Anda di halaman 1dari 29

EVALUASI PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2

Program Studi Manajemen Rumah Sakit

DINI DESI HARMATIWI


20121030013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PERSETUJUAN

EVALUASI PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN


DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

NASKAH PUBLIKASI

DINI DESI HARMATIWI


20121030013

Pembimbing I

Sri Sumaryani S.Kep. Ns, M.Kep, Sp.Mat Tanggal…………………………….

Pembimbing II

Dr. Elsye Maria Rosa, SKM, M.Kep Tanggal……………………………...


EVALUASI PELAKSANAAN SUPERVISI KEPERAWATAN
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Dini Desi Harmatiwi, Sri Sumaryani, Elsye Maria Rosa


Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DIY 55183

INTISARI
Latar belakang : Rumah sakit merupakan pusat layanan kesehatan yang terdiri
dari berbagai profesi yang membentuk suatu kesatuan dan saling berpengaruh satu
sama lain. Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan
tugas kegiatan yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan
supervisi keperawatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul menurut data
sekunder tentang realisasi jaga supervisor menunjukkan tingginya tingkat
ketidakpatuhan kehadiran supervisor. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi
pelaksanaan supervisi keperawatan di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Seluruh data


berasal dari hasil wawancara,observasi, dan telusur dokumen. Sampel responden
adalah perwakilan supervisor keperawatan yang terjadwal pada bulan Oktober
2015. Variabel penelitian yakni pelaksanaan supervisi keperawatan, yang dilihat
dari gambaran pelaksanaan, teknik, area, hambatan pelaksanaan, serta program
monitor evaluasi supervisi.

Hasil : Dari 67 kali supervisi terjadwal pada Oktober 2015 hanya 17 yang
terlaksana (25,4%). Angka ketidakpatuhan supervisor dalam pelaksanaan
supervisi masih cukup tinggi. Mayoritas supervisor melakukan supervisi dengan
tidak langsung. Supervisi belum dilakukan keseluruh area yang seharusnya.
Hambatan pelaksanaan supervisi meliputi hambatan eksternal dan internal.
Program monitor dan evaluasi supervisi masih belum dilaksanakan.

Kesimpulan : Supervisi keperawatan belum berjalan dengan maksimal, dilihat


dari angka ketidakhadiran supervisor dan ketidakpatuhan pelaksanaan yang cukup
tinggi, serta masih terdapat kebelumpahaman supervisor tentang teknik dan area
supervisi yang seharusnya. Program evaluasi pelaksanaan supervisi oleh
manajemen juga belum dilaksanakan.

Kata kunci : evaluasi, keperawatan, RSUD Panembahan Senopati Bantul,


supervisi
EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF NURSING
SUPERVISION IN PANEMBAHAN SENOPATI HOSPITAL

Dini Desi Harmatiwi

Magister Management of Hospitality

Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Hospital is a health center consists of various professions that form


a unity and make impact to each other. Supervision is a way to help the
development and upgrading of the supervised ones so they can carry out the tasks
more effective and efficient. The implementation of nursing supervision at
Panembahan Senopati Bantul Hospital by secondary data about the attendance
supervisor realization maintains the high level of non-compliance. The purpose of
this study is to evaluate the implementation of the supervision of nursing in
Panembahan Senopati Bantul Hospital.

Methods: This study is a descriptive qualitative research. All data derived from
interviews, observation, and search documents. Sample of respondents is
representative of the nursing supervisor scheduled in October 2015. The research
variables: the implementation of nursing supervision, seen from the description of
the implementation, engineering, area, barriers of implementation, supervision
and evaluation program monitor.

Results: Of the 67 times the supervision scheduled in October 2015 only 17 were
implemented (25.4%). Figures noncompliance supervisor in the execution of
supervision is still quite high. The majority of supervisors do with indirect
supervision. Supervision has not been carried out throughout the area should be.
Barriers to implementation of supervision include external and internal obstacles.
Program monitoring and evaluation of supervision is still not implemented.

Conclusion: Supervision of nursing has not gone up, judging from the absence
rate of non-compliance supervisor and implementation is quite high, and there
are still incomprehension supervisor of engineering and supervisory area should
be. Program evaluation of the supervision by the management has not been
implemented.

Keywords: evaluation, nursing, Panembahan Senopati Bantul, supervision


PENDAHULUAN Rumah sakit (RS) merupakan
Indonesia kini telah bagian dari sistem pelayanan
memasuki era baru, yakni era kesehatan yang terdiri dari berbagai
reformasi dengan segala bentuk profesi yang saling bekerja sama
perubahan yang cepat di segala melayani pasien dengan
bidang, termasuk bidang kesehatan. menyediakan berbagai jenis
Berbagai tuntutan reformasi bidang pelayanan. Rumah sakit dalam
kesehatan diantaranya dikarenakan menjalankan fungsinya sebagai
masih adanya ketimpangan pemberi pelayanan kesehatan perlu
pembangunan kesehatan antar penataan atau sistem manajerial
daerah, tidak meratanya persebaran terpadu untuk dapat memberikan
tenaga dan sarana kesehatan, serta pelayanan yang terbaik, salah
derajat kesehatan yang masih satunya dalam bidang keperawatan,
tertinggal dengan negara lain mengingat pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2011). Sejalan dengan sebagai sub item pelayanan
reformasi bidang kesehatan melalui kesehatan di rumah sakit merupakan
paradigma sehat, pelayanan komponen sentral terwujudnya
kesehatan di rumah sakit maupun pelayanan kesehatan yang bermutu.
puskesmas kini lebih ditekankan Keperawatan seperti yang
pada usaha promosi kesehatan telah disebutkan di atas, adalah salah
(promotif) dan pencegahan satu profesi yang memegang peranan
(preventif) dengan tidak penting dalam upaya menjaga mutu
mengabaikan upaya penyembuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit
(kuratif) dan rehabilitatif. Selain itu, karena merupakan penghasil
kini pelayanan di sarana kesehatan aktivitas terbesar yang
tidak hanya berpusat pada pasien mencerminkan mutu pelayanan
atau individu saja, melainkan kepada (Aditama, 2004). Tenaga perawat
keluarga serta masyarakat sekitar, mempunyai kedudukan penting
sehingga melahirkan pelayanan dalam menghasilkan kualitas
kesehatan yang paripurna pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Sihombing, 2005). karena pelayanan yang diberikannya
merupakan pelayanan unik, yang proses kegiatan pemberian dukungan
mencakup aspek bio-psiko-sosial- sumber-sumber yang dibutuhkan
spiritual yang diberikan selama 24 perawat dalam rangka menyelesaikan
jam dan berkesinambungan dimana tugas untuk mencapai tujuan yang
hal ini merupakan kelebihan telah ditetapkan. Pelaksanaan
tersendiri dibandingkan dengan supervisi bukan hanya ditujukan
pelayanan lainnya (Departemen untuk mengawasi apakah seluruh staf
Kesehatan Republik Indonesia, keperawatan menjalankan tugasnya
2008). Perawat juga merupakan dengan sebaik-baiknya, sesuai
kelompok pemberi jasa pelayanan dengan instruksi atau ketentuan yang
dengan jumlah terbesar di rumah telah digariskan, tetapi juga
sakit, yakni mencapai 40-60% bagaimana memperbaiki proses
(Huber, 2006). keperawatan yang sedang
Banyak hal yang dapat berlangsung. Kegiatan supervisi yang
dilakukan sebagai upaya untuk baik menjadikan seluruh staf
menjaga mutu pelayanan kesehatan keperawatan bukan sebagai obyek
termasuk pelayanan keperawatan. tetapi juga sebagai subyek. Perawat
salah satunya dengan supervisi. diposisikan sebagai mitra kerja yang
Supervisi merupakan upaya untuk memiliki ide-ide, pendapat, dan
membantu pembinaan dan pengalaman yang perlu didengar,
peningkatan kemampuan pihak yang dihargai dan diikutsertakan dalam
disupervisi agar mereka dapat melakukan asuhan keperawatan
melaksanakan tugas kegiatan yang (Aditama, 2004).
telah ditetapkan dengan efektif dan Kegiatan supervisi yang tidak
efisien (Nursalam, 2011). Supervisi dilakukan dengan baik akan
keperawatan adalah kegiatan memberikan dampak bagi kinerja
pengawasan dan pembinaan yang perawat pelaksana juga terjadinya
dilakukan berkesinambungan oleh pemberian layanan kesehatan yang
supervisor. menurun atau tidak optimal sehingga
Supervisi dalam konteks dapat muncul kecenderungan akan
keperawatan dipahami sebagai suatu adanya kejadian yang tidak
diharapkan atau nyaris cedera yang belum terlaksana optimal. Hal ini
bertentangan dengan pasient safety. dapat dilihat dari pelaksanaan
Sesuai dengan penelitian Nainggolan supervisi keperawatan pada 3 bulan
(2010), penurunan kinerja perawat yang diamati peneliti yakni pada
akan mempengaruhi mutu pelayanan bulan Juni-Agustus 2015 dimana
kesehatan. pelaksanaannya belum optimal.
Pembentukan tim supervisor Pelaksanaan supervisi keperawatan
di RSUD Panembahan Senopati pada bulan Juni 2015, dari 69 kali
Bantul merupakan upaya penjaminan terjadwal hanya 22 kali terealisasi
mutu pelayanan keperawatan kepada sementara pada Juli 2015, terdapat
pasien. Akan tetapi berdasarkan 24 kali pelaksanaan supervisi
pengalaman dan pengamatan dari keperawatan dari 68 kali terjadwal,
peneliti selama pernah menjalani dan pada Agustus 2015 terdapat 19
program pendidikan dokter sebagai kali pelaksanaan supervisi
co-assistant selama 2 tahun di RSUD keperawatan dari 68 kali terjadwal.

Tabel 1.1
Tabel Persentase Realisasi Jadwal Jaga Supervisor Keperawatan
Juni-Agustus 2015
Bulan Jadwal Jaga Realisasi Persentase
Juni 69 22 32,35 %
2015
Juli 68 24 35,29%
2015
Agustus 68 19 27,94%
2015
Sumber : Bidang Keperawatan RSUD Panembahan Senopati Bantul 2015

Panembahan Senopati Bantul pada Pelayanan keperawatan


2011-2012, pelaksanaan supervisi merupakan salah satu faktor penentu
belum berjalan dengan baik baik buruknya kualitas dan citra
sebagaimana yang diharapkan. suatu rumah sakit sehingga kualitas
Jadwal supervisi yang telah pelayanan keperawatan pun perlu
ditetapkan untuk setiap supervisor ditingkatkan seoptimal mungkin.
keperawatan tiap bulannya pun Penulis menyadari pentingnya
peningkatan pelayanan keperawatan penelitian berdasarkan kriteria
di rumah sakit sehingga peneliti inklusi meliputi semua supervisor
ingin melihat lebih dalam lagi yang terjadwal dalam kegiatan
tentang pelaksanaan supervisi supervisi bulan Oktober 2015,
keperawatan yang telah berjalan di dengan kriteria eksklusi yakni
RSUD Panembahan Senopati Bantul supervisor yang tidak berangkat pada
dengan harapan dapat membantu tanggal pelaksanaan supervisi dari
membuat pelayanan keperawatan jadwal supervisi bulan Oktober 2015.
berjalan dengan lebih baik. Wawancara dengan perwakilan pihak
Rumusan masalah dari manajemen untuk menunjang
penelitian ini adalah “Bagaimana informasi dilakukan pula yakni
pelaksanaan supervisi keperawatan kepada Kepala Seksi Keperawatan
di RSUD Panembahan Senopati dan Kebidanan.
Bantul? Populasi dan sampel untuk
wawancara perwakilan supervisor
BAHAN DAN CARA dilakukan dengan teknik purposive
Penelitian ini merupakan sampling. Penentuan jumlah sampel
jenis penelitian kualitatif dengan dilakukan berdasarkan acuan sampel
desain deskriptif, dengan melakukan pada penelitian serupa sebelumnya
telusur dokumen, observasi serta dengan perhitungan rumus
pelaksanaan supervisi dan Slovin untuk jumlah populasi yang
wawancara dengan perwakilan telah diketahui, yakni:
supervisor. Penelitian ini bertujuan n= N/(1+Nd2 ) ,
untuk mengevaluasi pelaksanaan dimana n = jumlah sampel yang
supervisi keperawatan di RSUD dicari ; N = ukuran populasi yang
Panembahan Senopati Bantul. diketahui; d = presisi margin error
Populasi pada penelitian ini (5%).
adalah seluruh supervisor yang Penelitian Ahaddyah (2012)
terjadwal dalam kegiatan supervisi di menggunakan 3 supervisor sebagai
RSUD Panembahan Senopati Bantul responden penelitian, dengan jumlah
pada bulan Oktober 2015. Sampel populasi supervisor sebanyak 31 di
RSUD Kota Depok yang menjadi pelaksanaan, teknik, area, hambatan
lokasi penelitian. Populasi supervisor pelaksanaan, dan program
yang terjadwal pada Oktober 2015 di monitoring evaluasi supervisi
RSUD Panembahan Senopati Bantul keperawatan.
adalah 39 orang, sehingga bila Analisis data penelitian
dihitung dengan rumus Slovin di atas dilakukan melalui analisis data
menghasilkan hasil akhir perhitungan kualitatif dan disajikan dalam bentuk
3,62 yang dibulatkan menjadi 3 naratif.
sampel yang akan menjadi responden
untuk diwawancarai sebagai HASIL
perwakilan supervisor. Hasil ini pun 1. Karakteristik Supervisor
serupa dengan jumlah sampel dari Berdasakan Surat Keputusan
penelitian sebelumnya. Direktur RSUD Panembahan
Variabel dalam penelitian ini Senopati Bantul Nomor 32/2015
adalah pelaksanaan supervisi Tanggal 30 Januari 2015 tentang
keperawatan di RSUD Panembahan Pembentukan Tim Pengawas
Senopati Bantul, dengan lima Keperawatan dan Kebidanan
subvariabel, yaitu gambaran RSUD Panembahan Senopati

Tabel 4.1 Karakteristik Supervisor Bulan Oktober 2015 Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, dan
Tingkat Pendidikan di RSUD Panembahan Senopati Bantul (n=39)
Karakteristik Jumlah Persentase
Usia
30-40 tahun 8 20,5%
40-50 tahun 31 79,5%
Jenis Kelamin

Laki-laki 12 30,8%
Perempuan 27 69,2%

Tingkat Pendidikan

D3 14 35,9%
S1 22 56,4%
S2 3 5, 1%
Bantul, tim supervisi pendidikan supervisor didominasi
keperawatan terdiri dari 40 S1 sebanak 22 orang (56,4%).
orang. Pada pelaksanaan 2. Gambaran Pelaksanaan
supervisi keperawatan bulan a. Frekuensi Supervisi
Oktober 2015, dari 40 orang yang Frekuensi pelaksanaan supervisi
termasuk tim terdapat 1 orang keperawatan pada bulan Oktober
yang tidak terjadwal pada bulan 2015 dapat dilihat pada tabel 4.2.
tersebut dikarenakan sedang ada Kegiatan supervisi keperawatan
tugas di bagian lain sehingga di RSUD Panembahan Senopati
supervisor yang terjadwal Bantul pada bulan penelitian Oktober
sebanyak 39 orang yang 2015 seperti pada tabel 4.2 di atas
karakteristiknya dapat dilihat menunjukkan bahwa menurut
pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 peraturan rumah sakit dalam Surat
mengenai karakteristik supervisor Keputusan Direktur RSUD
keperawatan bulan Oktober 2015 Panembahan Senopati Bantul Nomor
di RSUD Panembahan Senopati 41/2015, supervisi tersebut
Bantul menggambarkan bahwa seharusnya dilaksanakan sesuai

Tabel 4.2 Pelaksanaan Supervis Keperawatan Bulan Oktober 2015


di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Pelaksanaan Jumlah Persentase
Supervisi Pelaksanan

Ya 17 25,4 %
Tidak 50 74,6 %

mayoritas usia supervisor pada jadwal yang telah ditentukan, pada


rentang 40-50 tahun ,yakni hari libur (yang meliputi shift pagi,
sebanyak 31 orang (79,5%). siang, malam) dan di luar jam kerja
Berdasarkan jenis kelamin, pada hari biasa (selain jam 07.00-
kebanyakan supervisor berjenis 14.00 yang terdiri dari 2 shift yakni
kelamin perempuan, yakni 27 siang dan malam). Namun pada
orang (69,2%). Tingkat pelaksanaannya, supervisi yang
terlaksana hanya sebanyak 17 kali
dari 67 kali supervisi yang terjadwal, alat bantu berupa checklist observasi
atau hanya sekitar 25,4%. Jadwal pelaksanaan supervisi keperawatan
supervisi yang tidak dilaksanakan yang dibuat oleh peneliti dengan
sebanyak 50 kali supervisi (74,6%) mengacu pada peraturan atau
kebijakan tertulis RSUD
b. Hasil Observasi Panembahan Senopati Bantul tentang
Supervisi keperawatan di RSUD supervisi keperawatan yakni Surat
Panembahan Senopati Bantul pada Keputusan Direktur RSUD
penelitian ini dilihat pula dengan Panembahan Senopati Nomor 45/550
cara observasi. Observasi bertujuan tentang Panduan Kegiatan Supervisi
untuk mengetahu pelaksanaan Keperawatan dan Surat Keputusan
supervisi di RSUD Panembahan Direktur RSUD Panembahan
Senopati Bantul dengan melakukan Senopati Nomor 41/2015 tentang
pengamatan langsung oleh peneliti Pemberlakuan Pedoman
pada saat kegiatan supervisi Pengawas/Supervisi Keperawatan.
dilakukan. Metode ini menggunakan Observasi dilakukan sebanyak 17

Tabel 4.3 Hasil Observasi Pelaksanaan Supervisi Keperawatan di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Oktober 2015
Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Observasi Observasi Ket
∑ ∑ % moment
Ya Tidak
1.Supervisor melaksanakan supervisi sesuai aturan 12 5 70,6 17 Tidak
waktu yang ditentukan (sore :14.00-20.00; malam : patuh
20.00-07.00)
2.Supervisor melaksanakan supervisi ke seluruh 6 11 35,3 17 Tidak
area pelayanan keperawatan dan kebidanan yg patuh
sedang melakukan pelayanan saat supervisi
dilakukan
3.Supervisor melakukan serah terima jaga antar 0 17 0 17 Tidak
petugas supervisi patuh
4.Supervisor memeriksa petugas jaga 17 0 100 17 Patuh
(jumlah,kesesuaiaan dengan jadwal,atribut jaga)
5.Supervisor memeriksa list serah terima pasien 17 0 100 17 Patuh
pada rekam medis
6.Supervisor memeriksa hasil dokumentasi asuhan 17 0 100 17 Patuh
keperawatan pada rekam medis
7.Supervisor memeriksa format pendidikan 17 0 100 17 Patuh
kesehatan
8.Supervisor memeriksa form penilaian resiko jatuh 10 7 58,9 17 Tidak
patuh
9.Supervisor mengawasi pemakaian APD 2 15 11,8 17 Tidak
patuh
10.Supervisor mengawasi five moment cuci tangan 3 14 21,4 17 Tidak
patuh
11.Supervisor memeriksa form penilaian nyeri 17 0 100 17 Patuh
12.Supervisor memberi kesempatan perawat 8 11 47,0 17 Tidak
bertanya atau mengeluarkan pendapat saat supervisi patuh
13.Supervisor mengidentifikasi dan mencatat 5 12 29,4 17 Tidak
masalah yang ada serta mengupayakan solusinya patuh
14.Supervisor melihat langsung dan mengawasi 5 12 29,4 17 Tidak
jalannya pelayanan oleh perawat pelaksana patuh
15.Supervisor mengisi dan melaporkan hasil setelah 17 0 100 17 Patuh
selesai supervisi keperawatan
kali kegiatan sesuai dengan jumlah kepatuhan supervisor sebesar 100%
supervisi yang terlaksana pada ada pada 6 poin tersebut, sedangkan
Oktober 2015. Hasil observasi sisanya yakni 9 poin penilaian
supervisi dapat dilihat pada tabel lainnya kurang dari 100 persen yang
4.3.Hasil observasi pelaksanaan diartikan sebagai ketidakpatuhan.
supervisi keperawatan seperti pada Tingkat ketidakpatuhan yang paling
tabel 4.3 di atas memberi gambaran buruk ada pada poin serah terima
bahwa telah diamati pelaksanaan jaga antar petugas supervisi, dimana
supervisi pada Oktober 2015 dari 17 kali pelaksanaan supervisi
sebanyak 17 kali observasi moment yang dilakukan Oktober 2015 tidak
dengan masing-masing observasi pernah ada satupun pelaksanaan
terdiri dari 15 poin checklist serah terima jaga antar petugas (0%).
pengamatan. Sebanyak 6 poin
dilakukan oleh semua supervisor 3. Teknik Supervisi
(100%) dari 17 kali pelaksanaan Hasil penelitian tentang
supervisi pada Oktober 2015 teknik supervisi diperoleh
tersebut, yakni pada poin berdasarkan hasil wawancara dengan
pemeriksaan petugas jaga, list serah perwakilan supervisor dan hasil
terima pasien pada rekam medis, checklist peneliti pada poin 4-14.
format pendidikan kesehatan, form Berikut ini adalah hasil coding
penilaian nyeri, dan kegiatan wawancara yang disajikan dalam
pengisian serta pelaporan hasil usai Tabel 4.4.
supervisi. Hal ini berarti tingkat
Tabel 4.4 Hasil Coding Wawancara Teknik Supervisi

Topik pertanyaan Axial Coding (subtema) Tema


A.Teknik Supervisi
1. Responden 1 -Mengecek catatan asuhan keperawatan
pada rekam medis
-Bertanya pada perawat tentang kondisi
bangsal
-Mengamati pelaksanaan pelayanan
keperawatan
2.Responden 2 -Menerima laporan lisan dari perawat
tentang kondisi bangsal
-Mengecek catatan askep pada rekam
medis tentang kondisi pasien hari demi
hari
-Memeriksa kelengkapan dokumentasi Supervisi dilakukan

pasien mulai dari UGD/poli, serah sekaligus dengan

terima pasien, lembar resiko jatuh, teknik langsung dan

lembar penilaian lainnya. tidak langsung

- mendampingi perawat dalam mengisi


dokumentasi asuhan keperawatan
3. Responden 3 -Memeriksa kelengkapan rekam medis
pasien dan asuhan keperawatan
-Mengawasi jalannya pelayanan oleh
perawat kepada pasien
- Menanyakan masalah/kesulitan yang
dihadapi perawat terkait pasien

poin nomor 4 sampai dengan 14


Berdasarkan data yang Sebanyak 17 kali observasi momen
diperoleh dari ketiga responden supervisi pada Oktober 2015 dengan
tentang teknik atau cara supervisi di tiap observasi menunjukkan hasil
RSUD Panembahan Senopati bahwa dari 17 kali pelaksanaan
Bantul dapat diambil tema yakni supervisi yang dilakukan Oktober
supervisi dilakukan dengan teknik 2015 masih ada yang tidak
supervisi langsung dan tidak dilakukan sebagaimana mestinya
langsung sekaligus. karena masih terdapat poin checklist
Hasil pengamatan dengan yang tidak dilaksanakan dalam
checklist observasi menunjukkan hal supervisi. Checklist nomor 5 sampai
yang berbeda dengan hasil 8 misalnya, yang merupakan contoh
wawancara. Penilaian teknik item penilaian teknik supervisi tidak
supervisi dengan observasi pada langsung, masih terdapat nilai
ketidakpatuhan. Checklist nomor 9 Data penelitian tentang area
misalnya, tentang pengawasan supervisi diperoleh melalui hasil
pemakaian APD sebagai salah satu wawancara dan observasi dengan
contoh item penilaian supervisi checklist pada poin ke 2. Hasil
langsung juga belum dilakukan oleh coding wawancara dapat dilihat
seluruh supervisor (hanya 5 saja dari pada Tabel 4.5.
17 kali pelaksanaan supervisi yang Tabel wawancara 4.5.
melakukan pengawasan pemakaian menunjukkan belum adanya
APD). kesamaan pemahaman antar
Menurut hasil pengamatan, supervisor tentang cakupan area
supervisi keperawatan di RSUD yang harus disupervisi.
Panembahan Senopati Bantul belum Hasil observasi tentang area
dilakukan secara langsung dan tidak supervisi pada checklist pengamatan
langsung, mayoritas masih tabel 4.3 nomor 2 dimana dari 17 kali
melaksanakan supervisi secara tidak pelaksanaan supervisi ada 11
langsung saja. Padahal hasil pelaksanaan yang tidak menjalankan
wawancara menyimpulkan bahwa supervisi sesuai area yang ditetapkan
pelaksanaan supervisi dilakukan dan hanya ada 6 pelaksanaan yang
langsung dan tidak langsung menjalankan supervisi sesuai area
sekaligus. Hal ini menunjukkan yang ditetapkan. Hal ini berarti
perbedaan antara kenyataan di bahwa berdasarkan hasil wawancara
lapangan dengan hasil wawancara. dan hasil observasi didapatkan data
bahwa supervisi keperawatan di
4. Area Supervisi RSUD Panembahan Senopati Bantul

Tabel 4.5 Hasil Coding Wawancara Area Supervisi


Topik Pertanyaan Axial Coding (Subtema) Tema
C. Area Supervisi
1. Responden 1 Perawat yang bertugas, askep,masalah yang
dihadapi; meliputi semua unit yang
memberikan pelayanan kesehatan mulai Belum ada
poliklinik, hemodialisa,ICU,UGD dan bangsal kesamaan
rawat inap pemahaman antar
2. Responden 2 Perawat yang bertugas dan askep; tempat supervisor tentang
meliputi UGD,dan bangsal rawat inap area supervisi
3. Responden 3 Perawat yang bertugas dan askep; tempat
supervisi yaitu UGD,ICU, dan bangsal rawat
inap
belum dilakukan dengan baik sebab supervisi keperawatan di RSUD
belum terdapat kesamaan persepsi Panembahan Senopati Bantul
antar supervisor sehingga supervisi terdapat hambatan pelaksanaan yang
yang dilakukan belum mencakup berupa hambatan internal dan
keseluruhan area yang telah eksternal. Hambatan internal
ditentukan. meliputi faktor motivasi yang kurang
dan bahkan cenderung menurun
(demotivasi), sedangkan hambatan
eksternal berupa beban pekerjaan
lain di rumah sakit selain sebagai
5.Hambatan Pelaksanaan Supervisi supervisor (ada beban kerja ganda)
Data penelitian mengenai serta apresiasi rumah sakit khususnya
hambatan pelaksanaan supervisi yang berupa honorarium masih
diperoleh dari hasil wawancara dirasa kurang.
terhadap supervisor. Hasil penelitian
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6. 6.Monitor dan Evaluasi Supervisi
Tabel 4.6 Hasil Coding Wawancara Hambatan Pelaksanaan Supervisi
Topik Pertanyaan Axial Coding (Subtema) Tema
D. Hambatan Pelaksanaan
1. Responden 1 Motivasi kurang
2. Responden 2 -Kurang bersemangat Terdapat hambatan internal
melakukan supervisi dan eksternal tentang
-Apresiasi dari pihak pelaksanaan supervisi
manajemen terhadap supervisor (hambatan internal :
dirasa masih kurang ,khususnya demotivasi ; hambatan
dalam hal honorarium eksternal: beban kerja
-Beban pekerjaan di rumah ganda, apresiasi dan
sakit selain sebagai supervisor honorarium yang dirasa
yang dirasa cukup berat kurang)
3. Responden 3 Tidak senang menjadi
supervisor, tidak ada motivasi

Data mengenai program


Berdasarkan tabel 4.6 dapat monitor evaluasi supervisi dapat
dilihat bahwa pada pelaksanaan dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Hasil Coding Wawancara Program Monitor Evaluasi Supervisi
Topik Pertanyaan Axial Coding (Subtema) Tema
E. Monitor dan
Evaluasi
1. Responden 1 Belum ada evaluasi antara
supervisor dan pihak manajemen Belum ada program monitor
RS sampai saat ini dan evaluasi pelaksanaan
2. Responden 2 Tidak jelas dan belum pernah supervisi oleh pihak
diadakan manajemen rumah sakit
3. Responden 3 Belum ada kegiatan monitor
evaluasi atau follow up dari
manajemen RS

dari hasil wawancara tentang


Berdasarkan tabel 4.7 program monitor evaluasi bahwa
diketahui bahwa ketiga responden belum ada program monitor dan
penelitian sama-sama menyebutkan evaluasi pelaksanaan supervisi
bahwa selama ini belum ada kegiatan keperawatan oleh pihak manajemen
monitor atau follow up supervisi rumah sakit.
keperawatan di RSUD Panembahan Hasil penelitian disajikan satu
Senopati Bantul sehingga hal ini dalam bagan 1.
menjadi tema yang dapat diambil

Bagan 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian


PEMBAHASAN laki dan wanita yang mempengaruhi
1. Karakteristik Supervisor kinerja mereka.
Karakteristik supervisor pada Karakteristik berikutnya dalam
variabel usia supervisor di RSUD penelitian ini yakni tingkat
Panembahan Senopati Bantul pendidikan supervisor. Supervisor
menggambarkan bahwa mayoritas paling banyak berpendidikan S1
usia supervisor pada rentang 40-50 yakni 22 orang (56,4%). Menurut
tahun yakni 31 orang atau sebesar Ilyas (2002), pendidikan merupakan
79,5%. WHO menyebut usia 45-59 gambaran kemampuan dan
tahun sebagai usia pertengahan atau keterampilan individu, dan
middle age, sedangkan menurut merupakan faktor utama yang
Depkes RI 2009 usia 36-45 mempengaruhi kinerja karena
merupakan usia dewasa akhir dan melalui pendidikan seseorang dapat
usia 46-55 sebagai usia lansia awal. meningkatkan kematangan
Hasibuan (2003) berpendapat intelektualnya, sehingga dapat
bahwa umur individu mempengaruhi membuat keputusan dalam bertindak,
kondisi fisik, mental, kemampuan dan diasumsikan orang yang
kerja, tanggung jawab, dan berpendidikan semakin tinggi akan
kecenderungan absensi. Senada semakin memiliki tujuan, harapan,
dengan Hasibuan, Robbins (2006) dan wawasan untuk meningkatkan
menyatakan bahwa kinerja mungkin prestasi kerja melalui kinerja yang
memang akan merosot dengan optimal. Hal ini didukung oleh
bertambahnya usia. penelitian Gillies (1996) bahwa
Karakteristik lain dari supervisor perawat dengan pendidikan yang
pada penelitian ini adalah jenis tinggi mempunyai kemampuan kerja
kelamin, dimana mayoritas yang lebih tinggi, dimana seseorang
supervisor berjenis kelamin yang memiliki pendidikan tinggi
perempuan, yakni 27 orang atau umumnya menyebabkan dirinya
sebesar 69,2%. Robbins (2006) lebih mampu dan terbuka menerima
menjelaskan bahwa terdapat hanya tanggung jawab.
sedikit perbedaan penting antara laki-
2. Gambaran Pelaksanaan Supervisi ketidakhadiran supervisor dan
Keperawatan di RSUD Panembahan ketidakefektifitasan supervisi.
Senopati Bantul Informasi lain mengenai
Berdasarkan hasil penelitian yang tingginya angka ketidakhadiran
telah didapatkan, diperoleh data supervisor diperoleh dari Kepala
bahwa supervisi keperawatan di Seksi Keperawatan dan Kebidanan
RSUD Panembahan Senopati Bantul yang berpendapat bahwa hal tersebut
pada bulan Oktober 2015 dikarenakan beban kerja ganda yang
dijadwalkan sebanyak 67 kali diemban oleh supervisor. Belum
supervisi dan pada kenyataannya terdapat supervisor yang independent
hanya dilaksanakan sebanyak 17 kali atau berdiri sendiri. Mayoritas
(25,4%). Jadwal supervisi yang tidak supervisor di RSUD Panembahan
dilaksanakan sebanyak 50 kali Senopati Bantul adalah kepala
(74,6%). ruangan, atau perawat pelaksana
Penelitian yang telah senior, dimana mereka tentu saja
dilakukan Supratman & Sudaryanto selain sebagai supervisor memiliki
(2008) menyimpulkan bahwa tugas lain sesuai dengan jabatannya.
pelaksanaan supervisi di berbagai Hal ini menyebabkan beban kerja
rumah sakit belum optimal. Hal ini ganda, yang berdampak pada
juga sejalan dengan penelitian Mua ketidakhadiran supervisor pada
(2011) yang mengemukakan bahwa jadwal yang telah ditentukan.
tidak optimalnya supervisi klinik Gambaran pelaksanaan
kepala ruangan harus mendapat supervisi lain diperoleh dari hasil
perhatian yang serius dari bidang observasi menggunakan checklist
keperawatan, mengingat resiko dan observasi tabel 4.3. Pelaksanaan
dampak yang dapat timbul berkaitan supervisi pada Oktober 2015
dengan supervisi klinik kepala sebanyak 17 kali observasi momen
ruangan yang tidak optimal yaitu dengan masing-masing observasi
pelayanan keperawatan yang tidak terdiri dari 15 poin checklist
berkualitas. Ketidakoptimalan pengamatan. Sebanyak 6 poin
supervisi termasuk dalam hal dilakukan oleh semua supervisor
(100%) dari 17 kali pelaksanaan faktor internal maupun eksternal,
supervisi pada Oktober 2015 dimana menurut Siregar (2006)
tersebut, yakni pada poin faktor internal tersebut meliputi
pemeriksaan petugas jaga, list serah pengetahuan, masa kerja, motivasi,
terima pasien pada rekam medis, pendidikan, usia, jenis kelamin, dan
format pendidikan kesehatan, form sikap, sedangkan faktor eksternal
penilaian nyeri, dan kegiatan diantaranya berupa penghargaan
pengisian serta pelaporan hasil usai misalnya honorarium, sistem reward-
supervisi. Hal ini berarti tingkat punishment, ketersediaan fasilitas,
kepatuhan supervisor sebesar 100% peraturan terkait, dan pengawasan
ada pada 6 poin tersebut, sedangkan dari atasan.
sisanya yakni 9 poin penilaian Hasil penelitian memberikan
lainnya kurang dari 100 persen yang gambaran tentang kepatuhan perawat
diartikan sebagai ketidakpatuhan. dalam melaksanakan SOP masih
Tingkat ketidakpatuhan yang paling kurang. Hal tersebut dibuktikan
buruk ada pada poin serah terima dengan masih tingginya nilai
jaga antar petugas supervisi, dimana ketidakpatuhan dalam checklist
dari 17 kali pelaksanaan supervisi observasi. Faktor yang
yang dilakukan Oktober 2015 tidak mempengaruhi kinerja perawat
pernah ada satupun pelaksanaan terhadap kepatuhan pelaksanaan SOP
serah terima jaga antar petugas (0%). yakni usia, lama kerja, tingkat
Kepatuhan (compliance) pendidikan, motivasi dan persepsi
merupakan bentuk perilaku yang (Natasia, 2014). Penelitian terkait
ditujukan terhadap suatu objek, yang dilakukan Badi’ah (2009)
dalam penelitian ini berupa tugas menyebutkan bahwa secara umum
supervisor yang dinilai menggunakan faktor motivasi memiliki hubungan
checklist yang dibuat berdasarkan yang kuat dengan kinerja, termasuk
pada SOP peraturan rumah sakit dalam hal ini adalah kepatuhan
terkait supervisi. Kepatuhan sendiri terhadap SOP rumah sakit. Hal yang
merupakan salah satu bentuk dapat diprediksi adalah yakni bila
perilaku yang dapat dipengaruhi oleh motivasi meningkat maka kinerja
juga akan meningkat. Penelitian Supervisor yang merangkap sebagai
lainnya menyatakan bahwa motivasi kepala ruang di unit yang sedang
kerja juga berpengaruh positif disupervisi, tentu saja berpotensi
terhadap kepuasan kerja dan dengan lebih besar untuk lebih banyak
pemberlakuan sistem reward- menghabiskan waktu selama proses
punishment terhadap karyawan akan supervisi untuk melakukan hal-hal
mempengaruhi kinerja (Idayu, 2012). yang tidak efektif, misalnya
Kepala Bidang Keperawatan mengobrol dengan para perawat yang
dan Kebidanan RSUD Panembahan sehari-hari menjadi rekan kerja di
Senopati Bantul menyatakan bahwa unit atau bangsal tersebut. Asumsi
angka ketidakpatuhan yang tinggi peneliti bahwa jika pihak manajemen
disebabkan juga oleh supervisor yang rumah sakit mampu memperhatikan
tidak independen. Supervisor yang dan mengelola faktor yang
tidak independen, dalam hal ini mempengaruhi kepatuhan dalam
misalnya merangkap sebagai kepala menjalankan SOP seperti yang telah
ruang dari bangsal yang sedang disebutkan di atas, maka potensi
disupervisi, tentu saja akan supervisor untuk melakukan kegiatan
mengakibatkan tingkat objektifitas supervisi dengan lebih baik dan
yang menurun juga. Supervisor bisa patuh juga akan lebih besar.
jadi merasa tidak perlu melakukan
penilaian lengkap seperti pada uraian 3. Teknik Supervisi
tugas yang ditetapkan karena rasa Berdasarkan hasil penelitian
canggung kepada rekan-rekan dalam ini, didapatkan data hasil wawancara
unit yang sama, yang setiap hari juga dengan responden sesuai tabel 4.4
tentu mengetahui kinerja dan bahwa supervisi dilakukan dengan
keseharian dari supervisor yang teknik langsung dan tidak langsung
sedang melakukan supervisi. Faktor sekaligus. Hal ini serupa dengan
non-independent tersebut juga dapat penelitian yang dilakukan di RSI
mengakibatkan ketidakpatuhan yang Sultan Agung Semarang dimana
bersumber oleh faktor supervisi dilakukan dengan teknik
ketidakefektifitasan proses supervisi.
langsung dan tidak langsung supervisi dan ketidakjelasan uraian
(Purweni, 2015). tugas sebagai seorang supervisor.
Teknik dalam pelaksanaan
supervisi keperawatan dibedakan 4. Area Supervisi
menjadi 2 yakni supervisi langsung Berdasarkan hasil wawancara
dan tidak langsung (Wiyana, 2008). dan hasil observasi didapatkan data
Supervisi yang dilakukan di RSUD bahwa supervisi keperawatan di
Panembahan Senopati Bantul RSUD Panembahan Senopati Bantul
menurut Surat Keputusan Direktur belum dilakukan dengan baik sebab
Nomor 41 Tahun 2015 tentang belum terdapat kesamaan persepsi
Pemberlakuan Pedoman antar supervisor tentang area
Pengawas/Supervisi Keperawatan supervisi sehingga supervisi yang
juga diharusnya untuk dilakukan dilakukan pun lalu belum mencakup
secara langsung dan tidak langsung. keseluruhan area yang telah
Hasil observasi pada ditentukan. Menurut asumsi peneliti,
penelitian ini menunjukkan bahwa perlu dilakukan upaya persamaan
menurut pengamatan supervisi yang persepsi antar supervisor tentang
dilakukan di RSUD Panembahan pemahaman area supervisi baik
Senopati Bantul belum dilakukan melalui sosialisasi, pelatihan, atau
secara langsung dan tidak langsung. kegiatan lainnya demi memperbaiki
Padahal hasil wawancara yang pelaksanaan supervisi keperawatan
dilakukan kepada supervisor di RSUD Panembahan Senopati
menyimpulkan bahwa pelaksanaan Bantul.
supervisi dilakukan langsung dan
tidak langsung sekaligus. Hal ini 5.. Hambatan Pelaksanaan Supervisi
menunjukkan perbedaan antara Hambatan dalam pelaksanaan
kenyataan di lapangan yang diamati supervisi keperawatan di RSUD
dengan hasil wawancara. Asumsi Panembahan Senopati Bantul
peneliti adalah bahwa hal ini dapat meliputi hambatan internal dan
dipengaruhi oleh kebelumpahaman eksternal. Hambatan internal
supervisor terhadap kegiatan meliputi faktor motivasi yang
menurun (demotivasi), sedangkan beban kerja kuantitatif maupun
hambatan eksternal berupa beban kualitatif. Beban kerja kuantitatif
kerja ganda serta apresiasi pihak disebut juga beban kerja ganda, dan
rumah sakit kepada supervisor yang yang bersifat kualitatif dirasakan
dirasa masih kurang, khususnya individu ketika individu merasa tidak
dalam hal honorarium. Beban kerja memiliki kemampuan yang
ganda yang dimaksud adalah jabatan dibutuhkan untuk menyelesaikan
fungsional lain di rumah sakit misal pekerjaan. Menurut Restiaty (2006),
sebagai kepala bangsal atau perawat ada hubungan yang signifikan antara
pelaksana senior, selain sebagai beban kerja di tempat kerja terhadap
supervisor. Menurut hasil wawancara kelelahan kerja pada pekerja wanita
dengan Kepala Seksi keperawatan dengan peran ganda, dimana
dan Kebidanan, hal ini kelelahan akan berdampak pula pada
mengakibatkan tidak maksimalnya kinerja.
kerja supervisor dalam kegiatan Motivasi sebagai hambatan
supervisi keperawatan di rumah internal dalam pelaksanaan supervisi
sakit. Seringkali terdapat tugas di di RSUD Panembahan Senopati
unit yang harus diselesaikan Bantul, serupa dengan hambatan
bersamaan dengan jadwal supervisi internal yang ditemukan dalam
sehingga meski supervisi telah penelitian yang dilakukan di RSUD
dijadwalkan dengan baik setiap Kota Depok oleh Ahaddyah (2012).
bulannya sesuai dengan hasil Hasil penelitian Bara (2014) di
koordinasi dengan para supervisor itu RSUD Pasar Rebo juga menemukan
sendiri, akan tetapi jika mendadak motivasi intrinsik perawat pelaksana
terdapat tugas lain di unit maka yang tidak baik dalam menjalankan
supervisor cenderung berpotensi asuhan keperawatan.
mengesampingkan jadwal Salah satu aspek
supervisinya. mengoptimalkan kemanfaatan
Beban kerja menurut Gibson pegawai adalah dengan memberikan
(2000) dapat dikatakan sebagai motivasi (daya perangsang) kepada
beban kerja berlebihan bila berupa mereka. Motivasi ini dimaksudkan
agar pegawai dapat bekerja dengan Monev menjadi hal penting yang
segala daya dan upayanya harus dilakukan guna mengadakan
(Manullarang, 2011). Berdasarkan pemantauan dan perbaikan organisasi
hasil penelitian, di RSUD atau badan kerja (Moerdiyanto,
Panembahan Senopati Bantul sudah 2004).
ada suatu penghargaan kepada para Monitoring merupakan
supervisor dalam bentuk materi aktivitas yang dilakukan pimpinan
(uang) berupa honor supervisor, untuk melihat, memantau jalannya
namun hal tersebut diakui oleh para organisasi selama kegiatan
supervisor masih dirasa kurang berlangsung, dan menilai
sehingga mereka pun menjadi kurang ketercapaian tujuan, melihat faktor
motivasi dalam menjalankan pendukung dan penghambat
tugasnya dan dengan memberikan pelaksanaan program, sedangkan
penghargaan yang memuaskan dari evaluasi adalah proses untuk
sisi material, diharapkan motivasi mengidentifikasi masalah,
supervisor dalam menjalankan mengumpulkan data dan
tugasnya akan meningkat. menganalisis data, menyimpulkan
Peningkatan motivasi tersebut pada hasil yang telah dicapai,
akhirnya akan berdampak pada menginterpretasikan hasil menjadi
peningkatan realisasi jaga supervisi. rumusan kebijakan, dan menyajikan
informasi (rekomendasi) untuk
6. Program Monitor dan Evaluasi pembuatan keputusan berdasarkan
Supervisi pada aspek kebenaran hasil evaluasi
Hasil penelitian ini (Moerdiyanto, 2004).
menunjukkan bahwa belum ada Perbedaan antara monitoring
program monitor dan evaluasi dan evaluasi adalah monitoring
supervisi di RSUD Panembahan dilakukan pada saat program masih
Senopati Bantul. Program monitor berjalan sedangkan evaluasi dapat
evaluasi atau disingkat monev dilakukan baik sewaktu program itu
ditujukan bagi program dan kegiatan masih berjalan ataupun program itu
yang sedang atau sudah berlangsung. sudah selesai, atau dapat juga bila
dilihat dari pelakunya, monitoring rutin untuk monitor dan evaluasi
biasanya dilakukan oleh pihak supervisi.
internal sedangkan evaluasi Peneliti telah mencoba
dilakukan oleh pihak internal melakukan telusur dokumen dengan
maupun eksternal. Kegiatan dibantu Seksi Keperawatan dan
monitoring dan evaluasi ditujukan Kebidanan Rumah Sakit dan
untuk pembinaan suatu program memang belum terdapat peraturan
sebab melalui kegiatan monitoring rumah sakit yang mengatur jalannya
dan evaluasi (monev), maka program monitor dan evaluasi
keberhasilan, dampak dan kendala kegiatan supervisi. Asumsi peneliti
pelaksanaan suatu program dapat hal ini harus segera menjadi
diketahui. Hasil analisis data monev perhatian untuk segera diadakan
ini menjadi informasi yang berharga mengingat program monitor evaluasi
bagi pengambilan keputusan yang diagendakan rutin dan berkala
perencanaan program di masa akan banyak membantu usaha
mendatang (Moerdiyanto, 2004). perbaikan kegiatan supervisi yang
Program monitor evaluasi telah berjalan selama ini. Program
supervisi keperawatan belum monitor evaluasi kegiatan supervisi
berjalan di RSUD Panembahan akan berdampak baik pada
Senopati Bantul. Menurut Kepala pelaksanaan supervisi , dan jika
Seksi Keperawatan dan Kebidanan, supervisi pun telah berjalan dengan
memang belum ada kegiatan atau makin baik maka pemberian
program rutin monitor evaluasi pelayanan keperawatan juga makin
supervisi keperawatan, namun optimal.
pernah diadakan dua kali pertemuan
yang juga bertujuan untuk SIMPULAN
mengevaluasi supervisi. Kegiatan ini Berdasarkan hasil penelitian
dilakukan menjelang proses tentang “Evaluasi Pelaksanaan
akreditasi tetapi hingga kini memang Supervisi Keperawatan di RSUD
belum ada agenda atau program yang Panembahan Senopati Bantul” dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran pelaksanaan 3. Supervisi keperawatan di
supervisi keperawatan di RSUD RSUD Panembahan Senopati Bantul
Panembahan Senopati Bantul pada belum menjangkau seluruh area
bulan Oktober 2015 : supervisi yang telah ditetapkan.
a. Supervisi dilaksanakan 4. Hambatan supervisi
sebanyak 17 kali dari 67 supervisi keperawatan di RSUD Panembahan
yang terjadwal (25,46%). Senopati Bantul berupa hambatan
b. Berdasarkan hasil observasi internal dan eksternal. Hambatan
pelaksanaan supervisi ditemukan internal berupa faktor demotivasi,
tingkat ketidakpatuhan supervisor sedangkan hambatan eksternal yakni
dalam menjalankan supervisi sesuai beban pekerjaan ganda dan
SOP yang tinggi, yakni terdapat 9 penghargaan rumah sakit kepada
item penilaian yang tidak patuh dari supervisor dirasa masih kurang,
15 item yang dinilai pada checklist khususnya dalam hal honorarium.
observasi. 5. Belum terdapat program rutin
c. Supervisi keperawatan di dan berkala tentang monitor dan
RSUD Panembahan Senopati Bantul evaluasi kegiatan supervisi
belum dilaksanakan dengan keperawatan di RSUD Panembahan
seharusnya. Senopati Bantul karena belum
2. Supervisi keperawatan di terdapat peraturan atau kebijakan
RSUD Panembahan Senopati Bantul yang mengaturnya.
menurut hasil wawancara dengan
supervisor dilaksanakan dengan
teknik langsung dan tidak langsung DAFTAR PUSTAKA
sekaligus, sedangkan menurut hasil Aditama, Chandra Yoga. (2004).
Manajemen AdministrasiRumah
observasi, mayoritas dilaksanakan
Sakit. Jakarta: Penerbit
dengan teknik tidak langsung saja. Universitas Indonesia (UI-Press)
Hal ini menunjukkan Ahaddyah, Rachma Melati. (2012).
kebelumpahaman supervisor tentang Analisis Pelaksanaan Supervisi
Keperawatan di RSUD Kota
kegiatan supervisi dan uraian tugas
Depok tahun 2012. Program Ilmu
supervisor. Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Indonesia. Daerah Langsa. Program Studi
Keperawatan. Universitas
Badi’ah, Atik. (2009). Hubungan Sumatera Utara.
Motivasi Perawat dengan Kinerja
Perawat di Ruang Rawat Inap Ilyas, Y. (2002) Kinerja: Teori penilaian
RSUD Panembahan Senopati dan penelitian. Jakarta: FKM UI.
tahun 2008. Poltekes Kesehatan
Yogyakarta. Manullarang. (2001). Manajemen
Personalia. Yogyakarta. Gajah
Bara, M. (2014). Hubungan Motivasi Mada University Press.
Perawat dengan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Moerdiyanto. (2004). Teknik Monitoring
Keperawatan di Ruang Rawat dan Evaluasi dalam Rangka
Inap RSUD Pasar Rebo. Jurnal Memperoleh Informasi untuk
Health Quality Vol 5 No 1. Pengambilan Keputusan
Halaman 1-66 Manajemen. Jakarta.

Depkes R.I. (2008). Modul Manajemen Mua EL. (2011). Peningkatan Kepuasan
dan Pemberian Asuhan dan Kinerja Perawat Melalui
Keperawatan di Unit Ruang Supervisi Kepala Ruangan. Jurna
Rawat Rumah Sakit. Bandung: Keperawatan Indonesia,14(3),
Depkes 171-178.

Gibson. (2000). Organisasi, Perilaku, Nainggolan, Mei J (2010). Pengaruh


Struktur dan Proses. Alih bahasa: Pelaksanaan Supervisi Kepala
Maya Sari. Edisi ke-5. Cetakan Ruangan terhadap Kinerja
ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Perawat Pelaksana di Rumah
Sakit Islam Malahayati Medan.
Gillies, D.A. (1996). Nursing Medan : Universitas Sumatera
manajement : system approach. Utara.
Chigago : Lippincott Company.
Navsia, Natasia. (2014). Faktor yang
Hasibuan, Malayu. (2003). Manajemen : Mempengaruhi Kepatuhan
Dasar, Pengertian dan Masalah. Pelaksanaan SOP Asuhan
Jakarta : PT Bumi Aksara. Keperawatan di ICU-ICCU RSUD
Gambiran Kota Kediri. Program
Huber, D. (2006). Leadership and Magister Manajemen Rumah
Nursing Care Management. 3rd. Sakit. Fakultas Kedokteran
Philadelphia: W.B. Saunders Universitas Brawijaya Malang.
Company.
Nursalam. (2011). Manajemen
Idayu, Widyana. (2012). Hubungan Keperawatan: Aplikasi dalam
Motivasi Kerja dengan Kinerja Praktik Keperawatan Profesional.
Perawat dalam Memberikan Jakarta: Salemba Mediaka
Asuhan Keperawatan di Ruang
Purweni, Sri. (2015). Perbedaan Tingkat 10 Desember 2015 dari
Kepuasan dan Kinerja Perawat http://library.usu.ac.id/index.php?
terhadap Penerapan Supervisi option=com_journal_review&id=
Langsung dan Tidak Langsung di 13824&task=view
RS Islam Sultan Agung Semarang.
Tesis. Program Studi Ilmu Sudaryanto, A &Supratman. (2008).
Keperawatan. Universitas Model-Model Supervisi
Diponegoro Semarang. Keperawatan Klinik. Diambil
pada tanggal 29 Mei 2016 dari
Robbins, Stephen. (2006). Perilaku http://eprints.ums.ac.id/1132/1/4h.
Organisasi. Edisi Terjemahan. pdf.
Jakarta : Erlangga
Wiyana, Muncul. (2008). Supervisi
Siregar, Marni. (2008). Pengaruh dalam Keperawatan. Diambil
Motivasi Terhadap Kinerja pada tanggal 10 Juni 2016. Dari
Perawat Pelaksana di Ruang http://www.akpermadiun.ac.id/ind
Rawat Inap. Diambil pada tanggal ex.php?link=artikeldtl.php&id=3

Anda mungkin juga menyukai