Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

SISTEM PENGINDRAAN

Dosen Pengampu : dr. Jacky Widiyantara,SH., MHKES

Disusun Oleh:

Nama : Yeni Umiyani

NIM : CKX0210014

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KUNINGAN, JAWA BARAT

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup di bumi diciptakan berdampingan dengan alam, karena
alam sangat penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Karena itu setiap makhluk
hidup, khususnya manusia harus dapat menjaga keseimbangan alam. Untuk dapat
menjaga keseimbangan alam dan untuk dapat mengenali perubahan lingkungan yang
terjadi, Tuhan memberikan indera kepada setiap makhluk hidup.
Indera ini berfungsi untuk mengenali setiap perubahan lingkungan, baik yang
terjadi di dalam maupun di luar tubuh. Indera yang ada pada makhluk hidup, memiliki
sel-sel reseptor khusus. Sel-sel reseptor inilah yang berfungsi untuk mengenali
perubahan lingkungan yang terjadi. Berdasarkan fungsinya, sel-sel reseptor ini dibagi
menjadi dua, yaitu interoreseptor dan eksoreseptor.
Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Semua organism memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi. Informasi
tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau datang dari luar. Reseptor diberi nama
berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor (penerima
rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang cahaya), aodioreseptor (penerima
rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima rangsang fisik, seperti tekanan,
sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa reseptor yang berfungsi
mengenali perubahan lingkungan luar yang dikelompokkan sebagai eksoreseptor.
Sedangkan kelompok reseptor yang berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh
disebut interoreseptor. Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia. Eksoreseptor
yang kita kenal ada lima macam, yaitu indera penglihat(mata), pendengar (telinga),
peraba (kulit), pengecap (lidah), dan pembau (hidung).
1. 2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem indra pada manusia?
2. Apa saja sistem indra pada manusia?
1. 3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui anatomi dan sistem indra pada manusia.
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui anatomi mata
2. Mengetahui jenis reseptor pada retina dan fisiologinya
3. Mengetahui anatomi telinga (lebih mendalam pada kohlea)
4. Mengetahui jenis reseptor pada kohlea dan fisiologinya
5. Mengetahui anatomi kulit
6. Mengetahui jenis reseptor pada kulit dan fisiologinya
7. Mengetahui anatomi lidah
8. Mengetahui jenis reseptor pada lidah dan fisiologinya
9. Mengetahui anatomi hidung
10. Mengetahui jenis reseptor pada hidung dan fisiologinya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata


Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika
kita membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata
perlu diketahui lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang
biasa diderita yang berkaitan dengan kelainan pada mata. Secara struktural anatomis,
bola mata berdiameter ±2,5 cm dimana 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata, dan
hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar. Perhatikan gambar dibawah ini:

Bagian-bagian pada mata terdiri atas:


1. Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
melekatnya bola mata.
2. Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus
rektus superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior
(mengerakan mata ke bawah).
3. Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.
4. Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan
lensa untuk beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan
aqueus humor.
5. Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung
pigmen.
6. Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
7. Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.
8. Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
9. Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
10. Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata

2.1.1 Otot, Saraf dan Pembuluh Darah pada Mata


Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola
mata terdiri enam otot yaitu:
1. Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan
memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
2. Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi
sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
3. Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada
abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan
aduksi dalam depresi.
4. Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
5. Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi
6. Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan
aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai
saraf lainnya.
1. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak
2. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata
3. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang
otot pada tulang orbita.
2.1.2 Struktur Pelindung
Pada indra mata terdapat beberapa pelindung sebagai berikut:
1. Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf,
pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air
mata.
2. Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata
secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin,
debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu
menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak
mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut,
kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam
kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus
permukaan mata.
a. Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan
berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier
(penghalang).
b. Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang
mencegah penguapan air mata.
c. Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan
menghasilkan air mata yang encer.
3. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap
duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung.
Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan
membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya
akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi.
4. Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata.
Ketiga lapis dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram
(tidak tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut
kornea. Konjungtiva adalah lapisan transparan yang melapisi kornea dan
kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi bola mata dari gangguan.
b. Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam merupakan lapisan yang
berisi banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama
untuk retina. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi
(pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid membentuk badan siliaris yang
berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian depan iris
bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris
berfungsi sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur
sinar yang masuk. Badan siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi
mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi dari otot badan siliaris akan
mengatur cembung pipihnya lensa.
c. Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan
dengan badan sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang
memanjang sampai ke otak. Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka
terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.
2.1.3 Anatomi Tambahan pada Mata
Anatomi tambahan pada mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan
aparatus lakrimalis.
1. Alis mata: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata,
fungsinya untuk melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.
2. Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak
bergerak dari kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae
untuk menarik kelopak mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata
dilakukan oleh otot otot yang lain yang melingkari kelopak mata atas dan bawah
yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang antara ke-2 kelopak disebut celah mata
(fissura pelpebrae), celah ini menentukan “melotot” atau “sipit” nya seseorang.
Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut caruncula lakrimalis yang
mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera (keringat).
3. Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar
Meibow. Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut
kelenjar Zeis. Infeksi kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).
4. Apparatus lacrimalis: terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis
lacrimalis, dan ductus nassolacrimalis.
2.1.4 Jenis Reseptor pada Retina dan Fisologinya
Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang dikirim
ke otak. Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu
reaksi fotokimia di fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya
sinyal listrik ke otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energy
minimum untuk dapat menimbulkan reaksi

Indera penglihat disebut juga fotoreseptor. Sel fotoreseptor yang terdapat pada
retina dapat dibedakan dua macam, yaitu sel batang (basilus) bertugas menerima
rangsangan cahaya yang tidak berwarna, dan sel kerucut (konus) yang bertugas
menerima rangsangan cahaya yang berwarna atau terang. Sel fotoreseptor bertugas
menerima dan mengubah rangsangan cahaya menjadi impuls, yang selanjutnya oleh
otak diubah menjadi sensasi penglihatan. Terdapat dua tipe umum reseptor cahaya di
retina, yaitu:
1. Sel Kerucut
a. Jumlahnya sekitar 6,5 juta di masing-masing mata.
b. Digunakan untuk penglihatan siang hari (fotopik).
c. Berguna untuk melihat detail halus dan mengenali beragam warna.
d. Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.
e. Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 550 nm pada
region kuning-hijau.
2. Sel Batang
a. Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing mata.
b. Digunakan untuk penglihatan malam hari (skotopik)
c. Berguna untuk penglihatan perifer.
d. Tidak tersebar merata di retina namun memiliki kepadatan maksimum di sudut
sekitar 200̊.
e. Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 510 nm pada
region biru-hijau.
2.2 Anatomi dan Fisiologi Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara &
juga banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga memiliki tiga
bagian yaitu:

2.2.1 Telinga Luar


Aurikula (daun telinga) Terdiri dari tulang rawan (kartilago) yang dibungkus
kulit. Fungsi utama aurikula adalah untuk menangkap gelombang suara dan
mengarahkannya ke dalam Meatus auditorius eksternus (MAE). MAE (saluran
telinga) merupakan saluran ke dalam os temporale dan membentuk kurva yang
condong ke atas dan ke bawah. Fungsinya sebagai buffer terhadap perubahan
kelembaban dan temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran timpani.
2.2.2 Telinga Tengah
Telinga tengah adalah rongga yang berisi udara dalam tulang temporal yang terdiri
dari:
a. Membran timpani (gendang telinga), membentang sampai bagian akhir saluran
telinga, Terdiri dari jaringan fibrosa elastic berbentuk bundar dan cekung dari luar
dan akan bergetar ketika gelombang suara melaluinya. Getaran ini akan
diteruskan menuju ketiga tulang pendengaran.
b. Tulang pendengaran terdiri dari: meleus inkus dan stapes. Stapes kemudian
menghantarkan getaran ketelinga dlam yang terisi oleh cairan pada fenesta
vestubuli. Fungsi ke tiga tulang ini adalahmenurunkan amplitudo getaran yang
diterima dari membran tympani dan meneruskannya ke jendela oval.
c. Tuba eustachi Bermula dari ruang tympani ke arah bawah sampai nasofaring
Struktur mukosanya merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring Tuba dapat
tertutup pada kondisi peningkatan tekanan secara mendadak. Tuba ini terbuka
saat menelan dan bersin Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di
luar tubuh dengan di dalam telinga tengah.
2.2.3 Telinga Dalam
Telinga dalam merupakan suatu rongga yang disebut labirin berdinding
tulang (maze), yang dilapisi oleh membrane yang disebut membranosa labirin.
Perilimf adalah cairan yang terdapat di antara tulang dan membran, dan edolimf
adalah cairan yang terdapat di dalam struktur membrane didalam telinga dalam.
Struktur-struktur tersebut adalah koklaea yang terkait erat dengan pendengaran dan
utrikuklus, sakulus dan kanalis semisirkularis, yang semuanya berfunsi
untuk mempertahankan ke equlibrium.

2.2.4 Kohlea
Koklea adalah berbentuk seperi rumah keong dengan struktur dua setengah putaran.
Utrikulus dan sakulus adalah kantong membranosa disuatu daerah yang disebut
vestibulum yang terletak di antera koklea dan kanalis semisirkularis. Kanalis Semi
Sirkularis adalah membrane lonjong yang berisi cairan yang terdiri dari 3 duktus
semiserkular, masing-masing berujung pada ampula.Pada ampula terdapat sel
rambut, krista dan kupula Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal
rotasi.

Rumah siput berupa saluran spiral terbagi atas 3 daerah, yaitu:


1. Skala vestibuli yang terletak di bagian dorsal
2. Skala media terletak di bagian tengah
3. Skala timfani terletak di bagian ventral
Antara skala yang satu dengan skala yang lain dipisahkan oleh:
a. membran vestibularis: memisahkan skala vestibuli – skala media.
b. membran tektoral memisahkan skala media – skala timfani.
c. membran basilaris: memisahkan skala timfani – skala vestibuli
Koklea membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor
pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi
berada di bagian depan. Sekat membagi koklea menjadi 3 bagian:
1. Duktus Koklear (skala medial), Bagian labirin membranosa yang terhubung
ke sakulus, berisi cairan endolimfe
2. Dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media
adalah skala vestibuli dan skala timpani mengandung cairan perilimfe dan
terus memanjang melalui lubang pada apeks koklea yang disebut
helikotrema.
a. Membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan skala media dari
skala vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibuli
b. Membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani,
berhubungan dengan fenestra koklear
3. Skala Organ Korti, Terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor yang
disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki akson dan
langsung bersinaps dengan ujung saraf koklear
2.2.5 Jenis Reseptor pada Kohlea dan Fisiologinya
Indera pendengaran dan keseimbangan manusia adalah telinga. Telinga
mengandung reseptor yang sensitif terhadap getaran suara di udara. Telinga juga
mengandung reseptor yang sensitif terhadap getaran posisi dan gerakan kepala. Sel-
sel reseptor tersebut terdapat pada telinga dalam dan masing-masing terdiri atas sel-
sel rambut dengan sterosilia.
Reseptor pendengaran atau fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk rambut.
Fungsi sel rambut adalah untuk menerima rangsangan getaran dan mengubahnya
menjadi impuls sensorik yang selanjutnya ditransmisikan ke pusat pendengaran. Alat
pendengaran manusia berupa telinga.
Di dalam skala media bagian dalam atau tengah terdapat organ korti. Organ
korti berisi ribuan sel rambut sensori yang merupakan reseptor getaran (reseptor
vibrasi). Sel-sel rambut tersebut terletak di antara membran basiler dan membran
tektorial. Dasar dari sel reseptor pendengar tersebut berhubungan dengan serabut
saraf yang bergabung membentuk saraf pendengar. Fungsi organ corti (rambut halus
pada koklea) yaitu:
a. Organ corti. Merupakan organ reseptor yang menimbulkan impuls saraf akibt
getaran membrane bersilaris.
b. Organ corti adalah dua jenis sel rambut saru baris sel rambut dalam jumlahnya
sekitar 3500 dan tiga empat baris sel rambut luar jumlah sekitar 20.000.
c. Dasar dan tempat sel-sel rambut dijepit oleh jaringan ujung-ujung N. koklearis.
d. Ini membentuk ganglion spiralis corti yang terletak pada modiolus koklea.
e. Ganglion spiralis selanjutnya mengirimkan akson-akson ke N. koklearis dan
kemudian ke susunan saraf pusat setinggi medulla oblonganta atas.
f. Hubungan organ corti dengan ganglion spinalis dan dengan nervus koklearis.

2.3 Anatomi dan Fisiologi Kulit


2.3.1 Lapisan Kulit
Kulit tersusun atas tiga lapisa, yaitu:
1. Epidermis
Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer).
Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan
teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm
untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit
tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel
epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:
a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap
rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit
(melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel
khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin
yang mewarnai kulit dan rambut.
b. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang
yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang
yang berkulit cerah (misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam
jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan
bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik
juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan tampak
kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap
cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek
pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.
c. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang,
yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan
merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel
Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang
disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans
mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan
membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan
neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah
simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan
kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat
memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan rangsang
simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans, mengurangi
kemampuannya mencegah kanker.
d. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan
berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
e. Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan
lapisan ini akan berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara
bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut:
i. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar
dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur
sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling
melekat erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan
(friction) dengan permukaan luar, terutama pada tangan & kaki. Juga
merupakan lapisan keratinosit terluar yang tersusun atas beberapa lapis
sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.
ii. Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis
yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum
lucidum terdiri dari protein eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang
tidak berinti dan lapisan ini banyak terdapat pada telapak tangan & kaki.
iii. Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat
granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja
sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta
menyediakan efek pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan
gepeng, dimana sitoplasma berbutir kasar serta mukosa tidak punya
lapisan inti.
iv. Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale.
Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada
sajian mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti
duri yang disebut spinadan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya
terdapat fibril sebagaiintercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat
dengan filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan
kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan
demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi
mengalami gesekan seperti telapak kaki.
v. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk
silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin.Pada
lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis. Setiap kulit yang mati akan
terganti tiap 3- 4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika bagian
tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis di
sebut rete ridge yang berfunfgsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang
essensial. Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints. Pada daerah
kulit terdapat juga kelenjar keringat. Kelenjar keringat terdiri dari
fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran
semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori
keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan
lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan
membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya
terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat
tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
vi. Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih,
yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung
beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida
dan sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di
seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit
kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14
liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa.Bentuk kelenjar
keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara
langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
vii. Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting
susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital)
menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta
berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya
alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan
muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat
apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang
disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia
akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit.Terdiri atas
jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa,
tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit
atau kelenjar minyak, pembuluh- pembuluh darah dan getah bening, dan otot
penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis & tahan lama, berisi
jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea,
folikel jaringan rambut & pembuluh darah yang juga merupakan penyedia
nutrisi bagi lapisan dalam epidermis. Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan
kulit di bawah epidermis. Penyusun utama dari dermis adalah kolagen.
Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur
pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh
dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua
lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
Bagian-bagian dari dermis yaitu:
a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan
papila dermis berada langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-
sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan
limfe, serabut saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu
bahan mirip gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat.
Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan
memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah,
saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar
keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat jarang.
b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang
(kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast yang
memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah ,
limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. Lapisan dermis
juga ini mengandung sel-sel khusus yang membantu mengatur suhu,
melawan infeksi, air menyimpan dan suplai darah dan nutrisi ke kulit. Sel-sel
khusus dari dermis juga membantu dalam mendeteksi sensasi dan
memberikan kekuatan dan fleksibilitas untuk kulit. Komponen dermis
meliputi:
1) Pembuluh darah berfungsi sebagai transport oksigen dan nutrisi ke kulit
dan mengeluarkan produk sampah. Kapal ini juga mengangkut vitamin D
dari kulit tubuh.
2) Pembuluh getah bening sebagai pasokan (cairan susu yang mengandung
sel-sel darah putih dari sistem kekebalan tubuh) pada jaringan kulit untuk
melawan mikroba.
3) Kelenjar Keringat untuk mengatur suhu tubuh dengan mengangkut air ke
permukaan kulit di mana ia dapat menguap untuk mendinginkan kulit.
4) Sebasea (minyak) kelenjar yaitu membantu untuk kulit tahan air dan
melindungi terhadap mikroba. Mereka melekat pada folikel rambut.
5) Folikel rambut, seperti rongga berbentuk tabung yang melampirkan akar
rambut dan memberikan nutrisi pada rambut.
6) Sensory reseptor syaraf yang mengirimkan sensasi seperti sentuhan, nyeri,
dan intensitas panas ke otak.
7) Kolagen protein struktural tangguh yang memegang otot dan organ di
tempat dan memberikan kekuatan dan bentuk ke jaringan tubuh.
8) Elastin protein karet yang memberikan elastisitas dan membuat kulit
merenggang. Hal ini juga ditemukan di ligamen, organ, otot dan dinding
arteri.
3. Subkutan atau Hipdermis
Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel
lemak di dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan getah bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan
oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel
liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang
berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga sebagai bantalan antara
kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit,
perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap
trauma. Tempat penumpukan energi.
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh
darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit
jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga
benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan
sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi
sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di
kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah
kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak,
lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan
kontur.
2.3.2 Jenis Reseptor pada Kulit dan Fisiologinya
1. Korpuskula Pacini: Tekanan
Korpuskula Pacini (vater pacini) ditemukan di jaringan subkutan pada
telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo,
ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bundar atau lonjong, dan besar
(panjang 2 mm, dan diameter 0,5 – 1 mm). Bentuk yang paling besar dapat
dilihat dengan mata telanjang, karena bentuknya mirip bawang. Setiap
korpuskulus disuplai oleh sebuah serat bermielin yang besar dan juga telah
kehilangan sarung sel schwannya pada tepi korpuskulus. Akson saraf banyak
mengandung mitokondria. Akson ini dikelilingi oleh 60 lamela yang tersusun
rapat (terdiri dari sel gepeng). Sel gepeng ini tersusun bilateral dengan dua alur
longitudinal pada sisinya. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam.
2. Korpuskula Ruffini: Panas
Korpuskulus ini ditemukan pada jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula
sendi. Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung
akhir saraf yang menggelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor,
karena mirip dengan organ tendo golgi.
Korpuskulus ini terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal)
yang terbungkus dalam kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang
bebas, bercabang disekitar berkas tendonya. Korpuskulus ini terangsang oleh
regangan atau kontraksi otot yang bersangkutan juga untuk menerima
rangsangan panas.
3. Korpuskula Krause: Dingin
Korpuskulus gelembung (krause) ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan
genetalia eksterna), pada dermis dan berhubungan dengan rambut. Korpuskel ini
berbentuk bundar (sferis) dengan diameter sekitar 50 mikron. Mempunyai
sebuah kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Di dalam
korpuskulus, serat bermielin kehilangan mielin dan cabangnya tetapi tetap
diselubungi dengan sel schwann. Seratnya mungkin bercabang atau berjalan
spiral dan berakhir sebagai akhir saraf yang menggelembung sebagai gada.
Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan bertambahnya
usia.Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap dingin.
4. Korpuskula Meissner: Sentuhan
Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada
ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya
tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan lebarnya
sekitar 40 mikron. Sebuah kapsul jaringan ikat tipis menyatu dengan perinerium
saraf yang menyuplai setiap korpuskel. Pada bagian tengah korpuskel terdapat
setumpuk sel gepeng yang tersusun transversal. Beberapa sel saraf menyuplai
setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai banyak cabang mulai dari yang
mengandung mielin maupun yang tak mangandung mielin. Korpuskulus ini
peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik
(mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya berdekatan).
5. Korpuskula Ujung Saraf Terbuka: Rasa Nyeri
Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas
padabanyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam
kulit.Serat akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin, atau
seratsaraf bermielin berdiameter kecil, yang semua telah kehilangan
pembungkusnya sebelum berakhir, dilanjutkan serat saraf terbuka yang berjalan
di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali bercabang-cabang banyak
dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir mencapai stratum
korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba, nyeri dan suhu.
Sehubungan dengan folikel rambut, banyak cabang serat saraf yang berjalan
longitudinal dan melingkari folikel rambut dalam dermis.
Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada
epidermisberhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir
sarafmembentuk badan akhir seperti lempengan (diskus atau korpuskel
merkel).Badan ini merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak
juluransitoplasma. Seperti mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan
antarakeratinosit dan kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan
denganjaringan ikat di bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus
merkelmerespon rangsangan getaran dan juga resepor terhadap dingin.

