Anda di halaman 1dari 11

RESUME

KONSEP PENGKAJIAN DAN PROSES KEPERAWATAN

DOSEN PENGAMPU

Ns. Rahayu Savitri, M.Kep

Disusun Oleh:

Nama: Imam Abdullah

NIM: C.0105.23.118

Kelas : TK 1D

Mata Kuliah: Keterampilan Dasar Keperawatan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS STIKes Budi Luhur Cimahi

Jl. Kerkof No. 243 Leuwigajah Cimahi 40532 Jawa Barat - Indonesia. (022) 6674696- (022) 667 4696
info@stikesbudiluhurcimahi.ac.id.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN DAN TAHAPANNYA DALAM PROSES KEPERAWATAN

Konsep Pengkajian Keperawatan

• Konsep ini adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat profesional dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada individu, keluarga atau masyarakat dalam
rentang sehat sakit.

• Pengkajian dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan, meliputi pengumpulan data, analisis
data, sistematika data, penentuan masalah, dan dokumentasi data.

Tujuan

• Menguasai Konsep Keperawatan Sebagai Landasan dalam memberikan asuhan keperawatan secara
holistik dan komprehensif (Tahapan Proses Keperawatan)

(Makna holistik terkait dengan nilai-nilai yang dijadikan acuan dan makna komprehensif terkait dengan
aspek-aspek yang terkait dan saling selaras)

Proses Keperawatan

• Metode Penyusunan pemberian asuhan keperawatan yang berpusat pada klien dan sistematis (Kozier,
2011)

• Pendekatan Perawatan profesional yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mendiagnosis dan


mengatasi respon manusia terhadap kesehatan dan penyakit. (American Nurse Associations)

• Proses Keperawatan merupakan suatu panduan untuk memberikan asuhan keperawatan profesional,
baik untuk individu, kelompok, keluarga dan komunitas (Kozier, 2011)

• Serangkaian tindakan yang sistematis dan berkesinambungan, untuk mengidentifikasi masalah


kesehatan individu dan kelompok, Merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, mengevaluasi
keberhasilan tindakan. (Rohman & Walid 2012)

Tujuan Proses Keperawatan

•Tujuan dari proses keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien,
menentukan prioritas, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan klien yang
diharapkan (Potter & Perry, 2005).
• Untuk menyusun kerangka konsep berdasarkan keadaan individu (klien), keluarga dan masyarakat
agar kebutuhan mereka dapat terpenuhi.

• Membantu Perawat melakukan praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah
keperawatan. Dengan menggunakan metode ini, Perawat dapat mendemonstrasikan tanggung gugat
dan tanggung jawab pada klien, sehingga kualitas praktik keperawatan dapat ditingkatkan.

Karakteristik Proses Keperawatan

Karakteristik dan sifat proses keperawatan merupakan hal yang sangat peting yang dimana agar seorang
perawat siap dalam melakukan asuhan keperawatan diberbagai situasi, dan dapat memecahkan
masalah secara tepat yang terjadi pada klien. Seorang perawat akan mampu menggunakan standar
praktik keperawatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan menjaga mutu asuhan yang diberikan
kepada klien yang menjamin bahwa klien telah mendapatkan pelayanan yang memadai. Melakukan
proses keperawatan dapat menghasilkan metode yang baku dan sesuai, rasional (logis), dan sistematis
(urut, rapi). Hasil dari proses keperawatan selanjutnya mempunyai hasil asuhan keperawatan yang
berkualitas tinggi, hasil inilah tergantung pada sejauh mana masalah terjadi pada klien yang dapat
seorang perawat identifikasi, kemudian dari masalah itulah akan timbul bagaimana desain perencanaan
yang ditetapkan.

Tahap-Tahap Proses Keperawatan

• Proses keperawatan terdiri atas lima tahap, yaitu:

1.pengkajian

• Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan menurut
Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012).

2. diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang berlangsung aktual maupun potensial.

3 perencanaan

• Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang menggambarkan


masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan
pasien secara spesifik (Manurung, 2011).

4. implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan rencana keperawatan yang sudah di susun dalam
tahap perencanaan. Untuk kesuksesan implementasi keperawatan supaya sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai keahlian kognitif, hubungan interpersonal, dan keterampilan
dalam melakukan tindakan.

Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah sebagai Berikut :

1. Berdasarkan respons pasien

2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian Keperawatan, standar pelayanan profesional, hukum
dan kode etik keperawatan

3. Berdasarkan Penggunaan sumber-sumber yang tersedia

4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi perawat

5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana Intervensi keperawatan

6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien sebagai individuDalam upaya meningkatkan peran
serta untuk merawat diri sendiri (self care)

7. Menekankan Pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan.

8. Menjaga rasa aman, harga Diri dan melindungi pasien

9. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan

10. Bersifat Holistik

11. Kerjasama dengan profesi lain

12. Melakukan dokumentasi.

Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu:

1. Independent Implementations

Adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam Mengatasi
masalahnya sesuai dengan kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi Activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psikososio-kultural, dan lain-lain.

2. Interdependen/Collaborative Implementations

Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim
kesehatan lainnya, seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, Kateter
urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
3. Dependent Implementations

Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi, Physiotherapies,
psikolog dan sebagainya, misalnya dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien Sesuai dengan diit yang
telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
Pedoman implementasi keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:

a) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan setelah memvalidasi rencana.
Validasi menentukan apakah rencana masih relevan, masalah mendesak, berdasar pada rasional yang
baik dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang sedang diimplementasikan,
baik oleh pasien, perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama
implementasi diarahkan untuk mencapai tujuan.

b.) Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan kompeten dan efisien di
lingkungan yang sesuai. Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan keterampilan ini secara
efisien guna menjalankan rencana. Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat menunjang
pemberian asuhan yang kompeten dan efisien sekaligus memerankan peran keperawatan profesional.

c.) Keamanan fisik dan psikologis pasien dilindungi. Selama melaksanakan implementasi, keamanan fisik
dan psikologis dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat, melakukan asuhan
keperawatan dengan terampil dan efisien, menerapkan prinsip yang baik, mengindividualisasikan
tindakan dan mendukung pasien selama tindakan tersebut.

d.) Dokumentasi tindakan dan respon pasien dicantumkan dalam catatan perawatan kesehatan dan
rencana asuhan. Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdiri atas deskripsi tindakan yang
diimplementasikan dan respon pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak
diimplementasikan juga dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan
kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan pasien guna mencapai kriteria hasil.

Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah untuk
menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan atau hasil keefektifan rencana asuhan
keperawatan dengan tindakan intelektual dalam melengkapi proses keperawatan. Evaluasi
memungkinkan perawat dalam memonitor apa yang terjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan
dan implementasi intervensi.

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan dan
mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang
terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan.
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen yaitu: evaluasi struktur, evaluasi proses, evaluasi
hasil, evaluasi efisiensi dan efektivitas biaya serta evaluasi kualitas hidup pasien. Setiap tahap dari
proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain.
Jenis Pengkajian

• Pengkajian keperawatan terdiri dari tiga jenis, yaitu pengkajian awal, pengkajian berkelanjutan, dan
pengkajian khusus. Pengkajian awal dilakukan pada fase awal asuhan keperawatan dengan mengisi
formulir/format pengkajian data dasar keperawatan. Pengkajian berkelanjutan dilakukan untuk
memperoleh data yang lebih up to date dan

dikonfirmasi ulang serta digali lebih mendalam. Data konfirmasi dilakukan untuk mendapatkan validasi
informasi, sedangkan data perluasan didapat dari hasil riset literatur, wawancara, dan pemeriksaan
laboratorium, Pengkajian khusus dilakukan ketika pasien membutuhkan alat ukur tertentu untuk
mengambil keputusan klinis. Contoh alat ukur tersebut adalah GCS untuk pengkajian tingkat kesadaran
dan HARS untuk pengkajian status kecemasan pasien.

Aktivitas Pengkajian Data

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan, meliputi pengumpulan
data, analisis data, sistematika data, penentuan masalah, dan dokumentasi data

Tujuan Pengumpulan Data

Pengumpulan data sangat penting dalam proses keperawatan karena data memiliki peran penting dalam
setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat dan staf lainnya.untuk menilai keadaan kesehatan pasien,
untuk menunjang tindakan pada pasien. Oleh karena itu, keakuratan data juga diperlukan dalam
pengkajian data untuk pengelompokan atau pengklasifikasian data diperlukan ketelitian dalam
pengkajian Data Pasien.

Jenis Data

Data subyektif (Data tertutup) adalah data yang dirasakan oleh pasien hasil deskripsi, pernyataan yang
diungkapkan atau keluhan yang dinyatakan oleh pasien sendiri.

Data objektif (terbuka) merupakan data hasil pengamatan, pengukuran dan atau pemeriksaan baik
pemeriksaan laborataorium ataupun pemeriksaan penunjang medis lainnya.

Karateristik Data

1.Lengkap

2. Akurat Dan nyata

3. Relevan

Sumber Data
Primer sumber data primer adalah data- data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat memberikan
informasi yang lengap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapinya. Contoh data
yang didapat dari hasil wawancara langsung dengan klien.

Sekunder Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari orang terdekat klien (keluarga),
seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan klien.

Sumber Data Lainnya

Dari profesional kesehatan lainnya Catatan yang didapatkan dari laporan laboratorium, dan diagnostik.

Metode Pengumpulan Data

Observasi, wawancara, Pemeriksaan, Studi Dokumentasi

Pada tahap pengumpulan data dalam proses pengkajian keperawatan, perawat dapat menggunakan
metode pengumpulan data untuk memudahkan pengumpulan data dari pasien. Metode yang digunakan
di rumah sakit adalah observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Beberapa perawat menggunakan
ketiganya secara sekaligus agar hasilnya lebih akurat dan sistematis. Data yang diperoleh adalah data
subjektif dan objektif. Data subjektif diperoleh dari pendapat pasien tentang kesehatannya saat ini,
sedangkan data objektif diperoleh melalui observasi.

• Metode pertama yang disarankan oleh jurnal adalah observasi, yaitu pengumpulan data dengan
menggunakan panca indera. Metode kedua adalah wawancara, di mana perawat bertanya langsung ke
pasien atau pendampingnya jika pasien tidak bisa menjawab. Metode ketiga adalah pemeriksaan, di
mana segala sesuatu harus diperiksa terlebih dahulu agar hasilnya akurat dan perawat dapat
menetapkan diagnose keperawatan dengan lebih mudah. Observasi pasien harus dilakukan dengan hati-
hati dan tidak boleh ada yang terlewatkan. Perawat harus memerhatikan data dan menginterpretasikan
data dengan benar. Perawat juga harus memiliki pengetahuan yang matang agar tidak salah dalam
melakukan observasi pasien. Observasi harus berurutan, termasuk tanda klinis adanya masalah pada
pasien, ancaman terhadap keamanan pasien, adanya dan berfungsinya peralatan yang terkait, serta
lingkungan sekitar termasuk orang-orang di dalamnya.

• Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang direncanakan dan disepakati oleh kedua
pihak pasien dan perawat. Tujuannya adalah untuk mengetahui informasi mengenai kesehatan pasien,
mengidentifikasi masalah pasien, dan mengevaluasinya. Ada dua pendekatan wawancara yaitu
wawancara direktif dan wawancara nondirektif. Wawancara direktif merupakan wawancara yang sangat
terstruktur dan menghasilkan informasi. Wawancara dengan pasien merupakan salah satu tugas penting
bagi perawat. Ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara direktif dan wawancara nondirektif. Pada
wawancara direktif, perawat memberikan pertanyaan tertutup yang hanya memerlukan jawaban "ya"
atau "tidak" atau jawaban factual singkat yang memberikan informasi yang spesifik dari pasien.
Sedangkan pada wawancara nondirektif, perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritai yang dialami oleh pasien dan perawat menanggapinya dengan menggunakan pertanyaan
terbuka. Ada empat jenis pertanyaan pada saat melakukan wawancara, yaitu pertanyaan tertutup,
pertanyaan terbuka, pertanyaan netral, dan pertanyaan terarah. Pertanyaan tertutup digunakan dalam
wawancara direktif dan bersifat restriktif. Pertanyaan terbuka sesuai dengan wawancara nondirektif
mengajak pasien untuk menjelaskan mengenai kesehatan pasien. Pertanyaan netral adalah pertanyaan
yang dapat dijawab oleh pasien tanpa arahan dari perawat terlebih dahulu dan digunakan dalam
wawancara nondirektif. Sedangkan pertanyaan terarah adalah kebalikan dari pertanyaan netral yang
perlu pasien diarahkan dulu oleh perawat dan digunakan pada wawancara direktif. Perencanaan
sebelum melakukan wawancara juga sangat penting bagi perawat. Perlu dipertimbangkan tempat,
waktu, susunan tempat duduk serta bahasa yang digunakan agar mudah dipahami oleh pasien. Tahap
pembukaan dan penutup juga harus diperhatikan dengan baik dalam melakukan wawancara dengan
pasien. Wawancara dengan pasien merupakan salah satu tugas penting bagi perawat. Ada dua jenis
wawancara, yaitu wawancara direktif dan wawancara nondirektif. Pada wawancara direktif, perawat
memberikan pertanyaan tertutup yang hanya memerlukan jawaban "ya" atau "tidak" atau jawaban
factual singkat yang memberikan informasi yang spesifik dari pasien. Sedangkan pada wawancara
nondirektif, perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritai yang dialami oleh pasien
dan perawat menanggapinya dengan menggunakan pertanyaan terbuka.Ada empat jenis pertanyaan
pada saat melakukan wawancara, yaitu pertanyaan tertutup, pertanyaan terbuka, pertanyaan netral,
dan pertanyaan terarah. Pertanyaan tertutup digunakan dalam wawancara direktif dan bersifat
restriktif. Pertanyaan terbuka sesuai dengan wawancara nondirektif mengajak pasien untuk menjelaskan
mengenai kesehatan pasien. Pertanyaan netral adalah pertanyaan yang dapat dijawab oleh pasien tanpa
arahan dari perawat terlebih dahulu dan digunakan dalam wawancara nondirektif. Sedangkan
pertanyaan terarah adalah kebalikan dari pertanyaan netral yang perlu pasien diarahkan dulu oleh
perawat dan digunakan pada wawancara direktif. Perencanaan sebelum melakukan wawancara juga
sangat penting bagi perawat. Perlu dipertimbangkan tempat, waktu, susunan tempat duduk serta
bahasa yang digunakan agar mudah dipahami oleh pasien. Tahap pembukaan dan penutup juga harus
diperhatikan dengan baik dalam melakukan wawancara dengan pasien. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan yang dimaksud disini adalah metode dengan memeriksa langsung keadaan fisik pasien.
metode ini juga menggunakan observasi dengan Pemeriksaan kesehatan pasien menggunakan
pendekatan sistem tubuh dengan menggunakan panca indra. Perawat harus mencatat hasil
pemeriksaan

secara sistematis dan langsung saat melakukan pengumpulan data. Dokumentasi pengkajian
keperawatan adalah catatan tentang hasil pengkajian pasien yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi, membuat data dasar, dan mencatat respons kesehatan pasien. Pengkajian yang komprehensif
dan sistematis akan membantu mengidentifikasi masalah pasien dan merumuskan diagnosa
keperawatan berdasarkan respon fisik, sosio-kultural, psikologis, dan spiritual klien. Proses diagnostik
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan didukung oleh data dasar yang diperoleh saat melakukan
pengkajian. Batasan karakteristik adalah indikator klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik.
Metode dokumentasi dalam pengkajian keperawatan bertujuan untuk:

Dalam dokumentasi keperawatan, penting untuk mengumpulkan, mengorganisir, dan mencatat data
yang menjelaskan respon manusia yang mempengaruhi pola-pola kesehatan pasien. Hasil dokumentsi
pengkajian akan menjadi dasar penulisan rencana asuhan keperawatan dan memberikan keyakinan
tentang informasi dasar tentang kesehatan pasien untuk dijadikan referensi status kesehatannya saat ini
atau yang lalu. Selain itu, dokumentasi juga memberikan data yang cukup untuk menentukan strategi
perawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Jenis dokumentasi keperawatan meliputi

dokumentasi pada saat pengkajian awal (Initial Assessment), dokumentasi pengkajian lanjutan (Ongoing
Assessment), dan dokumentasi pengkajian ulang (Reassessment). Dokumentasi pada saat pengkajian
awal dibuat ketika pasien pertama kali masuk rumah sakit dan digunakan sebagai dasar dalam
pemberian asuhan keperawatan. Sedangkan, data pada dokumentasi pengkajian lanjutan merupakan
pengembangan dasar yang dilakukan untuk melengkapi pengkajian awal dengan tujuan semua data
menjadi lengkap sehingga mendukung informasi tentang permasalahan kesehatan pasien. Hasil
pengkajian ini dimasukkan dalam catatan perkembangan terintegrasi pasien atau pada lembar data
penunjang. Dokumentasi pengkajian ulang merupakan pencatatan terhadap hasil pengkajian yang
didapat dari informasi selama evaluasi. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana
tindakan asuhan keperawatan dan sejalan dengan diagnosis medis sebab dalam mengumpulkan data-
data saat melakukan pengkajian keperawatan yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa medis.

Diagnosis keperawatan melibatkan interpretasi data, verifikasi dengan pasien, menentukan label
diagnosis, dan menuliskan diagnosis. Tujuan dokumentasi diagnosa keperawatan adalah untuk
menyampaikan masalah klien dalam istilah yang dapat dimengerti semua perawat, mengenali masalah
utama klien pada pengkajian, mengetahui perkembangan keperawatan, masalah dimana adanya
respons klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-faktor yang menunjang atau
menyebabkan suatu masalah (etiologi), dan kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah.

Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori: aktual, risiko, kemungkinan, dan "wellness".
Diagnosa aktual menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. Syarat
menegakkan diagnosa aktual harus ada unsur PES. Diagnosa risiko menjelaskan masalah kesehatan yang
nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan risiko diagnosa keperawatan
adanya unsur PE (problem dan etiologi). Penggunaan istilah "risiko dan risiko tinggi" tergantung dari
tingkat keparahan/kerentanan terhadap masalah. Diagnosa kemungkinan menjelaskan bahwa perlu
adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Diagnosis keperawatan
"wellness" merupakan diagnosis yang digunakan ketika seseorang dalam kondisi sehat dan tidak
memiliki keluhan atau gejala penyakit. Diagnosis ini bertujuan untuk mempertahankan kondisi sehat
seseorang dan mencegah timbulnya penyakit di masa depan. Diagnosa keperawatan wellness adalah
keputusan klinik tentang transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat yang lebih tinggi. Ada 2 kunci
yang harus ada: sesuatu yang menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dan adanya
status dan fungsi yang efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Heni., Identifikasi Diagnosis Keperawatan pada Pasien di Ruang Paru Rumah Sakit

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN 1907-0357

Damhudi, Dedi., Irawaty, Dewi., Hariyati, S. T. Rr. Efektifitas Metode NIHSS dan ESS

dalam Membuat Diagnosa Keperawatan Aktual pada Pasien Stroke Berat Fase Akut Volume 15 No.1.
Maret 2012; hal 7-12

Dinarti., Mulyanti, Yuli., Buku Bahan Ajar Keperawatan Dokumentasi Keperawatan, edisi Oktober 2017

Efendy M. A., Purwandari Retno., Perbedaan Tingkat Kualitas Dokumentasi Proses Keperawatan
Sebelum dan Sesudah Penerapan Nansa-I, NIC dan NOC. Jurnal Keperawatan

Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Budiono. (2016). Konsep Dasar

Keperawatan. Jakarta: Pubsdik SDM Kesehatan. Carrol. (2010). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Yenni Yusli. (n.d.). Analisis Kebutuhan Sistem Informasi Pasien Rawat Inap Dengan Menggunakan
Metode Kano. Jurnal Edik Informatika, 38-48 Simamora, R. H. (2008). Peran Manejer dalam Pembinaan
Etika Perawat Pelaksana dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Asuhan Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai