Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

PROSES KEPERAWATAN

OLEH :

Ns. I Made Suja, S.Kep.,SH.,M.Si.

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI


2019
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Banyak pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli keperawatan tentang proses
keperawatan, diantaranya adalah menurut:
Ali (2009) Asuhan keperawatan merupakan proses atau serangkaian kegiatan praktik
keperawatan langsung pada klien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan yang
pelaksanaannya berdasarkan kaidah profesi keperawatan dan merupakan inti dari praktek
keperawatan.
Asmadi (2008) Penerapan proses keperawatan untuk klien merupakan salah satu wujud
tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien. Pada akhirnya, penerapan proses
keperawatan ini akan meningkatkan kualitas layanan keperawatan pada klien.
Suarli &Bahtiar (2009) Proses Keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan
keadaan biologis, psikologis, social dan spiritual yang optimal, melalui tahap pengkajian,
identifikasi diagnosis keperawatan, penentuan rencana keperawatan, serta evaluasi tindakan
keperawatan.
B. PERKEMBANGAN PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten, sesuai dengan
perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut mengalami perkembangan :
1. Proses keperawatan pertama kali dijabarkan oleh Hall (1955)
2. Tahun 1960, proses keperawatan diperkenalkan secara internal dalam keperawatan
3. Wiedenbach (1963) mengenalkan proses keperawatan dalam 3 Tahap : observasi,
bantuan pertolongan dan validasi.
4. Yura & Walsh (1967) menjabarkan proses keperawatan menjadi 4 tahap : pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama
proseskeperawatan dipublikasikan.
5. Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger & Jauron (1975) dan Aspinall
(1976)menambahkan tahap diagnosa, sehingga proses keperawatan menjadi 5 tahap :
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini dari analisis
pikir : dicover (menemukan), delve (mempelajari atau menganalisis),
decide(memutuskan), do (mengerjakan) dan discriminate (identik dengan evaluasi).
6. Dengan berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar
hukum praktik keperawatan. ANA (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu
pedoman dalam pengembangan Standart Praktik Keperawatan.
7. Tahun 1975 : diadakan konferensi nasional tentang klasifikasi diagnosis keperawatansetiap
dua tahun di Universitas Sr. Louis. Klasifikasi diagnosis keperawatan ini kemudiandisebut
dengan NANDA (North American Nursing Diagnoses Association) dibahas lebih lanjut di
BAB diagnosa keperawatan.
7. Seiring berkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai dasar hukum
praktek keperawatan dan telah digunakan sebagai kerangka konsep kurikulum
keperawatan. Bahkan saatini definisi dan tahapan keperawatan telah digunakan sebagai
dasar pengembangan praktek keperawatan, sebagai kriteria dalam program sertifikasi,
danstandar aspek legal praktek keperawatan.
Proses keperawatan mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an. Perawat yang
dididik sebelum tahun tersebut pada umumnya belum mengenal proses keperawatan karena
kurikulum di pendidikan belum mengajarkan metode tersebut. Proses keperawatan mulai
dikenal di pendidikan keperawatan Indonesia yaitu dalam Katalog Pendidikan Diploma III
Keperawatanyang dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
danKebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1984.Pada saat ini proses keperawatan telah
berkembang dan diterapkan di berbagai tatanan pelayanankesehatan di Indonesia, seperti
rumah sakit, klinik-klinik, Puskesmas, perawatan keluarga, perawatan kesehatan masyarakat,
dan perawatan pada kelompok khusus.
Namun secara umum penerapan proses keperawatan belum optimal dan belum
menggambarkan pemecahan masalahsecara ilmiah oleh perawat, karena pada dasarnya hal ini
tidak terlepas dari sumber dayakeperawatan yang ada dan dukungan institusi.Diluar negeri
istilah proses keperawatan diperkenalkan pada tahun 1955 oleh Lidya Hall, dansejak tahun
tersebut para pakar keperawatan mendiskripsikan proses keperawatan secara bervariasi. Pada
awal perkembangannya, proses keperawatan mempunyai tiga tahap, kemudianempat tahap
dan pada saat ini proses keperawatan mempunyai lima tahap meliputi: pengkajian,diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Kozier et al., 1995).Proses
keperawatan terus berkembang dan kemudian istilah Nursing Diagnosis mulaidiperkenalkan
dalam literatur-literatur keperawatan. Pada tahun 1973, Gebbie dan Levin dariSt.Louis
University School of Nursing membantu dalam menyelenggarakan konferensi
pertamatentang klasifikasi diagnosa keperawatan di Amerika.

C. KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN


Setiadi (2012) menyebutkan tentang sifat proses keperawatan, yaitu : mempunyai
sembilan karakteristik,antara lain:
1. Dinamis
Setiap tahap proses keperawatan dapat diperbaharui/ dimodifikasi, apabila situasi dan
kondisi pasien berubah.
2. Siklik
Proses keperawatan berjalan secara siklik atau berulang dari proses pengkajian sampai
dengan evaluasi, demikian seterusnya apabila diperlukan penhgkajian ulang
(reassessment), sampai masalah klien teratasi atau klien dapat mandiri memenuhi
kebutuhan kesehatan atau keperawatannya.
3. Interdependen / saling ketergantungan
Setiap tahap dari proses keperawatan mempunyai relevansi yang sangat erat sehingga
kekurangan disalahsatu tahap akan mempengaruhi ditahap tahap berikutnya.
4. Fleksibel / luwes
Proses keperawatan bersifat luwes, tidak kaku sehingga pendekatan yang digunakan
dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan situasi, keadaan dan kebutuhan klien
akan perawatan kesehatan.
D. FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
Nursalam (2010) menjelaskan fungsi proses keperawatan sebagai berikut :
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga
kepwerawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah dan pendekatan komunikasiyang efektif dan efisien
3. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhanyadalam kemandiriannya di bidang kesehatan.
E. TUJUAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN
Tujuan dari penerapan proses keperawatan pada tatanan pelayanan kesehatan adalah:
1. Untuk mempraktekkan suatu metoda pemecahan masalah dalam praktek keperawatan.
2. Sebagai standar untuk praktek keperawatan.
3. Untuk memperoleh suatu metoda yang baku, sistematis, rasional,serta ilmiah
dalammemberikan asuhan keperawatan.
4. Untuk memperoleh suatu metoda dalam memberikan asuhan keperawatan yang
dapatdigunakan dalam segala situasi sepanjang siklus kehidupan.
5. Untuk memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang tinggi

Tujuan dari penerapan proses keperawatan bagi klien antara lain :


1. Mempertahankan kesehatan klien.
2. Pencegahan sakit yang lebih parah / penyebaran penyakit / penyebaran penyakit /
komplikasi akiubat penyakit.
3. Membantu pemulihan kondisi klien setelah sakit
4. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh
5. Membantu klien terminal meninggal dengan tenang
F. KEUNTUNGAN PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan sangat
bermanfaat bagi pasien, perawat dan institusi.

1. Manfaat untuk pasien

2. Aspek keperawatan yang diterima bermutu dan dapat dipertanggung jawabkan


secara ilmiah.

3. Merangsang partisipasi pasien dalam perawatan dirinya (self care).

4. Kelanjutan asuhan.

5. Terhindar dari mal-praktik.


G. TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian ynag akurat, lengkap, sesuai dengan
kenyataan, kebenaran dan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnose keperawatan
dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang
telah ditentukan dalam standar praktek keperawatan dari ANA ( American Nurses
Association ) (Handayaningsih, 2007).

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan. Disini , semua data dikumpulkan secara
sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan
secara komprehensifterkait dengan aspek biologis, psikologis, social, maupun spiritual
klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar
klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostic (Asmadi, 2008)

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji
dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik
fisik, mental, social maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap ini mencaku tiga kegiatan,
yaitu : pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah kesehatan serta
keperawatan.

a. Tujuan Pengkajian.
Menurut Rifiani & Sulihandri (2013) tujuan pengkajian adalah :
1) Memperoleh informasi tentang kesehatan klien
2) Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3) Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4) Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya
b. Karakteristik Data
Nuarrarif (2013) menjelaskan karakteristik data adalah :
1) Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data
yang terkumpul harus lengkapguna membantu mengatasi maslah klien yang
adekuat. Misalnya klien tidak mau makan ----- kaji secara mendalam kenapa klien
tidak mau makan ( tidak cocok makannya, kondisi fisiknya menolak untuk
makan/patologis, atau sebab- sebab yang lain).
2) Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berpikir secara akurat dan nyata
untuk membuktikan benar tidaknya apa yang telah di dengar, dilihat, diamati dan
diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadapa semua data yang
sekiranya meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang
suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh
langsung menuliskan : “klien tidak mau makan karena depresi berat”. Diperlukan
penyelidikan lanjuatan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa
adanya sesuai yang ditemukan pada saat pengkajian.
3) Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang
harus dikumpulkan, sehingga menita waktu perawat untuk mengidentifikasi.
c. Inforamasi yang diperlukan
1) Segala sesuatu tentang klien sebagai mahluk bio—psiko-sosial & spiritual
2) Kemampuan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari
3) Masalah kesehatan dan keperawatan yang mengganggu kemampuan klien
4) Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan keperawataanyang akan
dilakukan terhadap klien
d. Sumber data
1) Sumber data primer

Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapinya.

2) Sumber data sekunder


Sumber data sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari oprang terdekat
klien ( keluarga) seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan
dekat dengan klien.
3) Sumber data lainnya
Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan riwayat
penyakit dan perawatan klien dimasa lalu.
Secara umum sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
1) Klien sendiri sebagai sumber data utama (primer)
2) Orang terdekat
3) Catatan klien
4) Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan)
5) Konsultasi
6) Hasil pemeriksaan diagnostic
7) Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
8) Perawat lain
9) Kepustakaan
e. Jenis data
1) Data Obyektif
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standar yang diakui ( berlaku ) seperti : warna kulit, tanda vital,
tingkat kesadaran dll. Data-data tersebut diperoleh melalui senses : Sight, Smell,
Hearing, Touch, dan Taste.
2) Data Subyektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan oleh klien,
misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, ketidaktahuan, dll.
f. Metode Pengumpulan Data
Cara yang biasa digunakan dalam pengumpulan data tentang klien antara lain :
wawancara, (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik (physical
assessment), interpretasi data, dan pengelompokan data.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk membuat
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain.
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2013) mendefinisikan
diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia terhadap gangguan
kesehatan/ proses kehidupan, atau kerentanan terhadap respon tersebut dari seorang
individu, keluarga, kelompok atau komunitas

a. Dalam membuat diagnosa keperawatan dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik,


mencakup proses diagnosa keperawatan dan perumusan dalam pembuatan pernyataan
keperawatan.

b. Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin


keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan
diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang
dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa
keperawatan.

Aspek Atau Komponen Diagnosa Keperawatan

a. P ( Problem )
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan.
Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya
tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas
dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standar
yang telah disepakati NANDA, agar :
1) Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum.
2) Memfasilitasi dan mengakses diagnose keperawatan.
3) Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan
masalah medis.
4) Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data
pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan.
Dalam menentukan pernyataan problem atau masalah keperawwatan, dapat ditentukan
dari data yang terkumpul yang telah divalidasi dan diidentifikasi (Ladwig &
Aekley,2010)
b. E (Etiologi )
Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang
memberikan arah terhadap therapi keperawatan. Penyebabnya meliuputi : Perilaku,
lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan. Unsur-unsur dalam identifikasi
etiologi :
1) Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat
menyebabkan / mendukung masalah.
2) Situasional : personal dan lingkungan ( kurang pengatahuan, isolasi social, dll)
3) Medikasi ( berhubungan dengan program pengobatan / perawatan) : keterbatasan
institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
4) Maturasional :
a) Adolesent : Ketergantungan dalam kelompok
b) Young Adult : Menikah, Hamil, menjadi orang tua.
c) Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
Untuk menentukan etiologi dalam pernyataan diagnosis keperawatan adalah dengan
cara menghubungkan factor yang berhubungan dengan masalah keperawatan yang
dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan (Ladwig & Ackley, 2010)
c. S ( Symptom & Sign atau dikenal dengan Batasan karakteristik )
Dalam menentukan symptom yang merupakan tanda dan gejala dari maslah
keperawatan ynag terjadi dapat diperoleh dari pengelompokan data yaitu data subyektif
dan data obyektif dengan memperhatikan Batasan-batasan karakteristik dari pernyataan
masalah (diagnosis keperawatan) (Ladwig & Ackley, 2010)
Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnose keperawatan didassarkan pada identifikasi kebutuhan klien. Bila data
pengkajian mulai menunjukan masal;ah, perawat diarahkan pada pemilihan diagnose
keperawatan yang sesuai (Deswani,2009)
NANDA mengidentifikasikan tiga katagori diagnose keperawatan :
a. Berfokus masalah ( Aktual )
Menjelaskan maslah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. Syarat
menegakan diagnose keperawatan actual harus ada unsur Problem Etiologi Symptom
b. Risiko
Menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.
Untuk diagnose risiko, tidak ada factor yang berhubungan ( factor etiologi ), karena
maslahnya belum ada
c. Promosi Kesehatan
Diagnosa promosi kesehatan tidak memerlukan faktor yang berhubungan, Batasan
karakteristik diberikan sebagai bukti keinginan pasien untuk meningkatkan status
kesehatannya saat ini

3. INTERVENSI
a. Intervensi keperawatan adalah deskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan
untuk membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.
b. Intervensi keperawatan harus SMART (spesifik, measurable, achievable, result
oriented, time limit) dinyatakan dengan jelas. Pengkualifikasian seperti bagaimana,
kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas yang
direncanakan. Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandi, ri yaitu
dilakukan oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan
lainnya.

4. IMPLEMENTASI
Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi implementasi keperawatan adalah :
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena
itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.

Adapun Tahapan Implementasi Keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Tahap 1 : Persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

2. Tahap 2 : Intervensi. Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan


dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,
dependen, dan interdependen.

3. Tahap 3 : Dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh


pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.

5. EVALUASI

Tahap penilaian atau evaluasi adlah perbandingan yang sistematis dan terencana
tenatang kesehatan klien denan melibatkan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya.Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencanaan (Setiadi, 2012)

Tipe Evaluasi menurut Asmadi (2008):

a. Evaluasi Formatif (Proses)


b. Evaluasi Sumatif ( Hasil )
Hasil Evaluasi :
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan
b. Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika
klien menunjukan perubahan sebagian kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan dan tidak
ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul maslah baru
Perumusan Evaluasi
Perumusan evaluasi meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
yaitu :
S (Subyektif ) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan
O ( Obyektif ) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan
A ( Analysis ) :adalah membandingkan informasi subyektif dan obyektif dengan
tujuan dan kriteria hasilkemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teraasi
sebagian, atau tidak teratasi
P ( Planing ) : adlah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan
hasil analisa

Anda mungkin juga menyukai