dengan adanya kegiatan
faktor fisik, umur, faktor instrinsik, faktor (program) rutin dengan tujuan tertentu.
herediter (lingkungan kematangan atau Dalam penelitian ini berdasarkan tabel 4.2
usia), situasi dan kondisi, fasilitas (sarana dapat dilihat bahwa sebagian besar
dan prasarana), program dan aktifitas dan responden berpendidikan D3
Audio visual (media). Keperawatan yaitu sebanyak 39
Faktor fisik merupakan motivasi responden (90,7%). Pada saat menempuh
yang terdapat didalam diri individu yang pendidikan D III Keperawatan seseorang
mendorong untuk bertindak dalam rangka akan mendapatkan berbagai informasi
memenuhi kebutuhan fisik seperti mengenai dunia keperawatan yang dapat
kebutuhan jasmani, raga, materi, benda, mendorong mereka untuk
atau berkaitan dengan alam. Kemudian mengaplikasikannya dalam kegiatan rutin
faktor herediter yaitu motivasi yang di dunia kerja, sehingga dorongan tersebut
didukung dari lingkungan berdasarkan menimbulkan motivasi pada dirinya.
kematangan usia. Berdasarkan tabel 4.1 Berdasarkan uraian tersebut, dapat
dapat dilihat bahwa sebagian besar disimpulkan bahwa perawat yang berada
responden berusia 21-30 tahun yaitu di ruang inap RS Bhakti Medicare Cicurug
sebanyak 38 responden (88,4%) dimana Kabupaten Sukabumi sebagian besar
usia ini termasuk usia produktif. Menurut berpendidikan terakhir D III Keperawatan
Prohealth (2009) usia mempengaruhi yang telah memiliki banyak informasi
terhadap daya tangkap dan pola pikir mengenai dunia keperawatan. Dan
seseorang. Semakin cukup umur tingkat sebagian besar usia perawat yang berada
kematangan dan kekuatan seseorang akan di ruang inap RS Bhakti Medicare ada
lebih matang berpikir logis dan bekerja dalam rentang usia 21-30 tahun, dimana
sehingga motivasi seseorang kuat dalam usia ini termasuk usia produktif dan
melakukan sesuatu hal. merupakan usia yang cukup untuk berfikir
Adapun faktor situasi dan kondisi logis sehingga dari kedua faktor tersebut
yaitu motivasi yang timbul berdasarkan dapat berpengaruh terhadap motivasi
keadaan yang terjadi sehingga perawat yang sedang.
mendorong, memaksa untuk melakukan
sesuatu. Sedangkan faktor program dan Gambaran Pelaksanaan Kinerja
aktifitas yaitu motivasi yang timbul atas Perawat
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan
dorongan dan diri seseorang atau pihak
bahwa sebagian besar kinerja perawat di

Jurnal STIKESMI | 8
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare diselesaikan dalam satuan waktu tertentu.
Cicurug Kabupaten Sukabumi adalah Berdasarkan hasil penelitian bahwa
cukup yaitu sebanyak 18 responden perawat di Ruang Rawat Inap memiliki
(41,9%). Sedangkan sebagian kecil kehadiran kerja yang baik. Hal ini akan
kinerja perawat adalah kurang yaitu menimbulkan kinerja yang baik yang
sebanyak 9 responden (20,9%). berupa kualitas dan kuantitas kerja.
Mangkunegara (2014) bahwa Kinerja juga bisa dipengaruhi oleh
isitilah kinerja berasal dari kata kata job lamanya perawat bekerja dalam rumah
performance atau actual performance sakit tersebut. Berdasarkan tabel 4.4 dapat
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya dilihat bahwa sebagian besar responden
yang dicapai oleh seseorang) yaitu hasil bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit
kerja secara kualitas dan kuantitas yang Bhakti Medicare Cicurug Sukabumi 2-3
dicapai oleh seorang pegawai dalam Tahun yaitu sebanyak 17 responden
melaksanakan tugasnya sesuai dengan (39,5%). Hal ini menyebabkan perawat-
tanggung jawab yang diberikan padanya. perawat tersebut bias menyesuaikan diri
Sedangkan menurut Sunyoto (2015), dengan baik terhadap kenyataan pekerjaan
Kinerja adalah suatu hasil kerja yang di lapangan.
dicapai seseorang dalam melaksanakan Menurut Prihardjo (2008) Lama
dan menyelesaikan pekerjaan yang waktu kerja mempengaruhi kemampuan
dibebankan kepadanya. seorang perawat, hal ini berkaitan erat
Hasil penelitian yang menunjukkan dengan pengulangan secara sistematis
sebagian besar kinerja perawat cukup ini, beberapa hal atau langkah-langkah
bisa terlihat dari beberapa aspek yaitu tindakan medik yang dilakukan. Dalam
kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan hal ini, sebagian besar perawat >2 tahun
waktu, kehadiran dan kerjasama. Hasil masa bekerja, sehingga dimungkinkan
pengamatan dilapangan terlihat kinerja sudah punya pengalaman untuk bekerja
perawat mulai dari kehadiran perawat, dengan cukup baik. Pengalaman yang ada
tidak ada perawat yang bolos tanpa adanya dalam menangani masalah pasien
alasan. Kehadiran perawat akan berimbas tersebutlah akan menghasilken kulitas
terhadap banyak jumlah pekerjaan yang kerja yang cukup baik.
dilakukan perawat yang disebut dengan Hubungan Motivasi Perawat Dengan
kuantitas kerja. Kuantitas kerja Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap
RS Bhakti Medicare Cicurug
merupakan jumlah pekerjaan yang bisa
Kabupaten Sukabumi

Jurnal STIKESMI | 9
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat akan memiliki dorongan untuk bekerja
bahwa sebagian besar responden yang lebih baik kembali dan hal tersebut akan
memiliki motivasi tinggi dengan kinerja tentu berdampak pada meningkatnya
perawat baik yaitu sebanyak 8 responden kinerja.
(53,3%) dan sebagian kecilnya memiliki Selain itu didukung oleh penelitian
kinerja kurang yaitu sebanyak 1 yang dilakukan oleh Ridwan (2013) yang
responden (6,7%). Perawat yang memiliki menyebutkan bahwa terdapat pengaruh
motivasi sedang sebagian besar memiliki yang signifikan antara motivasi instrinsik
kinerja cukup yaitu sebanyak 9 responden dan ekstrinsik terhadap kinerja perawat
(50,0%) dan sebangian kecilnya memiliki dengan p-value 0.000.
kinerja kurang yaitu sebanyak 3 Motivasi dapat dipastikan
responden (16,3%). Sedangkan perawat mempengaruhi kinerja, walaupun bukan
yang memiliki motivasi rendah sebagian satu-satunya faktor yang membentuk
besar memiliki kinerja kurang yaitu kinerja. Pada awalnya motivasi seseorang
sebanyak 5 responden (50,0%) dan untuk melakukan kegiatan muncul karena
sebagian kecilnya memiliki kinerja baik merasakan perlunya untuk memenuhi
yaitu sebanyak 2 responden (20,0%). kebutuhan. Dengan demikian terdapat
Berdasarkan hasil uji statistik kepentingan bersama antara perawat
Somers’d diperoleh nilai p-value 0,011 sebagai pekerja dengan Rumah sakit.
yang berarti H₀ ditolak karena kriteria Pekerja disatu sisi melakukan pekerjaan
penolakan H₀ ini adalah apabila nilai p- mengharapkan kompensasi atau imbalan
value nya <0,05. Dengan kata lain terdapat untuk pemenuhan kebutuhannya dan disisi
hubungan motivasi perawat dengan lainnya untuk mencapai tujuan
kinerja perawat di Ruang Rawat Inap RS peribadinya untuk mewujudkan prestasi
Bhakti Medicare Cicurug Kabupaten kerjanya. Sedangkan kinerja Rumah sakit
Sukabumi. diwujudkan dengan kumpulan kinerja dari
Hal ini sesuai dengan teori Usman semua pekerja untuk mencapai tujuan
(2011) yang menyebutkan bahwa terdapat Rumah sakit tersebut.
faktor instrinsik yang mempengaruhi Penelitian ini menunjukkan bahwa
kinerja seseorang dimana salah satunya sebagian besar motivasi perawat adalah
adalah motivasi. Ketika seseorang sedang sehingga kinerja perawat sebagian
memiliki motivasi yang tinggi terhadap besar adalah cukup. Pekerjaan yang
pekerjaannya, maka seseorang tersebut dikerjakan karena ada motivasi akan

Jurnal STIKESMI | 10
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

membuat pekerja senang dalam bekerja, pengelolaan kinerja perawat yang


rela bekerja, merasa memiliki, keinginan tepat di Rumah Sakit Bhakti
berprestasi dan keinginan berkreatifitas, Medicare agar meningkatkan
sehingga berdampak pada kinerjanya. motivasi perawat, sehingga
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin diharapkan akan meningkatnya
tinggi motivasi perawat maka kinerja kinerja perawat.
perawat akan semakin baik di RS Bhakti Diharapkan peningkatan motivasi
Medicare Cicurug Kabupaten Sukabumi. yang dapat dilakukan oleh rumah
sakit seperti memberikan kepuasaan
KESIMPULAN & SARAN kerja pada perawat dengan
Kesimpulan
diberikannya penghargaan yang layak
1. Sebagian besar motivasi perawat di
atas pretasi kerja perawat sehingga
Ruang Rawat Inap RS Bhakti
dapat meningkatkan motivasi perawat
Medicare Cicurug Kabupaten
dalam bekerja dan secara tidak
Sukabumi adalah sedang.
langsung dapat meningkatkan kinerja
2. Sebagian besar kinerja perawat di
perawat.
Ruang Rawat Inap RS Bhakti
2. Peneliti selanjutnya
Medicare Cicurug Kabupaten
Penelitian ini diharapkan dapat
Sukabumi adalah cukup.
digunakan sebagai sumber referensi
3. Ada hubungan motivasi perawat
untuk peneliti selanjutnya yang
dengan kinerja perawat di Ruang
berkaitan dengan hubungan motivasi
Rawat Inap RS Bhakti Medicare
perawat dengan kinerja perawat serta
Cicurug Kabupaten Sukabumi.
Saran menambahkan variabel lain yang
1. Bagi RS Bhakti Medicare belum diteliti, seperti faktor-faktor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat yang mempengaruhi beban motivasi
memberikan informasi yang cukup perawat di Rumah Sakit Bhakti
mengenai gambaran motivasi perawat Medicare.
dengan kinerja perawat di Ruang
Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian:
sehingga dapat menjadi acuan untuk
Suatu pendekatan Praktik. Jakarta:
management terutama bidang Rineka Cipta.
keperawatan dalam merumuskan

Jurnal STIKESMI | 11
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan : Penelitian. Bandung : Pustaka


Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Setia.
Ar-Ruzz Media
Natasia Nazvia. 2014. Faktor-faktor yang
Bangun, W. 2012. Manajemen Sumber Mempengaruhi Kepatuhan
Daya Manusia. Bandung: Pelaksanaan SOP Asuhan
Erlangga. Keperawatan di ICU-ICCU RSUD
Gambiran Kota Kediri. Malang:
Budiarto, E. 2007. Metodologi penelitian Universitas Brawijaya.
kedokteran : Sebuah pengantar.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Nisfiannoor, M. 2009. Pendekatan
Statistika Modern untuk Ilmu
Gibson, JK, et al. 2010. Organisasi: Sosial. Jakarta: Salemba
Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Humanika.
Bina Rupa Aksara.
Notoatmodjo. 2010. Metodologi
Handoko, T.H. 2008. Manajemen Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Personalia dan Manajemen Rineka Cipta.
Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE. Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Hasibuan, MP. 2014. Manajemen: Dasar, Keperawatan: Pedoman Skripsi &
Pengertian dan Masalah. Jakarta: Tisis dan Instrumen Penelitian
Bumi Aksara. Keperawatan. Jakatra: Salemba
Hasmoko, E.V. 2008 Analisis Faktor- Medika.
faktor yang Mempengaruhi Prihardjo (2008). Perilaku Organisasi:
Kinerja Klinis Perawat Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Berdasarkan Penerapan Sistem Jakarta: Rajawali
Pengembangan Manajemen
Kinerja Klinis (spmkk) di Ruang Riduwan. 2013. Skala Pengukuran
Rawat Inap Rumah Sakit Panti Variabel-variabel Penelitian.
Wilasa Citaru. Semarang: Undip. Bandung: Alfabeta.
Herlambang, S. 2012. Manajemen Ridwan (2013). pengaruh yang signifikan
Kesehatan dan Rumah Sakit. antara motivasi instrinsik dan
Yogyakarta : Gosyen Publishing. ekstrinsik terhadap kinerja perawat.
Hidayat A.A. 2010. Metode Penelitian Riyanto, H. 2010. Aplikasi metodologi
Kesehatan Paradigma Kuantitatif. penelitian kesehatan. Jakarta:
Jakarta : Heath Books. Nuha Medika.
Kemenkes RI. 2015. Pelayanan Robbins dan Judge (2009). Perilaku
Kesehatan. Jakarta. Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat, 2008
Mangkunegara (2014). Evaluasi Kinerja
SDM. Bandung: PT Refika Aditama Sedarmayanti (2011). Manajemen Sumber
Daya Manusia: Reformasi Birokrasi
Mangkunegara, AP. 2014. Evaluasi dan manajemen Pegawai Negri
Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Sipil. Bandung: PT Refika Aditama,
Aditama.
Sedarmayanti. 2011. Manajemen Sumber
Muhidin, SA. 2009. Analisis Korelasi, Daya Manusia: Reformasi
Regresi, dan Jalur dalam Birokrasi dan manajemen

Jurnal STIKESMI | 12
Hubungan Motivasi Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap RS Bhakti Medicare
Cicurug Kabupaten Sukabumi // Agung Pratama, Nunung Liawati

Pegawai Negri Sipil. Bandung: PT Perawat RSUD Banyumas. Depok:


Refika Aditama. Universitas Indonesia.
Setiadi. 2008. Konsep dan Praktik Usman (2011). Analisis Faktor-faktor
Penulisan Riset Keperawatan. yang Mempengaruhi Kinerja Klinis
Yogyakarta: Graha Ilmu. Perawat Berdasarkan Penerapan
Sistem Pengembangan Manajemen
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kinerja Klinis (spmkk) di Ruang
Manajemen. Bandung: Alfabeta. Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Sunyoto, D. 2015. Penelitian Sumber Wilasa Citarum Semarang.
Daya Manusia. Yogyakarta: PT Buku Utami, Puji. 2012. Hubungan Antara
Seru. Kepemimpinan Transformasional
Suprihanto (2009). Manajemen Sumber Kepala Ruangan dengan Kinerja
Daya manusia. Jakarta: Kencana Perawat Pelaksana dalam
Prenada media group Memberikan Asuhan Keperawatan
Di Ruang Rawat Inap RSUD Kota
Suroso Jebul. 2011. Hubungan Presepsi Semarang. Semarang: Universitas
tentang Jenjang Karir dengan Muhammadiyah Semarang.
Kepuasan Kerja dan Kinerja

Jurnal STIKESMI | 13
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

PENGARUH RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP KADAR GLUKOSA


DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CISAAT KABUPATEN SUKABUMI

Fera Melinda1, Rosliana Dewi2


2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Sukabumi.
Email : roslianadewi@ymail.com

ABSTRAK

Diabetes Mellitus menjadi the silent killer dengan terus meningkat prevalensinya,
sehingga dibutuhkan upaya menurunkan kadar gula darah salah satunya dengan relaksasi
autogenik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh relaksasi autogenik terhadap
kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II.
Diabetes melitus adalah suatu kelainan akibat dari kekurangan insulin. Relaksasi
autogenik adalah program sistematis yang akan melatih tubuh dan jiwa untuk rileks dan
kembali pada keadaan seimbang dan normal.
Jenis penelitian Quasi Experiment. Populasi 42 orang dengan sampel 34 orang.
Pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling. Analisis data menggunakan Uji
Paired Sampel T-Test dan Uji Independen Sampel T Test.
Hasil penelitian menunjukan mean pre-test dan post-test kelompok intervensi
(304,58-264,41), mean pre-test dan post-test kelompok kontrol (271,11-247,76). Terdapat
pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah pada kelompok kontrol (p-value
0,000) dan kelompok intervensi (p-value 0,000) dan terdapat perbedaan kadar glukosa darah
pada kedua kelompok (p-value 0,001).
Kesimpulan, terdapat pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar glukosa darah
pada pasien diabetes mellitus tipe II. Diharapkan relaksasi autogenik menjadi salah satu
bentuk intervensi keperawatan mandiri untuk seorang perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Relaksasi Autogenik, Kadar Glukosa Darah
Daftar Pustaka: 64 referensi (2008 – 2018)

PENDAHULUAN untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.


Diabetes Melitus merupakan Berkurang atau tidak adanya insulin
penyakit gangguan metabolisme kronis menjadikan glukosa tertahan didalam
yang ditandai peningkatan glukosa darah darah dan menimbulkan peningkatan gula
(Hiperglikemi), disebabkan karena darah, sementara sel menjadi kekurangan
ketidakseimbangan antara suplai dan glukosa yang sangat di butuhkan dalam
kebutuhan untuk memfasilitasi masuknya kelangsungan dan fungsi sel (Derek,
glukosa dalam sel agar dapat di gunakan Rottie, & Kallo, 2017).

Jurnal STIKESMI | 14
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

Diabetes Mellitus dijuluki sebagai & Bare, 2013). Padahal perawat sebagai
the silent killer atau pembunuh diam-diam pemberi asuhan keperawatan diharapkan
karena dalam banyaknya kasus diabetes mampu memberikan asuhan keperawatan
baru yang terdeteksi dan digolongkan secara mandiri dalam konteks
sebagai penyakit kronis/menahun (Nathan nonfarmakologi (Dochterman &
& Delahanty, 2010). Berdasarkan data dari Bulecheck, 2008).
WHO (2015), diperkirakan dari 422 juta Pengelolaan secara
orang tersebut, 1,5 juta orang diantaranya nonfarmakologi diabetes Mellitus banyak
meninggal setiap tahunnya akibat dikembangkan dan terbukti efektif
penyakit Diabetes. Menurut International mengatasi penurunan kadar gula darah.
Diabetes Foundation (IDF) tahun 2013 Terapi nonfarmakologi tersebut meliputi
menyebutkan bahwa terdapat 382 juta Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dan
penderita diabetes di dunia dengan angka Exercise. Dari kedua jenis terapi ini, CBT
kematian mencapai 5,1 juta orang. merupakan terapi nonfarmakologi yang
Komplikasi yang sering terjadi efektif untuk menurunkan kadar glukosa
apabila Diabetes Melitus tidak ditangani darah (Wahyuningsih, 2016).
dengan baik yaitu timbulnya berbagai CBT adalah salah satu bentuk
penyakit penyerta pada berbagai organ psikoterapi yang didasarkan pada teori
tubuh yang diakibatkan karena kerusakan bahwa tanda dan gejala fisiologis
pada pembuluh darah di seluruh tubuh, berhubungan dengan interaksi antara
disebut angiopati diabetik. (Smeltzer & pikiran, perilaku dan emosi. Jenis CBT
Bare, 2013). Sehingga dibutuhkannya yang digunakan untuk menurunkan kadar
pengelolaan kadar glukosa darah pada gula darah yaitu teknik sleep retriction,
penderita Diabetes Mellitus, berdasarkan kontrol stimulus, terapi kognitif, sleep
hasil kesepakatan para ahli diabetes di hygiene dan relaksasi (Siebern, Suh, &
Indonesia yang terdiri atas 4 pilar utama Nowakowsk, 2012). Teknik relaksasi
pengelolaan Diabetes Mellitus, yaitu adalah suatu teknik untuk menciptakan
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani kondisi rileks pada sistem syaraf otonom,
dan intervensi farmakologis (Perkeni, yang berakibat pada normalisasi pasokan
2015). Selama kurun waktu dua dekade darah di otot serta menurunkan konsumsi
terakhir ini asuhan keperawatan pada oksigen, detak jantung, pernafasan dan
pasien Diabetes Mellitus dilakukan dalam aktifitas otot (Wahyuningsih, 2016).
konteks kolaborasi farmakologi (Smeltzer Duke University Medical Centre Amerika

Jurnal STIKESMI | 13
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

menyatakan jenis-jenis relaksasi yang Jenis penelitian yang digunakan


dapat menurukan kadar gula darah antara adalah quasi experiment dengan Pretest-
lain relaksasi autogenik dan relaksai otot Posttest Control Group Design. Penelitian
progresif (Siebern, Suh, & Nowakowsk, dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas
2012). Cisaat Kabupaten Sukabumi bulan
Relaksasi autogenik merupakan Februari sampai dengan Juli 2018.
relaksasi yang bersumber dari diri Populasi dalam penelitian ini adalah
sendiri berupa kata-kata atau kalimat seluruh penderita penyakit Diabetes
pendek ataupun pikiran yang bisa melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
membuat pikiran tentram (Greenberg, Cisaat Kabupaten Sukabumi yang
2010). Juliano (1998) mengatakan bahwa berjumlah 42 pasien. Teknik pengambilan
latihan termasuk relaksasi autogenik sampel menggunakan purposive sampling
sangat penting untuk mengontrol glukosa dengan jumlah sampel sebanyak 34
darah melalui mekanisme dengan responden, 17 responden untuk masing-
meningkatkan hormon kortisol sehingga masing kelompok intervensi dan
menurunkan tingkat stres dan secara kelompok kontrol. Analisa data
otomatis akan menurunkan kadar gula menggunakan Uji Paired Sampel T-Test
darah. dan Uji Independen Sampel T Test.
Teknik relaksasi autogenik selama
ini belum pernah diterapkan di Puskesmas HASIL PENELITIAN DAN
Cisaat. Selama ini, pengelolaan kadar PEMBAHASAN
glukosa darah dengan pengobatan A. Hasil Penelitian
farmakologi dan pengobatan 1. Gambaran Karakteristis Responden
nonfarmakologi seperti senam diabetes a. Usia
dan edukasi terkait pengelolaan penyakit Tabel 4.1 Usia Responden Kelompok
diabtes mellitus. Hal ini menunjukan Kontrol Dan Kelompok
Intervensi
bahwa di Puskesmas Cisaat tersebut Kelompok
Usia Kontrol Intervensi p
terapi nonfarmakologi dengan teknik f % f %
relaksasi autogenik belum menjadi 36-45 Tahun 2 11,80 2 11,80
46-55 Tahun 6 35,30 2 11,80 0,256
perawatan pendukung bagi penderita 56-65 Tahun 9 52,90 13 76,40
Total 17 100 17 100
Diabetes Melitus.
METODE PENELITIAN Pada kelompok kontrol
sebagian besar usia responden berada

Jurnal STIKESMI | 14
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

pada rentang 56-65 tahun yaitu Tabel 4.3 Pendidikan Responden


Kelompok Kontrol Dan
sebesar 52,90% atau sebanyak 9
Kelompok Intervensi
responden, sedangkan pada kelompok
Kelompok
kontrol sebagian besar responden Pendidikan Kontrol Intervensi P
F % f %
berusia 56-65 Tahun yaitu sebesar SD 6 35,30 8 47,10
76,40% atau sebanyak 13 responden. SMP 4 23,50 2 11,80
SMA 7 41,20 6 35,30 0,566
b. Jenis Kelamin PT 0 0 1 5,80
Total 17 100 17 100
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden
Kelompok Kontrol Dan
Berdasakan tabel 4.3
Kelompok Intervensi
menunjukkan bahwa hasil uji
Kelompok
Jenis
Kontrol Intervensi p homogenitas karaktersitik responden
Kelamin
f % f %
pendidikan p > 0.05, artinya
Laki-laki 7 41,20 4 23,50
Perempuan 10 58,80 13 76,50 0,271 karakteristik responden pendidikan
Total 17 100 17 100
pada kelompok kontrol dan intervensi
Berdasakan tabel 4.2 adalah sama atau tidak ada perbedaan.
menunjukkan bahwa hasil uji Pada kelompok kontrol sebagian besar
homogenitas karaktersitik responden responden memiliki pendidikan
jenis kelamin p > 0.05, artinya terakhir SMA yaitu sebesar 41,20%
karakteristik responden jenis kelamin atau sebanyak 7 responden, sedangkan
pada kelompok kontrol dan intervensi pada kelompok kontrol sebagian besar
adalah sama atau tidak ada perbedaan. responden memiliki pendidikan
Pada kelompok kontrol sebagian besar terakhir SD yaitu sebesar 47,10% atau
jenis kelamin responden adalah sebanyak 8 responden.
perempuan yaitu sebesar 58,8% atau d. Pekerjaan
sebanyak 10 responden, sedangkan Tabel 4.4 Status Pekerjaan Responden
pada kelompok kontrol sebagian besar Kelompok Kontrol Dan
Kelompok Intervensi
responden berjenis kelamin perempuan
Kelompok
yaitu sebesar 76,50% atau sebanyak 13 Pekerjaan Kontrol Intervensi P
responden. F % f %
Bekerja 5 29,40 4 23,50
Tidak 12 70,60 13 76,50 0,697
Bekerja
Total 17 100 17 100
c. Pendidikan
Berdasakan tabel 4.4
menunjukkan bahwa hasil uji

Jurnal STIKESMI | 15
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

homogenitas karaktersitik responden diabetes 1-3 tahun yaitu sebesar


pekerjaan p > 0.05, artinya 70,60% atau sebanyak 12 responden,
karakteristik responden pekerjaan pada sedangkan pada kelompok kontrol
kelompok kontrol dan intervensi sebagian besar responden memiliki
adalah sama atau tidak ada perbedaan. lama menderita diabetes 1-3 tahun
Pada kelompok kontrol sebagian besar yaitu sebesar 47,10% atau sebanyak 8
usia responden berstatus tidak bekerja responden.
yaitu sebesar 70,60% atau sebanyak 12
2. AnalisisUnivariat Variabel
responden, sedangkan pada kelompok
a. Analisis Univariat Kelompok
kontrol sebagian besar responden
Kontrol
berstatus tidak bekerja yaitu sebesar
Tabel 4.6 Gambaran Kadar Glukosa Darah
76,50% atau sebanyak 13 responden. Sebelum dan Sesudah Dilakukan
e. Lama Menderita Diabates Relaksasi Autogenik pada Kelompok
Kontrol
Mellitus
Kadar Selisih
Tabel 4.5 Lama Menderita Nilai Nilai
Glukosa N Mean Mean SD
Diabates Melitus Min Maks
Darah
Responden Kelompok Sebelum 17 271,11 41,39 211 367
23,35
Kontrol Dan Sesudah 17 247,76 39,77 199 334
Kelompok Intervensi
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan
Lama Kelompok
bahwa pada kelompok kontrol diperoleh
Menderita
Kontrol Intervensi p
Diabates nilai rata-rata kadar glukosa darah yang
Mellitus f % f %
1-3 Tahun 12 70,60 8 47,10 didapatkan dari 17 responden pengukuran
3-4 Tahun 2 11,80 4 23,50 0,374 sebelum (pre-test) adalah sebesar 271,11
>5 Tahun 3 17,60 5 29,40
Total 17 100 17 100 dengan nilai simpangan baku 41,39.

Berdasakan tabel 4.5 Adapun nilai rata-rata rata-rata kadar

menunjukkan bahwa hasil uji glukosa darah pengukuran sesudah (post-

homogenitas karaktersitik responden test) adalah sebesar 247,76 dengan nilai

lama menderita diabetes mellitus p > simpangan baku 39,77, dengan memiliki

0.05, artinya karakteristik responden selisih dari kedua mean 23,35.

lama menderita diabetes mellitus pada b. Analisis Univariat Kelompok

kelompok kontrol dan intervensi Intervensi


Tabel Gambaran Kadar Glukosa
adalah sama atau tidak ada perbedaan.
4.7 Darah Sebelum dan Sesudah
Pada kelompok kontrol sebagian besar Dilakukan Relaksasi Autogenik
pada Kelompok Intervensi
responden memiliki lama menderita

Jurnal STIKESMI | 16
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

Kadar Selisih
Nilai Nilai 0,515, dan post test yaitu 0,142. Hal ini
Glukosa N Mean Mean SD
Min Maks menunjukkan bahwa data pre test dan post
Darah
Sebelum 17 304,58 39,81 250 392
40,17 test pada kelompok kontrol dan intervensi
Sesudah 17 264,41 38,39 220 359
berdistribusi normal.
Berdasarkan tabel 4.7
menunjukkan bahwa pada kelompok
4. Analisa Bivariat
intervensi diperoleh nilai rata-rata kadar
a. Uji Hipotesis Kelompok Kontrol
glukosa darah yang didapatkan dari 17
Tabel 4.9 Uji Hipotesis Pengaruh Relaksasi
responden sebelum dilakukan relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa
autogenik adalah sebesar 304,58 dengan Darah pada Kelompok Kontrol

nilai simpangan baku 39,81. Adapun nilai Selisih


KGD SD t p-value
Mean
rata-rata rata-rata kadar glukosa darah Pre-Test 41,39
23,35 9,892 0,000
sesudah dilakukan relaksasi autogenik Post-Test 39,77

adalah sebesar 264,41 dengan nilai Berdasarkan tabel 4.9


simpangan baku 38,39, dengan memiliki menunjukkan nilai p-value pada uji paired
selisih dari kedua mean 40,17. sampel t test pada kelompok kontrol
3. Uji Normalitas sebesar 0,000 maka p-value < 0,05 yang

Tabel 4.8 Uji Normalitas berarti H0 ditolak sehingga dapat


Kadar Glukosa dikatakan terdapat pengaruh relaksasi
Darah
autogenik terhadap kadar glukosa darah
Kadar
p- pada kelompok kontrol.
Glukosa Saphiro-Wilk
value
Darah
Kelompok b. Uji Hipotesis Kelompok Intervensi
Kontrol Tabel 4.10 Uji Hipotesis Pengaruh Relaksasi
Pre-Test 0,931 0,227 Autogenik terhadap Kadar
Post-Test 0,909 0,094 Glukosa Darah pada Kelompok
Kelompok Intervensi
Intervensi
Pre-Test 0,954 0,515 Selisih
KGD SD t p-value
Post-Test Mean
0,919 0,142 Pre-Test 39,81
40,17 10,258 0,000
Post-Test 38,39
Berdasarkan tabel 4.8 didapatkan
nilai p-value pada uji normalitas pada Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan
kelompok kontrol pre test yaitu sebesar nilai p-value pada uji paired sampel t test
0,227, dan post test yaitu 0,094. Adapun pada kelompok intervensi sebesar 0,000
nilai p-value pada uji normalitas pada maka p-value < 0,05 yang berarti H0
kelompok intervensi pre test yaitu sebesar ditolak sehingga dapat dikatakan terdapat

Jurnal STIKESMI | 17
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

pengaruh relaksasi autogenik terhadap Autogenik Pada Kelompok Kontrol


kadar glukosa darah pada kelompok Dan Intervensi
intervensi. Hasil penelitian menunjukkan
c. Uji Hipotesis Perbedaan Kelompok bahwa pada kelompok kontrol diperoleh
Kontrol dan Intervensi nilai rata-rata kadar glukosa darah yang
Tabel 4.11 Uji Hipotesis Perbedaan didapatkan dari 17 responden pada
Kadar Glukosa Darah pada
Kel Kontrol dan Kel
pengukuran sebelum (pre-test) adalah
Intervensi sebesar 271,11, sedangkan pada kelompok
Kadar N Selisih t p- intervensi diperoleh nilai rata-rata kadar
Glukosa Mean value
Darah glukosa darah sebelum dilakukan
Kelompok 17 23,35 relaksasi autogenik adalah sebesar 304,58.
Kontrol
3,679 0,001 Pada penderita diabetes melitus kadar
Kelompok 17 40,17
Intervensi glukosa darah tidak dapat diatur melalui
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan
umpan balik negatif untuk mempertahankan
nilai p-value uji independen sampel
keseimbangan di dalam tubuh sehingga
sebesar 0,001 maka p-value < 0,05, glukosa yang dilepaskan ke dalam aliran darah
sehingga dapat dikatakan terdapat dapat meningkatkan kadar glukosa darah
perbedaan kadar glukosa darah pada (Limbong, 2014).
pasien diabetes mellitus tipe II pada Kedua kelompok baik kontrol
kelompok kontrol dan kelompok maupun intervensi sama-sama memiliki
intervensi. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL.
kedua kelompok mengalami penurunan Pada dasarnya penderita diabetes melitus
dengan skor selisih penurunan di tipe II akan mengalami meningkatkan
kelompok intervensi (40,17) lebih tinggi kadar glukosa dalam darah karena
dari kelompok kontrol (23,35). menurunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel tidak
mampu mengimbangi resistensi insulin
B. Pembahasan sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi
1. Gambaran Kadar Glukosa Darah relatif insulin (American Diabetes
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Association, 2017).
Sebelum Dilakukan Relaksasi Kadar glukosa darah pada
kelompok intervensi sebelum dilakukan

Jurnal STIKESMI | 18
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

intervensi autogenik memiliki nilai mean penyesuaian menopause. Estrogen pada


lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. dasarnya berfungsi untuk menjaga
Menurut Lusiana (2017) Diabetes Melitus keseimbangan kadar glukosa darah dan
tipe II dapat mengalami peningkatan meningkatkan penyimpanan lemak, serta
kadar glukosa darah salah satunya progesteron yang berfungsi untuk
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas menormalkan kadar glukosa darah dan
terhadap insulin yang dan ditambah membantu menggunakan lemak sebagai
dengan faktor individu seperti usia. energi. Hormon estrogen dan progesteron
Karakteristik responden pada penelitian mempengaruhi sel-sel dalam merespon
ini baik kelompok kontrol maupun insulin.
kelompok intervensi sebagian besar Priyanto (2013) mengemukakan
berada pada rentang usia 56-65 tahun. bahwa pekerjaan menjadi salah satu faktor
Sukarmin (2008) menyatakan yang berpengaruh terhadap kadar glukosa
bahwa pada saat memasuki usia dewasa darah karena dengan bekerja dapat
menuju usia lanjut manusia mengalami membantu menurunkan kadar glukosa
penurunan fungsi fisiologis. Penurunan ini darah. Pendapat ini diperkuat oleh
terjadi akibat proses penuaan yang pernyataan Soewondo (2010) bahwa
menyebabkan terjadinya penurunan penderita Diabetes Mellitus yang tidak
kemampuan sel beta pankreas dalam melakukan aktivitas fisik dengan tidak
memproduksi insulin yang dapat bekerja menyebabkan jumlah timbunan
menyebabkan kadar glukosa darah akan lemak dalam tubuh tidak akan berkurang
meningkat. karena lemak dapat memblokir kerja
Jenis kelamin menjadi salah satu insulin sehingga glukosa tidak dapat
faktor lain yang dapat mempengaruhi diangkut ke dalam sel dan terjadi
peningkatan kadar glukosa darah, penumpukan glukosa dalam pembuluh
perbedaan jenis kelamin dapat darah, akhirnya akan terjadi peningkatan
membedakan kadar glukosa darah kadar glukosa darah pada Diabetes
individu. Hasil penelitian ini Melitus tipe II.
memperlihatkan bahwa karakteristik 2. Gambaran Kadar Glukosa Darah
reponden pada kelompok kontrol maupun Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
intervensi sebagian besar berjenis kelamin Sesudah Perlakuan Pada
perempuan. Hal ini disebabkan oleh Kelompok Kontrol Dan Intervensi
penurunan hormon estrogen akibat faktor

Jurnal STIKESMI | 19
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

Hasil penelitian menunjukkan dikarenakan selain dari terapi obat yang


bahwa pada kelompok kontrol diperoleh diberikan akan tetapi pada kelompok
nilai rata-rata kadar glukosa darah yang intervensi diberikan perlakukan relaksasi
didapatkan dari 17 responden pada autogenik. Secara teori relaksasi
pengukuran sesudah (post-test) adalah autogenik merupakan relaksasi yang
sebesar 247,76, sedangkan pada kelompok bersumber dari diri sendiri berupa kata-
intervensi diperoleh nilai rata-rata kadar kata atau kalimat pendek atau pikiran yang
glukosa darah sesudah dilakukan relaksasi biasanya membuat pikiran tenang
autogenik adalah sebesar 264,41. (Greenberg, 2010). Relaksasi autogenik
Penelitian ini menunjukan hasil ini bekerja melalui interaksi respon
pada kelompok kontrol dan kelompok fisiologis dan psikologis. Relaksasi ini
intervensi nilai rata-rata kadar glukosa bekerja dengan menurunkan level hormon
darah mengalami penurunan, akan tetapi kortisol (Kiran et al, 2010). (Kanji, White
penurunan kadar glukosa darah pada & Erns, 2008) menuliskan bahwa
kelompok kontrol tidak begitu signifikan relaksasi autogenik akan memberikan efek
seperti kelompok intervensi. Adanya setelah dilakukan 3 kali dimana setiap
penurunan kadar glukosa darah pada sesinya dilakukan selama 15-20 menit.
kelompok kontrol terjadi karena pada Dimana relaksasi autogenik memberikan
kelompok ini tetap melakukan terapi efek positif jika dilakukan pada klien
pengobatan yang diberikan Puskesmas Diabetes Melitus tipe II.
Cisaat yaitu mengkonsumi Obat Relaksasi autogenik dapat
Hiperglikemia Oral (OHO). Diperkuat menurunkan kadar glukosa darah
dengan teori yang dikemukakan oleh Noer penderita Diabetes Melitus tipe 2,
(1996) dalam Indriyani (2017), sehingga dalam penelitian ini setelah
menyebutkan bahwa pemakaian obat diberikan relaksasi autogenik kadar
hipoglikemia oral dapat menurunkan glukosa darah dapat menurun. Setelah
kadar glukosa darah sewaktu sampai 20% dilakukan relaksasi autogenik tubuh
dan dapat menurunkan kadar glukosa menjadi rileks sehingga insulin mampu
darah puasa mencapai 21%. untuk merangsang pengambilan glukosa
Dalam penelitian ini tejadi oleh jaringan perifer dan insulin yang ada
penurunan kadar glukosa darah yang lebih mampu untuk memasukkan glukosa yang
jauh pada kelompok intervensi ada dalam darah ke dalam sel-sel tubuh
dibandingkan dengan kelompok kontrol, yang memerlukannya, hal ini

Jurnal STIKESMI | 20
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

menyebabkan terjadinya penurunan kadar (Ismarina, 2015). Relaksasi ini pula


glukosa dalam darah dalam tubuh merupakan relaksasi psikofisiologi yang
(Ismarina, 2015). telah terbukti mempengaruhi cara berpikir
3. Pengaruh Relaksasi Autogenik dan proses tubuh sehingga dapat
Terhadap Kadar Glukosa Darah menyeimbangkan kadar glukosa darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam tubuh (Naylor, 2008).
Pada Kelompok Intervensi Pada klien Diabetes Melitus yang
Hasil penelitian menunjukkan melakukan relaksasi autogenik ini akan
terdapat pengaruh relaksasi autogenik mempengaruhi fungsi pulau-pulau
terhadap kadar glukosa darah pada langerhans sehingga dapat mengalirkan
kelompok intervensi. Hal ini didukung hormon-hormonnya dengan baik ke
oleh data yang menunjukan adanya seluruh tubuh dan akan membantu
penurunan nilai pada kadar glukosa darah menurunkan kebutuhan mereka akan
setelah diberikan perlakuan relaksasi terapi insulin (Dinardo, 2009). Dipekuat
autogenik. Selain hal tersebut, hal ini juga oleh penyataan Fitri (2012) pada penderita
didukung dengan adanya data yang Diabetes Mellitus tipe II defisiensi insulin
menunjukan hasil dari post test antara yang terjadi pada penderita Diabetes
kelompok signifikan lebih baik pada Mellitus tipe II umumnya hanya bersifat
kelompok intervensi dengan mean 304,58 relatif. Sehingga sel-sel beta pada
menjadi 264,41. langerhans masih dapat merespon untuk
Secara umum relaksasi autogenik mengkompensasi insulin secara normal.
akan menunjukan hasil yang positif Bown (1997) dalam Snyder &
apabila dilakukan secara rutin, perubahan Lindquist (2011) menyebutkan bahwa
yang terjadi saat relaksasi maupun setelah stresor mengakibatkan ketegangan otot
relaksasi mempengaruhi kerja otot yang mengirimkan stimulus ke otak dan
otonom, relaksassi ini menimbulkan membuat jalur umpan balik. Relaksasi
respon emosi dan efek menenangkan, autogenik akan menghambat jalur tersebut
sehingga secara fisiologi sistem saraf dengan cara mengaktivasi kerja saraf
dominan simpatis menjadi dominan parasimpatis dan memanipulasi
parasimpatis. Sensasi atau perasaan hipotalamus melalui pemusatan pikiran
tenang, ringan dan hangat yang menyebar untuk mempercepat sikap positif sehingga
ke seluruh tubuh merupakan efek yang rangsangan stres terhadap hipotalamus
dapat dirasakan dari relaksasi autogenik berkurang. Temuan penelitian ini sejalan

Jurnal STIKESMI | 21
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

dengan temuan Jablon et al (2011) bahwa melakukan aktifitas fisik selama 30 menit
latihan relaksasi yang dilakukan pada setiap harinya. Menurut Sudoyo (2017)
pasien Diabetes Melitus rawat jalan kegiatan keagamaan seperti sholat, dzikir
memberikan hasil terjadinya penurunan setiap sholat 5 waktu dan membaca al
kadar glukosa darah puasa HbA1C. quran dapat membantu menurunkan kadar
4. Perbedaan Relaksasi Autogenik glukosa darah dengan memberikan efek
terhadap Kadar Glukosa Darah tenang sehingga adanya perubahan implus
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II syaraf untuk menurunkan kadar glukosa
Pada Kelompok Kontrol Dan darah. Ditambah dengan pernyataan
Intervensi Dunning (2009) aktifitas fisik selama 30
Hasil penelitian menunjukan menit setiap hari dapat menunkan kadar
terdapat perbedaan kadar glukosa darah glukosa darah pasien diabetes melitus.
pada pasien diabetes mellitus tipe II pada Pada kelompok intervensi sendiri
kelompok kontrol dan kelompok dilakukan perlakuan berupa relaksasi
intervensi. Hal ini dibuktikan selisih kadar autogenik sehingga tidak heran hasil mean
glukosa darah di kelompok intervensi pada kadar glukosa darah kelompok
(40,17) signifikan lebih turun dari intervensi lebih signifikan mengalami
kelompok kontrol (23,35). penurunan dibanding kelompok kontrol.
Hasil penelitian didukung dengan Menurut Greenberg (2010) bahwa
perlakuan penelitian yang dilakukan pada Relaksasi autogenik dapat membantu
kelompok kontrol dalam penelitian ini keseimbangan dengan memperbaiki
dimana tidak dilakukan perlakuan apapun, keseimbangan antara organ tubuh dan
akan tetapi terjadi penurunan kadar sirkulasi tubuh. Hal ini dicapai dengan
glukosa darah pada kelompok ini karena mengendorkan pembuluh darah sehingga
responden yang pada kelompok kontrol aliran darah ke pankreas akan lancar. Hasil
dalam penelitian ini yang sedang penelitian sesuai dengan penelitian
mangalami pengobatan OHO (Obat McGinnis, et al (2009) terjadi penurunan
Hiperglikemia Oral). Selain itu diperkuat yang signifikan terhadap rata-rata KGD
dengan hasil log-book harian yang di dan HbA1c pada kelompok intervensi jika
observasi oleh peneliti dimana semua dibandingkan dengan kelompok kontrol
responden melakukan sholat, dzikir setiap karena relaksasi autogenik mempengaruhi
sholat 5 waktu dan membaca al quran. hipotalamus untuk menurunkan produksi
Kemudian ditambah dengan responden

Jurnal STIKESMI | 22
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

kortikostreroid sehingga menurunkan B. Saran


aktifitas glukoneogenesis. 1. Puskesmas Cisaat
Diharapkan bagi pemegang
program Penyakit Tidak Menular dan
KESIMPULAN DAN SARAN
Program Prolanis, relaksasi autogenik ini
A. Kesimpulan
dijadikan salah satu bentuk intervensi
Berdasarkan hasil penelitian dan
keperawatan mandiri untuk seorang
pembahasan dapat disimpulkan sebagai
perawat dalam memberikan asuhan
berikut :
keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
1. Gambaran kadar gula darah sebelum
Tipe 2 dan dapat dijadikan salah satu
dilakukan relaksasi autogenik pada
bentuk terapi non farmakologi dalam
kelompok kontrol didapatkan mean
menanggulangi masalah keperawatan di
yaitu 271,11, sedangkan pada
Puskesmas Cisaat.
kelompok intervensi didapatkan
2. Peneliti Selanjutnya
mean yaitu 304,58.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
2. Gambaran kadar gula darah sesudah
sebagai evidence based bagi peneliti
dilakukan relaksasi autogenik pada
selanjutnya untuk mengembangkan
kelompok kontrol didapatkan mean
penelitian lebih lanjut sehingga
yaitu 247,76, sedangkan pada
didapatkan suatu tren perubahan. Selain
kelompok intervensi didapatkan
itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat
mean yaitu 264,41.
lebih berfokus terhadap masalah-masalah
3. Terdapat pengaruh relaksasi
lain yang dapat muncul pada penderita
autogenik terhadap kadar glukosa
diabetes melitus yang menjalani
darah pada kelompok kontrol dan
pengobatan seperti berfokus pada kualitas
kelompok intervensi di wilayah kerja
hidup penderita diabetes melitus tipe 2.
Puskesmas Cisaat Kabupatenn
Kemudian, relaksasi autogenik
Sukabumi.
diharapkan dapat dijadikan alternatif
4. Terdapat perbedaan kadar glukosa
pengobatan non farmakologi penyakit
darah pada pasien diabetes mellitus
lain.
tipe II pada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi di wilayah kerja
DAFTAR PUSTAKA
Puskesmas Cisaat Kabupatenn
Sukabumi. Achike (2010). Attitude ; Diabetic Foot
Care ; Knowledge type 2 Diabetes

Jurnal STIKESMI | 23
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

Melitus. African Journal of Cristine, Wilding, Aileen, & Milne.


Primary Health Care & Family (2013). Cognitive Behavioural
Medicine Vol 2 No. 1. Therapy. Jakarta: Indeks.
Agardh, E., Ahlbom, A., Anderson, T., & Derek, M. I., Rottie, J. V., & Kallo, V.
Efendic, S. (2008). Work Stress (2017, Februari). Hubungan
And Low Sense Of Coherence Is Tingkat Stres dengan Kadar
Associated With Type 2 Diabetes Guladarah Pada Pasien
In Middle-Aged Swedish Women. Diabetes Melitus Tipe II di
Diabetes Care, 124 (1), 13-24. Rumah Sakit Pancaran Kasih
GMIM Manado. e-Journal
American Diabetes Association;. (2017).
Keperawatan (e-Kp), 5(1), 1-6.
Diagnosis And Classification Of
Diabetes Mellitus. Dharma, K. K. (2011). Metodologi
Penelitian Keperawatan
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian
Panduan Melaksanakan Dan
Suatu Pendekatan Praktik.
Menerapkan Hasil Penelitian
Jakarta : Rineka Cipta.
Edisi Revisi. Jakarta: Trans Info
Batubara, J. (2010). Penatalaksanaan Media.
Diabetes Melitus Pada Anak.
Dinardo, M. M. (2009). Mind-Body
Jakarta: FKUI.
Therapies In Diabetes
Boedisantoso, & Subekti. (2009). Management. Diabetes
Komplikasi Akut Diabetes Spectrum, 22(1), 30-30.
Mellitus ; Dalam Soegondo, S.,
Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.
Soewondo, P., & Subekti, I. Ed.
(2017). Laporan Tahunan Dinas
Penatalaksanaan Diabetes
Kesehatan Kabupaten Sukabumi.
Melitus Terpadu . Jakarta: FKUI.
Sukabumi: Dinas Kesehatan
Bowden, A., Lorenc, A., & Robinson, N. Kabupaten Sukabumi.
(2012). Autogenic Training As A
Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. M.
Behavioural Approach To
(2008). Nursing Intervention
Insomnia: A Prospective Cohort
Classification. Nursing, 23-33.
Study. Primary Health Care
Research & Development, 13, Dunning (2009) Care of people with
175–185. diabetes: A manual nursing
practice. Melbourne: Blackwell
Budhiana, J. (2017). Modul Biostatistika
Publishing.
Dan Analisis Data Penelitian.
Sukabumi: Stikes Kota Ernawati. (2013). Penatalaksanaan
Sukabumi. Keperawatan Diabetes Mellitus
Terpadu Dengan Penerapan
Cramer, Lauche, Langhorst, Dobos &
Teori Keperawatan Self Care
Paul. (2013). Characteristic Of
Orem. Jakarta: Mitra Wacana
Patients With Internal Diseases
Media.
Who Use Relaxation Tecniques.
Complementary Therapies Fitri (2012) Senam Kaki Diabetes
Inmedicine. Menurunkan Kadar Gula Darah

Jurnal STIKESMI | 24
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Journal Of Advanced Nursing,


Gresik : Universitas Gresik, 56(6), 729-735.
Fox, C., & Kilvert, A. (2014). Bersahabat Kariadi, S. H. (2009). Diabetes? Siapa
Dengan Diabetes Tipe 2. Depok: Takut: Panduan Lengkap Untuk
Penebar Plus. Diabetesi, Keluarganya, dan
Professional Medis. Bandung:
Greenberg, J. S. (2010). Comprehensive
PT. Mizan Pustaka.
Stress Management (7th Ed).
New York: The Mcgraw-Hill Kee. (2010). Pedoman Pemeriksaan
Companies. Laboratorium dan Diagnostik.
Jakarta: EGC.
Guilliams, Thomas, & Edwards, L.
(2015). Chronic Stress And The Kemenkes, RI. (2016). Rencana Strategis
Hpa Axist. The Standard, 9(2), 1- Kementrian Kesehatan Tahun
11. 2015-2019. Jakarta: Kemenkes,
RI.
Hidayat, A. A. (2012). Metode penelitian
keperawatan dan teknis analisis Kiran et al, 2010. The Textbook of
data. Jakarta: Salemba Medika. children’s and young people’s
nursing (2nd ed). Victoria:
Indriyani, Puji.(2017) Pengaruh Latihan
Blackwell.
Fisik Senam Aerobic Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Levitt, N. S. (2008). Diabetes In Africa:
Pada Penderita DM Tipe 2 Di Epidemiology, Management And
Wilayah Puskesmas Bukateja Healthcare Challenges. Heart,
Purbalingga. Banyumas : Akper 94, 1376-1382.
Yakpermas
Limbong, M. (2014). Pengaruh Relaksasi
Ismarina, (2015). Pengaruh Senam Sehat Autogenik Terhadap Kadar Gula
Diabetes Melitus Terhadap Profil Darah Pada Pasien Diabetes
Lipid Klien Diabetes Melitus Melitus Type 2. Jurnal Skolastik
Tipe 2 Di Wilayah Kerja Keperawatan, 1-15.
Puskesmas Patrang Kabupaten
Lorentz, M. (2009). Stress And
Jember. Jember : Universitas
Psychoneuroimmunology
Jember
Revisited: Using Mind Body
Jablon SL, Naliboff BD, Gilmore SL, Intervention To Reduce Stress.
Rosenthal MJ. (2011): Effects of Journal Of Nursing, 11, 1-11.
relaxation training on glucose
Lusiana (2017). Pengaruh senam kaki
tolerance and diabetic control in
terhadap kadar gula darah
type II diabetes. Appl
lansia penderita diabetes
Psychophysiol Biofeedback, 22,
mellitus tipe 2.
155-169.McGinnis, et al (2009)
Nathan, D. M., & Delahanty, L. M. (2010).
Kanji N, White, A., & Ernste. (2014).
Menaklukkan Diabetes. PT.
Autogenic Training To Reduce
Bhuana.
Anxiety In Nursing Students:
Randomized Controlled Trial. Naylor, 2008. Teori-Teori Psikologi.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Jurnal STIKESMI | 25
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Riskesdas. (2014). Pokok-Pokok


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Riskesdas Indonesia Tahun 2013.
Rineka Cipta. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan
Nursalam. (2013). Konsep Dan
Kemenkes RI.
Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Riyadi, S., & Sukarmin. (2008). Asuhan
Jakarta: Salemba Medika. keperawatan pada pasien
dengan gangguan eksokrin dan
Perkeni. (2015). Konsensus Nasional
endokrin pada pankreas.
Pengelolaan Diabetes Melitus
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tipe 2. Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Saunders, S. (2009). Autogenic Therapy :
Short Term Therapy For Long
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Buku
Term Gain. British Autogenic
Ajar Fundamental Keperawatan
Society.
Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4, Volume 1, Alih Bahasa. Setyawati, A. (2010). Pengaruh Relaksasi
Jakarta: EGC. Autogenik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Dan Penurunan
Prato, C. A., & Yucha., C. B. (2013).
Kadar Gula Darah Pada Klien
Biofeedback-Assisted Relaxation
DM Tipe 2 dengan Hipertensi Di
Training to Decrease Test
Irna Rumah Sakit Di Yogyakarta
Anxiety In Nursing Students.
Dan Jawa Tengah. Tesis, UI,
Nursing Education Perspective,
Fakultas Keperawatan.
34(2), 132-143.
Sherwood, (2011). Effect of autogenic
Priyanto, S. Pengaruh Senam Kaki
training on drug consumption in
Terhadap Sensitivitas Kaki Dan
patients with primary headache:
Kadar Gula Darah Pada Agregat
An 8-Month Follow-up Study.
Lansia Diabetes Melitus Di
Headache, 43, 251-257.
Magelang. Depok : Universitas
Indonesia, 2012. Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia:
Dari Sel Ke Sistem (Edisi 6).
Rachmawati, O. (2010). Hubungan
Jakarta: EGC.
Latihan Jasmani Terhadap
Kadar Glukosa Darah Penderita Shinozaki, M., Kanazawa, M., Kano, M.,
Diabetes Melitus Tipe 2. Endo, Y., Nakaya, N., Hongo, M.,
Universitas Sebelas Maret, et al. (2010). Effect Of Autogenic
Surakarta. Training On General
Improvement In Patients With
Ring-Dimitriou, S., Steinbacher, P., Von
Irritable Bowel Syndrome: A
Duvillard, S., Kaessmann, H.,
Randomized Controlled Trial.
Müller, E., & Sänger, A. M.
Appl Psychophysiol
(2010). Exercise Modality And
Biofeedback, 189-198.
Physical Witness In
Perimenopausal Women. Eur J Siebern, A. T., Suh, S., & Nowakowsk, S.
Appl Physiol, 105, 739–747. (2012). Non farmakological

Jurnal STIKESMI | 26
Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe
II di Wilayah Kerja Puskesmas Cisaat Kabupaten Sukabumi || Fera Melinda, Rosliana Dewi

treatment. Neurotherapeutics, Sudoyo (2017) Kecenderungan


9(4), 717-727. peningkatan jumlah penyandang
diabetes ( hal. 3-10). Jakarta:
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013).
FKUI.
Textbook of Medical-surgical
Nursing. Lippincott Williams & Sugiyono. (2015). Metode Penelitian
Wilkins. Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Snyder & Lindquist (2011).
Complementary/alternative Taylor (2008). Patofisiologi konsep klinis
therapies in nursing (4th ed). proses penyakit, Edisi 6, Jakarta:
New York: Springer Publishing EGC.
Company.
Wahyuningsih, A. S. (2016). Cognitive
Soegondo, Sidartawan, Pradana, S., & Behaviour Therapy Insomnia
Imam Subek. (2009). (Cbt-I) Terhadap Insomnia Dan
Penatalaksanaan Diabetes Kadar Gula Darah Pada Pasien
Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Diabetes Melitus Di Puskesmas
FKUI. Balowerti Kediri. Tesis, UMY,
Magester Keperawatan.
Soekardji, 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 3, Edisi 4. Jakarta : Waspadji, S. (2007). Hidup sehat dengan
Departemen Ilmu Penyakit FKUI. diabetes. Jakarta: Balai Penertbit
FKUI.
Soewondo, P., & Subekti, I. Ed. (2010). I.
Edisi Penatalaksanaan diabetes WHO. 2016. Global Report On Diabetes.
melitus terpadu ( hal. 151-160).
Jakarta : FKUI

Jurnal STIKESMI | 27
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
PADA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA TITISAN
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKALARANG
KABUPATEN SUKABUMI

Enung Tati Amalia¹


¹Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Sukabumi.
Email : enung.ta@gmail.com

ABSTRAK

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi Cakupan ASI
eksklusif di Kabupaten Sukabumi pada tahun 2016 hanya tercapai sebesar 58,7% yang
menunjukan bahwa program pemberian ASI eksklusif belum sepenuhnya mencapai target.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI Eksklusif.
Jenis penelitian asosiatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi. Sampel
penelitian sebanyak 32 orang dengan menggunakan total sampling. Analisa Data yang
digunakan adalah Uji Chi Square dan Regresi Logistik Biner.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pendidikan ibu rendah (59,4%).
Sebagian besar motivasi ibu adalah rendah (59,4%). Sebagian besar sikap ibu tidak
mendukung (56,2%). Sebagian besar dukungan suami adalah mendukung (65,6%).
Sebagian besar status pekerjaan ibu adalah bekerja (53,1%). Sebagian besar pelaksanaan
IMD adalah melaksanakan IMD (71,9%). Sebagian besar ibu tidak memberikan ASI secara
eksklusif (59,4%).
Kesimpulan dari penelitian ini ada pengaruh motivasi, sikap dan status pekerjaan ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif. Dan tidak terdapat pengaruh pendidikan, dukungan
suami, pendapatan keluarga dan pelaksanaan IMD terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan evaluasi bagi Puskesmas
Sukalarang untuk meningkatkan program ASI eksklusif melalui pendidikan kesehatan.

Kata Kunci : ASI Eksklusif, Pendidikan, Sikap, Motivasi, Dukungan Suami, Pendapatan
Keluarga, Status Pekerjaan Ibu dan Pelaksanaan IMD

PENDAHULUAN Indonesia No 33 Tahun 2012 ASI


Air Susu Ibu (ASI) merupakan Eksklusif adalah ASI yang diberikan
makanan ideal bagi bayi baru lahir yang kepada bayi sejak dilahirkan selama 6
memberikan semua kebutuhan gizi yang (enam) bulan, tanpa menambahkan
diperlukan bagi bayi untuk tumbuh dan dan/atau mengganti dengan makanan atau
berkembang dengan sehat. Sedangkan minuman lain.
menurut Peraturan Pemerintah Republik

Jurnal STIKESMI | 28
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
Manfaat pemberian ASI eksklusif generasi penerus bangsa yang sehat dan
sangat luas dan beragam baik bagi bayi cerdas.
maupun ibu dan keluarga. Damayanti Namun pada kenyataannya,
(2010) bahwa ASI mengandung lebih dari pemberian ASI eksklusif ini masih jauh
100 jenis zat gizi yang tidak bisa disamai dari target pencapaian nasional yakni
oleh susu jenis apapun dan yang paling sebesar 80%. Berdasarkan data yang
sempurna untuk proses tumbuh kembang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi
bayi. (Pusdatin), cakupan pemberian ASI
Ditinjau dari sudut manfaatnya, ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2014
banyak memberikan kontribusi yang baik hanya tercapai 54,3%. Upaya pemberian
terhadap bayi maupun ibu dan keluarga. ASI eksklusif pada ibu yang memiliki bayi
Sangat disayangkan jika bayi tidak di Jawa Barat pun terlihat masih belum
mendapatkan ASI eksklusif, sebab hal optimal yang hanya tercapai 42,35% dari
tersebut dapat berdampak kurang baik target 80%.
terhadap bayi. Adapun dampak yang Kabupaten Sukabumi merupakan
terjadi pada bayi yang tidak mendapat ASI salahsatu daerah tingkat II yang berada di
eksklusif adalah akan memiliki resiko Provinsi Jawa Barat yang juga memiliki
kematian karena diare 3,94 kali lebih besar program ASI eksklusif. Target capaian
dibandingkan bayi yang mendapat ASI ASI Eksklusif di Kabupaten Sukabumi
eksklusif (Kemenkes RI, 2010). adalah 80%. Menurut data yang diperoleh
Dengan mempertimbangkan dari laporan bulanan program gizi
keunggulan ASI, pemerintah Indonesia Akumulasi Dinas Kesehatan Kabupaten
merekomendasikan pola pemberian Sukabumi tahun 2016 Cakupan ASI
makan terbaik bagi bayi adalah ASI eksklusif di Kabupaten Sukabumi pada
eksklusif selama 6 bulan yang tertuang tahun 2016 hanya tercapai sebesar 58,7%.
dalam Peraturan Pemerintah Republik Dari data tersebut menunjukan bahwa
Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang program pemberian ASI eksklusif di
pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Kabupaten Sukabumi belum sepenuhnya
Indonesia. Hal ini merupakan wujud mencapai target.
perhatian pemerintah yang menunjukan Banyak faktor yang dapat
bahwa pemberian ASI eksklusif sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI
penting untuk dilaksanakan oleh seluruh Eksklusif. Salah satu faktor tersebut
ibu yang memiliki bayi demi terciptanya adalah status ibu yang bekerja (Damayanti
2010). Menurut Woffman dalam
Jurnal STIKESMI | 29
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
Wahyuningtyas (2011), ibu bekerja pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi
merupakan kaum wanita yang bekerja di oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.
luar rumah dan mereka sudah berkeluarga. Pemberian ASI eksklusif juga
Alasan utama dari ibu yang memutuskan dipengaruhi oleh pendidikan ibu. Menurut
untuk bekerja adalah menambah Haryono dan Setianingsih (2014)
penghasilan keluarga dan untuk pendidikan merupakan salah satu faktor
mempunyai penhasilan sendiri. pemudah dalam upaya peningkatan
Motivasi merupakan faktor yang perilaku pemberian ASI Eksklusif.
berpengaruh dalam pemberian ASI Dengan pendidikan yang tinggi akan lebih
Eksklusif. Poerwodarminto (2006) mudah menerima suatu ide baru dalam hal
menyebutkan bahwa motivasi adalah pemberian ASI Eksklusif.
kecenderungan yang timbul pada diri Pendapatan Keluarga juga turut
seseorang secara sadar maupun tidak mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
sadar melakukan tindakan dengan tujuan Pendapatan keluarga menurut Seulze
tertentu atau usaha-usaha yang dalam Wahini (2007) adalah pendapatan
menyebabkan seseorang atau kelompok total yang diterima setiap rumah tangga
orang tergerak melakukan sesuatu karena dari beberapa sumber setelah dikurangi
ingin mencapai tujuan yang di kehendaki. pajak. Menurut Purnamawati dalam
Sikap merupakan salah satu yang Nuswantari (2007) menyatakan bahwa
berpengaruh dan sangat berperan dalam adanya hubungan antara pemberian ASI
terjadinya perilaku kesehatan pada dengan status ekonomi ibu (pendapatan
masyarakat. Ibu yang memilki sikap keluarga) dimana ibu yang memiliki sosial
mendukung terhadap pemberian ASI ekonomi yang rendah mempunyai peluang
Eksklusif maka akan memberikan ASI 4,6 kali untuk memberikan ASI
Eksklusif, karena sikap yang mendukung dibandingkan ibu dengan sosial ekonomi
akan selalu diikuti perilaku yang yang tinggi.
mendukung. Faktor yang selanjutnya adalah
Dukungan suami pun menjadi faktor pelaksanaan IMD. Menurut Maryunani
yang berpengaruh terhadap pemberian (2012) IMD adalah proses bayi menyusu
ASI Eksklusif. Roesli (2011) menyatakan segera setelah dilahirkan, dimana bayi
bahwa suami dapat berperan aktif dalam dibiarkan mencari puting susu ibunya
keberhasilan ASI eksklusif karena suami sendiri. Inisiasi menyusu dini akan sangat
akan turut menentukan kelancaran refleks membantu dalam keberlangsungan
pemberian
Jurnal STIKESMI | 30
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
Usia Persentasi
No Frekuensi
(Tahun) (%)
METODE PENELITIAN
1 < 20 3 9,4
Desain penelitian asosiatif dengan 2 21-35 19 59,4
3 >35 10 31,2
pendekatan cross sectional. Penelitian
Total 32 100
dilaksanakan di Desa Titisan Wilayah
Berdasakan tabel 4.2
Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten
menunjukkan bahwa sebagian besar
Sukabumi bulan Agustus 2017 sampai
responden di desa Titisan dalam rentang
dengan bulan September 2018. Populasi
usia 21-35 tahun yaitu sebanyak 19
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
orang atau sebesar 59,4%.
yang memiliki bayi usia 6-12 bulan
b. Gambaran Variabel Penelitian
dengan sampel sebanyak 32 orang.
Tabel 3 Gambaran Variabel
Instrumen penelitian menggunakan Penelitian
Kuesioner dan uji statistik menggunakan Variabel F
(%)
chi square dan regresi logistik biner. Rendah 19 59,4
Pendidikan
Tinggi 13 40,6
HASIL DAN PEMBAHASAN Total 32 100
Motivasi Rendah 19 59,4
A. Hasil Penelitian Tinggi 13 40,6
1. Analisa Univariat Total 32 100
a. Gambaran Karakteristik Mendukung 18 56,2
Sikap
Responden Tidak 14 43,8
Total 32 100
Tabel 1 Gambaran Karakteristik
Dukungan Mendukung 11 34.4
Responden berdasarkan
Suami Tidak 21 65.6
Paritas
Total 32 100
Persentasi
No Paritas Frekuensi Pendapatan Rendah 12 37.5
(%)
1 1 11 34,4 Keluarga Tinggi 20 62.5
2 2–3 13 40,6 Total 32 100
3 >3 8 25,0 Status Tidak 15 46.9
Total 32 100 Pekerjaan Bekerja 17 53.1
Berdasakan tabel 4.1 Ibu
Total 32 100
menunjukkan bahwa sebagian besar Pelaksanaan Tidak 9 28.1
memiliki 2-3 anak yaitu sebanyak 13 IMD Melaksanakan 23 71.9
Total 32 100
orang atau sebesar 40,6%. Pemberian Tidak 19 59.4
ASI Eksklusif Ya 13 40.6
Total 32 100

Tabel 2 Gambaran Karakteristik 2. Analisa Bivariat


Responden berdasarkan
Usia Ibu

Jurnal STIKESMI | 31
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
Tabel 4 Hasil Uji Chi Square 1) Pemodelan Pertama
Variabel Bebas dan Tak
Bebas
p Tabel 6 Pemodelan Pertama Faktor-Faktor
Variabel OR
value yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Pendidikan 0,837 0,8 Eksklusif
Motivasi 0,046 4,4 No Variabel p- OR 95% CI
Sikap 0,000 29,3 value Lower Upper
Dukungan Suami 0,061 4,9
Pendapatan Keluarga 0,515 1,6 1 Motivasi 0.960 1.062 .103 10.977
Status Pekerjaan Ibu 0,000 0,04 2 Sikap 0.019 14.801 1.549 141.410
Pelaksanaan IMD 0,783 0,8 3 Status 0.048 0.107 0.012 0.983
Pekerjaan
Constanta 0.469 0.479
3. Analisa Multivariat
a. Variabel yang Diikutsertakan ke Berdasarkan Tabel 6, maka sesuai

dalam Model Awal Analisis dengan uji Wald maka variabel yang

Multivariat masuk ke dalam model regresi logistik

Tabel 5 Variabel yang adalah variabel motivasi, sikap, dan status


diikutsertakan ke dalam pekerjaan. Kemudian dilakukan analisis
model awal analisis
regresi logistik kembali dengan
p-
No. Variabel mengeluarkan variabel dengan hasil p-
value
1 Pendidikan 0,837 value terbesar yaitu motivasi. Hasil
2 Motivasi 0,046 berikutnya dapat dilihat pada pemodelan
3 Sikap 0,000
4 Dukungan Suami 0,061 yang kedua.
5 Pendapatan Keluarga 0,515 2) Pemodelan kedua
6 Status Pekerjaan 0,000
7 Pelaksanaan IMD 0,783 Tabel 7 Pemodelan Kedua Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif
Berdasarkan Tabel 5, maka variabel
95% CI
p-
yang mempunyai p-value < 0.05 adalah No Variabel OR Lower Upper
value
variabel motivasi, sikap dan status 1 Sikap 0.012 15.092 1.794 126.956
pekerjaan. Status
2 0.041 0.106 0.012 0.912
Pekerjaan
Constanta 0.443 0.489

Berdasarkan tabel 7, maka sesuai


dengan uji Wald maka variabel yang
masuk ke dalam model regresi logistik
adalah tetap variabel sikap dan status

b. Penentuan Variabel pekerjaan. Dengan demikian variabel

Jurnal STIKESMI | 32
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
motivasi tetap dikeluarkan dari model, dibandingkan dengan responden yang
sehingga proses pemodelan telah selesai. berpendidikan tinggi.
Maka hasil akhir model yang Hasil penelitian ini sesuai dengan
dihasilkan terlihat bahwa variabel yang penelitian Oselaguri (2012) menunjukkan
paling dominan terhadap pemberian ASI bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
Eksklusif adalah variabel sikap. Dari hasil pendidikan dengan pemberian ASI
analisis didapatkan variabel sikap Odds Eksklusif. Hal tersebut dapat dipengaruhi
Ratio adalah 15,092 artinya responden faktor budaya dan kebiasaan masyarakat
yang memiliki sikap tidak mendukung yang beranggapan ASI tidak mencukupi
mempunyai kemungkinan tidak kebutuhan bayi, sehingga perlu diberikan
memberikan ASI eksklusif sebesar 15,092 tambahan makanan. Hasil penelitian yang
kali dibandingkan dengan responden yang dilakukan Kusumayanti dan Nindya
memiliki sikap tidak mendukung, setelah (2017) menunjukkan tidak ada hubungan
dikontrol variabel status pekerjaan. antara pendidikan dengan pemberian ASI
Pada variabel status pekerjaan ibu eksklusif dengan nilai p= 0,581.
Odds Ratio adalah sebesar 0,106 artinya Hasil studi kualitatif tentang praktek
responden yang bekerja mempunyai keberhasilan dan kegagalan ASI eksklusif
kemungkinan tidak memberikan ASI di Jakarta tahun 2009 dalam Wulansari
eksklusif sebesar 0,106 kali dibandingkan (2014) menunjukkan bahwa dengan
dengan responden yang tidak bekerja. gencarnya kampanye susu formula oleh
perusahaan susu bayi, yang sering menjadi
B. Pembahasan korban adalah ibu dengan pendidikan
1. Pengaruh Pendidikan Ibu terhadap rendah.
Pemberian ASI Eksklusif 2. Pengaruh Motivasi Ibu terhadap
Berdasarkan hasil uji statistic Chi Pemberian ASI Eksklusif
Square menunjukkan pvalue sebesar Berdasarkan hasil uji statistic Chi
0,837 (pvalue > 0,05) yang berarti tidak Square menunjukkan pvalue sebesar
ada pengaruh Pendidikan Ibu terhadap 0,046 (pvalue < 0,05) yang berarti ada
Pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan OR pengaruh motivasi Ibu terhadap
yang diperoleh sebesar 0,8 artinya Pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan OR
responden yang berpendidikan rendah yang diperoleh sebesar 4,4 artinya
mempunyai kemungkinan tidak responden yang memiliki motivasi rendah
memberikan ASI eksklusif sebesar 0,8 kali mempunyai kemungkinan tidak

