Anda di halaman 1dari 12

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Dalam Pelaksanaan Proses Keperawatan

Di Rumah Sakit

Natalia Cristianti P Marbun


email : Christiantinatalia72@gmail.com

Latar Belakang

Masyarakat atau pasien melihat pelayanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu pelayanan
kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan diselanggarakan dengan cara
yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta
mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit. Pandangan pasien ini sangat penting karena
pasien yang merasa puas akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali. Rumah
Sakit merupakan tempat rujukan medis dan kesehatan serta merupakan institusi yang padat ilmu,
padat modal, padat karya dan padat teknologi, tempat berbagai profesi bekerja sama, seyogyanya
menjadi pusat informasi bagi pasien dan masyarakat pada umumnya, sekaligus bagi pusat
kesehatan sendiri (Departemen Kesehatan RI, 1997).

Tenaga perawat yang merupakan “The caring profession” mempunyai kedudukan penting dalam
menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya
berdasarkan pendekatan biopsiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan
selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan
lainnya. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memegang
peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan Rumah Sakit, tulang punggung dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara
berkesinambungan selama 24 jam dan berada dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan merupakan bentuk jasa yang disediakan oleh organisasi penyedia layanan
kesehatan. Salah satu bentuk layanan kesehatan di organisasi penyedia layanan kesehatan adalah
pelayanan keperawatan

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional bersifat humanistik, menggunakan


pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi kepada
kebutuhan objektif klien. Praktek keperawatan mengacu pada standar professional keperawatan
dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu
melaksanakan asuhan keperawatan yang benar atau rasional (Nursalam, 2007).

Proses asuhan keperawatan merupakan tugas dan kewajiban seorang perawat dari pasien datang
sampai pasien pulang, dimulai dengan pengkajian secara menyeluruh, kemudian menegakkan
diagnosa keperawatan dari data pengkajian tersebut, serta melaksanakan intervensi,
implementasi dan evaluasi keefektifan diagnosa awal yang sudah ditegakkan.

Metode

Metode yang digunakan dalam kajian Hal – hal yang mempengaruhi dalam proses keperawatan
ini menggunakan metode pengumpulan data dengan menggunakan literature review berdasarkan
teks buku,buku referensi,jurnal dengan menganalisis dan membaca setiap sumber literature
berkenaan dengan topik materi yang sedang dibahas untuk mendapatkan berbagai informasi yang
lengkap dan akurat dengan cara menyimpulkannya dari literature review yang ada.

Hasil

Keperawatan merupakan profesi yang memberikan perawatan kepada individu untuk


meningkatkan, mempertahankan atau mengembalikan masalah kesehatan dan untuk mencapai
hidup yang berkualitas. Perawat sebagai sumber daya manusia terbesar (40-60%) dari tenaga
kesehatan di Rumah Sakit merupakan aspek yang ikut berkontribusi terhadap rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan ini. Selain itu pelayanan keperawatan juga merupakan bagian terbesar dari
pelayanan kesehatan, sehingga rendahnya kualitas pelayanan keperawatan akan menimbulkan
dampak yang buruk terhadap pelayanan kesehatan (Nursalam, 2008).

Citra perawat di mata sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini masih belum terbangun
dengan baik. Keadaan ini disebabkan oleh nilai-nilai profesionalisme perawat yang belum
diaplikasikan dalam kegiatan pelayanan keperawatan, termasuk perilaku caring sebagai inti
keperawatan. Kinerja perawat yang tidak berkualitas akan berdampak pada rendahnya
penghargaan bagi profesi keperawatan. Masyarakat mempersepsikan perawat profesional apabila
perawat memiliki etik dan caring dalam pelayanan keperawatan

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memegang peranan
penting dalam menentukan mutu pelayanan Rumah Sakit, merupakan bagian terdepan dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara
berkesinambungan selama 24 jam dan berada dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan.

