X DENGAN
HIPERBILIRUBIN DI RUANG......... RSUD R. SYAMSUDIN
S.H KOTA SUKABUMI
MELI NURAENI
32722001D19056
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, hala ini di sebabkan karena
segala keterbatasan dan waktu yang di miliki oleh penulis yang kurang memadai.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan 4
1.3.1Tujuan Umum 5
1.3.2Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat 5
1.4.3Bagi RS 6
2.1.1Definisi Hiperbilirubin 7
2.1.2Klasifikasi Hiperbilirubin 8
2.1.3Etiologi Hiperbilirubin 9
2.1.4Patofisiologi Hiperbilirubin 12
2.1.5Pemeriksaan Hiperbilirubin 14
2.1.6Penatalaksanaan Hiperbilirubin 15
2.2.2Diagnosa Keperawatan 29
2.2.3Intervensi Keperawatan 30
2.2.4Implementasi Keperawatan 40
2.2.5Evaluasi Keperawatan 41
3.4 Definisi
Operasional........................................................43
..........................................................43
3.5.1Lokasi 43
3.5.2Waktu 43
3.6.1Wawancara 44
3.6.2Observasi/Pengamatan 44
3.6.3Dokumentasi 44
3.7.1Analisa Data 44
3.7.2Penyajian Data 45
3.7.3Kesimpulan 45
3.8 Etik Studi
Kasus..............................................................45
3.8.2 Anonymity..............................................................46
3.8.3 Condifidentiality.....................................................46
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Angka kematian bayi dan balita merupakan salah satu indikator derajat
Goals) menyatakan bahwa angka kematian bayi harus dapat diturunkan menjadi
23/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Berbagai upaya yang aman dan efektif
untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian BBL adalah pelayanan
Neonatus atau bayi baru lahir (BBL) merupakan suatu fase kehidupan
lanjutan dari janin yang sebelumnya berasal dari intra uterin, sehingga
keberadaannya dianggap unik Keunikan bayi baru lahir tersebut dikarenakan pada
masa tersebut setiap bayi memiliki kebutuhan yang berbeda dan membutuhkan
bantuan orang dewasa dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan bayi baru lahir
tersebut terutama dalam proses adaptasi dengan lingkungan (Sholeh et al. 2019).
Hal tersebut dikarenakan bila tidak terpenuhi dapat mengakibatkan kematian atau
cacat seumur hidup (Marta and Tomey 2012). Keadaan bayi sangat bergantung
keadaannya normal atau tidak. Diantara bayi yang normal ada yang membutuhkan
pertolongan medis segera seperti bayi baru lahir dengan asfiksia, perdarahan dan
selaput lender, kulit, atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Peningkatan
kadar bilirubin terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 dan mencapai puncaknya pada hari
ke-5 sampai hari ke-7, kemudian menurun kembali pada hari ke-10 sampai hari
ke-14 (Dewi, 2014). Hiperbilirubin pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang
sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar bilirubin dalam
dalam cairan luar sel (extracellular fluid). Istilah jaundice berasal dari bahasa
perancis jaune yang artinya kuning, dan warna kuning tersebut adalah merupakan
gejala dari suatu penyakit primer yang masih harus di tetapkan diagnosisnya
normal kadar bilirubin dalam darah tidak melebihi 1 mg/dL (17 µmol/L) dan bila
kadar bilirubin melebihi 1.8 mg/dL (30 µmol/L) akan menimbulkan ikterus atau
hiperbilirubin pada bayi di indonesia sekitar 50% bayi cukup bulan yang
(ikterus), dan bayi kurang bulan (prematur) kejadiannya lebih sering, yaitu 75%
angka hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 51,47%, dengan
faktor penyebabnya antara lain Asfiksia 51%, BBLR 42,9%, Sectio Cesaria
Faktor penyebab ikterus pada bayi baru lahir dikarenakan fungsi usus dan
hati yang belum bekerja secara sempurna sehingga banyak bilirubin yang tidak
terkonjugasi dan tidak terbuang dari tubuh. Selain itu, ikterus dapat terjadi
dikarenakan kurangnya ASI pada 2-3 hari pertama setelah kelahiran (Abata 2016).
Penyebab yang sering terjadi adalah hemolisis yang timbul akibat inkompatibilitas
Tavakolizadeh 2018) terdiri dari beberapa faktor predisposisi seperti WBC, Hb,
PLT, usia kehamilan, tingkat TSH, dan T4, serta G6PD. Secara umum,
hemolitik, tetapi banyak juga bayi baru lahir menjadi ikterus karena belum
sebesar 21,71% dan kejadian ikterus neonatorum sebesar 29,46%. Bayi BBLR
komplikasi yang dapat terjadi dalam jangka pendek bayi akan mengalami kejang-
kejang, kemudian dalam jangka panjang bayi bisa mengalami cacat neurologis
menyebabkan kernikterus jika kadar bilirubin tak terkonjugasi lebih dari normal.
et al. 2018). Akan tetapi apabila bayi dapat bertahan hidup, maka akan ada
dampak sisa dari kernikterus tersebut yaitu bayi dapat menjadi tuli, spasme otot,
gangguan mental, gangguan bicara, dan gangguan pada sistem neurologi lainnya
secara fisiologis bayi mengalami kuning pada bagian wajah dan leher, atau pada
derajat satu dan dua dengan kadar bilirubin (<12mg/dl). Kondisi tersebut dapat
diatasi dengan pemberian intake ASI (Air Susu Ibu) yang adekuat dan sinar
pemberian intake ASI pada (Karyati, & Yusminah 2019), menunjukkan bahwa
rata-rata penurunan kadar bilirubin bayi yang diberikan asi tiap 2 jam adalah 7,17
mg/dl. Pada bayi yang diberikan asi tiap 3 jam, rat-rata penurunan kadar bilirubin
bayi adalah 7,01 mg/dl. Sedangkan untuk penjemuran sinar matahari pagi,
Paparan sinar matahari pagi berpengaruh terhadap penurunan tanda ikterus
atau derajat tiga sampai lima dengan kadar bilirubin (>12mg/dl) kondisi tersebut
di indikasikan untuk dilakuakan fototherapi, jika kadar bilirubin >20 mg/dl maka
bayi di indikasikan untuk diberikan transfusi tukar (Atikah & Jaya 2015).
memberikan asuhan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien, seperti bayi
(.7-8% pada bayi lahir yang menyusu ASI > 15% pada bayi cukup bulan), pola
makan tidak ditetapkan dengan baik, kesulitan transisi ke kehidupan ekstra uterin,
tepat karena dampak dari hiperbilirubin sendiri sangatlah fatal, yaitu dapat
untuk studi kasus yang disusun secara sederhana dalam bentuk karya tulis ilmiah
”.
Sukabumi”.
Kota Sukabumi.
Kota Sukabumi.
Kota Sukabumi.
5) Mampu Mengevaluasi Tindakan Keperawatan pada Bayi Ny.X
Sukabumi.
TINJAUAN PUSTAKA
dan mata bayi baru lahir yang bisa disebabkan oleh faktor
dalam serum tali pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan
pada umur bayi sekitar 11- 12 hari. Pada Bayi Berat Lahir
(Maulida, 2018).
fisiologis apabila :
patologis.
kurang bulan
b) Hiperbilirubin Patologis
2018).
bulan
sepsis)
b) Asfiksia
c) Hipoksia
f) Hipoglikemia
diantaranya yaitu :
a. Produksi Yang Berlebih
(Inkompatibilitas ABO)
Hepar
d. Gangguan Ekskresi
penyebab lain.
e. Gangguan Transportasi
ke sel otak.
retikuloendotelial.
ikatan protein.
indirek).
darah hepatic.
sebelumnya.
13 mg/dl
2. Pemeriksaan Radiology
hepatoma.
3. Ultrasonografi
5. Peritoneoskopi
6. Laparotami
1. Tindakan umum
hamil.
b. Mencegah trauma melahikan, pemberian obat pada ibu
2. Tindakan khusus
obat.
b. Fototerafi
fotobilirubin.
anemia.
pada 24 jam pertama pada bayi resiko tingi dan berat badan
lahir rendah.
faktor-faktor :
pertama
5. Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam
pertama
(kepekaan)
stabil .
d. Terapi obat
enterophepatika.
1. Identitas
Identitas diri pasien terdiri dari nama, tempat tanggal lahir dan
jenis kelamin. Identitas penanggung jawab terdiri dari nama (ayah dan
2. Genogram
kondisi keluarga.
3. Alasan Dirawat
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan pokok yang menjadi alasan pasien
tubuh rendah.
b) Riwayat Penyakit
permenit (2)
permenit (1)
(1)
Respirasi (Pernapasan)
(2)
Pemeriksaan Umum
90/60 mmHg)
4. Riwayat Anak
LK/LD bayi.
5. Pola Nutrisi
6. Pola Eliminasi
Yang perlu dikaji adalah apakah pola tidur bayi dalam batas
– 16 jam untuk bayi berusia 3-6 bulan, dan kurang lebih 14 jam
8. Pola Aktivitas
9. Pemeriksaan Fisik
a. Pengkajian pernapasan
sarturasi oksigen.
b. Pengkajian kardiovaskuler
c. Pengkajian gastrointestinal
d. Pengkajian neurologis-muskuloskletal
e. Pengkajian genitourinaria
f. Pengkajian suhu
lingkungan.
g. Pengkajian kulit
kuning.
abnormal (.7-8% pada bayi lahir yang menyusu ASI > 15% pada
dehidrasi
evaporasi
dan standar.
pelaksanaan.
METODE PENELITIAN
Desain yang akan digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang
sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus
Kota Sukabumi.
Partisipan pada kasus ini yang diteliti adalah pada Bayi Ny.X Dengan
(Depkes RI,2014).
pada kulit dan mata bayi baru lahir yang bisa disebabkan oleh faktor
3.6.1 Wawancara
vital.
1.7.3 Kesimpulan
menjadi responden.
responden.