KEPERAWATAN
DEDI WAHYUDIN,S.KEP.,NERS.,M.KEP
Geriatric Giant (Problem-problem
Raksasa/ Luar biasa pada Lansia)
Imobilisasi
Instabilitas (jatuh)
Inkontinensia
Intellectual Impairment (demensia)
Infeksi
Impairment of vision & hearing
Impaksi (konstipasi)
Isolasi (depresi)
Inanisi (malnutrisi) Impecunity (kemiskinan) Iatrogenesis (terlalu
banyak obat) Insomnia
Immuno-defficiency
Impotens
IMPLEMENTASI
PENGERTIAN
Implementasi keperawatan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2004)
Implementasi atau tahap pelaksanaan merupakan
langkah keempat dalam proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan)yang telah direncanakan dalam rencanan/
intervensi keperawatan (Hidayat Alimul Aziz, 2007)
Dalam Implementasi tindakan keperawatan
memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain:
Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar
dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang
dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-
kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi
lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi
kebutuhannnya.
Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang
dilakukan kepada klien
Tujuan Implementasi
Membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping
Tipe Implementasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari
implementasi keperawatan, antara lain:
1. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-
hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan
umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan
keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
2. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan
jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual,
bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.
3. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data
dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan
keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
Jenis implementasi keperawatan, antara
lain:
Independent implementations, adalah implementasi yang
diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu klien
dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan,
misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living
(ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,
menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan
dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
spiritual, perawatan alat invasive yang dipergunakan klien,
melakukan dokumentasi, dan lain-lain.
Interdependen/Collaborative implementations,
adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama
sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan
lainnya.
Keterkaitan dalam tindakan kerjasama ini misalnya
dalam pemberian obat injeksi, jenis obat, dosis, dan
efek samping merupakan tanggungjawab dokter
tetapi benar obat, ketepatan jadwal pemberian,
ketepatan cara pemberian, ketepatan dosis
pemberian, dan ketepatan klien, serta respon klien
setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan
menjadi perhatian perawat.
Dependent implementations, adalah tindakan
keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan
sebagainya,
misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada klien
sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh ahli gizi,
latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran
dari bagian fisioterapi.
Tahap Yang Perlu Diperhatikan Dalam
Implementasi
1. Pada tahap persiapan.
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan
keterbatasan professional sendiri.
Memahami rencana keperawatan secara baik.
Menguasai keterampilan teknis keperawatan.
Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan.
Mengetahui sumber daya yang diperlukan.
Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam
pelayanan keperawatan.
Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur
keberhasilan.
Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul.
Penampilan perawat harus menyakinkan
2. Pada tahap pelaksanaan.
Mengkomunikasikan/ menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh
perawat.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan
perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan oleh
perawat.
Menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan
antar manusia dan kemampuan teknis keperawatan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan
adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa
aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang
telah diberikan.
3. Pada tahap terminasi.
Terus memperhatikan respons klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
Tinjau kemajuan klien dari tindakan keperawatan yang
telah diberikan.
Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan
terminasi.
Lakukan pendokumentasian
Prinsip Implementasi
Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan
(Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan respons klien.
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan
professional, hukum dan kode etik keperawatan.
3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.
5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi
keperawatan.
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care).
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.
Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien.
8. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan.
9. Bersifat holistik.
10. Kerjasama dengan profesi lain.
11. Melakukan dokumentasi
Metode Implementasi
Membantu Dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari
Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari(AKS)adalah aktivitas yang biasanya dilakukan
sepanjang hari/ normal,aktivitas tersebut
mencakup:ambulasi,makan,berpakaian,mandi,menyikat gigi,dan berhias.
Konseling
Konseling merupakan metoda implementasi yang membantu klien menggunakan
proses pemecahan masalah untuk mengelani dan menangani stres dan yang
memudahkan hubungan interpersonal diantara klien,keluarganya,dan tim
perawatan kesehatan.
Penyuluhan
Digunakan menyajikan prinsip,prosedur dan teknik yang tepat tentang perawatan
kesehatan untuk klien dan untuk menginformasikan klien tentang ststus
kesehatannya.
Memberikan asuhan keperawatan langsung
Untuk mencapai tujuan terapeutik klien,perawat melakukan intervensi untuk
mengurangi reaksi yang merugikan dengan menggunakan tindakan pencegahan
dan preventive dalam memberikan asuhan.
IMPLEMENTASI Pencegahan Primer:
Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi.
Pemeliharaan kebersihan diri.
Menjaga keselamatan dan keamanan.
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan latihan/olah raga.
Mempertahankan kemandirian lansia, Menata pola
hidup dan persiapan menghadapi kematian
Pencegahan Sekunder:
Pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari lansia.
Melakukan pemantauan secara teratur dan deteksi dini kemungkinan
adanya gangguan kulit, eleminasi, pergerakan/ mobilisasi
Melakukan rujukan secara tepat sesuai masalah yang ditemukan dan
kebutuhan pasien Melakukan intervensi keperawatan secara tepat
sesuai masalah kesehatan yang ditemukan
Bantu lansia mendapatkan alat bantu sesuai kebutuhan misal : kursi
roda untuk mobilisasi, gigi palsu untuk mengunyah, kaca mata untuk
penglihatan dll.
Kolaborasi dengan keluarga untuk menghilangkan faktor yang
membahayakan di lingkungan dan penggunaan pengaman Persiapan
bantuan dari care giver sesuai kebutuhan dan sumber yang tersedia
Menata pola hidup dan persiapan menghadapi kematian
Pencegahan Tersier:
Hindarkan tekanan pada kulit untuk waktu yang lama, dan hindarkan
tidur dengan kaki menyilang, penggunaan warna yang menyilaukan.
Anjurkan penggunaan baju longgar dan sepatu yang sesuai dengan
ukuran.
Mengenali waktu untuk eliminasi dan biasakan defekasi dan miksi
teratur.
Olah raga ringan secara teratur.
Ajarkan Kegel Exercise dan bantu melakukan bladder training
Gunakan multi sensori saat berkomunikasi atau memberikan edukasi
bagi lansia.
Lakukan prinsip-prinsip orientasi realita, anjurkan klien untuk
mengekpresikan perasaannya, bantu lansia membangun jaringan
dukungan sosial.
Rujuk ke tempat-tempat ibadah atau kelompok pembinaan lansia.
Bantu keluarga mengembangkan strategi koping yang positif.
CARA MEMPERTAHANKAN KEMAMPUAN AKTIFITAS
SEHARI-HARI PADA LANSIA
1. Exercise/olahraga bagi lansia sebagai individu/ kelompok
Latihan senam aerobik sekurang-kurangnya 30 menit dengan
intensitas sedang, dilakukan 5 kali dalam seminggu.
Latihan penguatan otot adalah seperti aktivitas yang melawan
gravitasi (gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik
dan dilakukan berulang-ulang). Penguatan otot dilakukan 2
hari dalam seminggu dengan istirahat untuk masing-masing
sesi dan untuk masing-masing kekuatan otot.
Fleksibilitas dan latihan keseimbangan adalah aktifitas untuk
membantu mempertahankan rentang gerak sendi (ROM) yang
diperlukan untuk melakukan aktifitas fisik dan tugas sehari-
hari secara teratur.
2. Terapi Aktifitas Kelompok
Terapi aktivitas pada lansia sebagai individu/kelompok
dengan indikasi tertentu.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang
dilakukan atas kelompok penderita bersama-sama dengan
berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan
oleh seseorang terapis.
Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
Mengembangkan stimulasi persepsi,
Mengembangkan stimulasi sensoris,
Mengembangkan orientasi realitas,
Mengembangkan sosialisasi.
Jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia
Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas dari musik
yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam pengungkapan
perhatian terletak pada struktur dan urutan matematis yang dimiliki.
Lansia dilatih dengan mendengarkan musik terutama musik yang
disenangi.
Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Proses ini diharapkan mengembangkan respon
lansia terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan dan menjadi adaptif.
Aktifitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan:
seperti membaca majalah, menonton acara televisie. Stimulus dari
pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi lansia yang
mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan dan kebencian.
Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang
ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara
bertahap dari interpersonal (satu per satu), kelompok, dan massa.
Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
Orientasi Realitas
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien,
yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau
orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien.
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu,
dan rencana ke depan. Aktifitasnya dapat berupa : orientasi orang,
waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
3. LATIHAN KOGNITIF
Latihan kemampuan sosial meliputi; melontarkan
pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan
suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
Aversion therapy: Terapi ini memberikan stimulasi
yang membuat cemas atau penolakan pada saat
tingkah laku maladaptif dilakukan klien.
Contingency therapy: Meliputi konsekuensi positif
untuk perilaku yang diinginkan dan konsekuensi
negatif untuk perilaku yang tidak diinginkan.
EVALUASI
Pengertian evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi
didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan
keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang
telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang
tampil.
Meirisa, 2013, Evaluasi merupakan tahap akhir yang
bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi
suatu masalah.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan
dari rencana, dan pelaksanaan tindakan keperawatan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh
perawat dalam melakukan evaluasi, antara
lain:
Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan,
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil
yang diharapkan,
Mengukur pencapaian tujuan,
Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian
tujuan,
Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana
keperawatan bila perlu.
Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mecapai tujuan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan:
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien
mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan)
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai
tujuan) (Lyer dalam Nursalam, 2008)
MENGUKUR PENCAPAIAN TUJUAN :
1. Kognitif : meliputi pengetahuan klien terhadap penyakitnya,
mengontrol gejala, pengobatan, diet, aktifitas, persediaan alat,
resiko komplikasi, gejala yang harus dilaporkan, pencegahan,
pengukuran dan lainnya.
Interview : recall knowledge (mengingat), komprehensif (menyatakan
informasi dengan kata-kata klien sendiri), dan aplikasi fakta
(menanyakan tindakan apa yang akan klien ambil terait dengan status
kesehatannya)
2. Affektif : adanya perubahan perilaku meliputi tukar-menukar
perasaan, cemas yang berkurang, kemauan berkomunikasi, dsb.
Observasi secara langsung
Feedback dari staf kesehatan yang lainnya