Bentuk dari pelaksanaan proses asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat seperti
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi ). Selama penyusunan asuhan
keperawatan, seorang perawat harus mengikuti aturan, kaidah-kaidah keperawatan serta
didasarkan pada masalah yang terjadi. Pada sisi lain perawat harus memperhatikan situasi dan
kondisi dari tempat pelayanan kesehatan yang ada (Rohmah dan Walid, 2009). Selain itu,
diperlukan ilmu, teknik maupun keterampilan dari seorang perawat agar asuhan keperawatan
yang dilakukan memenuhi standar dan derajat kesehatan pasien dapat meningkat

Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai maksud yaitu praktik keperawatan
dilakukan dengan cara yang sistematik atau metode yang sistematik dan rasional dalam
merencanakan dan memberikan pelayanan keperawatan kepada individu. Tujuan proses
keperawatan adalah memberikaan metode sistematis bagi praktek keperawatan: proses
keperawatan menyatukan, menstandardisasi, dan mengarahkan praktek keperawatan. Peran dan
fungsi perawat ditentukan, dan komunikasi, kolaborasi, dan sinkronisasi anggota tim kesehatan
ditingkatkan oleh proses keperawatan. Tujuan lain dari proses keperawatan adalah Memudahkan
pendokumentasian data, diagnosis, rencana, respon klien, dan evaluasi, Mengevaluasi efektivitas
dan efisisensi asuhan, Memberikan arahan, pedoman, dan makna untuk asuhan keperawatan,
Memberikan kemungkinan asuhan yang bersinambungan dan mengurangi kelalaian dan
mengindividualisasikan keikutsertaan klien dalam keperawatan. Meningkatkan kreativitan dan
fleksibilitas dalam praktek keperawatan

Pembahasan

1. Proses Keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan. Tahap pengkajian adalah
proses pengumpulan data secara sistematis untuk menentukan status kesehatan dan
fungsional kerja serta respon klien pada saat ini dan sebelumnya, memvalidasi data
pengorganisasian data dan mencatat data yang diperoleh. Tujuan dari pengkajian
keperawatan adalah untuk menyusun database atau data dasar mengenai kebutuhan, masalah
kesehatan, dan respon klien terhadap masalah. Langkah ini merupakan dasar untuk
perumusan diagnosis keperawatan dan mengembanggkan rencana keperawatan sesuai
kebutuhan pasien serta melakukan implementasi keperawatan .

b. Diagnosa

Diagnosis keperawatan merupakan hasil akhir dari pengkajian yang dirumuskan atas dasar
interpretasi data yang tersedia. Diagnosis keperawatan menggambarkan respon manusia pada
diri pasien terhadap perubahanperubahan dalam dimensi bio-psiko-sosiospiritual. Diagnosis
keperawatan dapat mengkomunikasikan kepada rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya,
dimana perawatan yang diberikan perawat kepada pasien berfokus pada kebutuhan individual
pasien. Diagnosis keperawatan dibuat berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh
perawat sesuai dengan apa yang tertuang pada format pengkajian.

c. Intervensi/ Perencanaan Keperawatan

Proses perencanaan meliputi perumusan tujuan dan menentukan intervensi-intervensi yang


tepat. Proses ini dimulai dengan membuat daftar semua masalah-masalah pasien dan mencari
masukan dari pasien atau keluarganya tentang penentuan tujuan akhir yang dapat diterima
dan dapat dicapai secara rasional. Pernyataan tujuan akhir harus dinyatakan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diukur, yang secara obyektif menunjukann perkembangan terhadap
pemecahan masalah yang ditemukan. Bagian lain dari perecanaan keperawatan adalah
menentukan intervensi yang digunakan perawat dengan melibatkan pasien dan keluarga
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2007). Rencana asuhan keperawatan
dibuat secara spesifik, jelas, jangka waktu ditentukan, dapat diukur baik kognitif, afektif, dan
psikomotor. Jenis intervensi keperawatan harus mencantumkan therapi keperawatan,
pendidikan kesehatan, kolaborasi dengan Tim kesehatan lain, observasi dan monitoring

b. Implementasi ( Tindakan)

Tindakan keperawatan adalah suatu tindakan perawat untuk membantu klien untuk mencapai
tujuan perawatan yang telah direncanakan. Tindakan tersebut dapat berbentuk perintah
keperawatan atau perintah profesi lain dalam rangka tugas limpah (kolaborasi) yang telah
direncanakan dalam perencanaan keperawatan.

c. Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan berupa perbandingan yang
sistematis dan terencana dari hasil-hasil yang diamati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Apabila hasil menunjukkan ketercapaian
tujuan dan kriteria hasil, maka pasien keluar dari siklus proses keperawatan, namun apabila
sebaliknya, maka pasien masuk ke dalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian
ulang

2. Hal-hal Yang Berhubungan Dalam Pelaksanaan Proses Keperawatan

Perawat sebagai ujung tombak dalam pelayanan di rumah sakit, mempunyai tugas memberikan
asuhan keperawatan antara lain mengkaji kebutuhan pasien, merencanakan tindakan
keperawatan, melaksanakan rencana tindakan, mengevaluasi hasil asuhan keperawatan,
mendokumentasikan asuhan keperawatan dan berperan serta dalam melakukan penyuluhan.
Perawat sebagai salah satu profesi baik dari segi jumlah maupun segi kontak dengan pasien
memiliki waktu yang lebih lama dibandingkan dengan profesi lain, maka perannya dalam
meningkatkan kualitas pelayanan khususnya dalam bidang keperawatan sangat menentukan

A. Peran, Kinerja , Sikap/perilaku, keterampilan,dan sikap percaya diri Perawat

- Peran optimal perawat dalam melakukan proses keperawatan telah berkembang dan
mengarah pada tuntutan akan kinerja, pengetahuan,sikap dan keterampilan yang adekuat
untuk mendukung proses pelaksanaan asuhan keperawatan,pelayanan kesehatan,maupun
keselamtan pasien. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu.Perawat diharapkan mampu bertanggung jawab atas segala sesuatuyang telah
dipilihnya dengan segala resiko dan merupakan sikap yang paling tinggi.Salah satu hak
pasien yang harus dipenuhi adalah hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama perawatan di rumah sakit.

- Kinerja perawat pelaksana merupakan serangkaian kegiatan perawat dalam memberikan


asuhan keperawatan. Kinerja yang baik merupakan cerminan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan. Standard kinerja perawat dapat dilakukan dengan menilai
berbagai hal, antara lain kecepatan dalam bekerja, tingkat kemandirian, perilaku selama
bekerja, kehadiran/pemanfaatan waktu, hubungan dengan staf lain, ketrampilan dalam
bekerja, pengetahuan yang dimiliki, keabsahan pekerjaan yang dilakukan. Secara teoretis,
kinerja seseorang dipengaruhi oleh tiga kategori faktor yaitu: 1) Faktor internal pegawai,
2) Faktor lingkungan internal organisasi, 3) Faktor lingkungan eksternal organisasi.ketiga
factor tersebut yang mempengaruhi perilaku kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada
kinerja personel.
- Keterampilan sangat dituntut dalam upaya meningkatkan kualitas pelaksanaan proses
keperawatan karena keterampilan merupakan kemampuan seseorang menerapkan
pengetahuan ke dalam bentuk tindakan,keterampilan seorang karyawan diperoleh melalui
pendidikan dan latihan, menurut Garry Dessler (2005) pelatihan memberikan pegawai
baru atau yang ada sekarang keterampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan.

Keterampilan dalam keperawatan adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang dalam bidang
tertentu, keterampilan keperawatan adalah keahlian yang dimiliki perawat dalam melakukan
proses keperawatan atau tindakan asuhan keperawatanPenilaian penampilan kerja dilaksanakan
terusmenerus dan dilaksanakan setelah staf baru telah selesai melaksanakan proses keperawatan.
Perawat dituntut memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mendukung kepercayaan dan
kesejahteraan pasien melalui perilaku caring. Perilaku caring perawat akan memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap proses perawatan pasien di rumah sakit. Di sinilah perawat dituntut
untuk memiliki kepekaan dan kemampuan mendukung kepercayaan dan kesejahteraan
pasien.Pasien menginginkan perawat yang melayani mereka memiliki sikap yang baik,
tersenyum, sabar, dapat berbicara dengan mudah dimengerti, dan ingin membantu yang tulus dan
mampu menghargai pasien dan pendapat mereka. Mereka berharap perawat memiliki
pengetahuan yang memadai tentang kondisi penyakit sehingga perawat dapat mengatasi keluhan
yang dialami oleh masing-masing pasien.

1. Sikap peduli terhadap pemenuhan kebutuhan klien


Esensi caring juga ditunjukkan dengan sikap perawat yang peduli terhadap kebutuhan dan
kesejahteraan klien serta keluarganya (Watson, 2004). Sikap peduli bisa diamati dengan kegiatan
perawat sesegera mungkin mendatangi klien dan menyatakan kesediaan untuk membantu klien.

2. Bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan klien

Perilaku caring merupakan inti nilai-nilai moral keperawatan, bahwa inti moral dan etik
keperawatan adalah tanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien,
perawat mempunyai respons terhadap apa yang dilakukannya apakah baik atau tidak baik secara
moral. Tanggung jawab dalam melaksanakan tugas akan terlihat dari seorang perawat
profesional dengan menampilkan perilaku caring dalam seluruh aktivitas pelayanan keperawatan.
Inti rasa tanggung jawab itu adalah kepekaan perawat terhadap penderitaan klien, keluarga, dan
peduli dengan situasi serta kondisi lingkungan dimana klien dirawat, merupakan perilaku caring
perawat. Perilaku caring merupakan bentuk tanggung jawab perawat terhadap perannya.

3. Ramah dan santun dalam melayani klien

Senyum, gerakan tubuh membungkuk, dan tutur kata santun cukup optimal dilakukan perawat
saat memberikan pelayanan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Thomas et al
(2005) yang mengatakan bahwa caring berimplikasi terhadap praktik keperawatan sehingga
perawat yang bersikap caring akan berbicara dengan ramah dan santun, mempunyai perhatian,
penuh minat dalam menolong klien, dan membina hubungan yang saling menguntungkan dengan
penampilan yang relijius dalam setiap melakukan tindakannya. Tersenyum merupakan salah satu
indikator seorang perawat bersikap ramah, hangat, bergembira, dan sabar terhadap klien dan
keluarga. Caring harus dapat ditunjukkan perawat dalam setiap melakukan pekerjaannya, ketika
ia berbicara, menyapa, memberikan pendidikan kesehatan, konseling, dan mendengarkan
klien).Sopan santun merupakan perilaku caring perawat dalam menghargai martabat manusia,
yaitu klien dan keluarganya. Sikap ramah perawat akan membuat klien merasa akrab dan dekat
dalam hubungan interpersonal dengan perawat, sehingga klien bebas mengungkapkan keluhan.
Dengan demikian, perawat akan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai data yang
dibutuhkan dari klien dan keluarganya.

4. Sikap tenang dan sabar dalam melayani

Sikap tenang dan sabar ditunjukan oleh empat dari enam partisipan dalam studi ini. Mereka
bersikap tenang dalam melayani klien walaupun kesibukan rutinitas harus mereka hadapi.
Perawat yang tenang dan sabar dalam melayani klien akan memberi rasa nyaman kepada klien
yang dirawat dirumah sakit dan membutuhkan bantuan perawat. Perasaan nyaman akan
membantu klien untuk memperoleh kesembuhan karena secara psikologis klien akan merasa
aman ketika dilayani perawat yang tenang dan penuh kesabaran

5. Selalu siap sedia memenuhi kebutuhan klien


Wajah perawat tampak segar, tidak terlihat lelah. Siap sedia memenuhi kebutuhan klien
merupakan satu dari sepuluh faktor caratif caring. Perawat yang sensitif mengetahui kebutuhan
klien walaupun klien belum mengungkapkannya karena segan atau berbagai sebab lainnya, lalu
siap sedia untuk melayani kebutuhan klien, tanpa diminta sekalipun, sehingga akan membuat
klien merasa nyaman.

6. Memberi motivasi kepada klien dalam melaksanakan asuhan

Motivasi klien seringkali bersifat fisik. Klien dengan perubahan fungsi fisik mungkin termotivasi
untuk mencapai kesembuhan. Klien yang termotivasi akan tertarik untuk mempertahankan atau
meningkatkan kondisi kesehatannya, dengan memberikan kerjasama yang baik dalam tindakan
keperawatan yang diterimanya, sehingga klien akan patuh dan taat dalam tindakan dan
pengobatan yang dijalaninya (Potter & Perry, 2005).

7. Sikap empati terhadap klien dan keluarga

Hal ini didukung studi grounded theory tentang faktor determinan perilaku caring perawat oleh
Rafii, Oskouie, dan Nikravesh (2004) bahwa karakteristik pribadi yang khusus dan sifat
kepribadian termasuk emosi perawat, sikap, empati, dan respon organisasi. Karakteristik pribadi
seperti kata hati, relijius, kepercayaan, filosofi, komitmen, respons, dan altruisme berkontribusi
terhadap perilaku caring perawat. Perawat yang mempunyai karakteristik demikian akan lebih
banyak sabar dan empati serta bertanggungjawab dalam melayani klien.

Dalam pelaksanaan proses keperawatan ini, Perawat juga harus bisa menerapkan sikap caring
yang dimana Watson juga menekankan bahwa dalam Caring ada sepuluh faktor carative harus
tercermin yang berasal dari kombinasi nilainilai humanistik dan pengetahuan dasar.

Perilaku lain yang diamati tidak bersifat caring ada tiga tema. Tema perilaku tidak caring ini
meliputi komunikasi tidak terapeutik, sikap kurang tulus, dan kurang terampil.

1. Komunikasi tidak terapeutik , komunikasi yang efektif dan merupakan dasar untuk menjadi
pendengar yang baik dari seorang perawat apabila memenuhi unsur mendengarkan, kontak mata,
gerakan tubuh, kejelasan ucapan vokal, dan gerakan verbal. Hanya mendengarkan dan gerakan
verbal yang sebagian besar dilakukan oleh perawat. Komunikasi terapeutik akan menentukan
hubungan kerja antara perawat dengan klien dan keluarganya. Perawat dalam melakukan proses
komunikasi terapeutik menggunakan pendekatan yang terencana untuk mempelajari latar
belakang budaya klien dan berbagai keunikannya. Proses komunikasi terapeutik meliputi
kemampuan dan komitmen yang tulus dari perawat untuk memberikan pelayanan keperawatan
kepada klien dan membantu klien serta keluarganya untuk mencapai keberhasilan dalam proses
penyembuhan

2. Sikap kurang tulus dalam melayani klien yang membutuhkan . Ketulusan bisa diamati dari
mimik wajah perawat yang tegang, cemberut, tidak ramah, dan tidak rileks dalam melayani
klien. Ketulusan merupakan salah satu komponen dari sepuluh faktor caratif caring. Dalam
memberikan pelayanan tersebut, perawat tidak tersenyum, dalam hatinya merasa kesal dengan
klien yang rewel dan banyak tuntutan, tapi kekesalannya hanya didalam hati karena mereka
dituntut tetap melayani klien. Hal ini sangat dilematis karena perawat pelaksana harus tetap
prima dalam memberikan pelayanan kepada klien, emosi harus stabil, dan tidak terpengaruh oleh
keadaan klien yang sedang mengalami penderitaan

3. Kurang terampil . Kemampuan teknis adalah salah satu faktor yang sangat erat kaitannya
dengan pengalaman klinik dari perawat pelaksana. Persepsi masyarakat mengenai perawat lebih
banyak melihat pribadinya daripada pendidikan dan pengalamannya (Garret & McDaniel, 2001
dalam Watson, 2004)). Hasil penelitian Witri et al (2005) tentang makna caring menurut perawat
dapat berupa asuhan langsung yang diberikan kepada klien dalam bentuk interaksi perawat klien,
pemenuhan kebutuhan dasar, dan teachinglearning. Makna caring ini tidak akan dirasakan oleh
klien apabila dalam memenuhi kebutuhan dasar klien, perawat tidak mempunyai kemampuan
intelektual dan kemampuan teknikal.

B. Pengetahuan , Cara Berpikir, dan Pendidikan Perawat

Pengetahuan adalah informasi yang dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan
itu menjadi dasar dalam bertindak, atau pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu
institusi memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sehingga pengetahuan
mengenai asuhan keperawatan bagi seorang perawat sangatlah penting dalam melakukan
pelaksanaan asuhan keperawatan dengan baik dan benar.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan sangat esensial dalam memberikan


pelayanan terhadap pasien. Kemampuan yang sangat esensial dan berfungsi dalam semua aspek
kehidupan terutama dalam melaksanakan pekerjaan diperlukan kemampuan berpikir kritis agar
masalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik. Menurut Halpern (1996) berpikir kritis adalah
suatu upaya yang dilakukan dalam memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif untuk
menentukan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu untuk memberikan perawatan yang aman
dan efektif bagi pasien dengan kebutuhan yang kompleks sangat penting bagi perawat dapat
mengembangkan keterampilan berfikir kritis.

Pendidikan merupakan sarana untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang melalui belajar,
diskusi, pelatihan dan lain sebagainya. Pendidikan sangat penting untuk mengubah pola pikir dan
perilaku seseorang, jenjang pendidikan perawat mempengaruhi kualitas kinerja perawat itu
sendiri karena semakin tinggi pendidikan perawat maka semakin luas pengetahuan dan wawasan
seorang perawat sehingga nantinya akan berdampak pada perilaku perawat termasuk untuk
beperilaku caring.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang dalam bekerja termasuk dalam
memberikan asuhan keperawatan dan penegakan diagnosa keperawatan. Hal ini juga sejalan
dengan yang dikemukakan dimana tingkat pendidikan dapat memberi pengaruh terhadap kinerja
kerja seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka kinerjanya dalam memberikan
pelayanan keperawatan semakin baik pula. Pendidikan terakhir seseorang mempengaruhi tingkat
kemampuan, pengetahuan dan semakin percaya diri untuk bekerja karena pendidikan sendiri
penting untuk mengembangkan kemampuan seseorang

Pendidikan yang tinggi akan mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan baik. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi maka mempunyai
pengalaman yang tinggi pula, dan memiliki pola pikir yang lebih matang sehingga bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

C. Motivasi Perawat

Motivasi adalah upaya yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun
pembangkit tenaga seseorang agar mau berbuat sesuatu atau memperlihatkan perilaku tertentu
yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dorongan yang kuat
dalam bekerja dapat memberikan semangat seseorang untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalahnya. Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberi motivasi pada diri
demi mencapai tujuan (Kort 1987, dalam Zafri, 2012).

Perawat akan melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik jika mempunyai keinginan dan
dorongan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Motivasi kerja yang semakin tinggi menjadikan
perawat mempunyai semangat yang tinggi untuk memberikan pelayanan yang terbaik
(Mudayana, 2010). Hal ini sebanding dengan motivasi untuk melakukan pendokumentasian yang
tinggi akan menghasilkan kualitas dokumentasi yang baik. Motivasi merupakan dorongan yang
berpengaruh membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan kerja

Motivasi perawat sangat dibutuhkan dalam pekerjaan perawat karena dengan motivasi yang baik
bisa menumbuhkan semangat untuk bekerja, sehingga pekerjaan yang dilakukan akan
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. Semakin tinggi motivasi seseorang untuk bekerja
maka hasil yang didapat juga akan lebih baik. Motivasi yang tinggi akan memberikan
pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien juga akan lebih baik, sehingga bisa
memberikan tindakan yang lebih tepat, dan akurat kepada pasien.

D. Sarana / Prasarana

Sarana prasarana adalah segala macam alat yang digunakan dalam kegiatan pelayanan kesehatan,
dalam daftar istilah kesehatan dikenal pula dengan sebutan alat bantu medis, yaitu segala macam
peralatan yang di pakai tenaga medis untuk membantu memudahkan melakukan kegiatan
pelayanan kesehatan, jadi sarana kesehatan adalah segala macam peralatan yang digunakan
tenaga medis/para medis untuk memudahkan penyampaian pelayanan kesehatan.Perbedaan
sarana dan prasarana kesehatan adalah pada fungsi masing-masing yaitu sarana kesehatan untuk
memudahkan penyampaian maksud pelayanan, prasarana kesehatan untuk memudahkan
penyelenggaraan kesehatan

Sarana kesehatan diperkirakan memegang peranan penting dalam mengendalikan ataupun


mengobati penyakit pasien. Sarana kesehatan terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan dan
institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan tenaga kesehatan . Sarana
prasarana pelayanan kesehatan dapat didefenisikan sebagai proses kerja sama pendayagunaan
semua saran dan prasarana kesehatan secara efektif dan efisien untuk memberikan layanan secara
professional dibidang sarana dan prasarana dalam proses pelayanan kesehatan yang efektif dan
efisien.

Penutup

Dalam pelayanan keperawatan dipastikan bahwa kinerja perawat akan menunjukan kepuasan
kerja perawat, jika kinerja perawat baik ada kemungkinan ada kepuasan kerja tersendiri terhadap
diri perawat. Kemampuan melaksanakan tugas merupakan unsur utama dalam kinerja seseorang.
Namun, tugas tidak akan dapat terselesaikan dengan baik tanpa didukung oleh suatu kemauan.
Jika seseorang telah melaksanakan tugas dengan baik, maka dia akan mendapatkan kepuasan
terhadap hasil yang dicapai dan tantangan selama proses pelaksanaan.

Dalam proses keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga paramedis perawatan di rumah sakit,
perawat membuat catatan keperawatan atau dokumen asuhan keperawatan pada dokumen rekam
medis, yang merupakan bukti tertulis dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang menggunakan
metode pendekatan proses keperawatan dan catatan tentang tanggapan/respon pasien terhadap
tindakan medis, tindakan keperawatan, atau reaksi pasien terhadap penyakit. Sehingga
dokumentasi asuhan keperawatan mempunyai fungsi dan peranan yang penting dalam
kesinambungan pelaksanaan keperawatan pasien.

Adapun faktor yang berhubungan dalam pelaksanaan proses keperawatan itu ialah :
Sikap/perilaku,kinerja, keterampilan,tingkat pengetahuan,pendidikan dan motivasi perawat itu
sendiri dalam melaksanakan setiap proses asuhan keperawatan.

Daftar Pustaka

Achmadi,L.,D.,L.,Pondaag,L.,&Babakal,A.(2015). GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN


PERAWAT DALAM PENERAPAN STANDAR ASUAHAN KEPERAWATAN
DIRUANGAN RAWAT INAP INTERNA RSUD DATOE BHINANGKANG. E-Journal
Keperawatan (e-Kp), 3(3)
Aenil,W.,N. Winani.,& Sutioso,H. (2019). Perilaku Caring Perawat dalam Memberikan Asuhan
Keperawatan di Salah Satu RS di Kabupaten Indramayu . Jurnal Keperawatan Profesional (JKP)
7 (2) ISSN: 2355-679X; e-ISSN: 2685-1830

Depkes RI. (2012). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Depkes RI. Jakarta

Fragawaty,M., Nawawi ,N.,& Baharuddin. (2019). PENGARUH KUALITAS PERAWAT DAN


SARANA PRASARANA TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN MELALUI MOTIVASI
KERJA DI RSUD TRIKORA SALAKAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH . Journal of Management, 2 (2)

Kusnadi,E. (2017). Analisis Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan di Ruang Rawat Inap Non
Intensive Rumah Sakit X . Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan , 9(1), ISSN:1693 – 6868

Layuk,E.,Tamsah H.,& Kadir,I. (2017). PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN


KETERAMPILAN PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RS
LABUANG BAJI MAKASSAR , Jurnal Mirai Management 2 (2) , 319-377

Nogo,A . (2014). KINERJA PERAWAT DALAM PENERAPAN STANDAR ASUHAN


KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH NAIBONAT KABUPATEN
KUPANG . Jurnal Penelitian,18 (1), 62-66

Rahman,A.,W. (2015). PENGARUH KOMPETENSI DAN LINGKUNGAN KERJA


TERHADAP KINERJA PERAWAT BAGIAN RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH (RSUD) PETALA BUMI PEKANBARU. Jom FEKON, 2 (1)

Simamora, R. H. (2019). Development of Guidelines for Applying appropriate Patient Identification to


Achieve Patient Safety Goal INC2019 12th International Nursing Conference. 2019.10 455 - 455 (1 pages)
UCI(KEPA) : I410-ECN-0101-2019-512-001224337

Simamora. R. H. (2008) The correlation of ward chief’s giving direction and command and the
performance of on-duty nurses at Jember dr. Subandi general hospital inpatient wards . jurnal
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, (https://fkm.unair.ac.id/jurnal-administr)

Sutriyanti,Y., Mulyadi. (2019). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Berpikir


Kritis Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit . Jurnal Keperawatan
Raflesia, 1(1)

Zainaro,M.,A. (2017). PENGARUH SARANA PRASARANA, PENDIDIKAN DAN MASA


KERJA PERAWAT TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KINERJA PERAWAT DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. A. DADI TJOKRODIPO
BANDAR LAMPUNG Jurnal Kesehatan Holistik . The Journal of Holistic Healthcare), 11(1),

Anda mungkin juga menyukai