RONDE KEPERAWATAN
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Jan
20
ASUHAN KEPERAWATAN
Sebelum menyusun suatu asuhan keperawatan yang baik, kita harus memahami langkah langkah dari
proses keperawatan. Proses perawatan merupakan suatu metode bagi perawat untuk Memberikan asuihan
keperawatan kepada klien. Beberapa pengertian proses kaparawatan adalah sebagai berikut
Suatu metoda pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional (Kozier, 1991)
Metoda pemberian asuhan keperawatan yang terorganisir dan sistematis, berfokus pada respon yang unik
dari individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial (Rosalinda,1986)
Suatu aktifitas yang dinamika dan berkelanjutan yang meliputi interaksi perawat klien dan proses
pemecahan masalah (Schultz dan Videbeck).
Proses keperawatan bukan hanya sekedar pendekatan sistematik dan terorganisir melalui enam langkah
dalam mengenali masalah-masalah klien, namun merupakan suatu metode pemecahan masalah baik
secara episodic maupun secara linier. Kemudian dapat dirumuskan diagnosa keparawatannya, dan cara
pemecahan masalah.
Adapun karakteristik dari proses keperawatan antara lain:
Merupakan kerangka berpikirdalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, keluarga, dan
komunitas.
Bersifat
teratur
Bersifat
saling
Memberikan
bergantung
asuhan
Klien
dan
menjadi
satu
sistematis.
dengan
keperawatan
pusat
dan
yang
secara
menghargai
lain
individual
kekuatan
klien
tahapan
yaitu:
Dalam
proses
keperawatan
terdapat
empat
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperwatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis,
psikologis,
social,
dan
spiritual.
Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai kesadaran / tilik
diri , kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan senantiasa
mampu
berespon
secara
efektif.
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Adapun data
yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland & mc
Farlane,
Adapun
1997)
hal-hal
yang
perlu
diperhatikan
selama
pengkajian
antara
lain:
Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan
kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa mempengaruhi status kesehatannya.
Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu
yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat suatu database yang lengkap. Data yang
terkumpul berasal dari perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1987;1994)
Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan catatan kesehatan
klien.
Metode
Melakukan
Riwayat
Pemeriksaan
pengumpulan
data
meliputi
interview/wawancara.
kesehatan/keperawatan
fisik
Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam
medik)
Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan
dari
klien,
keluarga,
rekam
medik,
dan
pemberi
pelayanan
kesehatan
yang
lain.
Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat profesional yang menggambarkan tanda
dan gejala yang menunjukan masalah kesehatan yang dirasakan klien dimana perawat berdasarkan
pendidikan
dan
pengalaman
mampu
menolong
klien.
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 1992) mendefinisikan diagnosa keperawatan
semacam keputusan klinik yang mencakup klien, keluarga, dan respon komunitas terhadap sesuatu yan
berpotensi
sebagai
masalah
kesehatan
dalam
proses
kehidupan.
Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik, mencakup proses
diagnosa
keperawatan
dan
perumusan
dalam
pembuatan
pernyataan
keperawatan.
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa
dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa
syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, risiko, dan
potensial
dalam
diagnosa
Tipe
keperawatan.
Diagnosa
Ada
tiga
tipe
diagnosa
keperawatan
keperawatan
menurut
NANDA
yaitu:
Diagnosa keperawatan actual, yaitu respon manusian terhadap kindisi kesehatan atau proses kehidupan
yang didukung oleh sekelompok batasan karakteristik dan termasuk factor yang berhubungan (etiologi)
yang
mempunyai
kontribusi
terhadap
perkembangan
atau
pemeliharaan
kesehatan.
Diagnosa keperawatan resiko, yaitu menunjukanrespon manusia yang dapat timbul pada seseorang atau
kelompok yang rentan dan ditunjang dengan factor resiko yang memberi konstribusi pada peningkatan
kerentanan.
Diagnosa keperawatan kesejahteraan, yaitu menguraikan respon manusian terhadap tingkat kesehatan
pada individu atau kelompok yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan lebih tinggi.
Perumusan
masalah
Setelah perawat menyelesaikan pengkajian, perawat kemudian menyeleksi outkom menggunakan skala
pengukuran dan pengidentifikasi rating yang diinginkan untuk bisa dicapai melalui intervensi.
Tujuan dalam criteria hasil akan memberikan petunjuk bagi perawat untuk menentukan tindakan
keperawatan dan untuk meningkatkan evaluasi dari perawat. Tujuan seharusnya ditulis dalam terminology
tingkah laku. Ini berarti kata kerja digunakan untuk menunjukan tujuan yang menggambarkan tingkah laku
yang mungkin diobservasi dan harus mempunyai sedikit interpretasi. Tujuan harus realistic menggambarkan
apa yang perawat ingin selesaikan dengan waktu yang spesifik. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Intervensi
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus.
Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien
dapat
diatasi.
Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau standar asuhan
keperawatan Amerika yang membagi karakteristik tindakan berupa: tindakan konseling, pendidikan
kesehatan, perawatan mandiri dan aktifitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan, perawatan
berkelanjutan, tindakan kolaborasi (terapi somatic dan psikofarma). Pada dasarnya tindakan keperawatan
terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan, terapi perawatan, pendidikan kesehatan dan tindakan
kolaborasi.
Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan
kolaborasi,
dan
tindakan
rujukan
ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata
sering implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena parawat belun terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana
tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan
klien
dan
perawat
jika
berakibat
fatal,
dan
juga
tidak
memenuhi
aspek
legal.
Sebelum meleksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga
menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengan
tindakan
yang
akan
dilaksanakan
Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan
penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal.(Alfaro-LeFevre, 1994)
Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan
apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.Perencanaan merupakan dasar yang
mendukung
suatu
evaluasi.
Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus
diagnosa
keperawatan,
tujuan,
atau
intervensi
keperawatan.
Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dank lien
(Yura
&
Walsh,
1988)
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan
beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan., termasuk pengetahuan
mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Tambahkan komentar
2.
Jan
3
Tujuan Instruksional
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa akan dapat:
1. Menjelaskan tahap pendidikan dalam keperawatan
2. Membedakan pendidikan pada tahap akademik dan profesi
3. Menjelaskan tahap perencanaan pembelajaran klinik
4. Menjelaskan tahap pelaksanaan pembelajaran klinik
5. Menjelaskan karakteristik pengajar klinik
6. Menjelaskan tahap evaluasi pembelajaran klinik
A. Pendahuluan
Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati berdasarkan pada hasil
lokakarya nasional pada tahun 1983, dan didefinisikan sebagai suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan
biopsiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga
dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia. Oleh karena itu sifat pendidikan keperawatan juga
menekankan pemahaman tentang keprofesian.
Untuk menghasilkan seorang perawat profesional, harus melewati dua tahap
pendidikan yaitu tahap pendidikan akademik yang lulusannya mendapat gelar
S.Kep. dan tahap pendidikan profesi yang lulusannya mendapat gelar Ners
(Ns). Kedua tahap pendidikan keperawatan ini harus diikuti, karena keduanya
merupakan tahapan pendidikan yang terintegrasi sehingga tidak dapat
dipisahkan antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa
tindakan ke dalam masalah klinis yang nyata. Tujuan dari praktik klinis dapat
dicapai di lingkungan manapun yang melibatkan peserta didik di dalam praktik
keperawatan. Sebagai contoh untuk mahasiswa keperawatan biasanya memakai
lahan praktik di rumah sakit tipe A, tipe B maupun tipe C untuk pembelajaran
kasus-kasus yang terkait dengan medikal bedah atau perawatan pada orang
dewasa, keperawatan gawat darurat dan keperawatan anak. Untuk kasus-kasus
maternitas seperti pertolongan persalinan biasanya bekerjasama dengan klinik
bersalin atau rumah sakit khusus ibu dan anak, karena selain memiliki pasien
dalam jumlah banyak, kasusnya pun lebih spesifik. Sehingga lebih mudah untuk
pencapaian kompetensi mahasiswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Tetapi untuk kasus-kasus yang biasa terjadi di keluarga dan
masyarakat atau komunitas yang terkait dengan pelayanan primer biasanya
menggunakan puskesmas sebagai lahan praktik.
Praktik klinik diharapkan bukan hanya sekedar kesempatan untuk menerapkan
teori yang dipelajari di kelas ke dalam praktik profesional. Melalui praktik
klinik mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan
menjadi orang yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan. Lebih jauh
lagi, praktik keperawatan profesional di bidang pelayanan keperawatan
mencakup banyak hal termasuk diantaranya pengambilan keputusan klinis yang
mengintegrasikan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian
keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat 3
menerima klien sebagai makhluk hidup yang utuh, unik dan mandiri dengan
hak-haknya yang tidak dapat dipisahkan.
dari review atau pengulangan tentang kegiatan yang akan dilakukan. Tahap
kedua overview yaitu menjelaskan tindakan yang akan dilakukan. Kemudian
tahap presentation dengan kegiatan mendemontrasikan tindakan yang akan
dilakukan. Keempat adalah exercise atau latihan, pada tahap ini mahasiswa
melakukan tindakan keperawatan di bawah supervisi instruktur klinik. Dan
terakhir summary atau membuat rangkuman dari pembelajaran yang telah
berlangsung. Kekurangan dari model ini adalah tidak mencantumkan aspek
evaluasi. Padahal melalui evaluasi instruktur klinik dapat mengetahui
kemampuan mahasiswanya. Akan tetapi tahap summary bisa dimodifikasi
menjadi tahap evaluasi.
Model satuan pelajaran (satpel) adalah model yang sering dipilih oleh
kebanyakan pendidik karena polanya yang baku. Tahapannya tiga bagian yaitu
kegiatan awal berupa pendahuluan dan apersepsi yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Tahap kedua merupakan kegiatan inti
yaitu penyampaian materi dan pemberian bimbingan terhadap mahasiswa. Dan
tahap terakhir merupakan kegiatan penutup yang biasanya ditandai dengan cara
membuat rangkuman atau melaksanakan evaluasi untuk materi yang telah
dipelajari.
bertindak profesional melalui suatu lingkungan yang sarat dengan model peran
(role model), (4) Belajar aktif dan mandiri yang dapat dicapai selama
pembelajaran klinik antara lain dengan membuat laporan pendahuluan,
presentasi kasus dan seminar hasil dan kegiatan lainnya yang menuntut
mahasiswa untuk lebih mandiri dan (5) Pendidikan berada di masyarakat atau
pengalaman belajar yang dikembangkan di masyarakat (community based
learning) yang dapat menumbuhkan dan membina sikap dan keterampilan para
mahasiswa di masyarakat.
Untuk mencapai kompetensi di atas, maka kurikulum tahap Program Profesi
(Ners) disusun berdasarkan Kurikulum Nasional dengan Surat Keputusan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun
1999 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI). Besar
beban studi kurikulum inti pada tahap program profesi (Ners) adalah minimal
20 sks (80% dari kurikulum lengkap program profesi Ners). Dengan komposisi
5 sks (25%) kelompok Keperawatan Medikal Bedah (KMB), 2 sks (10%)
Keperawatan Maternitas, 2 sks (10%) Keperawatan Anak, dan 2 sks (10%)
Keperawatan Jiwa yang ditempatkan di semester pertama. Sedangkan pada
semester kedua meliputi 2 sks (10%) Manajemen Keperawatan, 2 sks (10%)
Keperawatan Gerontik, 2 sks (10%) Keperawatan Gawat Darurat, 2 sks (10%)
Keperawatan Keluarga dan 3 sks (15%) Keperawatan Komunitas.
Setiap institusi pendidikan tinggi keperawatan hampir memiliki kurikulum yang
berbeda. Kurikulum dikembangkan sejalan dengan misi dan visi institusi. Di
dalamnya tergambar kompetensi-kompetensi yang harus dicapai peserta didik.
lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang yang cekatan
dalam menggunakan teori tindakan. Lebih jauh lagi, praktik profesional di
bidang pelayanan keperawatan mencakup banyak hal diantaranya keputusan
klinis yang berasal dari teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian
keterampilan khusus. Tidak kalah pentingnya adalah bagaimana perawat
menerima klien sebagai makhluk hidup yang unik dan mandiri dengan hak-hak
yang tidak dapat dipisahkan.
Pelaksanaan pembelajaran klinik terkait erat dengan peran pengajar pada
lingkungan klinis yang bertujuan untuk mendorong kemandirian dan
kepercayaan diri mahasiswa. Bukan mendukung berkembangnya
ketergantungan dan kepercayaan terhadap pengajar. Setelah melalui proses
pembelajaran diharapkan mahasiswa benar-benar mandiri sebab mereka akan
kembali ke masyarakat sebagai pengguna (user) jasa. Oleh karena itu
kemampuan mahasiswa selama pembelajaran di klinik sangat dipengaruhi oleh
kemampuan dan pengalaman instruktur klinik. Di beberapa negara bagian di
Australia dan di Amerika instruktur klinik dikenal dengan istilah perseptor.
Sehingga metode pembelajaran klinik yang dikembangkan dikenal dengan
istilah metode perseptorship.7
Beberapa metode yang disarankan untuk perseptorship atau pembelajaran
klinik adalah tanya jawab, diskusi, demontrasi untuk tindakan atau prosedur
yang baru dan feed back atau balikan untuk tindakan yang telah dilakukan. Hal
ini penting sebagai evaluasi untuk mengoreksi setiap tindakan yang telah
dilakukan mahasiswa. Ada banyak metode pengajaran klinis, Reilly (2002)
Ringkasan
1. Pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pendidikan
akademik dan pendidikan profesi.
2. Tahap akademik menekankan pada pengetahuan dan teori yang bersifat
deskriptif, sedangkan tahap profesional diarahkan pada tujuan praktis,
sehingga menghasilkan teori preskriptif dan deskriptif.
3. Tahap profesi hanya akan di dapat dilingkungan klinis karena lingkungan
klinis merupakan lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat
pencapaian berbagai kompetensi praktik klinis seperti tercantum dalam
kurikulum profesional. 11
4. Praktek klinik merupakan the heart of the total curriculum plan artinya
pembelajaran klinik merupakan unsur yang paling utama dalam pendidikan
keperawatan.
5. Agar pembelajaran di klinik tetap efektif, seorang pengajar klinis sebaiknya
memiliki karakteristik tertentu dan harus adanya pembatasan kewenangan
yang jelas dan spesifik tentang asuhan keperawatan yang menjadi
tanggung
jawab mahasiswa dan tanggung jawabnya.
6. Sebelum melaksanakan pembelajaran klinik sebaiknya dibuat perencanaan
Tambahkan komentar
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.