Anda di halaman 1dari 7

PROSES IMPLEMENTASI DALAM KEPERAWATAN

Ade Herawati Sahputri

adehera92@gmail.com

Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu mata rantai di dalam pemberian pelayanan kesehatan dan
merupakan organisasi dengan sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan lingkungannya
untuk mencapai suatu keseimbangan dinamis. Fungsi utama Rumah Sakit melayani masyarakat
yang membutuhkan pelayanan kesehatan, dimana perawat memegang peranan penting dalam
pemberian pelayanan kesehatan (Undang-Undang Kesehatan no.23 tahun 1992).

Selain itu tenaga perawat mempunyai kedudukan penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan
pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual merupakan pelayanan yang unik dilaksanakan selama 24
jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan tersendiri dibanding pelayanan lainnya
(Departemen Kesehatan RI, 2001).

Proses keperawatan sering disebut suatu metode yang sistematis dan terorganisasi dalam
pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan pada reaksi dan respon unik individu pada
suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang dialami, baik aktual
maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang
digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga kebutuhan dasar klien
dapat terpenuh (Ginting, 2013).

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di
susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan
Lestari, C. E. dan Rosyidah (2011) yang menyatakan bahwa standar asuhan keperawatan harus
terus ditinjau keakuratannya, sehingga tidak terjadi suatu kesalahan yang dapat merugikan
pasien, selain itu perawat juga harus terus dibina untuk pencapaian kinerja yang profesional
dan bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya. Perawat mengimplementasikan tindakan
yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Implementasi ini untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dan partisipasi klien dalam tindakan keperawatan berpengaruh
pada hasil yang diharapkan (PPNI, AIPNI dan AIPDiKI, 2012).

Metode

Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode literature review yaitu metode dengan
cara membaca dari berbagai sumber seperti jurnal online, skripsi, dan e-book serta
membandingkan isi dari berbagai sumber yang dibaca dan menyimpulkan dalam hasil kajian
yang didapatkan pada jurnal, skripsi, e-book tentang implementasi dalam proses keperawatan.

Hasil
Pemberian asuhan keperawatan yang bermutu yaitu dengan menggunakan metode proses
keperawatan yang logis, sistimatis, dinamis dan teratur. Penerapan proses keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan memberikan beberapa keuntungan antara lain meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan. Penerapan proses keperawatan juga dapat mendorong para
perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang semestinya, sesuai dengan masalah dan
kebutuhan klien dan bukan pada tugas-tugas rutin yang mungkin tidak ada atau ada
hubungannya dengan kebutuhan masalah tersebut.

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan (Potter dan Perry, 2005) Sedangkan Perawat adalah mereka yang
memiliki kemampuan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperolehnya
melalui pendidikan keperawatan (UU Kes RI, N0.23, tahun 1992).

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu: Independent


Implementations, Interdependen/Collaborative Implementations, Dependent Implementations.
Langkah 4 Implemetasi kebutuhan pasien : mengkaji kembali pasien, menentukan bantuan dan.
mengimplementasikan rencana, tindakan keperawatan,melakukan supervesi kep.,
mendokumentasikan tindakan.
Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut : a) Tindakan
yang dilakukan, b.) Keterampilan interpersonal, c.) Keamanan fisik dan psikologis pasien
dilindungi, d.) Dokumentasi tindakan dan respon pasien Proses Implementasi Pelaksanaan
Keperawatan: pengkajian ulang terhadap klien, meninjau dan merevisi rencana asuhan
keperawatan, mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan, mengantisipasi dan
mencegah komplikasi, mengimplemntasikan intervensi keperawatan.

Pembahasan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di
susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian
hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan.

Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah sebagai
berikut: 1. Berdasarkan respons pasien 2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian
keperawatan, standar pelayanan profesional, hukum dan kode etik keperawatan 3. Berdasarkan
penggunaan sumber-sumber yang tersedia 4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung
gugat profesi keperawatan 5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana
intervensi keperawatan 6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien sebagai individu
dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self care) 7. Menekankan
pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan. 8. Menjaga rasa aman, harga
diri dan melindungi pasien 9. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan 10. Bersifat
holistik 11. Kerjasama dengan profesi lain 12. Melakukan dokumentasi.

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu:

1. Independent Implementations

Adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam
mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi
activity daily living (ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-
sosio-kultural, dan lain-lain.

2. Interdependen/Collaborative Implementations

Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus,
kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.

3. Dependent Implementations

Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,
physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien
sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan
anjuran dari bagian fisioterapi.

Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:

a) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi
rencana. Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasar
pada rasional yang baik dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang
sedang diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan
dan hasil. Tindakan selama implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.

b.) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien
di lingkungan yang sesuai. Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan keterampilan
ini secara efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan
perawat menunjang pemberian asuhan yang kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran
keperawatan profesional.

c.) Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi. Selama melaksanakan implementasi,
keamanan fisik dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat,
melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan efisien, menerapkan prinsip yang baik,
mengindividualisasikan tindakan dan mendukung pasien selama tindakan tersebut.

d.) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan
dan rencana asuhan. Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas deskripsi
tindakan yang diimplementasikan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang
tidak diimplementasikan juga dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk
meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan pasien guna
mencapai kriteria hasil.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisi saat
ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal,
intelektual, teknik sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Proses Implementasi
Pelaksanaan Keperawatan:

a. Pengkajian ulang terhadap klien. Pengkajian merupakan proses berkelanjutan yang terjadi
setiap kali perawat berinteraksi dengan klien. Pada fase ini, lakukan pengkajian ulang
terhadap klien. Ini merupakan penilaian parsial dan terkadang berfokus pada satu sistem.
Langkah ini membantu perawat untuk menentukan apakah masalah dan tindakan
keperawatan masih sesuai dengan kondisi klien. Saat perawat mendapatkan data baru atau
mengidentifikasi kebutuhan baru, perawat dapat memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.

b. Meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan Setelah mengkaji ulang, lakukan
peninjauan rencana keperawatan, bandingkan data tersebut agar diagnosis keperawatan
menjadi valid dan tentukan apakah intervensi keperawatan tersebut masih menjadi yang
terbaik untuk situasi klinis saat itu. Jika terjadi perubahan status klien, diagnosis
keperawatan dan intervensinya, lakukan modifikasi rencana asuhan keperawatan. Rencana
yang tidak sesuai dengan kondisi klien akan menurunkan kualitas asuhan keperawatan.
Proses peninjauan dan modifikasi memungkinkan perawat menyediakan intervensi
keperawtaan yang terbaik bagi kebutuhan klien.

c. Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan . Sumber daya suatu fasilitas mencakup
peralatan dan personel yang memiliki keterampilan. Organisasi peralatan dan personel akan
membuat perawatan klien menjadi lebih tepat waktu, efisien dan penuh keterampilan.
Persiapan pemberian asuhan juga meliputi persiapan lingkungan dan klein untuk intervensi
keperawatan. Pada aktivitas pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat harus mampu
mengoptimalkan sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan.

d. Mengantisipasi dan mencegah komplikasi. Risiko pada klien berasal dari penyakit dan
terapi, perawat harus mengawasi dan mengenali risiko tersebut, sehingga mampu
menyesuaikan efek samping intervensi yang dibuat dnegan situasi pasien dan memulai
tindakan pencegahan risiko. Beberapa prosedur okeperawtaan memiliki risiko, sehingga
perawat harus menyadari risiko komplikasi dan memiliki tindakan untuk
mengantisipasinya.

e. Mengimplementasikan intervensi keperawatan

Implementasi intervensi keperawatan yang berhasil membutuhkan keterampilan kognitif,


interpersonal dan psikomotor

1) Keterampilan kognitif. Keterampilan kognitif meliputi aplikasi keterampilan pemikiran


kritis pada proses keperawatan. Untuk melaksanaakn intervensi dibutuhkan pertimbangan
yang baik dan keputusan klinis yang jelas, ini berarti intervensi keperawatan tidak bersifat
otomatis, perawat harus berfikir dan mengantisipasi secara kontinou, sehingga perawat
dapat menyesuaikan perawatan klien dengan tepat.

2) Keterampilan Interpersonal. Keterampilan ini dibutuhkan untuk terwujudnya tindakan


keperawatan yang efektif. Perawat membangun keperacayaan, menunjukkan perhatian dan
berkomunikasi dengan jelas

3) Keterampilan Psikomotor. Keterampilan psikomotor membutuhkan integritas antara


kativitas kognitif dan motorik. Sebagai contoh, saat melakukan penyuntikan, perawat harus
memahami anatomi dan farmakologi (kognitif)., serta menggunakan koordinasi dan presisi
untuk melakukan penyuntikan dengan tepat (motorik). Keterampilan ini sangat penting
untuk membangun kepercayaan klien.

Penutup
Implementasi yaitu tahap pelaksanaan yang berisi tentang tindakan yang telah diberikan kepada
pasien untuk mengatasi masalahnya dan untuk meningkatkan atau mempertahankan
kesehatannya. Ada beberapa langkah implemetasi kebutuhan pasien : mengkaji kembali pasien,
menentukan bantuan dan. mengimplementasikan rencana, tindakan keperawatan,melakukan
supervesi kep., mendokumentasikan tindakan.

Daftar Pustaka
Andri, Juli dkk. 2019. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI
KLIEN HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA. Jurnal Kesmas Asclepius. 1( 2
), hal. 146 – 155.
Astar, Fatmawati dkk. 2018. PENGARUH PELAYANAN ASUHAN KEPERAWATAN
TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS TAKALALA KABUPATEN
SOPPENG. JOURNAL OF MANAGEMENT. 1 ( 2 ), hal. 33 – 57
Budiono. 2016. KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Kementerian Kesehatan Indonesia :
Jakarta
Butar-Butar, J., & Simamora, R. H. (2016). Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Pandan Kabupaten Tapanuli
Tengah. Jurnal Ners Indonesia, 6(1), 50-63.
Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka Kerja (1st ed.).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinarti dan Yuli Mulyanti. 2017. Dokumentasi Keperawatan. Kementerian Kesehatan
Indonesia : Jakarta
Maseri. 2014. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAWAT
PELAKSANA DALAM IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RS FATIMA
PAREPARE. Jurnal Kesehatan Lentera Acitya . 1 (1), hal. 26 – 33
N. M. S, Azhar dkk. 2018. IMPLEMENTASI RENCANA STRATEGIS PELAYANAN
KEPERAWATAN DALAM PERSPEKTIF KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN
BERBASIS BUDAYA ORGANISASI DI RUMAH SWASTA. Caring Nursing Journal. 2
(2), hal. 51 – 59.
Retnaningsih, D., & D. F. 2016. BEBAN KERJA PERAWAT TERHADAP IMPLEMENTASI
PATIENT SAFETY DI RUANG RAWAT INAP. Jurnal Keperawatan Soedirman. 11
(1), hal. 44 – 52.
Simamora, R. H. (2005). Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Penerapan Fungsi
Pengorganisasian Yang Dilakukan Oleh Kepala Ruangan Dengan Kinerjanya Diruang
Rawat Inap RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral dissertation, Tesis FIK UI, Tidak
dipublikasikan).
Supratti dan Ashriady. 2016. PENDOKUMENTASIAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMUJU, INDONESIA. Jurnal Kesehatan
MANARANG. 2 (1), hal. 44 – 51.
WIJAYA, C, P. 2016. PENGARUH BURNOUT SYNDROME TERHADAP PROSES ASUHAN
KEPERAWATAN (STUDI PADA PERAWAT RUMAH SAKIT MEDIKA UTAMA
BLITAR). JURNAL REVITALISASI . 5 (3), hal. 23 – 36.

Anda mungkin juga menyukai