Jurnal STIKESMI | 33
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
memberikan ASI eksklusif sebesar 4,4 kali sehungga terdapat hubungan antara
dibandingkan dengan responden yang motivasi dengan Perilaku ibu dalam
memiliki motivasi tinggi. pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
Keyakinan diri yang baik dari Kerja Puskesmas Gamping II Yogyakarta.
seorang ibu untuk dapat memproduksi 3. Pengaruh Sikap Ibu terhadap
ASI yang cukup sehingga mampu Pemberian ASI Eksklusif
mencukupi kebutuhan bayinya akan Berdasarkan hasil uji statistic Chi
menjadi dasar penting bagi keberhasilan Square menunjukkan pvalue sebesar
ibu dalam memberikan ASI. Ketika 0,000 (pvalue < 0,05) yang berarti ada
seorang ibu memiliki motivasi yang kuat pengaruh sikap Ibu terhadap Pemberian
atau dorongan dalam dirinya, maka ibu ASI Eksklusif. Sedangkan OR yang
akan mempunyai kemampuan yang baik diperoleh sebesar 29,3 artinya responden
dalam memberikan ASI (Lestari, 2012). yang memiliki sikap mendukung
Sebaliknya jika motivasi ibu rendah, maka mempunyai kemungkinan memberikan
ibu tidak akan mempunyai kemampuan ASI eksklusif sebesar 29,3 kali
yang baik dalam memberikan ASI. Hasil dibandingkan dengan responden yang
ini juga sesuai dengan hasil penelitian memiliki sikap tidak mendukung.
Man Ku dan Chow pada (2010) di Sikap merupakan salah satu yang
Hongkong, bahwa keyakinan atau berpengaruh dan sangat berperan dalam
motivasi ibu adalah faktor yang terjadinya perilaku kesehatan pada
berpengaruh dalam praktek pemberian masyarakat. Jika reaksi atau respon
ASI. Ibu yang memiliki tingkat motivasi positif maka perilaku cenderung positif,
yang baik atau tinggi akan lebih mampu dan jika respon negatif maka perilaku
memberikan ASI, dibandingkan ibu cenderung negatif juga. Ibu yang memilki
dengan motivasi yang rendah. Hasil sikap mendukung terhadap pemberian
penelitian tersebut sesuai dengan ASI Eksklusif maka akan memberikan
penelitian ini, bahwa sebagian besar ibu ASI Eksklusif, karena sikap yang
memiliki motivasi rendah tidak mendukung akan selalu diikuti perilaku
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. yang mendukung. Penelitian yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan dilakukan Wowor (2013) menunjukkan
penelitian Aprihastiwi dan Sarwinanti terdapat hubungan sikap dengan
(2015) yang menunjukkan hasil uji pemberian ASI didapatkan hasil p = 0,036
statistik Kendall Tau didapatkan nilai
p=0,001 dengan nilai signifikan p<0,05
Jurnal STIKESMI | 34
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
< 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan Keluarga, khususnya suami sebagai
antara sikap dengan pemberian ASI. tempat yang aman dan damai untuk
Sikap merupakan modal untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
perilaku. Sikap mempunyai segi motivasi penguasaan terhadap emosi. Menurut
dan segi-segi perasaan yang mendorong Dykes dalam Zakiyah (2012) ibu
untuk bertindak. Sikap ibu dalam membutuhkan dukungan dan bantuan dari
pemberian ASI Eksklusif (Widiastuti, suami. Dukungan ini akan efektif jika
2013). Menurut Azwar dalam Yuliarwati terjadi hubungan saling mendukung antara
(2008) menyebutkan sikap dapat ibu dan suami. Menurut Roesli (2010) dari
diperoleh melalui pengalaman akan semua dukungan terhadap ibu menyusui,
menimbulkan pengaruh langsung dukungan suami merupakan dukungan
terhadap perilaku. Pengaruh langsung yang paling berarti bagi ibu. Keterlibatan
tersebut lebih berupa perilaku yang akan dan dukungan suami sangat dibutuhkan
direalisasikan hanya apabila kondisi dan untuk memotivasi ibu dalam memberikan
situasi memungkinkan. Dalam interaksi ASI Eksklusif kepada bayinya. Ibu
ini individu membentuk pola sikap cenderung ingin menyusui dan merasa
tertentu terhadap objek psikologis yang percaya diri jika mendapat dukungan dari
yang dihadapinya. suami.
Dalam penelitian ini, berdasarkan
4. Pengaruh Dukungan Suami
hasil uji statistik didapatkan tidak ada
terhadap Pemberian ASI Eksklusif
pengaruh dukungan suami terhadap
Berdasarkan hasil uji statistic Chi
pemberian ASI Eksklusif di Desa Titisan.
Square menunjukkan pvalue sebesar
Hal tersebut sesuai dengan fakta di
0,061 (pvalue > 0,05) yang berarti tidak
lapangan, bahwa sebagian besar dukungan
ada pengaruh dukungan suami terhadap
suami adalah mendukung, akan tetapi
Pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan OR
masih banyak ibu yang tidak memberikan
yang diperoleh sebesar 4,950 artinya
ASI Eksklusif pada bayinya. Secara teori
responden yang memiliki dukungan suami
jika dukungan suami sudah mendukung
tidak mendukung mempunyai
maka seharusnya ibu memberikan ASI
kemungkinan tidak memberikan ASI
Eksklusif. Hal tersebut didukung oleh
eksklusif sebesar 4,950 kali dibandingkan
penelitian Dykes dalam Zakiyah (2012)
dengan responden yang memiliki
yang menyatakan bahwa dukungan
dukungan suami yang tidak mendukung.
keluarga yang baik berpengaruh positif
terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Jurnal STIKESMI | 35
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
Hasil penelitian yang dilakukan ekonomi dapat dilihat dari pendapatan
Kusumayanti dan Nindya (2017) uji yang disesuaikan dengan harga barang
korelasi spearman menunjukkan tidak pokok. Pendapat tersebut apabila
terdapat hubungan yang signifikan antara dikaitkan dengan status ekonomi orangtua
dukungan dengan pemberian ASI adalah bahwa status ekonomi orangtua
eksklusif dengan pvalue sebesar 0,058. yang rendah mendorong ibu untuk bekerja
5. Pengaruh Pendapatan Keluarga diluar rumah guna membantu memenuhi
terhadap Pemberian ASI Eksklusif kebutuhan keluarga, sehingga ibu
Berdasarkan hasil uji statistic Chi cenderung tidak mempunyai waktu yang
Square menunjukkan pvalue sebesar cukup untuk memberikan ASI secara
0,515 (pvalue > 0,05) yang berarti tidak eksklusif kepada anaknya
ada pengaruh pendapatan keluarga Dalam penelitian ini, sebagian besar
terhadap Pemberian ASI Eksklusif. responden memiliki pendapatan keluarga
Sedangkan OR yang diperoleh sebesar yang tinggi sebesar 62,5%. Hal tersebut
1,636 artinya responden yang memiliki dipengaruhi oleh faktor ibu yang bekerja
pendapatan keluarga rendah mempunyai membantu suami untuk mencari nafkah.
kemungkinan tidak memberikan ASI Sehingga pendapatan keluarga sebagian
eksklusif sebesar 1,636 kali dibandingkan besar responden adalah tinggi namun
dengan responden yang memiliki masih banyak ibu yang tidak memberikan
pendapatan keluarga tinggi. ASI Eksklusif. Dalam penelitian ini
Pendapatan keluarga merupakan dinyatakan tidak terdapat pengaruh
salah satu faktor pendukung dalam pendapatan keluarga terhadap pemberian
pemberian ASI Eksklusif. Pendapatan ASI Eksklusif. Masih banyaknya ibu yang
keluarga yang tinggi akan mempengaruhi tidak memberikan ASI secara eksklusif
tingkat konsumsi keluarga sehingga bukan hanya dipengaruhi oleh pendapatan
menjamin ketersediaan asupan gizi yang saja, akan tetapi dapat juga dipengaruhi
baik bagi ibu setelah melahirkan sehingga faktor lain seperti kesibukan ibu dalam
bisa menyusui bayi mereka (Haryono dan melakukan pekerjaanya, sistem dukungan,
Setianingsih, 2014). promosi susu formula dan makanan
Menurut Kartono dalam Fatmawati tambahan (Roesli, 2010).
(2013), status ekonomi adalah kedudukan Penelitian ini sejalan dengan
seseorang atau keluarga di masyarakat penelitian yang dilakukan Wulansari dan
berdasarkan pendapatan per bulan. Status Pramono (2013) menunjukkan sebagian

Jurnal STIKESMI | 36
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
besar responden mempunyai penghasilan dalam Zakiyah, 2012). Secara teori
tinggi lebih dari 4 juta rupiah per bulan. Khomsan dalam Zakiyah (2012)
Dari analisa, didapatkan nilai p = 0,706, menyatakan bahwa kesibukan akibat
yang lebih besar dari α = 0,05 sehingga bekerja diluar rumah menghambat ibu
tidak didapatkan hubungan bermakna untuk menyusui anaknya dengan baik.
antara pendapatan rumah tangga dengan Sedangkan Azwar (2009) menyebutkan
pemberian ASI eksklusif pada responden. bahwa terbatasnya waktu cuti hamil dan
melahirkan bagi ibu-ibu pekerja
6. Pengaruh Status Pekerjaan Ibu
menyebabkan masa pemberian ASI
terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Eksklusif tidak dapat berlangsung lama
Berdasarkan hasil uji statistic Chi
karena harus kembali bekerja. Hal tersebut
Square menunjukkan pvalue sebesar
yang menghambat upaya untuk
0,000 (pvalue < 0,05) yang berarti ada
memberikan ASI Eksklusif.
pengaruh status pekerjaan ibu terhadap
Menurut Ekiawati (2010) ibu yang
Pemberian ASI Eksklusif.
bekerja memiliki waktu terbatas untuk
Dalam penelitian ini pekerjaan
menyusui bayinya, selain itu tenaga yang
berhubungan dengan pemberian ASI
terkuras selama bekerja biasanya
Eksklusif dimana ibu yang tidak bekerja
menjadikan ibu terlalu letih untuk
berpeluang memberikan ASI Eksklusif
menyusui bayinya. Sedangkan Indrawati
sebesar 0,04 kali dibandingkan dengan
(2012) menyebutkan bekerja menuntut ibu
responden yang tidak bekerja. Hasil
untuk meninggalkan bayinya pada usia
penelitian menunjukkan bahwa responden
dini dalam jangka waktu yang cukup lama
yang tidak bekerja sebagian besar
setiap harinya, lama waktu pisah dengan
memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak
bayi memiliki pengaruh negatif terhadap
12 responden (70,6%). Adapun responden
kelangsungan pemberian ASI. Kenaikan
yang bekerja sebagian besar tidak
tingkat partisipasi wanita dalam angkatan
memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak
kerja serta cuti yang kurang memadai bagi
14 responden (93,3%).
para ibu yang bekerja menyebabkan
Bagi ibu yang bekerja, dunia kerja
turunnya kesediaan menyusui dan
akan mengubah peran ibu dalam
lamanya menyusui
mengasuh anak. Sedikitnya lama cuti
Sebenarnya apabila ibu bekerja
pasca melahirkan dan jam kerja yang
masih bisa memberikan ASI eksklusif
panjang menjadi faktor beralihnya ibu ke
pada bayinya dengan cara memompa atau
susu formula dan menyapih anak (Andini
dengan memerah ASI, lalu kemudian
Jurnal STIKESMI | 37
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
disimpan dan diberikan pada bayinya Berdasarkan hasil uji statistic Chi
nanti. Ketersediaan ruang ASI di tempat Square menunjukkan pvalue sebesar
kerja ibu berpengaruh terhadap pemberian 0,783 (pvalue > 0,05) yang berarti tidak
ASI eksklusif pada ibu bekerja. Apabila ada pengaruh pelaksanaan IMD terhadap
tidak tersedia ruang menyusui di tempat Pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan OR
ibu bekerja, maka akan membuat ibu yang diperoleh sebesar 0,8 artinya
mengalami kesulitan dalam menemukan responden yang melaksanakan IMD
tempat yang nyaman untuk memerah ASI. mempunyai kemungkinan memberikan
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah ( PP ASI eksklusif sebesar 0,804 kali
) nomor 33/ 2012 pasal 30 yaitu ketentuan dibandingkan dengan responden yang
mengenai dukungan program ASI tidak melaksanakan IMD.
eksklusif di tempat kerja dimana terdapat Bayi yang diberi kesempatan
fasilitas khusus untuk menyusui dan menyusu dini lebih berhasil menyusui
memarah ASI sesuai dengan kondisi eksklusif dan akan lebih lama disusui
kemampuan perusahaan. Karena dengan (Roesli, 2010). Isapan bayi yang penting
tersedianya ruang menyusui bagi para dalam meningkatkat kadar hormon
pekerja yang memiliki bayi dapat prolaktin, yaitu hormon yang merangsang
membantu pemerintah dalam mendukung kelenjar susu untuk memproduksi ASI.
program ASI Eksklusif Isapan tersebut akan menigkatkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan produksi susu 2 kali lipat (Yuliarti dalam
penelitian yang dilakukan oleh Listaneri Agusvina, 2015). Namun teori tersebut
(2013) di Puskesmas Jetis I Bantul tidak sesuai dalam penelitian ini, dimana
menyatakan adanya hubungan antara sebagian besar ibu melaksanakan IMD
pekerjaan ibu dengan pemberian ASI akan tetapi masih banyak juga ibu yang
Eksklusif. Penelitian ini dilakukan tidak memberikan ASI secara Eksklusif.
terhadap 45 orang ibu yang mempunyai Fakta tersebut sesuai dengan hasil uji
bayi usia 7-11 bulan. Dari hasil penelitian statistik, bahwa tidak terdapat pengaruh
tersebut dapat dilihat bahwa salah satu pelaksanaan IMD terhadap Pemberian
penyebab pencapaian ASI Eksklusif ASI Eksklusif di Desa Titisan.
belum memuaskan adalah karena Hasil penelitian ini sesuai dengan
pekerjaan ibu. penelitian yang dilakukan Agustina
7. Pengaruh Pelaksanaan IMD (2015) yaitu tidak terdapat hubungan
terhadap Pemberian ASI Eksklusif antara IMD terhadap keberhasilan ASI

Jurnal STIKESMI | 38
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
Eksklusif di Posyandu Kelurahan adalah 15,092 artinya responden yang
Cempaka Putih Ciputat Timur dengan p- memiliki sikap tidak mendukung
value 0,102. mempunyai kemungkinan tidak
8. Faktor-faktor yang Paling memberikan ASI eksklusif sebesar 15,092
Mempengaruhi Pemberian ASI kali dibandingkan dengan responden yang
Eksklusif memiliki sikap tidak mendukung, setelah
Hasi penelitian menunjukkan dikontrol variabel status pekerjaan.
bahwa variaebel yang diikutsertakan Sikap merupakan salah satu yang
dalam pemodelan adalah variabel yang berpengaruh dan sangat berperan dalam
mempunyai p-value < 0.05 yaitu variabel terjadinya perilaku kesehatan pada
motivasi, sikap dan status pekerjaan. masyarakat. Jika reaksi atau respon
Setelah dilakukan uji regresi logistik positif maka perilaku cenderung positif,
sesuai dengan uji Wald terdapat variabel dan jika respon negatif maka perilaku
dengan p-value >0,05, yaitu variabel cenderung negatif juga. Ibu yang memilki
motivasi. Sehingga variabel yang masuk sikap mendukung terhadap pemberian
ke dalam model regresi logistik adalah ASI Eksklusif maka akan memberikan
variabel sikap, dan status pekerjaan. ASI Eksklusif, karena sikap yang
Kemudian dilakukan analisis regresi mendukung akan selalu diikuti perilaku
logistik kembali dengan mengeluarkan yang mendukung. Sehingga ibu yang
variabel dengan hasil p-value terbesar. memiliki sikap mendukung akan
Lalu dilakukan pemodelan yang kedua. cenderung memiliki keinginan untuk
Berdasarkan tabel 4.19, maka memberikan ASI Eksklusif. Begitupun
sesuai dengan uji Wald maka variabel sebaliknya, ibu yang memilki sikap tidak
yang masuk ke dalam model regresi mendukung terhadap pemberian ASI
logistik adalah tetap variabel sikap dan Eksklusif maka tidak akan memberikan
status pekerjaan. Dengan demikian ASI Eksklusif.
variabel motivasi tetap dikeluarkan dari
model, sehingga proses pemodelan telah KESIMPULAN
selesai. Maka hasil akhir model yang Dalam penelitian ini dapat di tarik
dihasilkan terlihat bahwa variabel yang kesimpulan sebagai berikut :
paling dominan terhadap pemberian ASI
1. Tidak ada pengaruh Pendidikan Ibu,
Eksklusif adalah variabel sikap. Dari hasil
dukungan suami, pendapatan
analisis didapatkan variabel sikap OR
keluarga dan pelaksanaan IMD

Jurnal STIKESMI | 39
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
terhadap Pemberian ASI Eksklusif Baskoro, A. (2008). ASI: Panduan Praktis
Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu
di Desa Titisan Wilayah Kerja
Medika
Puskesmas Sukalarang.
Damayanti, Diana. (2010). Asyiknya
2. Ada pengaruh Motivasi Ibu, sikap
Minum ASI. Jakarta: PT. Gramedia
ibu dan status pekerjaan ibu Pustaka
terhadap Pemberian ASI Eksklusif
Dewi, Seni Novianti. (2016). hubungan
di Desa Titisan Wilayah Kerja dukungan suami dengan
pemberian ASI eksklusif di Desa
Puskesmas Sukalarang.
Pasir Halang wilayah kerja
3. Variabel sikap merupakan variabel Puskesmas Sukaraja Kabupaten
Sukabumi. Skripsi. Sekolah Tinggi
yang paling dominan berpengaruh
Ilmu Kesehatan Sukabumi.
terhadap pemberian ASI Eksklusif
Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq.
dengan p-value sebesar 0,012
(2009). Kajian Implementasi dan
dengan OR sebesar 15,092. Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif
dan Inisiasi Menyusu Dini Di
Indonesia. Makalah Kesehatan UI,
Vol 14 No 1
DAFTAR PUSTAKA
Hargi, Jayanta Permana. (2013).
Afifah, D.N. (2007). Faktor yang Hubungan Dukungan Suami
Berperan dalam Kegagalan ASI dengan Sikap Ibu dalam
Eksklusif artikel Universitas Pemberian ASI Eksklusif di
Diponegoro. Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa
Kabupaten Jember. Skripsi.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Metodologi Universitas Jember
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka cipta. Hartini, Susi (2014). Hubungan Tingkat
Pendidikan Ibu dengan
Arini. (2012). Mengapa Seorang Ibu Keberhasilan ASI Eksklusif pada
Harus Menyusui?.Yogyakarta : Bayi Umur 6-12 Bulan di
flashbook Puskesmas Kasihan II Yogyakarta.
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Asrinah dkk. (2009). Asuhan kebidanan Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
masa kehamilan. Yogyakarta:
Graha Ilmu Kodrat, Laksono. (2010). Dahsyatnya ASI
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan & Laktasi. Yogyakarta: Media
Kebidanan Nifas Normal. Jakarta Baca
:EGC
Maryuani, Anik. (2012). Asuhan Pada Ibu
Bascommetro. (2009). Konsep Perilaku dalam Masa Nifas. Jakarta: Trans
Kesehatan. Yogyakarta: Pusaka Media Info
Pelajar.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta

Jurnal STIKESMI | 40
Faktor-aktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 6-12 Bulan
di Desa Titisan Wilayah Kerja Puskesmas Sukalarang Kabupaten Sukabumi // Enung Tati Amalia
Pemberian ASI Eksklusif di
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Lembaga Pemerintah Kota
Metodelogi Penelitian Ilmu Magelang. Skripsi. Universitas
Keperawatan. Jakarta. Salemba Negeri Semarang
Medika. Warsini (2015). Hubungan Antara Jenis
Persalinan, Tingkat Pendidikan,
Purwanti. (2004). Buku Saku Kebidanan. Tingkat Pendapatan Dan Status
Jakarta : EGC Bekerja Ibu Dengan Keberhasilan
ASI Eksklusif 6 (Enam) Bulan Di
Roesli, Utami. (2010). Inisiasi Menyusu Kecamatan Baki Kabupaten
Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta : Sukoharjo. Skripsi. Universitas
Pustaka Bunda Sebelas Maret Surakarta
Wawan, A. dan Dewi. (2011). Teori dan
Sari, Jayanti laela. (2015). Hubungan Status Pengukuran Pengetahuan Sikap
Ibu Bekerja dengan Pemberian ASI dan Perilaku Manusia. Yogyakarta
Eksklusif pada Ibu Menyusui di : Nuha Medika
Puskesmas Umbulharjo Yogyajarta. Zakiyyah (2012). Faktor-faktor yang
Yogyakarta : STIKES Aisyiyah
Berhubungan dengan Pemberian
ASI Eksklusif di Kelurahan
Sari, Kartika Novia. (2014). Hubungan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Semanan Kecamatan Kalideres
Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Jakarta Barat. Skripsi. Universitas
pada Bayi Umur 6-12 Bulan Di Indonesia
Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. www.depkes.go.id/ Peraturan
Yogyakarta : STIKES Aisyiyah. Pemerintah No 33 Tahun 2013
(Diakses Tanggal 19 Agustus
Soetjiningsih, (2007). ASI Petunjuk Untuk 2017)
Tenaga Kesehatan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. www.depkes.go.id/resources/download/p
Sugiyono. (2012). Metode penelitian usdatin/profilkesehatanindo
kuantitatif kualitatif dan r&d.
nesia/profil-kesehatan-
Bandung. Alfabeta
indonesia.pdf (Diakses
Wahyuningtyas, Prita (2011). Hubungan
antara Konflik Peran Ganda Ibu Tanggal 19 Agustus 2017)
Bekerja dengan Sikap Terhadap

Jurnal STIKESMI | 41
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN
ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA DI KELURAHAN SELABATU
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELABATU KOTA SUKABUMI

Rizkythia Andhara1, Johan Budhiana2


2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Sukabumi.
Email : jb_budhiana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia akan mempengaruhi kemandirian lansia.
Kemandirian pada lansia sangat penting untuk merawat dirinya sendiri dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia. Kemandirian lansia dalam aktivitas sehari-hari (ADL) dapat
diukur dengan Barthel Index. Seiring perkembangan zaman, pergeseran nilai budaya
masyarakat berakibat kurangnya kualitas dan kuantitas dukungan keluarga terhadap lansia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kemandirian activity daily living pada lansia
Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu dukungan emosional,
dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan. Activity Daily
Living adalah aktivitas perawatan diri yang harus dilakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.
Jenis penelitian korelasional, dengan pendekatan cross sectional. Populasi 839
sampel 270 pengambilan sampel cluster random sampling. Uji validitas dukungan keluarga
dari 16 item 15 pertanyaan valid dengan nilai reliabilitas 0,903.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar kategori mendukung sebanyak 190
(70,4%) dan sebagian besar kategori kemandirian sebagian yaitu sebanyak 130 (48,1%).
Hasil penelitian terdapat hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian activity
daily living menunjukan bahwa P-value = 0,000.
Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian activity
daily living pada lansia. Sehingga penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi
semua pihak baik itu puskesmas dan dinas kesehatan.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Tingkat Kemandirian, Activity Daily Living


dan Lansia.
Kepustakaan : 13 Buku (2008-2017) dan 12 Jurnal

PENDAHULUAN terakhir. Lanjut usia atau yang lazim


Lanjut usia adalah bagian dari proses disingkat dengan Lansia adalah warga
tumbuh kembang. Semua orang akan Indonesia yang berusia ≥ 60 tahun.
mengalami proses menjadi tua dan masa Menurut WHO lansia terbagi dalam
tua merupakan masa hidup manusia yang beberapa batasan usia yaitu usia

Jurnal STIKESMI | 42
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
pertengahan (middle age) antara usia 45 Akibat proses penuaan banyak
sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berdampak kepada kehidupan lansia itu
berusia atara 60 dan 74 tahun, lanjut usia sendiri. Pada usia lanjut terjadi penurunan
tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis,
sangat tua (very old) di atas 90 tahun serta perubahan kondisi sosial. Bentuk
(Effendi dan Makhduli, 2009). kemunduran fisik yang dialami lansia
Dalam empat dekade mendatang, ditandai dengan kulit yang mulai keriput,
proporsi jumlah penduduk yang berumur penglihatan dan pendengaran berkurang,
60 tahun atau lebih dalam populasi dunia gigi ompong, mudah lelah, gerakan
diperkirakan meningkat dari 800 juta lambat, dan sebagainya selain itu terjadi
penduduk menjadi 2 milyar penduduk juga kemunduran kognitif seperti mudah
lansia atau mengalami lonjakan dari 10% lupa, kemunduran orientasi terhadap
hingga 22% (Fitriana, 2013). Berdasarkan tempat, ruang dan waktu (Maryam dkk,
sumber dari World Population Prospects 2008). Pada lansia juga terjadi perubahan
tahun 2012, bahwa penduduk hubungan sosial seperti lansia lebih
Indonesia antara tahun 2015 – 2020 tergantung pada orang lain dan pada lansia
memiliki proyeksi rata – rata usia harapan yang mengalami krisis sosial tak jarang
hidup sebesar 71,7%. Meningkat 1% dari lansia menarik diri atau mengisolasi diri
tahun 2010-2015. Berdasarkan data yang dari kegiatan kemasyarakatan (Syukriani.
dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) K, 2017).
tahun 2015, bahwa persentase lansia di Perubahan fisik yang terjadi pada
Indonesia sebesar 8,5 persen dari jumlah lansia tentunya akan mempengaruhi
total penduduk. Sementara di tahun 1980 kemandirian lansia. Kemandirian adalah
silam hanya 3,3 persen saja. kebebasan untuk bertindak, tidak
Berdasarkan data, jumlah usia lanjut tergantung pada orang lain, tidak
di jawa barat dalam cakupan perkotaan terpengaruh pada orang lain dan bebas
sebanyak 28,43 %. Pedesaan sebanyak mengatur diri sendiri atau aktivitas
3,56 %. Sedangkan jumlah lansia menurut seseorang baik individu maupun
jenis kelamin laki-laki sebanyak 29,59 %, kelompok dari berbagai kesehatan atau
dan perempuan sebanyak 30,73 % penyakit (Ediawati, 2012).
(Katalog BPS: 4104001 “Statistik Kemandirian pada lansia sangat
Penduduk Usia Lanjut”, 2014). penting untuk merawat dirinya sendiri
dalam memenuhi kebutuhan dasar

Jurnal STIKESMI | 43
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
manusia. Meskipun sulit bagi anggota ≥ 85 tahun dengan persentase sebesar
keluarga yang lebih muda untuk 47%, pada rentang usia 75 – 84 tahun
menerima orang tua melakukan aktivitas sebesar 30% dan pada rentang usia 65 – 74
sehari-hari secara lengkap dan lambat. tahun sebesar 20%. Keterbatasan aktivitas
Dengan pemikiran dan caranya sendiri mandi dialami oleh lansia dengan usia ≥
lansia diakui sebagai individu yang 85 tahun sebesar 35%, pada rentang usia
mempunyai karakteristik yang unik oleh 75 – 84 tahun sebesar 15% dan pada
sebab itu perawat membutuhkan rentang usia 65 – 74 tahun sebesar 10%.
pengetahuan untuk memahami Keterbatasan berpindah dari duduk ke
kemampuan lansia untuk berpikir, tempat tidur dialami oleh lansia dengan
berpendapat dan mengambil keputusan usia ≥85 tahun dengan persentase sebesar
untuk meningkatkan kesehatanya 30%, pada rentang usia 75 – 84 tahun
(Atut, 2013). sebesar 15%, dan pada rentang usia 65 –
Kemandirian lansia dalam ADL 74 tahun sebesar 9%. Kondisi ini semakin
didefinisikan sebagai kemandirian memburuk seiring dengan bertambahnya
seseorang dalam melakukan aktivitas dan usia (Administration on Aging, 2013).
fungsi kehidupan harian yang dilakukan Mengenai fenomena penuaan adalah
oleh manusia secara rutin dan universal jumlah keluarga menurun, kebutuhan
(Sari, 2013). yang melanda kaum muda hampir menyita
Activity of daily living (ADL) adalah seluruh waktunya, sehingga mereka hanya
suatu bentuk pengukuran kemampuan memiliki sedikit untuk memikirkan orang
seseorang untuk melakukan ADL secara tua. Kondisi seperti ini menyebabkan
mandiri, yang meliputi mandi, makan, kurangnya komunikasi antara orang tua
toileting, kontinen, berpakaian, dan dan anak, kurangnya perhatian dan
berpindah (Silvina, 2011). pemberian keperawatan terhadap orang
Lansia berusia lebih dari 65 tahun tua. Padahal di dalam keluarga, anggota
memiliki keterbatasan dalam melakukan 4 keluarga berusia lanjut merupakan salah
aktivitas sehari–hari sebanyak 28%. satu kelompok rawan dipandang dari segi
Keterbatasan aktivitas yang paling sering kesehatan karena kepekaan dan
dialami lansia adalah mobilisasi kerentanannya yang tinggi terhadap
(berjalan), mandi, dan berpindah dari gangguan kesehatan dan ancamana
duduk ke tempat tidur. Keterbatasan kematian (Wijayanti, 2007).
mobilisasi dialami oleh lansia dengan usia

Jurnal STIKESMI | 44
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
Dukungan dari keluarga terdekat sectional. Pendekatan cross sectional
dapat berupa anjuran yang bersifat adalah jenis penelitian untuk mempelajari
mengingatkan lansia untuk tidak bekerja korelasi antara faktor-faktor resiko dengan
berlebihan (jika lansia masih bekerja), efek, dengan cara pendekatan, observasi
memberikan kesempatan kepada lansia atau pengumpulan data sekaligus pada
untuk melakukan aktivitas sesuai hobinya, suatu saat (Notoatmodjo, 2012).
memberikan kesempatan kepada lansia Lokasi penelitian ini dilakukan Di
untuk beribadah dengan baik Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja
dan beristirahat yang cukup Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi.
(Syukriani. K, 2017). Waktu penelitian ini dilaksanakan pada
Dukungan keluarga merupakan suatu bulan Februari sampai dengan bulan Juli
bentuk hubungan interpersonal yang 2018.
diberikan oleh keluarga kepada pasien Populasi pada penelitian ini adalah
berupa perhatian (perasaan suka, cinta dan lansia yang berusia 60-69 tahun dan lansia
empati), bantuan instrumental (barang, yang berusia <70 tahun yang berada di
jasa), informasi dan penilaian (informasi kelurahan selabatu wilayah kerja
yang berhubungan dengan self puskesmas selabatu kota sukabumi.
evaluation). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 270
Dukungan Keluarga memiliki responden. Besar sampel ditentukan
pengaruh positif terhadap status kesehatan dengan menggunakan rumus slovin.
lansia dan kemandirian lansia, baik itu Cara pengambilan sampel dalam
lansia dengan penyakit kronik maupun penelitian ini adalah menggunakan
tidak. Sampling Acak Kelompok (Cluster
Random Sampling). Cluster Random
Sampling adalah suatu cara pengambilan
METODE PENELITIAN
sample bila objek yang diteliti sangat luas
Penelitian ini menggunakan jenis
atau besar, yakni populasinya heterogen
penelitian korelasional, yang
(Hidayat, 2011).
dimaksudkan untuk melihat hubungan
Instrument penelitian ini yaitu
antara gejala satu dengan gejala yang lain,
kuesioner untuk mengukur variabel
atau variabel satu dengan variabel yang
dukungan keluarga. Menggunakan
lain (Notoatmodjo, 2012).
kuesioner dengan jenis angket checklist
Pendekatan yang digunakan dalam
sesuai dengan hasil yang diinginkan
penelitian ini adalah pendekatan cross

Jurnal STIKESMI | 45
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
responden yaitu mengacu pada skala didapat nilai r (0,903), maka artinya
likert. Skala Likert digunakan untuk variabel tersebut dikatakan reliabel karena
mengukur sikap, pendapat, persepsi nilai r ≥0,40. Setelah melalui pengolahan
seseorang tentang gejala atau masalah data yang meliputi Editing, Coding,
yang ada dimasyarakat atau yang Scoring, Data Entry, dan Cleaning
dialaminya. Beberapa bentuk jawaban selanjutnya data dianalisis secara univariat
pernyataan dalam skala Likert yaitu selalu dilakukan terhadap tiap variabel,
(SL) diberi nilai 4, sering (SR) diberi nilai sementara analisis bivariate dilakukan
3, kadang-kadang (KK) diberi nilai 2 dan dengan uji statistic chi square
tidak pernah (TP) diberi nilai 1 (Hidayat, menggunakan program SPSS dengan
2013). tingkat signifikan p≤0,05 (taraf
Untuk mengukur variabel tingkat kepercayaan 95%).
kemandirian dalam penelitian ini
menggunakan skala kemandirian yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Barthel indeks dengan menggunakan alat Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Umur Responden di
ukur kuesioner yang terdiri dari tiga belas
Kelurahan Selabatu
pokok pertanyaan. Penilaian tingkat Wilayah Kerja Puskesmas
Selabatu Kota Sukabumi
kemandirian dilakukan dengan jawaban
No Umur Jumlah Persentase (%)
Ya/Tidak dengan skala tiga kategori, yaitu 60-69
1 173 64,1
tahun
130, 65-125 dan 60. Diberi nilai 130 >70
2 97 35,9
apabila klien termasuk dalam kategori tahun
Total 270 100
mandiri, nilai 65-125 apabila klien
termasuk dalam kategori kemandirian
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat
sebagian dan 60 apabila klien dalam
bahwa sebagian besar responden adalah
kategori kemandirian total.
lansia yang berumur 60-69 tahun yaitu
Uji validitas yang dilakukan pada
sebanyak 173 orang atau sebesar 64,1%
variabel dukungan keluarga dari 16 item
dan sebagian kecil responden adalah yang
terdapat 1 item yang tidak valid karena
berumur >70 tahun yaitu sebanyak 97
nilai V-palue >0,05. Karena ada 1 item
orang atau sebesar 35,9%.
yang tidak valid maka yang diikut
Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden di
sertakan pada penelitian ini yaitu 15 item Kelurahan Selabatu Kota
Sukabumi.
pada variabel dukungan keluarga dengan
Jenis Persentase
nilai V-palue <0,05. Dan uji reliabilitas No Jumlah
Kelamin (%)

Jurnal STIKESMI | 46
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
1 Laki-laki 121 44,8 Total 270 100
2 Perempuan 149 55,2 Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat
Total 270 100
bahwa responden yang tidak bekerja lebih
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat besar sebanyak 235 yaitu sebesar 87,0%
bahwa sebagian besar responden yaitu dan sebagian kecil yang bekerja sebanyak
sebanyak 149 responden berjenis kelamin 35 yaitu sebesar 13,0%.
perempuan atau sebesar 55,2% dan
sebagian kecil responden yaitu sebanyak Tabel 4.5 Riwayat Penyakit Responden
di Kelurahan Selabatu Kota
121 responden berjenis kelamin laki-laki Sukabumi
atau sebesar 44,8%. Riwayat Penyakit
No Jumlah Persentase %)
Responden
1 Tidak Memiliki 156 57,8
Tabel 4.3 Pendidikan Responden di 2 Memiliki 114 42,2
Kelurahan Selabatu Kota Total 270 100
Sukabumi
Pendidikan Persentase Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat
No Jumlah
Responden %)
1 Tidak Bersekolah 35 13,0 bahwa Riwayat Penyakit responden yang
2 SD 101 37,4
3 SLTP 73 27,0 tidak memiliki penyakit lebih besar
4 SLTA 53 19,6
sebanyak 156 responden yaitu sebesar
PERGURUAN
5 8 3,0
TINGGI 57,8% dan sebagian kecil responden yang
Total 270 100
memiliki riwayat penyakit sebanyak 114
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat
yaitu sebesar 42,2%.
bahwa Pendidikan responden yang
berpendidikan SD lebih besar sebanyak
Tabel 4.6 Tinggal Bersama Responden
101 responden yaitu sebesar 37,4% dan di Kelurahan Selabatu Kota
sebagian kecil responden berpendidikan Sukabumi

Perguruan Tinggi sebesar 8 responden Tinggal Persentase


No Jumlah
Bersama %)
3,0%. Bersama
1 270 100 %
Keluarga
Total 270 100
Tabel 4.4 Pekerjaan Responden di
Kelurahan Selabatu Kota
Sukabumi Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat
Pekerjaan bahwa semua responden tinggal bersama
No Jumlah Persentase %)
Responden
1 Bekerja 35 13,0 keluarga sebanyak 270 responden yaitu
2 Tidak Bekerja 235 87,0
sebesar 100%.
No Kategori Jumlah Persentase
1 Mendukung 190 70,4
Tidak
2 80 29,6 Tabel 4.7 Dukungan Keluarga Pada
Mendukung
Total 270 100 Lansia di Kelurahan Selabatu
Kota Sukabumi

Jurnal STIKESMI | 47
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
Living Pada Lansia di
Kelurahan Selabatu Wilayah
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh data
Kerja Puskesmas Selabatu
bahwa sebagian besar responden yang Kota Sukabumi
dukungan keluarganya dalam kategori Dukungan
Tingkat Kemandirian P-value
Tota
K K %
Keluarga M % % % l
S T
mendukung sebanyak 190 responden yaitu Menduku 0,000
113 59.5 75 39.5 2 1.1 190 100
ng
sebesar 70,4% dan sebagian kecil Tidak
22.
Menduku 7 8.8 55 68.8 18 80 100
5
ng
responden yang dukungan keluarganya Jumlah 13
120 44.4 48.1 20 7.4 270 100
0
dalam kategori tidak mendukung Berdasarkan tabel 4.11 Hubungan
sebanyak 80 responden yaitu sebesar Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
29,6%. Kemandirian Activity Daily Living Pada
Lansia di Kelurahan Selabatu Wilayah
Tabel 4.8 Gambaran Tingkat
Kemandirian Activity Daily Kerja Puskesmas Selabatu Kota
Living Pada Lansia di Sukabumi, dapat dilihat bahwa dari
Kelurahan Selabatu Wilayah
Kerja Puskesmas Selabatu sebagian besar responden dengan
Kota Sukabumi dukungan keluarga kategori mendukung
Persentasi
No Kategori Jumlah
(%) sebanyak 190 responden, sebagian besar
1 Mandiri 120 44,4
Kemandirian 130 48,1 memiliki kemandirian mandiri yaitu
2
Sebagian
Kemandirian 20 7,4
sebanyak 113 responden atau sebesar
3
Total 59,5% dan sebagian kecil responden
Total 170 100
memiliki kemandirian total yaitu
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh data sebanyak 2 responden atau sebesar 1,1%
bahwa sebagian besar responden masuk dan dari sebagian kecil responden dengan
dalam kategori kemandirian sebagian dukungan keluarga kategori tidak
yaitu sebanyak 130 responden atau mendukung sebanyak 80 responden,
sebesar 48,1% dan sebagian kecil sebagian besar memiliki kemandirian
responden masuk dalam kategori mandiri sebagian yaitu sebanyak 55 responden
yaitu sebanyak 120 responden atau atau sebesar 68,8% dan sebagian kecil
sebesar 44,4%. memiliki kemandirian mandiri yaitu
sebanyak 7 responden atau sebesar 8,8%.
Hasil uji statistik Analisa bivariat
Analisa Bivariat dengan menggunakan Chi-Square
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Dukungan diperoleh nilai P value = 0,000 yaitu
Keluarga Dengan Tingkat
Kemandirian Activity Daily berarti P value <0,05 yang menunjukkan

Jurnal STIKESMI | 48
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
bahwa tolak H0 yaitu ada Hubungan keluarganya terlalu sibuk dengan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat kegiatan anggota keluarga masing-
Kemandirian Activity Daily Living Pada masing sehingga keluarga tidak begitu
Lansia Di Kelurahan Selabatu Wilayah menghiraukan atau memperhatikan
Kerja Puskesmas Selabatu Kota kegiatan apa yang sudah dilakukan oleh
Sukabumi. responden.
Pada dukungan instrumental
PEMBAHASAN menunjukan bahwa item tertinggi adalah
1. Gambaran Dukungan Keluarga Keluarga memberikan biaya ketika anda
Pada Lansia di Kelurahan berobat disaat anda sakit, hal ini
Selabatu Wilayah Kerja
Puskesmas Selabatu Kota merupakan bentuk dukungan dan
Sukabumi tanggung jawab keluarga untuk saling
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh data memberikan pertolongan ketika ada salah
bahwa sebagian besar responden yang satu keluarga yang sakit, selain itu
dukungan keluarganya dalam kategori sebagian besar status ekonomi keluarga
mendukung sebanyak 190 responden ada dalam keadaan yang cukup baik.
yaitu sebesar 70,4% dan sebagian kecil Pada dukungan informasi
responden yang dukungan keluarganya menunjukan bahwa item tertinggi adalah
dalam kategori tidak mendukung Keluarga senantiasa memberikan
sebanyak 80 responden yaitu informasi seperti informasi tentang
sebesar 29,6%. kesehatan, hal ini dikarenakan agar
Dukungan keluarga adalah proses respoden selalu mengetahui informasi
yang terus menerus disepanjang masa kesehatan apa saja yang dapat membantu
kehidupan manusia. Terdapat empat meningkatkan derajat kesehatan
dimensi dari dukungan keluarga yaitu responden.
dukungan penghargaan, dukungan Pada dukungan emosional
instrumental, dukungan informasi dan menunjukan bahwa item tertinggi adalah
dukungan emosional. Keluarga memperhatikan kondisi
Pada dukungan penghargaan item kesehatan anda, hal ini dikarenakan
tertinggi adalah keluarga menghiraukan keluarga menginginkan responden selalu
anda jika anda melakukan hal yang dalam kondisi kesehatan yang baik dan
membanggakan., hal ini alasan yang optimal.
dikemukakan oleh responden karena

Jurnal STIKESMI | 49
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
2. Gambaran Tingkat Kemandirian kelainan fungsi fisik, psikologi, maupun
Activity Daily Living Pada Lansia social, yang selanjutnya dapat
di Kelurahan Selabatu Wilayah
menyebabkan suatu keadaan
Kerja Puskesmas Selabatu Kota
Sukabumi ketergantungan kepada orang lain. Hal
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh data tersebut sesuai dengan penelitian yang
bahwa sebagian besar responden masuk dilakukan oleh ismail (2015) bahwa
dalam kategori kemandirian sebagian terdapat pengaruh yang bermakna antara
yaitu sebanyak 130 responden atau usia dengan tingkat kemandirian. Pada
sebesar 48,1% dan sebagian kecil responden penelitian ini sebagian besar
responden masuk dalam kategori mandiri usia responden adalah 60-69 tahun.
yaitu sebanyak 120 responden atau Sehingga responden dinilai masih mampu
sebesar 44,4%. melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai
Faktor yang mempengaruhi dengan tingkat kemandiriannya.
kemandirian lansia adalah faktor usia. Faktor kedua adalah riwayat penyakit
Adanya gangguan kemandirian ADL terdahulu juga dimungkinkan
pada lansia merupakan keterbatasan mempengaruhi tingkat kemandirian
lansia dalam memenuhi kebutuhan lansia. Hasil penelitian yang peneliti
hidupnya dan perawatan dirinya. lakukan menunjukkan bahwa mayoritas
Bertambahnya usia pada lansia lansia tidak memiliki riwayat penyakit
menyebabkan terjadinya penurunan terdahulu yang akan berdampak positif
kemampuan lansia dalam memenuhi terhadap status kesehatan lansia. Lansia
kebutuhan dan merawat dirinya. Nugroho tanpa riwayat penyakit terdahulu
(2009) mengemukakan secara umum tentunya akan memiliki kemandirian
kondisi fisik seseorang yang telah dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari
memasuki masa lanjut usia mengalami yang lebih baik dibandingkan dengan
peurunan. Hal ini dapat dilihat dari lansia yang memiliki riwayat penyakit
beberapa perubahan. Perubahan terdahulu.
penampilan pada bagian wajah, tangan Faktor pendukung lainnya dalam
dan kulit. memelihara kemandirian lansia adalah
Menurut Padila (2013) semakin status pernikahan. Mayoritas lansia
meningkatnya usia maka kondisi fisik berstatus menikah, artinya mereka masih
akan semakin mengalami penurunan memiliki pasangan hidup. Menurut
yang dapat menimbulkan gangguan dan Nugroho, (2008) kualitas kehidupan

Jurnal STIKESMI | 50
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
seksual menentukan kualitas hidup yang menunjukan bahwa tolak H0 yaitu
seseorang yang didapatkan dari pasangan ada Hubungan Dukungan Keluarga
hidup. Hal ini sangat penting dalam Dengan Tingkat Kemandirian Activity
menjaga derajat kesehatan lansia baik Daily Living Pada Lansia.
secara fisik maupun psikis. Lansia yang Hasil penelitian ini juga didukung
masih memiliki pasangan hidup tentunya oleh penelitian yang dilakukan oleh
dapat memenuhi kebutuhan perhatian dan Endang (2016) dengan judul “Hubungan
kasih sayang yang lebih baik dari Antara Dukungan Keluarga Dengan
pasangan hidupnya. Pemenuhan Kemandirian ADL (Activity Daily
kebutuhan ini tentunya sangat penting Living)” dengan hasil penelitian
dalam menjaga kesehatan psikis dan fisik menunjukan p-value = 0,018 sehingga p
mereka yang pada akhirnya akan mampu < 0,05, sehingga dapat disimpulkan
memelihara kemandirian mereka dalam bahwa ada hubungan antara dukungan
pemenuhan aktivitas sehari-hari. Kondisi keluarga dengan kemandirian ADL
berbeda dapat dialami oleh lansia yang (activity daily living) pada lansia.
sudah berstatus janda/duda yang Menurut Caplan (1976) dalam
menyebabkan mereka lebih rentan Friedman (2004) bahwa keluarga
terkena stress sebagai akibat tumbuhnya merupakan unit terkecil dari masyarakat,
rasa hampa/kesepian hidup yang jika salah satu anggota keluarga
dirasakan tanpa pasangan. bermasalah terhadap kesehatannya pasti
Kondisi ini tentunya akan akan mempengaruhi fungsi dari keluarga.
mempengaruhi derajat kesehatan lansia Dukungan keluarga merupakan unsur
dan pada akhirnya berdampak pada terpenting dalam individu menyelesaikan
kemampuan dan kemandirian lansia masalah. Dukungan keluarga akan
dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. menambah rasa percaya diri dan motivasi
untuk menghadapi masalah dan
3. Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kemandirian meningkatkan kepuasan hidup.
Activity Daily Living Pada Lansia Dukungan keluarga bagi lansia sangat
di Kelurahan Selabatu Wilayah
diperlukan selama lansia masih mampu
Kerja Puskesmas Selabatu Kota
Sukabumi memahami makna dukungan keluarga

Tabel 4.10 juga menunjukan nilai tersebut sebagai penyokong

Chi-Square yang menunjukan bahwa P- kehidupannya. Hardy dan Setyabudi

value = 0,000 yaitu berarti P-value <0,05 (2006) mengatakan bahwa dukungan

Jurnal STIKESMI | 51
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
keluarga dapat mengurangi pengaruh sebanyak 113 responden atau sebesar
negatif dari pengalaman yang 59,5% dan sebagian kecil responden
menyebabkan stress diantara para lansia. memiliki kemandirian total yaitu
Dukungan keluarga juga dapat mengatasi sebanyak 2 responden atau sebesar 1,1%
rasa kesepian yang umumnya dirasakan dan dari sebagian kecil responden dengan
lansia. Maryam (2008), menambahkan dukungan keluarga kategori tidak
bahwa seseorang yang merasa banyak mendukung sebanyak 80 responden,
memiliki dukungan lebih baik dalam sebagian besar memiliki kemandirian
penanggulangan terhadap sakit, stress, sebagian yaitu sebanyak 55 responden
pemenuhan aktivitas dan yang atau sebesar 68,8% dan sebagian kecil
menyulitkan lainnya. Salah satu solusi memiliki kemandirian mandiri yaitu
yang dapat diterapkan untuk sebanyak 7 responden atau sebesar 8,8%.
meningkatkan kemandirian lansia dalam
KESIMPULAN DAN SARAN
aktivitas sehari-hari yaitu dengan
Kesimpulan
dukungan keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Menurut Potter and Perry (2005)
disimpulkan bahwa Hubungan Dukungan
bahwa perubahan-perubahan fisiologis
Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian
yang dialami oleh lansia terutama
Activity Daily Living Pada Lansia di
masalah imobilitas dapat menyebabkan
Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja
kemandirian lansia dalam pemenuhan
Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi.
kebutuhan sehari-hari tidak terpenuhi
Tujuan umum dan tujuan khusus dalam
sehingga lansia membutuhkan dukungan
penelitian ini telah tercapai. Dari hasil
dari orang terdekat seperti keluarga.
penelitian tersebut dapat ditarik
Berdasarkan tabel 4.10 Hubungan
kesimpulan sebagai berikut :
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
1. Sebagian besar lansia di Wilayah
Kemandirian Activity Daily Living Pada
Kerja Puskesmas Selabatu Kota
Lansia di Kelurahan Selabatu Wilayah
Sukabumi mendapatkan dukungan
Kerja Puskesmas Selabatu Kota
dari keluarga.
Sukabumi, dapat dilihat bahwa dari
2. Sebagian besar lansia di Wilayah
sebagian besar responden dengan
Kerja Puskesmas Selabatu Kota
dukungan keluarga kategori mendukung
Sukabumi memiliki tingkat
sebanyak 190 responden, sebagian besar
kemandirian sebagian.
memiliki kemandirian mandiri yaitu

Jurnal STIKESMI | 52
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
3. Ada hubungan antara dukungan Brunner and Suddart. Keperawatan
Medikal Bedah. Edisi ke – 8.
keluarga dengan tingkat kemandirian
Jakarta : EGC.
activity daily living pada lansia di
Budiman. Penelitian Kesehatan. Cimahi:
wilayah kerja puskesmas selabatu kota
Refika aditama, 2011.
sukabumi.
Dien. 2009, ' Pengukuran Aktivitas Fisik
Saran
Pada Usia Lanjut ' Jurnal
1. Bagi Puskesmas Selabatu Kesehatan Masyarakat, vol.3.
no.1.
Diharapkan bagi Puskesmas
Selabatu khususnya posbindu di Ediawati, Eka. 2013. Gambaran Tingkat
Kemandirian Activity Of Daily
wilayah kerja puskesmas selabatu kota
Living (ADL) dan Resiko Jatuh
sukabumi penelitian ini dapat di Pada Lansia Di Panti Wredha
Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta
gunakan sebagai informasi untuk
Timur. (Skripsi Universitas
pengelola program pelayanan Indonesia). Diunduh dari :
digital_20314351-S43833-
kesehatan lansia khususnya dalam
Gambaran tingkat.pdf.
perawatan lansia di rumah dengan
Endang. 2016, ' The Correlation Between
melibatkan peran aktif keluarga.
Family Support And Elderly Daily
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Living Activities Independences '
Journal of Nursing Care &
Melalui penelitian ini
Biomolecular, vol.1. no. 1, h.22.
diharapkan sebagai referensi dan
Eka Karunia. 2016, ‘ Association Between
bacaan untuk peneliti
Family Support and Post-Stroke
selanjutnya dalam kaitannya Activity of Daily Living
Autonomy ‘ Jurnal Berkala
dengan Hubungan Dukungan
Epidemiologi, vol.4. no. 2, h.213–
Keluarga Dengan Tingkat 224.
Kemandirian Activity Daily
Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian
Living Pada Lansia di dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika, 2013.
Kelurahan Selabatu Wilayah
Kerja Puskesmas Selabatu Kota Indah, Rina & Jill. 2015, ‘ Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan
Sukabumi.
Kemandirian Lansia Dalam
Pemenuhan Aktifitas Sehari-hari
Di Desa Batu Kecamatan
DAFTAR PUSTAKA Likupang Selatan Kabupaten
Minahasa Utara ‘ E-journal
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Keperawatan (e-Kp), Vol.3. no. 2.
Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta,2013. Indriani. 2017. “ Hubungan Kebiasaan
Sarapan Pagi Dengan Prestasi
Jurnal STIKESMI | 53
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
Belajar Pada Pelajar Di SDN Retno, Titin & Berty. 2013, ‘ Hubungan
Cijangkar 2 Wilayah Kerja Tingkat Cemas Dengan Tingkat
Puskesmas Nanggeleng Kemandirian Activity Of Daily
Kota Sukabumi “. Sukabumi: Living (ADL) Pada Lanjut Usia Di
Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Panti Werdha ‘ Jurnal
Kesehatan Sukabumi. Keperawatan, vol.1. no. 2.

Mahoney FI, Barthel DW. 1965. Ridlawati. 2017. Fakultas Keperawatan


Functional evaluation: the Barthel Unimus : Hubungan Dukungan
Index. Md State Med J 14:2 Keluarga Dengan Tingkat
Kemandirian (ADL) Pada Lansia.
Marlina, Sri & Ani. 2017, ' Hubungan (http://sasing.unimus.ac.id/files/di
Fungsi Kognitif Dengan Tingkat sk1/132/jtptunimus-gdl-
Kemandirian Lansia Dalam ridlawatir-6596-3-babiin-w.pdf).
Melakukan Aktifitas Sehari-hari Diakses pada 28 Februari 2018.
Di Kelurahan Tunggul Wulung
Kota Malang ' Nursing News, Rizky Erwanto. 2016, ‘ Factors
vol.2. no 1. Associated with Family Burden in
Daily Activities Care of The
Maryam, R. siti, dkk. 2008. Mengenal Elderly ‘ JNKI, Vol.4. no. 3,
Usia Lanjut dan Perawatannya, h.117-122.
Jakarta : Salemba Medika.
Rohaedi, S., Putri, S.T., & Karimah, A.D.
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi 2016, ‘ Tingkat Kemandirian
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Lansia Dalam Activity Daily
Rineka Cipta, 2013. Living Di Panti Sosial Tresna
Werdha Senja Rawi ‘ Jurnal
Nursalam. Konsep dan penerapan Pendidikan Keperawatan
metodologi penelitian ilmu Indonesia, Vol.2(1). no. 16-21.
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika 2013. Silviana Primadayanti. 2011. Universitas
Jember : Perbedaan Tingkat
Potter, Patricia A dan Perry. Buku Ajar Kemandirian Activity Of Daily
Fundamental Keperawatan. : Living (ADL) Pada Lansia Yang
Konsep Proses dan Praktik Vol.2. Mengikuti Posyandu Di Wilayah
Jakarta: EGC,2005. Kerja Puskesmas Sumbersari
Kabupaten Jember.
Qory Ahtul Aulia. 2016. Faculty Of (http://repository.umy.ac.id/bitstre
Nursing Andalas University : am/handle/123456789/2776/BAB
Hubungan Tingkat Kemandirian %20I.
Activity Daily Living (ADL) pdf?sequence=6&isAllowed=y).
Lansia Dengan Kualitas Hidup Diakses pada 25 Februari 2018.
Pada Lansia Di Wilayah
Puskesmas Lubuk Buaya Stuart and Sundeen. Principles & Practice
Kelurahan Tabing Padang. Of Psychiatric Nursing. St. Louis:
(http://scholar.unand.ac.id/3724/2/ Mosby-Year Book, 2008
BAB%201%20upload.pdf).
Diakses pada 28 Februari 2018. Titik. 2017, ' Family Support Relationship
With The Lansia's Conception In
The Fullesting Of Daily Activities
Jurnal STIKESMI | 54
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Activity Daily Living Pada Lansia
Di Kelurahan Selabatu Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Rizkythia Andhara, Johan Budhiana
In The Working Region Dengan Tingkat Kemandirian
Puskesmas Ngasem Kediri ' Jurnal Aktifitas Sehari-hari Lansia Di
Keperawatan, vol.1. no. 1. Wilayah Kerja Puskesmas
Ambacang Kota Padang.
Wira Syukriani. K. 2017. Faculty Of (http://scholar.unand.ac.id/3724/2/
Nursing Andalas University : BAB%201%20upload.pdf).
Hubungan Dukungan Keluarga Diakses pada 17 Februari 2018.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA ORANGTUA DENGAN KEPATUHAN


ORANGTUA ANAK PENDERITA THALASEMIA USIA 2-5 TAHUN UNTUK
MENJALANI TRANSFUSI DARAH DI RS BHAYANGKARA SETUKPA
LEMDIKPOL KOTA SUKABUMI

Siska Syarifah1, Rima Novianti Utami2


2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Sukabumi.
Email : rima.stikes@gmail.com

Jurnal STIKESMI | 55
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya angka kejadian penderita


Thalasemia setiap bulannya si Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Lemdikpol Kota
Sukabumi, sehingga menarik untuk di lakukan penelitian. Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan orangtua menjalani transfusi
darah pada anak penderita Thalasemia. Dukungan adalah sebagai informasi verbal non
verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan objek didalam lingkungan. Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku seseorang
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan.
Jenis penelitian ini menggunakan korelasi dengan pendekatan crossectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua orangtua yang mempunyai anak penderita
Thalasemia usia 2-5 tahun di Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Lemdikpol Kota Sukabumi
sebanyak 64 orang. Cara pengambilan sampel yaitu Total Sampling. Sampel yang diambil
sebanyak 58 responden . Uji validitas dukungan keluarga 17 valid dengan reliabilitas 0,935.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga mendukung 81%,
sebagian besar kepatuhan patuh 79,3%. Dukungan keluarga orangtua berhubungan dengan
kepatuhan orangtua dengan nilai P-value 0,000. Kesimpulan yang didapat dari
penelitian ini yaitu adanya hubungan dukungan keluarga orangtua kepatuhan orangtua
mengantarkan anak penderita Thalasemia usia 2-5 tahun untuk menjalani transfusi darah,
sehingga diharapkan memberikan informasi kesehatan dan penyuluhan kesehatan.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga dan Kepatuhan

PENDAHULUAN satu bagian integral dari pembangunan


Menurut dalam Pembukaan UUD nasional.
1945 tercantum tujuan nasional bangsa Menurut Undang - Undang Nomor
Indonesia yaitu melindungi segenap 36 Tahun 2009 Kesehatan warga negara
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah Indonesia kemudian menjadi tanggung
darah Indonesia dan untuk memajukan jawab pemerintah terutama dalam hal
kesejahteraan umum, mencerdaskan pelayanan kesehatan bagi semua warga
kehidupam bangsa dan ikut serta negara tanpa terkecuali melalui jaminan
melaksanakan ketertiban dunia. Untuk sosial sehingga diharapkan setiap
mencapai tujuan tersebut maka penduduk Indonesia mendapat hak untuk
diselenggarakan program pembangunan pelayanan dalam menjaga kesehatan anak.
yang menyeluruh dan berkesinambungan. Fenomena kesehatan anak di
Pembangunan kesehatan merupakan salah Indonesia menjadi hal yang menarik untuk
diuji karena anak yang masih dalam masa

Jurnal STIKESMI | 53
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
perkembangan dan butuh perhatian lebih kurang dari 1.000 anak kecil menderita
dari orangtuanya. Jika kesehatan anak penyakit ini. Penderita Thalasemia β
terganggu maka perkembangannya juga jumlahnya mencapai sekitar 200.000
bisa terhambat, Seperti dengan anak orang. Angka kejadian carrier Thalasemia
penderita Thalasemia (Poedarminta, β di Indonesia sekitar 3-5%, bahkan di
2006). Thalasemia merupakan penyakit beberapa daerah mencapai 10%. 2.500
anemia hemolotik dimana terjadi bayi baru lahir diperkirakan akan
kerusakan sel darah merah didalam mengidap Thalasemia setiap tahunnya.
pembuluh darah sehingga umur eritrosit Anak yang menderita thalasemia
menjadi pendek (kurang dari 100 hari) dibandingkan dengan anak normal akan
salah satu penyakit menahun yang berbeda memiliki kualitas hidup yang
diturunkan dalam keluarga dan penyakit sangat rendah dibandingkan dengan anak
thalasemia merupakan penyakit yang normal, di mana anak yang menderita
diwariskan gen orangtua atau salah satu thalasemia tersebut mengalami gangguan
gen orang tua (Ngastiyah, 2013). fungsi fisik, emosional, sosial dan
Badan kesehatan dunia atau WHO sekolah. Karena kondisi ini sangat
(2012) dalam Wahyuni (2010) dibutuhkan dukungan keluarga terhadap
menyatakan kurang lebih 7% dari anak yang menderita thalasemia. Peran
penduduk dunia mempunyai gen orang tua sangat berpengaruh besar dalam
thalasemia dimana angka kejadian menjalani pengobatan yang berlangsung
tertinggi sampai dengan 40% kasusnya terus menerus dan tidak ada kepastian
adalah di Asia. Prevalensi karier kesembuhan, terutama pada anak kecil
thalasemia di Indonesia mencapai 3-8%. yang memerlukan perlindungan dan kasih
Pada tahun 2009, kasus thalasemia di sayang dari orang tua, sehingga anak
Indonesia mengalami peningkatan sebesar memiliki keyakinan bahwa orang tua tidak
8,3% dari 3653 kasus yang tercatat di mengabaikannya tentang penyakit yang
tahun 2006. Menurut WHO (2010) diderita. Anak thalasemia memerlukan
Indonesia termasuk dalam kelompok dukungan keluarga dalam menghadapi
negara yang beresiko tinggi untuk masa masa kritis (Friedman, 2010).
penyakit Thalasemia. Yayasan Thalasemia Dukungan keluarga orangtua bagi
Indonesia menyebutkan bahwa setidaknya orangtua penderita thalasemia adalah
100.000 anak lahir di dunia dengan keberadaan keluarga sebagai dukungan
Thalasemia α. Di Indonesia sendiri, tidak yang dibutuhkan oleh orangtua penderita

Jurnal STIKESMI | 53
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
thalasemia bahwa ada sumber daya yang karena hemoglobin penderita thalasemia
memberikan rasa kenyamanan secara tidak cukup memproduksi protein
psikologis, membuat individu tersebut sehingga mengakibatkan hemoglobin
dicintai, diperhatikan, dihargai dan yang dibentuk menjadi berkurang dan sel
keberadaan diakui oleh anggota darah merah mudah rusak (Dewi, 2009).
kelompok. Salah satu Rumah Sakit yang
Keluarga memiliki pengaruh yang menyediakan fasilitas unggulan layanan
begitu kuat terhadap penentuan dibagian Thalasemia yaitu Rumah Sakit
pengobatan, dukungan yang diberikan Bhayangkara Setukpa Lemdikpol.
yaitu dukungan instrumental, dukungan RS Bhayangkara Setukpa
penilaian, dukungan informasional dan Lemdikpol merupakan salah satu Rumah
dukungan emosional. Oleh karena itu, Sakit milik POLRI Sukabumi yang berupa
dukungan yang diberikan keluarga berupa RSU dan tercatat kedalam RS Tipe C. RS
anjuran melakukan transfusi darah secara Bhangkara Setukpa Lemdikpol
teratur berpengaruh untuk meningkatkan mempunyai layanan unggulan dibagian
kepatuhan pada orangtua yang memiliki Thalasemia. Penyakit Thalasemia di RS
anak penderita thalasemia untuk Bhayangkara Setukpa Lemdikpol Kota
membawa anaknya kepelayanan Sukabumi termasuk dalam 10 penyakit
kesehatan (Andriansyah, 2010). terbesar dan menempati posisi ke 2.
Kepatuhan adalah sejauh mana
perilaku seseorang sesuai dengan METODE PENELITIAN
ketentuan yang diberikan oleh Jenis penelitian menggunakan
professional kesehatan. Penderita korelasi dengan pendekatan cross
thalasemia harus menjalani transfusi darah sectional. Populasi dalam penelitian ini
secara teratur dan rutin untuk menjaga sebanyak 58 responden, sedangkan
kesehatan dan stamina penderita sampel sebagian dari populasi. Teknik
thalasemia, sehingga penderita tetap bisa pengambilan sampel yaitu Total Sampling.
beraktivitas. Transfusi akan memberikan Instrumen penelitian variabel dukungan
energi baru kepada penderita karena darah keluarga orangtua menggunakan kuisoner.
dari transfusi mempunyai kadar Untuk variabel kepatuhan. Dikatakan
hemogblobin normal mampu memenuhi mendukung jika T ≥42,5 dan tidak
kebutuhan tubuh penderita. Penderita mendukung jika T < 42,5 dari jumlah total.
thalasemia membutuhkan transfusi darah Dan untuk variabel penelitian kepatuhan

Jurnal STIKESMI | 54
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
orangtua, dikatakan patuh jika semua Usia Jumlah Persentase
20-30 13 22,4
indicator kepatuhan terpenuhi dan tidak
31-40 19 32,8
patuh jika salah satu indicator tidak 41-50 26 44,8
terpenuhi. Teknik analisa data Jumlah 58 100,0

menggunakan analisa univariat yaitu Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh data


mendistribusikan setiap variabel ke dalam bahwa sebagian besar usia responden 41-
distribusi frekuensi, selanjutnya analisa 50 tahun sebanyak 26 orang atau 44,8 dan
bivariat dengan menggunakan uji Chi sebagian kecil responden dengan usia 20-
Square. 30 tahun sebanyak 13 Orang atau 22,8%.

HASIL PENELITIAN DAN Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi


Responden Berdasarkan
PEMBAHASAN
Pekerjaan di RS Bhayangkara
Setelah dilakukan pengambilan data Setukpa Lemdikpol Kota
pada sampel dengan jumlah 58 responden Sukabumi.
Status Jumlah Persentse
yang dilaksanakan pada tanggal 2 Juni
pekerjaan (%)
2018 sampai dengan tanggal 8 Juni 2018 Bekerja 26 44,8
Tidak 32 55,2
dan data terkumpul, selanjutnya peneliti
Bekerja
melakukan proses penggolahan data dan Jumlah 58 100,0
menganalisa data.
Berdasarkan tabel 4.3 di peroleh
A. HASIL PENELITIAN
data bahwa sebagian besar responden
1. Analisa Unvariat
a. Analisa Univariat Karakteristik tidak bekerja yaitu sebanyak 32 Orang
Responden atau 55,2 % dan data sebagian kecil
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin di responden yaitu bekerja sebanyak 26
RS Bhayangkara Setukpa orang atau 44,8 %.
Lemdikpol Kota Sukabumi.
Berdasarkan tabel 4.1 di peroleh Jenis Presentase
Jumlah
data bahwa sebagian besar responden kelamin (%)
Laki-Laki 16 27,6
perempuan yaitu sebanyak 42 Orang atau Perempuan 42 72,4
72,4 % dan data sebagian kecil responden Total 58 100.0
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
yaitu laki-laki sebanyak 16 orang atau
Pendidikan di RS
27,4 %. Bhayangkara Setukpa
Lemdikpol Kota Sukabumi.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Usia Persentase
Pendidikan Jumlah
di RS Bhayangkara Setukpa (%)
Lemdikpol Kota Sukabumi
Jurnal STIKESMI | 55
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
SD 15 25,9 Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh
SMP 21 36,2 data bahwa sebagian besar responden ada
SMA 18 31,0
Perguruan 4 6,9 47 responden (81%) yang mendapat
tinggi dukungan dari keluarga, dan sebagian
Total 58 100
kecil tidak mendapatkan dukungan
Berdasarkan tabel 4.4 di peroleh data keluarga sebanyak 17 responden (19%).
bahwa sebagian besar responden data 21
orang responden atau 36,2% Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi
Kepatuhan Orangtua di
berpendidikan SMP dan data sebagian RS Bhayangkara
kecil responden yaitu 4 orang responden Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi.
atau 6,9% perguruan tinggi. Kepatuhan Jumlah Presentase
(%)
Patuh 46 79,3
Tidak Patuh 12 20,7
b. Analisa Univariat Variabel Yang Total 58 28.4
Diteliti
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh data
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi
Dukungan Keluarga di bahwa sebagian besar patuh sebanyak 46
RS Bhayangkara
responden atau 79,3% dan data sebagian
Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi. kecil responden yaitu tidak patuh
sebanyak 12 responden atau 20,7%.

Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua 2. Analisa Bivariat


Dengan Kepatuhan Orangtua Analisa yang
Mengantarkan Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun di RS Bhayangkara Setukpa dilakukan terhadap
Lemdikpol Kota Sukabumi. karakteristik responden
Kepatuhan
Dukungan dukungan keluarga
P-Value

%
keluarga Tidak
orangtua Patuh %
Patuh
% orangtua dengan
kepatuhan orangtua
Mendukung 43 91,5 4 8,5 47
0,000 diperoleh hasil seperti
Tidak 3 27,3 8 72,7 11
Mendukung pada tabel 4.7 berikut :

Dukungan Total Persentase Berdasarkan Tabel


(%) 4.7 menunjukkan bahwa 47 dari 58
Mendukung 47 81
Tidak 11 19 responden yang mendapatkan dukungan
Mendukung keluarga mendukung sebagian besar patuh
Total 58 100
43 orang atau 91,5 % dan sebagian kecil 4

Jurnal STIKESMI | 56
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
orang 8,5 % sedangkan dari 11 responden Dukungan keluarga menurut
dukungana keluarga tidak mendukung Friedman (2010), adalah sikap tindakan
sebagian besar tidak patuh sebanyak 8 penerimaan keluarga terhadap anggota
orang atau 72,7 % sebagian kecil 3 orang keluarganya yang berupa dukungan
27,3 %. informasional, dukungan penilaian,
Berdasarkan hasil uji statistic Pada dukungan instrumental dan emosional.
saat dilakukan analisa bivariat Hal ini sesuai dengan teori Amiruddin
menggunakan chi square tidak memenuhi (2008), menjelaskan bahwa keberadaan
syarat yaitu frekuensi harapannya lebih keluarga sebagai dukungan yang
dari 20% sehingga menggunakan dibutuhkan sebagai sumber daya yang
alternatif lain, Pada penelitian ini memberikan rasa kenyamanan secara
digunakan alternatif lain yaitu psikologis, membuat individu tersebut
menggunakan Continuity di di peroleh P- dicintai, diperhatikan, dihargai dan
Value 0,000 berarti kurang dari <0,05 keberadaan diakui oleh anggota
berdasarkan aturan hipotesis maka H0 kelompok. Salah satu faktor dukungan
ditolak, ini berarti terdapat Hubungan keluarga adalah status pendidikan. Dari
Dukungan Keluarga Orangtua Dengan hasil penelitian yang dilakukan
Kepatuhan Orangtua Mengantarkan Anak didapatkan bahwa pada Tabel 4.4
Penderita Thalasemia Usia 2-5 Tahun menunjukkan sebagian besar responden
Untuk Menjalani Transfusi Darah. berpendidikan SMP sebanyak 21 orang
responden atau 36,2% dan sebagian kecil
B. Pembahasan Hasil Penelitian responden perguruan tinggi sebanyak 4
1. Gambaran Dukungan Keluarga orang atau 6,9%. Sesuai dengan yang
Orangtua di RS Bhayangkara dikatakan Leukenotte (2010), bahwa
Setukpa Lemdikpol Kota
semakin tingkat pendidikan seseorang
Sukabumi.
Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh kemungkinan semakin tinggi juga
data bahwa sebagian besar responden ada dukungan yang diberikan keluarga
47 responden atau 81 % yang mendapat Orangtua Kepada Orangtua untuk
dukungan dari keluarga dan sebagian mengantarkan anaknya menjalani
keciil tidak mendapatkan dukungan transfusi. Orangtua sangat mendukung
keluarga sebanyak 11 responden atau 19 dengan adanya keluarga orangtua yang
%. mengantarkan ke Rumah Sakit dan
memberikan perhatian dan saling

Jurnal STIKESMI | 57
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
menguatkan. Berdasarkan hasil penelitian 79,3% menjalankan transfusi darah dan
sebagian besar dukungan keluarga yang sebagain kecil responden tidak patuh
didapatkan orangtua pasien mendukung, sebanyak 12 orang atau 20,7% tidak
hal ini bisa dilihat dari beberapa orangtua menjalankan transfusi darah. Hal ini
pasien yang datang ke Rumah Sakit selalu sesuai dengan teori yang dikemukakan
ditemani keluarganya, keluarga oleh Stanley (2009), yang menyatakan
memberikan kesempatan berbicara ketika bahwa kepatuhan adalah tingkat
ada keluhan, keluarga menyemangati seseorang dalam melaksanakan suatu
ketika bosan untuk menjalani pengobatan. aturan dan perilaku yang disarankan.
Walaupun terdapat orangtua pasien yang Menurut Niven (2010), mengatakan
selalu ditemani keluarganya tetapi masih bahwa faktor-faktor yang berhubungan
ada beberapa keluarga yang tidak dengan kepatuhan orangtua dalam
mendukung diantaranya keluarga kurang mengantarkan anaknya menjalani
perhatian, keluarga kurang mendengarkan pengobatan diantaranya usia, pendidikan,
keluhan dan kurang memberikan pengontrolan perilaku, mengembangkan
dorongan atau motivasi pada orangtua perilaku sehat dan mempertahankanya.
pasien serta terdapat beberapa pasien Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh data
yang kadang-kadang atau jarang ditemani bahwa sebagian besar usia responden 41-
dengan keluarga dengan alasan keluarga 50 tahun sebanyak 26 orang atau 44,8 dan
sibuk dan hal lainnya sehingga orangtua sebagian kecil responden dengan usia 20-
pasien merasa sendiri, tidak bisa 30 tahun sebanyak 13 Orang atau 22,8%.
mengungkapkan perasaan dan keluhan Menurut Niven (2010), bahwa semakin
yang dirasakan selama membawa cukup umur tingkat kematangan dan
anaknya menjalani transfusi dan ada pula kekuatan seseorang akan lebih matang
orangtua pasien datang kerumah sakit dalam berfikir. Usia mempengaruhi
sendiri ini dikarenakan jarak yang jauh terhadap daya tangkap dan pola pikir
satu dengan keluarga yang lain. seseorang. Semakin dewasa seseorang,
3. Gambaran Kepatuhan Orangtua maka cara berpikir semakin matang dan
Mengantarkan Anak Penderita teratur melakukan kepatuhan yang
Thalasemia Usia 2-5 Tahun Untuk
disarankan. Berdasarkan tabel 4.4 di
Menjalani Transfusi di RS
Bhayangkara Setukpa Lemdikpol peroleh data 21 orang responden atau
Kota Sukabumi 36,2% berpendidikan SMP dan 4 orang
Tabel 4.6 diperoleh data sebagian
responden atau 6,9% berpendidikan
besar patuh sebanyak 46 orang atau

Jurnal STIKESMI | 58
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
perguruan tinggi. Semakin tinggi digunakan alternatif lain yaitu
pendidikan maka akan berpengaruh menggunakan Continuity di peroleh P-
kepada kemampuan seseorang untuk Value 0,000 berarti kurang dari <0,05
menyerap informasi, menyelesaikan berdasarkan aturan hipotesis maka H0
masalah dan berperilaku baik, maka ditolak, ini berarti terdapat Hubungan
dengan pendidikan yang cukup baik Dukungan Keluarga Orangtua Dengan
diharapkan membuat keputusan dan Kepatuhan Orangtua Mengantarkan Anak
perilaku dengan nilai dan norma. Maka Penderita Thalasemia Usia 2-5 Tahun
pendidikan dapat meningkatkan Untuk Menjalani Transfusi Darah.
kepatuhan orangtua dalam membawa Hal ini diperkuat dengan penelitian
anaknya menjani pengobatan transfusi. Rachmawati (2009), dengan menyatakan
bahwa terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan kepatuhan transfusi
4. Hubungan Dukungan Keluarga darah, dukungan keluarga sangat penting
Orangtua Dengan Kepatuhan bagi kepatuhan orangtua. Selain sebagai
Orangtua Mengantarkan Anaka
pihak yang mendukung untuk
Penderita Thalasemia Usia 2-5
Tahun Untuk Menjalani Transfusi kesembuhan keluarga juga
Darah di RS Bhayangkara Setukpa bertanggungjawab sabagai pengawas
Lemdikpol Kota Sukabumi.
yang nantinya akan berperan untuk
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan
mengawasi dan mengingatkan secara terus
bahwa responden yang mendapatkan
menerus kepada orangtua agar secara rutin
dukungan keluarga mendukung sebagian
dan tepat waktu mengantarkan anaknya
besar patuh 43 orang atau 91,5 % dan
menjalani transfusi sesuai dengan dosis
sebagian kecil 4 orang 8,5 % sedangkan
yang sudah ditetapkan oleh petugas.
dari 11 responden dukungana keluarga
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
tidak mendukung sebagian besar tidak
bahwa dukungan keluarga orangtua di
patuh sebanyak 8 orang atau 72,7 %
Ruang Thalasemia di Rumah Sakit
sebagian kecil 3 orang 27,3 %.
Bhayangkara Setukpa Lemdikpol Kota
Berdasarkan hasil uji statistic Pada
Sukabumi mendukung diantaranya selalu
saat dilakukan analisa bivariat
memberikan dorongan atau motivasi
menggunakan chi square tidak memenuhi
sehingga sebagian besar orangtua patuh
syarat yaitu frekuensi harapannya lebih
mengantarkan anaknya menjalani
dari 20% sehingga menggunakan
pengobatan transfusi darah. Hal ini
alternatif lain, Pada penelitian ini

Jurnal STIKESMI | 59
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
menunjukan jika dukungan yang 1. Sebagian besar responden di Ruang
diberikan keluarga akan mengurangi Thalasemia Rumah Sakit
ketidakpatuhan pada orangtua pasien. Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Semakin tinggi dukugan yang diberikan Kota Sukabumi mendapatkan
keluarga, semakin menurunkan angka dukungan keluarga orangtua sebanyak
ketidakpatuhan, sebaliknya jika tidak 47 responden atau 81% .
mendukung akan mengalami 2. Sebagian besar responden orangtua
ketidakpatuhan. Faktor-faktor yang patuh mengantarkan anak untuk
mempengaruhi Ketidakpatuhan Menurut menjalani transfusi darah di Ruang
Niven (2007) antara lain adalah Thalasemia Rumah Sakit
Pemahaman tentang intruksi, kualitas Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
interaksi, isolasi sosial dan motivasi. Kota Sukabumi sebanyak 46
Berdasarkan uraian diatas responden atau 79,3%.
menunjukkan bahwa terdapat hubungan 3. Adanya hubungan dukungan keluarga
dukungan keluarga orangtua dengan orangtua dengan kepatuhan orangtua
kepatuhan orangtua. Hal ini sesuai dengan mengantarkan anak penderita
teori Maryam (2012) yang mengatakan thalasemia usia 2-5 tahun untuk
bahwa keluarga merupakan orang yang menjalani transfusi darah di Rumah
paling sering memberikan dukungan Sakit Bhayangkara Setukpa
secara terus menerus agar tetap berupaya Lemdikpol Kota Sukabumi.
mempertahankan kepatuhan orangtua
dengan cara mengantarkan anaknya B. Saran
menjalani transfusi darah secara rutin. 1. Bagi Rumah Sakit
Dengan demikinan dukungan yang Berdasarkan hasil penelitian yang
diberikan keluarga sangat penting bagi telah dilakukan tentang dukungan
orangtua patuh dalam mengantarkan keluarga dengan kepatuhan orangtua
anaknya menjalani pengobatan transfusi. mengantarkan anak penderita
Thalasemia, diharapkan petugas
KESIMPULAN DAN SARAN kesehatan membantu orangtua
A. Kesimpulan penderita Thalasemia
Berdasarkan hasil penelitian dapat menginformasikan yang jelas dan
disimpulkan sebagai berikut: lengkap kepada orangtua penderita
Thalasemia tentang pentingnya

Jurnal STIKESMI | 60
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
transfusi darah. Sehingga diharapkan sama tetapi dengan variabel bebas
dukungan keluarga orangtua dapat yang berbeda.
meningkatkan kepatuhan terhadap
orangtua agar semangat dalam
DAFTAR PUSTAKA
mengantarkan anaknya menjalani
Arikunto,S. 2013. Prosedur penelitian
transfusi darah secara rutin dan teratur. suatu pendekatan Praktek. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta

Untuk manajemen Rumah Sakit Atnasari, D. 2014 . Dukungan Sosial


Terhadap Motivasi Hidup
Bhayangkara Setukpa Lemdikpol Pada Anak Penderita Thalesemi
Kota Sukabumi Khususnya Ruangan Mayor Yang menjalani Tranfusi
Darah.
Thalasemia, karena dukungan
keluarga orangtua sangat tinggi, maka Budhiana , J. 2017. Modul Analisa
Data Penelitian. Sukabumi :
salah satu hal yang mendukung adalah Stikes Sukabumi.
pemberian fasilitas yang lebih
Friedman, M., 2010. Keperawatan
memadai, sehingga motivasi orangtua keluarga : teori dan praktek.
mengantarkan anaknya untuk Edisi III Jakarta: EGC
Hidayat, 2010. Metode penelitian
menjalani transfusi darah dan juga kebidanan tekhnik analisa data.
meningkatkan motivasi hidup para Jakarta Medika.

penderita Thalasemia. Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit


Bhayangkara Secapa Lemdikpol,
2. Bagi Peneliti Selanjutnya 2018
Penelitian ini diharapkan dapat I Made Bakta, 2008, Hematologi Klinik
digunakan sebagai sumber referensi Ringkas, Jakarta, EGC

dan bacaan untuk peneliti selanjutnya Tarwono. 2008. Keperawatan Medikal


Bedah Gangguan Sistem
dalam kaitannya dukungan keluarga Hematologi. Jakarta
dengan kepatuhan orangtua menjalani Maryam, R Siti,dkk. 2008. Dukungan
transfusi darah pada anak penderita keluarga dan perawatanya.
Jakarta: Salemba medika.
Thalassemia usia 2-5 tahun dan dapat
melanjutkan penelitian dengan Notoatdmojo, S. 2012. Metode Penelitian
melihat apakah hasil penelitian ini Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
akan sama jika dilakukan di Rumah Niven. 2010. Psikologi Kesehatan
:
Sakit yang berbeda, ataupun
melakukan penelitian ditempat yang

Jurnal STIKESMI | 61
Hubungan Dukungan Keluarga Orangtua Dengan Kepatuhan Orangtua Anak Penderita Thalasemia
Usia 2-5 Tahun Untuk Menjalani Transfusi Darah Di RS Bhayangkara Setukpa Lemdikpol
Kota Sukabumi // Siska Syarifah, Rima Novianti
Santrock, John W. 2007.
Perkembangan Anak edisi
kesebelas jilid 1, Edisi Kesebelas.
Penerbit Erlangga.

Suharsimi, Arikunto. 2013. Prosedur


PendekatanPraktek/ Suharsimi
Arikunto – cet. 15 –
Kepatuhan. EGC : Jakarta Jakarta : Rineka.
Ngastyah. , 2008. Perawatan Anak Sakit
; editor, Monica Ester, -- Ed.2 . Sigiyono. 2010. Statistik Untuk
—Jakarta : EGC. Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Riskesdas 2013. UU No. 36 Tahun 2009
Nursalam. 2010. Konsep dan penerapan tentang Kesehatan .
metodelogi penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta:Salemba WHO F. 2010. penggunaan klinik
Medika. Darah, Alih Bahasa: Andri
Rahmah. 2011. Dukungan keluarga pada Hartono, Jakarta EGC
pasien Thalasemia yang sedang
menjalani transfusi darah di klinik Ruswadi. 2016. Jumlah Penderita
Thalassemia di Indonesia
Hematologi Onkologi RSUP Dr.
Hasan sadikin Bandung. Majalah terus meningkat.
Artikel.http://www.republika.co.id
keperawatan Unpad 13 (1): 51-62.
Riyanto, 2013, Aplikasi Metodologi WHO. 2012. The global burden of
Penelitian Kesehatan. diseaseup date. Diperoleh
Yogyakarta : Nuha tanggal 28 Februari 2015 Dari
Medika www.who.int/healthinfo/glob
l_burden_disease/GBD_report
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI _2004update_full.pdf
/ Jakarta, Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak : Suplemen Buku Ganie : RA. 2009. Thalasemia:
Kuliah 3, Jakarta, 2008. permasalahan dan
penanganannya.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN GEJALA KEKAMBUHAN


PENDERITA SKIZOFRENIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
KABUPATEN SUKABUMI

Dina Septia Wardian1, Lia Novianty2


2
Dosen Program Studi Ners STIKes Sukabumi.
Email : lianovianty9@gmail.com

ABSTRAK

Jurnal STIKESMI | 62
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan


timbulnya pikiran, persefsi, emosi, gerakan atau perilaku yang aneh dan terganggu. Dan
fenomena skizofrenia saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan setiap
tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita skizofrenia bertambah. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan gejala kekambuhan penderita
skizofrenia.
Dukungan keluarga dengan gejala kekambuhan penderita skizofrenia adalah informasi
atau nasihat verbal atau non verbal dalam dalam upaya mencegah gejala kekambuhan.
Kekambuhan adalah kembali munculnya gejala positif dan negatif skizofrenia. Skizofrenia
adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya pikiran atau perilaku
yang aneh dan terganggu.
Penelitian ini menggunakan penelitian jenis korelasioanal melalui pendekatan cross
sectional dengan populasi 41 orang dan sampel 31 orang. Teknik pengambilan sampel
dengan total sampling. Uji dukungan validitas keluarga dari 20 item pertanyaan valid semua
dengan nilai reliabilitas 0.954. analisa hipotesa menggunakan uji exact fishers.
Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar dukungan keluarga mendukung
sebanyak 83,9% dan sebagian besar terjadi gejala kekambuhan sebanyak 86,71%. Hasil
penelitian P-value = 0.008, menunjukan adanya hubungan dukungan keluarga dengan gejala
kekambuhan penderita skizofrenia.
Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan gejala kekambuhan penderita
skizofrenia, di Wilayah Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi. Disarankan
bagi pihak puskesmas agar lebih optimal memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang
peran keluarga dengan gejala kekambuhan penderita skizofrenia.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Skizofrenia, Gejala Kekambuhan


Daftar Pustaka : 25 Buku dan 2 situs (2006-2018)

PENDAHULUAN terhindar dari gangguan jiwa (Stuart


dalam Taufik, 2014).
Kesehatan jiwa merupakan suatu
sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh Gangguan jiwa merupakan adanya
berkembang, memiliki aktualisasi diri, gangguan pada fungsi mental yang
keutuhan, kebebasan diri, memiliki meliputi emosi, pikiran, perilaku,
persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan perasaan, motivasi, kemauan, keinginan,
dalam beradaptasi dengan lingkungan. daya tilik diri dan persepsi sehingga
Juga sehat mental dan sosial seperti mengganggu dalam proses hidup di
penyakit atau perasaan tertekan yang masyarakat (Nasir dalam Taufiq, 2014).
memungkinkan seseorang tersebut untuk Proses penyembuhan pada
hidup produktif, mengendalikan stress dan penderita skizofrenia harus dilakukan

Jurnal STIKESMI | 61
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

secara holistik dan melibatkan anggota kekambuhan dicirikan seperti menjadi


keluarga. Adanya keterlibatan keluarga ragu-ragu dan serba takut (nervous), tidak
dalam proses penyembuhan penderita ada nafsu makan, sukar konsentrasi, sulit
gangguan jiwa sangat dibutuhkan, karena tidur, depresi, tidak ada minat, dan
keluarga dalam hal ini membantu untuk menarik diri. (Firdaus, 2007).
memulihkan proses penyembuhan dari Menurut World Health
penderita gangguan jiwa. (Keliat, 2010). Organization (WHO) masalah gangguan
Dukungan keluarga terjadi dalam Kesehatan jiwa di seluruh dunia memang
semua tahap siklus kehidupan. Dengan sudah menjadi masalah yang sangat
adanya dukungan keluarga, keluarga serius. WHO menunjukan prevalensi
mampu berfungsi dengan berbagai skizofrenia 450 juta jiwa di seluruh dunia
kepandaian dan akal untuk meningkatkan mengalami gangguan kesehatan jiwa
kesehatan dan adaptasi keluarga dalam khususnya skizofrenia.
kehidupan. Jika tidak ada dukungan Hasil Riset Kesehatan Dasar
keluarga penderita tidak dapat berperan (Riskesdas), tahun 2015 menunjukkan
sesuai harapan lingkungannya, sehingga bahwa prevalensi gangguan jiwa berat
apabila penderita dinyatakan sembuh dan sebanyak 1,7% per 1000 penduduk atau
kembali ke lingkungannya maka faktor sekitar 400.000 orang, salah satunya dari
dari keluarga dan lingkungan sangat gangguan jiwa tersebut adalah skizofrenia
mempengaruhi. Keluarga adalah bagian (Kemenkes, 2015).
penting dalam proses kesembuhan Skizofrenia pun semakin
penderita gangguan jiwa dan juga meningkat dari setiap tahunnya. Angka
lingkungan penderita tempat melakukan prevalunsi di Jawa Barat sebagai provinsi
aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. di Indonesia mengalami peningkatan
Keluarga harus memberikan penderita dalam jumlah penderita gangguan jiwa.
rasa nyaman, merasa dicintai meskipun Data Riskesdas (2013) menyebutkan,
saat mengalami suatu masalah. Dan penderita gangguan jiwa ringan hingga
bantuan dalam bentuk semangat, empati, berat di Jawa Barat mencapai 465.975
rasa percaya, perhatian sehingga penderita orang naik signifikan dari 2012 sebesar
yang menerima merasa berharga. 296.943 orang. Jumlah penderita
(Friedman, 2010). gangguan jiwa di Jawa Barat naik sekitar
Kekambuhan adalah peristiwa 63% (Kemenkes, 2017).
timbulnya kembali gejala-gejala yang Skizofrenia adalah suatu gangguan
sebelumnya sudah memperoleh kemajuan jiwa berat yang di tandai dengan

Jurnal STIKESMI | 61
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

penurunan atau ketidakmampuan (Kaplan et al., 2010).


berkomunikasi, gangguan realitas
(halusinasi atau waham), afek tidak wajar METODE PENELITIAN
atau tumpul, gangguan kognitif (tidak Penelitian ini menggunakan jenis
mampu berfikir abstrak) serta mengalami penelitian korelasional dengan
kesukaran melakukan aktivitas sehari-hari pendekatan cross sectional yaitu suatu
(Anna Keliat Budi dkk, 2012). penelitian yang dilakukan dengan
Skizofrenia dapat disebabkan oleh pengamatan sesaat atau dalam suatu
faktor-faktor yang saling berkombinasi, periode tertentu dan setiap subjek tertentu
seperti yang diterangkan oleh teori hanya dilakukan satu kali pengamatan
Diathesis-Stress Model untuk selama penelitian (Arikunto, 2010).
menjelaskan penyebab skizofrenia. Lokasi penelitian ini dilaksanakan
Teori Diathesis-Stress Model di Wilayah Kerja Puskesmas Kebon Pedes
dijelaskan dalam dua model, yaitu : a. Kabupaten Sukabumi. Waktu penelitian
Diathesis Model, yang menyatakan bahwa ini dilaksanakan bulan Februari sampai
penyebab skizofrenia adalah faktor Juli Tahun 2018.
genetik sebagai predisposisi biologis, Populasi dalam penelitian ini
seperti: kerusakan struktur otak, adalah seluruh keluarga yang memiliki
ketidakmampuan menerima dan anggota keluarga yang mengalami
mengorganisasikan informasi yang skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas
kompleks, dan kekacauan sistem regulasi Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi.
neurotransmitter. b. Stress Model, Sampel dalam penelitian ini sebanyak 31
berhubungan dengan kemampuan orang. Sampel yang digunakan dalam
individu untuk menyelesaikan penelitian ini di dapat dengan teknik
permasalahan dengan solusi yang tepat. pengambilan sampel Total Sampling
Stressor diklasifikasikan menjadi 2 yakni dengan sampling jenuh.
stressor yang bersifat fisik dan psikologis. Instrumen penelitian ini
Teori Diathesis-Stress Model menggunakan kuisioner untuk variabel
menggabungkan antara faktor psikologis, dukungan keluarga dan gejala
biologis dan lingkungan (ketiga faktor kekambuhan mengacu pada skala
tersebut saling berpengaruh secara guttman.
dinamis). Yang mempengaruhi seseorang Uji validitas yang dilakukan pada
sehingga dapat menyebabkan variabel dukungan keluarga dari 20 item
berkembangnya gejala skizofrenia semua valid karena nilai p-value <0,05.

Jurnal STIKESMI | 62
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

Dan uji reliabilitas 0,954, maka artinya


variabel tersebut dikatakan reliabel karena
nilai r > 0,40. Setelah melalui pengolahan
data yang meliputi Editing, Coding,
Scoring, Data Entry dan Cleaning
selanjutnya data dianalisis secara univariat Berdasarkan Tabel 4.2,

dilakukan terhadap tiap variabel, menunjukan bahwa sebagian besar umur

sementara analisis bivariate dilakukan responden berada pada rentang umur > 76

dengan uji Korelasi Spearman Rank tahun sebanyak 27 responden (87,1%) dan

menggunakan program SPSS, dengan sebagian kecil adalah responden dengan

tingkat signifikan p <0,05 (taraf rentang usia 22-35 tahun yaitu sebanyak 4

kepercayaan95%). responden (12,8%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi


HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Berdasarkan Pekerjaan
Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan Tabel 4.3,


menunjukan bahwa sebagian besar
responden bekerja yaitu sebanyak 21
Berdasarkan Tabel 4.1, responden (67,7%), dan sebagian kecil
menunjukan bahwa sebagian besar jenis responden tidak memiliki pekerjaan yaitu
kelamin responden adalah perempuan sebanyak 10 responden (32,3%).
sebanyak 18 responden (58,1%) dan
sebagian kecil laki – laki sebanyak 13 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden
orang (41,9%). Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi


Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur

Jurnal STIKESMI | 63
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

Berdasarkan Tabel 4.4 Tabel 4.8 Tabulasi Silang Hubungan


Dukungan Keluarga
menunjukan bahwa sebagian besar
Dengan Gejala
pendidikan sebagian responden SD yaitu Kekambuhan Penderita
skizofrenia di Wilayah
sebanyak 15 responden (48,4%), SMP
Kerja Puskesmas Kebon
sebanyak 10 responden (34,3%) dan SMA Pedes Kabupaten
6 resonden (17,3%) . Kekambuhan
Dukungan P
Tdk Total %
Keluarga Kambuh % % Value
Kambuh
Mendukung 25 80,6 1 3,3 26 83,9
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tdk
2 6,5 3 9,6 5 16,1 0,000
Karakteristik Mendukung
Responden Jumlah 27 87,1 4 12,9 31 100
Berdasarkan Lama Sukabumi
Penderita Menderita Berdasarkan Tabel 4.8
Skizofrenia menunjukkan bahwa dari 26 keluarga
yang memberikan dukungan kepada
penderita skizofrenia 25 orang (80.6%)
mengalami kekambuhan dan 1 orang
(3.3%) tidak mengalami kekambuhan.
Dari 5 keluarga yang tidak memberikan
dukungan keluarga 2 orang (6.5%)
mengalami kekambuhan, 3 orang (9.6%)
tidak mengalami kekambuhan.
Hasil uji statistika dengan
menggunakan Korelasi Spearman Rank
Berdasarkan Tabel 4.5,
yang menunjukan bahwa P-value = 0,00
menunjukan bahwa sebagian besar
yaitu berarti P-value <0,05 yang
responden berdasarkan lama penderita
menunjukan bahwa tolak H0 yaitu ada
menderita skizofrenia yaitu sebanyak 5
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
responden (16,1%) di usia 9 tahun, dan
Gejala Kekambuhan Penderita
sebagian kecil responden yang
Skizofrenia.
berdasarkan lama penderita menderita
skizofrenia yaitu sebanyak 1 orang (3.2%) PEMBAHASAN
di masing-masing usia 13, 14, 15, 16, 20,
1. Gambaran Dukungan Keluarga
24 dan 54 tahun. di Wilayah Kerja Puskesmas
Kebon Pedes Kabupaten
Analisa Bivariat
Sukabumi

Jurnal STIKESMI | 64
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

Berdasarkan Tabel 4.6, pemahaman dan respon terhadap


menunjukan bahwa sebagian besar perubahan kesehatan yang berbeda, baik
dukungan keluarga adalah mendukung dari dalam individu sendiri atau orang
yaitu sebanyak 26 responden (83,9%), dan disekitar individu tersebut.
sebagian kecil dukungan keluarga adalah 2. Gambaran gejala kekambuhan
tidak mendukung yaitu sebanyak 5 penderita skizofrenia di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes
responden (16,1%).
Kabupaten Sukabumi
Menurut Kuncoro (2008), yang
Berdasarkan Tabel 4.7.
menyatakan bahwa terdapat beberapa
menunjukan sebagian besar penderita
faktor yang mempengaruhi dukungan
skizofrenia mengalami kejadian
keluarga diantaranya ada faktor internal
kekambuhan yaitu sebanyak 27 responden
yang terdiri dari tahap perkembangan
(87,1%), dan sebagian kecil tidak terjadi
yaitu dukungan dapat ditentukan oleh
kekambuhan pada penderita skizofrenia
faktor usia, pendidikan atau tingkat
yaitu sebayak 4 responden (12,9%).
pengetahuan, dan faktor eksternal yang
Menurut Budhiana keliat (2010)
terdiri dari praktik dikeluarga, dan latar
ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga
belakang budaya.
diperkirakan menyebabkan kekambuhan
Berdasarkan uraian diatas bahwa
yang tinggi pada klien. Hal lain adalah
faktor internal yang dapat mempengaruhi
klien mudah dipengaruhi oleh stress yang
dukungan keluarga adalah diantaranya
menyenangkan maupun yang
usia dan pendidikan. Dari hasil penelitian
menyedihkan. Keluarga mempunyai
yang dilakukan didapatkan bahwa pada
tanggung jawab yang penting dalam
tabel 4.2, menunjukan sebagian besar
proses perawatan di rumah sakit jiwa,
umur responden terdapat pada rentang
persiapan pulang dan perawatan di rumah
umur > 35 tahun, yaitu sebanyak 27
agar adaptasi klien berjalan dengan baik.
responden (87,1%) dan sebagian kecil
Kualitas dan efektifitas perilaku keluarga
adalah responden dengan rentang usia 23-
akan membantu proses pemulihan
35 yaitu sebanyak 4 responden (12,8%).
kesehatan klien sehingga status klien
Usia dalam penelitian ini termasuk
meningkat.
kedalam tahap perkembangan yang
Beberapa peneliti menunjukkan
optimal karena dalam hal ini usia adalah
bahwa salah satu faktor penyebab kambuh
kematangan dalam pertumbuhan dan
skizofrenia adalah keluarga yang tidak
perkembangan, dengan demikian setiap
tahu cara menangani klien Skizofrenia di
rentang usia (bayi-lansia) memiliki

Jurnal STIKESMI | 65
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

rumah. Faktor keluarga memegang peran berarti P-value <0,05 yang menunjukan
penting dalam proses terjadinya bahwa tolak H0 yaitu ada Hubungan
skizofrenia. Hal ini menunjukan bahwa Dukungan Keluarga Dengan Gejala
kuat lemahnya dukungan keluarga Kekambuhan Penderita Skzofrenia.
terhadap penderita berpengaruh tingkat Menurut Kuncoro (2008)
kesembuhan skizofrenia. Semakin kuat menunjukan bahwa Dukungan keluarga
dukungan keluarga terhadap penderita merupakan informasi atau nasihat verbal
memungkinkan semakin cepat tingkat atau non verbal, bantuan yang nyata,
kesembuhan skizofrenia. Sebaliknya tindakan yang diberikan keluarga kepada
semakin lemah dukungan keluarga individu dan mempunyai efek perilaku
terhadap penderita memungkinkan bagi pihak penerima juga dapat
semakin lama tingkat kesembuhan memberikan keuntungan emosional dan
skizofrenia. Demikian juga halnya dengan berpengaruh pada tingkah laku
kekambuhan skizofrenia, terkait dengan penerimanya.
kuat lemahnya dukungan keluarga. Dukungan keluarga sangat penting
(Sullinger dalam Keliat, 2010). terhadap pengobatan dan kesembuhan
3. Hubungan dukungan keluarga penderita gangguan jiwa. Jika tidak ada
dengan gejala kekambuhan dukungan keluarga penderita tidak dapat
penderita skizofrenia di
berperan sesuai harapan lingkungannya,
Wilayah Kerja Puskesmas
Kebon Pedes Kabupaten sehingga apabila penderita dinyatakan
Sukabumi sembuh dan kembali ke lingkungannya
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat maka faktor dari keluarga dan lingkungan
dilihat bahwa dari 26 responden dengan sangat mempengaruhi. Faktor dukungan
dukungan keluarga kategori mendukung, keluarga dan penerimaan keluarga
25 responden (80.6%) mengalami menentukan kesembuhan penderita
kekambuhan dan 1 responden (3.3%) skizofrenia. Karena hal ini akan membuat
tidak mengalami kekambuhan. Dari 5 penderita merasa di hargai dan anggota
responden dengan dukungan keluarga keluarga siap memberikan dukungan
kategori tidak mendukung, sebagian besar untuk proses kesembuhan penderita dan
mengalami kekambuhan sebanyak 2 gejala kekambuhan pun semakin
responden (6.5%) dan 3 responden (9.6%) berkurang. (Friedman, 2010).
tidak mengalami kekambuhan. Nilai Hasil penelitian dapat disimpulkan
Korelasi Spearman Rank yang bahwa semakin baik dukungan keluarga,
menunjukan bahwa P-value = 0,00 yaitu maka gejala kekambuhan pun semakin

Jurnal STIKESMI | 66
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

berkurang. Dan sebaliknya semakin Sukabumi di harapkan agar lebih


kurang dukungan keluarga maka gejala meningkatkan bentuk pengetahuan
kekambuhan terhadap penderita untuk keluarga khususnya
skizofrenia pun semakin tinggi. penyuluhan bagi keluarga tentang
cara memberi dukungan dari
KESIMPULAN DAN SARAN keluargannya terhadap penderita
Kesimpulan skizofrenia lebih di tingkatkan karena
Berdasarkan hasil penelitian dapat faktor keluarga sangat mempengeruhi
disimpulkan bahwa hubungan dukungan terhadap proses kesembuhan dan
keluarga dengan gejala kekambuhan gejala kekambuhan penderita
penderita skizofrenia di Wilayah Kerja skizofrenia.
Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sukabumi sebagai berikut: Agar lebih bisa menggali tentang
1. Dukungan keluarga dengan gejala penderita skizofrenia atau kita lebih
kekambuhan penderita skizofrenia di peka lagi dikarenakan banyak sekali
Wilayah Kerja Puskesmas Kebon faktor-faktor seperti tahap
Pedes Kabupaten Sukabumi sebagian perkembangan, pendidikan atau
besarnya keluarga mendukung. tingkat pengetahuan, spiritual, emosi,
2. Kejadian gejala kekambuhan pada praktik dikeluarga, dan latar belakang
penderita skizofrenia di Wilayah Kerja budaya yang bisa mempengaruhi
Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten dukungan keluarga dalam
Sukabumi sebagian besarnya terjadi meningkatkan kesembuhan dan
gejala kekambuhan pada penderita mencegah kekambuhan penderita
skizofrenia. skizofrenia. Dan mencari faktor lain
3. Terdapat hubungan dukungan yang berhubungan dengan kejadian
keluarga dengan gejala kekambuhan gejala kekambuhan penderita
pada penderita skizofrenia di Wilayah skizofrenia karena dukungan keluarga
Kerja Puskesmas Kebon Pedes berpengaruh terhadap gejala
Kabupaten Sukabumi. kekambuhan.

Saran DAFTAR PUSTAKA

1. Bagi Puskesmas Kebon Pedes Ali, Z. Pengantar keperawatan keluarga.


Jakarta: EGC, 2010.
Hasil penelitian ini bagi
Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten

Jurnal STIKESMI | 67
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

Andriani, L. (2014). Pengaruh Dukungan Harmoko. (2012). Asukan Keperawatan


Keluarga Pada Pasien Skizofrenia. Keluarga. Pustaka Pelajar:
Skripsi untuk memperoleh Gelar Yogyakarta.
Sarjana Psikologi. Universitas
Hawari, D. (2014). Pendekatan Holistik
Diponorogo: Semarang.
Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.
Arikunto, S. Prosedur penelitian suatu Jakarta: FKUI.
pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Hidayat, A. Aziz. Metode Penelitian
Cipta, Pustaka Pelajar.2011.
Keperawatan dan teknik Analisa
Bidijanto, D. (2014). Artikel Kesehatan : Data, Jakarta: Salemba medika,
Data Pasien Gangguan Mental di 2007.
Seluruh Indonesia. Kompasiana,
Kaplan, H.L., dkk. (2006). Sinopsis
dalam
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan
http://kesehatan.kompasiana.com
Perilaku Psikiatri Klinis Edisi 7
diakses pada tanggal 28 Maret 2018.
Jilid II. Binaputra Aksara: Jakarta.
Dahlan, Sopiyudin. Statistik untuk
Keliat, Budi Anna. Proses Keperawatan
kedokteran dan kesehatan:
Kesehatan Jiwa (Edisi 2), Jakarta:
Deskriptif, Bivariat, dan
EGC, 2010
Multivariat. Jakarta : Salemba
Medika, 2009. Keliat, B. A, (2006). Modul IC CMHN
Managemen Kasus Gangguan Jiwa
Durand, V. M, Barlow, D.H. Essentials of
Dalam Keperawatan Kesehatan
Abnormal Psycologi. Yogyakarta:
Jiwa Komunitas, Jakarta.
Pustaka Pelajar, 2007
Kemenkes, RI. (2015). Survey Kesehatan
Effendy dan Makhfudli. Keperawatan
Nasional. Laporan KemenkesRI.
kesehatan komunitas teori dan
Jakarta.
praktik dalam keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika, 2009. Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukabumi Tahun 2018.
Filip, C, & Zdeneck, K (2011) . Perception
of the situation in the arctic by chey Laporan Tahunan Puskesmas Kebon
actors and the possibility of confilct Pedes Kabupaten Sukabumi Tahun
escalation. Defence strategy. 2018.
Firdaus. Kekambuhan Stres, Cemas, Lehmen, A.F. (2010). Practice Guidiline
Gangguan Jiwa Umum. Jakarta: for the treatment pf patiens with
EGC, 2007. schizofrenia (2nd ed). Arlington
Friedman M (2010). Buku ajar Maramis, W.F. (2010). Catatan Ilmu
keperawatan keluarga riset, teori, Kedokteran Jiwa. Airlangga
dan praktik. Edisi 5. Jakarta : EGC. University Press: Surabaya.
Gail W. Stuart & Laraia, Principles and Marilyn M. Buku ajar keperawatan
practice of Psychiatric Nursing. keluarga: Riset, Teori dan Praktek.
Edition 8. Missouri : Mosby. Years Jakarta: EGC, 2010.
Book, 2006.

Jurnal STIKESMI | 68
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Gejala Kekambuhan Penderita Skizofrenia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kebon Pedes Kabupaten Sukabumi // Dina Septia, Lia Novianty

Nasir & Muhith. (2011). Dasar-Dasar Suwardiman, D. 2011. Hubungan Antara


Keperawatan Jiwa. Jakarta: Dukungan dan Beban Keluarga
Salemba Medika. Untuk Mengikuti Regimen
Terapeutik Pada Keluarga Klien
Nazir, A & Muhith, A. (2011). Dasar-
Halusinasi di RSUD Serang. Tesis
Dasar Keperawatan Jiwa. Salemba
Untuk Memperoleh Gelar Megister
Medika: Jakarta
Ilmu Keperawatan. Universitas
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Indonesia: Depok.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Videbeck, buku ajar psikiatri klinis.
Rineka Cipta.
Jakarta. FK UI 2008.
Padila (2012). Buku ajar: Keperawatan
WHO. (2013).
Keluarga Dilengkapi Aplikasi
Schizofrenia.Www.Who.Int. Diakses
Kasus Askep Keluarga Terapi
tanggal 20 Februari 2018.
Herbal dan Terapi Modalitas
Cetakan I. Nuha Medika: Yosep, H.i., & Titin , S. 2014. Buku Ajar
Yogjakarta. Keperawatan Jiwan dan Advance
Mental Health Nursing Cetakan
Pharoah F, Mari J, Rathbone J, Wong J
Keenam. Pt Refika Aditama:
(2010). Family intervention for
Bandung
schizofrenia. The Cochrane
Collaboratiaon. Yunus Taufik. 2014. Hubungan dukungan
keluarga dengan kekambuhan
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan
pasien skizofrenia.
Riset Keperawatan Edisi Pertama.
http://opac.say.ac.id/521/1.NASKA
Graha Ilmu: Yogyakarta.
H%20PUBLIKASI.pdf
Setiadi (2008). Konsep dan Penulisan
http://health.kompas.com, Diakses pada
Riset Keperawatan Edisi Pertama.
tanggal 05 Mei 2018
Graha Ilmu Yogyakarta.
http://dukungan.keluarga.initi.ginanjar.bl
Stuart Gail W. (2009). Buku Keperawatan ogspot.com, Diakses pada tanggal
Jiwa Edisi 5. Jakarta. EGC 05 Juli 2018.
Suryani. (2008). Mengenal gejala dan
penyebab gangguan jiwa. Literatur
Riview Seminar Nasional.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN


PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 3 DI SDN
SURYAKENCANA CBM WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELABATU
KOTA SUKABUMI

Gista Zia Maulida Putri1, Hj. Iyam Mariam2

Jurnal STIKESMI | 69
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Sukabumi.
Email : iyam.mariam59@yahoo.com

ABSTRAK

Pola asuh orang tua sangat diperlukan dalam proses pembentukan tugas perkembangan
kemandirian pada anak salah satunya dalam kemandirian personal hygiene. Pola asuh yang
tepat akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak. Tujuannya untuk mengetahui hubungan
pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian personal hygiene pada anak sekolah dasar
kelas 3.
Pola asuh orang tua merupakan interaksi, komunikasi dan perilaku orang tua dengan
anak agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara optimal. Tingkat kemandirian
personal hygiene pada anak sekolah dasar yaitu mampu dalam melakukan aktivitas dalam
menjaga kebersihan dan perawatan diri.
Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah populasi sebanyak 130 dengan sampel 98 responden. Teknik pengambilan
sampel proportional random sampling. Analisa data menggunakan Chi Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden menerapkan pola asuh
demokratis sebanyak 30 (30.6%) dan untuk tingkat kemandirian personal hygiene sebagian
besar termasuk kategori cukup mandiri sebanyak 35 (35.7%). Didapatkan p-value 0,000
yang artinya tolak H0 dan terima H1.
Kesimpulan terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian
personal hygiene pada anak sekolah dasar kelas 3. Hasil penelitian diharapkan dijadikan
masukan yang positif untuk menunjang perkembangan kemandirian pada anak usia sekolah.

Daftar Pustaka : 31 Referensi (2010-2018)


Kata Kunci : Pola Asuh Orang Tua, Kemandirian, Personal Hygiene

PENDAHULUAN secara sosial dan ekonomis. (Kementerian


Pembangunan kesehatan pada Kesehatan RI, Renstra 2015).
hakekatnya adalah upaya yang Peraturan Menteri Kesehatan
dilaksanakan oleh semua komponen Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2014
Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk tentang Upaya Kesehatan Anak
meningkatkan kesadaran, kemauan dan menimbang bahwa setiap anak berhak atas
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang kelangsungan hidup, tumbuh dan
agar terwujud derajat kesehatan berkembang serta berhak atas
masyarakat yang setinggi-tingginya, perlindungan dari kekerasan dan
sebagai investasi bagi pembangunan diskriminasi, sehingga perlu dilakukan
sumber daya manusia yang produktif upaya kesehatan anak secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan

Jurnal STIKESMI | 67
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
dengan ketentuan umum dalam peraturan kemandirian adalah kemampuan untuk
menteri yang dimaksud dengan Upaya melakukan kegiatan atau tugas sehari –
Kesehatan Anak adalah setiap kegiatan hari sesuai dengan tahapan perkembangan
dan/atau serangkaian kegiatan yang dan kapasitasnya. Teori Orem juga
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan menyatakan bahwa kebutuhan anak dalam
berkesinambungan untuk memelihara dan melakukan perawatan diri (personal
meningkatkan derajat kesehatan anak hygiene) merupakan salah satu upaya anak
dalam bentuk pencegahan penyakit, untuk bisa mencapai kemandirian dalam
pengobatan penyakit, dan pemulihan melakukan pemenuhan kebutuhan dasar
kesehatan oleh Pemerintah, pemerintah (personal hygiene) (Herlina, 2013).
daerah dan/atau masyarakat. Tujuan Personal Hygiene dapat diartikan
dalam Pengaturan Upaya Kesehatan Anak kebersihan perorangan atau suatu tindakan
diantaranya menjamin tumbuh kembang untuk memelihara kebersihan dan
anak secara optimal sesuai dengan potensi kesehatan seseorang untuk kesejahteraan,
yang dimiliki. baik fisik maupun psikisnya (Isro’in dan
Menurut Suherman (2002) dalam Andarmoyo, 2012).
Putra (2012) anak adalah potensi dan Menurut Soetjiningsih (2004)
penerus cita-cita bangsa, yang dasarnya dalam Herlina (2013) salah satu faktor
telah diletakkan oleh generasi yang mempengaruhi kemandirian anak
sebelumnya. Anak yang dididik dengan yaitu pola asuh orang tua. Peran orang tua
baik maka ia akan tumbuh dan sebagai pengasuh sangat diperlukan bagi
berkembang dengan baik sesuai dengan anak sebagai penguat perilaku yang telah
tahap perkembangannya. Anak yang tidak dilakukannya. Pola asuh orang tua sangat
dididik atau dirawat dengan baik maka diperlukan dalam proses pembentukan
anak tidak akan tumbuh dan berkembang kemandirian pada anak.
sebagaimana mestinya Pola asuh adalah segala sesuatu
Menurut Kozier (2010) dalam yang dilakukan keluarga untuk
Herlina (2013) kemampuan dan membentuk perilaku anak mereka
keberhasilan tumbuh kembang anak dapat meliputi semua peringatan atau aturan,
dilihat dari kemandirian anak dalam pengajaran dan perencanaan, contoh dan
memenuhi kebutuhan dasarnya. kasih sayang serta pujian dan hukuman.
Menurut Lie dan Prasasti (2004) Terdapat tiga pola asuh yang sering
dalam Putra (2012) menyatakan bahwa digunakan dalam mendidik anak, yaitu

Jurnal STIKESMI | 67
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
pola asuh otoriter, pola asuh demokratis mandiri dan 1 orang menerapkan pola
dan pola asuh permisif (Yusuf, 2017). asuh permisif yaitu selalu menuruti
Pada dasarnya pengasuhan kemauan anak dan menghasilkan anak
merupakan seluruh interaksi antara subjek yang kurang mandiri. Jadi didapatkan
dan objek untuk membimbing, masih ada anak usia sekolah dasar kelas 3
mengarahkan, dan mengajarkan objek yang kurang mencapai tugas
sehari-hari secara rutin, sehingga hal ini perkembangannya, yaitu kurang mandiri
dapat merupakan sebuah pola. dalam melakukan perawatan kebersihan
Pengasuhan diarahkan untuk mengubah dirinya.
tingkah laku sesuai dengan kemauan si Berdasarkan uraian diatas, peneliti
pengasuh. Tentunya dalam pengasuhan ini tertarik untuk melakukan penelitian
dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan dengan judul “Hubungan Pola Asuh
yang dapat diperoleh dari pendidikan Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian
formal atau non-formal, atau secara tradisi Personal Hygiene Pada Anak Sekolah
diwariskan dari satu generasi ke generasi Dasar Kelas 3 di SDN Suryakencana
berikutnya (Istiany & Rusilanti, 2014). CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu
Berdasarkan studi pendahuluan Kota Sukabumi”.
yang dilakukan pada 12 Maret 2018 di Adapun hipotesis dalam penelitian
SDN Suryakencana CBM Kota Sukabumi ini adalah terdapat Hubungan Pola Asuh
yang dilakukan dengan wawancara Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian
kepada orang tua siswa kelas 3 bahwa dari Personal Hygiene Pada Anak Sekolah
6 orang tua siswa, 2 diantaranya Dasar Kelas 3 di SDN Suryakencana
menerapkan pola asuh otoriter yaitu suka CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu
membentak anaknya jika membuat Kota Sukabumi.
kesalahan dan menghasilkan anak yang
cukup mandiri, mengatakan anaknya METODE PENELITIAN
masih dibantu sebagian atau cukup Berdasarkan rumusan yang ada
mandiri dalam hal personal hygiene dalam penelitian ini, maka peneliti
(seperti menggunting kuku, keramas), 3 menggunakan jenis penelitian
diantaranya menerapkan pola asuh korelasional dengan pendekatan Cross
demokratis yaitu selalu memberikan Sectional.
pilihan kepada anaknya untuk melakukan Penelitian ini dilaksanakan di SDN
sesuatu dan menghasilkan anak yang Suryakencana CBM Kota Sukabumi.

Jurnal STIKESMI | 68
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Alat ukur yang digunakan dalam
Februari sampai Juli Tahun 2018. penelitian ini yaitu kuesioner. Dalam
Variabel bebas pada penelitian ini penelitian ini untuk menguji hubungan
adalah pola asuh orang tua. Variabel tak pola asuh orang tua dengan tingkat
bebas pada penelitian ini adalah tingkat kemandirian personal hygiene pada anak
kemandirian personal hygiene pada anak sekolah dasar kelas 3 menggunakan
sekolah dasar kelas 3. metode analisis Chi Square.
Populasi dalam penelitian ini
HASIL PENELITIAN DAN
adalah seluruh orang tua murid kelas 3
PEMBAHASAN
SDN Suryakencena CBM Kota Sukabumi A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat Karakteristik
dengan jumlah populasi dalam penelitian
Responden
ini setelah diambil 6 orang untuk studi Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden
pendahuluan adalah sebanyak 130 orang.
Berdasarkan Jenis
Sampel yang digunakan dalam penelitian Kelamin di SDN
Suryakencana CBM
ini adalah sebagian orang tua murid kelas
Wilayah Kerja
3 SDN Suryakencena CBM Kota Puskesmas Selabatu Kota
Sukabumi
Sukabumi. dengan jumlah sampel 98
responden yang didasarkan atas kriteria
inklusi.
Jenis Persentase
Jumlah
Serta pengambilan sampel Kelamin (%)
menggunakan proportional random Wanita 82 83.7
Pria 16 16.3
sampling. Data primer dalam penelitian Total 98 100
ini didapatkan dari responden melalui Berdasarkan Tabel 4.1
penyebaran kuesioner yang meliputi hasil menunjukan bahwa dari 98 responden
jawaban kuesioner responden. Data sebagian besar berjenis kelamin wanita
sekunder dalam penelitian ini yaitu data yaitu sebanyak 82 orang (83,7%) dan
yang diperoleh dari pihak sekolah SDN sebagian kecil berjenis kelamin pria yaitu
Suryakencana CBM Kota Sukabumi, sebanyak 16 orang (16,3%).
buku-buku sumber yang terkait dengan Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
materi penelitian, jurnal penelitian Karakteristik Reponden
Berdasarkan Usia di SDN
sebelumnya, internet dan beberapa Suryakencana CBM
literatur-literatur lainnya. Wilayah Kerja Puskesmas
Selabatu Kota Sukabumi

Jurnal STIKESMI | 69
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
Berdasarkan Tabel 4.2 Persentase
Pendidikan Jumlah
(%)
menunjukan bahwa dari 98 responden
SMA 57 58,2
sebagian besar berusia 36 – 45 tahun yaitu Perguruan
36 36.7
Tinggi
sebanyak 45 orang (45.9%) dan sebagian
SMP 5 5.1
kecil berusia 18 – 25 tahun yaitu sebanyak Jumlah 98 100
3 orang (3.1%). Berdasarkan Tabel 4.4
menunjukan bahwa dari 98 responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi
Karakteristik Responden sebagian besar berpendidikan SMA yaitu
Berdasarkan Pekerjaan di sebanyak 57 orang (58.2%) dan sebagian
SDN Suryakencana CBM
Wilayah Kerja Puskesmas kecil berpendidikan SMP yaitu sebanyak 5
Selabatu Kota Sukabumi orang (5.1%).

2. Analisa Univariat Variabel


Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pola
Asuh Orang Tua di SDN
Suryakencana CBM
Persentase Wilayah Kerja Puskesmas
Usia Jumlah
(%) Selabatu Kota Sukabumi
36-45 tahun 45 45.9 Persentase
Pola Asuh Jumlah
26-35 tahun 43 43.9 (%)
Lebih dari Demokratis 30 30.6
7 7.1
45 tahun Otoriter 28 28.6
18-25 tahun 3 3.1 Campuran 24 24.5
Jumlah 98 100 Permisif 16 16.3
Total 98 100
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Tidak Berdasarkan tabel 4.5 menunjukan
62 63.3
Bekerja
Bekerja 36 36.7 bahwa dari 98 responden sebagian besar
Jumlah 98 100 menerapkan pola asuh demokratis yaitu
sebanyak 30 orang (30.6%) dan sebagian
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan
kecil menerapkan pola asuh permisif yaitu
bahwa dari 98 responden sebagian besar
sebanyak 16 orang (16,3%).
tidak bekerja yaitu sebanyak 62 orang
(63.3%) dan sebagian kecil responden Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tingkat
Kemandirian Personal
bekerja yaitu sebanyak 36 orang (36.7%). Hygiene pada Anak Sekolah
Dasar Kelas 3 di SDN
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Suryakencana CBM Wilayah
Karakteristik Responden
Kerja Puskesmas Selabatu
Berdasarkan Pendidikan di
Kota Sukabumi
SDN Suryakencana CBM
Wilayah Kerja Puskesmas
Selabatu Kota Sukabumi

Jurnal STIKESMI | 70
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
dan sebagian kecil tingkat kemandirian
Kemandirian Jumlah %
Cukup Mandiri 35 35.7 personal hygiene anaknya adalah mandiri
Mandiri 34 34.7 yaitu sebanyak 4 (14.3%). Untuk
Kurang Mandiri 29 29.6
Jumlah 98 100 responden yang menerapkan pola asuh
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan campuran sebagian besar tingkat
bahwa dari 98 responden sebagian besar kemandirian personal hygiene anaknya
anak dengan tingkat kemandirian personal cukup mandiri yaitu sebanyak 10 (41.7%),
hygiene kategori cukup mandiri yaitu dan sebagian kecil tingkat kemandirian
sebanyak 35 orang (35.7%) dan sebagian personal hygiene anaknya adalah mandiri
kecil anak dengan tingkat kemandirian yaitu sebanyak 6 (25.0%). Sedangkan
personal hygiene kategori kurang mandiri untuk responden yang menerapkan pola
yaitu sebanyak 29 orang (29.6%). asuh permisif sebagian besar tingkat
3. Analisa Bivariat kemandirian personal hygiene anaknya
Tabel 4.7 Tabulasi Silang Antara Pola
kurang mandiri yaitu sebanyak 8 (50.0%),
Asuh Orang Tua Dengan
Tingkat Kemandirian dan sebagian kecil tingkat kemandirian
Personal Hygiene di SDN
personal hygiene anaknya adalah mandiri
Suryakencana CBM
Wilayah Kerja Puskesmas yaitu sebanyak 3 (18.8%).
Selabatu Kota Sukabumi
Hasil uji statistik analisa bivariat Chi
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan
Square diperoleh nilai p-value 0.000,
bahwa responden yang menerapkan pola
berarti tolak H0 jika p-value < 0,05 yaitu
asuh demokratis sebagian besar tingkat
ada hubungan antara pola asuh orang tua
kemandirian personal hygiene anaknya
dengan tingkat kemandirian personal
mandiri yaitu sebanyak 21 (70.0%) dan
hygiene pada anak sekolah dasar kelas 3.
sebagian kecil tingkat kemandirian
personal hygiene anaknya adalah kurang
B. Pembahasan
mandiri yaitu sebanyak 3 (10.0%). Untuk
1. Gambaran Pola Asuh Orang Tua
responden yang menerapkan pola asuh Dengan Tingkat Kemandirian
otoriter sebagian besar tingkat Personal Hygiene di SDN
Suryakencana CBM Wilayah Kerja
kemandirian personal hygiene anaknya
Puskesmas Selabatu Kota
cukup mandiri yaitu sebanyak 14 (50.0%), Sukabumi
Berdasarkan Tabel 4.5
Tingkat Kemandirian Personal Hygiene
Pola Asuh Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 3 menunjukkan bahwa dari
Orang Tua Tot
CM % M % KM % P-value 98 responden sebagian
al
Demokratis 6 20.0 21 70.0 3 10,0 30
Otoriter 14 50.0 4 14.3 10 35,7 28 besar menerapkan pola asuh
Campuran 10 41.7 6 25.0 8 33.3 24 0.000
Permisif 5 31.2 3 18.8 8 50.0 16 Jurnal STIKESMI | 71
Total 35 35.7 34 34,7 29 29.6 98
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
demokratis yaitu sebanyak 30 orang Berdasarkan Tabel 4.2
(30.6%), dan sebagian kecil menerapkan menunjukan sebagian besar usia
pola asuh permisif yaitu sebanyak 16 responden yaitu 36 – 45 tahun yaitu
orang (16,3%). sebanyak 45 orang (45.9%) dan sebagian
Pola asuh orang tua merupakan kecil berusia 18 – 25 tahun yaitu sebanyak
interaksi, komunikasi dan perilaku orang 3 orang (3.1%). Periode usia dewasa ini
tua dengan anak untuk menentukan nilai- biasanya telah mencapai kematangan
nilai yang dianggap paling tepat oleh dalam berpikir dan bersikap sehingga
orang tua agar anak dapat mandiri, dapat mempengaruhi dalam mendidik dan
tumbuh dan berkembang secara optimal. mengasuh anak, sehingga jika anak
Adapun menurut Hurlock (1999) dalam mendapatkan pola pengasuhan yang benar
Adawiah (2017) ada beberapa faktor yang dari orang tua maka anak akan mampu
dapat mempengaruhi pola asuh orang tua mencapai tahap perkembangan yang
yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, sesuai. Hal ini sesuai dengan yang
status sosial ekonomi, situasi anak. diungkapkan oleh Sari (2016) bahwa usia
Dari hasil penelitian yang dapat menentukan tingkat kedewasaan
dilakukan didapatkan bahwa pada Tabel orang tua berdasarkan pengalaman hidup
4.1 menunjukan sebagian besar jenis yang telah dilaluinya. Usia yang terlalu
kelamin responden adalah wanita yaitu muda, orang tua cenderung melakukan
sebanyak 82 orang (83.7%) dan sebagian pengawasan yang lebih longgar dan usia
kecil jenis kelamin responden adalah pria yang terlalu tua orang tua cenderung
yaitu sebanyak 16 orang (16.3%). Hal ini melakukan pengawasan yang lebih ketat.
menunjukan bahwa ibu cukup berperan Selain itu faktor status pekerjaan
dalam proses pengasuhan anak karena orang tua juga berpengaruh terhadap pola
secara umum ibu berperan penting dalam asuh yang diterapkan pada anaknya. Hasil
mengurus keseharian anak sedangkan yang didapatkan dapat dilihat dari Tabel
ayah berperan sebagai kepala keluarga dan 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar
bertugas untuk mencari nafkah serta responden tidak bekerja yaitu sebanyak 62
memenuhi kebutuhan keluarga. Sesuai orang (63.3%) dan sebagian kecil
dengan pernyataan Teviana & Yusiana responden bekerja yaitu sebanyak 36
(2012) dalam Sari (2016) bahwa orang tua orang (36.7%). Hal ini memungkinkan
perempuan cenderung menerapkan pola orang tua yang tidak bekerja lebih banyak
asuh demokratis.t. memberikan pengasuhan secara penuh

Jurnal STIKESMI | 72
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
kepada anaknya dalam mengarahkan 2. Gambaran Tingkat Kemandirian
kemandiriannya jika dibandingkan Personal Hygiene Pada Anak
Sekolah Dasar kelas 3 di SDN
dengan orang tua yang bekerja.
Suryakencana CBM Wilayah
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kerja Puskesmas Selabatu Kota
Manurung (1995) dalam Sinurat (2017) Sukabumi
Berdasarkan Tabel 4.6
bahwa orang tua yang cenderung sibuk
menunjukkan bahwa dari 98 responden
dalam urusan pekerjaannya terkadang
sebagian besar anak dengan tingkat
menjadi kurang memperhatikan keadaan
kemandirian personal hygiene dengan
anaknya, keadaan ini mengakibatkan
kategori cukup mandiri yaitu sebanyak 35
fungsi atau peran “orang tua” diserahkan
orang (35.7%) dan sebagian kecil adalah
kepada orang lain atau asisten rumah
anak dengan tingkat kemandirian personal
tangga yang pada akhirnya pola
hygiene dengan kategori kurang mandiri
pengasuhan yang diterapkan pun sesuai
yaitu sebanyak 29 orang (29.6%).
dengan pengasuhan yang diterapkan oleh
Kemandirian personal hygiene
orang lain atau asisten rumah tangga.
dalam penelitian ini adalah kemandirian
Faktor lain yang juga berperan
anak dalam melakukan aktivitas sesuai
dalam pola asuh orang tua adalah
tahapan perkembangan anak usia sekolah
pendidikan. Data yang didapatkan dapat
dalam memenuhi kebutuhan dasar atau
dilihat dari Tabel 4.4 menunjukan bahwa
menjaga kebersihan dan perawatan diri
sebagian besar berpendidikan SMA yaitu
meliputi kebersihan kulit, kebersihan
sebanyak 57 orang (58.2%) dan sebagian
tangan, kaki dan kuku, kebersihan rambut,
kecil berpendidikan SMP yaitu sebanyak 5
kebersihan mulut dan gigi serta
orang (5.1%). Pendidikan yang dimiliki
kebersihan hidung, mata dan telinga.
oleh orang tua akan mempengaruhi
Menurut Soetjiningsih (2004) dan
kesiapan orang tua dalam melakukan
Mu’tadin (2002) dalam Herlina (2013)
kegiatan pengasuhan. Hal ini sesuai
kemandirian anak itu dipengaruhi oleh
dengan yang diungkapkan oleh Putra
faktor internal dan eksternal, dari faktor
(2012) menyatakan bahwa orang tua
eksternal salah satunya yaitu pola asuh
berpendidikan tinggi cenderung
orang tua, peran orang tua sebagai
menerapkan pola asuh demokratis,
pengasuh sangat diperlukan bagi anak
sedangkan yang berpendidikan rendah
sebagai penguat perilaku yang telah
cenderung menerapkan pola asuh otoriter.
dilakukannya. Toleransi yang berlebihan,
pemeliharaan berlebihan dan orang tua

Jurnal STIKESMI | 73
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
yang terlalu keras kepala kepada anak memungkinkan orang tua lebih banyak
akan menghambat pencapaian meluangkan waktu untuk bersama
kemandiriannya. anaknya dan memberikan pengasuhan
Secara keseluruhan, dalam secara penuh kepada anaknya dalam
penelitian ini kemandirian anak dalam hal mengarahkan kemandiriannya jika
personal hygiene terdistribusi secara dibandingkan dengan orang tua yang
merata. Selain pola asuh, faktor tingkat bekerja.
pendidikan orang tua juga berpengaruh
3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua
dalam kemandirian anak, seperti yang
Dengan Tingkat Kemandirian
diungkapkan oleh Surinah (2010) dalam Personal Hygiene Pada Anak
Putra (2012) menjelaskan bahwa tingkat Sekolah Dasar Kelas 3 di SDN
pendidikan menentukan mudah tidaknya Suryakencana CBM Wilayah Kerja
Puskesmas Selabatu Kota
seseorang menyerap dan memahami Sukabumi
pengetahuan yang mereka peroleh. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui
Pengetahuan diperlukan oleh seseorang bahwa dari 30 orang tua yang menerapkan
agar lebih tanggap dengan adanya pola asuh demokratis, didapatkan 6 atau
masalah perkembangan anak, salah 20.0% anak dengan tingkat kemandirian
satunya kemandirian anak dalam hal personal hygiene nya cukup mandiri, 21
personal hygiene. atau 70.0% anak dengan tingkat
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui kemandirian personal hygiene mandiri
bahwa sebagian besar orang tua berada dan 3 atau 10.0% anak dengan tingkat
pada jenjang pendidikan SMA, hal ini kemandirian personal hygiene kurang
berarti bahwa orang tua mempunyai mandiri Dari 28 orang tua yang
pengetahuan yang cukup terkait tumbuh menerapkan pola asuh otoriter, didapatkan
kembang anaknya dan cara memandirikan 14 atau 50.0% anak dengan tingkat
anak. kemandirian personal hygiene nya cukup
Faktor lain yang juga berperan dalam mandiri, 4 atau 14.3% anak dengan tingkat
kemandirian personal hygiene anak kemandirian personal hygiene mandiri
adalah status pekerjaan orang tua. Data dan 10 atau 35.7% anak dengan tingkat
yang didapatkan dari Tabel 4.3 kemandirian personal hygiene kurang
menunjukan bahwa sebagian besar orang mandiri. Dari 24 orang tua yang
tua berada pada status tidak bekerja yaitu menerapkan pola asuh campuran,
sebanyak 62 (63.3%), hal ini didapatkan 10 atau 41.7% anak dengan

Jurnal STIKESMI | 74
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
tingkat kemandirian personal hygiene nya yang tinggi, memiliki perkembangan
cukup mandiri, 6 atau 25.0% anak dengan kognitif yang kuat serta kompeten dalam
tingkat kemandirian personal hygiene keterampilan hidup. Rini & Nikmah
mandiri dan 8 atau 33.3% anak dengan (2013) menyatakan bahwa semakin baik
tingkat kemandirian personal hygiene pola asuh yang diterapkan orang tua
kurang mandiri. semakin positif pula efek yang
Sedangkan dari 16 orang tua yang ditimbulkan pada anak. Anak yang
menerapkan pola asuh permisif, memiliki orang tua yang menjalankan
didapatkan 5 atau 31.2% anak dengan pola asuhnya dengan baik cenderung
tingkat kemandirian personal hygiene nya kemandiriannya sesuai dengan tugas
cukup mandiri, 3 atau 18.8% anak dengan perkembangannya.
tingkat kemandirian personal hygiene Disisi lain orang tua yang menerapkan
mandiri dan 8 atau 50.0% anak dengan pola asuh demokratis masih ada tingkat
tingkat kemandirian personal hygiene kemandirian personal hygiene anaknya
kurang mandiri termasuk kategori cukup mandiri yaitu 6
Hasil uji statistik analisa bivariat Chi atau 20.0% dan kategori kurang mandiri
Square diperoleh nilai p-value = 0.000, yaitu 3 atau 10.0% hal ini bisa disebabkan
berarti tolak H0 jika p-value < 0,05 yaitu oleh faktor lain seperti karakteristik sosial,
ada hubungan antara pola asuh orang tua keluarga menengah keatas dengan fasilitas
dengan tingkat kemandirian personal yang cukup sehingga dapat memanjakan
hygiene pada anak sekolah dasar kelas 3 di anak, jikalau anak sudah terbiasa dimanja
SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja dan selalu dilayani, ia akan menjadi anak
Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi. yang tergantung pada orang lain.
Hasil penelitian tersebut memperkuat Selain pola asuh demokratis, orang tua
teori yang dikemukakan oleh Baumrind kelas 3 di SDN Suryakencana CBM juga
(2000) dalam Putra (2012) yang menerapkan pola asuh permisif kepada
mengatakan bahwa pola asuh demokratis anaknya sebanyak 16 orang. Pola asuh
lebih optimal karena hal ini menyebabkan permisif ini adalah pola asuh yang
perilaku bertanggung jawab dan kompeten memberikan kasih sayang dan kebebasan
dalam anak – anak. Selain itu Maccoby lebih pada anaknya namun dengan sedikit
dalam Putra (2012) berpendapat bahwa bimbingan yang diberikan orang tuanya.
anak – anak dengan jenis orang tua yang Pola asuh permisif ini menghasilkan anak
demokratis menunjukan kepercayaan diri yang kurang mandiri dikarenakan

Jurnal STIKESMI | 75
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
kurangnya bimbingan yang diberikan oleh Pola asuh campuran ini adalah pola
orang tuanya. Hal ini sesuai dengan yang asuh yang kurang konsisten dalam
dikemukakan Baumrind dalam Putra mengasuh dan tidak beraturan sehingga
(2012) bahwa orang tua yang menerapkan orang tua tidak menentukan pola asuh apa
pola asuh permisif mengetahui pentingnya yang diterapkannya. Anak yang diasuh
kehangatan, kasih sayang dan rasa aman orang tua dengan metode semacam ini
scara emosional, namun tidak nantinya bisa berkembang menjadi anak
mementingkan disiplin. yang tidak mempunyai pendirian tetap
Dari distribusi pola asuh dengan karena orang tua yang tidak konsisten
tingkat kemandirian personal hygiene dalam mengasuh anaknya. Lalu ada pola
menunjukan bahwa orang tua kelas 3 di asuh otoriter yang selalu memaksakan
SDN Suryakencana CBM ada yang kehendak kepada anak dan dalam upaya
menerapkan pola asuh otoriter sebanyak mempengaruhi anak sering
28 orang dan pola asuh campuran 24 orang mempergunakan pendekatan (approach)
yang sama-sama menghasilkan sebagian yang mengandung unsur paksaan dan
besar anak yang cukup mandiri. Pola asuh ancaman (Djamarah, 2017). Hal ini sesuai
otoriter merupakan pola asuh yang dengan pernyataan Rini & Nikmah (2013)
memaksakan kehendak. Dengan tipe ini bahwa orang tua yang menerapkan pola
cenderung sebagai pengadah atau asuh otoriter cenderung memaksakan
pengawas (controller) selalu memaksakan kehendaknya dengan menerapkan aturan –
kehendak kepada anak Pola asuh otoriter aturan yang sifanya kaku, sikap – sikap
ini menghasilkan anak yang kurang tersebut dalam waktu lama akan menjadi
mandiri. Disisi lain pola asuh otoriter juga sifat yang akan dibawanya yang akan
menghasilkan anak yang cukup mandiri menyebabkan tugas perkembangan
yaitu 14 atau 50.0%, hal ini bisa (kemandirian) anak menjadi setengah-
disebabkan oleh faktor lain seperti situasi setengah dan ini membuat kemandirian
dan karakter anak itu sendiri, anak yang anak menjadi kurang optimal.
kurang penurut ataupun menentang dan Dari uraian tersebut dapat diketahui
berperilaku argresif, kemungkinan orang bahwa tingkat kemandirian personal
tua akan mengasuh dengan pola asuh hygiene pada anak sekolah dasar kelas 3
otoriter sehingga kemandirian anak akan yang hakikat tugasnya supaya terlatih
menjadi bertambah. untuk mengembangkan pemeliharaan
kebersihan dapat dipengaruhi oleh pola

Jurnal STIKESMI | 76
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
asuh orang tua dimana dari orang tua anak 1. Bagi Puskesmas Selabatu Kota
pertama kali memperoleh dasar-dasar Sukabumi
pendidikan untuk menanamkan Hasil penelitian ini dapat
kemandirian dalam dirinya yang penting dijadikan masukan dalam upaya
bagi perkembangan dan pembentukan peningkatan pelayanan kesehatan
kemandiriannya. terkait perkembangan kemandirian
personal hygiene khusunya pada anak
KESIMPULAN
usia sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian dan
2. Bagi SDN Suryakencana CBM Kota
pembahasan yang telah diuraikan pada
Sukabumi
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
Hasil penelitian ini dapat
beberapa hal penting dalam penelitian ini
dijadikan masukan yang positif untuk
adalah sebagai berikut:
menunjang perkembangan
1. Sebagian besar pola asuh orang tua
kemandirian personal hygiene anak
kelas 3 di SDN Suryakencana CBM
usia sekolah seperti kebersihan kulit,
Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu
tangan, kaki dan kuku, kebersihan
Kota Sukabumi menerapkan pola asuh
rambut, kebersihan mulut dan gigi,
demokratis dan sebagian kecil
kebersihan hidung, mata dan telinga.
menerapkan pola asuh permisif.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
2. Sebagian besar tingkat kemandirian
Selain pola asuh orang tua
personal hygiene pada murid kelas 3
banyak faktor yang mempengaruhi
di SDN Suryakencana CBM Wilayah
tingkat kemandirian personal hygiene
Kerja Puskesmas Selabatu Kota
pada anak usia sekolah sehingga
Sukabumi yaitu cukup mandiri dan
diharapkan ada pengembangan
sebagian kecil yaitu kurang mandiri.
penelitian lanjutan dengan beragam
3. Ada hubungan antara antara pola asuh
populasi usia sekolah yang lebih
orang tua dengan tingkat kemandirian
besar dan pendekatan penelitian yang
personal hygiene pada anak sekolah
lain.
dasar kelas 3 di SDN Suryakencana
CBM Wilayah Kerja Puskesmas
Selabatu Kota Sukabumi DAFTAR PUSTAKA
Adawiah, R. 2017. ' Pola Asuh Orang Tua
Dan Implikasinya Terhadap
SARAN Pendidikan Anak ' Jurnal
Pendidikan Kewarganegaraan,
vol.7. no.1, h. 33-48
Jurnal STIKESMI | 77
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam

Anisa, E. 2017. "Hubungan Pola Asuh Hurlock, E. B. 2017. Psikologi


Orang Tua dengan Perilaku Perkembangan Suatu Pendekatan
Seksual Pra Nikah Pada Remaja Sepanjang Rentang Kehidupan.
Kelas VII Dan VIII di SMPN 1 Jakarta: Erlangga.
Jampangtengah Wilayah Kerja Isro'in, L., & Andarmoyo, S. 2012.
Puskesmas Jampangtengah Personal Hygiene Konsep, Proses
Kabupaten Sukabumi". Sukabumi: dan Aplikasi dalam Praktik
Skripsi STIKESMI. Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Ilmu.
Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Jaya, U. 2012. "Hubungan Pola Asuh
Orang Tua dengan Perkembangan
Badria, E.R & Fitriana, W. 2018. ' Pola Anak Usia Pra Sekolah di TK
Asuh Orang Tua Dalam Islam Alifa Kecamatan
Mengembangkan Potensi Anak Parakansalak Kabupaten
Melalui Homeschooling di Kancil Sukabumi. Sukabumi: Skripsi
Cendikia ' Jurnal Comm-Edu, STIKESMI
vol.1. no.1, h. 1-8
Mardliyah, U., Yugistyowati, A., dan
Bokko, D. 2014. ' Hubungan Pola Asuh Aprilia, V. 2014. ' Pola Asuh
Orang Tua Dengan Tingkat Orang Tua Sebagai Faktor Penentu
Kemandirian Anak Usia Pra Kualitas Pemenuhan Kebutuhan
Sekolah di Kelurahan Pantan Dasar Personal Hygiene Anak
Kabupaten Tana Toraja ' Jurnal Usia 6-12 Tahun ' Jurnal Ners dan
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Kebidanan Indonesia, vol.2. no.2,
vol.III. no.1 h. 86-92

Budhiana, J. 2017. Modul Analisa Data. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi


Sukabumi. Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Budiarto, E. 2012. Biostatistika untuk
Kedokteran dan Kesehatan Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian
Masyarakat. Jakarta: EGC. Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis. Jakarta: Salemba Medika.
Djamarah, S. B. 2017. Pola Asuh Orang
Tua dan Komunikasi dalam Permadani, A. 2012. Kemandirian Anak
Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta. Usia Dini Pada Kelompok
Bermain (KB) dan Taman
Fudyartanta, K. 2011. Psikologi Penitipan Anak (TPA) di PAUD
Perkembangan. Yogyakarta: Balita Ceria Kabupaten
Pustaka Belajar. Probolinggo. Malang: Skripsi UIN
Maulana Malik Ibrahim.
Herlina. 2013. "Hubungan Pola Asuh
Keluarga dengan Kemandirian Putra, F. Y. 2012. "Hubungan Pola Asuh
Perawatan Diri Anak Usia Sekolah Orang Tua Dengan Tingkat
di Kelurahan Cisalak Pasar Kemandirian Personal Hygiene
Kecamatan Cimanggis Kota Anak Usia Pra Sekolah Di Desa
Depok". Depok: Tesis Universitas Balung Lor Kecamatan Balung
Indonesia.

Jurnal STIKESMI | 78
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Pada Anak Sekolah Dasar
Kelas 3 di SDN Suryakencana CBM Wilayah Kerja Puskesmas Selabatu Kota Sukabumi
// Gista Zia, Iyam Mariam
Kabupaten Jember". Jember: Skripsi Universitas
Skripsi Universitas Jember. Muhammadiyah Yogyakarta

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Shochib, M. 2014. Pola Asuh Orang Tua
Rencana Strategis Kementerian Dalam Membentuk Anak
Kesehatan Tahun 2015-2019. Mengembangkan Disiplin Diri.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ratnawaty. 2013. Pola Pengasuhan
Konsep 7-7-7 Pola Asuh Ala Sinurat, U. 2017. 'Faktor-Faktor Yang
Rasulullah. Mempengaruhi Pola Pengasuhan
(http://m.facebook.com/notes) Dalam Keluarga' Jurnal Ilmu
Pendidikan
Riduwan. 2010. Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian. Sofa. 2015. "Pola Asuh Orang Tua
Bandung: Alfabeta. Dengan Kenakalan Remaja.
Malang: Skripsi UIN Maulana
Rini., Hikmah. 2013. ' Hubungan Pola Malik Ibrahim
Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Usia Anak Usia 3- Suseno, D.D. 2012. ' Hubungan Antara
5 Tahun di TK PGRI Kangenan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Desa Langkap Kecamatan Burneh Kemandirian Anak Usia Pra
Kabupaten Bangkalan' Jurnal Sekolah ' Jurnal Naskah Publikasi,
Naskah Publikasi. h. 1-8

Rohmawati, Z. U., & Azza, A. 2014. ' Susilowati. 2014. "Peran Panti Asuhan
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Yatim Cabang Muhammadiyah
Dengan Tingkat Kemandirian Juwiring Klaten dalam
Dalam Perawatan Diri Pada Anak Membentuk Kemandirian Anak
Usia Sekolah di Desa Brumbungan Asuh". Klaten: Skripsi
Kidul Probolinggo ' Jurnal Naskah
Publikasi h. 1-10. Yusuf, S. 2017. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Bandung: PT
Sari. 2016. "Hubungan Antara Pola Asuh Remaja Rosdakarya.
Orang Tua dengan Tingkat
Kekooperatifan Anak Usia 6-12 Yhantiaritra. 2015. Kategori Umur
Tahun Dalam Kunjungan Menurut Depkes RI 2009.
Perawatan Gigi dan Mulut Di (http://yhantiaritra.wordpress.com
RSGM UMY". Yogyakarta: ). Diakses pada 3 Mei 2018

Jurnal STIKESMI | 79
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir

PENGARUH HEALING TOUCH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH


PADA LANSIA YANG MENGALAMI HIPERTENSI DI KELURAHAN
CITAMIANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEDONG PANJANG
KOTA SUKABUMI

Erni Nuraeni1, Mayasyanti Dewi Amir2


2
Dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Sukabumi.
Email : mayasyanti@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada lansia dan menjadi faktor
risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tahun
2017 puskesmas Gedong Panjang merupakan puskesmas tertinggi yaitu 1117 atau (69%)
lansia yang mengalami hipertensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Jurnal STIKESMI | 77
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
pengaruh dari healing touch terhadap penurunan tekanan darah pada lansia yang mengalami
hipertensi.
Lanjut usia adalah kelompok manusia berusia 60 tahun ke atas. Hipertensi merupakan
keadaan tekanan sistolik dan diastolik berada diatas normal (diatas 140/90 mmHg). Healing
touch adalah sebuah terapi biofield yang termasuk dalam obat komplementer dan alternatif.
Jenis penelitian ini menggunakan quasi experiment. Penelitian ini dilakukan seminggu 2
kali mulai dari tanggal 21 Mei hingga 24 Mei 2018. Sampel pada penilitian ini sebanyak 19
orang.
Hasil penelitian didapatkan dari 19 responden sebelum dilakukan healing touch rata –
rata tekanan darah 113.16 mmHg, dan setelah dilakukan healing touch rata – rata tekanan
darah 102.28 mmHg. Hasil uji normalitas shapiro wilk diketahui nilai pre-intervensi 0,189
dan post-intervensi 0,213. Hasil uji Paired T-test nilai p-value 0,000 dimana (p<0,05).
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada pengaruh healing touch terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
yang positif dalam menerapkan dan mengembangkan terapi non-farmakologi.

Kata Kunci : Healing Touch, Lansia, Tekanan Darah


Daftar Pustaka : 26 Buku 9 Situs Web (2007-2017)

PENDAHULUAN Organization mengklasifikasikan Lansia


Pembangunan kesehatan pada Periode berdasarkan usia kronologis/biologis
2015-2019 pembangunan kesehatan menjadi 4 kelompok, yaitu usia
adalah program Indonesia sehat dengan pertengahan (middle age) antara 45-49
sasaran meningkatkan derajat kesehatan tahun, lanjut usia (elderly) antara 60-74
dan status gizi masyarakat melalui upaya tahun, lanjut usia tua (old) antara 75-
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat 90 tahun, dan usia sangat tua (very old)
yang didukung dengan perlindungan dengan usia di atas 90 tahun (Sunaryo,
finansial dan pemerataan pelayanan 2016).
kesehatan. Setiap manusia akan WHO tahun 2011 diperkirakan
mengalami perkembangan kehidupan mencapai angka 524 juta di tahun 2010
mulai dari masa kehamilan hingga masa dan diperkirakan meningkat menjadi
tua, salah satu tahap akhir perkembangan hampir 1,5 milyar di tahun 2050
yang pasti dilalui oleh individual adalah dengan sebagian besar populasi terjadi di
lanjut usia (Lansia). Lansia menurut UU negara berkembang termasuk Indonesia
No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan (Istiqomah, 2017). Badan Pusat Statistik
lanjut usia Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 adalah Republik Indonesia tahun 2014
seseorang yang telah berusia di atas 60 menyebutkan bahwa usia harapan hidup
tahun ke atas . World Health orang Indonesia adalah 60,1 tahun untuk

Jurnal STIKESMI | 78
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
jangka waktu 2005-2010 dan 70,1 tahun sementara rata-rata nasional, Sekitar 60%
untuk jangka waktu 2010-2015. Secara lansia akan mengalami hipertensi setelah
Global Peningkatan jumlah Lansia di berusia 75 tahun (Kemenkes RI, 2015).
dunia yang berumur 60 tahun atau lebih Terapi non farmakologi merupakan
menurut WHO tahun 2011 diperkirakan terapi tanpa menggunakan agen obat
mencapai angka 524 juta di tahun 2010, dalam proses terapinya Kulit merupakan
diperkirakan meningkat menjadi hampir organ terkuat yang dapat menerima
1,5 milyar di tahun 2050 dengan rangsangan pada tubuh manusia, dan
sebagian besar populasi terjadi di negara ketika reseptor sensoriknya dirangsang,
berkembang termasuk Indonesia maka hormon oksitoksin dilepaskan
(Istiqomah, 2017). Hasil Riskesdas membuat tubuh terasa lebih baik. (Slevin,
(2013), menyebutkan bahwa penyakit 2006 dalam Dwiastuti 2016). Salah satu
terbanyak pada lanjut usia adalah Penyakit terapi sentuhan yaitu healing touch yang
Tidak Menular (PTM) antara lain merupakan terapi biofield atau energy
hipertensi. Hipertensi adalah keadaan based yang termasuk dalam obat
pada tekanan sistolik sama atau lebih complementary alternative medicine
besar dari 140 mmHg dan atau tekanan (CAM) yang dipelopori oleh Dolores
diastolik sama atau lebih besar dari 90 Krieger seorang perawat pada tahun 1970-
mmHg (Nugroho, 2008 dalam Sunaryo an, menemukan bahwa sentuhan dapat
2016). menyembuhkan.
Kejadian hipertensi di Indonesia hasil
penelitian dari MONICA (Multinational METODE PENELITIAN
Monitoring Of Trends Determinants In Jenis penelitian yang digunakan dalam
Cardiovascular Diseases), yang dikutip penelitian ini adalah quasi experiment,
oleh Kabo (2008), Angka kejadian di Variabel dalam penelitian terdiri dari dua
Indonesia berkisar 2-18% di berbagai yaitu variabel independen, dalam
daerah, jadi di Indonesia saat ini kira-kira penelitian ini yaitu healing touch dan
terdapat 20 juta orang penderita variabel dependent, dalam penelitian ini
hipertensi, dilihat dari jumlah penderita adalah tekanan darah pada lansia yang
hipertensi yang terjadi di Indonesia menderita hipertensi di Kelurahan
jumlah ini tersebar di beberapa provinsi Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas
termasuk diprovinsi Jawa Barat, tingkat Gedong panjang Kota Sukabumi.
pravelensi di Jawa Barat mencapai 9,5%,

Jurnal STIKESMI | 77
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
Sampel yang digunakan dalam berdistribusi normal, sehingga
penelitian ini adalah sebagian lansia yang sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji
mengalami hipertensi di Kelurahan normalitas data yaitu menggunakan uji
Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Shapiro-Wilk.
Gedong panjang Kota Sukabumi. Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
kurang dari 50 sampel. Menurut Dempsey Penelitian ini dilaksanakan pada
A D dan Dempsey P A (2007) Sampel tanggal 21 Mei sampai dengan 24 Mei
quasi eksperiment 15 cukup representative 2018. Penyajian data diawali dengan hasil
drop out 25%. Cara pengambilan sampel analisa univariat terhadap karakteristik
dalam penelitian ini adalah dengan responden yang meliputi usia, pekerjaan
purposive sampling, Pada penelitian ini serta menganalisa secara univariat tekanan
dilakukan observasi secara sistematis darah responden sebelum dan sesudah
yaitu observasi dilakukan oleh pengamat dilakukan terapi healing touch. Pada
menggunakan pedoman sebagai berikutnya merupakan hasil analisa
instrument pengamatan yaitu dengan bivariat terhadap tekanan darah responden
menggunakan pengukuran tensi meter berdasarkan MAP
1. Analisa Univariat
Persentasi a. Usia
No Usia Frekuensi
(%) Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
1 60-64 6 32 % Responden Hipertensi
65-69 Berdasarkan Usia Di
2 8 42 %
Kelurahan Ciamiang
3 70-74 4 21 % Wilayah Kerja Puskesmas
≥ 75 Gedong Panjang Kota
4 1 5%
Sukabumi
Jumlah 19 100 %
Berdasarkan data pada Tabel 4.1
(sphygmomanometer) manual dan
menunjukan bahwa sebagian besar
stethoscope sebelum dan sesudah
responden berusia 65-69 tahun yaitu
diberikan perlakuan healing touch.
sebanyak 8 orang atau (42%) dan sebagian
Analisa univariat yang digunakan dalam
kecil responden berusia ≥ 75 yaitu 1 orang
penelitian ini adalah karakteristik
atau (5%).kecil responden berusia ≥ 75
responden (usia, pekerjaan) dan tekanan
yaitu 1 orang atau (5%).
darah sebelum dan sesudah intervensi,
analisa bivariat yaitu analisis paired t-test b. Pekerjaan
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi
memerlukan persyaratan yaitu data harus
Responden Berdasarkan

Jurnal STIKESMI | 78
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
Pekerjaan Di Kelurahan MAP sebelum diberikan terapi healing
Citamiang Wilayah Kerja
touch berada pada kategori hiprtensi
Puskesmas Gedong Panjang
Kota Sukabumi. ringan yaitu sebanyak 17 responden atau
Persentasi (89.5%). Sebagian kecil responden berada
No Pekerjaan Frekuensi
(%)
pada kategori hipertensi sedang yaitu 2
1. Wiraswasta 0 0%
Ibu Rumah responden atau (10.5%).
2. 18 95%
Tangga
d. Tekanan Darah Responden Sesudah
3. Pensiun 1 5% Diberikan Healing Touch
Jumlah 19 100% Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi
Berdasarkan data pada tabel 4.2 Tekanan Darah Responden
Berdasarkan Nilai MAP
menunjukan bahwa sebagian besar
Sesudah Diberikan Terapi
responden tidak bekerja atau hanya Healing Touch Di Kelurahan
Citamiang Wilayah Kerja
sebagai Ibu rumah tangga (IRT) yaitu
Puskesmas Gedong Panjang
sebanyak 18 orang atau (95%) dan Kota Sukabumi.
sebagian kecil responden memiliki status
Kategori Nilai Frekuen
(%)
pekerjaan sebagai pensiunan yaitu 1 orang MAP MAP si
atau (5%). Normal 70-99 5 26.3%
Normal
100-105 9 47.4%
c. Analisa Univariat Tekanan Darah Tinggi
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hipertensi
106-119 5 26.3%
Tekanan Darah Responden Ringan
Berdasarkan MAP Sebelum Hipertensi
120-132 0 0%
Diberikan Terapi Healing Sedang
Touch Di Kelurahan Hipertensi
133-149 0 0%
Ciamiang Wilayah Kerja Berat
Puskesmas Gedong Panjang Hipertensi
>150 0 0%
Kota Sukabumi. Sangat Berat
Kategori MAP Nilai Frek (%) Jumlah 19 100
MAP
Normal 70-99
0 0% Berdasarkan data pada tabel 4.4
Normal Tinggi 100-105
0 0% menunjukan bahwa sebagian besar
Hipertensi Ringan 106-119
17 89.5%
tekanan darah responden berdasarkan
Hipertensi Sedang 120-132
2 10.5%
Hipertensi Berat 133-149
0 0% nilai MAP sesudah diberikan terapi
Hipertensi Sangat >1500 0% healing touch berada pada kategori
Berat
Jumlah 19 100 normal tinggi yaitu sebanyak 9
Berdasarkan data pada tabel 4.3 responden atau (47.4%). Sebagian kecil
menunjukan bahwa sebagian besar responden berada pada kategori normal
tekanan darah responden berdasarkan nilai
Jurnal STIKESMI | 79
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
dan hipertensi ringan yaitu sama-sama 5 MAP Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Healing
responden atau (26.3%).
Touch Di Kelurahan
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Citamiang Wilayah Kerja
Responden Berdasarkan Puskesmas Gedong Panjang
MAP Sesudah Diberikan Kota Sukabumi.
Terapi Healing Touch Di
Kelurahan Citamiang P-
MAP α Normalitas
Wilayah Kerja Puskesmas Value
Gedong Panjang Kota Sebelum (Pre) 0.189 Normal
Sukabumi. >0,05
Sesudah (Post) 0.213 Normal
MAP N Mean Median Min Max Berdasarkan data pada tabel 4.6

Sebelum 113.1 menunjukan bahwa hasil uji normalitas


19 113.33 107 123
(Pre) 6 shapiro-wilk berdasarkan pre-intervensi
Sesudah 102.2
19 103.33 93 117(sebelum dilakukan healing touch)
(Post) 8
Berdasarkan data pada tabel 4.5 sebesar 0.189 dan post-intervensi (setelah
menunjukan bahwa terjadi penurunan dilakukan healing touch) yaitu 0.213.
tekanan darah responden berdasarkan Berdasarkan hasil perhitungan tersebut
MAP sebelum diberikan terapi healing kedua data menunjukan angka lebih dari
touch memiliki rata-rata 113.16, median (>0,05) yang berarti data berdistribusi
113.33, dengan nilai maksimum normal.
(tertinggi) yaitu 123 mmHg dan nilai Tabel 4.7 Analisis Pengaruh
Paired Berdasarkan MAP Sebelum
Samples Test dan Sesudah Diberikan
MAP N Std. Terapi Healing Touch Di
Sig t Kelurahan Citamiang
Sebelum Wilayah Kerja Puskesmas
(Pre) Gedong Panjang Kota
19 4.281 0,000 11.076 Sukabumi.
Sesudah
Berdasarkan data pada tabel 4.7
(Post)
minimum (terendah) yaitu 107 mmHg. menunjukan bahwa hasil uji Paired T-
Sedangkan berdasarkan MAP sesudah test dengan menggunakan SPSS 16
diberikan terapi healing touch memiliki (Statistic Product And Service Solution
rata-rata 102.28, median 103.33, dengan 16) pengambilan keputusan jika p-value
nilai maksimum (tertinggi) yaitu 117 >0,05 maka H0 diterima dan jika p-value
mmHg dan nilai minimum (terendah) <0,05 maka H0 ditolak. Keputusan terlihat
yaitu 93 mmHg. bahwa p-value 0,000 yaitu kurang dari
2. Analisa Bivariat 0,05 (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak atau
Tabel 4.6 Analisis Uji Normalitas H1 diterima artinya Ada Pengaruh Healing
Shapiro-Wilk Berdasarkan

Jurnal STIKESMI | 80
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
Touch Terhadap Penurunan Tekanan sama atau lebih besar dari 90 mmHg
Darah Pada Lansia Yang Mengalami (Nugroho, 2008).
Hipertensi Di Kelurahan Ciamiang Salah satu faktor resiko yang
Wilayah Kerja Puskesmas Gedong mempengaruhi hipertensi antara lain
Panjang Kota Sukabumi. usia berdasarkan tabel 4.1
Pembahasan hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 19 responden
dimaksudkan untuk memberikan sebagian besar berusia 65-69 tahun
penjelasan terhadap hasil penelitian. yaitu sebanyak 8 orang atau (42%).
1. Tekanan Darah Responden Sebelum Semakin tinggi usia seseorang
Diberikan Terapi Healing Touch Di semakin tinggi tekanan darahnya,
Kelurahan Ciamiang Wilayah Kerja sehingga orang yang lebih tua
Puskesmas Gedong Panjang Kota cenderung mempunyai tekanan darah
Sukabumi. yang tinggi dari orang yang berusia
Berdasarkan data pada tabel 4.3 lebih muda. Hal ini disebabkan pada
menunjukan bahwa sebagian besar usia tersebut fungsi organ mulai
tekanan darah responden berdasarkan menurun. Lanjut usia merupakan
nilai MAP sebelum diberikan terapi kelompok manusia yang berusia 60
healing touch berada pada kategori tahun ke atas, pada usia lanjut akan
hipertensi ringan yaitu sebanyak 17 terjadi hilangnya kemampuan jaringan
responden atau (89.5%) dan pada tabel untuk memperbaiki diri atau
4.5 menunjukan bahwa tekanan darah mengganti dan mempertahankan
responden berdasarkan MAP sebelum fungsi normalnya secara perlahan-
diberikan terapi healing touch lahan sehingga tidak dapat bertahan
memiliki rata-rata 113.16 mmHg. terhadap infeksi dan memperbaiki
Tekanan darah adalah kekuatan kerusakan (Martono, 1994 dalam
yang diperlukan agar darah tetap Sunaryo, 2016).
mengalir di dalam peembuluh darah Selain itu berdasarkan jenis
dan beredar mencapai ke semua pekerjaan pada tabel 4.2 menunjukan
jaringan tubuh manusia. Hipertensi bahwa dari 19 responden sebagian
merupakan keadaan pada tekanan besar responden tidak bekerja atau
sistolik sama atau lebih besar dari 140 hanya sebagai Ibu rumah tangga yaitu
mmHg dan atau tekanan diastolik sebanyak 18 orang atau (95%).
Sebagai Ibu rumah tangga bukanlah

Jurnal STIKESMI | 81
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
hal mudah menjalankan atau dengan penggunaan terapi, salah
mengelola pekerjaan rumah mulai dari satunya dengan terapi komplementer
mencuci, mengepel, memasak sampai Terapi komplementer adalah
menyiapkan barang-barang kebutuhan sebuah kelompok dari macam-macam
sehari-hari seringkali seorang ibu sistem pengobatan dan perawatan
rumah tangga terus melakukan kesehatan, praktik dan produk yang
aktivitasnya walaupun usia mereka secara umum tidak menjadi bagian
terus bertambah semakin banyak dari pengobatan konvensional.
aktivitas yang dilakukan seseorang Adapun dalam terapi ini yang bisa
dengan beban pikiran maka bisa digunakan untuk menurunkan tekanan
membuat stress. Responden darah misalnya terapi bekam, terapi
merasakan stres karena berbagai relaksasi, terapi pijat dan juga terapi
masalah dalam kehidupan sehari-hari sentuhan (Kamalluddin, 2010).
salah satunya yaitu masalah kesepian Kulit adalah organ yang sangat
karena anak-anaknya sudah penting. Kulit merupakan organ
berkeluarga sehingga muncul rasa terkuat yang dapat menerima
khawatir atau takut jika terjadi hal-hal rangsangan pada tubuh manusia, dan
buruk yang menimpa dirinya dan tidak ketika reseptor sensoriknya
ada seorangpun yang akan dirangsang, maka hormon oksitoksin
menolongnya. dilepaskan membuat tubuh terasa
Menurut Anggraini (2009), stress lebih baik. Pada saat yang bersamaan
akan meningkatkan resistensi kortisol (hormon stress) berkurang,
pembuluh darah perifer dan curah berhubungan dengan orang lain
jantung sehingga akan menstimulasi melalui sentuhan merupakan ekspresi
aktivitas saraf simpatis. Adapun stress kepedulian secara sederhana dan
ini dapat berhubungan dengan pengalaman terapeutik. Penggunaan
pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan sentuhan telah diaplikasikan secara
karakteristik personal. Manajemen universal dalam kontek penyembuhan,
stress melalui teknik relaksasi dan sentuhan digunakan untuk memberi
biofeedback dapat menurunkan kenyamanan, berkomunikasi dan
tekanan darah dalam jangka pendek mengaktivasi sifat tubuh dalam
maupun jangka panjang. Misalnya penyembuhan diri (Slevin, 2006
dalam Dwiastuti 2016).

Jurnal STIKESMI | 82
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
Salah satu terapi sentuhan yaitu Membuka dan melancarkan aliran
healing touch yang diyakini dapat energi seluruh tubuh. Hal ini
mengidentifikasi dan memperbaiki membantu menyeimbangkan pikiran,
ketidak seimbangan energi, selain itu tubuh, dan jiwa sehingga membantu
healing touch merupakan terapi tubuh menyembuhkan dirinya sendiri
biofield atau energy based yang terbukti dalam penelitian ini healing
termasuk dalam obat complementary touch memiliki efek internal yang
alternative medicine (CAM) yang dapat memberikan memberikan
dipelopori oleh Dolores Krieger. relaksasi, megurangi tekanan
2. Tekanan Darah Responden psikologis sehingga dapat
Berdasarkan Sesudah Diberikan menurunkan tekanan darah tinggi.
Terapi Healing Touch Di Kelurahan Sifat energi healing touch ketika
Ciamiang Wilayah Kerja Puskesmas dirangsang dapat mengubah tingkat
Gedong Panjang Kota Sukabumi. neurotransmiter kimia dalam tubuh.
Berdasarkan data pada tabel 4.4 Aktivasi titik-titik tertentu di
menunjukan bahwa sebagian besar sepanjang sistem meridian, yang
tekanan darah responden berdasarkan ditransmisi melalui serabut syaraf
nilai MAP sesudah diberikan terapi besar ke formation reticularis,
healing touch berada pada kategori thalamus dan sistem limbik akan
normal tinggi yaitu sebanyak 9 melepaskan endofrin dalam tubuh
responden atau (47.4%) dan pada tabel yang memicu respon menenangkan
4.5 menunjukan bahwa tekanan darah dan membangkitkan semangat dalam
responden berdasarkan MAP sesudah tubuh. Healing touch berperan
diberikan terapi healing touch menenangkan sistem saraf simpatik
memiliki rata-rata 102.28 mmHg. (Sympatic Nervus System) kemudian
Melihat hasil tersebut maka terdapat dapat merangsang pengeluaran zat
penurunan tekanan darah berdasarkan Nitrit Oksida (NO) yang berperan
nilai MAP antara sebelum dan sesudah dalam vasodilatasi (proses pelebaran
pemberian terapi healing touch. pembuluh darah) sehingga
Healing touch merupakan sebuah menyebabkan turunnya tekanan darah
terapi sentuhan yang termasuk dalam dapat tercapai kondisi relaksasi
komplementer dan alternatif dengan (Puspa,2017).
maksud membantu menyembuhkan,

Jurnal STIKESMI | 83
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
3. Pengaruh Healing Touch Terhadap Kabupaten Jepara dengan nilai
Penurunan Tekanan Darah Pada signifikansi p=0,000.
Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Hal ini sesuai dengan konsep yang
Kelurahan Ciamiang Wilayah Kerja dikemukakan oleh Dolores Krieger
Puskesmas Gedong Panjang Kota seorang perawat pada tahun 1970-an,
Sukabumi. yang menemukan bahwa sentuhan
Hasil perhitungan uji paired t-test dapat menyembuhkan seperti bayi
dengan menggunakan SPSS 16 yang mendapatkan sentuhan dari kasih
(Statistical Product And Service sayang ibu, Dolores Krieger
Solution 16) dapat dilihat pada tabel menerapkan bukan hanya kepada bayi
4.7 pengambilan keputusan jika p- melainkan kepada setiap orang.
value >0,05 maka H0 diterima dan jika Dolores yakin bahwa terapi ini bekerja
p-value < 0,05 maka H0 ditolak. lewat medan energi sebagaimana
Keputusan terlihat bahwa bahwa p- keyakinan para penyembuh alternatif
value 0,000 yaitu dibawah 0,05 (0,000 yang percaya kepada keseimbangan
< 0,05) maka H0 ditolak atau H1 energi yin-yang dan kesembuhan
diterima artinya Ada Pengaruh lewat energi prana. Energi yang
Healing Touch Terhadap Penurunan dipancarkan lewat sentuhan tangan
Tekanan Darah Pada Lansia Yang orang yang sehat dapat menurunkan
Mengalami Hipertensi Di Kelurahan tekanan darah, menurunkan rasa nyeri,
Ciamiang Wilayah Kerja Puskesmas meningkatkan rasa sehat dan nyaman
Gedong Panjang Kota Sukabumi. dalam diri orang yang sakit
Sejalan dengan penelitian yang (Hadibroto, 2009).
pernah dilakukan oleh Dwiastuti pada
tahun 2016 dengan judul “Pengaruh KESIMPULAN
Terapi Healing Touch Terhadap Berdasarkan hasil penelitian dan
Perubahan Tekanan Darah Pasien pembahasan yang telah diuraikan
Hipertensi Di Desa Tulakan Donorojo sebelumnya, maka dapat disimpulkan
Jepara” Hasil analisa menunjukkan sebagai berikut:
ada pengaruh terapi healing touch 1. Tekanan darah responden sebelum
terhadap perubahan tekanan darah diberikan terapi healing touch di
pada penderita hipertensi di desa Kelurahan Ciamiang Wilayah
Tulakan Kecamatan Donorojo Kerja Puskesmas Gedong Panjang

Jurnal STIKESMI | 84
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
Kota Sukabumi sebagian besar mengembangkan penelitian lebih
berada pada kategori hiprtensi lanjut tentang manfaat lain dari
ringan yaitu 106-119 mmHg healing touch terhadap kesehatan
dengan rata-rata 113.16 mmHg. dengan jumlah sampel yang lebih
2. Tekanan darah responden sesudah banyak diharapkan objek
diberikan terapi healing touch di penelitian menjadi kepada
Kelurahan Ciamiang Wilayah kelompok usia dewasa.
Kerja Puskesmas Gedong Panjang
Kota Sukabumi sebagian besar DAFTAR PUSTAKA

berada pada kategori normal tinggi Anggraini D. 2009. “Faktor-Faktor Yang


yaitu 100-105 mmHg dengan rata- Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Di Puskesmas
rata 102.28 mmHg. Bangkinang” kota Bangkinang:
3. Ada Pengaruh Healing Touch STIKES Hang Tuah.

Terhadap Penurunan Tekanan Arikunto S. 2013. Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan. Jakarta:
Darah Pada Lansia Yang Rineka Cipta.
Menderita Hipertensi Di
Dwiastuti S. 2016. “Pengaruh Healing
Kelurahan Ciamiang Wilayah Touch Terhadap Perubahan
Kerja Puskesmas Gedong Panjang Tekanandarah Pasien
Hipertensi Di Desa Tulakan
Kota Sukabumi. Donorojo Jepara” Kudus :
STIKes Muhammadyah Kudus

SARAN Efendi, Ferry Dan Makhfudli. 2009.


Keperawatan Kesehatan
1. Bagi Puskesmas Gedong Panjang Komunitas: Teori Dan Praktik
Hasil penelitian diharapkan Dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
dapat digunakan sebagai masukan
Fajar M. 2016. “Pengaruh Air Rebusan
yang positif dalam menerapkan
Seledri Terhadap Tekanan
dan mengembangkan terapi non Darah Pada Klien Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas
farmakologi. Serta menjadi solusi
Sekarwangi Kabupaten
alternatif untuk pengobatan Sukabumi” Sukabumi: STIKes
Sukabumi.
hipertensi tanpa efek samping.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Gunawan, Lany.2007.Hippertensi
Tekanan Darah Tinggi.
Hasil penelitian ini dapat Yogyakarta: Karnisius.
dijadikan sebagai evidence based
Imran, Ali. 2017.”Dukungan Keluarga
dan tambahan informasi untuk Dengan Kepatuhan
Pengendalian Hipertensi Pada
Jurnal STIKESMI | 85
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
Lansia Di Puskesmas Pandak 1 Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Bantul” Yogyakarta: Skripsi Metodologi Penelitian Ilmu
Stikes A.Yani Yogyakarta. Keperawatan:Pedoman Skripsi
dan Thesis dan Penyusunan
Isiqomah. 2017. “Hubungan Kebutuhan Instrumen Penelitian
Dasar Pada Lansia Dengan Keperawatan Edisi 2. Jakarta :
Demensia Di Rumah Pelayanan Salemba Medika.
Sosial Lanjut Usia Puncang
Gading” Semarang: Universitas Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Diponegoro. Dinas Kesehatan Kota
Sukabumi.2017. Laporan
Hidayat, A. Alimul. 2012. Riset Perilaku Hidup Bersih Dan
Keperawatan dan Teknik Sehat Di Sekolah. Dinas
Penulisan Ilmiah Edisi 2. Kesehatan Kota Sukabumi.
Jakarta: Salemba Medika.
Puspa Indah .2017.”Aplikasi
______________.2010. Metode Keperawatan Komplementer
Penelitian Dan Teknik Analisis Dengan Terapi Healing Touch
Data. Jakarta: EGC. Untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Lansia Yang
Kartikasari. 2015. “Pengaruh Seduhan
Mengalami Hipertensi Di
Kelopakbunga Rosela
Wilayah Kelurahan Babakan
Terhadap Penurunan Tekanan
Kecamatan Cibeureum”
Darah Di Kelurahan Gunung
Sukabumi: STIKes Sukabumi.
Puyuh” Sukabumi: STIKES
Sukabumi. Sugiarto. 2009. “Faktor-Faktor Resiko
Hipertensi Di Kabupaten
Kementerian Kesehatan RI. 2015.
Karanganyar”.
Rencana strategis kementerian
kesehatan tahun 2015-2019 Sugiyono.2017. Metode Penelitian
Kementerian Kesehatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Republik Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Kramer D.H. 2010. Healing Touch A Sunaryo. 2016. Asuhan Keperawatan
Guidebook 2nd Edition. Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi
Columbia : Delmar OFFSET
Notoatmodjo, Soekijo. 2012.Metode Saryono Mekar Dwi. 2013. Metdologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Penelitian Kuantitatif dan
Rineka Cipta. Kualitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
_______________. 2011. Kesehatan
Medika.
Masyarakat Ilmu Dan Seni.
Jakarta : Rineka Cipta. Wandell D. 2014. Healing touch
enhancing life though energy
_______________. 2010. Metode
theraphy. United States of
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
America : iUverse LLC
Rineka Cipta.
https://www.google.co.id/url?q=http//binf
Nugroho. 2009. Keperawatan Gerontik
ar.depkes.go.id/v2/wpcontent/upl
Dan Geriatrik (edisi 2).
oads/2015/03/RENSTRA.DIRAK
Jakarta: EGC.
ON.BINFAR.Roren.pdf&sa=U&v

Jurnal STIKESMI | 86
Pengaruh Healing Touch Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami
Hipertensi Di Kelurahan Citamiang Wilayah Kerja Puskesmas Gedong Panjang Kota Sukabumi
// Eni Nuraeni, Mayasyanti Dewi Amir
ed=0ahhUKEwig98 diakses pada http://erepo.unud.ac.id/18822/3/1220025
jam 10.00 wib tanggal 12 Maret 020-
2018. BAB_II_skripsi_elin%5B1%5D.p
df
http://jefry-sanjaya-stikesmuhkudus
.blogspot.co.id /2015/12/ healing- diakses pada jam 21.13 wib
touch.html diakses pada jam 14.00 tanggal 16 Maret 2018
tanggal 12 Maret 2018.
https://books.google.co.id/books?id=jKg
http://eprints.uny.ac.id/53948/1/SKRIPSI NF1eYRfsC&printsec=frontcover
%20DWI%20PRASETYO%20A &dq=step+by+step+of+healing+t
NANTO%20%28IKOR%202013 ouch&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
%29.pdf diakses pada jam 21.00 EwiDturEoffaAhVEMI8KHVeM
wib tanggal 15 Maret 2018. CGEQ6AEIMDB#v=onepage&q
=step%20by%20step%20of%20h
http://repository.stikesayaniyk.ac.id/2177/ ealing%20touch&f=false diakses
2/ALI%20IMRON_2213135_pisa pada jam 21.45 tanggal 16 Maret
h.pdf diakses pada jam 22.00 wib 2018
tanggal 15 Maret 2018.
http://eprints.undip.ac.id/54882/1/Propos
al_isti.pdf diakses pada jam 22.24
wib tanggal 15 Maret 2018.

HUBUNGAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN DIET HIPERTENSI DI KELURAHAN SUBANGJAYA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKABUMI
KOTA SUKABUMI

Alifya Sasmi1, H. Iwan Permana2


2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIKes Sukabumi.

ABSTRAK

Penelitian ini di latar belakangi oleh tingginya penyakit degenaratif yaitu hipertensi.
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan fungsi perawatan
kesehatan keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi pada lansia di kelurahan Subangjaya
wilayah kerja puskesmas Sukabumi kota Sukabumi.
Kepatuhan adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu perilaku yang
disarankan. Fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah cara tertentu yang dimiliki keluarga

Jurnal STIKESMI | 87
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

untuk mengatasi masalah kesehatan dengan baik yaitu kesanggupan untuk melaksanakan
pemeliharaan atau tugas kesehatan tertentu.
Jenis penelitian menggunakan korelasional dengan pendekatan cross sectional,
populasi sebanyak 289, dengan sampel 126 responden. Teknik pengambilan sampel
menggunakan cluster random sampling. Uji validitas variabel fungsi perawatan keluarga 24
item valid dengan reliabilitas 0,689, dan kepatuhan diet dari 10 item valid dengan reliabilitas
0,783. Analisa hipotesa menggunakan chi square.
Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besar responden memliki fungsi perawatan
kesehatan keluarga baik (60,2%), dan patuh dalam melaksanakan diet hipertensi (53,1%).
Nilai P Value didaptakan nilai 0.001, secara uji statistik ho ditolak yang berarti ada
hubungan.
Terdapat hubungan fungsi perawatan kesehatan keluarga dengan kepatuhan diet
hipertensi pada lansia penderita hipertensi di kelurahan Subangjaya wilayah kerja
Puskesmas Sukabumi kota Sukabumi, dalam hal ini diharapkan puskesmas dapat
meningkatkan program hipertensi dengan memperhatikan fungsi perawatan kesehatan
keluarga seperti konseling bersama keluarga penderita sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan diet hipertensi.

Kata Kunci : Kepatuhan Diet Hipertensi, Fungsi Perawatan Kesehatan


Keluarga, Hipertensi
Daftar Pustaka : 36 referensi dan 16 situs ( 2008-2017)

PENDAHULUAN Masalah kesehatan akibat dari proses


Undang-Undang Republik penuaan yang sering terjadi yaitu penyakit
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 3 hipertensi (Perry & Potter, 2009).
tentang pembangunan kesehatan Hipertensi adalah peningkatan
bertujuan untuk meningkatkan derajat tekanan darah sistolik lebih dari 140
kesehatan masyarakat. Untuk mmHg dan tekanan darah diastolik lebih
mewujudkan hal tersebut pemerintah telah dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
mencanangkan program Indonesia Sehat dengan selang waktu lima menit dalam
(Kemenkes RI,2016) keadaan cukup istirahat/tenang
Meningkatnya usia harapan hidup (Kemenkes, 2014).
penduduk akan menyebabkan jumlah World Health Organization
penduduk lanjut usia terus meningkat. (WHO) memperkirakan jumlah penderita
Lanjut usia adalah seseorang yang hipertensi akan terus meningkat seiring
mencapai usia 60 tahun ke atas dengan jumlah penduduk yang meningkat.
(Kemenkes RI, 2015). Ditinjau dari aspek Pada tahun 2025 mendatang,
kesehatan, fungsi fisiologis mengalami diproyeksikan sekitar 29% warga di dunia
penurunan akibat proses degeneratif akan terkena hipertensi (Kemenkes RI,
sehingga banyak penyakit muncul. 2014).

Jurnal STIKESMI | 87
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Dampak apabila penyakit dalam kepatuhan seseorang yaitu


hipertensi jika tidak dikelola dengan baik keluarga, dokter, dan perawat ahi gizi.
dapat menyebabkan terjadinya kerusakan Keluarga sangat berperan penting
pada pembuluh darah (Bianti, 2015). karena pembangunan kesehatan dimulai
Penatalaksanaan hipertensi diperlukan dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu
untuk mencegah keberlangsungan keluarga. Setiap keluarga memiliki fungsi,
kerusakan organ target dalam waktu lama. Fungsi Keluarga diantaranya fungsi
Kemnkes RI sendiri telah menyusun perawatan kesehatan keluarga (Friedman,
kebijakan dengan adanya 12 indikator 2014).
utama untuk penanda status kesehatan Fungsi perawatan kesehatan
sebuah keluarga. Salah satunya adalah keluarga yaitu fungsi untuk
penderita hipertensi melakukan mempertahankan keadaan kesehatan
pengobatan secara teratur dengan anggota keluarga agar tetap memiliki
pendukung keberhasilan nya yaitu produktivitas tinggi.
pembatasan kandungan garam dan bahan Menurut Freedman (2014)
makanan tambahan(Kemenkes RI, 2016). membagi 5 tugas keluarga dalam bidang
Pencegahan kekambuhan penyakit kesehatan yang harus dilakukan, yaitu
hipertensi dengan pembatasan kandungan keluarga mampu mengenal masalah
garam dan bahan makanan tambahan kesehatan, mengambil keputuskan untuk
adalah pengaturan pola makan atau melakukan tindakan, melakukan
disebut juga diet hipertensi (Moechji, perawatan terhadap anggota keluarga
2009). Diet merupakan salah satu yang sakit, menciptakan lingkungan yang
penatalaksanaan non farmakologis yang dapat meningkatkan kesehatan dan
dapat menurunkan tekanan darah dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
mengurangi resiko komplikasi dari yang terdapat di lingkungan setempat.
hipertensi. Keberhasilan tindakan Penyakit hipertensi di Indonesia
pencegahan dan kekambuhan dipengaruhi masih cukup tinggi. Prevalensi hipertensi
oleh kepatuhan (Bazzano, 2013). menurut Riskesdas tahun 2013 adalah
Menurut Nototmodjo (2010), 25,8%. Angka prevalensi hipertensi di
kepatuhan merupakam gambaran sejauh Jawa Barat pada tahun 2014 menduduki
mana pasien berperilaku untuk peringkat tertinggi yaitu sekitar 31% dari
melaksanakan aturan dalam pengobatan keseluruhan populasi penduduk, dan salah
dan perilaku yang disarankan oleh tenaga satunya ada di Kota Sukabumi (Kemenkes
kesehatan. Beberapa unsur yang berperan RI, 2015).

Jurnal STIKESMI | 87
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Menurut laporan Dinas Kesehatan memeriksakan tekanan darah ke Posbindu


Kota Sukabumi tahun 2017 penyakit ataupun Puskesmas.
terbanyak yang terjadi pada lansia di Sedangkan dalam menjalankan
Puskesmas Kota Sukabumi, hipertensi diet hipertensi 6 responden mengatakan
menduduki peringkat pertama dari 10 masih menggunakan garam dan penyedap
penyakit terbanyak yang terjadi pada rasa, mengkonsumsi ikan asin, gorengan
lansia yaitu sebesar 9275 kasus (19.00%). dan jeroan, 1 orang responden hanya
Sedangkan jumlah kasus hipertensi pada mengurangi frekuensi konsumsi ikan asin,
lansia di 15 puskesmas Kota Sukabumi. gorengan dan jeroan dan 3 orang
Puskesmas Sukabumi menempati responden memakan rebusan dan
peringkat ke 3 tertinggi kasus hipertensi menghindari makanan yang mengandung
pada lansia dengan jumlah kejadian garam.
hipertensi sebanyak 1267 (13.17%). Berdasarkan uraian diatas peneliti
Menurut data kejadian Hipertensi dari tertarik untuk melakukan penelitian
Puskesmas Sukabumi Kelurahan dengan mengenai judul Hubungan Fungsi
jumlah paling banyak kasus hipertensi Perawatan Kesehatan Keluarga dengan
yaitu Kelurahan Subangjaya dengan Kepatuhan Diet Hipertensi pada Lansia
24.20%. Penderita Hipertensi Di Kelurahan
Berdasarkan Studi Pendahuluan Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas
yang dilakukan oleh peneliti dengan Sukabumi Kota Sukabumi.
metode wawancara pada 10 orang Lansia Hipotesis yang akan digunakan
di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja dalam penelitian ini adalah Apakah ada
Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan
didapatkan hasil pada fungsi perawatan Keluarga dengan Kepatuhan Diet
kesehatan keluarga yaitu 3 responden Hipertensi pada Lansia Penderita
mengatakan keluarganya tidak Hipertensi.
mengetahui komplikasi hipertensi, 4
responden mengatakan keluarganya tidak METODE PENELITIAN
mengantar ke posbindu untuk memeriksa Berdasarkan rumusan yang ada
kesehatannya, dan 3 responden dalam penelitian ini, maka jenis penelitian
mengatakan keluarganya melakukan ini menggunakan jenis penelitian
perawatan terhadap penderita seperti korelasional dengan pendekatan Cross
membantu menyiapkan makanan, dan Sectional.
keluarganya mengantarkan penderita

Jurnal STIKESMI | 88
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Penelitian ini dilakukan di dalam penelitian ini adalah sampel acak


Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja kelompok (Cluster Random Sampling).
Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi Metode Pengumpulan Data
pada bulan Februari sampai Juli 2018 . menggunakan Kuesioner dengan alat ukur
Variabel bebas yang digunakan mengacu pada skala guttman. Uji validitas
dalam penelitian ini adalah Fungsi menggunakan rumus Pearson Product
Perawatan Kesehatan Keluarga dan Moment, pada variabel fungsi perawatan
variabel terikat yang digunakan dalam kesehatan keluarga dari 25 item
penelitian ini yaitu Kepatuhan Diet pertanyaan, 24 item pertanyaan valid
Hipertensi. memiliki nilai p-value < 0.05. Sedangkan
Populasi dalam penelitian ini yaitu untuk variabel kepatuhan diet hipertensi
seluruh lansia penderita hipertensi di dari 10 item pertanyaan dikatakan valid
Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja semua memiliki nilai p-value < 0.05. Uji
Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi reliabiltas yang digunakan dalam
yaitu sebanyak 199 responden. Dikurangi penelitian ini adalah menggunakan
studi pendahuluan sebanyak 10 Cronbach’s Alpha. Nilai r untuk variabel
responden. Sehingga populasi dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu
penelitian ini sebanyak 189 responden. 0,689 berarti memiliki reliabilitas cukup
Sampel yang diambil dalam kuat. Sedangkan nilai r untuk variabel
penelitan ini adalah sebagian lansia kepatuhan diet hipertensi yaitu 0,783
penderita hipertensi yang ada di sehingga dikatakan reliabilitas kuat.
Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja Analisis hipotesis mengunakan uji
Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi. statistik chi-square.
Penentuan sampel didasarkan atas kriteria,
HASIL PENELITIAN DAN
adapun kriteria inklusi yaiti 1) Lansia
PEMBAHASAN
yang berusia >60 Tahun. 2) Lansia yang A. Hasil Penelitian
1.Analisis Univariat Karakteristik
bisa membaca dan menulis. 3) Lansia
Responden
yang bersedia menjadi responden. Tabel 4.1 Gambaran Karakteristik
Responden Berdasarkan
Sedangkan kriteria ekslusi pada penelitian
Umur di Kelurahan
ini yaitu Lansia yang tinggal seorang diri. Subangjaya Wilayah Kerja
Puskesmas Sukabumi Kota
Berdasarkan perhitungan rumus Slovin
Sukabumi
jumlah sampelnya sebanyak 128 orang.
Persentasi
Cara pengambilan sampel yang dilakukan Usia Frekuensi
(%)

Jurnal STIKESMI | 89
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

60-69 75 59,5 SMP 17 13,5


tahun SMA 29 23,0
>70 51 40,5 PT 8 6,3
tahun Total 126 100
Total 126 100 Berdasakan tabel 4.3
Berdasakan tabel 4.1
menunjukkan bahwa sebagian besar
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden di Kelurahan Subangjaya
responden di Kelurahan Subangjaya
Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota
Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota
Sukabumi berpendidikan SD yaitu sebesar
Sukabumi berada pada rentang usia 60-69
51,6% atau sebanyak 65 responden,
tahun yaitu sebesar 59,5% atau sebanyak
sedangkan sebagian kecil responden
75 responden.
menjawab tidak sekolah yaitu sebesar
Tabel 4.2 Gambaran Karakteristik 5,6% atau 7 responden.
Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di Tabel 4.4 Gambaran Karakteristik
Kelurahan Subangjaya Responden Berdasarkan
Wilayah Kerja Puskesmas Status Pekerjaan di
Sukabumi Kota Sukabumi Kelurahan Subangjaya
Wilayah Kerja Puskesmas
Jenis Persentasi Sukabumi Kota Sukabumi
Frekuensi
Kelamin (%)
Laki-Laki 55 43.7 Persentasi
Pekerjaan Frekuensi
Perempuan 71 56,3 (%)
Total 126 100 Bekerja 65 51,6
Berdasakan tabel 4.2 Tidak 61 48,4
Bekerja
menunjukkan bahwa sebagian besar Total 126 100
responden di Kelurahan Subangjaya Berdasakan tabel 4.4

Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota menunjukkan bahwa sebagian besar

Sukabumi berjenis kelamin perempuan responden di Kelurahan Subangjaya

yaitu sebesar 56,3% atau sebanyak 71 Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota

responden. Sukabumi bekerja yaitu sebesar 51,6%


atau sebanyak 65 responden.
Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik
Responden Berdasarkan Tabel 4.5 Gambaran Karakteristik
Pendidikan di Kelurahan Responden Berdasarkan
Subangjaya Wilayah Kerja Sumber Informasi di
Puskesmas Sukabumi Kota Kelurahan Subangjaya
Sukabumi Wilayah Kerja Puskesmas
Sukabumi Kota Sukabumi
Persentasi
Pendidikan Frekuensi
(%) Sumber Persentasi
Tidak Sekolah 7 5,6 Frekuensi
Informasi (%)
SD 65 51,6

Jurnal STIKESMI | 90
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Tidak 4 3,2 Tabel 4.7 Gambaran Fungsi perawatan


mendapat Kesehatan Keluarga di
Petugas 94 74,6 Kelurahan Subangjaya
Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas
Media 16 12,7 Sukabumi Kota Sukabumi
Elektronik
Media Cetak 1 0,8 Fungsi Persentasi
Frekuensi
Teman atau 11 8,7 Perawatan (%)
Keluarga Baik 77 61,1
Total 126 100 Kurang Baik 49 38,9
Total 126 100
Berdasakan tabel 4.5 karakteristik
Berdasakan tabel 4.7
responden berdasarkan sumber informasi
menunjukkan bahwa sebagian besar
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden di Kelurahan Subangjaya
responden di Kelurahan Subangjaya
Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota
Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota
Sukabumi memiliki fungsi perawatan
Sukabumi sumber informasi yang
kesehatan keluarga dengan baik yaitu
didapatkan responden dari petugas
sebesar 61,1% atau sebanyak 77
kesehatan yaitu sebesar 74,6% atau
responden
sebanyak 94 responden
Tabel 4.8 Gambaran Kepatuhan Diet
Tabel 4.6 Gambaran Karakteristik Hipertensi di Kelurahan
Responden Berdasarkan Subangjaya Wilayah Kerja
Lama Menderita Puskesmas Sukabumi Kota
Hipertensi di Kelurahan Sukabumi
Subangjaya Wilayah Kerja
Puskesmas Sukabumi Kota Persentasi
Kepatuhan Frekuensi
Sukabumi (%)
Patuh 68 54,0
Lama Persentasi Tidak 58 46,0
Frekuensi
Menderita (%) Patuh
<5 Tahun 75 59,5 Total 126 100
>5 Tahun 51 40,5 Berdasakan tabel 4.8
Total 126 100
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar

menunjukkan bahwa sebagian besar responden di kelurahan Subangjaya

responden di Kelurahan Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota

Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi patuh dalam menjalankan diet

Sukabumi telah menderita hipertensi hipertensi yaitu sebesar 54,0% atau

selama <5 Tahun yaitu sebesar 59,5% atau sebanyak 68 responden

sebanyak 75 responden. 3. Analisa Bivariat

2. Analisa Univariat Variabel Tabel 4.9 Tabulasi Silang Kepatuhan Diet


Hipertensi Berdasarkan Fungsi

Jurnal STIKESMI | 91
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Perawatan Kesehatan Keluarga Berdasarkan hasil uji statistik Chi


di Kelurahan Subangjaya
Square diperoleh nilai p-value 0,001 yang
Wilayah Kerja Puskesmas
Sukabumi Kota Sukabumi berarti H₀ ditolak karena kriteria
Fungsi penolakan H₀ ini adalah apabila nilai p-
Perawatan Kepatuhan Diet Hipertensi
Total % value nya <0,05. Dengan kata lain terdapat
Kesehatan
Keluarga Patuh % Tidak %
51 66, 26 33, 77 100 hubungan antara fungsi perawatan
Baik
2 8
kesehatan keluarga dengan kepatuhan diet
Kurang 17 34, 32 65, 49 10
Baik 7 3 0 hipertensi di kelurahan Subangjaya
Total 68 54, 58 46, 126 100
0 0 Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat Sukabumi.
dilihat bahwa sebagian besar responden
yang memiliki fungsi perawatan
kesehatan keluarga baik, patuh terhadap B. Pembahasan
diet hipertensi yaitu sebanyak 51 1. Analisis Univariat Variabel
Penelitian
responden (66,2%) dan sebagian kecil
a. Gambaran Fungsi Perawatan
tidak patuh terhadap diet hipertensi yaitu Kesehatan Keluarga di Kelurahan
sebanyak 26 responden (33,8%). Subangjaya Wilayah Kerja
Puskesmas Sukabumi Kota
Responden yang memiliki fungsi
Sukabumi
perawatan kesehatan keluarga kurang baik Berdasarkan tabel 4.7
sebagian besar tidak patuh terhadap diet menunjukkan bahwa sebagian besar
hipertensi yaitu sebanyak 32 responden responden di Kelurahan Subangjaya
(65,3%) dan sebagian kecil patuh terhadap Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota
diet hipertensi yaitu sebanyak 17 Sukabumi memiliki fungsi perawatan
responden (34,7%). kesehatan keluarga dengan baik yaitu
Tabel 4.10 Uji Hipotesis Hubungan sebesar 61,1% atau sebanyak 77
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga Dengan kepatuhan responden
diet hipertensi di kelurahan Hasil penelitian ini sejalan dengan
Subangjaya Wilayah Kerja
Puskesmas Sukabumi Kota penelitian yang dilakukan Suhildan
Sukabumi Hafidz (2016) yang berjudul hubungan
Variabel Variabel
P-value fungsi perawatan kesehatan keluarga
Bebas Terikat
Fungsi dengan terkontrolnya tekanan darah pada
Kepatuhan
Perawatan
Diet 0,001 lansia dengan hipertensi di Kecamatan
Kesehatan
Hipertensi
Keluarga Pringapus Semarang, yang menyatakan
bahwa 58 responden, didapatkan bahwa
Jurnal STIKESMI | 92
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

sebagian besar fungsi perawatan responden Sehinggga informasi kesehatan


kesehatan keluarga di Kecamatan yang diterima oleh penderita dan keluarga
Pringapus dalam kategori baik, yaitu merupakan informasi yang dapat
sejumlah 27 anggota keluarga (46,6%) dipercaya. Selain itu, berdasarkan hasil
Fungsi perawatan kesehatan pengamatan dilapangan menunjukan
keluarga adalah tingkat perawatan bahwa terdapat beberapa keluarga
kesehatan masyarakat, yang ditujukan responden yang menyatakan bahwa
pada keluarga sebagai unit atau kesatuan mengetahui harus melakukan hal apa jika
yang dirawat dengan sehat sebagai hipetrensi yang diderita anggota keluarga
tujuannya dan perawatan sebagai sedang mengalami kekambuhan.
sasarannya (Salvacion G. Bailon dan b. Gambaran Kepatuhan Diet
Araceles Maglaya dalam Ali, 2010). Hipertensi Pada Lansia Penderita
Hipertensi di Kelurahan
Salah satu faktor yang
Subangjaya Wilayah Kerja
mempengaruhi fungsi perawatan Puskesmas Sukabumi Kota
kesehatan keluarga diantaranya adalah Sukabumi
Berdasakan tabel 4.8
faktor eksternal yaitu faktor informasi
menunjukkan bahwa sebagian besar
kesehatan yang diperoleh. Informasi
responden di kelurahan Subangjaya
kesehatan yang diperoleh keluarga
Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota
penderita akan meningkatkan fungsi
Sukabumi patuh dalam menjalankan diet
keluarga dalam merawat kesehatan
hipertensi yaitu sebesar 54,0% atau
anggotanya karena keluarga yang paham
sebanyak 68 responden
akan penyakit yang diderita oleh anggota
Penanggulangan hipertensi salah
keluarganya dapat menumbuhkan sikap
satunya adalah non farmakologis seperti
yang mendukung terciptanya kesehatan
diet hipertensi yang meliputi diet rendah
anggota keluarga yang baik
garam, diet tinggi serat dan rendah
(Triariningrum, 2013). Informasi
kolestrol. Pola diet ini cukup efektif untuk
kesehatan salah satunya dapat didapatkan
menangani hipertensi. Pada penderita
malalui pendidikan kesehatan dan
hipertensi selain pemberian obat anti
konseling keluarga.
hipertensi perlu terapi dietik dan merubah
Hal ini sejalan dengan hasil
gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan
penelitian yang menunjukan bahwa
diet adalah untuk membantu menurunkan
sebagian besar responden mendapat
tekanan darah dan mempertahankan
sumber informasi dari petugas kesehatan
yaitu sebesar 74,6% atau sebesar 94

Jurnal STIKESMI | 93
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

tekanan darah menuju normal (Almatsier, hipertensi yaitu sebesar 52,0 % atau
2009). sebanyak 39 responden.
Kepatuhan (adherence) secara Hasil ini sejalan dengan penelitian
umum didefinisikan sebagai tingkatan yang dilakukan oleh Anisa dengan judul
perilaku seseorang yang mendapatkan Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengobatan, mengikuti diet, dan kepatuhan diet hipertensi (2017)
melaksanakan gaya hidup sesuai dengan Berdasarkan dari lama menderita
rekomendasi pemberi pelayanan hipertensi responden sebagian besar yang
kesehatan (slamet, 2009).Menurut Smet mematuhi diet hipertensi ialah yang
Bart dalam Purwanto (2008) terdapat hal menderita hipertensi ≤ 5 tahun yaitu 109
yang dapat meningkatkan kepatuhan responden atau 72,7%. Pasien yang telah
dalam menjalani diet hipertensi, lama menderita hipertensi selama satu
diantaranya adalah efikasi diri. Efikasi diri hingga lima tahun cenderung lebih
dipercaya sebagai prediktor yang penting mematuhi proses baik dalam
dari kepatuhan. Seseorang yang mengonsumsi obat maupun dalam
mempercayai diri mereka sendiri untuk kepatuhan diet karena ada rasa ingin tahu
dapat mematuhi pengobatan yang yang besar dan keinginan untuk sembuh
kompleks akan lebih mudah besar (Evadewi & Sukmayanti, 2013).
melakukannya. 2. Analisis Bivariat
b. Hubungan Fungsi Perawatan
Pada hasil pengamatan peneliti,
Kesehatan Keluarga Dengan
efikasi diri yang baik muncul pada Kepatuhan Diet Hipertensi
responden yang telah menderita hipertensi Berdasarkan Tabel 4.9 dapat
sekitar 1-3 tahun dibuktikan dengan dilihat bahwa sebagian besar responden
pernyataan beberapa responden yang yang memiliki fungsi perawatan
menyatakan bahwa dirinya optimis untuk kesehatan keluarga baik, patuh terhadap
sembuh sehingga mematuhi diet diet hipertensi yaitu sebanyak 51
hipertensi dengan baik. Hal ini sejalan responden (66,2%) dan sebagian kecil
dengan karakteristik responden yang tidak patuh terhadap diet hipertensi yaitu
menunjukan bahwa sebagain besar sebanyak 26 responden (33,8%).
responden telah menderita hipertensi Responden yang memiliki fungsi
selama < 5 Tahun. Hasil penelitian perawatan kesehatan keluarga kurang baik
menunjukan bahwa sebagian besar sebagian besar tidak patuh terhadap diet
responden yang telah menderita hipertensi hipertensi yaitu sebanyak 32 responden
selama < 5 Tahun patuh dalam diet (65,3%) dan sebagian kecil patuh terhadap

Jurnal STIKESMI | 94
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

diet hipertensi yaitu sebanyak 17 kesehatan keluarga, memutuskan tindakan


responden (34,7%). kesehatan yang tepat bagi keluarga,
Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji memodifikasi lingkungan keluarga guna
statistik Chi Square diperoleh nilai p- mendukung proses penyembuhan, dan
value 0,001 yang berarti H₀ ditolak karena memanfaatkan pelayanan fasilitas
kriteria penolakan H₀ ini adalah apabila kesehatan bagi keluarga. Dimana semua
nilai p-value nya <0,05. Dengan kata lain hal bersangkutan dengan tugas keluarga
terdapat hubungan antara fungsi menghadapi masalah kesehatan semua
perawatan kesehatan keluarga dengan anggota keluarganya, yang merupakan
kepatuhan diet hipertensi di kelurahan salah satu faktor yang mempengaruhi
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas pengobatan penyakit, termasuk kepatuhan
Sukabumi Kota Sukabumi. menjalankan diet (Triariningrum, 2013)
Rahmawati (2015) menyatakan Hasil penelitian yang telah
bahwa kepatuhan dalam pengobatan dilakukan menunjukan bahwa lansia yang
berkaitan erat dengan pelaksanaan tugas memiliki fungsi perawatan kesehatan
keluarga yang terwujud dalam pelaksaaan keluarga yang baik dan patuh dalam
fungsi perawatannya. Ketika fungsi menjalankan diet hipertensi menunjukan
perawatan kesehatan keluarganya jika tugas keluarga dilaksanakan dengan
dilaksanakan dengan baik, maka masalah baik akan bisa mendorong kesembuhan
anggota keluarga yang sakit dapat anggota keluarga jika ada yang sakit. Hal
diselesaikan dengan baik termasuk dalam ini diperkuat dengan kenyataan
mendorong kepatuhan dalam pengobatan dilapangan yang menunjukan bahwa
yang sedang dijalankannya. responden memiliki tingkat kepatuhan
Pernyataan tersebut seejalan yang baik memiliki keluarga yang
dengan penelitian yang dilakukan mendukungnya yaitu dengan selalu
Suhildan Hafidz (2016) dengan hasil menyediakan makanan yang sesuai
penelitian yang menunjukkan bahwa p dengan yang dianjurkan untuk penderita
value 0,001 < 0,05 yakni ada hubungan hipertensi dengan hasil penelitian
antara fungsi perawatan kesehatan sebagian besar responden menjawab ya
keluarga dengan terkontrolnya tekanan pada item pertanyaan tersebut yaitu
darah. sebesar 84 responden dan selalu rajin
Fungsi perawatan kesehatan mengantar anggota hipertensi untuk
keluarga terwujud dalam 5 tugas keluarga, mengontrol tekanan darahnya ke
yang meliputi mengenal masalah pelayanan kesehatan dengan hasil

Jurnal STIKESMI | 95
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

penelitian sebagian besar responden fungsi perawatan kesehatan keluarga


menjawab ya pada item pertanyaan seperti konseling bersama keluarga
tersebut yaitu sebesar 77 responden. penderita agar keluarga memahami fungsi
keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang menderita hipertensi, pada penelitian
ini sebaian besar telah melakukan fungsi
perawatan kesehatan baik yang
diharapkan agar menjadi sangat baik dan
KESIMPULAN DAN SARAN yang melakukan fungsi perawatan
kesehatan dengan kurang baik diharapkan
A. Kesimpulan
menjadi baik sehingga dapat
1. Sebagian besar lansia penderita
meningkatkan kepatuhan diet hipertensi
hipertensi di Kelurahan Subangjaya
pada lansia.
Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kota Sukabumi memiliki fungsi
Penelitian ini dapat menjadi referensi
perawatan kesehatan keluarga dengan
bagi penelitian berikutnya dan dapat
baik.
menjadi media untuk menambah ilmu
2. Sebagian besar lansia penderita
pengetahuan serta sebagai sarana untuk
hipertensi di kelurahan Subangjaya
mengaplikasikan teori di lapangan atau
Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi
lingkungan masyarakat. Dan dapat
Kota Sukabumi patuh.
dijadikan sebagai data dasar untuk
3. Terdapat hubungan antara fungsi
pengembangan penelitian lanjutan
perawatan kesehatan keluarga dengan
khususnya yang berhubungan dengan
kepatuhan diet hipertensi di kelurahan
hubungan fungsi perawatan kesehatan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas
keluarga dengan kepatuhan diet hipertensi
Sukabumi Kota Sukabumi.
pada lansia.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagi Puskesmas Sukabumi Kota
Ali, Zaidin. 2010. Pengantar
Sukabumi Keperawatan Keluarga. Jakarta:
Penelitian ini dapat menjadi masukan EGC.

bagi Puskesmas Sukabumi Kota Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar


Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia.
Sukabumi yaitu untuk meningkatkan
program lansia dengan memperhatikan Amin, Huda. dkk .2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan

Jurnal STIKESMI | 96
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Diagnosa Medis & NANDA NIC- Dewifianita, Risky. 2016. Pengaruh


NOC. Yogjakarta: Mediaction. pemberian konseling diet DASH
(dietary approach to stop
Anisa, Mai. 2017. Faktor- Faktor yang hypertension) terhadap perubahan
Mempengaruhi Kepatuhan Diet tekanan darah pada penderita
Hipertensi. Universitas Syiah hipertensi peserta prolanis di
Kuala Banda Aceh: puskesmas sento kabupaten
www.jim.unsyiah.ac.id. Diakses kulonprogo. Poltekes KemenKes
Tanggal 24 Juni 2018 Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Diakses tanggal 10 Februari 2018.
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Laporan Bulanan Penyakit. 2017.
Arista, Novian. 2013. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Effendi, F & Makhfudli. 2009.
Diit Pasien Hipertensi. Keperawatan Kesehatan
Universitas Negeri Semarang: Komunitas: Teori dan Praktek
http://lib.unnes.ac.id. Diakses Dalam Keperawatan. Jakarta:
tanggal 03 Februari 2018. Salemba medika.
Azizah, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Githa, W. 2010. Tugas kesehatan dan
Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu. perilaku pencegahan komplikasi
hipertensi pada lansia.
Andala,Sri. 2014. Tugas Kesehatan
www.jurnal.unsyiah.ac.id.
Keluarga Mengenal Diet
Diakses tanggal 10 Februari 2018.
Hipertensi pada Lansia.
Universitas Syiah Kuala Banda Gunawan, Lanny. 2010. Hipertensi
Aceh: www.jurnal.unsyiah.ac.id. Tekanan Darah Tinggi.
Diakses tanggal 01 Februari 2018. Yogyakarta: Kanisius.
Badan Pusat Statistik. 2013. Proyeksi Gusti, Salvari. 2013. Asuhan
Penduduk Indonesia. Jakarta: Keperawatan Keluarga. Jakarta:
https://www.bps.go.id. Diakses Trans Info Media.
tanggal 08 Februari 2018.
Hasdianah & Suprapto. 2014. Patologi
Barreto, Mayckel da Silva. 2014. Patient dan Patofisiologi Penyakit.
Perspectives on Family Yogyakarta: Nuha Medika.
Participation in The Treatment of
Hypertension. Hidayat, Alimul Aziz. 2010. Metode
http://www.scielo.br. diakses Penelitian Keperawatan dan
tanggal 09 Maret 2018. Tekhnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Bazzano, Lydia. 2013. Dietary
Approaches to Prevent _________________, 2010. Riset
Hypertention. Keperawatan dan Teknik
https://www.ncbi.nlm.nih.gov. Penulisan Ilmiah. Jakarta:
diakses tanggal 19 Maret 2018. Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Hidayati, Wahyu. 2014. Gambaran Tugas
Patofisiologi.. Jakarta: Aditya Perawatan Kesehatan Keluarga
Media. Terhadap Efek Samping
Pengobatan TB Paru di Wilayah

Jurnal STIKESMI | 97
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Puskesmas Pabuaran Tumpeng. LPPM. 2018. Buku Panduan Penulisan


Universitas Indonesia: lib.ui.ac.id. Tugas Akhir Mahasiswa.
Diakses tanggal 11 Februari 2018. Sukabumi: STIKes Sukabumi.

Julianti, D. 2009. Bebas Hipertensi Machfoedz, Ircham. 2008. Statistika


Dengan Terapi Jus. Jakarta: Puspa Deskriptip. Yogyakarta.
Swara. Fitramaya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Maghfiroh, Siti. 2014. Hubungan Tugas
Republik Indonesia. 2017. Kamus Kesehatan Keluarga Dengan
Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Kejadian Hipertensi Berulang
www.kbbi.web.id. Diakses tanggal Pada Lansia di Padukuhan
29 Maret 2018. Karang Tengah Nogotirto
Gamping Sleman Yogyakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2008. Buku
STIKes Aisyiyah Yogyakarta:
Saku Pharmaceutical Care Untuk
digilib.unisayogya.ac.id. Diakses
Penyakit Hipertensi.
Tanggal 16 Februari 2018.
http://farmalkes.kemkes.go.id.
Diakses tanggal 12 Maret 2018. Maryam, R. 2008. Mengenal Usia Lanjut
_____________________. 2014. dan Perawatannya. Jakarta :
Hipertensi. Jakarta: Salemba
http://www.depkes.go.id. Diakses
tanggal 12 Maret 2018. Machfoedz, Ircham. 2008. Statistika
Deskriptip. Yogyakarta.
_____________________. 2014. Situasi Fitramaya.
dan Analisis Lanjut Usia.
http://www.depkes.go.id. Diakses Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 2. Jakarta:
tanggal 07 Februari 2018. Papas Sinar Sinarti.

_____________________. 2015. Riset Muhith, Abdul & Siyoto, Sandu. 2016.


Kesehatan Dasar. Jakarta: Pendidikan Keperawatan
http://www.depkes.go.id. Diakses Gerontik. Yogyakarta: Penerbit
tanggal 07 Februari 2018. Andi.

_____________________. 2016. Muhlisin, Abi. 2013. Keperawatan


Pedoman Umum Program Keluarga. Yogyakarta: Gosyen
Indonesia Sehat Dengan Publishing.
Pendekatan Keluarga. Jakarta:
Niven, Neil. 2008. Psikologi Kesehatan :
www.depkes.go.id. Diakses
Pengantar Untuk Perawat Dan
Tanggal 07 Februari 2018.
Profesional. Jakarta: EGC.
_____________________. 2017. Profil Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Pendidikan
Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Jakarta: www.depkes.go.id. Rineka Cipta.
Diakses tanggal 08 Februari 2018.
___________________. 2014.
_____________________. 2017.
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Program Indonesia Sehat dengan
Jakarta : Rineka Cipta.
Pendekatan Keluarga – PISPK.
Jakarta: http://pispk.kemkes.go.id. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Diakses tanggal 28 Mei 2018. Metodologi Penelitian Ilmu

Jurnal STIKESMI | 98
Hubungan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Hipertensi Di Kelurahan
Subangjaya Wilayah Kerja Puskesmas Sukabumi Kota Sukabumi // Alifya Sasmi, H. Iwan Permana

Keperawatan. Jakarta: Salemba Sandjaja. 2011. Kamus Gizi Pelengkap


Medika. Kesehatan Keluarga. Jakarta:
Kompas.
Nuraini,Bianti. 2015. Risk Factors of
Hypertension. Universitas Saraswati,S. 2009. Diet Sehat untuk
Lampung: Penyakit Asam Urat, Diabetes,
juke.kedokteran.unila.ac.id. Hipertensi dan Stroke. Jogjakarta:
diakses tanggan 20 Maret 2018. A plus Book.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Slamet. 2009. Konsep dasar kepatuhan.
Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne dan Bare, Brenda.
Program PTM Puskesmas Sukabumi. (2008). Buku Ajar Keperawatan
Rekap Kegiatan Kesehatan Medical Bedah Brunner dan
Lansia. 2017. Sudaarth (ed 8, vol 12). Jakarta:
EGC.
Pudjiastuti, Sri Surini. (2009). Fisioterapi
Pada Lansia. Jakarta : EGC. Soenardi. 2011. Hidangan Sehat untuk
Penderita Hipertensi. Jakarta:
Purwanto. (2008). Psikologi Pendidikan. Gramedia.
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Sutanto. 2009. Awas 7 Penyakit
Ramayulis, Rita. 2008. Menu dan Resep Degeneratif, Paradigma
Untuk Penderita Hipertensi. Indonesia. Yogyakarta.
Jakarta: Penebar Plus.
Suhildan, Hafiz. 2016. Hubungan Fungsi
Rahmawati. (2015). Fungsi Keluarga Perawatan Kesehatan Keluarga
Dalam Menghadapi Kejadian dengan Terkontrolnya Tekanan
Hipertensi Pada Lanjut Usia. Darah pada Lansia dengan
Universitas Syiah Kuala Banda Hipertensi di Kecamatan
Aceh: www.jurnal.unsyiah.ac.id. Pringapus Semarang. STIKES
Diakses Tanggal 23 Juni 2018 Ngudi Waluyo Ungaran:
anzdoc.com. Diakses tanggal 26
Rahmawati, Yunita (2010) Hubungan Februari 2018.
Frekuensi Kunjungan Posyandu
Lansia dengan Tingkat Triariningrum, Diyatmi & Sukihananto.
Kekambuhan Hipertensi pada 2013. Pelaksanaan Tugas
Lansia di Bakulan Wetan Kesehatan Keluarga Pada
Kecamatan Jetis Bantul. STIKes Keluarga dengan Hipertensi. FIK
Aisyiyah Yogyakarta: UI. Depok: lib.ui.ac.id. Diakses
opac.say.ac.id. Diakses Tanggal 16 tanggal 07 Februari 2018.
Februari 2018.
Utami, Prapti. 2009. Solusi Sehat
Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Mengatasi Hipertensi. Jakarta:
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Agromedia Pustaka.
Nuha Medika.
Wahyudi, Nugroho. 2009. Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik. Jakarta :
EGC.

Jurnal STIKESMI | 99

Anda mungkin juga menyukai