Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ANATOMI FISIOLOGI INDERA PENGLIHATAN"

Dosen : Ns.Franly Onibla, S.Kep, M.Kes

Kelompok 2:

Gabriella Udampo (021017) ~ Novrian Wangke (021033)

Akrini Essing (021002) ~ Rut Sasoloa (021038)

Defita Maatiri (021011) ~ Aknes Sarante (021001)

Junita Matoneng (021026) ~ Yeremia Lendo (021043)

Kesya Bawenti (021046) ~ Berliana Lalimbat (021005)

AKADEMI KEPERAWATAN METUARI WAYA MANADO


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Anantmi Fisiologi Indera
Penglihatan”. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang ditunjukan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Manado, 20 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Bab II Pembahasan
A. Definisi
B. Struktur Aksesori Mata
C. Struktur Mata
D. Sistem Lakrimalis
E. Otot Mata
F. Suplai Darah
G. Bola Mata
H. Komponen Syaraf Yang Terkait
I. Konsep Adaptasi Gelap Terang
J. Biooptik
K. Proses Stimulus Penglihatan
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mata merupakan panca indera manusia yang berfungsi sebagai alat
penglihatan. Dengan mata kita dapat melihat sesuatu dan mampu melakukan
setiap jenis pekerjaan. Untuk itu sangat diperlukan kemampuan penglihatan yang
baik agar mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pada jenis pekerjaan tertentu ada kecenderungan penggunaan akomodasi mata
yang berlebih (terus – menerus), terutama pada pekerjaan yang membutuhkan
penglihatan dengan jarak dekat atau menengah, sebagai contoh seorang operator
control, pekerja yang menggunakan computer, penjahit, respirasi jam dan lain –
lain. Jika hal ini berlangsung lama maka akan menimbulkan kelelahan mata yang
berlanjut pada gangguan penglihatan yang permanen seperti kelainan reflaksi
(Phesant, 1991).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja struktur mata internal dan eksternal ?
2.      Bagaimana sistem lakrimalis ?
3.      Bagaimana anatomi otot mata dan bola mata ?
4.      Bagaimana penyuplaian darah ke mata ?
5.      Apa saja komponen syaraf yang terkait?
6.      Bagaimana konsep adaptasi gelap terang ?
7.      Bagaimana biooptik pada mata ?
8.      Bagaimana proses stimulus penglihatan dalam hubungannya dengan syaraf ?

C.    Tujuan Masalah
1.      Menjelaskan struktur mata internal dan eksternal.
2.      Menjelaskan sistem lakrimalis pada mata.
3.      Menjelaskan tentang otot mata dan bola mata.
4.      Menjelaskan proses penyuplaian darah ke mata.
5.      Menjelaskan komponen syaraf apa saja yang terkait pada mata
6.      Menjelaskan konsep adapatasi gelap dan terang.
7.      Menjelaskan proses biooptik pada mata.
9.      Menjelaskan proses stimulus penglihatan dalam hubungannya dengan syaraf.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi
      Mata adalah sistem optik yang memfokuskan berkas cahaya pada fotoreseptor,
yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf (Stoane, Eyhel 2003).
      Mata adalah organ indera yang komplek yang peka cahaya. Dalam wadah
pelindungnya, masing – masing mata mempunyai suatu lapisan sel – sel reseptor
suatu sistem optik (kornea, lensa, akuos humoor, korpus vitreum) untuk
memusatkan cahaya pada reseptor dan sistem saraf untuk mengantarkan impuls
dari reseptor ke otak (Guyton, 1996).
      Dan menurut kelompok, mata adalah alat indra yang terdapat pada manusia.
Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan
perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang
kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.

B.  Struktur Aksesori Mata


1.      Orbita adalah lekukan yang terisi bola mata.
a.       Hanya seperlima rongga yang terisi bola mata; sisa rongga berisi jaringan ikat
dan adiposa, serta otot mata ekstrinsik, yang berasal dari orbita dan menginsersi
bola mata.
b.      Ada dua lubang pada orbit; foramen optik berfungsi untuk lintasan saraf optik
dan arteri oplamik, dan fisura orbital superior berfungsi untuk lintasan saraf dan
arteri yang berkaitan dengan otot mata.
2.      Tiga pasang otot mata (dua pasang otot rektus dan satu pasang otot oblik)
memungkinkan mata untuk bergerak bebas ke arah vertikal, horizontal, dan
menyilang)
3.      Alis mata melindungi mata dari keringat; kelopak mata (palpebrae) atas dan
bawah melindungi mata dari kekeringan dan debu.
4.      Fisura palpebral atau ruang antara kelopak mata atas dan bawah, ukurannya
bervariasi di antara individu dan menentukan penampakan mata.
5.      Kantus medial terbentuk dari sambungan (junction) medial kelopak mata atas
dan bawah; kantus lateral terbentuk dari sambungan lateral kelpoak mata atas dam
bawah.
6.      Karunkel adalah elevasi kecil pada sambungan medial. Bagian ini berisi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.
7.      Konjungtiva adalah lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap
kelopak (konjungtiva palpebral) dan terlipat kembali di atas permukaan anterior
bola mata (bulbar, atau okular, kongjungtiva)
8.      Lempeng tarsal pada setiap kelopak mata adalah hubungan jaringan ikat yang
rapat. Kelenjar melbomian, yang merupakan pembesaran kelenjar sebasea pada
lempeng tarsal, mensekresi barier berminyak untuk mencegah air mata yang
berlebihan pada kelopak mata bagian bawah.
9.      Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
a.       Air mata mengandung garam, mukosa dan lisozim, suatu bakterioksida. Cairan
ini membasahi permukaan mata dan mempertahankan kelembabannya.
b.      Berkedip menekan kelenjar lakrimal dan menyebabkan produksi air mata
c.       Airmata keluar melalui pungtum papila lakrimal, yang menyambung kantong
lakrimal. Kantong membuka ke dalam duktus nasolakrimal, yang pada gilirannya
akan masuk rongga nasal.

C. Struktur Mata
Mata terdiri dari dua bagian yaitu mata bagian internal dan eksternal yaitu :
1.      Mata bagian eksternal (luar)
a.       Orbita (lekuk mata), pelindung mata yang terbentuk dari tulang – tulang mata.
b.      Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
c.       Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
d.      Kelopak mata (palpebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
e.       Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
2.      Mata bagian internal (dalam)
1.)    Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa. Bagian
posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi jaringan ikat fibrosa
putih.
a.       Sklera, memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat perlekatan
untuk otot ekstrisik
b.      Kornea, adalah perpanjngan anterior yang transparan pada sklera di bagian
depan mata. Bagian ini menstransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2.)    Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan tersusun dari
koroid, badan siliaris dan iris.
a.       Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah
refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk
memberikan nutrisi pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen
suspensori.
b.      Badan Siliaris, suatu penebalan dibagian anterior lapisan koroid, mengandung
pembuluh darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligamen suspensorik, tempat
perlekatan lensa. Otot ini penting dalam akomondasi penghilatan, atau
kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek dekat di
depan mata.
c.       Iris, perpanjangan sisi anterior koroid merupakan bagian mata yang berwarna
bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil
d.      Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk
dapat masuk ke interior mata.
3.)    Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang pupil.
Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun seiring proses
penuaan.
4.)    Rongga mata. Lensa memisah interior mata menjadi dua rongga; rongga interior
dan posterior.
a.       Ruang anterior terbagi menjadi dua ruang.
-          Ruang anterior terletak dibelakang kornea dan di depan iris. Ruang posterior
terletak di depan lensa dan di belakang iris.
-          Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan bening yang diproduksi
prosesus silliaris untuk mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous
humor mengalir ke saluran schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
-          Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk mempertahankan
bentuk bola mata. Jika aliran aqueous humor terhambat. Tekanan akan meningkat
dan mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu kondisi yang disebut glaukoma.
b.      Rongga posterior terletak diantara lensa dan retina dan berisi vitreus humor,
semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola
mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5.)    Retina, lapisan terdalam mata adalah lapisan yang tipis dan transparan. Lapisan
ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar dan lapisan jaringan saraf dalam.
a.       Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan koroid. Lapisan ini
adalah lapisan tunggal sel epitel kunoidal yang mengandung pigmen melanin dan
berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal berkas
cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga menyimpan vitamin A.
b.      Lapisan jaringan saraf dalam (optikal) yang terletak bersebelahan dengan
lapisan terpigmentasi adalah struktur kompleks yang terdiri dari berbagai jenis
neuron yang tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
1.      Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak berdekatan
dengan lapisan terpigmentasi
a)      Sel batang adalah neuron silindirs bipolar yang bermodifikasi menjadi dendrit
sensitif cahaya. Setiap mata berisi sekitar 120 juta sel batang terletak terutama
pada perifer retina. Sel batang tidak sensitif terhadap warna dan bertanggung
jawab untuk penglihatan di malam hari.
b)      Sel kerucut berperan dalam persepsi warna. Sel ini berfungsi pada tingkat
intesitas cahaya yang tinggi dan b erperan dalam penglihatan di siang hari.
2.      Neuron bipolar membentuk lapisan tengah yang menghubungkan sel batang dan
sel kerucut ke sel – sel ganglion
3.      Sel ganglion mengandung akson yang bergabung pada regia khusus dalam
retina untuk membentuk saraf optik.
4.      Sel horizontal dan sel amakrin merupakan sel lain yang ditemukan dalam retina.
Sel ini berepan untuk menghubungkan sinaps – sinaps lateral
5.      Cahaya masuk melalui lapisan ganglion, lapisan bipolar dan badan sel batang
serta kerucut untuk menstimulasi prosesus dendrit dan memicu impuls saraf.
Kemudian impuls saraf jalar dengan arah terbalik melalui kedua lapisan sel saraf.
c.       Bintik Buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik. Karena tidak ada
fotoreseptor pada area ini, makan tidak ada sensasi penglihatan yang terjadi saat
cahaya jatuh ke area ini
d.      Lutea makula adalah aera kekuningan yang terletak agak lateral terhadap pusat
e.       Jalur visual ke otak (9-28)
1.      Saraf optik terbentuk dari akson sel sel ganglion yang keluar dari mata dan
bergabung tepat di sisi superior kelenjar hipofisis membentuk klasma optik
2.      Pada klasma optik, serabut neuron yang berasal dari separuh bagian temporal
(lateral) setiap retina tetap  berada di sisi yang sama sementara serabut neuron
yang berasal dari separuh bagian nasal (medial) setiap retina menyilang ke sisi
yang berlawanan.
3.      Setelah klasma optik, serabut akson membentuk traktus optik yang memanjang
untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi lateral talamus.
Aksonya menjalar ke korteks lobus oksipital
4.      Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli dalam refleks pupilaris dan
siliaris.

D. Sistem Lakrimalis
   Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak didaerah temporal bola mata.
Sistem ekskresi mulai pada pungtung lakrimal, kalikuli lakrimal, sakus lakrima,
duktus nasolakrimal, neatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian
yaitu :
1.      Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporoatero superior rongga orbita.
2.      Sistem ekskresi, yang terdiri atas piungtung lakrima, kanalikuli lakrimal, saklus
lakrimal, dan duktus nasolakrimal. Saklius lakrimal terletak dibagian depan
rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga
hidung didalam neatus inferior
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk
kedalam saklus lakrimal melalui pungtung lakrimal. Bila pungtum tidak
menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margopalpebra yang
disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang
berlebihan dari kelenjar lakrimal. Untuk melihat adanya sumbatan pada duktuas
nasolakrimal maka sebaiknya diulakukan penekanan pada saklus nakrimal. Bila
terdapat penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental
akan keluar melalui pungtum lakrimal.

E.     Otot Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.
Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :
1.      Oblik inferior, aksi primer
Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal, berinsersi
pada sklera  posterior  2 mm dari  kedudukan
makula,  dipersarafi  saraf  okulomotor,  bekerja untuk menggerakkan mata
keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
2.      Oblik superior, aksi primer
Oblik  superior  berorigo  pada  anulus  Zinn  dan  ala  parva  tulang  sfenodi  
di  atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian
berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera
dibagian temporal  belakang bola mata.  Oblik superior dipersarafi  saraf  ke IV
atau saraf  troklear  yang keluar  dari bagian dorsal susunan saraf pusat.
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan kerja
utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search atau mata melihat ke
arch nasal.
Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata
melihat ke nasal,  abduksi  dan insiklotorsi.  Oblik superior merupakan
otot  penggerak mata  yang terpanjang dan tertipis.
3.      Rektus inferior, aksi primer
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik
inferior  dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada
persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus
inferior dipersarafi oleh n. III. Fungsi  menggerakkan mata -  depresi  (gerak
primer) -  eksoklotorsi  (gerak sekunder) - aduksi  (gerak  sekunder)
Rektus  inferior  membentuk  sudut  23  derajat  dengan  sumbu penglihatan.
4.      Rektus lateral, aksi
Rektus lateral  mempunyai  origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah
foramen  optik.
Rektus  lateral  dipersarafi  oleh  N.  VI.  Dengan  pekerjaan  menggerakkan  mata
terutama abduksi.
5.      Rektus medius, aksi
Rektus medius mempunyai  origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura
saraf  optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila
terdapat neuritis retrobulbar,  dan berinsersi  5 mm di  belakang limbus.  Rektus
medius merupakan otot mata
yang  paling  tebal  dengan  tendon  terpendek.  Menggerakkan  mata  untuk  aduk
si (gerak primer).
6.      Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi sekunder
Rektus superior mempunyai  origo pada anulus Zinn dekat  fisura orbita
superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit  pada
pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm
di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III. Fungsinya
menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral :
a.       Aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral
b.      Insiklotorsi

F.     Suplai Darah
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karois
interna) melalui arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis (lihat gambar
1.5). sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang – cabang
dari arteri karotis eksterna.
Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang – cabang dari arteri
siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina
sentral. Tiap arteriol memasok darah ke satu area di retina.
Gambar 1.5 gambaran diagramatik pasokan darah ocular
        Obstruksi mengakibatkan iskemia pada sebagian besar area yang dipasok
oleh arteriol tersebut. Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan
dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga
lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel
pigmen retina.
        Sel – sel endotel kapiler retina dihubungkan dengan taut erat sehingga
pembuluh darah tersebut menjadi impermeabel terhadap molekul kecil. Ini
membentuk suatu ‘sawar darah retina bagiam dalam’. Namun kapiler koroid
memiliki fenetrasi dan mudah bocor. Sel – sel epitel pigmen retina juga
dihubungkan dengan taut erat dan membentuk ;sawar darah retina bagian luar’
antara koroid yang mudah bocor dan retina.

G. Bola Mata
        Terbenam dalam korpus adiposum orbital namun terpisah dari selubung
fasial bola mata. Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1.      Tunika Fibrosa
        Merupakan jaringan ikat fibrosa yang tampak putih. Pada bagian posterior di
tembus oleh nervus optikus dan menyatu dengan selubung saraf duramater.
Lamina kribrosa adalah daerah sclera yang ditembus oleh serabut saraf nervus
optikus. Daerah ini relative lemah dan dapat menonjol kedalam bola mata oleh
pembesaran kavum subarahnoid yang mengelilingi nervus opikus (N. II,). Kornea
yang transparan mempunyai fungsi utama merefraksi cahaya yang masuk dalam
mata, tersusun berlapi-lapis dari luar ke dalam.
·         Epiel kornea yang bersambung dengan epitel konjungtiva.
·         Substansia propia terdiri dari jaringan ikat transparan.
·         Lamian limitans posterior.
·         Endotel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humor .
2.      Lamina Vaskulosa
Dari depan ke belakang tersusun atas bagian berikut:
·         Koroid  (choroidea)
Adalah lapisan luar berpigmen dan berlapis. Lapisan dalam sangat vaskuler
karena menyentuh pembuluh darah. Koroid mengandung pleksus vena yang luas
dan mengempis saat kematian. Lapisan koroid terdiri atas bagian-bagian berikut
ini.
a.    Epikoroid, lapisan sebelah luar yang terdiri atas serabut kolagen dan serabut
elastic yang tersusun longgar.
b.   Lapisan pembuluh kapiler, tempat berakhirnya arteri koroid dan vena dalam
jaringan ikat longgar.
c.    Koroid kapiler, lapisan kapiler tempat berakhirnya arteri koroid yang memiliki
jaringan elastin halus dan jaringan kolagen.
d.   Lapisan elastika, terdapat saraf silia yang berakhir pada otot-otot, pembuluh
darah,  dan berhubungan dengan pleksus-pleksus saraf.
·         Korpus siliare
Kebelakang bersambung dengan koroid, kedepan teletak dibelakang tepi
perifer iris, terdiri atas korona siliaris, prosesus siliaris, dan muskulus
siliaris.  Persarafan siliaris nervus okulomotorius berjalan kedepan bola mata
sebagai nervus siliare Breves. Bagian terbesar dari badan siliaris mempunyai tiga
lapisan serat otot polos dan diantara serat otot terdapat jaringan elastis yang rapat
dan mengandung melanosit. Lapisan luar epitel berpigmen retina disokong lamina
basalis. Lapisan dalam tidak berpigmen dan permukaannya tidak teratur yang
merupakan perpanjangan saraf retina.  
·         Iris
Diafragma berpigmen yang tipis terdapat di dalam aqueous humor diantara kornea
dan lensa. Tepi iris melekat pada permukaan anterior korpus siliare membagi
ruang diantara lensa dan kornea menjadi kamera anterior dan posterior. Serat otot
iris terdiri atas serat sirkuler yang menyusun muskulus sphinkter pupilae disekitar
tepi pupil dan muskulus dilatator pupil berupa lembaran tipis yang terletak di
dekat permukaan posterior.

3.      Tunika Sensoria
Retina terdiri atas pars pigmentosa, sebuah luar melekat pada koroid dan pars
nervosa sebelah dalam berhungan dengan korpus vitreum. Ujung anterior retina
mebentuk cincin berombak disebut ora serata (ora serrata retinae). Bagian anterior
retina bersifat nonreseptif dan terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan epitel
selinderis dibawahnya. Di pusas bagian posterior retina terdapat daerah lonjong
kekuningan disebut makula lutea yang merupakan daerah retina yang terlihat
paling jelas.
Lapisan luar membentuk epitel berpigmen, sedangkan lapisan dalam menjadi
retina saraf. Suatu ruangan potensial berda diantara kedua lapisan tersebut yang
dilalui oleh penonjolan sel pigmen. Retina optikal melapisi koroid mulai dari
papilla saraf dibagian posterior hingga ora serata anterior. Suatu cekungan
dangkal yang disebut fovea sentralis terletak 2,5 mm searah temporal papilla
optik. Di sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai bintik
kuning (makula lutea). Fovea merupakan daerah penglihatan terjelas yang tidak
memiliki reseptor-reseptor di atas pila papilla optic sehingg daerah ini disebut
bintik buta.
Epitel berpigmen adalah suatu lapisan polygonal berbentuk teratur kearah ora
serata dan selnya menjadi lebih gepeng. Sejumlah besar mitokondria terletak pada
plasma yang dikelilingi oleh reticulum. Epitel berpigmen menyerap cahaya untuk
mencegah pemantulan dan berada dalam nutrisi fotoreseptor. Epitel berpigmen
terlibat dalam penggantian lamel membrane penting untuk membentuk redopsin
serta pergerakan nya dengan menimbun dan melepaskan vitamin A.
Fotoreseptor batang maupun kerucut merupakan bentuk modifikasi neuron.
Sel ini menunjukkan segmen dalam dan luar yang terletak diluar membrane
limitan eksterna. Cahaya harus melalui seluruh ketebahan retina untuk mencapai
fotoreseptor.
Batang merupakan sel khusus yang mengandung fotopigmen. Redopsin
dalam epitel pigmen menunjukkan garis transversal yang saling berhungan.
Batang dihubungkan oleh serat batang dalam yang berjalan dari perikarion ke
dalam lapisan pleksiform dan berakhir dalam sebuah simpul yang mengandung
gelembung sinaptik dan suatu pita sinaptik sebagai lempeng padat.
Kerucut. Serat kerucut dalam lebih tebal jika dibandingkan dengan yang
tepadat pada batang. Kerucut mempunyai penonjolan kecil yang berhubungan
dengan sel bipolar. Kerucut yang terdapat pada fovea berbentuk lebih panjang dan
ramping dibandingkan segmen dalam dan luar, sedangkan di bagian perifer retina
kerucut lebih pendek dan tebal.
Isi bola mata adalah media refraksi yang terdiri dari aqueous humor, korpus
vitrous dan lensa.
a.       Aqueous humor
Cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera posterior bulbi yang
merupakan secret dari prosesus siliaris. Setelah itu cairan akan mengalir kedalam
kamera posterior, kemudian kedalam kamera anterior melalui pupila dan diangkut
melalui celah-celah angulus irido kornealis kedalam kanalis schlem. Gangguan
drainase (pengeluaran cairan) aqueous humor berakibat meningkatnnya tekanan
intraocular yang dibut glukoma. Fungsi aqueous humor adalah menyokong
dinding bola mata dengan mmberi tekan dari dalam dan meberi makan pada lensa,
serta membuang produk metabolisme karena lensa tidak memiliki pembuluh
darah.
b.      Korpus vitreus
Mengisi bola mata dibelakang lensa merupakan gelombang transparan yang
dibungkus oleh membrane vitrea. Pada daerah perbatasan dengan lensa membrane
vitreus menebal yang terdiri atas lapisan posterior yang menutup korpus vitreum
tidak terdapat pembuluh darah, fungsinya antara lain menambah daya pembesaran
mata, menyokong permukaan posterior lensa, dan membantu melekatkan pars
nervosa pada pars pigmentosa retina.
c.       Lensa
Badan bikonveks yang transparan terletak dibelakang iris, didekat korpus
vitreum, dan dikelilingi oleh prosesus siliaris, terdiri atas:
·         Kapsul elastis : membungkus struktur lensa tetap berada dalam ketegangan
sehingga lensa tetap berbentuk bulat.
·         Epitel kuboid : terbatas pada permukaan anterior lensa .
·         Serat-serat lensa : dibentuk dari epitel kuboid equator lensa. Tarikan serat-serat
ligamentum suspensorium cenderung menggepengkan lensa yang elastic sehingga
dapat difokuskan melihat obyek-obyek yang jauh.
Agar mata dapat berakomodasi untuk melihat yang dekat, muskulus siliaris
berkontraksi dan menarik korpus siliare kedepan dan kedalam, hingga serat
ligamentum suspensorium dapat relaksasi. Keadaan ini memungkinkan lensa lebih
bulat. Dengan meningkatnya usia, lensa akan bertambah padat dan kurang elastic
akibanta kemampuan berakomodasi akan berkurang (presbiopia).
H.    Komponen Syaraf yang Terkait
Nama Kerja Saraf kranial yang
mempersarafi
Rektus medial Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf
ke dalam cranial ke-3)
Rektus lateral Merotasikan bola mata Saraf abdusens (saraf
keluar cranial ke-6)
Rektus superior Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf
ke atas cranial ke-3)
Rektus inferior Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf
ke bawah cranial ke-3)
Obliq superior Merotasikan bola mata Saraf troklear ( saraf
ke bawah dan keluar cranial ke-4)
Obliq inferior Merotasikan bola mata Saraf okulomotor (saraf
ke atas dan keluar cranial ke-3)

I.    Konsep Adaptasi Gelap Terang


        Dari ruangan gelap masuk ke dalam ruangan terang kurang mengalami
kesulitan dalam penglihatan. Tetapi apabila dari ruangan terang masuk ke dalam
ruangan gelap akan tampak kesulitan dalam penglihatan dan diperlukan waktu
tertentu agar memperoleh penyesuaian.
        Apabila kepekaan retina cukup besar, seluruh objek/benda akan merangsang
rod secara maksimum sehingga setiap benda bahkan yang gelap pun akan terlihat
terang putih. Tetapi apabila kepekaan retina sangat lemah, ketika masuk ke dalam
ruangan gelap tidak ada bayangan yang benderang yang merangsang rod dengan
akibat tidak ada suatu objek pun yang terlihat. Perubahan sensitifitas retina secara
automatis ini dikenal sebagai fenomena penyesuaian terang dan gelap.
a.    Mekanisme penyesuaian terang (cahaya)
      Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh energi sinar
yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia ini rhodopsin akan pecah,
masuk ke dalam retine dan skotopsine. Retine akan tereduksi menjadi vitamin A
di bawah pengaruh enzyme alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN – H + H
(=DNA) dan terjadi proses timbal balik (visa versa).
      Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam retina mata
manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan distribusi rod.
Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan dilakukan secara terus menerus
konsentrasi rhodopsin di dalam rod akan sangat menurun sehingga kepekaan
retina terhadap cahaya akan menurun.
b.   Mekanisme penyesuaian gelap
         Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya berada di ruangan
terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat sedikit sebagai akibat orang tersebut
tidak dapat melihat apa-apa di dalam ruangan gelap. Selama berada di ruangan
gelap, pembentukan rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi
rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit berikutnya
sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya dalam waktu singkat.
         Selama penyesuaian gelap kepekaan retina akan meningkat mencapai nilai
1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja, kepekaan retina mencapai nilai
100.000 waktu yang diperlukan 1 jam.Sedangkan kepekaan retina akan menurun
dari nilai 100.000 apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses
penurunanan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10 menit.
J.   Biooptik
      Dalam ilmu optic ada dua cara pendekatan gejala optic, yaitu : optika
geometris dan optika fisik.
a.       Optika geometris
Berpangkal pada penjalaran cahaya dalam medium secara garis lurus; berkas-
berkas cahaya disebut garis cahaya dan digambar secara garis lurus. Dengan
menggunakan cara pendekatan ini dapatlah melukiskan ciri-ciri cermin dan lensa
dalam bentuk matematik.
Misalnya untuk rumus cermin dan lensa :
f = focus = titik api
b = jarak benda
v = jarak bayangan
Hukum Willebrord Snelius (1581-1626) :
n = indeks bias
i = sudut dating
r = sudut bias (refraksi)
b.      Optika fisik
Gejala cahaya seperti disperse, interferensi dan polarisasi tidak dapat
dijelaskan melalui metoda optika geometri. Gejala-gejala ini hanya dapat
dijelaskan dengan menghitung cirri-ciri fisik dari cahaya tersebut.
Sir Isac Newton (1642-1727) menggambarkan peristiwa cahaya sebagai
sebuah aliran dari butir-butir kecil (teori kospuskuler). Sedangkan dengan
menggunakan teori kwantum yang dipelopori Plank (1858-1947), cahay itu terdiri
atas kwanta atau foton-foton, dengan ini lah dapat diketahu mengapa benda itu
bisa panas jika terkena sinar.
Huygens (1690) menganggap cahaya itu sebagai gejala gelombang. Dari
sebuah sumber cahaya menjalarlah getaran-getaran kesemua jurusan. Setiap titik
dari ruangan yang tergetar olehnya dianggap sebagai sebuah pusat gelombang
baru. Inilah prinsip Huygens yang belum bisa menjelaskan penjalaran cahaya dari
satu medium ke medium lain.
Dari hasil percobaan Einstein (1879-1955) dimana logam disinari dengan
cahaya akan memancarkan electron (gejala foto listrik). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa cahaya memiliki sifat partikel dan gelombang magnetic. Dari uraian ini
dapat disimpulkan bahwa cahaya memiliki sifat materi(partikel) dan sifat
gelombang.

K.    Proses Stimulus Penglihatan


Reseptor penglihatan adalah sel – sel di conus (sel kerucut) dan basillus (sel
batang). Conus terutama terdapat dalam fovea dan penting untuk menerima
rangsang cahay kuat rangsang warna. Sel – sel basillus tersebar pada retina
terutama diluar macula dan berguna sebagai penerima rangsang cahaya
bereintensitas rendah. Oleh karena itu dilakukan dua mekanisme tersendiri di
dalam retina (teori duplisitas) yaitu
a.       Penglihatan photop yaitu mekanisme yang mengatur penglihatan sinar pada
siang hari dan penglihatan warna dengan conus.
b.      Penglihatan scotop yaitu mekanisme yang mengatur penglihatan senja dan malm
hari dengan basillus.
Jalannya Impuls di Mata
Manusia dapat melihat karena ada rangsang berupa sinar yang diterima oleh
reseptor pada mata. Jalannya sinar pada mata adalah sebagai berikut :
Impuls yang timbul dalam conus atau basillus berjalan melalui neuritnya menuju
ke neuron yang berbentuk sel bipolar dan akhirnya berpindah ke neuron yang
berbentuk sel multipolar. Neurit sel – sel multipolar meninggalkan retina dan
membentuk N. Optikus. Kedua N.Optikus dibawah hipotalamus saling
bersilangan sehingga membentuk chiasma nervus optikus, yaitu neurit – neurit
yang berasal dari sebelah lateral retina tidak bersilangan. Traktus optikus sebagian
berakhir pada coliculus superior, dan sebagian lagi pada korpus genekulatum
lateral yang membentuk neuron baru yang pergi ke korteks pada dinding visura
calcarina melalui kapsula interna. Pada dinding visura calcarina inilah terdapat
pusat penglihatan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
      Mata sebagai alat indera penglihatan kita sangatla penting untuk kelangsungan
hidup. Karena mata adalah salah satu organ penting pada manusia. mata adalah
alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah
cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta
menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.
      Mata mempunyai strukturnya yang sangat rinci dan setiap bagian dari  mata
tersebut mempunyai fungsinya masing – masing seperti yang sudah dijelaskan di
atas. Mata juga mempunyai kemampuan dalam beradaptasi di saat cahaya terang
maupun gelap.

DAFTAR PUSTAKA

Stoane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk pemula.Jakarta:ECG.


https://id.scribd.com/doc/193088968/Makalah-Indera-Penglihatan-Kel-1
www.academia.edu
www.dosenpendidikan.co.id

Anda mungkin juga menyukai