Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No.

1 Hal 18-27, 2020

HUBUNGAN FUNGSI PENGARAHAN KEPALA RUANGAN DENGAN


KEPUASAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INTERNA RSUD
BATARA GURU
KABUPATEN LUWU

Dardin1, Hardin2, Ulul Asmy3


1
Program Studi Diploma III Keperawatan, Akper Mappa Ouddang Makassar
bakordikbhayangkara@yahoo.com
2,3
Program Studi Diploma III Keperawatan, Akper Sawerigading Pemda Luwu
hardin.nunung@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan fungsi pengarahan kepala ruangan dengan
kepuasan kerja perawat pelaksana di Ruang Interna RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu.
Metode penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional dan
teknik sampling yaitu purposive sampling. Sampel penelitian yaitu sebagian perawat yang
bertugas di Ruang Interna RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu sebanyak 33 orang. Hasil
penelitian menunjukkan perawat pelaksana yang menyatakan fungsi pengarahan kepala ruangan
dengan kategori baik sebesar 57.6% dan kategori kurang sebesar 42.4%, sedangkan perawat
pelaksana yang merasa puas dengan kinerjanya sebesar 66.7% dan kurang puas sebesar 33.3%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square diketahui nilai p=0.001 atau p < α=0.005.
Oleh karena itu, disarankan agar kepala ruangan sebaiknya sering melibatkan perawat pelaksana
dalam aktivitas sehari-hari terkait dengan fungsi pengarahan sebagai upaya untuk meningkatkan
kepuasan kerja perawat.

Kata Kunci: Fungsi Pengarahan, Kepuasan Kerja, Perawat

ABSRACT
This study aimed to analyze the correlation function of the direction of head room with the job
satisfaction of nurses in the Interna RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu. The method used is
the analytic survey with cross sectional approach and the sampling technique is purposive
sampling. The research sample is partially nurse on duty at the Interna RSUD Batara Guru
Kabupaten Luwu many as 33 people. The results showed nurses who stated function heads
briefing room with good category as 57.6% and less category amounted to 42.4%, while the
nurses are satisfied with its performance by 66.7% and amounted to 33.3% dissatisfied. Results
of statistical test by using chi-square test known the value of p = 0.001 or p <α = 0.005.
Therefore, it is recommended that the head of the room should be frequently involve nurses in
daily activities associated with the function of directing their efforts to increase job satisfaction
of nurses.

Keywords: Function Direction, Job Satisfaction, Nurses

18
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

PENDAHULUAN perawatan yang dipimpin berjalan dengan


baik sehingga tujuan organisasi tercapai.
Perawat merupakan kelompok
Pengelolaan tenaga keperawatan
terbesar dalam memberi jasa pelayanan
yang baik dari seorang manajer mempunyai
kesehatan di rumah sakit yang jumlahnya
kontribusi besar secara kapasitas dan
mencapai sekitar 40-60% (Gillies, 2007),
kualitas dalam mewujudkan pelayanan
hampir 90% mengerjakan layanan rumah
prima di rumah sakit. Kontribusi perawat
sakit melalui asuhan keperawatan dan
dalam menjaga dan meningkatkan mutu
sangat berpengaruh terhadap hasil akhir
pelayanan kesehatan sangat berhubungan
perawatan pasien (Sugiharto, Keliat dan
dengan tingkat kepuasan kerja perawat.
Sri, 2013). Di rumah sakit, perawat bekerja
Kepuasan perawat merupakan fokus utama
selama 24 jam sehari yang berdampak pada
perhatian manajemen agar mereka bisa
baik buruknya pelayanan kesehatan yang
bekerja dengan efektif dalam organisasi.
diberikan kepada pasien dan keluarganya
Perawat di rumah sakit bila melayani
(Bank Dunia, 2004 dalam Sugiharto, Keliat
pelanggan dengan ramah, ceria, responsif
dan Sri, 2013).
dan berpenga-laman akan menciptakan
Fenomena yang terjadi dewasa ini
kepuasan pada pelanggan (Sigit, 2009).
adalah masih ditemukan banyak tenaga
Perawat yang bekerja di rumah sakit
perawat yang ada di lapangan bekerja
merupakan bagian yang tidak terlepas dari
belum memenuhi standar. Pekerjaan yang
sistem manajemen yang berlaku di ruangan
dilakukan oleh tenaga keperawatan masih
tempat bekerja. Terdapat banyak faktor
banyak yang sifatnya monoton, motivasi
terkait dengan fungsi manajemen kepala
yang masih kurang serta sikap pemimpin
ruangan yang dapat menyebabkan kepuasan
atau supervisor dalam memberikan
atau ketidak-puasan perawat dalam bekerja.
bimbingan atau pembinaan yang belum
Penelitian di salah satu rumah sakit
mempunyai standar (Setiarini, Sabri dan
California Amerika Serikat (2004)
Wanda, 2012). Hasil penelitian oleh
menunjukkan lebih dari 60 perawat
Depkes RI terhadap 10 rumah sakit di
registered nurse yang disurvei mengatakan
Indonesia (2005 dalam Gillies, 2007)
faktor yang paling mempengaruhi kepuasan
menunjukkan bahwa 69% menyatakan
kerja adalah supervisi dari atasan, pengaruh
rumah sakit tidak mempunyai sistem
yang positif dan rutinitas kerja sehari-hari.
penghargaan bagi perawat dan hanya
Dimana hal ini merupakan kegiatan dalam
sekitar 50% perawat melakukan asuhan
fungsi pengarahan (Neeley, 2006 dalam
keperawatan sesuai peran dan fungsinya.
Astuty, 2011).
Melihat situasi tersebut di atas, perlu
Fungsi pengarahan merupakan suatu
adanya pengelolaan pelayanan keperawatan
proses penerapan perencanaan manajemen
yang baik dari seorang manajer. Kepala
untuk mencapai tujuan perawatan
ruangan sebagai manajer pada lini pertama
(Swansburg, 2010). Fungsi pengarahan
pelayanan keperawatan pada pasien harus
kepala ruangan merupakan salah satu
mampu melak-sanakan fungsi pengarahan
fungsi manajemen yang mempengaruhi
di unit perawatan dengan baik (Astuty,
kepuasan kerja perawat. Kepuasan kerja
2011). Roussel (2002 dalam Firman, 2015)
perawat dapat meningkat dengan adanya
menyebutkan keahlian manajer perawat
fungsi pengarahan kepala ruangan yang
terdiri dari pengetahuan dan skill ditambah
efektif. Penelitian oleh Hamzah (2001
dengan kemampuan dalam melakukan
dalam Astuty, 2011) membuktikan bahwa
staffing dan penjadwalan, membuat
terdapat hubungan antara aktivitas dalam
laporan, melakukan penilaian kinerja, dan
fungsi pengarahan dengan kepuasan kerja
mampu melakukan manajemen konflik. Hal
perawat. Aktivitas tersebut antara lain
ini sebaiknya dimiliki oleh manajer perawat
supervisi (p=0.000), tanggung jawab
dalam memastikan koordinasi dari unit

