Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ERINA JIHAN NURHIKMAH

NIM : E712111017
KELAS : RMIK 2A
TUGAS : RESUME BAB 7 KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI
INDONESIA

KETAHAN NASIONAL SEBAGAI GEOSTRATEGI INDONESIA


A. PENGERTIAN KETAHANAN NASIONAL
Ketahanan berasal dari kata “tahan”. Tahan menderita, tabah, kuat, dapat menguasai diri,
tidak kenal menyerah. Ketahanan nasional berbicara tentang perihal kuat, keteguhan hati, atau
ketabahan. Secara umum, pengertian ketahanan nasional adalah perihal kuat, teguh, dalam
rangka kesadaran, sedangkan pengertian nasional adalah penduduk yang tinggal disuatu
wilayah dan berdaulat. Dengan demikian pengertian ketahanan nasional adalah perihal
keteguhan hati untuk memperjuangkan kepentingan nasional. Menurut Lembaga Ketahanan
Nasional RI, pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamis Bangsa Indonesia yang
berisikan keuletan dan ketangguhan dalam menghadapi serta mengatasi segala bentuk
ancaman, gangguan ataupun hambatan dari dalam maupun luar negeri. Dalam hal ini kondisi
ideal suatu negara memiliki kemampuan mengembangkan kekuatan nasional sehingga
mampu menghadapi segala macam ancaman dan gangguan bagi kelangsungan hidup bangsa
yang bersangkutan. Bentuk ancaman tersebut bisa bersifat langsung ataupun tidak dan sangat
membahayakan integritas, identitas, bahkan kelangsungan hidup berbangsa serta bernegara.
Istilah ketahanan nasional mulai dikenal sejak tahun 1960-an. Namun, saat itu belum diberi
definisi tertentu dan baru pada 1968, pengertian ketahanan nasional dibuat. Definisi itu
direvisi pada beberapa bagian katanya dan terus digunakan hingga saat ini.

B. PERKEMBANGAN KONSEP KETAHANAN NASIONAL DI INDONESIA


1. Sejarah Lahirnya Ketahanan Negara
Gagasan tentang ketahanan nasional bermula pada awal tahun 1960-an pada kalangan
militer angkatan darat di SSKAD yg sekarang bernama SESKOAD (Sunardi, 1997).
Masa itu sedang meluasnya pengaruh komunisme yg berasal dari Uni Sovyet dan Cina
dalam menguasai daerah-daerah Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang ditandai dengan
G 30 S PKI. Berdasarkan pengalaman tersebut, maka SSKAD mulai memikirkan suatu
rencana dalam meningkatkan keamanan di Indonesia. Pada tahun 1968, pemikiran yang
ada di SSKAD tersebut dilanjutkan oleh Lemhanas (Lembaga Pertahanan Nasional).
Tantangan dan ancaman terhadap bangsa harus diwujudkan dalam bentuk ketahanan
bangsa yg dimanifestasikan dalam bentuk tameng yang terdiri dari unsur-unsur ideologi,
ekonomi, social, dan militer. Dalam pemikiran Lemhanas tahun 1968 telah ada kemajuan
konseptual berupa ditemukannya unsur- unsur dari tata kehidupan nasional yg berupa
ideologi, politik, ekonomi, social, dan militer. Pada tahun 1969, lahirlah istilah ketahanan
nasional yg menjadi pertanda ditinggalkannya konsep kekuatan, walaupun di ketahanan
nasional sendiri memakai konsep kekuatan. Konsepsi ketahanan nasional tahun 1972
dirumuskan sebagai kondisi dinamis satu bangsa yg mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi atau mengatasi tantangan,
ancaman, dan hambatan dari luar maupun dalam yang dapat menghancurkan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara
2. Ketahanan Nasional Dalam GBHN
Konsepsi ketahanan nasional pertama kali dimasukkan dalam GBHN 1973 yaitu
ketetapan MPR No. IV/MPR/1973. Rumusan ketahanan nasional tahun dalam GBHN
1973 adalah sama dengan rumusan ketahanan nasional tahun 1972 dari Lemhanas.
Konsep ketahanan nasional berikut perumusan yang demikian berlanjut pada GBHN
1978, GBHN 1983, dan GBHN 1988. Dalam GBHN 1993 terjadi perubahan perumusan
mengenai konsep ketahanan nasional. Ketahanan nasional dirumuskan sebagai kondisi
dinamis yg merupakan integrasi dari kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara,
perumusan ketahanan nasional pada GBHN 1993 berlanjut pada GBHN 1998. Konsepsi
ketahanan nasional pada GBHN 1998 adalah rumusan yg terakhir. Dari rumusan GBHN
1998 dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional mempunyai 3 makna,yaitu :
a. Ketahanan nasional sebagai metode pendekatan sebagaimana tercermin dalam
rumusan pertama.
b. Ketahanan nasional sebagai kondisi sebagaimana tercermin dari rumusan kedua.
c. Ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional sebagaimana tercermin dari
rumusan ketiga.
Pada wujud pertama, yaitu ketahanan nasional sebagai pendekatan dimaksudkan konsepsi
ketahanan nasional digunakan sebagai strategi atau cara dalam melaksanakan
pembangunan.
Pada wujud kedua, yaitu ketahanan nasional sebagai kondisi yang dimaksud adalah
kondisi yg dinamis yg merupakan integrasi dari tiap aspek kehidupan bangsa dan negara.
Adapun pada wujud ketiga,yaitu ketahanan nasional sebagai donkrin dasar nasional
menggambarkan kondisi ideal dari bidang pembangunan.

C. UNSUR UNSUR KETAHANAN NASIONAL


1. Gatra dalam Ketahanan nasional
Unsur, elemen atau factor yang mempengaruhi ketahanan nasional suatu Negara terdiri
atas beberapa aspek, diantaranya :
1. Unsur kekuatan nasional menurut Hans J. Morgenthoua.
a. Factor tetap (stable factors) terdiri atas geografi dan sumber alam.
b. Factor berubah (dynamic factors) terdiri atas kemampuan industri, militer,
demografi, karakter nasional, moral nasional, dan kualitas diplomasi.
2. Unsur kekuatan nasional menurut James Lee Ray
a. tangible factors terdiri atas penduduk, kemampuan industri, dan militer
b. intangible factors terdiri atas karakter nasional, moral nasional, dan kualitas
kepemimpinan.
3. Unsur kekuatan nasional menurut Palmer & PerkinsTerdiri atas tanah, sumber daya,
penduduk, teknologi, ideology, moral, dan kepemimpinan.
4. Unsur kekuatan nasional menurut Parakhas Chandraa.
a. alamiah terdiri atas geografi, sumber daya, dan penduduk
b. social terdiri atas perkembangan ekonomi, struktur politik, budaya dan moral
lainya.
c. Lain-lain: ide, inteligensi dan diplomasi.
5. Unsur kekuatan nasional menurut Alfred T. Mahan
6. Unsur kekuatan nasional menurut ClineUnsur-unsur kekuatan terdiri atas sinergi
antara potensi temografi dan geografi, kemampuan ekonomi, militer, starategi
nasional.
7. Unsur kekuatan nasional model Indonesia Pemikiran tentang Gatra dalam ketahanan
nasional dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan
nasional Indonesia dikenal dengan nama Astagrata yang terdiri atas Trigatra dan
Pancagatra.
a. Trigatra adalah aspek alamiah (tangiable) yang terdiri atas penduduk, sumber
daya alam, dan wilayah.
b. Pancagatra adalah aspek social (intangiable) yang terdiri atas ideology, politik,
ekonomi, social budaya dab pertahanan keamanan

D. PEMBELAAN NEGARA
Apakah bela negara itu? Bela Negara adalah kewajiban dasar manusia. Juga kehormatan bagi
tiap warga negara yang penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkorban kepada Negara
dan bangsa. Memang banyak devinisi yang membuat pengertian tentang arti bela Negara
namun pengertian yang pasti Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan
negara yang seutuhnya. Arti dari bela negara itu sendiri adalah Warga Negara Indonesia
(WNI) yang memiliki tekad, sikap dan perilaku yang dijiwai cinta NKRI berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang rela berkorban demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Peraturan Perundang Undangan Tentang Bela Negara
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
a. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
b. Pasal 30 UUD 1945

Sampai saat ini undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal 30 UUD 1945
tersebut adalah :
a. UU No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik Indonesia
b. UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
c. UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

E. INDONESIA DAN PERDAMAIAN DUNIA


1. Pengertian Perdamaian Dunia
Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian. Pertama,
perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan.
Kedua, perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika
transformasi konflik yang kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian selain
merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif tanpa kekerasan yang
dialami dalam transformasi (fase perkembangan) suatu konflik Umumnya pemahaman
tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang dilakukan secara fisik dan
mempunyai akibat secara langsung. Batasan seperti ini terlalu minimalistis karena
rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik semata.
2. Mewujudkan Perdamaian Dunia
Ada beberapa solusi atau upaya menurut Cipto Wardoyo yang harus dilakukan demi
mewujudkan perdamaian dunia, antara lain:
a. Melalui Pendekatan Cultural (Budaya) Untuk mewujudkan perdamaian kita harus
mengetahui budaya tiap-tiap masyarakat ataupun sebuah Negara. Jika tidak akan
percuma saja segala upaya kita. Dengan mengetahui badaya tiap-tiap masyarakat atau
sebuah Negara maka kita bisa memahami karakteristik dari masyarakat atau Negara
tersebut. Atas dasar budaya dan karakteristik masyarakat atau suatu Negara, kita bisa
mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam mewujudkan perdamaian
disana. Pendekatan budaya ini merupakan cara yang paling efektif dalam
mewujudkan perdamaian di masyarakat Indonesia serta dunia.
b. Melalui Pendekatan Sosial dan Ekonomi Dalam hal ini pendekatan sosial dan
ekonomi yang dimaksudkan terkait masalah kesejahteraan dan faktor-faktor sosial di
masyarakat yang turut berpengaruh terhadap upaya perwujudan perdamaian dunia.
Ketika masyarakatnya kurang sejahtera tentu saja lebih rawan konflik dan kekerasan
di dalamnya. Masyarakat atau Negara yang kurang sejahtera biasanya akan "tidak
perduli" atas isu dan seruan perdamaian. "Jangankan memikirkan perdamaian dunia,
buat makan untuk hidup sehari-hari saja sangat susah", begitu fikir mereka yang
kurang sejahtera, Maka untuk mendukung upaya perwujudan perdamaian dunia yang
harus dilakukan terlebih dahulu adalah meningkatkan pemerataan kesejahteraan
seluruh masyarakat dan Negara di dunia ini.
c. Melalui Pendekatan Politik Melalui pendekatan budaya dan sosial ekonomi saja
belum cukup efektif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Perlu adanya campur
tangan politik, dalam artian ada agenda politik yang menekankan dan menyerukan
terwujudnya perdamaian dunia. Terlebih lagi bagi Negara-negara maju dan adidaya
yang memiliki power atau pengaruh dimata dunia. Negara negara maju pada saat-
saat tertentu harus berani menggunakan power-nya untuk "melakukan sedikit
penekanan pada Negara-negara yang saling berkonflik agar bersedia berdamai
kembali. Bukan justru membuat situasi semakin panas, dengan niatan agar
persenjataan mereka terus dibeli.
d. Melalui Pendekatan Religius (Agama)
Pada hakikatnya seluruh umat beragama di dunia ini pasti menginginkan adanya
perdamaian. Sebab saya kira tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan, kekerasan
ataupun peperangan. Semua Negara mengajarkan kebaikan, yang diantaranaya
kepedulian dan perdamaian. Maka dari itu setiap kita yang mengaku beragama dan
ber-Tuhan tentu harus memiliki kepedulian dalam turut serta mewujudkan
perdamaian di masyarakat maupun di kancah dunia. Para tokoh agama yang dianggap
memiliki karisma dan pengaruh besar di masyarakat harus ikut serta aktif
menyerukan perdamaian.
3. Partisipasi Indonesia bagi Perdamaian Dunia
Peran aktif Indonesia di dunia Internasional dalam upaya pemeliharaan perdamaian dunia
dilaksanakan berdasarkan pada kebijakan politik, bantuan kemanusiaan maupun
peranannya baik dalam bentuk sebagai pengamat militer, staf militer atau Kontingen
Satgas operasi pemeliharaan perdamaian sebagai duta bangsa di bawah bendera PBB.
Keikutsertaan Indonesia dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota
pasukan perdamaian. Keikutsertaan Indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian
sudah dimulai sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian dari Indonesia dikenal dengan nama
Kontigen Garuda atau Konga. Sejak tahun 1967 sampai saat ini Garuda Indonesia telah
diterjunkan keberbagai kawasan konflik bergabung dengan pasukan perdamaian PBB.
4. Kontigen Garuda 1 diterjunkan ke Mesir pada tanggal 8 Januari 1957. Adapun samapai
sekarang ini Kontigen Garuda XIIA terakhir kali diterjunkan ke Libanon sebagai bagian
dari UNFIL (Pasukan Perdamaian PBB di Libanon) pada September 2006. Selain
keikutsertaan melalui Kontingen Garuda dalam operasi pemeliharaan PBB, Indonesia
tercatat sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Sampai saat ini, Indonesia
sudah 3 (tiga) kali menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu:
a. Keanggotaan Pertama Periode 1973-1974.
b. Keanggotaan Kedua Periode 1995-1996,
c. Keanggotaan Ketiga Periode 2007-2008.
Dukungan yang luas terhadap keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan ini
merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional terhadap peran dan
sumbangan Indonesia selama ini dalam upaya menciptakan keamanan dan
perdamaian baik pada tingkat kawasan maupun global. Peran dan kontribusi
Indonesia tersebut mencakup antara lain keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai
misi penjagaan perdamaian PBB sejak tahun 1957, upaya perdamaian di kawasan
seperti Kamboja dan Filipina Selatan, dalam konteks ASEAN ikut serta menciptakan
tatanan kawasan dibidang perdamaian dan keamanan, serta peran aktif diberbagai
forum pembahasan isu perlucutan senjata dan non-proliferi nuklir.

Dengan terpilih menjadi anggota, berarti Indonesia akan mengemban kepercayaan


masyarakat internasional untuk berpatisipasi menjadi Dewan Keamanan sebagai
badan yang efektif untuk menghadapi tantangan - tantangan global dibidang
perdamaian dan keamanan saat ini.

Keanggotaan Indonesia di Dewan Keamanan merupakan wujud dari upaya dibidang


diplomasi untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945 Alenia IV, yang
memandatkan Indonesia untuk turut serta secara aktif dalam upaya menciptakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai