Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENGINDERAAN DAN SISTEM


SARAF (A-F)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kodifikasi Terkait Sistem
Penginderaan, Saraf, dan Gangguan Jiwa dan Perilaku (A-F)

Dosen : Yeti Suryati, S.Kep., Ners., M. M. Pd.

Disusun Oleh:

RMIK 2021 (3A)

POLITEKNIK TEDC BANDUNG

PROGRAM STUDI REKAM MEDIK DAN INFORMASI KESEHATAN

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulillah kami panjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah makalah kodifikasi terkait
sistem penginderaan dan saraf (a-f) dengan judul “Anatomi Fisiologi Sistem
Penginderaan dan Saraf”.

Dalam penulisan makalah ini, kami memiliki sedikit hambatan dan


tantangan akan tetapi dengan bantuan dari beberapa pihak tantangan dapat
teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya, karena setiap manusia tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar kedepannya saya dapat membuat makalah dan menyelesaikannya
dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Cimahi, 15 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam,
karena alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu
setiap makhluk hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan
alam. Untuk dapat menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi, Tuhan memberikan indra kepada setiap
makhluk hidup.
Manusia membutuhkan informasi berupa rangsangan dari lingkungan
luar sekitar untuk dapat menjalani hidupnya dengan baik. Agar rangsangan
yang berasal dari luar tubuh dapat ditangkap dibutuhkan alat-alat tubuh tertentu
yang bernama indera. Kelima alat indera itu adalah mata, hidung, teling, kulit
dan lidah. Setiap orang normalnya memiliki lima panca indera yang berfungsi
dengan baik untuk menangkap rangsangan sehingga dapat memberikan respon
sesuai dengan keinginan atau sesuai dengan insting kita. Orang yang cacat
indra masih bisa hidup namun tidak akan bisa menikmati hidup layaknya
manusia normal.
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di
dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat. Sumsum tulang belakang (spinal cord), atau disebut juga dengan medula
spinalis, adalah kumpulan serabut saraf yang berada di sepanjang tulang
belakang, yang membentang dari bagian bawah otak hingga ke punggung
bagian bawah. Kumpulan jaringan ini memang relatif kecil, dengan berat hanya
35 gram dan diameter sekitar 1 cm.
Sistem saraf manusia terbagi dua, yaitu susunan saraf pusat dan susunan
saraf tepi. Pada susunan saraf tepi terbagi lagi menjadi dua, yaitu saraf somatik
(saraf sadar) dan saraf otonom (saraf tak sadar). Saraf sadar ini terbagi menjadi
dua, yaitu saraf kranial dan spinal. Saraf tak sadar terbagi menjadi dua pula,
yaitu saraf simpatik dan parasimpatik yang memiliki fungsi masing-masing
dalam sistem saraf tepi pada manusia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem penginderaan?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem saraf?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahuai anatomi dan fisiologi sistem penginderaan dan sistem
saraf.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui anatomi dab fisiologi sistem penginderaan
b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem saraf
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Penginderaan


1. Anatomi dan Fisiologi Mata
Mata merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia.
Mata dapat dibedakan menjadi tiga lapisan. Lapisan terluar adalah kornea
dan sklera yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Kornea
berfungsi sebagai pelindung mata dari infeksi dan kerusakan struktural serta
membiaskan cahaya ke lensa dan retina. Sklera merupakan mantel atau
pelindung mata agar tetap mempertahankan bentuknya saat ada tekanan dari
internal maupun eksternal. Sklera tertutup oleh selaput transparan yang
disebut dengan konjungtiva. Kornea dan sklera dihubungkan oleh limbus.
(Willoughby CE, 2010).
a. Struktur Mata
Mata terdiri dari dua bagian yaitu mata bagian internal dan eksternal
yaitu:
1) Mata bagian ekternal (luar)
a) Orbita (lekuk mata), pelindung mata yang terbentuk dari tulang –
tulang mata.
b) Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
c) Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola
mata.
d) Kelopak mata (palpebra) berfungsi untuk menutupi dan
melindungi mata.
e) Aparatus lakrimal penting untuk produksi dan pengaliran air mata.
2) Mata bagian internal (dalam)
a) Lapisan terluar yang keras pada bola mata adalah tunika fibrosa.
Bagian posterior tunika fibrosa adalah sklera opaque yang berisi
jaringan ikat fibrosa putih.
(1) Sklera, memberi bentuk pada bola mata dan memberikan
tempat perlekatan untuk otot ekstrinsik.
(2) Kornea, adalah perpanjangan anterior yang transparan pada
sklera di bagian depan mata. Bagian ini menstransmisi
cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
b) Lapisan tengah bola mata disebut tunika vaskular (uvea), dan
tersusun dari koroid, badan siliaris dan iris.
(1) Lapisan koroid adalah bagian yang sangat terpigmentasi
untuk mencegah refleksi internal berkas cahaya. Bagian ini
juga sangat tervaskularisasi untuk memberikan nutrisi pada
mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.
(2) Badan Siliaris, suatu penebalan dibagian anterior lapisan
koroid, mengandung pembuluh darah dan otot siliaris. Otot
melekat pada ligamen suspensorik, tempat perlekatan lensa.
Otot ini penting dalam akomondasi penghilatan, atau
kemampuan untuk mengubah fokus dari objek berjarak jauh
ke objek dekat di depan mata.
(3) Iris, perpanjangan sisi anterior koroid merupakan bagian mata
yang berwarna bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat
dan otot radialis serta sirkularis, yang berfungsi untuk
mengendalikan diameter pupil.
(4) Pupil adalah ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus
dilalui cahaya untuk dapat masuk ke interior mata.
c) Lensa adalah struktur bikonveks yang bening tepat di belakang
pupil. Elastisitasnya sangat tinggi, suatu sifat yang akan menurun
seiring proses penuaan.
d) Rongga mata. Lensa memisah interior mata menjadi dua rongga;
rongga interior dan posterior.
(1) Ruang anterior terbagi menjadi dua ruang.
(a) Ruang anterior terletak dibelakang kornea dan di depan
iris. Ruang posterior terletak di depan lensa dan di
belakang iris.
(b) Ruang tersebut berisi aqueous humor, suatu cairan
bening yang diproduksi prosesus silliaris untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea. Aqueous
humor mengalir ke saluran schlemm dan masuk ke
sirkulasi darah vena.
(c) Tekanan intraokular pada aqueous humor penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata. Jika aliran aqueous
humor terhambat. Tekanan akan meningkat dan
mengakibatkan kerusakan penglihatan, suatu kondisi
yang disebut glaukoma.
(2) Rongga posterior terletak di antara lensa dan retina dan berisi
vitreus humor, semacam gel transparan yang juga berperan
untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
e) Retina, lapisan terdalam mata adalah lapisan yang tipis dan
transparan. Lapisan ini terdiri dari lapisan terpigmentasi luar dan
lapisan jaringan saraf dalam.
(1) Lapisan terpigmentasi luar pada retina melekat pada lapisan
koroid. Lapisan ini adalah lapisan tunggal sel epitel kunoidal
yang mengandung pigmen melanin dan berfungsi untuk
menyerap cahaya berlebih dan mencegah refleksi internal
berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan ini juga
menyimpan vitamin A.
(2) Lapisan jaringan saraf dalam (optikal) yang terletak
bersebelahan dengan lapisan terpigmentasi adalah struktur
kompleks yang terdiri dari berbagai jenis neuron yang
tersusun dalam sedikitnya sepuluh lapisan terpisah.
(3) Bintik Buta (diskus optik) adalah titik keluar saraf optik.
Karena tidak ada fotoreseptor pada area ini, makan tidak ada
sensasi penglihatan yang terjadi saat cahaya jatuh ke area ini
(4) Lutea makula adalah aera kekuningan yang terletak agak
lateral terhadap pusat
(5) Jalur visual ke otak (9-28)
(a) Saraf optik terbentuk dari akson sel sel ganglion yang
keluar dari mata dan bergabung tepat di sisi superior
kelenjar hipofisis membentuk klasma optic.
(b) Pada klasma optik, serabut neuron yang berasal dari
separuh bagian temporal (lateral) setiap retina tetap
berada di sisi yang sama sementara serabut neuron yang
berasal dari separuh bagian nasal (medial) setiap retina
menyilang ke sisi yang berlawanan.
(c) Setelah klasma optik, serabut akson membentuk traktus
optik yang memanjang untuk bersinapsis dengan neuron
dalam nuklei genikulasi lateral talamus. Aksonya
menjalar ke korteks lobus oksipital.
(d) Sebagian akson berhubungan dengan kolikuli dalam
refleks pupilaris dan siliaris.
b. Otot Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk
pergerakkan mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan
sewaktu aksi otot. Otot penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :
1) Oblik inferior, aksi primer
Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang
lakrimal, berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan
makula, dipersarafi saraf okulomotor, bekerja untuk menggerakkan
mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.
2) Oblik superior, aksi primer
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva
tulang sfenodi di atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan
dikatrol batik dan kemudian berjalan di atas otot rektus superior,
yang kemudian berinsersi pada sklera dibagian temporal belakang
bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau saraf troklear
yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat.
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola
mata dengan kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu
penglihatan search atau mata melihat ke arch nasal. Berfungsi
menggerakkan bola mata untuk depresi (primer) terutama bila mata
melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi. Oblik superior
merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan tertipis.
3) Rektus inferior, aksi primer
Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan
antara oblik inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di
belakang limbus yang pada persilangan dengan oblik inferior diikat
kuat oleh ligamen Lockwood. Rektus inferior dipersarafi oleh n. III.
Fungsi menggerakkan mata - depresi (gerak primer) - eksoklotorsi
(gerak sekunder) - aduksi (gerak sekunder) Rektus inferior
membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.
4) Rektus lateral
Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan
di bawah foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI.
Dengan pekerjaan menggerakkan mata terutama abduksi.
5) Rektus medius
Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan
pembungkus dura saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit
pada pergerakkan mata bila terdapat neuritis retrobulbar, dan
berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus medius merupakan otot
mata yang paling tebal dengan tendon terpendek. Menggerakkan
mata untuk aduksi (gerak primer).
6) Rektus superior, aksi primer – elevasi dalam abduksi sekunder
Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura
orbita superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan
rasa sakit pada pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis
retrobulbar. Otot ini berinsersi 7 mm di belakang limbus dan
dipersarafi cabang superior N.III. Fungsinya menggerakkan mata-
elevasi, terutama bila mata melihat ke lateral :
a) Aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral
b) Insiklotorsi
c. Bola Mata
Terbenam dalam korpus adiposum orbital namun terpisah dari selubung
fasial bola mata. Bola mata terdiri atas 3 lapisan yaitu :
1) Tunika Fibrosa
Merupakan jaringan ikat fibrosa yang tampak putih. Pada
bagian posterior di tembus oleh nervus optikus dan menyatu dengan
selubung saraf duramater. Lamina kribrosa adalah daerah sklera
yang ditembus oleh serabut saraf nervus optikus. Daerah ini relatif
lemah dan dapat menonjol kedalam bola mata oleh pembesaran
kavum subarahnoid yang mengelilingi nervus opikus (N.
II,). Kornea yang transparan mempunyai fungsi utama merefraksi
cahaya yang masuk dalam mata, tersusun berlapi- lapis dari luar ke
dalam.
a) Epiel kornea yang bersambung dengan epitel konjungtiva.
b) Substansia propia terdiri dari jaringan ikat transparan.
c) Lamian limitans posterior.
d) Endotel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan
aqueous humor.
2) Lamina Vaskuola
Dari depan ke belakang tersusun atas bagian berikut:
a) Koroid (choroidea), Adalah lapisan luar berpigmen dan berlapis.
Lapisan dalam sangat vaskuler karena menyentuh pembuluh
darah. Koroid mengandung pleksus vena yang luas dan
mengempis saat kematian. Lapisan koroid terdiri atas bagian-
bagian berikut ini.
(1) Epikoroid, lapisan sebelah luar yang terdiri atas serabut
kolagen dan serabut elastic yang tersusun longgar.
(2) Lapisan pembuluh kapiler, tempat berakhirnya arteri
koroid dan vena dalam jaringan ikat longgar.
(3) Koroid kapiler, lapisan kapiler tempat berakhirnya arteri
koroid yang memiliki jaringan elastin halus dan jaringan
kolagen.
(4) Lapisan elastika, terdapat saraf silia yang berakhir pada
otot-otot, pembuluh darah, dan berhubungan dengan
pleksus-pleksus saraf.
b) Korpus siliare, Kebelakang bersambung dengan koroid, kedepan
teletak dibelakang tepi perifer iris, terdiri atas korona siliaris,
prosesus siliaris, dan muskulus siliaris. Persarafan siliaris nervus
okulomotorius berjalan kedepan bola mata sebagai nervus siliare
Breves. Bagian terbesar dari badan siliaris mempunyai tiga
lapisan serat otot polos dan diantara serat otot terdapat
jaringan elastis yang rapat dan mengandung melanosit. Lapisan
luar epitel berpigmen retina disokong lamina basalis. Lapisan
dalam tidak berpigmen dan permukaannya tidak teratur yang
merupakan perpanjangan saraf retina.
c) Iris. Diafragma berpigmen yang tipis terdapat di dalam aqueous
humor diantara kornea dan lensa. Tepi iris melekat pada
permukaan anterior korpus siliare membagi ruang diantara lensa
dan kornea menjadi kamera anterior dan posterior. Serat otot iris
terdiri atas serat sirkuler yang menyusun muskulus sphinkter
pupilae disekitar tepi pupil dan muskulus dilatator pupil berupa
lembaran tipis yang terletak di dekat permukaan posterior.
3) Tunika Sensoria
Retina terdiri atas pars pigmentosa, sebuah luar melekat
pada koroid dan pars nervosa sebelah dalam berhungan dengan
korpus vitreum. Ujung anterior retina mebentuk cincin berombak
disebut ora serata (ora serrata retinae). Bagian anterior retina
bersifat nonreseptif dan terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan
epitel selinderis dibawahnya. Di pusas bagian posterior retina
terdapat daerah lonjong kekuningan disebut makula lutea yang
merupakan daerah retina yang terlihat paling jelas.
Lapisan luar membentuk epitel berpigmen, sedangkan lapisan
dalam menjadi retina saraf. Suatu ruangan potensial berda diantara
kedua lapisan tersebut yang dilalui oleh penonjolan sel pigmen.
Retina optikal melapisi koroid mulai dari papilla saraf dibagian
posterior hingga ora serata anterior. Suatu cekungan dangkal yang
disebut fovea sentralis terletak 2,5 mm searah temporal papilla
optik. Di sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang dikenal
sebagai bintik kuning (makula lutea). Fovea merupakan daerah
penglihatan terjelas yang tidak memiliki reseptor- reseptor di atas
pila papilla optic sehingg daerah ini disebut bintik buta.
Epitel berpigmen adalah suatu lapisan polygonal berbentuk
teratur kearah ora serata dan selnya menjadi lebih gepeng. Sejumlah
besar mitokondria terletak pada plasma yang dikelilingi oleh
reticulum. Epitel berpigmen menyerap cahaya untuk mencegah
pemantulan dan berada dalam nutrisi fotoreseptor. Epitel berpigmen
terlibat dalam penggantian lamel membrane penting untuk
membentuk redopsin serta pergerakan nya dengan menimbun dan
melepaskan vitamin A.

Isi bola mata adalah media refraksi yang terdiri dari aqueous humor,
korpus vitrous dan lensa.
1) Aqueous humor
Cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera
posterior bulbi yang merupakan secret dari prosesus siliaris.
Setelah itu cairan akan mengalir kedalam kamera posterior,
kemudian kedalam kamera anterior melalui pupila dan diangkut
melalui celah-celah angulus irido kornealis kedalam kanalis schlem.
Gangguan drainase (pengeluaran cairan) aqueous humor berakibat
meningkatnnya tekanan intraocular yang dibuat glukoma. Fungsi
aqueous humor adalah menyokong dinding bola mata dengan
mmberi tekan dari dalam dan meberi makan pada lensa, serta
membuang produk metabolisme karena lensa tidak memiliki
pembuluh darah.
2) Korpus vitreus
Mengisi bola mata di belakang lensa merupakan gelombang
transparan yang dibungkus oleh membrane vitrea. Pada daerah
perbatasan dengan lensa membrane vitreus menebal yang terdiri atas
lapisan posterior yang menutup korpus vitreus tidak terdapat
pembuluh darah, fungsinya antara lain menambah daya pembesaran
mata, menyokong permukaan posterior lensa, dan membantu
melekatkan pars nervosa pada pars pigmentosa retina.
3) Lensa
Badan bikonveks yang transparan terletak dibelakang iris, di dekat
korpus vitreum, dan dikelilingi oleh prosesus siliaris, terdiri atas:
a) Kapsul elastis: membungkus struktur lensa tetap berada dalam
ketegangan sehingga lensa tetap berbentuk bulat.
b) Epitel kuboid: terbatas pada permukaan anterior lensa.
c) Serat-serat lensa : dibentuk dari epitel kuboid equator lensa.
Tarikan serat-serat ligamentum suspensorium cenderung
menggepengkan lensa yang elastic sehingga dapat difokuskan
melihat obyek-obyek yang jauh.
d. Mekanisme Melihat
Cahaya yang dipantulkan oleh benda yang ditangkap oleh mata
menembus ke kornea lalu diteruskan masuk ke dalam mata melalui
pupil. Lensa mata kemudian memfokuskan cahaya sehingga bayangan
benda yang dimaksud jatuh tepat di retina mata. Kemudian ujung saraf
penglihatan di retina menyampaikan bayangan benda tersebut ke otak.
Otak kemudian memproses bayangan benda tersebut sehingga kita
dapat melihat benda tersebut

Gambar Mekanisme Melihat 1.1 1


e. Konsep Adaptasi Gelap Terang
1) Mekanisme penyesuaian terang (cahaya)
Pada kerucut dan batang terjadi perubahan di bawah pengaruh
energi sinar yang disebut foto kimia. Di bawah pengaruh foto kimia
ini rhodopsin akan pecah, masuk ke dalam retine dan skotopsine.
Retine akan tereduksi menjadi vitamin A di bawah pengaruh
enzyme alcohol dehydrogenase dan koenzym DPN – H + H
(=DNA) dan terjadi proses timbal balik (visa versa).
Rushton (1955) telah membuktikan adanya rhodopsin dalam
retina mata manusia, ternyata konsentrasi rhodopsin sesuai dengan
distribusi rod. Penyinaran dengan energi cahaya yang besar dan
dilakukan secara terus menerus konsentrasi rhodopsin di dalam rod
akan sangat menurun sehingga kepekaan retina terhadap cahaya
akan menurun.
2) Mekanisme penyesuaian gelap
Seseorang masuk ke dalam ruangan gelap yang tadinya
berada di ruangan terang, jumlah rhodopsin di dalam rod sangat
sedikit sebagai akibat orang tersebut tidak dapat melihat apa-apa di
dalam ruangan gelap. Selama berada di ruangan gelap, pembentukan
rhodopsin di dalam rod sangatlah perlahan-lahan, konsentrasi
rhodopsin akan mencapai kadar yang cukup dalam beberapa menit
berikutnya sehingga akhirnya rod akan terangsang oleh cahaya
dalam waktu singkat.
Selama penyesuaian gelap kepekaan retina akan meningkat
mencapai nilai 1.000 hanya dalam waktu beberapa menit saja,
kepekaan retina mencapai nilai 100.000 waktu yang diperlukan 1
jam.Sedangkan kepekaan retina akan menurun dari nilai 100.000
apabila seseorang dari ruangan gelap ke ruangan terang. Proses
penurunanan kepekaan retina hanya diperlukan waktu 1 sampai 10
menit.

2. Anatomi dan Fisiologi Telinga


Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar
suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui atau
mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya
dengan mata kepala kita sendiri.
Telinga merupakan alat penerima gelombang suara gelombang udara
kemudian gelombang mekanik ini diubah menjadi impuls pulsa listrik dan
diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Telinga
merupakan organ pendengaran dan keseimbangan, telinga manusia
menerima dan mentransisikan gelmbang bunyi ke otak dimana bunyi
tersebut akan di analisa dan di interpretasikan.
a. Bagian-Bagian Telinga
Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan
bagian dalam.

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Telinga 2


1) Telinga bagian luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna) saluran telinga
(canalis auditorius externus), dan pada ujung terdapat gendang telinga
(membrane timpani). Tekanan suara yang melebihi 160 dB dapat
memecahkan gendang telinga, apabila gendang telinga pecah biasanya
dapat sembuh kemabali seperti jaringan lainnya, karena gendang
telinga terdiri dari sel sel hidup.
2) Telinga bagian tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang
mengandung udara. Fungsi telinga bagian tengah adalah mengirimkan
suara yang telah dikumpulkan auricula ke telinga dalam. Bagian
telinga tengah memanjang dari batas telinga luar ke membran timpani.
Rongga tersebut terletak sebelah dalam membrane timpani yang
memisahkan ronngga itu dari meatus auditorius externa. Dalam
telinga tengah bagian yang paling utama adalah osikulus ini berperan
penting daalm menyesuaikan impedansi di gendang telinga dengan
impedansi ruang ruang berisi air di telinga dalam, yang terdiri dari :
a) Tulang pendengaran (maleus)
b) Tulang landasan (inkus)
c) Tulang sanggurdi (stopes)
3) Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berada di bagian terdalam dari anatomi
telinga. Fungsinya untuk membantu keseimbangan tubuh dan menjadi
bagian dalam pendengaran. Di telinga dalam terdapat tiga bagian
utama, yaitu koklea, saluran semisirkular, dan vestibular. Berikut
masing-masing penjelasannya
a) Koklea (rumah siput), adalah bagian telinga dalam yang berbentuk
seperti cangkang siput dan berperan penting dalam proses
pendengaran. Bagian ini mengubah getaran suara menjadi sinyal
saraf dan menyalurkannya ke dalam otak melalui saraf koklea.
Koklea dibagi menjadi dua ruang oleh membran. Masing-masing
ruang dalam koklea berisi penuh dengan cairan yang bergetar
ketika suara masuk. Ini menyebabkan rambut-rambut kecil yang
melapisi membran bergetar dan mengimkan sinyal saraf ke otak.
b) Saluran semisirkular, terdiri dari tiga saluran atau tabung kecil
yang terhubung. Ini merupakan bagian telinga dalam yang
berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Masing-masing saluran
dalam semisirkular berisi cairan yang dilapisi dengan rambut-
rambut kecil. Saat kepala bergerak, cairan di saluran mengalir dan
menggerakkan rambut. Rambut ini mengirimkan sinyal ke otak
melalui saraf vestibular. Otak kemudian mengirimkan pesan ke
otot-otot tubuh untuk membantu tetap seimbang.
c) Vestibular, merupakan bagian penghubung antara koklea dan
saluran semisirkular. Bersama saluran semisirkular, bagian ini
juga berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh.
b. Saraf Pendengaran
Saraf pendengaran (nervous auditorius) terdiri dari dua bagian,
salah satunya pengumpulan sensibilitas dari bagian verstibuler rongga
telinga dalam yang memiliki hubungan dengan keeimbangan. Serabut
serabut saraf ini bergerak menuju nucleus vestribularis yang berada
pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata, kemudian
serebelum. Bagian koklea pada saraf pendengaran adalah saraf
sebenarnya. Serabut saraf mula mula dipancarkan pada sebuah nukleus
khusus yang berada tepat di belakang talmus, kemudian dilanjutkan ke
usat penerima dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus
temporalis. (Pearce, 2009)
c. Fisiologi Pendengaran
Tidak hanya sebagai indra pendengaran, telinga juga berperan
dalam menjaga keseimbangan tubuh. Keseimbangan terdiri dari 2
komponen, yaitu:
1) Keseimbangan statis, yaitu kemampuan tubuh untuk menjaga
keseimbangan pada posisi tetap atau berdiri.
2) Keseimbangan dinamis, yaitu kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan saat bergerak
d. Reseptor Pendengaran
Reseptor merupakan sekumpulan sel saraf yang berperan menerima
rangsang dari lingkungan. Fonoreseptor merupakan reseptor yang
menerima rangsangan dari bunyi dan organ yang berfungsi sebagai
fonoreseptor adalah telinga. fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk
rambut. Telinga terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar, tengah, dan
dalam. Bagian luar telinga terdiri atas daun telinga dan saluran telinga.
Daun telinga memiliki fungsi untuk mengumpulkan gelombang
bunyi, sedangkan saluran telinga berfungsi meneruskan gelombang
bunyi menuju ke telinga tengah. Di dalam saluran telinga terdapat
kelenjar minyak dan rambut untuk menahan kotoran dari luar.Telinga
bagian tengah terdiri atas gendang telinga dan tiga saluran pendengaran.
Sel rambut di organ corti yang terletak di atas membran
basilaris di seluruh panjangnya, mengandung sel rambut yang merupakan
reseptor suara. Sekitar 30.000 ujung saraf dan sebanyak 16.000 sel
rambut di dalam masing-masing koklea tersusun menjadi empat baris
sejajar di seluruh panjang membran basilaris: satu baris sel rambut dalam
dan tiga baris sel rambut luar. Dari permukaan masing-masing sel
rambut menonjol sekitar 100 rambut yang dikenal sebagai stereosilia. Sel
rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut permukaannya mengalami
perubahan bentuk secara mekanik akibat gerakan cairan di telinga
dalam. Stereosilia ini berkontak dengan membrane tektorium, suatu
tonjolan mirip tenda yang menutupi organ corti di seluruh panjangnya.
e. Proses Mendengar
1) Gelombang suara memasuki telinga luar dan berjalan melalui lorong
sempit yang disebut saluran telinga, yang mengarah ke gendang
telinga.
2) Gendang telinga bergetar dari gelombang suara yang masuk dan
mengirimkan getaran ini ke ketiga tulang kecil di telinga tengah.
3) Tulang di telinga tengah memperkuat atau meningkatkan getaran
suara dan mengirimnya ke koklea.
4) Setelah getaran menyebabkan cairan di dalam koklea bergetar,
gelombang suara berjalan di sepanjang membran basilar. Sel-sel
rambut, yaitu sel sensorik yang berada di atas membran basilar,
mengendalikan gelombang suara. Sel-sel rambut di dekat ujung lebar
koklea kemudian mendeteksi suara bernada tinggi, sedangkan yang
lebih dekat ke tengah mendeteksi suara bernada rendah.
5) Saat sel-sel rambut bergerak, komponen seperti rambut yang sangat
kecil (dikenal dengan stereocilia) yang bertengger di atas sel-sel
rambut menabrak struktur dan lengkungan di atasnya. Ini
menyebabkan stereocilia terbuka. Kemudian, bahan kimia masuk ke
dalam sel dan menciptakan sinyal listrik.
6) Saraf pendengaran kemudian membawa sinyal ini ke sistem saraf
pusat (otak) dan mengubahnya menjadi suara yang kita kenal dan
pahami.

3. Anatomi dan Fisiologi Hidung


Indera pembau atau hidung merupakan alat visera (alat dalam rongga
badan) yang erat hubungannya dengan gastrointestinalis. Sebagian rasa
berbagai makanan merupakan kombinasi penciuman dan pengecapan.
Reseptor penciuman merupakan kemoreseptor yang dirangsang oleh
molekul larutan di dalam mukus. Reseptor penciuman juga merupakan
reseptor jauh (telereseptor). Jaras penciuman tidak disalurkan dalm talamus
dan tidak di proyeksikan neokorteks bagi penciuman.
Olfaktori adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari makanan.
Pada manusia, bau mempunyai muatan afeksi yang bisa menyenangkan atau
membangkitkan rasa penolakan dan keterlibatan memori, selain itu bau juga
penting untuk nafsu makan.
a. Bagian-Bagian Hidung

Gambar 3.1 Bagian-Bagian Hidung 3


1) Hidung Luar
Hidung luar berbentuk piramida dengan bagian-bagiannya
yaitu pangkal hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi,
kolumela dan lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk
oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan
dan menyempitkan lubang hidung. Rangka hidung bagian luar terdiri
dari dua os nasal, prosesus frontal os maksila, kartilago lateralis
superior, sepasang kartilago lateralis inferior (kartilago ala mayor) dan
tepi ventral (anterior) kartilago septum nasi. Tepi medial kartilago
lateralis superior menyatu dengan kartilago septum nasi dan tepi
kranial melekat erat dengan permukaan bawah os nasal serta prosesus
frontal os maksila.
2) Hidung Dalam
Struktur hidung dalam membentang dari os internum di
sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga
hidung dengan nasofaring. Septum nasi merupakan struktur tulang di
garis tengah, secara anatomi membagi organ menjadi dua hidung.
Pada dinding lateral hidung terdapat konka dengan rongga udara yaitu
meatus superior, media dan inferior. Ujung-ujung saraf olfaktorius
menempati daerah kecil pada bagian medial dan lateral dinding
hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung. Deformitas struktur
demikian pula penebalan atau edema mukosa berlebihan dapat
mencegah aliran udara untuk mencapai daerah olfaktorius dan dengan
demikian dapat mengganggu penciuman.Pada hidung bagian dalam
terdapat beberapa bagian yaitu :
a) Membrane Mukosa Olfaktorius
Sel reseptor olfaktorius terletak dibagian mukosa hidung
yang khusus, yaitu membrane mukosa olfaktorius yang
berpigmen kekuningan. Pada manusia daeraj ini luasnya 5
cm2 berada di atap rongga hidung dekat septum. Membrane ini
mengandung sel-sel penunjang dan sel-sel calon reseptor
penghidu. Diantara sel ini terdapat 10-20 juta sel reseptor. Setiap
reseptor penghidu adalah neuron, dan di tubuh, membrane
mukosa olfaktorius merupakan system saraf yang terletak paling
dekat dengan dunia luar.
b) Bulbus Olfaktorius
Pada bulbus olfaktorius, akson reseptor bersinap dengan
dendrite primer sel mitral dan tufted cells untuk membentuk sinap
globular kompleks yang disebut glomerolus
olfaktorius. Tufted cell (sel berumbai) lebih kecil dari pada sel
mitral dan memilki akson yang tipis, tetapi kedua jenis sel
mengirim aksonnya menuju korteks penghidu serta bagian otak
lain, dan tanpaknya merit jika ditinjau dari segi fungsi. Rata-rata
26.000 akson sel reseptor berkonvergensi pada setiap glomerolus.
Selain sel mitral dan sel tufted, bulbus olfaktorius mengandung
sel periglomeruler, yaitu neuron inhibisi yang menghubungkan
satu glomerolus dengan glomerolus lainya, dan sel granula, yang
tidak memunyai akson dan membentuk sinaps timbale balik
(resiprokal) dengan dendrite lateral sel mitral dan sel tufted. Di
sinaps ini, sel mitral dan sel tufted merangsang sel granula dengan
pelepasan glutamate, sedang di sisi sel granula sinaps akan
menghambat sel mitral dan sel tufted dengan mengeluarkan
GABA.
c) Korteks Olfaktorius
Akson sel mitral dan sel tufted berjalan ke posterior melalui
stria olfaktorius intermedia dan stria olfaktorius lateral ke korteks
olfaktorius. Akson sel mitral berakhir di dendrite apical sel
pyramid di korteks olfaktorius. Pada manusia, tindakan
mengendus-endus akan menggiatkan korteks piriformis, tetapi
menghidu dengan atau tanpa mengendus-endus menggiatkan
girus orbitofrontal lateral dan anterior dari lobus frontalis.
Penggiatan orbitofrontalis pada umumnya lebih besar pada sisi
kanan dari pada sisi kiri. Dengan demikian , representasi
penghidu pada korteks bersifat asimetris. Serat lain menuju ke
amigdala, yang mungkin berperan dalam respon emosi terhadap
rangsang penghidu, dan ke korteks entorinal, yang berperan
dalam ingatan penghidu.
b. Fisiologi Penghidu
Fungsi hidung antara lain untuk jalan nafas, alat pengatur kondisi
udara (air conditioning), penyaring udara, indera penghidu, resonansi
suara, membantu proses bicara dan reflek nasal.
1) Sebagai jalan nafas. Saat inspirasi, udara masuk melalui nares
anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media kemudian turun
kearah nasofaring, sehingga udara berbentuk lengkungan atau arkus.
Saat ekspirasi, udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti
jalan yang sama seperti saat inspirasi, di bagian depan aliran udara
memecah sebagian melalui nares anterior dan sebagian lagi ke
belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran udara
nasofaring.
2) Pengatur kondisi udara. Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur
kelembaban udara dan  mengatur suhu.
3) Sebagai penyaring dan pelindung. Fungsi ini berguna untuk
membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan
oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir dan
enzim yang dapat menghancurkan beberapa bakteri yang disebut
lisozim.
4) Indera penghidu
5) Hidung bekerja sebagai indera penghidu karena adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga
bagian atas septum nasi. Partikel bau dapat mencapai daerah ini
dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan
kuat.
6) Resonansi suara. Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara
ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan
resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau
(rinolalia).
7) Proses bicara. Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata
dibentuk oleh lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan
konsonan nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka,
palatum mole turun untuk aliran udara.
8) Refleks nasal. Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang
berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan.
Contoh: iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks bersin dan nafas
berhenti. Rangsangan bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur,
lambung dan pankreas.
c. Mekanisme Penciuman

Gambar 3.2 Mekanisme Penciuman 4

Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang


mengandung sel- sel pembau. Pada sel-sel pembau terdapat ujung-ujung
saraf pembau atau saraf kranial (nervus alfaktorius), yang selanjutnya
akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk
menjalin dengan serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius). Zat-zat kimia
tertentu berupa gas atau uap masuk bersama udara inspirasi mencapai
reseptor pembau.
Jalannya impuls pembauan adalah sebagai berikut : Impuls –
impuls bau dihantarkan oleh filum olfactorium yang bersinopsi dengan
cabang – cabang dari dendrit sel mitral dan disebut siniopsis glomerulus.
Neurit sel mitral meninggalkan bulbus olfactorius untuk berjalan di
dalam area medialis dan berakhir di dalam area. Pusat pembauan ada di
incus. Neurit – neurit sel mitral berjalan dalam strialate ralis dan berakhir
dalam incus
Zat ini dapat larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan
zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian timbul impuls yang
menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson bergabung menjadi suatu
bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak ke I ini menembus
lamina cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian
bersinaps dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls dijalarkan
ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk diinterpretasikan.

4. Anatomi dan Fisiologi Lidah


Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang
dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan.
Lidah dikenal sebagai indra pengecap yang banyak memiliki struktur
tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.
Struktur lainnya yang berhubungan dengan lidah sering disebut lingual,
dari bahsa latin lingua atau glossal dari bahsa yunani.
Lidah merupakan bagian tubuh penting untuk indra pengeap yang
terdapat kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit,
dan manis. Tiap rasa pada zat yang masuk kedalam rongga mulut akan
direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda. Lidah ini, juga
dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap (taste buds).
Pada lidah lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar
dipermukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap
tertanam dibagian epitel lidah dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan
lidah yang disebut papilla.
a. Bagian – Bagian Lidah

Gambar 4.1 Bagian – Bagian Lidah 5


1) Dasar lidah
Bagian pertama dari lidah adalah dasarnya, karena terletak
di sepertiga bagian belakang dari lidah tersebut. Dasar lidah
terdapat pada mulut bagian belakang, dan terbilang sangat dekat
dengan bagian tenggorokan. Berbeda dengan bagian lainnya,
dasar lidah tidak dapat digerakan dengan bebas karena memang
gerakannya terbatas serta ada bagian yang menempel tulang.
2) Badan lidah
Badan lidah berada pada dua pertiga lidah secara
keseluruhan dan bagian lain, namun berbeda dengan dasar lidah.
Badan lidah memiliki keleluasaan ketika digerakkan, selain itu
beberapa fungsi vital yang berkaitan dengan kesehatan tubuh juga
terdapat pada bagian ini. Salah satunya sebagai pencegah mulut
kemasukan kuman.
3) Ujung lidah (Apeks Lingua)
Ujung lidah terletak di bagian ujung dari organ manusia ini,
ujung lidah berada di bagian paling depan dan berdekatan dengan
gigi seri. Ujung lidah bisa digerakan secara bebas, karena
posisinya yang membuat bagian dari lidah dapat digunakan
sedemikian rupa. Ujung lidah merupakan bagian sangat penting
dari organ ini.
4) Punggung lidah (Dorsum Lingua)
Dorsum lidah terletak antara bagian lidah dan dasarnya,
merupakan bagian permukaan yang terlihat sedikit lebih naik.
Ketimbang bagian badan lidah, jika dilihat lebih seksama bagian
ini memiliki garis cekungan. Garis cekungan yang membentuk
seperti huruf V dan memiliki nama dengan sebutan sulkus
terminalis.
5) Bawah lidah
Bagian bawah lidah bisa dilihat hanya jika lidah diangkat,
bagian ini memiliki pembuluh darah vena yang terlihat sangat
jelas. Pembuluh darah vena pada lidah berwarna ungu sedikit
kebiru- biruan, fungsi bagian ini adalah sebagai tempat pemberi
obat. Membuat beberapa jenis obat tertentu diserap secara cepat.
b. Struktur Lidah
1) Papilla lidah
Papillae merupakan bagian benjolan kecil yang ada di atas
permukaan lidah. Berdasarkan letak dan bentuknya apillae
memiliki bentuk, ukuran dan fungsi yang berbeda-beda, berikut
penjelasannya.Bagian-bagian papilla yaitu :
a) Papilla vallate
b) Papilla folat
c) Papila filiform
d) Papilla fungiform

2) Otot lidah
Otot lidah merupakan organ kumpulan dari masa otot yang
ada dalam lidah. Otot dikelompokkan sebagai otot intrinsik dan
ototekstrinsik. Otot intrinsik adalah otot yang seluruhnya dalam
lidah yang mempengaruhi bentuk, sedangkan otot ekstrinsik
adalah otot yang yang berasal dari luar lidah yang melekat dengan
tulang disekitarnya dan mempengaruhi posisinya.
a) Otot intrinsik
(1) Superior longitudinal
(2) Longitudinal inferior
(3) Transversal
(4) Vertikal
b) Otot ekstrinsik
(1) Genioglossus
(2) Hyoglossus
(3) Styloglosus
(4) Palatoglassus
c. Fisiologi Pengecap
Fungsi indra pengecap adalah untuk merasakan arti makanan yang
enak atau tidak enak dan sebagai alat reflex. Dengan adanya rasa asam,
pahit, manisdan sebagainya maka getah cerna akan keluar.
1) Sensasi pengecap dasar.
Senyawa pahit dikecap pada dorsum lingua, senyawa asam di
kecap pada sepanjang tepi lidah, manis dikecap pada ujung lidah, dan
asin dikecap pada lingua anterior. Keempat sensasi dapat diindrakan
pada faring dari epiglottis.
a) Rasa asam, intensitas dari sensasi rasa hampir sebanding
dengan logaritma dan konsentrasi ion hydrogen, yaitu semakin
asam suatu rasa maka semakin kuat sensasi di bentuk.
b) Rasa asin, kualitas rasa berbeda antara garam satu dengan
garam lainnya. Kation membentuk rasa asin, anion juga
berperan membentuk rasa asin walaupun sedikit.
c) Rasa manis, tidak di bentuk oleh suatu sensasi kimia saja (mis.
Gula, glikol, aldehit, keton, amida dan asam amino).
Kebanyakan substansi yang membentuk rasa manis adalah
substansi kimia organik. Perubahan sangat kecil pada radikal
sederhana mengubah substansi rasa dari manis menjadi pahit.
d) Rasa pahit, substansi yang membentuk rasa pahit hampir
seluruhnya merupakan substansi organic; substansi organic
rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alcohol
meliputi banyak zat yang digunakan dalam obat-obatan.
e) Umami (Gurih), merupakan salah satu bagian dari lima rasa
dasar, yang rasa dasar tersebut terdiri dari manis, asam,
pahit, dan asin. Rasa gurih atau umami dapat diperoleh secara
alami dari berbagai macam bahan makanan, seperti kaldu
(ayam, daging sapi, daging babi, atau ikan), kerang, udang,
kecap ikan, kecap asin, kecap inggris, rumput laut, tomat,
bawang putih, asparagus, jamur, miso, tauco, keju, santan
kelapa, terasi, dan lain-lain.
2) Susunan Saliva
a) Air 70%-90%
b) Glikoprotein yang dihasilkan sublingualis
c) Enzim pencernaan yang di sebut ptialin yang hanya dapat
bekerja dalam suasana asam
d) Garam alkali (bersifat basa)
e) Lain-lain: sel-sel epitel yang terlepas, sel kelenjar leukosit,
gas (CO2) dan bakteri.
3) Fungsi saliva
a) Fungsi mekanis (mencampur ludah dengan makanan
sehingga menjadi lunak setengah cair dan mudah ditelan)
b) Fungsi kimia (enzim ptiatin mengubah hidrat arang menjadi
maltose, enzim maltose menjadi glukosa)
c) Membasahi lidah, pipi dan langit-langit (palatum) yang
penting dalam proses berbicara
d) Melarutkan makanan yang kering hingga dapat dirasakan
(mis. Gula dan garam)
e) Mencegah gigi menjadi karies, mengubah suasana asam yang
di timbulkan oleh bakteri pembusuk.
d. Reseptor Pengecap
Sensasi pengecapan terjadi karena rangsangan terhadap
berbagai reseptor pengecapan, ada sedikitnya 13 reseptor kimia yang
ada pada sel- sel pengecapan, antara lain 2 reseptor natrium,2
reseptor kalium, 1 reseptor klorida,1 resptor adenosine,1 reseptor
inosin, 1 reseptor manis, 1 reseptor pahit,1 reseptor glutamate, dan 1
reseptor ion hidrogen.
1) Tunas pengecap
Tunas pengecap merupakan badan ovoid yang berukuran
50-70 µm. Tiap tunas pengecap di bentuk oleh empat jenis sel
yang mempunyai mikrifili yang meninjol ke dalam pori
pengecapan (lubang dalam pori lidah). Leher dari semua sel ini
berhubungan satu sama lain ke sel epitel sekelilingnya sehingga
reseptor yang terpapar ke cairan dalam rongga mulut merupakan
mahkota apeks mikrofilinya. Tiap tunas pengecap dipersarafi oleh
50 serabut saraf dan tiap serabut saraf menerima rata-rata 5 tunas
pengecap. Jika saraf sensori dipotong maka tunas pengecap yang
disarafunya akan berdegenerasi kemudian hilang.
Pada manusia tunas pengecap terletak dalam mulosa
epiglotis, palatum dan faring, serta didalam dinding papilla
fungiformis dan papilla vallate lidah. Setiap papilla fungiformis
memiliki sampai 5 tunas pengecapan dan biasanya terletak pada
puncak papilla. Papilla valate berukuran lebih besar dan
mengandung sampai 100 tunas pengecapan yang terletak
sepanjang sisi papillia.
Papapillia filliformis berbentuk kerucut kecil yang
menutupi dorsum lingua dan biasanya tidak mengandung tunas
pengecapan. Pada orang dewasa mempunyai 10.000 puting
pengecap dan pada anak-anak memiliki sedikit lebih banyak
daripada orang dewasa. Pada usia 45 tahun, banyak puting
pengecap mengalami degenerasiI yang menyebabkan sensasi rasa
secara progresif makin berkurang.
2) Jaras pengecap
Serabut saraf sensori dari tunas pengecapan terdapat pada
2/3 anterior lidah, berjalan didalam cabang korda timpani dari
nervus fasialis, sedangkan 1/3 posterior lidah mencapai batang
otak memalui nervus glassofaringeus. Serabut dari area selain
lidah akan mencapai batang otak melalui nervus vagus.
Pada tiap sisi serabut pengecapan bermielin, tetapi
menghantarkan rangsangan relatif lambat di dalam tiga nervus ini,
bersatu dalam medula oblongata untuk memasuki nukleus dari
traktus solitarius. Pengecapan tidak mempunyai area proyeksi
korteks terpisah, tetapi diwakili di dalam bagian gyrus (lekuk) post
sentralis yang melayani sensasi kulit dari wajah.
e. Proses Pengecap
Pengecapan merupakan hasil stimulasi ujung saraf tertentu.
Dalam hal mampu membedakan rasa makanan karena ada stimulasi
kiwiawi. Pada manusia, ujung saraf pengecap berlokasi di kuncup-
kuncup pengecap pada lidah. Kuncup-kuncup pengecap mempunyai
bentuk seperti labu, terletak pada lidah bagian depan hingga
kebelakang.
Di dalam satu papilla terdapat banyak kuncup pengecap (taste
bud) yaitu sesuatu yang berbentuk bundar yang terdiri dari 2 jenis sel,
yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap sebagai reseptor. Setiap
sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang
menonjol keluar taste bud melalui taste pore (lubang). Dengan
demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan
mengadakan kontak dan merangsang sel-sel. Kemudian timbulah
impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII dan IX otak untuk
diteruskan ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di
lobus parietalis untuk kemudian di interpretasikan. Makanan yang
dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap melalui pori-
pori bagian atas. Di dalam, makanan akan merangsang ujung syaraf
yang mempunyai rambut (gustatory hair). Dari ujung tersebut pesan
akan dibawa ke otak kemudian diinterpretasikan dan sebagai hasilnya
kita dapat mengecap makanan yang masuk ke dalam mulut.

5. Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh
bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya.
Kulit juga merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti
jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen
dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil
lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran
karbondioksida.
Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10
kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau
beratnya sekitar 16% dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi
melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dan rangsangan
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis,
seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan
pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu
tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin
untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet.
a. Struktur Kulit

Gambar 5.1 Struktur Kulit 6


1) Kulit Ari (Epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling
menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik
dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda
pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter
pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran
0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel
epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis
karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan
cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas
lima lapisan kulit, yaitu :
a) Lapisan tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis paling atas, dan menutupi
semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan tanduk sebagian besar terdiri atas keratin
yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny.
Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas
dan digantikan sel baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel
biasanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit terasa sedikit
kasar.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung
sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing
capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Dengan
bertambahnya usia, proses keratinisasi berjalan lebih lambat.
Ketika usia mencapai sekitar 60-tahunan, proses keratinisasi
membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk
yang sudah menjadi kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak
putih karena melanosit lambat bekerjanya dan penyebaran melanin
tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan
tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan
lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air
dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara
tonus dan turgor kulit. Lapisan tanduk memiliki daya serap air
yang cukup besar.
b) Lapisan bening (stratum lucidum)
Lapisan ini disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di
bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan
tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari
protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan
ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki.
Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c) Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Lapisan ini tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk
kumparan yang mengandung butir-butir dalam protoplasmanya,
berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada
kulit telapak tangan dan kaki.
d) Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Lapisan bertaju disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-
sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-
jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling
berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada
lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel
berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke
arah permukaan kulit makin besar ukurannya.
Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang
berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan
pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang
lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis.
Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang
khas. Inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung
kolesterol, asam amino dan glutation.
e) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu
baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu
dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur
halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina
basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-
epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit.
Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak
melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih
atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat
pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.
2) Kulit Jangat (Dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung syaraf perasa,
tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-
kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan
getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-
sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-
menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit
yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak
yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut.
Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit
jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat
diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak
mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak
kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks
interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Dermis terdiri dari dua bagian:
a) Lapisan papilaris: Lapisan yang langsung berbatasan dengan
membran basalis epidrmis. Lapisan ini saling berpautan secara
kasar dengan epidermis, oleh penonjolan kulit, jalinan yang lebih
halus dibentuk oleh serat-serat retikuler yang melekat pada pegas
dari lapisan bawah epidermis.
b) Lapisan retikularis: Lapisan yang dibentuk dari jalinan bekas serat
kolagen yang bertanggung jawab untuk tahanan kulit terhadap
tekanan mekanis. Anyaman serat ini maka insisi kulit tidak
menimbulkan lubang bulat tetapi berupa celah.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
a) Kelenjar keringat, terdiri dari fundus (bagian yang melingkar)
dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada
permukaan kulit, membentuk pori-pori keringat. Semua bagian
tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak
terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh.
Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani,
emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat
yaitu :
(1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi
cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 % air
dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium
klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari
metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh
kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke
kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan
menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada
orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada
permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
(2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah
ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar
dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap
orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali
sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan
dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut.
Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini.
Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan
aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.
b) Kelenjar palit, terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan
dengan kandung tambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil
yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel
rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga
kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap
kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar
palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu
kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran
folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit menghasilkan
minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan
orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar
sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit
badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari
kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan
lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.
3) Hipodermis
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh
darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan
kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf
menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi
sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ- organ tubuh
bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan
makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi
sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis
terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam
jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang
sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya dan
akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.
b. Fisiologi Kulit
1) Fungsi kulit:
a) Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi
jaringan-jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh
dari pengaruh-pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman.
Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan tipis
lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan
suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan
bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-
rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
b) Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan,
rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui
ujung-ujung saraf sensasi.
c) Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi
pembuluh kapiler serta melalui respirasi yang keduanya
dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu
tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50 C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat
kulit mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya
masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit
sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang
dengan penguapan keringat.
d) Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari
kelenjar-kelenjar keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori
keringat dengan membawa garam, yodium dan zat kimia lainnya.
Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai
pembentukan keringat yang tidak disadari.
e) Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
f) Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang
larut dalam lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang
terdapat pada krim muka dapat masuk melalui kulit dan
mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke
dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh
darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai organ
tubuh lainnya.
2) Reseptor pada kulit
Reseptor kulit adalah jenis reseptor sensorik yang ditemukan di
dermis atau epidermis. Mereka adalah bagian dari sistem
somatosensori. Reseptor kulit termasuk reseptor mekanik kulit,
nosiseptor (nyeri) dan termoreseptor (suhu). Macam-macam reseptor
pada kulit adalah sebagai berikut:
a) Korpuskula pacini
Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan
subkutan pada telapak tangan, telapak kaki, jari, puting,
periosteum, mesenterium, tendo, ligamen dan genetalia eksterna.
Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar (panjang 2 mm, dan
diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat dilihat
dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang.
Setiap korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin
yang besar dan juga telah kehilangan sarung sel schwannya pada
tepi korpuskulus. Akson saraf banyak mengandung mitokondria.
Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun rapat (terdiri
dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur
longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk
menerima rangsangan tekanan yang dalam.
b) Korpuskula ruffini
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk
dermis dan kapsula sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan
ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf yang
menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor,
karena mirip dengan organ tendo golgi. Korpuskulus ini terdiri
dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus
dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas,
bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang
oleh regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk
menerima rangsangan panas.
c) Korpuskula Krause
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah
mukokutis (bibir dan genetalia eksterna), pada dermis dan
berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini berbentuk bundar
(sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai sebuah
kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium.
Di dalam korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin
dan cabangnya tetapi tetap diselubungi dengan sel schwann.
Seratnya mungkin bercabang atau berjalan spiral dan berakhir
sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada.
Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan
bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai
mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
d) Korpuskula meissner
Korpuskulus peraba (meissner) terletak pada papila dermis,
khususnya pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya
silindris, sumbu panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan
berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya sekitar 40 mikron.
Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium
saraf yang menyuplai setiap korpuskel.
Pada bagian tengah korpuskel terdapat setumpuk sel
gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai
setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang
mulai dari yang mengandung mielin maupun yang tak
mangandung mielin. Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan
memungkinkan diskriminasi/pembedaan dua titik (mampu
membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
e) Korpuskula ujung saraf terbuka
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir
saraf bebas pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor
sensorik utama dalam kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan
serat saraf yang tak bermielin, atau serat saraf bermielin
berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan pembungkusnya
sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan di
antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-
cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga
hampir mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin
menerima perasaan raba, nyeri dan suhu. Sehubungan dengan
folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan
longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus.
Pada epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan
mukosa oral, akhir saraf membentuk badan akhir seperti
lempengan (diskus atau korpuskel merkel). Badan ini merupakan
sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma.
Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara
keratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan
dengan jaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa
beberapa diskus merkel merespon rangsangan getaran dan juga
reseptor terhadap dingin.
3) Mekanisme kerja kulit
Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas,
dingin, tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang
tersebut diterima oleh sel-sel reseptor. Selanjutnya, rangsang akan
diteruskan ke otak melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang akan
diolah. Akibatnya, kita merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun
memerintahkan tubuh untuk menanggapi rangsang tersebut.
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf
1. Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada
tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua otgan utama yang
menjadi penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang
belakang. Otak manuasia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh
tulang tengkorak. Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh
ruas-ruas tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama
dilindungi oleh suatu membran yang melindungi keduanya.
Membran pelindung tersebut dinamakan meninges. Meninges dari dalam
keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter, arachnoid, dan durameter.
Pada daerah di antara piameter dan arachnoid, terdapat rongga yang berisi
cairan serebrospinal.
a. Otak
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan
pusat komputer dari semua alat tubuh. Otak terletak didalam rongga
kranium tengkorak. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram,
setengah padat dan berwarna kelabu kemerahan. Otak berkembang dari
sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran,
otak awal, yang disebut otak depan, otak tengan dan otak belakang.
Otak depan berkembang menjadi belahan otak besar
(hemisphaerumcerebri), Corpus striatum dan Talami (talami 3
hipotalmi). Sedang otak tengah menjadi otak antara (Diencephalon).
Otak belakang berupa pons varolli (jembatan varol), Medulla oblongata
(sumsum lanjutan)dan Cerebellum (Otak kecil). Ketiga otak belakang
tersebut membentuk batang otak.
Otak yang terletak di dalam rongga tengkorak dapat dibedakan menjadi
3 bagian yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda-beda
yaitu:
1) Cerebrum
Cerebrum mengisi bagian depam dan atas rongga tengkorak, yang
masing-masing disebut fosa kranialis anterior dan kranialis tengah.
Cerebrum atau otak besar, di bagian kortex cerebri terdapat banyak
kumpulan sel-sel saraf sehingga membentuk substansi kelabu atau
ganglia basalis. Pada kortekes tersebut tersusun lipatan-lipatan tak
teratur sehingga menambah luas permukaan cerebrum. Sedang
pada bagian medulla terdapat axonaxon yang diselaputi oleh
myelin sehingga membentuk substansi alba (putih) karena lemak
myelin tersebut.
2) Cerebellum
Cerebellum adalah bagian terbesar dari otak belakang yang
menempati fosa kranialis posterior dan diatapi oleh
tentoriumserebeli, yang merupakan lipatan duramater yang
memisahkan dari lobus oksipitalis selebri. Fungsi cerebelum adalah
untuk mengatur sikap dan aktivitas sikap badan. Serebelum
berperan penting dalam koordinasi otot dan menjaga
keseimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari
kortexselebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan,
demikian mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka
hemisfer serebri mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya
sendiri.
3) Batang otak
Pada permukaan batang otak ( trunkus serebri) terlihat medula
oblongata,pons varoli,mensenfalon,dan diensefalon. Talamus dan
epitalamus terlihat di permukaan posterior batang otak, terletak di
antara serabut kapsula interna. Di sepanjang tepi dorso medial
talamus terdapat sekelompok serabut saraf berjalan posterior basis
epifise.
b. Medula spinalis
Bagian sistem saraf pusat yang menggambarkan perubahan terakhir
perkembangan embrio. Semula ruangannya besar kemudian mengecil
menjadi kanalis sentalis, terdiri dari dua belahan yang sama
dipersatukan oleh struktur intermedia, dibentuk oleh sel saraf dan
didukung oleh jaringan interstisal.
Medulla spinalis membentang dari foramen magnum sampai setinggi
vertebrae lumbralis I dan II. Ujung bawahnya runcing menyerupai
kerucut yang disebut konus medularis, terletak di dalam kanalis
vertebralis melanjut sebagai benang-benang ( filum terminal) akhirnya
melekat pada vertebrae koksigialis pertama. Kira-kira setinggi
vertebralis III sampai vertebrae torakalis II medula spinalis menebal ke
samping.
Pada segmen servikalis VIII sampai lumbal II di antara komu anterior
dan krnu posterior terdapat tonjolan ke samping ( komu lateral),
berbentuk batang dinamakan kolumba anterior, kolumna posterior dan
kolumna lateralis. Bagian kiri dan kanan substansia grisea
dihubungkan oleh komisura griseaanterior dan komisura grisea
posterior. Sedangkan substansi alba kiri dan kanan dihubungkan
komisura alba anterior dan komisura alba posterior.
Fungsi medula spinalis :
1) Medula spinalis pusat saraf mengintegrasikan sinyal sensoris yang
datang mengaktifkan keluaran motorik secara langsung tanpa
campur tangan otak. Fungsi ini terlihat pada kerja reflex spinal,
untuk melindungi tubuh dari bahaya dan menjaga pemeliharaan
tubuh.
2) Sebagai pusat perantara antara susunan saraf tepi dan otak
(susunan saraf pusat), semua komando motorik volunter dari otak
ke otot-otot tubuh yang dikomunikasikan terlebih dahulu.psds
pudst motorik spinal. Pusat motorik spinal akan memproses sinyal
sebagaimana mestinya sebelum mengirimkannya ke otot. Sinyal
sensoris dari reseptor perifer ke pusat otak harus terlebih dahulu
dikomunikasikan ke pusat sensorik di medula spinalis. Pada
medula spinalis sinyal sensoris spinalis sebagian besar diproses dan
diintegrasikan sehingga medula spinalis merupakan tempat
komunikasi dua arah antara otak dan medula spinalis.
2. Sistem saraf tepi
Saraf tepi atau sistem saraf perifer adalah sistem saraf yang membawa
informasi atau sinyal menuju sistem saraf pusat (otak dan medula spenalis)
dan membawa informasi atau sinyal keluar dari sistem saraf pusat menuju
organ target. Sistem Saraf Tepi terbagi menjadi Sistem Saraf Afferen
(Sensory Division) bagian dari sistem saraf yang didalam sarafnya terdiri
dari sel-sel yang membawa informasi ke sel saraf sensorik yang berfungsi
merasakan rangsang atau stimulus dan Sistem Saraf Efferen (Motoric
Division) Sel saraf motorik atau meuronmotor adalah sel Saraf yang
berfungsi menerima impuls berupa perintah dari sistem saraf pusat Menuju
kejaringan otot, sel target dan kelenjar untuk melakukan respon atau
menggerakan. Kedua Sistem Saraf ini terletak diluar Otak dan sumsum
tulang belakang. Dari Sistem Saraf Efferen dapat membuat Sel, otot atau
organ bergerak dengan dua cara yakni disadari dan tidak disadari dan
pembagian ini disebut Sistem Saraf Somatik dan Sistem Saraf Otonom
Secara langsung maupun tidak langsung sistem saraf tersebut tergantung
pada sistem saraf pusat
a. Sistem Saraf Somatik
Sistem Saraf Somatik adalah bagian dari sistem saraf untuk merasakan
rangsangan eksternal. Sistem saraf somatik bertanggung jawab untuk
semua kontraksi otot secara sadar Sistem saraf somatik adalah bagian
dari sistem saraf yang bertanggung jawab untuk gerakan tubuh secara
sadar dan untuk merasakan rangsangan eksternal. Semua panca indera
dikendalikan oleh sistem ini. Sistem saraf somatik adalah subbagian
dari sistem saraf perifer. Sistem saraf memiliki dua komponen utama:
sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang,
dan sistem saraf perifer, yang terdiri dari semua jaringan saraf lain di
tubuh. Sistem saraf perifer pada gilirannya terdiri dari sistem saraf
somatik dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf somatik bertanggung jawab untuk semua kontraksi otot
secara sadar dan pengolahan informasi sensorik, sedangkan bagian lain
dari sistem saraf perifer mengontrol proses tubuh yang tak sadar. Sistem
saraf somatik menginervasi semua organ sensorik, termasuk mata,
telinga, lidah, dan kulit, serta semua otot rangka, dan otot-otot yang
melekat pada tulang dan digunakan untuk gerakan sadar. Dalam
gerakan, Sistem saraf somatik membawa impuls dari otak ke otot yang
akan dipindahkan, sedangkan kapasitas sensorik, Sistem saraf somatik
membawa impuls dari organ sensorik ke otak.
Oleh karena itu ada dua bagian, atau anggota badan, dari sistem saraf
somatik yaitu, aferen dan eferen. Aferen, atau sensorik, neuron yang
membawa impuls dari organ indra ke dalam sistem saraf pusat,
sedangkan eferen, atau motorik, neuron yang membawa impuls dari
sistem saraf pusat ke otot. Neuron dalam bekerja langsung dari otak
atau sumsum tulang belakang ke otot atau rasa organ. Sel tubuh terletak
di sistem saraf pusat, dan akson, sepanjang impuls elektrokimia
melakukan perjalanan ke atau dari badan sel, berakhir di otot, kulit, atau
organ akal.
b. Saraf otonom
Saraf-saraf yang memiliki tugas mengatur kerja organ tubuh dengan
tanpa disadari disebut susunan saraf tak sadar atau susunan saraf
otonom. Sistem saraf otonom secara struktural berhubungan dengan
sistem saraf pusat. Susunan saraf tak sadar terdiri dari dua bagian, yaitu
susunan saraf simpatik (yang muncul dalam daerah dada atau thoraks)
dan susunan saraf parasimpatik (yang muncul dalam daerah-daerah
kranial dan sakral).
Secara fungsional, reaksi susunan saraf parasimpatik itu antagonis
(berlawanan) dengan reaksi susunan saraf simpatik sehingga
menhasilkan suatu sistem pengaruran yang baik. Contoh yang dapat
diberikan yaitu fungsi dari saraf simpatik bekerja mempercepat denyut
jantung sedangkan sistem parasimpatik bekerja sebaliknya, yaitu
memperlambat denyut jantung. Contoh lain dari sistem saraf otonom
yaitu proses gerak yang terjadi pada saluran pencernaan dan juga proses
sekresi keringat.
Semua alat-alat dalam dikendalikan oleh saraf otonom. Saraf otomom
terdiri dari dua sistem :
1) Sistem simpatis
2) Sistem parasimpatis

Saraf simpatis dan saraf parasimpatis bekerja lsecara antagonis, tidak


dibawah kesadaran oleh karena itu sering disebut saraf tak sadar.

Sifat-sifat saraf otonom :

1) Saraf otonom tidak diatur oleh celebrum


2) Sebagian besar organ menerima seperangkat ganda saraf otonom
simpatis dan parasimpatis
3) Ujung axon masing-masing serabut tersebut mengeluarkan zat
transmiter yang berada. Simpatis mengeluarkan noreppneprin oleh
karena itu sering disebut serabut adrenergik dan serabut par simpatis
mengeluarkan asetilkholin juga disebut serabut kholinergik,pada
setiap efektor. Jadi yang menyebabkan berbeda, responnya karena
zat transmiter tersebut sedang implus kedua sistem saraf tersebut
sama.
4) Implus motorik mencapai organ efektor dari otak dan sumsum
tulang belakang melalui dua neuron. Neuron prenglion yang terletak
didalam atau tulang belakang dan neuron postganglion terletak
ganglion diluar sistem saraf pusat.
5) Badam sel neuron postganglion dari saraf simpatis terletak di dekat
sumsum tulang belakang, sedang sistem saraf parasimpatis terletak
didekat atau dalam organ yang dilayani .
6) Bekerja secara antagonis.
c. Saraf simpatis
Sistem saraf simpatis terletak didepan columna vertebralis dan
berhubungan sertas bersambung dengan sumsum tulang belakang
melalui serabut-serabut saraf. Sistem simpatis tersebit terdiri dari
serangkaian urat kembar yang bermuatan ganglion-ganglion, saraf
tersebut bergerak dari dasar tengkorak yang terletak didepan columna
vertebralis dan berakhir pada pelvis sebagai ganglion coccygeus.
Ganglion-ganglion tersebut terbesar :
1) 3 pasang ganglion cervical, didaerah leher
2) 11 pasang ganglion thorakal,didaerah dada
3) 4 pasang ganglion lumbal,di daerag pinggang
4) 4 pasang ganglion sakral, didaerah sacral
5) Ganglion koksigeus, didaerah koksigeus
d. Saraf parasimpatis
Saraf parasimpatis , keluar dari otak melalu saraf-saraf kranial
ketiga, tujuh, sembilan, dan sepuluh. Saraf-saraf ini merupakan
penghubung melalui mana serabut-serabut parasimpatik lewat dalam
perjalanannya keluar daro otak menuju organ-organ yang sebagian
dikendalikan olehnya. Serabut-serabut yang mencapai serabut-serabut
otot sirkuler pada iris, dam dengan demikian merangsang
gerakangerakan yang menentukan ukuran pupil mata, menggunaka
saraf cranial ketufa yaitu saraf okulamotorik. Serabut-serabutnya
mencapai iris.pupil melalui neuron okulomotorik mencapai kelenjar
ludah melalui neuron fascial dan melalui neuron glossofaringeus. Saraf
parasimpatis yang keluar dari medula spunalis melalui daerah sacral
membentuk urat0urat saraf pada alat-alat dalam pelvis dan melayani
kolon,rektum,dan kandung kemih.
Serabut-serabut otot motorik sekretorik mecapai kelenjar ludah
melalui saraf ketujuh, fasial,serta saraf kesembilan, glosofaringeus.
Saraf vagus atau saraf cranial kesepuluh adalah serabut saraf otonom
terbesar. Daerah layanannya luas, serta serabut-serabutnya disebarkan
kepada sejumlah besar kelenjar dan organ. Penyebarannya ini sejalan
dengan penyebaran serabut simpatis. Sistem simpatis dan parasimpatis
bekerja secara antagonis pada organ yang sama, misalnya saraf simpatis
mengencangkan suatu alat di dalam maka saraf parasimpatis
mengedorkannya.

Mekanisme Sistem Saraf Tepi

Saraf Tepi memiliki dua macam saraf yakni sensorik dan motorik.
Sensorik yang menghantarkan ras adan motorik yang menggerakan,
namun yang menggerakan bukanlah saraf namun otot. System saraf tepi
terbagi menjadi 12 pasang saraf otak dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang. Saraf tepi berfungsi sebagai penyampai informasi ke
dan dari pusat pengatur.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai