Anda di halaman 1dari 21

1.

Model Praktik Keperawatan


1. Pengertian Model Praktik Keperawatan

Model praktik keperawatan adalah suatu sistem(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yg
memungkinkan perawatan professional mengatur pemberian asuhan termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart &Woods, 1996)

Model praktik keperawatan adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional),
yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan keperawatan,
termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus & Yuli, 2006).

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan.

2. Tujuan Model Praktik Keperawatan

1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan

2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan


oleh tim keperawatan.

3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.

4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim
keperawatan

6. Pilar – pilar dalam Model Praktik Keperawatan

Dalam model praktik keperawatan professional terdiri dari empat pilar diantaranya adalah :

1. Pilar I : Pendekatan Manajemen (manajemen approach)


Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan manajemen sebagai pilar
praktik perawatan professional yang pertama. Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen
terdiri dari :

1. Perencanaan dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi


(perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ;
harian,bulanan,dan tahunan). Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat
juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan,
bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan.

Jenis-jenis perencanaan terdiri dari :

1. Rencana jangka panjang, yang disebut juga perencanaan strategis yang disusun
untuk 3 sampai 10 tahun.

2. Rencana jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun.

3. Rencana jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan 1 tahun.

4. Pengorganisasian dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar


alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan
tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan
modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada kepala ruangan, ketua tim,
dan perawat pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di ruang MPK terdiri dari:

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi


(Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang
berbeda-beda diintegrasikan atau dikoordinasikan. Struktur organiosasi juga
menunjukkan spesialisasi pekerjaan.

Struktur organisasi Ruang MPK menggunakan sistem penugasan Tim-primer


keperawatan. Ruang MPK dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua
atau lebih Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi
beberapa Perawat Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara
menyeluruh kepada sekelompok pasien.

2. Daftar Dinas Ruangan

Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu
sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan
dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari
terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya
bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas
pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah
berdinas pada malam hari.

3. Daftar Dinas Ruangan

Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab
dinas/shift. Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu
sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan
dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari
terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu yang selanjutnya
bekerjasama dengan Ketua Tim. Setiap Tim mempunyai anggota yang berdinas
pada pagi, sore, dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) terutama yang telah
berdinas pada malam hari.

4. Pengarahan, dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise, menciptakan


iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post
conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam
bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah
pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang
bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya
(Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-
tugas yang mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya
(Marquis & Houston, 1998) sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim motivasi

2. Mengelola waktu secara efisien

3. Mendemonstarikan keterampilan komunikasi yang terbaik

4. Mengelola konflik dan memfasilitasi kolaborasi

5. Melaksanakan sistem pendelegasian dan supervisi

6. Negosiasi

7. Pilar II: Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)

Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan professional


berfokus pada proses rekruitmen, seleksi kerja orientasi, penilaian kinerja, staf
perawat.proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada
penambahan perawatan baru.

Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan manajemen keperawatan


khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama
manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif
sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan
yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada
pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal
bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam
menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan
untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.

Manajemen SDM di ruang MPK berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja,
orientasi, penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan
sebelum membuka ruang MPK dan setiap ada penambahan perawat baru.

8. Pilar III: Hubungan Profesional

Hubungan professional dalam pemberian pelayanan keperawata (tim kesehatan) dalam


penerima palayana keperawatan (klien dan keluarga). Pada pelaksanaan nya hubungan
professional secara interal artinya hubungan yang terjadi antara pembentuk pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan dan
lain–lain. Sedangkan hubungan professional secara eksternal adalah hubungan antara
pemberi dan penerima pelayanan kesehatan.

9. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan

Salah satu pilar praktik professional perawatan adalah pelayanan keperawat dengan
mengunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen asuhan
keperawat yang diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan
proses keperawatan.

10. Komponen-Komponen Metode Praktik Keperawatan

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan, yaitu sebagai berikut :

1. Ketenagaan Keperawatan

Menurut Douglas (1984) dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang
diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut
Douglas (1984) ada beberapa kriteria jumlah perawat yang dibutuhkan perpasien untuk
dinas pagi, sore dan malam.
Waktu Klasifikasi Pagi Sore Malam

Minimal 0,17 0,14 0,10

Partial 0,27 0,15 0,07

Total 0,36 0,30 0,20

2. Metoda pemberian asuhan keperawatan :

Sistem pemberian asuhan keperawatan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan


keperawatan secara efektif dan efisien kepada sejumlah pasien. Setiap metoda memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing. Terdapat 3 pola yang sering digunakan dalam
pemberian asuhan keperawatan, yaitu penugasan fungsional, penugasan tim , penugasan
primer.

1. Penugasan Keperawatan Fungsional :

Sistem penugasan ini berorinetasi pada tugas dinama fungsi keperawatan tertentu
ditugaskan pada setiap perawat pelaksana, misalnya seorang perawat ditugaskan
khusus untuk tindakan pemberian obat, perawat yang lain untuk mengganti verband,
penyuntikan, observasi tanda-tanda vital, dan sebagainya.

2. Penugasan Keperawatan Tim :

Adalah suatu bentuk sistem/metoda penugasan pemberian asuhan keperawatan,


dimana Kepala Ruangan membagi perawat pelaksana dalam beberapa kelompok atau
tim, yang diketuai oleh seorang perawat professional/berpengalaman. Metoda ini
digunaklan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan
kemampuannya.

3. Penugasan Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah suatu metoda pemberian asuhan keperawatan dimana
perawat perofesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan
keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien,
perencanaan , implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah sakit hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat
primer yang dibantu oleh perawat asosiet.
4. Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat


dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien
merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis
dalam pengambilan keputusan adalah

1.Identifikasi masalah

2.Menyusun alternatif penyelesaikan masalah

3.Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya

4.Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

5. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan


keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai
keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Disamping itu,
dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara
lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi
Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk
penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan
keperawatan
1. Peran, Fungsi, dan Tugas Perawat di Ruangan Sesuai Dengan Jabatan Dan Latar Belakang
Pendidikan

Menurut Grant dan Massey (1997) serta Marquis dan Huston (1998), terdapat lima model
asuhan keperawatan professional (MAKP) yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di
masa depan, dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan.

1. Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam dalam pengelolaan asuhan


keperawatan. Hal itu dilakukan sebagai pilihan utam sejak Perang Dunia Kedua. Waktu
itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat
hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan (misalnya, merawat luka) kepada
semua pasien di bangsal. Sistem ini secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut.

1. Kelebihan :

1. Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas


yang jelas, dan pengawasan yang baik

2. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawatan


pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau perawat yang belum
bepengalaman

3. Sangat cocok untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

4. Kelemahan :

1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses


keperawatan

3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan


keterampilan saja
2.2.2 Keperawatan Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda, dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga professional, tenaga teknis, dan pembatu
dalam satu grup kecil yang saling saling membantu. System ini mempunyai kelebihan
dan kelemahan sebagai berikut.
1. Kelebihan :

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan menyeluruh

2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

3. Memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan


memberi kepuasan kepada anggota tim

4. Kelemahan :

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konfrensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu Karena sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu
sibuk.
KEPALA RUANGAN

KETUA TIM KETUA TIM KETUA TIM

STAF PERAWAT STAF PERAWAT STAF PERAWAT

PASIEN/KLIEN PASIEN/KLIEN PASIEN/KLIEN

Sistem asuhan keperawatan dengan model keperawatan tim

(Marquis & Huston, 1998, hal. 139)

1. Konsep keperawatan tim

Secara garis besar, konsep keperawatan tim ini terdiri atas beberapa poin yang harus
dilaksanakan, yaitu:

1. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai


teknik kepemimpinan

2. Komunikasi yang efektif sangat penting, agar kontinuitas rencana keperawatan


terjamin

3. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

4. Peran kepala ruangan dalam metode tim ini sangat penting. Artinya, metode tim
ini akan berhasil dengan baik hanya bila didukung oleh kepala ruangan.
5. Tanggung jawab anggota tim

Tanggung jawab anggota tim yaitu:

1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berada di bawah tanggung


jawabnya

2. Bekerja sama dengan anggota tim dan antartim

3. Memberikan laporan

4. Tanggung jawab ketua tim

Tanggung jawab ketua tim yaitu:

1. Membuat perencanaan

2. Membuat penugasan, supervise, dan evaluasi

3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan


pasien

4. Mengembangkan kemampuan anggota

5. Menyelenggarakan konfrensi

6. Tanggung jawab kepala ruangan

Secara garis besar, tanggung jawab kepala ruangan terbagi menjadi empat, yaitu

1. Perencanaan

Perencanaan seharusnya menjadi tanggung jawab kepala ruangan pada tahap


perencanaan. Tugas bagian perencanaan ialah :

1. Menunjuk ketua tim untuk bertugas di ruangan masing-masing

2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya

3. Mengidentifikasi tingkat ketergantunga klien, seperti pasien gawat, pasien


transisi, atau pasien persiapan pulang, bersama ketua tim
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan klien bersama ketua tim, serta mengatur penugasan/penjadwalan

5. Merencanakan strayegi pelaksanaan keperawatan

6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan


medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan tindakan pasien

7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan. Dalam hal ini, yang


dapat dilakukan yaitu membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah, serta
memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk

8. Membantu mengembangkan niat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan


diri

9. Membatu membimbing peserta didik keperawatan

10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

11. Pengorganisasian

Tahap pengorganisasian dalam melaksanakan tugas meliputi:

1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan

2. Merumuskan tujuan metode penugasan

3. Membuat rentang kendali kepala ruangan yang membawahi dua ketua tim
dan ketua tim yang membawahi 2-3 perawat

4. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,


mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain

6. Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan


7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik

8. Mendelegasikan tugas saat tidak berada di tempat kepada ketua tim

9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus admisnistrasi pasien

10. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya

11. Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan

12. Pengarahan

Tehap pengarahan meliputi

1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik

3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan


asuhan keperawatan pasien

5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

6. Membimbing bawahan yang mengalami kasulitan dalam melakukan


tugasnya

7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

8. Pengawasan

Pengawasan terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun


pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

2. Melalui supervise
1. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri, atau melalui
laporan langsung secara lisan dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-
kelemahan yang ada saat itu juga

2. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,


membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesuadah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan). Selain itu, mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas

3. Evaluasi, yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan


dengan rencana keperawatan yang telas disuse bersama ketua tim

4. Audit keperawatan

2.2.3 Keperawatan Primer


Keperawatan primer adalah metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien. hal ini dilakukan
mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Keperawatan primer mendorong
praktik kemandirian perawat, karena ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merenacanakan, melakukan,
dan mengordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Secara garis besar, system keperawatan primer memiliki kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut.
1. Kelebihan :
1. Bersifat kontinu dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit
(Gillies, 1989)
Selain itu kelebihan yang dirasakan adalah pasien merasa dihargai karena
terpenuhi kebutuhannya secara individu. Selain itu, asuhan yang diberikan
bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
Dokter juga merasakan kepuasan dengan sitem/model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.

DOKTER KEPALA RUANGAN SARANA RUMAH SAKIT

PERAWAT PRIMER

PASIEN/KLIEN

PERAWAT PELAKSANA JIKA


PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA
DIPERLUKAN
(SIANG) (MALAM)
(HARIAN)

4. Kelemahan :
Hanya dapat dilakukan oleh yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dengan kriteria asertif, self direction, memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntabel, serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.

1. Konsep dasar keperawatan primer


Konsep dasar keperawatan primer adalah:
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada ketetiban pasien dan keluarga
4. Tugas perawat primer
Tugas perawat primer meliputi :
1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
2. Membuat tujuan dan renaca keperawatan
3. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama berdinas
4. Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
5. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
6. Menerima dan menyesuaikan rencana
7. Menyiapkan penyuluhan untuk kepulangan pasien
8. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial. Dengan cara kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat
9. Membuat jadwal perjanjian klinik
10. Mengadakan kunjungan rumah
11. Peran kepala ruangan/bangsal
Peran kepala ruangan/bangsal dalam metode primer adalah
1. Menjadi konsultan dan pengendali mutu perawat primer
2. Memberi orientasi dan merencanakan karyawan baru
3. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
4. Melakukan evaluasi kerja
5. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf
6. Membuat 1-2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi
7. Ketenagakrjaan dalam keperawatan primer
Ketenagakerjaan dalam perawatan primer meliputi:
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed side
2. Beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun perawat
nonprofesional sebagai perawat asisten
2.2.4 Manajemen Kasus
Dalam model ini setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat berdinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Penugasan untuk kasus biasa menggunakan satu pasien-satu perawat. Hal
ini umumnya dilaksanakan untuk perawatan privat atau untuk perawatan khusus, seperti
ruang isolasi dan intensive care.
Manajemen kasus secara umum mempunyai kelebihan dan kekuranagan sebagai
berikut.
1. Kelebihan :
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. System evaluasi dan manajerial menjadi lebih mudah

KEPALA RUANGAN

STAF PERAWAT STAF PERAWAT STAF PERAWAT

PASIEN/KLIEN PASIEN/KLIEN PASIEN/KLIEN

3.

4.
5.
1. Kekurangan :
1. Perawat penggung jawab belum dapat teridentifikasi
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dengan kemampuan dasar yang sama

2.2.5 Modifikasi: Keperawatan Tim-Primer


Model ini merupakan kombinasi dari dua system, yaitu keperawatan tim dan
keperawatan primer. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penetapan model ini
didasarkan pada beberapa alasan sebagai berikut.
1. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer
memerlukan latar belakang pendidikan S1 keperawatan atau yang setara
2. Metode keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
3. Melalui kombinasi kedua model tersebut, diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada perawat primer. Di samping itu,
karena saat ini sebagian besar perawat yang ada di RS adalah lulusan SPK, maka
mereka akan mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan
keperawatan.
Contoh :
Untuk model diperlukan 26 perawat, dengan 4 (empat) orang perawat primer (PP)
dengan kualifikasi S1/D4 Keperawatan, disamping seorang kepla ruangan rawat yang
juga dengan kualifikasi S1/D4 keperawatan. Selain itu diperlukan juga perawat
associate (PA) 21 orang, dengan kualifikasi pendidikan perawat associate, yang terdiri
atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokkan tim pada
setiap shift/jaga.

Selain diagram diatas, untuk lebih mengetahui peran masing-masing komponen


yang terdiri dari kepala ruangan, perawat primer, dan perawat associate, dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.

Kepala Ruangan Perawat Primer Perawat Associate


(KARU) (PP) (PA)
1. Menerima pasien
1. Membuat perencanaan
1. Memberikan ASKEP
baru ASKEP 2. Mengikuti timbang
2. Memimpin rapat 2. Mengadakan tindakan terima
3. Mengevaluasi kinerja kolaborasi 3. Melaksanakan tugas
perawat 3. Memimpin timbang yang didelegasikan
4. Membuat daftar dinas terima 4. Mendokumentasikan
5. Menyediakan 4. Mendelagasikan tugas tindakan keperawatan
material 5. Memimpin ronde
6. Melakukan keperawatan
perencanaan dan
6. Mengevaluasi
pengawasan pemberian ASKEP
7. Melakukan 7. Bertanggung jawab
pengawasan dan terhadap pasien
pengarahan 8. Memberi petunjuk jika
pasien akan pulang
9. Mengisi resume
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai