Anda di halaman 1dari 27

 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


Analisis Pelaksanaan Fungsi Manajemen Pengarahan Kepala Ruangan Dengan Kinerja
Perawat Dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Bima

Zulkarnain
STIKES Yahya Bima
Email: ijhulriestq @gmail.com

Abstrak; Latar Belakang: Pelayanan kesehatan yang berkualitas hanya dapat diwujudkan


dengan pemberian layanan kesehatan yang profesional, demikian juga dengan pemberian asuhan
keperawatan harus dilaksanakan dengan praktik keperawatan yang professional. Fungsi pengarahan
motivasi, komunikasi, supervisi, pendelegasian, dan manajemen konflik dapat meningkatkan
kinerja perawat dalam menerapakan asuhan keperawatan. Desain: penelitian ini menggunakan
desain penelitian deskriptif korelasi dengan penedekatan cross sectional,  bertujuan untuk
mengetahui hubungan fungsi pengarahan kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam
menerapkan asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Bima. Jumlah sampel penelitian adalah
86 perawat pelaksana yang bertugas di 7 ruang rawat inap yang di ambil secara  proporsional
random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner fungsi pengarahan dan kinerja
 perawat. Proses analisa data menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan pelaksanaan
fungsi pengarahan dengan kinerja, dan uji regresi ligistik ganda  menguji variabel yang paling
 berpengaruh terhadap kinerja perawat. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan seluh variabel fungsi
 pengarahan (Motivasi  pv=0,005, komunikasi  pv=0,019 supervisi pv=0,006 Delegasi pv=0,026,
manajemen konflik pv=0,004) memiliki hubungan bermakna dengan kinerja perawat sedangkan

variabel
memilikiconfounding
hubungan (umur, jenis
terhadap kelamin,
kinerja status perkawinan,
perawat. Kesimpulan:lama kerja danperawat
Mayoritas pendidikan) tidak
pelaksana
mempersepsikan fungsi pengarahan kepala ruangan baik memiliki kinerja baik. Variabel yang
 paling berpengaruh terhadap
te rhadap kinerja perawat dalam
dal am menerapkan asuhan keperawatan adalah fungsi
manjemen konflik.

Kata kunci: Kinerja perawat, fungsi pengarahan, perawat pelaksana, karakteristik

Analysis of Implementation Management Functions Head Room Direction With Performance


Nurses In Implementing Nursing Care in Inpatient Room RSUD Bima

Abstract; Quality health services can only be realized with the benefits of professional
health services, as well as nursing care should be done with professional nursing practice. The
function of motivation, communication, supervision, delegation and conflict management function
can improve nurse's performance in applying nursing care. This research can be done by
overcoming the nursing care in hospital wards RSUD Bima. This research use descriptive research
design with cross sectional approach. The instrument used is questionnaire. The number of research
samples was 86 nurses who were in 7 inpatient wards taken at random. The data analysis process
used a chi-square test to determine the relationship with performance, and some lig- istical
regression tests applied the most severe variables associated with nurse performance. The results
showed that the variable of directive function (motivation  pv = 0,005, communication  pv = 0,019 
supervision  pv = 0,006   delegate pv  = 0,026,  conflict management  pv = 0,004) relate to nurse
 performance with confounding variable (age, sex, marital status,
st atus, occupation and Education) has no
relationship with the performance of nurses. The majority of nurses apply a well-headed room head
function. The most severe variable to the performance of the nursing service is the conflict
management function.

Keywords: Nurse Performance, Direction Function, Nursing Executive, characteristics

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 229


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


Pendahuluan  berkualitas. Pelayanan kesehatan yang
Globalisasi memberikan dampak positif  berkualitas hanya dapat diwujudkan dengan
 bagi setiap profesi kesehatan untuk selalu  pemberian layanan kesehatan yang
 berupaya meningkatkan kinerja dalam  profesional, demikian juga dengan
den gan pemberian
 berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan harus dilaksanakan
kesehatan masyarakat. Dampak dari dengan praktik keperawatan yang
globalisasi terhadap sistem pelayanan  professional, salah satu model pelayanan
kesehatan akan positif apabila diarahkan pada kesehatan yang professional yaitu dengan
terciptanya pelayanan kesehatan yang menerapkan model asuhan keperawatan
 bermutu, tersedia merata diseluruh pelosok  profesional. Asuhan keperawatan profesional
tanah air dan dengan harga yang terjangkau telah dilaksanakan dibeberapa negara,
oleh masyarakat Indonesia. (Depkes, 2004). termasuk rumah sakit di Indonesia. Hal ini
Dengan demikian Institusi kesehatan sebagai salah satu upaya rumah sakit untuk
hendakya menyiapkan berbagai prasyarat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
 penting dan kompetitif dalam mengantisipasi melalui beberapa kegiatan yang menunjang
dampak globalisasi tersebut. Guna kegiatan keperawatan profesional dan
mewujudkan pelayanan yang kompetitif sistematik. Sistem asuhan keperawatan
tersebut, maka perlu diselenggarakan berbagai  profesional adalah suatu kerangka kerja yang
upaya kesehatan yang didukung antara lain mendefinisikan 4 unsur, yakni standar, proses
oleh sumber daya kesehatan yang memadai keperawatan, pendidikan keperawatan dan
sesuai dengan kebutuhan. Sumber daya asuhan keperawatan professional (Mark.,
manusia untuk kesehatan (klinis dan non- Salyer;Wan, 2003 & Nursalam, 2011).

klinis) staf adalah


staf adalah aset hal
yangyang terpenting
paling pentingsebagai
dari Pemberian
optimal dapat dilayanan kesehatan
pengaruhi yang
oleh fungsi
sistem kesehatan. Kinerja organisasi manajemen kepala ruangan salah satunya
 perawatan kesehatan tergantung pada adalah fungsi pengarahan, karena fungsi
 pengetahuan, keterampilan dan motivasi  pengarahan merupakan suatu proses
karyawan perorangan (Awases, 2013).  penerapan perencanaan manajemen untuk
Rumah sakit sebagai salah satu unit mencapai tujuan perawatan (Swansburg,
tempat pelayanan kesehatan, bertanggung 1999). Penelitian yang dilkukan oleh Warsito
 jawab dalam memberikan pelayanan yang dan Mawarni (2007) menunjukkan bahwa dari
 bermutu sesuai dengan standar untuk kelima fungsi manajemen yaitu perencanaan,
memenuhi kebutuhan dan tuntutan  pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,
masyarakat. Masyarakat menuntut rumah dan pengendalian. Fungsi pengarahan dan
sakit harus dapat memberikan pelayanan  pengawasan adalah fungsi yang berpengaru
dengan konsep one step quality service  hterhadap pelaksanaan manajemen asuhan
artinya seluruh kebutuhan pelayanan keperawatan, dimana untuk pengarahan  p=
kesehatan dan pelayanan yang terkait dengan 0.002 dan untuk pengawasan  p= 0.007
kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh (α=0,05).
rumah sakit secara mudah, cepat, akurat, Pengarahan yang baik dapat
 bermutu, dan biaya terjangkau (Ilyas, 2004). menciptakan kerjasama yang efektif dan
Rumah Sakit merupakan salah satu bagian efisien antara staf. Pengarahan juga berfungsi
sistem pelayanan kesehatan secara garis besar untuk mengembangkan kemampuan dan
memberikan pelayanan untuk masyarakat ketrampilan staf menimbulkan rasa memiliki
 berupa pelayanan kesehatan mencakup dan menyukai pekerjaan, mengusahakan
 pelayanan medik, pelayanan penunjang suasana lingkungan kerja yang dapat
medik, rehabilitasi medik dan pelayanan meningkatkan motivasi dan prestasi
 perawatan (Herlambang, 2012). kerjasehingga menjamin keselamatan pasien
Tenaga profesional kesehatan dalam dan perawat (Munandar, 2006). Fungsi

suatu
tenaga rumah sakit termasuk
keperawatan didalamnya
dituntut untuk  pengarahan yang
ruangan antara laindilakukan olehmotivasi,
memberikan kepala
memberikan pelayanan kesehatan yang membina komunikasi, menangani konflik,

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 230


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


memfasilitasi kerjasama dan negosiasi Kinerja yang baik dapat memberi
(Marquis, B.L & Huston, 2010). dampak terhadap peningkatan mutu
Fungsi pengarahan dapat meningkatkan  pelayanan klinis dalam tim. Kinerja perawat
kinerja perawat. Kinerja merupakan salah satu  juga dapat digunakan untuk mewujudkan
dampak dari kepuasan ataupun ketikpuasan komitmen pegawai dalam kontribusinya
 pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukan secara profesional guna meningkatkan mutu
(Robbins, 2006). Penelitian yang dilakukan  pelayanan sehingga kualitas hidup dan
oleh Warouw (2009). Terhadap lima aktifitas kesejahteraan masyarakat makin meningkat
 pengarahan yaitu kepemimpinan, komunikasi, (Mangkunegara, 2006). Mutu pelayanan
delegasi, motivasi, dan pelatihan oleh kepala keperawatan sangat mempengaruhi kualitas
ruangan menunjukkan bahwa terdapat  pelayanan kesehatan, bahkan menjadi salah
hubungan funhsi pengarahan kepemimpinan satu faktor penentu citra institusi pelayanan
dan komunikasi dengan dengan kinerja kesehatan seperti rumah sakit. Hal ini terjadi
 perawat pelaksana, sedangkan terkait dengan karena keperawatan merupakan kelompok
fungsi pengarahan delegasi, motivasi, dan  profesi dengan jumlah terbanyak, paling
 pelatihan tidak ada hubungan dengan kinerja depan dan terdekat dengan penderitaan orang
 perawat pelaksana. lain, kesakitan, kesengsaraan yang dialami
Fungsi pengarahan yang baik cenderung masyarakat. Salah satu indikator dari mutu
 pelaksanaan asuhan keperawatan menjadi  pelayanan keperawatan yaitu apakah
 baik (Warsito.B.E, 2006). Seringkali terjadi  pelayanan keperawatan yang diberikan
hambatan dalam pengarahan karena yang memuaskan pasien atau tidak (Nursalam,
digerakkan adalah manusia, yang mempunyai 2011).

keinginan pribadi,
khusus. Oleh sebab sikap dan perilaku yang
itu, kepemimpinan yang Informasi
khususnya tentang
tenaga kinerja saat
keperawatan kehatan
ini
dapat meningkatkan motivasi dan sikap kerja  bervariasi. Sebagian besar masih di dominasi
 bawahan menjadi hal yang penting. Salah satu  pada aspek persepsi kierja oleh personel
cara untuk meningkatkan mutu pelayanan  perawat, meskipun ada beberapa peneliti
asuhan keperawatan adalah peningkatan menilai dari aspek dokumentasi dan
kemampuan dan kinerja perawat melalui observasi. Persepsi kinerja ini meliputi
fungsi pengarahan atau koordinasi ketua tim  persepsi kinerja perawat sesuai dengan
kepada perawat pelaksana dalam bentuk standar praktik keperawatan Standar penilaian
kegiatan menciptakan iklim motivasi, kinerja yang lain yang sering digunakan
komunikasi efektif, pendelegasian dan adalah berdasarkan standar kinerja
supervisi atau bimbingan kepada perawat  profesional perawat yang disusun oleh PPNI
 pelaksana. (2010) yang dijajabarkan menjadi delapan
Fungsi pengarahan dapat meningkatkan elemen yaitu jaminan mutu, pendidikan,
kenerja perawat. Kinerja adalah seperangkat  penilaian kinerja, kesejawatan, kolabrasi, etik,
hasil yang dicapai untuk merujuk pada riset, dan pemanfaatan sumber-sumber.
tindakan pencapaian serta pelaksanaan Dalam penelitian ini, kinerja perawat lebih di
sesuatu pekerjaan yang diminta. Perawat yang fokuskan pada penilaian kinerja sesuai dengan
merasa puas dengan aktivitasnya berpeluang standar praktik keperawatan (Kemenkes RI
4,448 kali berkinerja baik dibanding perawat  No 1239) yaitu kinerja perawat ditinjau dari
yang tidak merasa puas dengan aktivitas kemampuan melaksanakan asuhan
kerjanya sebagai perawat yang pekerja di keperawatan, meliputi pengkajian, penetapan
Rumah Sakit (Suroso.J. 2011). Kinerja yang diagnosa keperawatan, perencanaan,
 baik sangat ditentukan kemampuan perawat  pelaksanaan tindakan keperawatan, dan
dalam memberikan pelayanan keperawatan. evaluasi keperawatan (PPNI, 2010).
Kemampuan merupakan variabel yang terkuat RSUD Bima merupakan rumah sakit
mempengaruhi kinerja, semakin baik tipe C milik pemerintah daearah yang sedang

kemampuan perawat
kinerja perawat maka semakin
(Hafizurachman, baik pula
2011).  berkembang, memiliki
inap, IGD, ICU, rawat
Radologi, jalan, rawat
laboratorium dan
farmasi. Jumlah tenaga keperawatan sebanyak

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 231


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


164 orang, jumlah tempat tidur 126 unit, BOR waktu dan tenaga kerja. Berdasarkan hasil
82, 39%. RSUD Bima juga telah dinyatakan wawancara terkait fungsi manajemen dengan
lulus oleh akreditasi program khusus oleh 8 perawat yang bertugas di bagian perawatan
KARS hala ini dilakukan sebagai bentuk  penyakit dalam 4 perawat
perawa t mengatakan bahwa
 pengakuan bahwa RSUD Bima telah kepala ruangan jarang memberikan delegasi
memberikan pelayanan sesuai standar. Dari tugas kepada ketua tim maupun perawat
hasil wawancara dan observasi awal diketahui  pelaksana, dan ada 3 perawat di ruangan
 penerapan asuhan keperawatan berdasarkan rawat inap lainya mengatakan kepala ruangan
wawancara dengan Bidang Keperawatan sering memeberikan motivasi, dan terdpapat 2
 pemberian pelayanan keperawatan sudah  perawat mengatakan kegiatan supervisi jarang
ja rang
 berjalan sesuai dengan konsep dan ketentuan dilakukan dan ada 2 perawat mengatakan
SOP dan SAK. Wawancara dengan 2 kepala kegiatan supervisi dilakukan setiap minggu
raungan serta 3 orang ketua tim, mengatakan namun tidak begitu optimal. Ada 4 perawat
 bahwa masih ada perawat pelaksana yang yang mengatakan pelaksanaan fungsi
 belum menerapkan pemberian asuhan  pengarahan seperti komunikasi yang efektif,
keperawatan sesuai dengan standar SOP dan memotivasi staff, melakukan manjemen
SAK yang dibuat sebagai acuan dalam konflik, negosiasi, delegasi dan supervisi
menerapkan asuhan keperawatan di rawat  belum optimal dilaksanakan.
inap. Hasil observasi terkait pelaksanaan Untuk mengatasi masalah tersebut
asuhan yang di terapkan oleh keperawatan diperlukan sistem pemberian asuhan
 pada pasien, perawat terlihat melaksanakan keperawatan, salah satunya melalui
tindakan secara keseluruhan sesuai dengan  pengembangan pemberian layanan asuhan

keluhan pasien, dan


 pendokumentasian asuhanbelum lengkapanya
keperawatan yang keperawatan
menekankan pada profesional. Model tenaga
kualitas kinerja ini
terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosa, keperawatan yang berfokus pada nilai
 perencanaan, implementasi dan evaluasi.  profesionalisme antara lain melalui
mel alui penetapan
Hasil studi pendahuluan berdasarkan dan fungsi setiap jenjang tenaga keperawatan,
wawancara dengan Kepala Diklat RSUD sistem pengambilan keputusan, sistem
Bima bahwa penilaian kinerja perawat  penugasan dan sistem penghargaan, dan
 berdasarkan instrumen penilain kinerja yang sistem pengarahan yang memadai. Fungsi
menyangkut hubungan dengan pasien, rekan  pengarahan kepala rungan diharapakan
kerja, kemampuan dalam melaksanakan memiliki dampak bagi staf perawat dalam
 proses keperawatan dalam upaya melaksanakan asuhan keperawatan. Perawat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan sebagai praktisi klinis dipengaruhi oleh
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Bima  beberapa faktor yang berdampak terhadap
 pada tahun 2016 berada pada kategori baik kinerjanya. Fenomena yang dapat terlihat di
rata-rata (85,20%) menunjukkan kinerja baik RSUD Bima saat ini menunjukkan faktor
dalam memberikan asuhan keperawatan. yang terlihat berpengaruh terhadap
Penilaian yang dilakukan dengan metode  pekerjaannya adalah faktor-faktor yang terkait
 penilaian oleh atasan perawat pelaksana pada dengan kinerja dan faktor pengarahan dari
masing-masing ruangan. Namun selama ini kepala ruangan.
 belum pernah ada evalusi kinerja dilakukan Pelaksanaan fungsi pengarahan kepala
melalui kegiatan penilitian. Berdasarkan ruangan di harapkan memiliki dampak bagi
wawancara dengan kepala bidang staf perawat dalam melakasanakan asuhan
keperawatan terkait pelaksanaan fungsi keperawatan. Perawat selaku praktisi klinis
manjemen dari setiap ruangan berbeda-beda, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
fungsi pengarahan dilakukan oleh kepala  berdampak terhadap pekerjaannya. Fenomena
ruangan dan ketua tim berbeda dalam setiap yang terlihat di RSUD Bima menujukkan
ruangan, pelaksanaan fungsi pengarahan faktor yang terlihat berpengaruh terhadap

 belum sepenuhnya
optimal oleh dilaksanakan
kepala ruangan secara
pada setiap unit  pekerjaannya
terkait dengansaat ini adalah
kinerja fakto-faktor
dan faktor yang
pengarahan
 pelayanan karena di sebabkan keterbatasan dari kepala ruangan. Penelitian ini berupaya

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 232


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


untuk membuktikan asumsi peneliti terkait kuesioner. Instrumen pengumpulan data
dengan fenomena yang terlihat, dan menggunakan kuesioner terstruktur yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dikembangkan berdasarkan kisi-kisi
rumah sakit dalam melakukan perbaikan demi komponen fungsi pengarahan kepala ruangan
tercapaianya pelayanan yang berkualitas. terhadap kinerja perawat pelaksana yang
terdiri dari koesioner A (Karakteristik
Metode Penelitian responden), koesioner B (Fungsi pengarahan
Desain penelitian yang digunakan adalah Kepala Runagan) dan koesioner C (kinerja
studi kuantitatif dengan rancangan deskriptif  perawat dalam menerapkan asuhan
dengan pendekatan cross sectional, Penelitian keperawatan). Koesioner yang digunakan
dilakukan pada perawat pelaksana yang dalam peneltian ini adalah koesioner valid
 bekerja di ruang rawat inap. Bertujuan yang telah di uji validitas dan reliabilitas.
mempelajari pengaruh atau korelasi antara
fungsi pengarahan kepala ruangan dengan Tehnik pengolahan data dilakukan dengan
kinerja perawat dalam menerapkan asuhan cara mengediting, codding, processing dan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD cleaning. Sedangkan analisis menggunakan
Bima. Populasi dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk melihat frekuensi dari
semua perawat yang ada di ruang rawat inap variabel, analisis bivariat dengan uji chi
RSUD Bima sebanyak 162 Perawat. Sampel square untuk melihat hubungan antara
 penelitian ditetapkan menggunakan variabel independen dengan variabel
Probability sampling  (sampel acak/random). dependen dan analisis multivariat dengan uji
Sampel dalam penelitian ini di ambil dari regresi logistik ganda untuk melihat variabel

setiap ruanganrandom
 proportional dengan sampling
tehnik , simple
yaitu fungsi
terhadappengarahan yang paling berpengaruh
kinerja perawat.
sebanyak 126 perawat pelaksana yang
tersebar dari 8 ruang rawat inap. Namun tidak Hasil penelitian
menutup kemungkinan jumlah sampel Karakteristik Perawat Karakteristik perawat
tersebut akan berkurang sehubungan dengan  berdasarkan usia perawat sebagian besar rata-
kriteria sampel yang diajukan oleh peneliti. rata  mean  umur  perawat pelaksana adalah
Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah 32.12 tahun, karakteristik jenis kelamin
kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi menggambarkan sebagian besar berjenis
 pada penelitian ini adalah perawat pelaksana kelamin wanita sebesar 94,2%, status
di ruang rawat inap RSUD Bima, bersedia  perkawinan lebih dominan yang sudah
menjadi responden, tidak sedang menjalani menikah sebanyak 81,4%, tingkat pendidikan
cuti/pendidikan, lama kerja lebih dari satu mayoritas perawat adalah DIII Keperawatan
tahun, sedangkan kriteria ekslusi adalah sebesar 86%, sedangkan masa kerja sebagian
 perawat pelaksana yang menolak  besar perawat masa kerjanya ≥ 6 tahun nilai
 berpartisipasi, maupun terdapat gambatan  –  rata
rata – 
rata  rata mean 9.21 tahun.
etis.Dan pada akhir pengumpulan data Berdasarkan Tabel 2 dapat diprediksi dengan
 penelitian total sampel yang terkumpul
te rkumpul untuk menggunakan tingkat kepercayaan 95% skor
dilakukan analisis adalah sebanyak 86 fungsi pengarahan kepala ruangan yang
responden. dipersepsikan oleh perawat pelaksana skornya
107,54-110.41, sementara dari sub variabel
Penelitian ini akan dilaksanakan pada ruang  pengarahan meliputi (motivasi = 52,14-54,35,
rawat inap RSUD Bima. Penelitian komunikasi = 20,39-21,42, supervisi = 35,51-
dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan 34,38, delegasi = 43,46-45,40, manajemen
juni –  17
yakni dari tanggal 15 juni – 
 17 Juli 2017. konflik = 47,77-49,98) sedangkan kinerja
 perawat, tingkat kepercayaan skornya berkisar
Pengumpulan data yang digunakan dalam 197,17-204,62.

 penelitian
langsung ini dari
adalah data primer diperoleh
responden dengan Berdasarkan
 persentase tabel pengarahan
fungsi 5.4 diperoleh data ruangan
kepala tentang
menggunakan instrumen peneltian berupa yang baik sebanyak (59.2%) perawat, kurang

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 233


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


sebanyak (40.7%) perawat, hal ini komunikasi kepala ruangan memiliki kinerja
menunjukan bahwa fungsi pengarahan kepala kurang sebanyak (51,2%), mempersepsikan
ruangan masih dalam kategori baik. fungsi komunikasi kepala ruangan kurang
Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh data dari hasil  baik. Hasil uji statistik diperoleh  pvalue=0,019
analisi terkait sub variabel fungsi pengarahan sehingga dapat disimpulkan secara statistik
yang telah dipersepsikan oleh perawat terdapat perbedaan yang bermakna, artinya
menujukkan lebih dari 50% dikategorikan ada hubungan antara pelaksanaan fungsi
 baik dari pada kurang. Fungsi motivasi komunikasi kepala ruangan dengan kinerja
(65.1%), komunikasi (52.3%), supervisi  perawat pelaksana. Hasil analisis juga
(57%), delegasi (58.1%), dan manajemen menunjukkan nilai Odd Ratio  (OR) sebesar
konflik (55.8%). 3.963 artinya perawat pelaksana yang
Hasil penelitian pada tabel 5.4 diperoleh data mempersepsikan fungsi komunikasi kepala
 bahwa kinerja perawat dalam menerapkan ruangan baik mempunyai peluang 3.963 kali
asuhan keperawatan berdasarkan persepsi lebih besar untuk merasa baik dengan
 perawat melalui instrumen penelitian berada kinerjanya dibanding perawat pelaksanan
 pada kategori baik sebanyak (69.8%) perawat, yang mempersepsikan kinerjanya kurang
dan proporsi dalam kategori kurang baik  baik.
sebanyak (30.2%) perawat. Proporsi persepsi Hasil analisis hubungan antara fungsi
 perawat dalam menerapkan asuhan supervisi kepala ruangan dengan kinerja
keperawatan adalah memiliki persentasi yang  perawat pelaksana diperoleh bahwa ada
hampir sama yaitu (65.1 %dan 34.1%). sebanyak (78,0%) perawat pelaksana yang
Hubungan Penerapan Fungsi Pengarahan mempersepsikan fungsi supervisi kepala

Dengan
Menerapakan Kinerja
Asuhan Perawat
KeperawatanDalam
Di ruangan
sedangkan baik merasa
diantara kinerjanya
perawat baik,
yang merasa
Ruangan Rawat Inap RSUD Bima Tahun kurang baik dengan kinerjanya sebanyak
2017. (52,8%) mempersepsikan fungsi supervisi
Hasil analisis hubungan antara fungsi kepala ruangan kurang baik. Hasil uji statistik
motivasi kepala ruangan dengan kinerja diperoleh  pvalue=0,006, maka disimpulkan
 perawat diperoleh bahwa perawat yang terdapat perbedaan yang bermakna, artinya
mempersepsikan motivasi kepala ruangan ada hubungan antara pelaksanaan fungsi
 baik memiliki persepsi yang baik tentang supervisi kepala ruangan dengan kinerja
kinerjanya lebih banyak (73,2%)  perawat pelaksana. Hasil analisis juga
dibandingkan dengan perawat yang menunjukkan nilai odd ratio (OR) sebesar
mempersepsikan motivasi kurang sebanyak 3.963 artinya perawat pelaksana yang
(50%). Perbedaan ini tidak bermakna secara mempersepsikan fungsi supervisi kepala
statistik dengan  pvalue  = 0,055 maka dapat ruangan baik mempunyai peluang 3.963 kali
disimpulkan bahwa secara statistik terdapat lebih besar untuk merasa puas dengan
 perbedaan yang bermakna, artinya ada  pekerjaannya dibanding perawat pelaksana
hubungan antara pelaksanaan fungsi motivasi yang mempersepsikan kurang baik.
kepala ruangan dengan kinerja perawat Hasil analisis hubungan antara fungsi delegasi
 pelaksana. Selanjutnya nilai odd rati  (OR) kepala ruangan dengan kinerja perawat
yang didapat sebesar 2,733 hal ini  pelaksana di diperoleh bahwa (76,6%)
menunjukkan perawat pelaksana yang  perawat pelaksana yang mempersepsikan
mempersepsikan fungsi motivasi kepala fungsi delegasi kepala ruangan baik dengan
ruangan baik mempunyai peluang 2,733 kali kinerjanya baik, sedangakan memiliki
lebih besar untuk memiliki kinerja baik dalam  persepsi kinerjanya kurang sebanyak
s ebanyak (48,7%)
 bekerja dibandingkan dengan perawat mempersepsikan fungsi delegasi kepala
 pelaksana yang mempersepsikan kurang baik. ruangan kurang baik. Hasil uji statistik
Hasil analisis hubungan antara fungsi diperoleh  pvalue= 0,026, maka dapat

komunikasi
 perawat kepala
bahwa ruangan (77,8%)
ada sebanyak dengan perawat
kinerja disimpulkan artinya
 bermakna, bahwa terdapat perbedaanantara
ada hubungan yang
 pelaksana yang mempersepsikan fungsi  penerapan fungsi delegasi kepala ruangan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 234


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


dengan kinerja perawat pelaksana. Sementara 4.  Terdapat hubungan pelaksanaan fungsi
nilai odds ratio  (OR) yang diperoleh adalah  pengarahan kepala ruangan dengan
sebesar 3,109 artinya perawat pelaksana yang kinerja perawat dalam menerapkan asuhan
mempersepsikan fungsi delegasi kepala keperawatan di ruang rawat inap RSUD
ruangan baik mempunyai peluang sebesar Bima dengan hasil analisis nilai
3,109 kali lebih besar untuk merasa puas 5.  Ada hubungan yang bermakna antara sub
dengan pekerjaannya dibanding perawat variabel fungsi pengarahan yang terdiri
 pelaksana yang mempersepsikan kurang baik. dari (motivasi, komunikasi, supervisi,
Hasil analisis hubungan antara fungsi delegasi, dan manajemen konflik),
manajemen konflik kepala ruangan dengan memiliki hubungan dengan kinerja
kinerja perawat pelaksana diperoleh bahwa  perawat dalam menerapkan asuhan
sebanyak (79,2%) perawat pelaksana yang keperawatan di ruang rawat inap RSUD
mempersepsikan fungsi manajemen konflik Bima.
kepala ruangan merasa baik terhadap 6.  Tidak terdapat hubungan karakteristik
kinerjanya baik, sedangkan diantara perawat  perawat yang terdiri dari (usia, jenis
yang merasa kurang terhadap kinerjanya kelamin, status perkawinan, lama kerja,
sebanyak (52,6%) mempersepsikan fungsi dan pendidikan) dengan kinerja perawat
manajemen konflik kepala ruangan kurang dalam menerapkan asuhan keperawatan di
 baik. Hasil statistik diperoleh  pvalue  = 0,004 ruang rawat inap RSUD Bima.
maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan 7.  Analisis multivariat variabel yang paling
 bermakna, artinya ada hubungan antara  berpengaruh terhadap kinerja perawat
178
 pelaksanaan fungsi manajemen konflik kepala dalam menerapkan asuhan keperawatan di

ruangan dengan
Hasil analisis kinerja
juga perawat nilai
menunjukkan pelaksana.
odds ruang
variabelrawat inappengarahan
fungsi RSUD Bima adalah
manajemen
ratio (OR) sebesar 4,222 artinya perawat konflik.
 pelaksana yang mempersepsikan fungsi Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja
manajemen konflik sepala ruangan baik Perawat Dalam Menerapkan Asuhan
mempunyai peluang 4,222 kali lebih besar Keperawatan Di Ruanga Rawat Inap
untuk merasa baik dengan pekerjaannya RSUD Bima Tahun 2017.
dibanding perawat pelaksana yang Hasil analisis hubungan karakteristik umur
mempersepsikan kurang baik. dengan kinerja perawat dalam menerapkan
Kesimpulan asuhan keperawatan di ruang rawat ianap
Berdasarkan hasil analisis peneltian ini dapat RSUD Bima. Diperoleh rata – rata rata perawat
ditarik beberapa kesimpulan hasil  pelaksana merasa kinerjanya baik sekitar
 pembahasan yang merupakan upaya dalam 32,52 perawat. dengan standar deviasi 5,543,
menjawab tujuan dan hipotesis penelitian sedangkan untuk perawat dengan kinerja
sebagai berikut: kurang sebanyak 31,37 dengan standar
1.  Karakteristik perawat pelaksan di ruangan deviasi 4,944. Hasil uji statistik didapatkan
rawat inap RSUD menunjukkan bahwa  pvalue  = 0,995, berarti pada α=0,05% terlihat
sebagian besar berumur ≥ 30 tahun, jenis tidak terdapat hubungan antara karakteristik
kelamin terbanyak perempuan, dengan umur dengan kinerja perawat dalam
status perkawinan lebih banyak menerapkan asuhan keperawatan.
dibandingkan belum kawain, tingkat Hasil analisis hubungan lama kerja dengan
 pendidikan paling banyak adalah DIII kinerja perawat diperoleh perawat yang
keperawatan. mempersepsikan baik kinerjanya adalah 56
2.  Fungsi pengarahan kepala ruangan di  perawat dengan standar deviasi 9,41,
ruang rawat inap RSUD Bima pada sedangkan untuk perawat yang merasa kurang
masing-masing sub variabel secara umum dengan kinerjanya sebanyak 30 perawat
 baik. dengan standar deviasi 8,80 hasil uji statistik
 
3. Kinerja perawat dalam
asuhan keperawatan di ruangmenerapkan
rawat inap diperoleh
terliahat  p = 0,287,
tidak  berarti
terdapat pada α=0,05%
hubungan antara
RSUD Bima rata-rata menunjukkan baik. karakteristik lama kerja dengan kinerja

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 235


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


 perawat dalam menerapkan asuhan merasa kinerjanya baik, sedangkan yang
keperawatan. merasa kurang dengan kinerjanya sebanyak
Hasil analisis hubungan antara karakteritik (35,1%), perawat yang berlatar belakang
 jenis kelamin dengan kinerja perawat  pendidikan S1 keperawatan merasa
didapatkan (40%) perawat pelaksana yang kinerjanya baik sebanyak (57,1%), perawat
 berjenis kelamin laki  –   laki memiliki kinerja yang berlatar belakang pendidikan ners
yang yang baik, sedangkan perawat yang merasa kinerjanya baik sebanyak (80%).
 berjenis kelamin perempuan sebanyak Sementara perawat yang pendidikan diploma
(66,7%) memiliki kinerja yang baik. memiliki kinerja kurang sebanyak (35,1%),
semenntara yang berjenis kelamin laki-laki  pendidikan sarjana memiliki kinerja kurang
memiliki kinerja kurang sebanyak (60%), sebanyak (42,9%), pendiidkan profesi yang
 perawat yang berjenis kelamin perempuan memiliki kinerja kurang sebanyak (20%%).
sebanyak (33,3%). Hasil uji statistik diperoleh Hasil uji statistik diperoleh p value  = 0,710,
 pvalue=0,225 maka dapat disimpulkan tidak nilai ini lebih besar dari α = 0,05
0 ,05 maka dapat
terdapat perbedaan yang bermakna secara disimpulkan secara statistik tidak terdapat
statistik, artinya tidak ada hubungan antara  perbedaan yang bermakna, artinya tidak ada
karakteristik jenis kelamin dengan kinerja hubungan antara karakkterisik pendidikan
 perawat pelaksana. Hasil analisis juga dengan kinerja perawat pelaksana.
menunjukkan nilai odd ratio (OR) sebesar Tabel 5.11 menunjukkan hasil analisis seleksi
0,333 artinya perawat pelaksana dengan jenis  bivariat terdapat 6 variabel dengan pvalaue  ≤
kelamin perempuan mempunyai peluang 0,025 diteruskan dalam pemodelan
0,333 kali lebih besar untuk memiliki kinerja multivariat, Sedangkan nilai  pvalaue  untuk

yang baik
 pelaksana yangdibanding dengan
berjenis kelamin perawat
laki-laki. variabel karakteristik
kelamin status variabel
perkawianan, umur, jenis
pendidikan dan
a.  Hasil analisis hubungan antara status lama kerja tetap dimasukkan dalam model
 perkawinan dengan kinerja perawat multivariat karena merupakan confounding,
 pelaksana didapatkan ada sebanyak selain itu secara substansi juga dianggap
(65,7%) perawat pelaksana yang berstatus  penting.
sudah kawin menunjukkan kinerja baik. Hasil analisis multivariat pemodelan awal
Sedangkan (62,5%) perawat pelaksana  pada tabel 5.12 bahwa semua variabel
yang belum kawin menunjukkan kinerja memiliki pvalue  ≥ 0,05. Variabel dikeluarkan
 baik, semenntara perawat yang sudah secara bertahap mulai dari variabel dengan
kawin memiliki kinerja kurang sebanyak nilai  p  paling besar dan apabila didapatkan
(34,3%), perawat yang belum kawin  perbedaan nilai
nil ai OR variabel lain > 10% pada
sebanyak (37,5%) memiliki kinerja saat salah satu variabel dikeluarkan maka
kurang. Hasil uji statistik diperoleh pvalue= variabel tersebut dimasukkan kembali
1,000 nilai ini lebih besar (α=0,05%) kedalam model (Hastono, 2007).
sehingga tidak terdapat hubungan yang Dari hasil analisis pemodelan yang dilakukan
signifikan antara jenis kelamin dengan selama 4 kali pengeluaran variabel yang
kinerja perawat dalam menerapkan asuhan memiliki pvalue  ≥ 0,05 dan pada saat
keperawatan. Hasil analisis juga  pengeluaran variabel tidak terdapat nilai OR
menunjukkan nilai odd ratio (OR) sebesar variabel yang berubah > 10% suhingga
0,333 artinya perawat pelaksana dengan analisis tetap dilanjutkan dengan
 jenis kelamin perempuan mempunyai menegluarkan satu demi satu variabel yang
 peluang 0,333 kali lebih besar untuk memiliki pvalue  ≥ 0,05 sampai pada tahap
memiliki kinerja yang baik dibanding analisis terakhir hasil analisis multivariat
dengan perawat pelaksana yang berjenis regresi logistik berganda terdapat pada
laki –  laki.
kelamin laki –  laki. lampiran.
Hasil analisis hubungan antara karakteristik Berdasarkan hasil analis pemodelan akhir

 pendidikan dengan(64,9%)
diperoleh bahwa kinerja perawat
perawat pelaksana
pelaksana multivariat
 bahwa enamyang
variabel tahapan,
paling menunjukkan
berhubungan
yang berlatar pendidikan DIII keperawatan secara bermakna dengan kinerja perawat

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 236


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap kinerja perawat dengan nilai  p =
menurut persepsi perawat adalah variabel 0,000. Hal ini dapat menjadi landasan
fungsi manajemen konflik. Hasil analisis  bagi rumah sakit untuk meningkatkan
dengan pvalue= 0,0003 dan OR= 4,222.  pelaksanaan fungsi pengarahan yang
Artinya kepala ruangan yang memiliki fungsi memang sudah dinilai baik oleh perawat
 pengarahan manajemen konflik yang baik  pelaksana lebih tinggi lagi. kinerja
1.643  –  10,850)
 berpeluang 4,222 (CI 95%= 1.643 –    10,850)  perawat pelaksana dapat mempengaruhi
untuk membuat kinerja perawat pelaksana  performa kerja perawat dan untuk
lebih baik dibandingkan dengan kepala mencapai kinerja perawata yang tinggi
ruangan yang menerapkan fungsi manajemen  baik dapat dilakukan dengan
konflik kurang setelah dikontrol oleh variabel meningkatkan pelaksanaan fungsi
supervisi dan jenis kelamin. Kesimpulan dari  pengarahan yang optimal oleh kepala
hasil analis multivaraiat menunjukka bahawa ruangan. Rumah sakit juga
ada hubungan sangat signifikan antara fungsi mempertimbangkan segala sesuatu terkait
manajemen konflik kepala ruangan dengan dengan penerapan fungsi pengerahan dan
kinerja perawat dalam menerapakan asuhan  peneilaian kinerja perawata yang
keperawatan di ruang rawat inap RSUD  berdasarkan pada standar yang baku.
Bima. Penerapan fungsi pengarahan sesuai
1.  Hubungan Pelaksanaan Fungsi standar yang dilaksanakan secara
Pengarahan Kepala Ruangan Dengan  berkesinambungan akan meningkatkan
Kinerja Perawat Dalam Menerapkan kemampuan perawat dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat  pelayanan keperawatan. Hal ini didukung

Inap
Hasil RSUD Bimaunivariat
analisis Tahun 2017.
menunjukkan  pula teorinya
Marquis Swansburg
dan Huston (2000)
(2010) dalam
pengarahan
 bahwa proporsi perawat yang yang efektif akan meningkatkan dukungan
mempersepsikan fungsi pengarahan baik  perawat untuk mencapai tujuan manjemen
memiliki presntasi lebih tinggi dari ada keperawatan dan tujuan asuhan
 proporsi perawat yang mempersepsikan keperawatan. Penelitian Sigit. A (2009)
fungsi pengarahan kurang. Sementara menemukan fungsi pengarahan kepala
hasil analisis bivariat menunjukkan ada ruangan mampu meningkatkan
hubungan antara pelaksanaan fungsi kemampuan perawat dan memberikan
 pengarahan kepala ruangan dengan kepuasan dalam memberikan pelayanan
kinerja perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini
keperawatan di ruang rawat inap RSUD didukung dengan pernyataan yang
Bima dengan nilai  pv  = 0,048 dan nilai dijelaskan oleh Kurniadi (2013) kinerja
Odss Ratio (OR) = 2,761, berarti perawat keperawatan merupakan prestasi kerja
 pelaksana yang mempersepsikan fungsi yang ditunjukkan oleh perawat pelaksana
 pengarahan kepala ruangan baik dalam melaksanakan tugas-tugas asuhan
mempunyai peluang 2.761 kali lebih besar keperawatan sehingga mengahsilkan
untuk merasa baik dengan pekerjaannya ouput yang baik kepada kostumer
dibanding perawat pelaksana yang (organisasi, pasien, dan perawatan sendiri)
mempersepsikan kurang baik.. Hal ini dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan
mengidentifikasikan bahwa semakin baik menurut Triwibowo (2013) kinerja
 persepsi perawat pelaksana terhadap merupakan pencapaian/prestasi seseorang
 pelaksanaan fungsi pengarahan kepada  berkenaan dengan seluruh tugas yang
ruangan maka akan semakin besar dibebankan kepadanya, lebih lanjut
kemungkinan perawat pelaksana memiliki dijelaskan bahwa kinerja mengandung dua
kinerja yang baik terhadap pekerjaannya. komponen penting yaitu kompentensi
 begitu juga sebaliknya. Penetian ini  berarti individu atau organisasi memiliki

didukung oleh penelitian


Murtiani (2013) yang dilakukan
terkait hubungan antara kemampuan
tingkat kinerja,untuk mengidentifikasi
sementara produktifitas
 pelaksanaan fungsi pengarahan ketua TIM yaitu kegiatan-kegiatan yang tepat untuk

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 237


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


mencapai kinerja. Fungsi pengarahan 2.  Hubungan pelaksanaan fungsi motivasi
yang baik cenderung pelaksanaan asuhan kepala ruangan dengan Kinerja
keperawatan menjadi baik (Warsito.B.E, Perawat Dalam Menerapkan Asuhan
2006). Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
Seringkali terjadi hambatan dalam RSUD Bima Tahun 2017.
 pengarahan karena yang digerakkan Hasil analisis univariat menujukkan
adalah manusia, yang mempunyai  bahwa proporsi perawat yang
keinginan pribadi, sikap dan perilaku yang mempersepsikan fungsi motivasi kepala
khusus. Oleh sebab itu, kepemimpinan ruangan baik lebih banyak dari pada yang
yang
yang dapat meningkatkan motivasi dan motivaasinya kurang. Analisis selanjutnya
sikap kerja bawahan menjadi hal yang disimpulkan bahwa persepsi perawat
 penting. Dengan demikian kinerja kurang baik terhadap pelaksanaan fungsi
seseorang berproses dengan sangat motivasi kepala ruangan mempunyai
dinamis dalam diri individu dan  peluang OR= 2,7333 kali lebih besar
dipengaruhi oleh faktor internal maupun menyebabkan kinerja baik dengan
eksternal dimana individu berada yang  pekerjaannya dibandingkan dengan
 pada akhirnya membutuhkan peran  perawat yang mempersepsikan kurang.
organisasi untuk mengembangkan suatu Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
sistem yang bisa memfasilitasi karyawan  baik persepsi perawat pelaksana terhadap
agar bisa bekerja dengan baik. Upaya  pelaksanaan fungsi motivasi kepala
yang bisa dilakukan oleh institusi dalam ruangan maka akan semakin besar
meningkatkan kinerja karyawan adalah kemungkinan perawat pelaksana memiliki

dengan cara menjadi


aspek yang melihat hambatan
secara detail aspek-
karyawan kinerja baikini
Penelitian terhadap
sejalanpekerjaannya.
dengan penelitian
dalam bekerja, baik meliputi struktur atau  Nikmatul Fitri (2007) hasil penelitian
 proses. didapatkan bahwa sebagian besar
Pelaksanaan fungsi pengarahan oleh responden memiliki motivasi kerja tinggi
kepala ruangan harus dilakukan secara yaitu sebesar 86,5%. Dari uji statistik
sistimatik dan berkesinambungan didapatakan pvalue= 0,001 dengan
sehingga tujuan dapat dicapai secara koofisien korelasi sebesar 0,523 yang
maksimal. Pengarahan kepala ruangan  berarti ada hubungan yang cukup kuat
yang baik dapat menciptakan iklim kerja antara motivasi kerja dengan kinerja
yang baik, dan kinerja perawat akan  perawat. Qalbia Muhammad Nur (2013)
meningkat apabila kepala ruangan sering hasil penelitian menunjukkan bahwa
memotivasi, dan memberikan bimbingan terdapat hubungan yang signifikan antara
kepada perawat secara berkesinambungan motivasi dengan kinerja perawat dengan
dengan demikian berdampak terjalinya (pv=0,027)
komunikasi yang efektif antara perawat Hasil analisis bivariat terhadap kedua
 pelaksana dan kepala ruangan sehingga variabel ini memiliki kemakanaan
kinerja perawat dalam memberikan  perbedaan yang sangat signifikant (pvalue=
asuhan keperawatan semakin baik. 0,055 ≤ α=0,05=,) sehingga dapat
Variabel fungsi pengerahan kepala diasumsikan bahwa semakin baik fungsi
ruangan dalam penelitian ini terdiri dari motivasi yang dilakukan kepala ruangan,
lima variabel yaitu fungsi motivasi, fungsi maka kinerja perawat pelaksana akan
komunikasi, fungsi supervisi, fungsi semakin baik pula, begitu juga sebaliknya.
delegasi, dan fungsi manajemen konflik. Hal ini dapat dijadikan landasan bagi
Masing  –  masing
Masing –   masing variabel sebagai variabel rumah sakit untuk menaruh perhatian
independen telah diuji hubungannya lebih terhadap fungsi motivasi kepala
dengan variabel kinerja perawat sebagai ruangan sebagai salah satu dari aktifias

variabel
hubungandependen.
masing Berikut akan variabel
 –   masing dibahas fungsi pengarahan
mempengaruhi yangpelaksana.
kinerja perawat dapat
 penelitian. Motivasi berpengaruh terhadap kinerja

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 238


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


staf, karena motivasi merupakan bagian aktualisasi diri yaitu gambaran dari
terpenting dalam meningkatkan kinerja, kebutuhan akan kepuasan diri,
adanya pengaruh tersebut bahwa motivasi kesaradaran dari seseorang terkait potensi
sangat diperlukan untuk mencapai suatu dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa
kinerja sehingga berdampak pada kinerja  pencapaian seseorang akan prestasi,
staf (Saputra,A.D.2012). Hasil penelitian  pengakuan dari orang lain dan kesadaran
Isra Wahyuni (2011) menyimpulkan akan potensi dirinya dapat menimbulkan
 bahwa ada hubungan antara motivasi kinerja.
dengan kinerja perawat pelaksana dengan Teori lain yang menghubungkan antara
nilai pv=0,006 berdasarkan analisis motivasi dengan kinerja secara eksplisit
tersebut bahwa semakin baik motivasi tergambar dari teori keseimbangan. Teori
yang dimiliki perawat maka akan semakin keseimbangan ini dikembangkan oleh
 baik pula kinerja yang dihasilkan. Adam. Kunci utama dari teori ini adalah
Menurut Marquis dan Huston (2010) hubungan timbal balik antara individu
motivasi merupakan bagian penting dalam dengan organisasi yaitu input dan
meningkatkan kinerja, motivasi menurut outcomes (Kreitnes & Kinick, 2010).
teori kebutuhan maslow terdiri dari Input adalah semua nilai yang diterima
kebutuhan fisiologi, rasa aman,  pegawai dari organisasi yang dapat
kepemilikan, harga diri dan aktualisasi menunjang pelaksanaan kerja. Misalnya
diri. Teori tentang kinerja sangat erat  pendidikan, pelatihan, skill, kreativitas,
 berhubungan dengan teori  –   teori tentang senioritas, umur, personality traits, effort
motivasi. Teori ERG’s Alderfer expended dan penampilan kerja.

merupakan salah satu


dapat menjelaskan teori motivasi
keterkaitannya yang
dengan Sedangkan outcomes
yang diperoleh adalah semua
dan dirasakan nilai
pegawai.
kinerja. Teori ini terdiri dari konsep Misalnya gaji dan bonus, keuntungan
exixtence, relatedness  dan growth. tambahan, tugas yang menantang,
 Exixtence  mencakup kebutuhan fisiologis keamanan kerja, promosi, status dan
dan fisik yang terkait dengan kebutuhan  partisipasi dalam pengambilan keputusan
akan keamanan antara lain makanan, yang penting (Kreitner & Kinicki, 2010).
tempat berlindung dan kondisi kerja yang Beberapa teori motivasi yang telah
aman.  Relatedness  mencakup interaksi dipaparkan diatas menggambarkan
dengan orang lain, menerima pengakuan  bagaimana motivasi itu menimbulkan
dari orang lain dan merasa aman disekitar kinerja bagi seseorang. Faktor  –   faktor
orang lain. Growrh mencakup harga diri yang terdapat dalam variabel motivasi
karena keberhasilan dalam pencapaian, secara langsung ataupun tidak langsung
demikian juga dengan aktualisasi diri merupakan faktor yang dibutuhkan bagi
(McShane & Glinow, 2002). Beberapa hal seseorang untuk merasa baik dengan
yang disebutkan dalam teori ini seperti  pekerjaannya. Faktor  –   faktor yang
interaksi dengan orang lain, pengakuan, dimaksud antara lain pencapaian akan
harga diri dan aktualisasi diri merupakan aktualisasi diri (Teori Abraham Maslow),
 bagian dari faktor yang mempengaruhi adanya motivator (teori Herzberg), harga
kinerja seseorang. diri (Teori Abraham Maslow) dan
Teori motivasi lain yang membahas relatendness (Teori ERG’s Alderfer).
tentang bagaimana seseorang itu memiliki Dari hasil penelitian yang di dukung oleh
kebutuhan dasar yang salah satunya teori-teori tersebut dapat disimpulkan
adalah kebutuhan akan harga diri adalah  bahwa fungsi motivasi kepala ruangan
teori Abraham Maslow. Kebutuhan akan memiliki hubungan yang sangat erat
harga diri yang merupakan kebutuhan kaitannya kinerja perawat, dalam
dalam hal ini
keempat dari hirarki Maslow mencakup  peran manajer memegang peranan penting

 pencapaian
orang lain seseorang dan pengakuan dari
terhadap pencapaiannya dan dalam
tujuan memotivasi staf untuk
organisasi. Untuk mencapai
melaksanakan
untuk kebutuhan terakhir adalah tugas tersebut manajer harus

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 239


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


mempertimbangkan keunikan kurang dibandingkan dengan perawat
karakteristik stafnya dan berusaha yang mempersepsikan baik. Hal ini
memberikan tugas sebagai strategi dalam mengindikasikan bahwa semakin baik
memotivasi staf.  persepsi perawat pelaksana terhadap
3.  Hubungan Pelaksanaan Fungsi  pelaksanaan fungsi komunikasi kepala
Komunikasi Kepala Ruangan Dengan ruangan maka akan semakin besar
Kinerja Perawat Dalam Menerapakan kemungkian perawat pelaksana memiliki
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat kinerja baik terhadap pekerjaannya. Hal
Inap RSUD Bima. ini dapat dijadikan landasan bagi rumah
Hasil analisis univariat menujukkan sakit untuk menaruh perhatian lebih
 bahwa proporsi perawat yang terhadap fungsi komunikasi kepala
mempersepsikan fungsi komunikasi baik ruangan sebagai salah satu dari aktifitas
dan kurang hampir sama. Sementara dari fungsi pengarahan yang dapat
hasil analisi bivariat terhdap kedua mempengaruhi kinerja perawat pelaksana.
variabel ini memiliki kemaknaan Pelaksanaan fungsi pengarahan oleh
 perbedaan yang sangat dignifikan kepala ruangan tidak terlepas dari proses
(pvalue=0,019 ≤ α=0,05) berarti terdapat komunikasi, yaitu penyampaian pesan.
hubungan antara pelaksanaan fungsi Komunikasi yang baik dapat
komunikasi kepala rungan dengan kinerja menyelesaikan pesan dengan baik pula,
 perawat dalam menerapkan asuhan sehingga pemahaman antara kepala
keperawatan di ruang rawat inap RSUD ruangan dan perawat pelaksana sama
Bima. Penelitian ini sejalan dengan terhadap suatu hal. Proses komunikasi

 penelitian yang dilakukan


Rudianti (2011) dari hasil oleh Yulistiana
analisi bivariat yang baukdandapat
informasi memperlancar
hal ini arus
akan berdampak
membuktikan adanya hubungan antara  pada kriteria perawat, dimana kinerja
komunikasi organisasi dengan kinerja merupakan salah satu indikator kinerja.
 perawat pelaksana uji chi square Komunikasi dapat berlangsung degan baik
(pv=0,046). Sedangakan penelitian yang memerlukan peran manejer untuk
dilakukan oleh Vienty Firman (2015) membangun komunikasi organisasi mulai
menyimpulkan dari hasil analisis bahwa  perencanaan, pengorganisasasian,
terdapat hubungan antara komunikasi  pengarahan dan penegendalian.
dengan pelaksanaan dokumentasi asuhan Keberhasilan kepemimpinan
keperawatan dengan nilai p= 0,011 membutuhkan keterampilan dan
(p<α=0,05). Hasil penelitian mendukung kemampuan manejer dalam komunikasi
 pernyataan Tappen (1995) dalam organisasi (Marquis dan Huston 2009).
 Nursalam (2015) komunikasi merupakan Komunikasi juga merupakan unsur yang
unsur yang penting dalam aktifitas  penting dalam aktivitas manajer
manajer keperawatan dan sebagai bagian keperawatan dan sebagai bagian yang
yang selalu ada dalam proses manajemen selalu ada dalam proses manajemen
keperawatan bergantung pada posisi keperawatan bergantung pada posisi
manajer dalam struktuktur organisasi. manejer dalam struktur organisasi
Komunikasi dalam sebuah organisasi (Nursalam, 2015).
sangat kompleks. Struktur oragnisasi Prinsip komunikasi manejer keperwatan,
formal memiliki dampak pada walaupun komunikasi dalam organisasi
komunikasi, karena jumlah komunikasi sangat kompleks, manajer harus dapat
harus disaring melalui organissi ini melaksanakan komunikasi melalui
(Marquis & Huston, 2009).  beberapa tahap yaitu harus mengerti
Analisis selanjutnya disimpulkan bahwa tentang struktur organisasi, termasuk siapa
 persepsi perawat yang kurang terhadap yang akan terkena dampak dari

 pelaksanaan fungsi komunikasi


ruangan mempunyai kepala
peluang 3,333 kali  pengambilan
 buat, keputusan
komunikasi harus yang
jelas, telah di
lengkap,
lebih besar menyebabkan kinerjanya adekuat, sederhana, tepat, dan tepat.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 240


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


Manajer juga harus meminta umpan balik kepala ruangan sebagai salah satu dari
apakah komunikasi yang disampaikan aktifitas fungsi pengarahan yang dapat
dapat di terima secara akurat atau tidak, mempengaruhi kinerja perawat pelaksana.
dan seorang manajer harus menjadi Hasil penelitian ini sesuai dengan
 pendengar yang baik. Marquis dan Husto  beberapa penelitian yang pernah
(2010) Manajer dalam pelayanan dilakukan sebelumnya. Penelitian yang
keperawatan mempunyai peran penting  pernah dilakukan M. Hadi Mulyono
dalam mewujudkan tujuan rumah sakit (2013) tentang faktor-faktor yang
untuk memberikan pelayanan yang  berpengaruh terhadap kinerja perawat,
optimal melalui staf keperawatan. menyimpulkan bahwa variabel supervisi
Pemberian informasi yang cukup oleh memiliki pengaruh yang signifikan
manajer kepada staf keperawatan dan terahadap kinerja perawat (p=0,039).
dapat diterima dengan baik dimungkinkan Sedangkan penelitian Fergie M.
dapat membantu staf keperawatan Mandagie, (2015), menyimpulkan dari
mengerti dan melaksanakan pekeerjaan hasil analisis uji regresi logistik terdapat
dengan baik sesuai harapan organisasi. hubungan yang bermakna antara supervisi
4.  Hubungan Pelaksanaan Fungsi dengan kinerja perawat pelaksana dalam
Supervisi Kepala Ruangan Dengan menerapkan asuhan keperawatan nilai
Kinerja Perawat Pelaksana Dalam (p=0,019, OR= 4,69). Hasil penelitian ini
Menerapkan Asuhan Keperawatan Di didukung dengan pernyataan Naingolan
Ruang Rawat Inap RSUD Bima. (2010) pelaksanaan supervisi memiliki
Analisis univariat menujukkan bahwa  pengaruh terhadap kinerja perawat.

 perawat mempersepsikan
kepala ruangan fungsikinerjanya
baik dengan supervisi Hawkins
merupakan&upaya shohetuntuk
(2006) Supervisi
meningkatkan
 baik lebih besar dibandingkan dengan kinerja atau keterampilan seseorang pada
 perawat yang mempersepsikan fungsi  pekerjaan tertentu. Tujuan supervisi
supervisi kepala ruangan kurang dengan adalah memberikan pengajaran dengan
kinerjanya kurang. Sementara hasil langkah  –   langkah tertentu dalam upaya
analisis bivariat menunjukkan ada  perbaikan kinerja. Kegiatan supervisi
hubungan antara pelaksanaan fungsi mencakup perencanaan bimbingan dan
supervisi kepala ruangan dengan kinerja melaksanakannya pada individu perawat
 perawat pelaksana di ruang rawat inap  pelaksana agar keterampilannya optimal
RSUD Bima (pvalue=0,006). Analisis dalam memberikan asuhan keperawatan
selanjutnya disimpulkan bahwa persepsi sesuai dengan kewenangannya,
 perawat yang kurang baik terhadap memfasilitasi penggunaan sumber  –  
 pelaksanaan fungsi supervisi kepala sumber untuk pemberian asuhan
ruangan mempunyai peluang 3,963 kali keperawatan, mendisiplinkan pelaksanaan
lebih besar menyebabkan kinerja kurang tugas, memeriksa dan mengevaluasi hasil
dibandingkan dengan perawat yang kerja. Sedangkan menurut Suarli (2008)
mempersepsikan kinerjanya baik. Hal ini tujuan supervisi yaitu memeberikan
mengindikasikan bahwa semakin baik  bantuan kepada bawahan secara langsung
 persepsi perawat pelaksana terhadap sehingga dengan bantuan tersebut
 pelaksanaan fungsi supervisi kepala  bawahan akan memiliki
memil iki bekal yang cukup
ruangan maka akan semakin besar untuk melakasnakan tugas atau pekerjaan
kemungkinan perawat pelaksana memiliki dengan hasil yang baik, sepervisi yang
kinerja baik. Hal ini menunjukan bahwa  baik adalah supervisi yang dilakukan
tingkat kemampuan yang dimiliki kepala secara berkala.
ruang dalam melaksanakan fungsi Adanya supervisi yang optimal dapat
supervisi di instalasi rawat inap RSUD meningkatkan kemampuan perawat

Bima cukup
landasan bagibaik.
rumahHalsakit
ini dapat
utnuk dijadikan
menaruh  pelaksana
Perawat pada satu keterapilan
pelaksana yang tertentu.
mampu
 perhatian lebih terhadap fungsi supervisi mengerjakan pekerjaannya dengan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 241


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


sempurna akan memperoleh pengakuan Menurut Bittel ( 1987) dalam
dari lingkungannya. Pengakuan yang  Nainggoalan (2010) kompetensi tersebut
diberikan lingkungan akan prestasi meliputi kompetensi pengetahuan,
 perawat yang dicapai dapat meningkatkan entrepreneurial, intelektual,
harga diri dilingkungan pekerjaan akan sosioemosional dan interpersonal. Selain
memberi peluang bagi orang tersebut memiliki kompetensi kepala ruang
untuk memiliki kepuasan yang tinggi sebagai manajer seharusnya juga dapat
terhadap pekerjaannya, seperti yang telah melaksanakan supervisi dengan efektif
dipaparkan oleh berbagai teori motivasi sehingga dalam melaksanakan supervisi
sebelumnya. kepala ruang harus berpijak pada prinsip
Kepala ruangan memiliki peran yang  pokok supervisi antara lain tujuan utama
sangat penting dalam melaksanakan supervisi adalah untuk meningkatkan
fungsi supervisi, seorang supervisor kinerja bawahan bukan untuk mencari
dituntun membuat perencanaan yang baik kesalahan, untuk mencapai tujuan tersebut
sebelum melakukan supervisi, seorang sifat supervisi harus edukatif dan suportif
supervisor juga harus mampu memberikan  bukan otoriter, supervisi harus dilakukan
arahan yang baik. Kegiatan pengarahan secara teratur dan berkala, harus terjalin
yang dilakukan oleh kepala ruangan hubungan yang baik antara yang di
dalam hal ini supervisi yaitu melakukan supervisi dan supervisor terutama dalam
 penilaian kepada perawat pelaksana  penyelesaian masalah dan lebih
terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan mengutamakan kepentingan bawahan,
yang diterapkan harus dilakukan terus strategi dan tata cara pelaksanaan

menerus dan berjenjang.


Bima sudah Saat ini di
mulai dilakukan RSUD
supervisi supervisi harus sesuai
masing-masing kebutuhan
individu, bawahan
supervisi harus
secara terjadwal dan berkesinambungan dilaksanakan secara fleksibel dan selalu di
sehingga kepala ruang mulai membekali sesuaikan dengan perkembangan.
diri dengan kemampuan yang cukup Perhatian pimpinan dapat dilakukan
sebelum melakukan supervisi terhadap dalam bentuk bimbingan dan pengarahan
 perawat pelaksana. Begitu juga dengan dalam pelaksanaan tugas, ketersediaan
dilaksanakan audit terhadap kinerja waktu atasan untuk mendengarkan saran-
 perawata dalam menerapakan asuhan saran untuk dipertimbangkan, dan sikap
keperawatan, kepala ruang juga dituntut terbuka dalam menerima keluhan staf
untuk mampu mendorong perawat serta mencari solusi untuk memberi
 pelaksana melakukan asuhan keperawatan  bantuan atas permasalahan. Monitoring
secara lengkap dan akurat. Untuk itu yang dilakukan atasan langsung secara
 perawat pelaksana sebagai bagian yang di  berkala juga dapat memacu perawat untuk
supervisi dapat menilai secara langsung  bekerja lebih baik. Supervisi dari bidang
 bagaimana kemampuan supervisi kepala keperawatan sebaiknya dilakukan minimal
ruangnya. Kepala ruangan bertanggung sebulan sekali untuk memberikan
 jawab untuk melakukan supervisi  bimbingan dokumentasi askep. Supervisi
 pelayanan keperawatan yang diberikan yang dilakukan dengan benar merupakan
 pada pasien di ruang perawatan yang  bentuk dukungan dari lingkungan untuk
dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi meningkatkan kualitas kerja perawat
 perawat pelaksana dalam memberikan sehingga kualitas dokumentasi dapat
asuhan keperawatan baik secara langsung menjadi lebih baik. Kemampuan manajer
maupun tidak langsung (Suyanto, 2008). keperawatan dalam hal ini kepala ruang
Untuk itu kepala ruang sebagai supervisor diharapkan menjalankan fungsi
harus dapat menguasai beberapa  pengarahan melalui kegiatan supervisi
kompetensi untuk melaksanakan supervisi yang baik untuk penjaminan kualitas

keperawatan.
kualitas Kompetensi merupakan
pribadi/kemampuan untuk dokumentasi
 pekerjaan asuhan
yang baikkeperawatan.
seharusnya Desain
sudah
melaksanakan tugas yang diperlukan.  bisa menjiwai diri para perawat tanpa

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 242


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


harus mendapat bimbingan terus menerus kepala ruangan mempunyai peluang 3,109
dan monitoring
monitoring yang ketat dari atasan. kali lebih besar menyebabkan kinerja
5.  Hubungan Pelaksanaan Fungsi kurang dengan pekerjaannya
Delegasi Kepala Ruangan Dengan dibandingkan dengan perawat yang
Kinerja Perawat Dalam Menerapkan mempersepsikan kinerjanya baik. Hal ini
Asuhan Keperawatan Di Rauangan mengindikasikan bahwa semakin baik
Rawat Inap RSUD Bima  persepsi perawat pelaksana terhadap
Hasil analisis univariat menujukkan  pelaksanaan fungsi delegasi kepala
 bahwa proporsi perawat yang ruangan maka akan semakin besar
mempersepsikan fungsi delegasi baik kemungkinan perawat pelaksana memiliki
dengan kinerja baik lebih banyak dari kinerja baik terhadap pekerjaannya.
 pada perawat yang mempersepsikan Delegasi merupakan suatu proses dimana
kurang. Sementara dari hasil analisis seorang atasan mempercayakan pekerjaan
 bivariat terhadap kedua variabel ini dan tanggung jawab tertentu pada
memiliki kemaknaan perbedaan yang seseorang untuk dikerjakan, pekerjaan itu
sangat signifikan (p=0,026 ≤ α=0,05), sendiri merupakan bagian dari pekerjaan
sehingga dapat diasumsikan bahwa atasan. Delegasi dapat didefenisikan
semakin baik fungsi delegasi yang sebagai penyelesaian pekerjaan tertentu
dilakukan kepala ruangan, maka kinerja melalui orang lain atau sebagai proses
 perawat pelaksana akan semakin baik mengarahkan kinerja orang atau
 pula, begitu juga sebaliknya.
seb aliknya. Hal ini dapat kelompok untuk mencapai tujuan
dijadikan landasan bagi rumah sakit untuk organisasi (Marquis & Huston, 2009).

menaruh perhatian lebih terhadap fungsi Delegasi merupakan proses persetujuan


delegasi kepala ruangan sebagai salah satu dengan bawahan dan harus dilaksanakan
dari aktifitas fungsi pengarahan yang dengan partisipasi bawahan tersebut
dapat mempengaruhi kinerja perawat (Huffmire & Holmes, 2006).
 pelaksana. Pengertian delegasi yang disebutkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan mengindikasikan bahwa seorang kepala
 penelitian yang sebelumnya dilakukan di ruangan harus memiliki kemampuan yang
salah satu rumah sakit di Banyuwangi  baik terkait dengan aktifitas ini, karena
terkait fungsi fungsi pengarahan yang  bagaimana cara kepala ruangan
didalamnya terdapat fungsi delegasi. mendelegasikan suatu tugas kepada
Penelitian ini dialkukan oleh Sigit (2009),  perawat mempengaruhi perasaan perawat
dimana peneliti mencoba mencari tersebut. Perawat yang merasa tidak puas
 perbedaan yang bermakna kinerja perawat dengan proses pendelegasian yang
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dilakukan kemungkinan besar tidak akan
 pengarahan oleh kepala ruangan. Variabel merasa senang melaksanakan tugas
 pengarahan sebagai variabel bebas dalam tersebut, sebaliknya jika proses
 penelitian ini terdiri dari operan, pre dan  pendelegasian dilakukan dengan baik
 post confrence, iklim motivasi, supevisi maka perawat akan merasa senang
dan delegasi. Hasil penelitian melaksanakan tugas tersebut dan
menunjukkan terdapat peningkatan knerja sekaligus merasa puas.
kerja perawat sebanyak 17, 06 poin 6.  Hubungan Pelaksanaan Fungsi
(p=0,000; α=0,05). Hasil penelitian oleh Manajemen Konflik Kepala Ruangan
Sigit (2009) ini mendukung hasil Dengan Kinerja Perawat Dalam
 penelitian yang telah diperoleh dalam Menerapakan Asuhan Keperawatan Di
membuktikan adanya hubungan antara Ruang Rawat Inap RSUD Bima.
fungsi delegasi kepala ruangan dengan Persepsi perawat pelaksana terhadap
kinerja perawat.  pelaksana fungsi manajemen konflik

Analisis selanjutnya
 persepsi disimpulkan
perawat yang kurang bahwa
baik kapalalebih
 baik ruangan baik dibandingkan
banyak menyebabkan dengan
kinerja
terhadap pelaksanaan fungsi delegasi  perawat yang mempersepsikan fungsi

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 243


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


manajemen konflik kepala ruangan kurag salah satu indikator kinerja. Produktifitas
dengan kinerja kurang. waktu yang baik dapat menfasilitasi
Hasil analisis bivaiat terhadap kedua kewenagan perawat dalam mengatur
variabel ini memiliki kemaknaan dirinya sendiri dalam bekerja dan hal ini
 perbedaan yang sangat signifikan termasuk dalam faktor yang
(p=0,004 dan α=0,05), sehingga dapat mempengaruhi kinerja (Swansburg,
diasumsikan bahwa semakin baik fungsi 1999).
manajemen konflik yang dilakukan kepala Konflik yang terjadi didalam suatu unit
ruangan, maka kinerja perawat pelaksana dalam sebuah organisasi terkadang
akan semakin baik pula, begitu juga membutuhkan pihak ketiga untuk
sebaliknya. Kesimpulan penelitian ini menyelesaikannya dan biasanya
didukung dengan pernyataan Sofi manajerlah yang mengambil peran ini.
Wulandari Istomo (2013) karyawan yang Booth (199, dalam Marquis & Huston,
merasa puas dengan pekerjaannya 2010) menyebutkan bahwa
cendrung memiliki kinerja yang tinggi. mempertahankan sesuatu seperti
Konflik dapat menimbulkan dampak atau konsekuensi dari interdependensi
 pengaruh baik atau buruk. Apabila tingkat organisasi akan meningkatkan ketegangan
konflik yang sangat fungsional berdampak dan konflik dan hal ini manajer harus
 pada kinerja organisasi menjadi maksimal. dapat mengelolanya dengan efektif.
Analisis selanjutnya disimpulkan bahwa Penyelesaian konflik yang dirasa adil oleh
 persepsi perawat yang kurang baik  para bawahan tidaklah mudah, bisa jadi
terhadap pelaksanaan fungsi delegasi  penyelesaian konflik oleh kepala ruangan
kepala ruangan mempunyai peluang 4,222  justru akan mejadi konflik baru di ruangan
kali lebih besar menyebabkan kinerjanya tersebut. Oleh karena itu kemampuan
kurang dengan pekerjaannya kepala ruangan dalam menyelesiakan
dibandingkan dengan perawat yang konflik sangatlah penting. Perawat yang
mempersiapkan kinerjanya dengan baik. merasa penyelesaian oleh kepala ruangan
Hal ini mengindikasi bahwa semakin baik adil dan memihak kepada salah satu pihak
 persepsi perawat pelaksana terhadap akan merasa senang dan memperngaruhi
 pelaksanaan fungsi manajemen konflik keharmonisan hubungan dengan orang
kepala ruangan maka akan semakin besar lain di ruangan tersebut. Seperti yang
kemungkinan perawat pelaksana memiliki dijelaskan dalam teori kepuasan
 persepsi baik terhadap kinerjanya. Hal ini sebelumnya, bahwa hubungan dengan
dapat dijadikan landasan bagi rumah sakit orang lain turut mempengaruhi kinerja
untuk menaruh perhatian lebih terhadap  perawat pelaksana. Hubungan ankrab
fungsi manajemen konflik kepala ruangan antara kepala ruangan dengan perawat
sebagai salah satu dari aktifitas fungsi  pelaksana, perawat pelaksana dengan
 pengarahan yang dapat mempengaruhi sejawat bekerjasama saling mendukung
kinerja perawat pelaksana. dan memahami kuantitas dan kualitas
Hasil penelitian ini sejalan dengan masing-masing serta mau memanfaatkan
 penelitian yang dilakukan oleh Muaeni waktu dengan baik. hal ini menunjukkan
(2003) menunjukkan hasil terdapat  bahwa manjemen konflik mempunyai
hubungan yang positif antara kemampuan hubungan terhadap kinerja perawat.
manajemen konflik kepala ruangan Penerapan proses asuhan keperawatan
dengan produkftifitas waktu kerja perawat merupakan tampilan perilaku atau kinerja
 pelaksana (p=0,021; r=0,215). Penelitian  perawat pelaksana dalam memberikan
ini memang tidak secara langsung  proses asuhan keperawatan kepada pasien
menelaah hubungan fungsi manajemen selama pasien dirawat di rumah sakit.
konflik kepala ruangan dengan kinerja Dokumentasi proses asuhan keperawatan

 perawat, namun
waktu yang cukupperlu
bagi diingat
perawat bahwa
untuk yang baik
lengkap dan
dan berkualitas
sesuai standar.haruslah akurat,
melakukan pekerjaanyanya merupakan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 244


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


7.  Hubungan Karakteristik Dengan dikarenakan sebaran umur perawat
Kinerja Perawat Dalam Menerapakan  pelaksana yang tidak merata. Usia
Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat yang lebih tua mengkondisikan
Inap RSUD Bima. seseorang untuk lebih mengtahui
a.  Hubungan antara umur dengan kinerja segala sesuatu tentang pekerjaan yang
 perawat. dilakukan sehari  – 
– hari.
hari. Ada sejumlah
Hasil analisis univaria menunjukkan alasan mengenai hal ini, seperti
 bahwa responden yang berusia ≥ 30 semakin rendahnya harapan dan
tahun dan ≤ 30 tahun hampir sama.  penyesuaian yang lebih baik dengan
Hal ini menyimpulkan bahwa perawat situasi kerja terlah berpengalaman
di RSUD Bima lebih banyak dengan situasi itu. Sebaliknya pegawai
merupakan usia produktif. Menurut dengan usia yang lebih muda
teori semakin umur bertambah maka cenderung kurang puas karena
disertai dengan peningkatan harapan yang lebih tinggi, kurang
 pengalaman dan keterampilan  penyesuaian dan berbagai sebab lain.
(Gibson, 2001). Makin lanjut usia Perawat usia muda masih memerlukan
seorang makin kecil tingkat  bimbingan dan arahan dalam bersikap
kemangkirannya dan menunjukkan disiplin serta ditanamkan rasa
kemantapan yang lebih tinggi dengan tanggung jawab sehingga pemanfaatan
masuk kerja lebih teratur (Farida, usia produktif bisa lebih maksimal
2011). Bila dilihat dari aspek 2010). 
(Wahyudi,dkk., 2010). 
kesehatan, semakin tua lebih lama Asumsi peneliti dari hasil penelitian
waktu pemulihan cedera maka ini tidak adanya hubungan antara
kemungkinan tingkat kemangkiran umur dengan kinerja perawat
yang lebih tinggi dibandingkan disebabkan karena tidak meratanya
karyawan muda. Pengembangan sebaran usia perawat, usia perawat
 berupa pendidikan dan pelatihan ≥30 tahun lebih banyak dibandingkan
secara berkesinambungan, usia dewasa muda, sehingga usia
memberikan peluang untuk yang lebih tua memiliki kinerja baik
mengikutsertakan perawat senior karena memiliki pengalaman kerja
dalam berbagai aktivitas di rumah yang lama, sehingga mampu
sakit (Isesreni, 2008). menunjukkan kematangan jiwa, dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Gatot arti semakin bijaksana, semakin
dan Aisasmito (2005) menyebutkan mampu berfikir rasional dan semakin
 bahwa tingkat kepuasan akan lebih mampu mengendalikan emosi,
tinggi pada karyawan dengan umur  berkomitmen tinggi dalam pemberian
lebih tua. Karyawan dengan usia yang asuhan keperawatan, hal ini dapat
lebih tua akan semakin mampu dilihat dari nilai analisis semakin tua
menunjukkan kematangan jiwa, dalam usia perawat maka semakin baik
arti semakin bijaksana, semakin kinerjanya.
mampu berfikir rasional dan semakin  b.  Hubungan jenis kelamin dengan
mampu mengendalikan emosi. kinerja perawat pelaksana
Hasil penelitian yang mengukur Hasil analisis univariat menunjukkan
hubungan antara umur dan kinerja  bahwa responden dengan jenis
memiliki hasil yang berbeda  –   beda kelamin perempuan lebih dominan
dari satu peneliti ke peneliti yang lain. dari pada yang berjenis kelamin laki-
Berdasarkan hasil uji statistik pada laki. Dari hasil uji statistik diperoleh
 penelitian ini menunjukkan p value = nilai p valaue = 0,225 nilai ini lebih
0,112 lebih besar dari alfa (0,05).  besar dari nilai alfa 0,05 sehingga

Sehingga dapat antara


adanya hubungan disimpulkan tidak
umur dengan dapat disimpulkan
hubungan tidakantara
yang bermakna terdapat
jenis
kinerja perawat kemungkinan kelamin dengan kinerja perawat

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 245


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


Beberapa penelitian yang pernah  berkembang secara
sec ara intelektual. Secara
dilakukan terkait dengan jenis kelamin kodrati ada perbedaan-perbedaan yang
dan kinerja perawat masih tercermin pada berbagai bentuk
menunjukkan hasil yang berbeda  –    penugasan, produktifitas,
 beda. Sebagian penelitian kemangkiran, kepuasan maupun
menunjukkan hubungan yang positif keinginan pindah pekerjaan. Sesuai
dan signifikan, sebagian tidak dengan pendapat tersebut dapat
menunjukkan hubungan sama sekali. dikatakan bahwa tidak ada perbedaan
Penelitian  –   penelitian psikologis antara jenis kelamin dengan pekerjaan,
menunjukkan bahwa wanita lebih tetapi pada kenyataan pekerjaan
 bersedia untuk mematuhi wewenang,  profesi keperawatan didominasi oleh
sedangkan pria lebih agresif sehingga  perempuan. (Hasibuan, 2005) bahwa
 berkemungkiinan lebih besar memiliki
memil iki  jenis kelamin harus diperhatikan
harapan keberhasilan namun  berdasarkan jenis pekerjaan, waktu
 perbedaan ini tidak besar (Robbins, mengerjakan, dan peraturan
2006).  perubahan. Tidak terdapat perbedaan
Penelitian yang dilakuakan di yang konsisten pada peruampauan
Indonesie menunjukkan hasil yan g dana laki-laki dalam hal kemampuan
 berbeda terkait pernyataan hubungan memecahkan masalah, keterampilan
 jenis kelamin dengan kepuasn kerja. analisis, pendorong persainagan,
Variabel jenis kelamin p=0,006 motivasi, sosiabilitas, atau
dimana α=0,005 tidak memiliki kemampuan belajar (Robbins, 2006).
hubungan bermakna dengan kinerja Kondisi ini juga berpengaruh karena
 perawat pelaksana (Sigit, 2009).  pekerjaan perawat masih banyak
Sedangkan penelitian yang dilakukan didominasi oleh perempuan
oleh Abdurrahman (2000) dibandingkan laki-laki karena
menunjukkan hasil sebaliknya, yaitu keperawatan masih diidentikkan
secara statistik jenis kelamin memiliki dengan pekerjaan yang cocok dan
hubungan yang bermakna dengan sesuai dengan sifat perempuan yang
kinerja (p=.0,002 dan α=0,05). 
α=0,05).  lebih sabar, lemah lembut, dan peduli
Perbedaaan kinerja perawat (Ilyas, 2001). Menurut Ilyas (2001)
 berdasarkan jenis kelamin terkadang  jenis kelamin akan memberikan
 bergantung dari kondisi tertentu. dorongan yang berbeda, jenis kelamin
Penelitian yang dilakukan oleh Bender laki-laki memiliki dorongan lebih
dan Heywood (1996) menunjukkan  besar daripada wanita karena
hubungan yang negatif antara umur besar. 
tanggung jawab laki-laki lebih besar. 
dan kinerja, kinerja lebih banyak pada Menurut asumsi peneliti bahwa
wanita dari pada pria. Hasil lain responden pada penelitian ini
menunjukkan bahwa pada wanita mayoritas berjenis kelamin
memiliki pekerjaan yang menetap  perempuan. Oleh karena itu
lebih berdampak terhadap  perbandingan proporsi yang sangat
kinerjadaripada kenaikan gaji.  jauh berbeda, perempuan lebih
Hasil penelitian ini sesuai dengan dominan dari pada laki-laki, hal ini
 pendapat yang dikemukan Siagian kemungkinan yang menjadi penyebab
(1999) bahwa tidak ada bukti ilmiah hasil analisis menunjukkan hubungan
yang kongklusif yang menunjukkan yang negatif. Sehingga tidak ada
ada perbedaan antara pria dan wanita hubungan antara jenis kelamin
dalam berbagai segi kehidupan, seperti responden dengan kierja perawat.
kemampuan dalam memecahkan c.  Hubungan Status perkawinan dengan

masalah,
dorongan kemmapuan
kepemeimpinan analitik,
atau kinerja perawat menunjukkan bahwa
Hasil analisis
kemampuan bertumbuh dan responden dengan status perkawinan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 246


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


kawin lebih banyak dari pada yang yang sudah menikah cendrung lebih
 belum kawin. Dari hasil uji statistik rajin daripada pria yang belum
diperoleh nilai p valaue = 1,000 nilai menikah. Mungkin rasa tanggung
ini lebih besar dari nilai alfa 0,05  jawab yang besar kepada keluarganya
sehingga dapat disimpulkan tidak dan karena takut kehilangan sumber
terdapat hubungan yang bermakna  penghasilan jika sering mangkir,
antara status perkawinan dengan sorang pria yang sudah menikah
kinerja perawat. menunjukkan tingkat kemangkiran
Beberapa penelitian yang pernah lebih rendah. Perilaku seperti itu
dilakukan terkait dengan jenis kelamin mungkin tidak semata-mata
dan kinerja perawat masih didasarkan kepada rasa tanggung
menunjukkan hasil yang berbeda  –    jawab yang besar terhadap
 beda. Sebagian penelitian keluarganya, akan tetapi didasarkan
menunjukkan hubungan yang positif  juga atas rasa harga dirinya.
dan signifikan, sebagian tidak Menurut asumsi peneliti bahwa tidak
menunjukkan hubungan sama sekali. adanya hubungan antara stataus
Penelitian  –   penelitian psikologis  perkawinan dengan kinerja perawat
menunjukkan bahwa wanita lebih disebakan karena terlalu dominannya
 bersedia untuk mematuhi wewenang,  perawat yang sudah menikah
sedangkan pria lebih agresif sehingga dibandingkan yang belum, sehingga
 berkemungkiinan lebih besar memiliki
memil iki tidak ada pengaruh yang bermakna
harapan keberhasilan namun antara status perkawinan dengan
 perbedaan ini tidak besar (Robbins, kinerja perawat, namun status
2003/2006).  perkawinan memmiliki hubungan
Hasil ini sesui dengan penelitian dengan tingkat kemangkiran seseorang
(pitoyo, ) tidak ada hungan antara terutaa pada seseorang perempuan.
ststus perkawinan dengan kinerja d.  Hubungan lama kerja dengan kinerja
 perawat.  perawat
Karyawan yang menikah mempunyai Hasil analisis menunjukkan bahwa
tingkat keabsenan yang lebih rendah, responden dengan lama keraja ≥ 6
mempunyai tingkat pengunduran diri tahun sebanyak 56 perawat, sedangkan
yang ebih rendah, dan lebih baik yang lamaa kerja ≤ 6 tahun sebanyak
kinerjanya dibandingkan dengan 30 perawat.. Dari hasil uji statistik
 perawat yang belum menikah, karena diperoleh nilai p valaue = 0,287 nilai
 perkawinan menurut tanggung jawab ini lebih besar dari nilai alfa 0,05
lebih besar yang ungkin membuat sehingga dapat disimpulkan tidak
 pekerjaan tetap lebih berharga dan terdapat hubungan yang bermakna
 penting (Robins, 2006).
2006). antara lama kerja dengan kinerja
Menurut Siagian (1999), belum  perawat. Serupa halnya denggan
ditemukan korelasi antara status variabel karakteristik sebelumnya,
 perkawinan seseorang dengan  bahwa beberapa penelitian terdahulu
 produktifitas kerjanya, tetapi terlihat  juga masih menunjukkan hasil yang
kaitan antara status perkawinan  –  beda
 berbeda – 
 berbeda   beda terkait hubungan lama
dengan tingkat kemangkiran, terutama kerja dengan kinerjaperawat.
dikalangan wanita. Artinya dengan Masa kerja yang diekspresikan
 berbagai alasan yang mudah dipahami,
dipahami, sebagai pengalamn kerja nampaknya
tingkat kemangkiran soerang wanita menjadi dasar perkiraan yang baik
yang sudah menikah, apalagi kalau terhadap produktivitas karyawan.
sudah mempunyai anak, cendrung Semakin lama seseorang berada dalam

lebih tinggi
 pekerja dibandingkan
yang belum menikah. sesorang
Berbeda  pekerjaan,
kemungkinanmaka orang
semakin tersebut
kecil
hanya dengan pekerjaan pria. Pria mengundurkan diri dari pekerjaan dan

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 247


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


hal ini menjadi bukti bahwa masa tugas tersebut (Farida, 2011).
kerja dan kinerja saling berkaitan Tetapi teori Robbins (2003)
secara positif. Masa kerja yang lebih mengatakan bahwa semakin lama
mala otomatis akan mengkondisikan masa kerja maka karyawan akan
seseorangg berdaptasi dengan kondisi menghasilkan produktifitas yang
kerja. tinggi.
Penelitian terkait dengan masa kerja Menurut asumsi peneliti bahwa tidak
kinerja perawat yang dilakukan oleh adanya hubungan antara lama kerkerja
Abdurrahman (2000) menunjukkan dengan kinerja perawat disebabkan
 bawa tidak ada hubungan antar lama karena terjadi kejenuhan terhadap
masa kerja dengan kepuasan perawat rutinitas pekerjaan dan kebiasaan
(p=0.194). penelitian lain terkait lama terhadap pemberian asuhan
kerja dengan kinerja perawat Achmad keperawatan, selain itu kurangnya
Faizin (2008) membuktikan bahwa  pembinaan mengenai asuhan
terdapat hubungan antara masa kerja keperawatan terhadap para perawat
sebagai variabel independen dengan  pelaksana sehingga kinerja untuk
kinerja (p=0,000), Penelitian lain menerakan asuhan keperawatan secara
terkait variabel kinerjadan masa kerja  profesional kurang. Bertambahnya
 perawat mennjukkan hubungan lama kerja seorang perawat sebaiknya
negatif. misalnya pada penelitian Hal disertai dengan kegiatan untuk
ini menunjukkan bahwa masih meningkatkan keterampilan,
terdapat keraguan apakah ada  pengetahuan, dan kemampuan setiap
hubungan antara kedua variabel. individu agar tidak terjadi kejenuhan
Penelitian lain yang dilakukan oleh terhadap rutinitas sehingga kinerja
Syafdewiyani (2002) juga dalam menerapkan asuhan
membuktikan bahwa tidak ada keperawatan menjadi lebh baik.
hubungan antara variabel masa kerja e.  Hubungan pendidikan dengan kinerja
dengan kinerja (p=0,201 ).  perawat
Hal ini sesuai dengan yang ditemukan Hasil analisis univariat menujukkan
(Siagian, 1999), bahwa seseorang  bahwa responden dengan pendiidkan
yang sudah lama bekerja pada suatu diploma lebih dominan dari pada
organisasi tidak identik dengan responden yang berpendidikan Sarjana
 produktifitas yang tinggi. Orang yang dan Ners. Dan dari hasil analisis
masa kerja lama tidak berarti yang  bivariat uji statistik diperoleh nilai p
 bersangkutan memiliki tingkat valaue = 0,710 nilai ini lebih besar
kemangkiran yang rendah. dari nilai alfa 0,05 sehingga dapat
Hasil analisis peneliti bahwa rata-rata disimpulkan tidak terdapat hubungan
masa kerja perawat masih belum lama yang bermakna antara pendidikan
akan menyebabkan tuntutan  perawat dengan kinerja perawat.
 pemenuhan kebutuhan masih kurang. Penelitian terkait berhubungan dengan
Kondisi ini menunjukkan bahwa  pendidikan dengan kinerja perawat
 perawat mempunyai harapan yang  pelaksana dilakukan oleh Achmad
relatif sudah terpenuhi karena belum Faizin (2008) membuktikan bahwa
mempunyai tuntutan kebutuhan yang terdapat hubungan antara masa kerja
tinggi dibandingkan dengan masa sebagai variabel independen dengan
kerja yang sudah lama kinerja (p=0,0020), Pendidikan
(Rusmianingsih, 2012). merupakan salah satu karekteristik
Menurut Robbin lama kerja turut demografi yang penting
menentukan kinerja seseorang dalam dipertimbangkan karena dapat

menjalankan tugas. Semakin lama mempengaruhi persepsi seseorang


seseorang bekerja semakin terampil tentang segala sesuatu yang terjadi di
dan semakin cepat dia menyelesaikan lingkungannya. Siagian (2009)

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 248


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


mengemukakan bahwa semakin tinggi supervisi. Hasil analisis menunjukkan
 pendidikan seseorang maka semakin  bahwa fungsi pengarahan manajemen
 bersar keinginan memanfaatkan konflik yang paling berpeluang 4,222 kali
 pengatahuan dan keterampilannya. (CI=1,643-10,850) untuk meningkatkan
Pernyataan senada dikemukakan oleh kinerja perawat dengan baik dibandingkan
Mc Closky dan Mc Cain (1988 dalam dengan perawat yang memiliki persepsi
Davis & Newstorm, 1985/1994), fungsi pengarahan manajemen konflik
 bahwa perawat yang mempunyai kepala ruangan kurang dengan
 pendidikan tinggi juga memiliki mempersepsikan kinerjanya kurang. Hasil
kemampuan kerja yang tinggi ini sejalan dengan penelitian Sofi
sehingga memiliki tuntutan yang Wulandari Istomo (2013) bahwa dari hasil
tinggi terhdap organisasi dan hal ini analisis regresi liear sederhana
 berdampak kepada kinerja. menyimpulkan bahwa manajemen konflik
Pendidikan merupakan status  berpengaruh signifikan terhadap kinerja
seseorang tekait pembelajaran formal karyawan. Kesimpulan ini didukung
yang dilakkan. Penelitian yang dengan peryataan Adi Florens (2010).
menghubungkan pendidikan perawat Manajemen konflik merupakan yang yang
dengan kinerjatelah dilakukan. dilakukan pemimpin dalam menstimulasi
Penelitian yang dilakukan konflik, mengurangi konflik, dan
Abdurrahman (2000) menunjukkan menyelesaikan konflik yang bertujuan
 bahwa faktor yang terbukti secara untuk meningkatkan kinerja individu dan
statistik terhadap kinerjaadalah salah  produktivitas organisasi.
satunya pendidikan responden Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(p=0,002). faktor yang paling berpengarus terhadap
Perawat dengan tingkat pendidikan kinerja perawat pelaksana adalah fungsi
yang berbeda mempunyai kualitas manajemen konflik kepala ruangan. Hasil
dokumentasi yang dikerjakan berbeda  penelitian ini juga dapat dijadikan
 pula karena semakin tinggi tingkat landasan bagi rumah sakit untuk
 pendidikannya maka kemampuan menciptakan suatu kondisi kerja yang
secara kognitif dan keterampilan akan dapat menyeimbangankan antara
meningkat (Notoadmojo, 2003). kemampuan organisasi rumah sakit
8.  Variabel yang paling berpengaruh dengan keinginan perawatnya. Dukungan
terhadap kinerja perawat pelaksana yang besar dari organisasi terhadap
Berdasarkan hasil uji regresi logistik  perawat merupakan motivasi yang sangat
dengan analisis multivariat dilakukan  besar pengaruhnya bagi perawat untuk
terhadap 5 (lima) sub variabel fungsi menunjukkan kinerja yang maksimal.
 pengarahan kepala ruangan yang Faktor yang menyebabkan kinerja perawat
dilakukan secara bersama antara variabel  baik dan kurang bisa diakibatkan karena
independen dengan variabel dependen. suasana organisasi dan gaya
Analisis pemodelan multivariat dilakukan kepemimpinan yang berbeda dari kepala
4 kali tahapan untuk mendapatkan ruangan yang di roling, sehingga terdapat
 pemodelan terakhir dengan mengeluarkan  peraturan-peraturan baru yang tidak sesuai
variabel dengan  p  terbesar secara dengan kebiasaan perawat pelaksana
 berurutan mulai dari variabel motivasi, sebelumnya dsehingga faktor ini dapat
komunikasi, supervisi, delegasi, dan menimbulkan konflik.
manajemen konflik. Tahapan akhir Oleh karena itu setiap menajer harus
analisis menunjukkan hanya variabel mempertimbangkan segala aspek dalam
fungsi manajemen konflik
konflik kepala ruangan
ruangan menentukan kebijakan yang diterapkan
yang paling berhubungan dengan kinerja kepada staf sehingga tidak memicu terjadinya

 perawat dalam menerapakan asuhan konflik yang berakibat bisa menurunkan


keperawatan di ruang rawat inap RSUD kinerja. Menghadapi konflik ditempat kerja,
Bima. Setelah dikontrol oleh variabel seorang manajer harus mampu menjadi

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 249


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


 penengah konflik dan menyelesaikannya, menerapkan asuhan keperawatan di
tindakan untuk menyelesaikan hal ini biasa di ruang rawat inap RSUD Bima dengan
kenal dengan manajemen konflik. Manajemen hasil analisis nilai
konflik merupakan pelaksana strategis untuk 12. Ada hubungan yang bermakna antara
mengatasi perbedaan pendapat, tujuan dan sub variabel fungsi pengarahan yang
objektif dari individu atau kelompok melalui terdiri dari (motivasi, komunikasi,
 perilaku positif (Walk dan Miller, 2010). supervisi, delegasi, dan manajemen
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah konflik), memiliki hubungan dengan
kurang dikendalikan nya faktorfaktor yang kinerja perawat dalam menerapkan
mempengaruhi kinerja. Variabel confuding asuhan keperawatan di ruang rawat
dalam penelitian ini hanya dua variabel yaitu inap RSUD Bima.
variabel masa kerja, pendidikan sehingga 13. Tidak terdapat hubungan karakteristik
kurang dapat mengontrol hubungan antar  perawat yang terdiri dari (usia, jenis
variabel utama yang di teliti, efek yang kelamin, status perkawinan, lama
ditimbulkan sebagai akibat subjek penelitian kerja, dan pendidikan) dengan kinerja
mengetahui dirinya sebagai responden yang  perawat dalam menerapkan asuhan
sedang dilakukan penelitian sehingga dapat keperawatan di ruang rawat 188 inap
mempengaruhi variabel dependen dalam RSUD Bima.
 penelitian. Selain itu jenis pertanyaan dalam 14. Analisis multivariat variabel yang
kuesioner yang berdesain tertutup kurang  paling berpengaruh terhadap kinerja
eksploratif / kurang bisa menggali informasi  perawat dalam menerapkan asuhan
secara mendalam dan juga memungkinkan keperawatan di ruang rawat inap
seseorang menjawab dengan kecenderungan RSUD Bima adalah variabel fungsi
memusat (central tendency) yaitu menjawab  pengarahan manajemen konflik.
tanpa memahami isi pertanyaan.
A.  Saran
A.  Kesimpulan Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian
Berdasarkan hasil analisis peneltian ini tersebut, peneliti menyarankan kepada
dapat ditarik beberapa kesimpulan hasil  beberapa pihak yang terlibat dalam upaya
 pembahasan yang merupakan upaya meningkatakan kinerja perawat mengingat
dalam menjawab tujuan dan hipotesis hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap
 penelitian sebagai berikut: kinerja perawat pelaksana khususnya dalam
8.  Karakteristik perawat pelaksan di menerapkan asuhan keperawatan:
ruangan rawat inap RSUD 1.  Bidang Keperawatan
menunjukkan bahwa sebagian besar a.  Agar lebih meningkatkan pelatihan
 berumur ≥ 30 tahun, jenis kelamin fungsi manajemen ruangan serta
terbanyak perempuan, dengan status melakukan monitoring dan evaluasi
 perkawinan lebih banyak terhadap pelaksanaan fungsi
dibandingkan belum kawain, tingkat manajemen untuk upaya peningkatan
 pendidikan paling banyak adalah DIII kinerja perawat pelaksana dalam
keperawatan. menerapkan asuhan keperawatan, dan
9.  Fungsi pengarahan kepala ruangan di memanfaatkan hasil penelitian-
ruang rawat inap RSUD Bima pada  penelitian mengenai pelaksanaan
masing-masing sub variabel secara fungsi manajemen.
umum baik.  b.  Memberikan pelatihan manajemen
10. Kinerja perawat dalam menerapkan keperawatan berkelanjutan kepada
asuhan keperawatan di ruang rawat kepala ruangan untuk meningkatkan
inap RSUD Bima rata-rata kompetensi kepala ruangan dalam
menunjukkan baik. melaksanakan fungsi pengarahan.
11. Terdapat hubungan pelaksanaan c.  Meningkatkan kinerja perawat dalam
fungsi pengarahan kepala ruangan menerapkan asuhan keperawatan,
dengan kinerja perawat dalam maka harus dilakukan usaha untuk

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 250


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


meningkatkan pengetahuan perawat dalam memberikan pelayanan
dengan cara memberikan pendidikan, keperawatan dengan cara
 pelatihan maupun seminar yang melaksanakan asuhan keperawatan
 berkaitan dengan asuhan keperawatan. sesuai standar yang telah ditetapkan.
d.  Perlu adanya standar fungsi  b.  Diharapkan kepada setiap tenaga
 pengarahan dan dilaksanakan secara kesehatan, khususnya perawat agar
kontinyu serta dilakukan evaluasi dapat lebih memperhatikan
secara rutin pelaksanaan fungsi  pendokumentasian keperawatan
 pengarahan ketua tim. Memilih ketua sebagai bentuk tanggung jawab dan
tim perlu memperhatikan tingkat tanggung gugat kita sebagai perawat.
 pendidikan minimal S1 Ners. c.  Diharapkan kepada perawat pelaksana
2.  Kepala ruangan dapat mengikuti pendidikan dan
a.  Kepala ruangan sebaiknya  pelatihan untuk meningkatkan
meningkatkan kepercayaan kepada kemampuan dan kompetensi sesuai
 perawat pelaksana dan memberikan  bidang.
wewenang penuh terkait tugas perawat 4.  Penelitian selanjutnya.
 pelaksana dan tetap melakukan a.  Penelitian sebaiknya dilakukan di
 pengawasan, evaluasi kinerja perawat wilayah yang lebih besar agar
 pelaksana dengan cara survei
s urvei terhadap mendapatkan hasil penelitian yang
dokumentasi asuhan keperawatan dapat digeneralisasikan pada ruang
 berkordinasi dengan ketua tim. lingkup yang lebih luas, bukan hanya
 b.  Kepela ruangan diharapkan juga dapat di rumah sakit tempat penelitian saja.
meningkatkan kemampuan diri,  b.  Hasil penelitian ini dapat dijadikan
keterampilan dan pengetahuan tetang data awal bagi penelitian selanjutnya
fungsi pengarahan supaya dalam mengembangkan penelitian
meningkatkan sikap dan tanggung serupa dengan desain berbeda, baik
 jawab dalam memberikan pelayanan yang berkaitan dengan variabel fungsi
keperawatan dengan cara manjemen kepala ruangan maupun
melaksanakan asuhan keperawatan variabel motivasi perawat pelaksana.
sesuai standar yang telah ditetapkan. diharapkan adanya penelitian lanjutan
c.  Kepala ruangan sebaiknya sering dengan desain kualitatif untuk melihat
melibatkan perawat pelaksana dalam hal yang dapat meningkatkan dan
aktifitas sehari-hari terkait dengan menurunkan motivasi perawat
fungsi pengarahan, dan selalu diskusi  pelaksana.
dalam menentukan tindakan atau c.  Untuk penelitian selanjutnya
membuat jadwal suspervisi, diharapkan dapat lebih menggali
memberikan kepercayaan kepada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
 perawat pelaksana terkait pelaksanaan kinerja perawat dengan metode
tugas dalam pendelegasi, dan sering  penelitian wawancara mendalam agar
 berkominikasi dalam menyelesaikan dapat mengeksplorasi persepsi
konflik atau masalah yang terjadi  perawat tentang kemampuan fungsi
dalam ruangan.  pengarahan kepala ruang.
d.  Kepala ruangan harus sering REFERENCES
memberikan motivasi, pujian, dan Agung,P.(2009)  Analisis Pengaruh Faktor
 penghargaan terhadap perawat Pengetahuan, Motivasi Dan Persepsi
 pelaksana yang kinerjanya bagus Perawattentang Pelaksanaan
ataupun memiliki prestasi dalam Pendokumentasian Askep di Ruang
 bekerja.  Rawat Inap RSUP KeluProvinsi Jateng
3.  Untuk perawat pelaksana di Jeparah,
a.  Diharapkan juga dapat meningkatkan http://undip.ac.id/16228/1/agung
kemampuan diri, keterampilan, kinerja  pribadi.pdf. 
 pribadi.pdf. 
yang baik dan pengetahuan dalam

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 251


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


A.A Anwar Prabu Mangkunegara, 2006, Pendokumentasian Askep di Ruang
Perencanaan dan Pengembangan Rawat Inap RSUP Kelu Provinsi Jateng
Manajemen Sumber Daya Manusia, di Jeparah,
Pen. PT Refika Aditama. http://undip.ac.id/16228/1/agung
Achmad Faizin. (2008),  Hubungan Tingkat  pribadi.pdf
Pendidikan Dan Lama Kerja Perawat Astuty,M.(2011). Hubungan Pelaksanaan
 Dengan Kinerja di RSU Pandan Arang Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan
Kabupaten Boyolali. dengan Kinerja Perawat Pelaksana di
Achmad Sigit S. (2011). Fungsi Pengarahan RS Haji
Kepala Ruang Dan Ketua Tim Jakarta,http://lontar.ui.ac/file?=digital/2
 Meningkatkan Kepuasan
Kepuasan Kerja Perawat 0281714T%20mazly%20astuty.pdf
Pelaksana di RSUD dr. Soebandi Basri,A.F.(2005). Performance Appraisal,
 Jember, Jawa Timur. Magister Fakultas Sistem Yang Lengkap Untuk Menilai
 Ilmu Keperawatan Universitas Kinerja Karyawan Dan Meningkatkan
 Indonesia, Depok.
Depok. Daya Saing Perusahaan, Jakarta PT
Alif Arif Fakhrur Rizal, (215),  Hubungan Raja Grafindo Persada
Pelaksanaan Fungsi Manajemen Basford, L., & Slevin, O. (2006).   Teori dan
Kepala Ruang Dengan Motivasi Praktik Keperawatan: Pendekatan
Perawat Pelaksana Dalam Memberikan  Integral Pada Asuhan Pasien. Jakarta:
 Layanan Keperawatan di Ruang Rawat EGC.
 Inap RSUD Kota Semarang. Program Bateman & snell. (2002).  Management;
Studi Magister Keperawatan. FK Competing in the new era 5th. ed. USA;
UNDIP.  McGraw-Hill Company. 
Astuty, M. (2011).  Hubungan Pelaksanaan
Pelaksanaan Blais, K.K., Hayes, J.S., Kozier, B, & Erb, G.
Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan (2006).Praktik Keperawatan
dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Profesional Konsep dan Perspektif .
 RS Haji Jakarta: EGC
 Jakarta,http://lontar.ui.ac/file?=digital/2 Biro Kepegawaian, Depkes RI (2005).
0281714T%20mazly%20astuty.pdf. Pedoman Penilaian Kinerja Perawat dan
Asmadi. (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Bidan di Rumah Sakit Kelas C. Jakarta.
Jakarta : EGC Chandra, Syah Putra (2014), Buku Ajar
Asrima, J. (2010). Pengaruh Sistem Manajemen Keperawatan, tori dan
Pendelegasian Wewenang Terhadap aplikasi praktik dilengkapai dengan
 Efektivitas Kerja Karyawan pada PT. koesioner pengkajian praktik
 Mopoli Raya Medan. Skripsi Sarjana kepewaratan, In Media.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Departemen Kesehatan RI (2001). Standar
Utara Medan. Manajemen Pelayanan eperawatan dan
Awases, Magdalene H; Bezuidenhout, Kebidanan di Sarana Kesehatan.
Marthie, C; Roos, Janetta, 2013. Cetakan : I, Direktorat Jendral
“Factors Affecting the Performance of Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta..
Professional Nurses in Namibia”. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
ProQuest Research Library, Vol. 36, Pedoman Instrumen Akreditasi umah
 No.1, April 2013, pp.
pp. 1-8. Sakit. Direktorat Jendral Pelayanan
Ati Tyaa Hastuti, (2013), Hubungan Persepsi Medik. Depkes RI. Jakarta.2003 7.
Perawat Pelaksana Tentang itorus. R. Model Praktik Keperawatan
Kemampuan Supervisi Kepala Ruang Profesional (MPKP) di Rumah Sakit.
Dengan Kinerja Perawat Di Instalasi nataan Struktur dan Proses Pemberian
Rawat Inap Rumah Umum Daerah Kota Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat.
Semarang. Panduan Implementasi. EGC. Jakarta
Agung,P.(2009) Analisis Pengaruh Faktor 2006.
Pengetahuan, Motivasi Dan Persepsi Depkes RI. (2000). Pedoman Uraian Tugas
Perawat tentang Pelaksanaan Tenaga Perawat Di Rumah Sakit .

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 252


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


Cetakan : II, Direktorat Jendral Ilyas Y. (2001), Perencanaan Sumber Daya
Pelayanan Medik. Jakarta. Manusia Rumah Sakit ; Teori, Metode
Gillies DA.  Nursing Management : A System dan Formula. Edisi I. Jakarta : Pusat
 Approach. 3rd edition. Philadelphia Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI,
:WB Saunders Company, 1994. 2001.
Gillies, DA. 1996. Manajemen Keperawan, Isra Wahyuni (2011). Hubungan  Motivasi
Motivasi dan
Suatu Pendekatan Sistem. W.B kinerja perawat pelaksana di RSUD
Saunders Compani: Philadelphia.  Bhayangkara
 Bhayangkar a Medan. Fakultas
Hary Susilo, dkk, (2015).  Riset Kuantitatif Keperawatan Universitas Sumatera
dan Aplikasi Pada Penelitian Ilmu Utara.
Keperawatan. Analisis Data Dengan Kelana Kususma Darma, (2011). Metodologi
Pendekata Model Persamaan Struktural Penelitian Keperawatan, Panduan
Confirmation Modeling Strategy- Melaksanakan dan Menerapkan Hasil
 LISREL Pada Variabel Un-Observd. Penelitian. Edisi Revisi. Jakarta ; Tim.
Cetakan Pertama; Tim. Kurniadi A, 2013. Manajemen Keperawatan
Hastono, Sutanto. (2007). Analisa Data dan Prospektifnya (Teori, konsep, dan
Kesehatan. Jakarta: Universitas aplikasi). Jakarta: Badan Penerbit
Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas
Hubberd D.  Leadership Nursing and Care Indonesia.
 Management. Second edition.  Mark, B.A., Salyer, J., & Wan, T.T.H. (2003).
Philadelphia : W.B. Saunders Company, Professional nursing practice impact on
2000. rural and urban hospitals. Journal of
Herlambang, S & Murwani, A. 2012. Cara  Nursing Administration, 33, 224-234.
224-234.
 Mudah Memahami Manajemen Mangkunegara, A, P. (2009). Manajemen
Kesehatan dan Rumah Sakit , Cetakan Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Pertama. Yogyakarta : Gosyen Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Publishing. Offset.
Hafizurrachman HM , dkk,2011, Beberapa Mangkuprawira (2002), Manajemen Sumber
Faktor yang memengaruhi Kinerja Daya Manusia Strategik, Graha
Perawat dalam Menjalankan Kebijakan Indonesia Jakarta.
Keperawatan di Rumah Sakit Umum Martiani dkk, (2013), Pengaruh Pelaksanaan
Pelaksanaan
Daerah J Indon Med Assoc,Volum: 61, Fungsi Pengarahan Ketua Tim
 Nomor: 10, Oktober 20112011 p: 387-93. Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana
Habe.H, (2008). Pengaruh Pendelegasian di RS Khusus Daerah Propinsi Sulawesi
Wewenang dalam Meningkatkan Selatan. Pasca Sarjana Universitas
Efektifitas Kerja Karyawan pada PT  Hasanuddin, Program Studi Ilmu
Telekomunikasi Ludonesia (Persero) Keperawatan Universitas Hasanuddin
Cabang  Makassar  
Lampung,http://jurnalsainsinovasi.files.
Lampung ,http://jurnalsainsinovasi.files. Mazly Astuty, (2011), Hubungan Pelaksanaan
wordspres.com/2013/05/4- Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan
hazairin.habe.pdf Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di
Hafizurachman, (2009). Pengaruh Status Rumah Sakit Haji Jakarta.
Kesehatan, Kemampuan dan Motivasi Moeharianto, 2012, pengukuran kinerja
Terhadap Kinerja Perawat di Rumah  berbasis kerja, edisi revisi jakarta; PT
Sakit Umum Daerah, Raja Grafindo persada.
http://mji.ui.ac.id/v2/?page=journal.dow Marquis, B.L., & Huston, C.J. (2009).  Leader
nload_process&id=109 Ship Roles and Management function in
Ilyas,Y.(2004). Perencanaan Sumber Daya  Nursing Theory and Aplication 6 th  ed.
Manusia Rumah Sakit; Teori, Metoda, Philadelphia. Lippincott.
dan Formula. Depok: Fakultas Marquis, B.L., & Huston, C.J. (2010).
Kesehatan Masyarakat Universitas Kepemimpinan dan Manajemen
Indonesia.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 253


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


Keperawatan: Teori dan Aplikasi, Edisi diruangan rawat inap RSUP Undata
4. Jakarta: EGC. Palu.
Marquis, B.L. & Houston, C.J. (2012). Payaman Simanjuntak J. 2011, Manajemen
Leadership roles & management dan Evaluasi kinerja, Jakarta: Fakultas
functions in nursing : theory and Ekonomi UI.
application. California : Lippincott Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Williams & Wilkins. Fundamental Keperawatan Konsep,
Mark, B.A., Salyer, J., & Wan, T.T.H. (2003). Proses, dan Praktik. Edisi 4 volume
Professional nursing practice impact on 1.EGC. Jakarta
rural and urban hospitals. Journal of Qalbia Muhammad, (2013), Hubungan
 Nursing Administration, 33, 224-234.
224-234. Motivasi Dan Supervisi Terhadap
Murtiani, (2013), Pengaruh Pelaksanaan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam
Fungsi Pengaraan Ketua Tim Terhadap Menerapkan Pasien Safety Di Ruang
Kinerja Perawat Pelaksana di RS Rawat Inap RS Universitas Hasanuddin
Khusus Daerah Propinsi Sulawesi Makassar.
Selatan. Royani, (2010), Hubungan Sistem
 Nainggolan, M.J. (2010). Pengaruh Penghargaan Dengan Kinerja Perawat
Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Dalam Melaksanakan Asuhan
Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Keperawatan Dirumah Sakit Umum
 Di Rumah Sakit Islam Malahayati Daerah Cilegon Banten.
 Medan. Skripsi Sarjana Fakultas Sitorus, D. (2006). Model praktik
Keperawatan Universitas Sumatera keperawatan profesional di rumah sakit:
Utara Medan.  penataan struktur & proses (sistem)
 Nikmatul Fitri (2007) Hubungan Antara  pemberian asuhan keperawatan di ruang
Motivasi Kerja Dengan Dengan Kinerja rawat. Jakarta : EGC.
Perawat Di Instalasi Rawat Inap RSUD Siagian, G.A. (2012). Analisis pengaruh stres
Tugu Rejo Semarang. kerja dan kinerja terhadap intention to
 Nursalam. (2011).  Manajemen Keperawatan:
Keperawatan: quit perawat (studi pada RSJD dr.
 Aplikasi dalam Prektik Keperawatan Aminogondohutomo Semarang).
Profesional, Edisi 3.  Jakarta: Salemba Skripsi : Universitas Diponegoro,
Medika. Semarang.
 Nursalam. (2015).  Manajemen Keperawatan:
Keperawatan: Siagian, Sondang, P. (2012). Manajemen
 Aplikasi dalam Prektik Keperawatan sumber daya manusia. Jakarta: PT.
Profesional, Edisi 5. Jakarta: Salemba Bumi Aksara.
Medika. Sitorus, D. (2006). Model praktik
 Nursalam, (2002). Manajemen Keperawatan
Keperawatan : keperawatan profesional di rumah sakit:
 Aplikasi dalam Praktik Keperawatan  penataan struktur & proses (sistem)
Profesional, Salemba Medika , Edisi 1,  pemberian asuhan keperawatan di ruang
Jakarta, rawat. Jakarta : EGC.
 Nursalam, (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Sedarmayanti. 2013. Manajemen Sumber
Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi  Daya Manusia, Reformasi Birokrasi
4. Jakrta; Salemba Medika. Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
 Nitisemito, A.S. (2000).  Manajemen Rafika Aditama, Bandung
Personalia: Manajemen Sumber Daya Suroso, J. (2011). Penataan Sistem Jenjang
 Manusia. Jakarta: Penerbit Ghalia Karir Berdasar Kompetensi Untuk
Indonesia. Meningkatkan Kinerja dan Kinerja
 Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Perawat di Rumah Sakit. Jurnal
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. EkplanasiVol 6 No. 2 hal 123.
Rineka Cipta. Suyanto.(2009).  Mengenal Kepemimpinan
Parmin. (2010), Hubungan pelaksanaan dan Manajemen Keperawatan di
fungsi manjemen kepala ruangan  Rumah Sakit.Jogjakarta: Mitra Cendikia
dengan motivasi perawat pelaksana Press.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 254


 

JISIP, Vol. 1 No. 2 ISSN 2598-9944 November 2017 


Suarli dan Bachtiar, (2010) Manajemen Sigit.A. (2009).Pengaruh Fungsi Pengarahan
Keperawatan Dengan Pendekatan Karu dan Katim terhadap Kepuasaan
Praktis. Jakarta: Erlangga Kerja Perawat Pelaksana di RSUD
Sugiyono. (2013). Statistika untuk Penelitian. Banyuwangi.http://ejournal.stieauh.ac.i
Bandung: Penerbit Alpabeta. d/index.php/prolank/artikel/viewfile/17
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian 7/155.
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Werdati,S. Materi Kuliah Program
Bandung: Alfabeta. Pasacsarjana UNDIP.
Suroso, J. (2011). Penataan Sistem Jenjang (tidakdipubilkasikan) 2005.
Karir Berdasar Kompetensi Untuk
Meningkatkan Kinerja dan Kinerja Widyaningrum, Mahmudah Enny, 2011.
Perawat di Rumah Sakit. Jurnal “Motivation and Cultural Influences on
EkplanasiVol 6 No. 2 hal 123. Organizational Commitment and
Suarli, S., & Bahtiar Y. (2009). Manajemen
 Manajemen Medical Services Performance of
Keperawatan dengan Pendekatan Employee”. International Journals
Klinis.Jakarta: Penerbit Erlangga Savap, Vol. 1, Edisi 3, November 2011,
Medikal series.  p. 229-234.
Sudarmanto.(2009). Kinerja Dan Wahyuni,S. (2007). Analisis Kompetensi
Pengembangan Kompetensi SDM: Karu dalam Pelaksanaan Standar
Teori, Dimensi, Pengukuran dan Manajemen Pelayanan Keperawatan
 Implementasi Dalam Organisasi. dan Pengaruhnya terhadap Kinerja
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Perawat dalam Mengimplementasikan
Sugiharto. (2012).  Manajemen Keperawatan:
Keperawatan: MPKP di Instalasi Rawat Inap RSUD
 Aplikasi MPKP di Rumah Sakit. Banjar
Jakarta: ECG.  Negara,http://undip.ac.id/18327/1/sriwa
Swansburg, R., 1996 , " Management and hyuni.pdf
 Leadership for Nurse Manager" Jones Warsito.B.E. (2006). Pengaruh Persepsi
& Bartlet Publishing International. Perawat Pelaksana tentang Fungsi
Swansburg RC, Swansburg RJ. Introductory Manajerial Karu terhadap Pelaksanaan
Management and Leadership for Nurse. Manajemen Asuhan Keperawatan di
2nd edition. Toronto : Jonash and Ruang Rawat Inap Rumah Sakit jiwa
Burtlet Publisher, 1999. 6. Keliat BK. Daerah Dr Amino
Manajemen Asuhan Keperawatan. Semarang.http://sg3.attach.mail.com/id.
Jakarta : Tidak dipublikasikan. 2000. f1900/mail.yahoo.
Swansburg, R.C. (2000). Pengantar com/ya/securedowloa.
Kepemimpinan dan Manajemen Yulistiana Rudianti, (2013), Hubungan
Keperawatan Untuk Perawat Komunikasi Organisasi Dengan Kinerja
Klinis.Jakarta : EGC. Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat
Suarli. S. 2009. Manajemen
 Manajemen keperawatan Inap Rumah Sakit Swasta Surabaya.
dengan pendekatan praktis. Jakarta:
Erlangga.
Taylor, H.L. (2002). Teknik Mendelegasikan
Tugas dan Wewenang. Jakarta: Penerbit
PPM.
Saputra,A.D, (2012), Pengaruh Gaya
Kepemimpinan,Komunikasi Organisasi
dan Motivasi terhadap Kinerja Tenaga
Akademik pada Akper RS Pusat
Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta,
http://repository.gunadarma.ac.id/bistre
am/123456789/5304/1jurnal.pdf

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 255

Anda mungkin juga menyukai