Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kodifikasi Terkait Sistem
Penginderaan, Saraf, dan Gangguan Jiwa dan Perilaku (A-F)
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya, karena setiap manusia tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar kedepannya saya dapat membuat makalah dan menyelesaikannya
dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam,
karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu
setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan
alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indra kepada setiap
makhluk hidup.
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan
luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan
yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu
yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, teling, kulit
dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki lima panca indera yang berfungsi
dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat memberikan respon
sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang cacat
indra masih bisa hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya
manusia normal.
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di
dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat. Sumsum tulang belakang (spinal cord), atau disebut juga dengan medula
spinalis, adalah kumpulan serabut saraf yang berada di sepanjang tulang
belakang, yang membentang dari bagian bawah otak hingga ke punggung
bagian bawah. Kumpulan jaringan ini memang relatif kecil, dengan berat hanya
35 gram dan diameter sekitar 1 cm.
Sistem saraf manusia terbagi dua, yaitu susunan saraf pusat dan susunan
saraf tepi. Pada susunan saraf tepi terbagi lagi menjadi dua, yaitu saraf somatik
(saraf sadar) dan saraf otonom (saraf tak sadar). Saraf sadar ini terbagi menjadi
dua, yaitu saraf kranial dan spinal. Saraf tak sadar terbagi menjadi dua pula,
yaitu saraf simpatik dan parasimpatik yang memiliki fungsi masing-masing
dalam sistem saraf tepi pada manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem penginderaan?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem saraf?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahuai anatomi dan fisiologi sistem penginderaan dan sistem
saraf.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dab fisiologi sistem penginderaan
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem saraf
BAB II
PEMBAHASAN
Isi bola mata adalah media refraksi yang terdiri dari aqueous humor,
korpus vitrous dan lensa.
1) Aqueous humor
Cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera
posterior bulbi yang merupakan secret dari prosesus siliaris.
Setelah itu cairan akan mengalir kedalam kamera posterior,
kemudian kedalam kamera anterior melalui pupila dan diangkut
melalui celah-celah angulus irido kornealis kedalam kanalis schlem.
Gangguan drainase (pengeluaran cairan) aqueous humor berakibat
meningkatnnya tekanan intraocular yang dibuat glukoma. Fungsi
aqueous humor adalah menyokong dinding bola mata dengan
mmberi tekan dari dalam dan meberi makan pada lensa, serta
membuang produk metabolisme karena lensa tidak memiliki
pembuluh darah.
2) Korpus vitreus
Mengisi bola mata di belakang lensa merupakan gelombang
transparan yang dibungkus oleh membrane vitrea. Pada daerah
perbatasan dengan lensa membrane vitreus menebal yang terdiri atas
lapisan posterior yang menutup korpus vitreus tidak terdapat
pembuluh darah, fungsinya antara lain menambah daya pembesaran
mata, menyokong permukaan posterior lensa, dan membantu
melekatkan pars nervosa pada pars pigmentosa retina.
3) Lensa
Badan bikonveks yang transparan terletak dibelakang iris, di dekat
korpus vitreum, dan dikelilingi oleh prosesus siliaris, terdiri atas:
a) Kapsul elastis: membungkus struktur lensa tetap berada dalam
ketegangan sehingga lensa tetap berbentuk bulat.
b) Epitel kuboid: terbatas pada permukaan anterior lensa.
c) Serat-serat lensa : dibentuk dari epitel kuboid equator lensa.
Tarikan serat-serat ligamentum suspensorium cenderung
menggepengkan lensa yang elastic sehingga dapat difokuskan
melihat obyek-obyek yang jauh.
d. Mekanisme Melihat
Cahaya yang dipantulkan oleh benda yang ditangkap oleh mata
menembus ke kornea lalu diteruskan masuk ke dalam mata melalui
pupil. Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan
benda yang dimaksud jatuh tepat di retina mata. Kemudian ujung saraf
penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda tersebut ke otak.
Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita
dapat melihat benda tersebut
2) Otot lidah
Otot lidah merupakan organ kumpulan dari masa otot yang
ada dalam lidah. Otot dikelompokkan sebagai otot intrinsik dan
ototekstrinsik. Otot intrinsik adalah otot yang seluruhnya dalam
lidah yang mempengaruhi bentuk, sedangkan otot ekstrinsik
adalah otot yang yang berasal dari luar lidah yang melekat dengan
tulang disekitarnya dan mempengaruhi posisinya.
a) Otot intrinsik
(1) Superior longitudinal
(2) Longitudinal inferior
(3) Transversal
(4) Vertikal
b) Otot ekstrinsik
(1) Genioglossus
(2) Hyoglossus
(3) Styloglosus
(4) Palatoglassus
c. Fisiologi Pengecap
Fungsi indra pengecap adalah untuk merasakan arti makanan yang
enak atau tidak enak dan sebagai alat reflex. Dengan adanya rasa asam,
pahit, manisdan sebagainya maka getah cerna akan keluar.
1) Sensasi pengecap dasar.
Senyawa pahit dikecap pada dorsum lingua, senyawa asam di
kecap pada sepanjang tepi lidah, manis dikecap pada ujung lidah, dan
asin dikecap pada lingua anterior. Keempat sensasi dapat diindrakan
pada faring dari epiglottis.
a) Rasa asam, intensitas dari sensasi rasa hampir sebanding
dengan logaritma dan konsentrasi ion hydrogen, yaitu semakin
asam suatu rasa maka semakin kuat sensasi di bentuk.
b) Rasa asin, kualitas rasa berbeda antara garam satu dengan
garam lainnya. Kation membentuk rasa asin, anion juga
berperan membentuk rasa asin walaupun sedikit.
c) Rasa manis, tidak di bentuk oleh suatu sensasi kimia saja (mis.
Gula, glikol, aldehit, keton, amida dan asam amino).
Kebanyakan substansi yang membentuk rasa manis adalah
substansi kimia organik. Perubahan sangat kecil pada radikal
sederhana mengubah substansi rasa dari manis menjadi pahit.
d) Rasa pahit, substansi yang membentuk rasa pahit hampir
seluruhnya merupakan substansi organic; substansi organic
rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alcohol
meliputi banyak zat yang digunakan dalam obat-obatan.
e) Umami (Gurih), merupakan salah satu bagian dari lima rasa
dasar, yang rasa dasar tersebut terdiri dari manis, asam,
pahit, dan asin. Rasa gurih atau umami dapat diperoleh secara
alami dari berbagai macam bahan makanan, seperti kaldu
(ayam, daging sapi, daging babi, atau ikan), kerang, udang,
kecap ikan, kecap asin, kecap inggris, rumput laut, tomat,
bawang putih, asparagus, jamur, miso, tauco, keju, santan
kelapa, terasi, dan lain-lain.
2) Susunan Saliva
a) Air 70%-90%
b) Glikoprotein yang dihasilkan sublingualis
c) Enzim pencernaan yang di sebut ptialin yang hanya dapat
bekerja dalam suasana asam
d) Garam alkali (bersifat basa)
e) Lain-lain: sel-sel epitel yang terlepas, sel kelenjar leukosit,
gas (CO2) dan bakteri.
3) Fungsi saliva
a) Fungsi mekanis (mencampur ludah dengan makanan
sehingga menjadi lunak setengah cair dan mudah ditelan)
b) Fungsi kimia (enzim ptiatin mengubah hidrat arang menjadi
maltose, enzim maltose menjadi glukosa)
c) Membasahi lidah, pipi dan langit-langit (palatum) yang
penting dalam proses berbicara
d) Melarutkan makanan yang kering hingga dapat dirasakan
(mis. Gula dan garam)
e) Mencegah gigi menjadi karies, mengubah suasana asam yang
di timbulkan oleh bakteri pembusuk.
d. Reseptor Pengecap
Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap
berbagai reseptor pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang
ada pada sel- sel pengecapan, antara lain 2 reseptor natrium,2
reseptor kalium, 1 reseptor klorida,1 resptor adenosine,1 reseptor
inosin, 1 reseptor manis, 1 reseptor pahit,1 reseptor glutamate, dan 1
reseptor ion hidrogen.