19
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

(p=0.024) dan pengembangan diri dilakukan, motivasi dan delegasi terhadap


(p=0.041). perawat kurang, serta dalam menyelesaikan
Fungsi pengarahan juga idealnya masalah yang terjadi di ruangan cenderung
dilakukan setiap saat di ruangan karena diabaikan. Bila hal ini terus berlanjut, maka
tujuan dari manajemen ruangan adalah dapat berpotensi menimbulkan ketidak-
memberikan pelayanan keperawatan yang puasan kerja perawat pelaksana.
berkualitas pada pasien selama masa
perawatan. Penelitian yang dilakukan oleh METODE PENELITIAN
Warsito dan Mawarni (2007) menunjukkan
Lokasi dan Desain Penelitian
bahwa dari kelima fungsi manajemen
(perencanaan, pengorganisasian, Penelitian ini dilaksanakan di Ruang
pengarahan, pengawasan dan Interna RSUD Batara Guru Kabupaten
pengendalian), fungsi pengarahan memiliki Luwu. Desain yang digunakan dalam
pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penelitian ini adalah survei analitik dengan
manajemen asuhan keperawatan (p=0.002). pendekatan cross sectional.
Persepsi perawat pelaksana tentang fungsi Populasi dan Sampel
pengarahan kepala ruang yang tidak baik,
mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan Populasi dalam penelitian ini adalah
asuhan keperawatan tidak baik lima kali semua perawat yang bertugas di Ruang
lebih besar dibandingkan dengan persepsi Interna RSUD Batara Guru Luwu sebanyak
perawat pelaksana tentang fungsi 36 perawat dengan sampel sebanyak 33
pengarahan kepala ruangan yang baik. orang yang dipilih secara purposive
Hasil studi pendahuluan yang sampling sampling dan telah memenuhi
dilaksanakan di RSUD Batara Guru Belopa kriteria inklusi.
Kabupaten Luwu diketahui jumlah tenaga Analisis Data
perawat yang bekerja di Ruang Interna
sebanyak 36 orang. Hasil wawancara Data dianalisis secara univariat untuk
terhadap 5 orang perawat di Ruang Interna melihat distribusi frekuensi dari
dikatahui ada 2 orang perawat karakteristik responden dan setiap variabel.
mempersepsikan kepala ruangannya Analisis bivariat menggunakan uji chi-
memiliki kemampuan kurang dalam square untuk melihat hubungan antara
menjalankan fungsi pengarahan. Hal ini fungsi pengarahan kepala ruangan dengan
terlihat pada pelaksanaan supervisi jarang kepuasan kerja perawat pelaksana.

20
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

HASIL PENELITIAN
1. Karakteristik Demogradi Responden
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, Jenis
Kepegawaian dan Masa Kerja
Variabel n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 4 12.1
Perempuan 29 87.9
Umur
≤ 31 tahun 21 63.6
> 31 tahun 12 36.4
Pendidikan
DIII Keperawatan 14 42.4
S1 Keperawatan/Ners 19 57.6
Jenis Kepegawaian
PNS 10 30.3
Honor daerah 7 21.2
Sukarela 16 48.5
Masa Kerja
1-5 tahun 20 60.6
> 5 tahun 13 39.4
Total 33 100
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui DIII Keperawatan (42.4%), paling banyak


sebagian besar responden perempuan memiliki status kepegawaian sebagai
(87.9%) dan sebagian kecil responden laki- tenaga sukarela (48.5%) dan paling sedikit
laki (12.1%), lebih banyak yang berumur ≤ honorer daerah (21.2%), serta lebih banyak
31 tahun (63.6%) dibanding umur 31 tahun yang memiliki masa kerja 1-5 tahun
keatas (36.4%), pendidikan lebih banyak (60.6%) dibanding masa kerja di atas 5
S1 Keperawatan/Ners (57.6%) dibanding tahun (39.4%).

2. Analisis Univariat
Tabel 2
Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan dan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana
Variabel n %
Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan
Baik 19 57.6
Kurang 14 42.4
Kepuasan Kerja Perawat
Puas 22 66.7
Kurang Puas 11 33.3
Total 33 100
Sumber: Data Primer, 2017

21
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

Berdasarkan tabel 2 di atas, diketahui dibanding kategori kurang (42.4%).


distribusi fungsi pengarahan kepala Sedangkan distribusi kepuasan perawat
ruangan menunjukkan lebih banyak pelaksana ditemukan lebih banyak yang
responden menyatakan fungsi pengarahan merasa puas dengan kinerjanya (66.7%)
kepala ruangan kategori baik (57.6%) dibanding kurang puas (33.3%).
3. Analisis Bivariat
Tabel 3
Hubungan Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan dengan Kepuasan Kerja
Perawat Pelaksana
Kepuasan Kerja Perawat
Fungsi Pengarahan Pelaksana
Kepala Ruangan Puas Kurang puas Total
n % n % n %
Baik 17 19 100
89.5 2 10.5
Kurang 5 35.7 9 64.3 14 100
Total 22 33 100
66.7 11 33.3

p=0.001 OR=15.30
Sumber: Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 3 di atas, diketahui di Rumah Sakit Haji Jakarta berada pada
bahwa dari 19 orang responden yang kategori baik sebesar 54.1%, sedangkan
menyatakan fungsi pengarahan kepala kategori kurang sebesar 45.9%.
ruangannya baik, sebagian besar merasa Menurut Sitorus (2006) bahwa dalam
puas dengan kinerjanya (89.5%) dan melakukan kegiatan pengarahan, kepala
sebagian kecil merasa kurang puas ruangan dapat melakukannya melalui saling
(10.5%), sedangkan dari 14 orang memberi motivasi, melakukan supervisi,
responden yang fungsi pengarahan kepala melaksanakan pendelegasian, membantu
ruangannya kurang, lebih banyak merasa memecahkan masalah, dan menggunakan
kurang puas dengan kinerjanya (64.3%) komunikasi efektif. Sejalan dengan hasil
dibanding yang merasa puas (35.7%). Hasil penelitian Astuty (2011) yang menyatakan
uji statistik dengan menggunakan chi- bahwa lebih banyak perawat pelaksana
square test dikatahui nilai p=0.001; mempersepsikan fungsi pengarahan kepala
OR=15.3. ruangan di Rumah Sakit Haji Jakarta
dengan kategori baik, karena kepala ruangan
PEMBAHASAN mampu melaksanakan fungsi motivasi
1. Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan (54.1%), melakukan supervisi (50.0%),
mendelegasikan tugas dengan baik
Hasil penelitian yang dilaksanakan di
(56.8%), menerapkan manajemen konflik
Ruang Interna RSUD Batara Guru
dengan baik (54.8%) dan memiliki
Kabupaten Luwu diketahui lebih banyak
kemampuan komunikasi yang efektif
perawat pelaksana menyatakan fungsi
(50.0%).
pengarahan kepala ruangan dengan kategori
Melihat hasil penelitian tersebut di
baik (57.6%) dibanding kategori kurang
atas, dapat diasumsikan bahwa fungsi
(42.4%). Penelitian ini sejalan dengan
pengarahan kepala ruangan di Ruang Interna
penelitian Astuty (2011) menunjukkan
RSUD Batara Guru Kabupaten Luwu masih
bahwa fungsi pengarahan kepala ruangan
perlu ditingkatkan. Dalam hal ini,
yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana
pelaksanaan fungsi pengarahan kepala

22
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

ruangan yang diharapkan oleh setiap seperti ketentraman bekerja dan interaksi
perawat pelaksana di ruang perawatan sosial. Pada aspek ketentraman kerja,
mencakup kemampuan saling memberi perawat yang merasa puas dikarenakan
motivasi, melaksanakan supervisi, delegasi, sebagian besar mengatakan bahwa kondisi
menerapkan manajemen konflik dan lingkungan pekerjaan perawat membuat
komunikasi efektif. Apabila kepala ruangan perawat merasa aman dalam melaksanakan
mampu menjalankan kelima item tersebut, pekerjaannya. Menurut Purnomo dan Cholil
maka fungsi pengarahan akan (2010), keamanan dalam bekerja merupakan
dipersepsikan oleh perawat pelaksana penunjang kepuasan bekerja baik bagi
dengan baik. Begitupun sebaliknya, apabila karyawan pria maupun wanita. Lebih lanjut
kepala ruangan tidak mampu menjalankan dijelaskan bahwa keadaan yang aman akan
kelima item tersebut, maka fungsi mempengaruhi perasaan karyawan selama
pengarahan akan dipersepsikan oleh bekerja.
perawat pelaksana kurang baik. Pada aspek interaksi sosial perawat
Peneliti menganalisis bahwa pada dengan atasan, responden yang puas
fungsi motivasi, hal-hal yang perlu dikarenakan atasan mereka selalu
dilakukan oleh kepala ruangan adalah selalu memberikan arahan dan informasi dalam
memberikan reinforcement terhadap hal-hal bekerja. Begitupun halnya dengan interaksi
yang positif, memberikan umpan balik, sosial antar perawat, responden yang puas
memanggil perawat yang kurang dikarenakan sebagian besar komunikasi dan
termotivasi, dan mungkin prestasi yang kerjasama perawat berjalan dengan baik
dicapai perlu diberikan penghargaan. Selain dalam unit mereka bekerja, seperti mereka
itu, untuk meningkatkan mutu pelayanan saling membantu dalam menghadapi pasien
keperawatan, seorang kepala ruangan perlu yang sulit. Menurut Purnomo dan Cholil
melakukan supervisi kepada perawat (2010), hubungan dengan atasan yang
pelaksana dan mendelegasikan tugas sesuai harmonis akan membuat bawahan menjadi
dengan kemampuan stafnya. Seorang respek terhadap atasan dan setiap tugas
kepala ruangan juga tidak bisa membiarkan yang diberikan akan dikerjakan dengan baik
konflik yang terjadi berkepanjangan dan dan penuh kesungguhan sehingga proses
harus diselesaikan secara konstruktif, serta pendelegasian tugas berjalan dengan baik.
mengupayakan menggunakan komunikasi Pada penelitian ini, juga ditemukan
yang efektif agar hubungan dalam beberapa perawat kurang puas dengan
organisasi tetap harmonis. kinerjanya (33.3%). Ketidakpuasan perawat
2. Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana dengan kinerjanya dapat terjadi karena
kondisi kerja yang tidak mendukung dan
Hasil penelitian yang dilaksanakan di kualitas mutu pengawasan yang kurang
Ruang Interna RSUD Batara Guru baik. Berdasarakan hal tersebut, bahwa
Kabupaten diketahui lebih banyak perawat perawat di RSUD Batara Guru Luwu
pelaksana merasa puas dengan kinerjanya menginginkan pekerjaan yang bervariasi,
(66.7%) dibanding kurang puas (33.3%). kondisi kerja yang mendukung, diberi
Penelitian ini sejalan dengan hasil kebebasan yang seluas-luasnya untuk
penelitian Astuty (2011) diketahui perawat menggunakan keterampilan dan
pelaksana yang merasa puas dengan kemampuan ketika melaksanakan kerja
kinerjanya sebesar 54.8%, sedangkan serta umpan balik terhadap hasil kerja yang
perawat pelaksana yang merasa kurang dinilai baik. Selanjutnya perawat sangat
puas dengan kinerjanya sebesar 45.2%. mendambakan sitem promosi yang jelas
Melihat hasil penelitian tersebut di sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
atas, menunjukkan lebih banyak perawat memenuhi rasa keadilan.
yang merasa puas dengan kinerjanya. Hal Herzberg (1966 dalam Marquis dan
ini dapat didukung oleh beberapa aspek Huston, 2013) mengemukakan bahwa

23
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

sumber kepuasan kerja terdiri dari kurang puas dengan kinerjanya (64.3%)
tanggung jawab, prestasi, penghargaan, dibanding yang merasa puas (35.7%).
promosi, dan pekerjaan itu sendiri. Hasil penelitian tersebut di atas
Sedangkan sumber ketidakpuasan kerja sejalan dengan hasil penelitian Astuty
terdiri dari kondisi kerja, gaji, teman kerja, (2011) yang menunjukkan ada hubungan
kebijakan admininistrasi, keamanan dan antara pelaksanaan fungsi pengarahan
kualitas pengawasan. Kondisi kerja kepala ruangan dengan kepuasan kerja
mempunyai pengaruh langsung terhadap perawat pelaksana di Rumah Sakit Haji
perawat di dalam melaksanakan asuhan Jakarta dengan tingkat signifikansi
keperawatan yang pada akhirnya akan p=0.000. Perawat yang mempersepsikan
meningkatkan kinerja, baik kinerja individu fungsi pengarahan kepala ruangan baik
ataupun kinerja rumah sakit. Keadaan mempunyai peluang 4.362 kali lebih besar
kondisi kerja yang baik dan nyaman akan untuk merasa puas dengan pekerjaannya
memudahkan perawat untuk mengerjakan dibanding dengan perawat pelaksana yang
tugas dengan baik sehingga dapat mempersepsikan kurang baik. Penelitian
memberikan kepuasan kerja bagi perawat. yang sama dilakukan oleh Firman (2015)
Peneliti menganalisis bahwa untuk diketahui bahwa pelaksanaan fungsi
meningkatkan kepuasan kerja perawat pengarahan kepala ruangan yang baik dapat
pelaksana, ada beberapa hal yang perlu meningkatkan kemampuan kerja perawat
dilakukan oleh kepala ruangan. Dalam dalam mendokumentasikan asuhan
meningkatkan kenyamanan kerja, kepala keperawatan di RSUD Kepulauan
ruangan perlu lebih hati-hati terhadap Mentawai.
pembagian kerja kepada perawat pelaksana. Melihat hasil penelitian tersebut di
Kepala ruangan juga perlu memberi atas, dapat diasumsikan bahwa fungsi
masukan secara intens kepada rumah sakit pengarahan kepala ruangan yang baik dapat
untuk melengkapi fasilitas di ruangan agar meningkatkan 15.3 kali kepuasan kerja
perawat lebih nyaman bekerja. Selain itu, perawat pelaksana. Semakin baik fungsi
sistem penggajian yang jelas dari rumah pengarahan yang dilakukan kepala ruangan,
sakit karena sebagian besar tenaga perawat maka kepuasan kerja perawat pelaksana
yang bekerja di Ruang Interna dengan akan semakin meningkat. Begitupun
status sebagai tenaga sukarela (48.5%) sebaliknya, semakin kurang fungsi
yang gajinya tidak menentu. pengarahan yang dilakukan kepala ruangan,
maka kepuasan kerja perawat pelaksana
3. Hubungan Fungsi Pengarahan
akan semakin menurun. Kepuasan kerja
Kepala Ruangan dengan Kepuasan
perawat pelaksana dapat mempengaruhi
Kerja Perawat Pelaksana
performa kerja perawat, dan untuk
Hasil penelitian yang dilaksanakan di mencapai kepuasan kerja perawat yang
Ruang Interna RSUD Batara Guru tinggi dapat dilakukan dengan
Kabupaten Luwu diketahui ada hubungan meningkatkan pelaksanaan fungsi
yang signifikan antara fungsi pengarahan pengarahan yang optimal dari kepala
kepala ruangan dengan kepuasan kerja ruangan.
perawat pelaksana (p=0.001). Perawat Banyaknya perawat pelaksana
pelaksana yang menyatakan fungsi (89.5%) yang menyatakan fungsi
pengarahan kepala ruangannya baik, pengarahan kepala ruangan baik dan
sebagian besar merasa puas dengan meningkatkan rasa puas terhadap
kinerjanya (89.5%) dan sebagian kecil kinerjanya dapat dikaitkan dengan
merasa kurang puas (10.5%). Begitupun kemampuan saling memberi motivasi.
sebaliknya, perawat pelaksana yang Dimana kita ketahui bahwa salah satu unsur
menyatakan fungsi pengarahan kepala dari fungsi pengarahan adalah fungsi
ruangannya kurang, lebih banyak merasa motivasi seorang manajer. Dalam

24
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

menjalankan tugasnya, upaya yang membutuhkan pihak ketiga untuk


dilakukan oleh kepala ruangan interna menyelesaikannya, dan biasanya
RSUD Batara Guru Luwu untuk manajerlah yang mengambil peran ini.
meningkatkan motivasi stafnya diantaranya Booth (1993, dalam Marquis dan Huston,
adalah selalu memberikan reinforcement 2013) menyebutkan bahwa
terhadap hal-hal yang positif, memberikan mempertahankan sesuatu seperti
umpan balik dan berupaya menggunakan konsistensi dari interdependensi organisasi
komunikasi yang efektif. akan meningkatkan ketegangan dan
Sesuai hasil penelitian Astuty (2011) konflik. Dan dalam hal ini, manajer harus
yang menunjukkan adanya hubungan antara dapat mengelolahnya dengan efektif.
pelaksanaan fungsi motivasi kepala Penyelesaian konflik yang dirasa adil
ruangan dengan kepuasan kerja perawat oleh para bawahan tidaklah mudah. Bisa
pelaksana (p=0.000). Persepsi perawat yang jadi penyelesaian konflik oleh kepala
kurang baik terhadap pelaksanaan fungsi ruangan justru akan menjadi konflik baru di
motivasi kepala ruangan mempunyai ruangan tesebut. Oleh karena itu,
peluang 4.362 kali lebih besar menyebabkan kemampuan kepala ruangan dalam
perasaan tidak puas dengan pekerjaannya menyelesaikan konflik sangatlah penting.
dibanding dengan perawat yang Perawat yang merasa penyelesaian oleh
mempersepsikan baik. Marquis dan Huston kepala ruangan adil dan memihak kepada
(2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja salah satu pihak akan merasa senang dan
sangat erat kaitannya dengan teori-teori mempengaruhi keharmonisan hubungannya
motivasi. Beberapa hal yang disebutkan dengan orang lain di ruangan tersebut.
dalam teori motivasi seperti interaksi Untuk itu, strategi manajemen konflik yang
dengan orang lain, pengakuan, harga diri baik oleh kepala ruangan akan
dan aktualiasi diri merupakan bagian dari mempengaruhi kepuasan kerja perawat
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pelaksana.
seseorang.
Walaupun pada penelitian ini KESIMPULAN DAN SARAN
ditemukan lebih banyak perawat pelaksana
yang menyatakan fungsi pengarahan kepala Hasil penelitian disimpulkan bahwa
ruangan baik, akan tetapi terdapat beberapa ada hubungan fungsi pengarahan kepala
perawat (10.5%) merasa kurang puas dengan ruangan dengan kepuasan kerja perawat
kinerjanya. Hal ini dapat terjadi karena pelaksana di Ruang Interna RSUD Batara
faktor lain seperti sistem promosi atau Guru Kabupaten Luwu. Oleh karena itu,
jenjang karir perawat yang belum jelas di disarankan agar pihak rumah sakit
rumah sakit tersebut. Tidak adanya aturan melengkapi fasilitas di ruangan dalam
yang mengatur tentang promosi jabatan rangka mewujudkan dan mendukung
perawat di RSUD Batara Guru Luwu sering kenyamana kerja perawat pelaksana. Selain
kali perawat muda jarang mendapat itu, kepala ruangan sebaiknya sering
kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan melibatkan perawat pelaksana dalam
untuk pengembangan rumah sakit. Sesuai aktivitas sehari-hari terkait dengan fungsi
dengan pendapat Marquis & Huston (2013), pengarahan sebagai upaya untuk
bahwa salah satu sumber ketidakpuasan kerja meningkatkan kepuasan kerja perawat.
perawat karena jenjang karir di rumah sakit UCAPAN TERIMA KASIH
belum jelas. Selama bekerja di rumah sakit, Peneliti mengucapkan terima kasih
perawat sangat mendambakan sitem kepada Pihak Akademi Keperawatan
promosi yang jelas sesuai dengan peraturan Mappa Ouddang Makassar, yang telah
yang berlaku dan memenuhi rasa keadilan. memberi bantuan dana penelitian melalui
Konflik yang terjadi di dalam suatu Program Pengembangan Tenaga SDM
unit sebuah organisasi terkadang Dosen.

25
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

DAFTAR PUSTAKA Muaeni. 2013. Hubungan Kemampuan


Manajemen Konflik Kepala Ruangan
Astuty, M. 2011. Hubungan Pelaksanaan dengan Produktivitas Waktu Kerja
Fungsi Pengarahan Kepala Ruangan Perawat Pelaksana di RSUD Gunung
dengan Kepuasan Kerja Perawat Jati Kota Ciribon (Thesis). Jakarta: FIK
Pelaksana di Rumah Sakit Haji Jakarta Universitas Indonesia.
(Thesis). Jakarta: FIK Universitas
Indonesia. Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan:
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Depkes RI. 2010. Pedoman Kegiatan Profesional, Edisi 2. Jakarta: Salemba
Perawat Kesehatan Masyarakat di Medika
Puskesmas. Jakarta: Dirjen Pembinaan
Kesehatan Masyarakat. Parmin, A. 2009. Hubungan Pelaksanaan
Fungsi Manajemen Kepala Ruangan
Dharma, S. 2012. Manajemen Kinerja, dengan Motivasi Perawat Pelaksana di
Falasafah Teori dan Penerapannya. Ruang Rawat Inap RSUP Undata Palu
Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Tesis). Jakarta: Fakultas Keperawatan
Fahriadi. 2008. Determinan Kinerja Perawat Universitas Indonesia.
di Instalasi Rawat Inap RSUD Ratu Purnomo, H. dan Cholil, M. 2010. Pengaruh
Zalecha Martapura Kabupaten Banjar Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kalimantan Selatan (Skripsi). Jakarta: Kepuasan Kerja Berdasarkan Motivasi
Universitas Respati Indonesia. Kerja Pada Karyawan Administratif di
Firman, V. 2015. Hubungan Fungsi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pengarahan Kepala Ruangan dengan Jurnal Manajemen Sumber Daya
Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Manusia, 4(1); 27-35.
Keperawatan di Ruang Rawat Inap Robbins, S.P. 2010. Perilaku Organisasi,
RSUD Kepulauan Mentawai (Skripsi). Jilid 2 (Edisi Bahasa Indonesia). Jakarta:
Padang: Universitas Andalas. Prenhallindo.
Gillies, D.A. 2007. Manajemen Setiarini, S., Sabri, R. dan Wanda, D. 2012.
Keperawatan, Sebagai Suatu Hubungan Karakteristik Perawat
Pendekatan Sistem. Bandung: Yayasan Pelaksana dan Fungsi Pengorganisasian
IAPKP. dengan Kepuasan Perawat Pelaksana di
Hidayat, A.A.A. 2007. Pengantar Konsep Ruang Rawat Inap RSI Siti Rahmah
Dasar Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Padang (Skripsi). Padang: FIK
Salemba Medika. Universitas Andalas.

Kurniadi, A. 2013. Manajemen Keperawatan Sigit, A. 2009. Pengaruh Fungsi Pengarahan


dan Prospektifnya: Teori, Konsep dan Kepala Ruang dan Ketua Tim Terhadap
Aplikasi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di
Universitas Indonesia RSUD Blambangan Banyuwangi
(Skripsi). Semarang: FIK Universitas
Kusnanto. 2010. Pengantar Profesi Dan Muhammadiyah.
Praktek Keperawatan Profesional,
Jakarta : Buku Kedokteran EGC Sitorus, R. 2006. Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) di Rumah Sakit.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. 2013. Penataan Struktur dan Proses
Kepemimpinan dan Manajemen Pemberian Asuhan Keperawatan di
Keperawatan: Teori & Aplikasi, Edisi 4. Ruang Rawat. Jakarta: EGC.
Jakarta: EGC

26
Jurnal Lontara Kesehatan Vol. 1 No. 1 Hal 18-27, 2020

Sugiharto, A.S., Keliat, B.A., & Sri, T. 2013. Warsito, B. E., dan Mawarni, A. 2007.
Manajemen Keperawatan: Aplikasi Pengaruh Persepsi Pelaksana Tentang
MPKP di Rumah Sakit. Jakarta: EGC Fungsi Manajerial Kepala Ruang
Terhadap Pelaksanaan Manajemen
Swanburg, C.R. 2010. Pengantar Asuhan Keperawatan di Ruang Inap Dr.
Kepemimpinan dan Manajemen Amino Gondohutomo Semarang.
Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. Semarang: Universitas Negeri
Jakarta: EGC. Semarang.
Triwibowo, C. 2013. Manajemen Pelayanan
Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta:
Trans Info Media

27

Anda mungkin juga menyukai