2.4 Anatomi dan Fisiologi Lidah


Lidah adalah salah satu dari lima alat indera yang dimiliki oleh manusia. Lidah
merupakan salah satu bagian dari tubuh kita yang sangat sensitif dan memiliki fungsi
sebagai pengecap rasa, sebagai alat pengucap rasa dan organ yang kita gunakan untuk
membolak-balik makanan ketika mengunyah.
Lidah juga memiliki fungsi lidah sebagai pembersih gigi dan mulut alami. Lidah
terdiri atas otot-otot rangka. Otot-otot dalam lidah ini disebut sebagai otot-otot lurik. Otot
lurik adalah otot yang digunakan untuk pergerakan. Selain otot lurik lidah juga terbuat
dari membran-membran mukosa. Saat bayi masih dalam kandungan, lidahnya sudah
terbentuk sejak embrionya berusia 4 minggu kehamilan. Tak hanya manusia, makhluk
vertebrata lain pada umumnya juga memiliki lidah.
2.4.1 Bagian-bagian Lidah

Lidah manusia terdiri atas dua bagian bagian lidah yaitu bagian anterior dan
bagian posterior. Bagian anterior adalah bagian yang terlihat dan terletak di depan. Dua
pertiga bagian dari panjang lidah kita merupakan bagian anterior. Puncak anterior lidah
berciri sempit dan tipis dan mengarah kedepan.
Bagian posterior merupakan bagian lidah yang paling dekat dengan tenggorokan.
Mengisi sepertiga bagian dari panjang keseluruhan lidah kita. Bagian posterior terhubung
dengan tulang hyoid oleh otot-otot hyoglossi dan genioglossus serta membran
hyoglossal. Tulang hyoid disebut juga sebagai tulang lingual, berbentuk seperti sepatu
kuda. Tulang ini pada umumnya bisa ditemukan pada mamalia dan memungkinkan lidah
memiliki pergerakan yang luas. Keberadaan tulang hyoid dan otot genioglossi membuat
lidah bisa menjulur. Berikut adalah penjelasan mengenai anatomi lidah dan fungsinya :
1. Papila
Permukaan lidah memiliki tekstur karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut
papila. Ada tiga jenis papila lidah, yaitu:
a. Papila filiformis, merupakan papila yang berada di dorsum linguae (punggung
lidah) dan bentuknya serupa benang halus (fili berarti benang)
b. Papila sirkumvalata, yaitu papila yang berbentuk bulat (sirkum berarti bulat) dan
tersusun membentuk huruf V di bagian belakang lidah
c. Papila fungiformis, sesuai dengan namanya, berbentuk seperti jamur (fungi berarti
jamur) dan berada di bagian depan lidah.
Terdapat satu jenis papila yang tidak dimiliki oleh manusia, yaitu papila folliata.
Papila folliata hanya ditemukan pada hewan pengerat. Pada papila terdapat taste bud
(tunas pengecap) yang membantu kita dalam mengidentifikasi rasa yang berbeda-beda
pada makanan. Saat kita mengunyah makanan, ada bagian dari makanan tersebut yang
melarut dalam saliva (air liur) dan kontak dengan taste bud yang kemudian
merangsang impuls syaraf yang disebut microvilli. Microvilli adalah serabut syaraf
yang membawa ‘pesan’ dari lidah ke bagian bagian otak. Otaklah kemudian yang
mempersepsikan rasa. Papila sirkumvala dan fungi formis adalah papila yang
berperan utama dalam mengidentifikasi rasa sedang papila filiform memiliki tugas
untuk mencengkram makanan.
2. Suclus Terminalis
Sulcus terminal memiliki bentuk seperti huruf V dan merupakan bagian lidah yang
memisahkan anterior dan posterior lidah. Permukaan anterior terdiri atas puncak dan
ujung lidah, sedangkan posterior terdiri atas akar lidah yang berkaitan dengan tulang
hyoid dan saraf saraf glossopharyngeal.
3. Tonsil
Tonsil merupakan kumpulan dari jaringan getah bening (limfoid) yang terletak di
dalam rongga mulut. Tonsil memiliki fungsi sebagai penyaring bakteri dan kuman
yang masuk ke tubuh baik melalui jalur udara dan alat alat pernafasan maupun lewat
makanan. Berdasarkan letaknya dalam rongga mulut, tonsilterbagia tas tiga jenis ,
yaitu:
a. Tonsil Palatina, merupakan tonsil yang sering disebut sebagai amandel dan terletak
di kiri dan kanan rongga mulut.
b. Tonsil faringers, disebut juga sebagai adenoid dan terletak di bagian dinding
belakang nesofaring.
c. Tonsil lingulis, merupakan tonsil yang terletak pada daerah pintu masuk saluran
nafas dan saluran pencernaan.
4. Frenulum Linguae
Frenulum linguae atau frenulum lidah adalah selaput lendir yang letaknya memanjang
dari lantai mulut hingga ke garis tengah sisi bawah lidah. Frenulum lingua sebenarnya
membatasi pergerakan lidah, bahkan bagi beberapa orang dengan frenulum lingua
lebih pendek mengalami kesulitan berbicara. Fungsi utama dari frenulum lidah adalah
untuk menghubungkan lidah dengan lantai mulut dan menjaga agar lidah tetap pada
tempatnya di dalam mulut.
2.4.2 Otot-Otot Lidah
Sebagaimana telah dijelaskan diawal bahwa lidah tersusun atas oto-otot rangka dan
selaput lendir, otot-otot pembentuk lidah digolongkan kedalam dua bagian, yaitu:
1. Otot Ekstrinsik – Otot Ekstrinsik memiliki fungsi utama untuk mengubah posisi
lidah sehingga memungkinkan untuk menjulur, melakukan gerak dari sisi ke sisi
dan gerakan retraksi.
2. Otot Genioglossus – muncul dari mandibula dan membuat lidah dapat menjulur.
Otot genioglossus juga dikenal sebagai otot keselamatan (safety muscle) karena
merupakan satu-satunya otot lidah yang memiliki gerakan ke depan.
3. Otot Hyoglossus – muncul dari tulang hyoid memiliki fungsi menekan dan
meretraksi lidah sehingga punggung lidah lebih cekung.
4. Otot Styloglossus – timbul dari proses styloid tulang temporal. Membuat kita bisa
memanjangkan dan menarik lidah ke belakang lidah. Styloglossus menarik sisi
lidah ke atas sehingga membuat cekungan untuk menelan
5. Otot Palatoglossus – muncul dari aponeurosis palatina, menekan langit-langit
lunak. Fungsi palatoglossus adalah untuk mengangkat lidah posterior dan
membantu proses inisiasi menelan. Otot ini juga mencegah mengalirnya air liur
dari ruang depan orofaring dengan membentuk lengkungan palatoglossal.
6. Otot Instrinsik – Empat pasang otot instrinsik lidah ada dibagian dalam lidah.
Otot-otot ini mempengaruhi bentuk lidah dengan memperpanjang dan
memperpendek lidah, menggulung dan meluruskan puncak dan tepian lidah serta
mendatarkan dan membulatkan lidah. Otot instrinsik juga berperan dalam proses
berbicara, menelan dan makan.
7. Otot lingitudinal superior – otot ini melintang di permukaan superior lidah,
dibawah membran mukus. Meningkatkan kemampuan untuk menarik lidah serta
membelokkan ujung lidah.
8. Otot longitudinal inferior – melintang dibagian sisi lidah dan bergabung dengan
otot styloglossis
9. Otot vertikal – terletak di bagian tengah lidah dan bergabung dengan otot
longitudinal superior dan otot longitudinal inferior
10. Otot transversi – merupakan otot yang melintang di tengah lidah dan melekat
pada selaput lendir yang ada disepanjang sisi lidah
2.4.3 Syaraf-Syaraf Lidah
Persyarafan pada lidah terdiri atas serabut syaraf motorik, serabut syaraf sensorik
khusus untuk mengecap rasa dan serabut syaraf sensorik umum untuk sensasi. Syaraf
motorik untuk otot intrinsik dan ekstrinsik lidah sebagian besar disuplai oleh serabut
syaraf motorik efferent yang berasal dari syaraf hypoglossal, terkecuali otot
palatoglossus yang persyarafannya dikendalikan oleh syaraf vagus.
Persyarafan rasa dan sensasi berbeda pada lidah anterior dan posterior. Hal ini
disebabkan karena masing-masing bagian lidah tersebut berasal dari strutur
embriologi yang berbeda.
1. Persyarafan pada lidah anterior – Syaraf perasa pada lidah anterior adalah Chorda
Tympani, merupakan percabangan dari syaraf wajah lewat serabut syaraf afferent
visceral khusus. Syaraf sensasi pada lidah anterior diatur oleh cabang syaraf
lingual mandibula dari syaraf trigeminal melalui serabut syaraf aferen somatik
umum.
2. Persyarafan pada lidah posterior – Pada lidah posterior syaraf perasa dan
sensasinya dikendalikan oleh syaraf glossopharyngeal lewat perpaduan serabut
syaraf afferent visceral khusus dan umum.
2.4.4 Suplai Darah ke Lidah
Peredaran darah di lidah terjadi melalui arteri lingual, yang merupakan cabang dari
arteri karotis eksternal dan Vena lingual yang terhubung dengan vena jugularis
internal. Suplai darah sekunder lidah didapat dari cabang tonsilar yang merpakan
bagian dari arteri wajah dan arteri faringealas.
2.4.5 Peta Lidah
Peta lidah adalah konsep yang menunjukkan bahwa bagian lidah tertentu dapat
mengecap rasa dasar tertentu. Adapun pemetaan lidah terhadap empat rasa dasar
adalah sebagai berikut:
1. Rasa Manis dirasakan pada puncak atau ujung lidah.
2. Rasa Asin dirasakan pada bagian tepi lidah (samping kiri dan kanan).
3. Rasa Asam dirasakan pada bagian tepi lidah (samping kiri dan kanan).
4. Rasa Pahit dirasakan pada pangkal lidah.
2.4.6 Jenis Reseptor pada Lidah dan Fisiologisnya
Indra pengecap juga memiliki sel-sel reseptor yang peka terhadap zat-zat kimia,
yaitu kemoreseptor. Adanya zat-zat kimia tersebut dapat merangsang sel-sel reseptor
pada permukaan lidah sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Selanjutnya,
impuls saraf dikirim ke otak. Otak kemudian mengolah impuls tersebut sehingga kita
dapat mengenal rasa.
Indra pengecap merupakan kemoreseptor pada lidah yang dapat menerima
rangsangan berupa zat yang larut. Indra ini bentuknya sebagai puting-puting pengecap
(papil pengecap) yang mampu membedakan rasa manis, asin, pahit, dan asam. Selain
puting-puting pengecap pada lidah ditemukan puting peraba (pupil peraba) yang
tersebar di seluruh permukaan lidah. Pupil peraba berfungsi untuk membedakan
tekstur makanan, panas-dingin, keras dan lunaknya makanan dan sebagainya. Daerah
lidah yang terdapat puting pengecap adalah sebagai berikut.
1. Bagian tepi depan sebagai reseptor rasa manis.
2. Tepi samping untuk reseptor rasa asam.
3. Bagian depan untuk reseptor asin.
4. Bagian belakang/pangkal lidah sebagai reseptor pahit.

2.5 Anatomi dan Fisiologi Hidung


Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian – bagiannya dari atas ke bawah :
1. Pangkal hidung (bridge)
2. Dorsum nasi (batang hidung)
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)
Terdapat tiga struktur penting dari anatomi hidung, yaitu:
1. Dorsum Nasi (batang hidung).
Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu :
a. Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari batang hidung yang
tersusun oleh kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras
menghubungkan antara kulit dengan perikondrium pada kartilago alaris.
b. Bagian kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari batang hidung yang
tersusun oleh os nasalis kanan & kiri dan prosesus frontalis os maksila.
2. Septum Nasi
Fungsi septum nasi antara lain menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi
dua kavum nasi. Ada 2 bagian yang membangun septum nasi, yaitu :
a. Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan yaitu kartilago
quadrangularis.
b. Bagian posterior septum nasi tersusun oleh lamina perpendikularis os ethmoidalis
dan vomer. Kelainan septum nasi yang paling sering kita temukan adalah deviasi
septi.
3. Kavum Nasi.
Ada enam batas kavumnasi, yaitu:
a. Batas medial kavum nasi yaitu septum nasi.
b. Batas lateral kavum nasi yaitu konka nasi superior, meatus nasi superior, konka
nasi medius, meatus nasi medius, konka nasi inferior, dan meatus nasi inferior.
c. Batas anterior kavum nasi yaitu nares (introitus kavum nasi).
d. Batas posterior kavum nasi yaitu koane.
e. Batas superior kavum nasi yaitu lamina kribrosa.
f. Batas inferior kavum nasi yaitu palatum durum.
Sinus Paranasalis merupakan ruang didalam tulang tengkorak yang berhubungan melalui
lubang ke dalam cavum nasi.sinus ini dilapisi membran mukosa yang bersambungan
dengan cavum nasi. Ada 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu :
a. Golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior,
dan sinus maksilaris.
b. Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus
sfenoidalis.
Fisiologi Hidung
a. Sebagai jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka
media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga aliran udara ini
berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk melalui koana dan
kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian
depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran
dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
b. Pengatur kondisi udara (air conditioning)
Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara yang
akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
1) Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada musim
panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit,
sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.
2) Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di
bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi
dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui
hidung kurang lebih 37o C.
c. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan
dilakukan oleh : Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi Silia Palut lendir (mucous
blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan partikel – partikel yang
besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke
nasofaring oleh gerakan silia. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis
bakteri, disebut lysozime.
d. Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa olfaktorius pada
atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau
dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik
nafas dengan kuat.
e. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidung akan
menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar suara sengau.
f. Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana rongga
mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk aliran udara.
g. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna,
kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan refleks
bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur,
lambung dan pankreas.

Jenis Reseptor pada Hidung dan Fisiologisnya

Indra pembau merupakan kemoreseptor yang terdapat pada selaput lender rongga
hidung. Indra ini mampu menerima rangsangan yang berupa gas atau oflaksi. Sel-sel
pembau merupakan sel yang ujungnya mempunyai rambut halus yang berhubungan
dengan urat saraf yang dihubungkan dengan pusat saraf pembau. Kerja sama yang baik
dari indra pembau dan pengecap akan mempengaruhi munculnya selera makan dan
mempengaruhi rasa makanan.
Hidung merupakan indra penciuman. Pada rongga hidung terdapat sel-sel reseptor
yang disebut sel olfaktori. Fungsi sel-sel reseptor ini untuk mendeteksi kandungan kimia
udara yang terhirup. Sel reseptor ini membawa impuls saraf ke otak dan diartikan oleh
otak sehingga kita bisa mencium bermacam-macam bau.
Indera pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong.
Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut
pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius pada
sistem saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang berupa
sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu.
Dalam lamina propria tunika mukosa penciuman, selain terdapat banyak pembuluh
darah dan saraf, ditemukan juga kelenjar-kelenjar jenis tubulo alveolardengan sel-sel
seromukosa yang dengan PAS-positif. Saluran ekskresi kelenjar ini bermuara ke epitel
permukaan dan aliran ekskresinya terus-menerus membersihkan bagian apikal sel-sel
penciuman. Dalam hal ini senyawa-senyawa yang merangsang rasa penciuman secara
tetap disingkirkan, jadi mempertahankan reseptor-reseptor selalu dalam keadaan siap
menerima stimulus yang baru.
Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari makanan
dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh reseptor olfaktori.
Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana hubungan antara rongga
hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makan dari makanan di mulut tidak
dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-akan kehilangan rasanya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Anatomi mata
1) Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat
melekatnya bola mata.
2) Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus
rektus superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior
(mengerakan mata ke bawah).
3) Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.
4) Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa
untuk beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor.
5) Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung
pigmen.
6) Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
7) Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.
8) Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
9) Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
10) Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata
Indera penglihat disebut juga fotoreseptor. Sel fotoreseptor yang terdapat pada retina
dapat dibedakan dua macam, yaitu sel batang (basilus) bertugas menerima rangsangan
cahaya yang tidak berwarna, dan sel kerucut (konus) yang bertugas menerima
rangsangan cahaya yang berwarna atau terang. Sel fotoreseptor bertugas menerima dan
mengubah rangsangan cahaya menjadi impuls, yang selanjutnya oleh otak diubah
menjadi sensasi penglihatan.
Anatomi telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi/mengenal suara & juga
banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga memiliki tiga bagian
yaitu: telinga luar, tengah, dan dalam Rumah siput berupa saluran spiral terbagi atas 3
daerah, yaitu:
1) Skala vestibuli yang terletak di bagian dorsal
2) Skala media terletak di bagian tengah
3) Skala timfani terletak di bagian ventral
Reseptor pendengaran atau fonoreseptor berupa sel-sel berbentuk rambut. Fungsi sel
rambut adalah untuk menerima rangsangan getaran dan mengubahnya menjadi impuls
sensorik yang selanjutnya ditransmisikan ke pusat pendengaran. Alat pendengaran
manusia berupa telinga.
Di dalam skala media bagian dalam atau tengah terdapat organ korti. Organ korti
berisi ribuan sel rambut sensori yang merupakan reseptor getaran (reseptor vibrasi). Sel-
sel rambut tersebut terletak di antara membran basiler dan membran tektorial. Dasar dari
sel reseptor pendengar tersebut berhubungan dengan serabut saraf yang bergabung
membentuk saraf pendengar.
Anatomi Kulit
Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu Epidermis, Dermis, Hipodermis/Subcutan. Jenis
Reseptor pada Kulit dan fisiologinya yaitu:
1) Korpuskula Pacini : untuk merasakan tekananan
2) Korpuskula Ruffini : untuk merasakan panas
3) Korpuskula Krause : untuk merasakan dingin
4) Korpuskula Meissner : untuk merasakan sentuhan
5) Korpuskula ujung saraf terbuka: untuk merasakan rasa nyeri
Anatomi Lidah
Lidah manusia terdiri atas dua bagian bagian lidah yaitu bagian anterior dan bagian
posterior. Bagian anterior adalah bagian yang terlihat dan terletak di depan. Dua pertiga
bagian dari panjang lidah kita merupakan bagian anterior. Puncak anterior lidah berciri
sempit dan tipis dan mengarah kedepan.
Bagian posterior merupakan bagian lidah yang paling dekat dengan tenggorokan.
Mengisi sepertiga bagian dari panjang keseluruhan lidah kita. Bagian posterior terhubung
dengan tulang hyoid oleh otot-otot hyoglossi dan genioglossus serta membran
hyoglossal. Tulang hyoid disebut juga sebagai tulang lingual, berbentuk seperti sepatu
kuda. Tulang ini pada umumnya bisa ditemukan pada mamalia dan memungkinkan lidah
memiliki pergerakan yang luas. Keberadaan tulang hyoid dan otot genioglossi membuat
lidah bisa menjulur.
Indra pengecap juga memiliki sel-sel reseptor yang peka terhadap zat-zat kimia,
yaitu kemoreseptor. Adanya zat-zat kimia tersebut dapat merangsang sel-sel reseptor
pada permukaan lidah sehingga menimbulkan impuls-impuls saraf. Selanjutnya, impuls
saraf dikirim ke otak. Otak kemudian mengolah impuls tersebut sehingga kita dapat
mengenal rasa.
Indra pengecap merupakan kemoreseptor pada lidah yang dapat menerima
rangsangan berupa zat yang larut. Indra ini bentuknya sebagai puting-puting pengecap
(papil pengecap) yang mampu membedakan rasa manis, asin, pahit, dan asam. Selain
puting-puting pengecap pada lidah ditemukan puting peraba (pupil peraba) yang tersebar
di seluruh permukaan lidah. Pupil peraba berfungsi untuk membedakan tekstur makanan,
panas-dingin, keras dan lunaknya makanan dan sebagainya. Daerah lidah yang terdapat
puting pengecap adalah sebagai berikut.
1) Bagian tepi depan sebagai reseptor rasa manis.
2) Tepi samping untuk reseptor rasa asam.
3) Bagian depan untuk reseptor asin.
4) Bagian belakang/pangkal lidah sebagai reseptor pahit. Anatomi hidung
Anatomi Hidung
1) Dorsum nasi (batang hidung).
2) Septum nasi.
3) Kavum nasi.
Indera pembau berfungsi untuk menerima bau suatu zat terlarut dalam udara atau air.
Reseptor pembau terletak pada langit-langit rongga hidung, pada bagian yang disebut
epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-sel reseptor dan sel-sel penyokong.
Sel resptor olfaktori berbentuk silindris dan mempunyai filamen-filamen seperti rambut
pada permukaan bebasnya. Akson sel olfaktorius berjalan menuju bulbus olfaktorius
pada sistem saraf pusat. Sel-sel olfaktorius didampingi oleh sel-sel penunjang yang
berupa sebaris sel-sel epitel silindris berlapis banyak semu.
Hidung merupakan indra penciuman. Pada rongga hidung terdapat sel-sel reseptor
yang disebut sel olfaktori. Fungsi sel-sel reseptor ini untuk mendeteksi kandungan kimia
udara yang terhirup. Sel reseptor ini membawa impuls saraf ke otak dan diartikan oleh
otak sehingga kita bisa mencium bermacam-macam bau.

Anda mungkin juga menyukai