1) Tunas pengecap
Tunas pengecap merupakan badan ovoid yang berukuran
50-70 µm. Tiap tunas pengecap di bentuk oleh empat jenis sel
yang mempunyai mikrifili yang meninjol ke dalam pori
pengecapan (lubang dalam pori lidah). Leher dari semua sel ini
berhubungan satu sama lain ke sel epitel sekelilingnya sehingga
reseptor yang terpapar ke cairan dalam rongga mulut merupakan
mahkota apeks mikrofilinya. Tiap tunas pengecap dipersarafi oleh
50 serabut saraf dan tiap serabut saraf menerima rata-rata 5 tunas
pengecap. Jika saraf sensori dipotong maka tunas pengecap yang
disarafunya akan berdegenerasi kemudian hilang.
Pada manusia tunas pengecap terletak dalam mulosa
epiglotis, palatum dan faring, serta didalam dinding papilla
fungiformis dan papilla vallate lidah. Setiap papilla fungiformis
memiliki sampai 5 tunas pengecapan dan biasanya terletak pada
puncak papilla. Papilla valate berukuran lebih besar dan
mengandung sampai 100 tunas pengecapan yang terletak
sepanjang sisi papillia.
Papapillia filliformis berbentuk kerucut kecil yang
menutupi dorsum lingua dan biasanya tidak mengandung tunas
pengecapan. Pada orang dewasa mempunyai 10.000 puting
pengecap dan pada anak-anak memiliki sedikit lebih banyak
daripada orang dewasa. Pada usia 45 tahun, banyak puting
pengecap mengalami degenerasiI yang menyebabkan sensasi rasa
secara progresif makin berkurang.
2) Jaras pengecap
Serabut saraf sensori dari tunas pengecapan terdapat pada
2/3 anterior lidah, berjalan didalam cabang korda timpani dari
nervus fasialis, sedangkan 1/3 posterior lidah mencapai batang
otak memalui nervus glassofaringeus. Serabut dari area selain
lidah akan mencapai batang otak melalui nervus vagus.
Pada tiap sisi serabut pengecapan bermielin, tetapi
menghantarkan rangsangan relatif lambat di dalam tiga nervus ini,
bersatu dalam medula oblongata untuk memasuki nukleus dari
traktus solitarius. Pengecapan tidak mempunyai area proyeksi
korteks terpisah, tetapi diwakili di dalam bagian gyrus (lekuk) post
sentralis yang melayani sensasi kulit dari wajah.
e. Proses Pengecap
Pengecapan merupakan hasil stimulasi ujung saraf tertentu.
Dalam hal mampu membedakan rasa makanan karena ada stimulasi
kiwiawi. Pada manusia, ujung saraf pengecap berlokasi di kuncup-
kuncup pengecap pada lidah. Kuncup-kuncup pengecap mempunyai
bentuk seperti labu, terletak pada lidah bagian depan hingga
kebelakang.
Di dalam satu papilla terdapat banyak kuncup pengecap (taste
bud) yaitu sesuatu yang berbentuk bundar yang terdiri dari 2 jenis sel,
yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap sebagai reseptor. Setiap
sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang
menonjol keluar taste bud melalui taste pore (lubang). Dengan
demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan
mengadakan kontak dan merangsang sel-sel. Kemudian timbulah
impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII dan IX otak untuk
diteruskan ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di
lobus parietalis untuk kemudian di interpretasikan. Makanan yang
dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap melalui pori-
pori bagian atas. Di dalam, makanan akan merangsang ujung syaraf
yang mempunyai rambut (gustatory hair). Dari ujung tersebut pesan
akan dibawa ke otak kemudian diinterpretasikan dan sebagai hasilnya
kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut.
Saraf Tepi memiliki dua macam saraf yakni sensorik dan motorik.
Sensorik yang menghantarkan ras adan motorik yang menggerakan,
namun yang menggerakan bukanlah saraf namun otot. System saraf tepi
terbagi menjadi 12 pasang saraf otak dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang. Saraf tepi berfungsi sebagai penyampai informasi ke
dan dari pusat pengatur.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA