Disusun Oleh :
PIPIT SAPITRI
JNX0200014
Bilik mata depan merupakan suatu rongga yang berisi cairan yang
memudahkan iris untuk bergerak (Perdami, 2005:1). Uvea terdiri dari 3 bagian
yaitu iris, badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang dapat bergerak untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan siliar berfungsi
menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan koroid merupakan
lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada
bagian mata (Perdami, 2005:1).
Pupil merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata,
dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris (Perdami, 2005:1). Bila cahaya lemah
iris akan berkontraksi dan pupil membesar sehingga cahaya yang masuk lebih
banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupil mengecil
sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan. Lensa mata adalah suatu struktur
biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan kecekungan terbesar
berada pada sisi depan (Seeley, 2000:514). Lensa adalah organ fokus utama, yang
membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat,
menjadi bayangan yang jelas pada retina.
Lensa
berada dalam sebuah kapsul elastik yang dikaitkan pada korpus siliare khoroid
oleh ligamentum suspensorium. Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan
anterior lensa dapat lebih atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan
benda-benda dekat atau jauh. Hal ini disebut akomodasi visual (Pearce,1999:31).
Badan Kaca (Vitreus) bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga
sebagai badan kaca karena konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat
meneruskan cahaya yang masuk sampai ke retina (Perdami, 2005:2).
Retina merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya. Retina adalah
mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung nervus
optikus. Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata) maka
berkasberkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor, lensa
dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan
yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visuil dalam
otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah visuil menerima berita dari kedua mata,
sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk (Pearce, 1999:319). Papil saraf optik
berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang diterima dari retina menuju bagian
otak yang terletak pada bagian belakang kepala (korteks oksipital) (Perdami,
2005:2).
Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada
retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang selalu
terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka sejumlah
stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini
penglihatan. Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam
tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel
penglihat khusus yang peka terhadap cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang
terdapat diantaranya, disebut granula. Ujung proximal batang-batang dan kerucut-
kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler
dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis
kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini
merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf ini
bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-
badan khusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visuil khusus dalam lobus
oksipitalis otak, di mana penglihatan ditafsirkan (Pearce, 1999:320).
2. Fisiologi mata
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata dan
kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak melalui saaf otik,
sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu benda
(Suyatno,1995:159). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya
yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana
terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar
kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh ke
dalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran. Sistem yang
terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam melihat di subut
alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 % dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir
semua jabatan visual ini memainkan peranan yang menentukan. Organ visual ikut
bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum.
D. Katarak
a. Definisi
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau
apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami
koagulasi pada lensa (Corwin, 2009). Katarak setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, dinaturasi protein lensa,
atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif
(Mansjoer, 2000).
Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada
penurunan ketajaman visual dan atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien1,2.
bahasa Inggris Cataract, dan bahasa latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa
Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi, denaturasi protein atau keduanya (handayani,
2011).
b. Penyebab Katarak
Sebagian besar katarak, yang disebut katarak senilis, terjadi akibat
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan penuaan. Pajanan terhadap sinar
matahari selama hidup dan predisposisi herediter berperan dalam perkembangan
katarak senilis.
Katarak juga dapat terjadi pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi
mata, atau pajanan terhadap radiasi atau obat tertentu. Janin yang terpajan virus rubella
dapat mengalami katarak. Individu yang mengalami diabetes mellitus jangka
panjang sering mengalami katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh
gangguan aliran darah ke mata dan perubahan penangangan dan metabolisme glukosa
(Corwin, 2009).
c. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata. Katarak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Fisik, Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa.
2. Kimia , Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat
paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.
3. Usia, Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun
dan mengakibatkan katarak.
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin, Jika ibu pada saat mengandung terkena atau
terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi
tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung menderita rubella.
5. Penyakit , Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis (Andra 2013,
h.64)
1. Katarak congenital, Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun.
1. Katarak traumatika, Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena
trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada
satu mata (katarak monokular).
2. Katarak toksika, Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.
3. Katarak komplikata, Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes
melitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glaukoma,
proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdasarkan stadium, katarak senil dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipien, Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan
sehingga bilik mata depan memiliki kedalaman proses.
2. Katarak imatur, Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya miopia, dan iris terdorong ke depan serta bilik mata depan
menjadi dangakal.
3. Katarak matur, Proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur, Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam didalam koteks
lensa (Anas 2011,hh.56-58
f. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. 19
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki
dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,
karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama
(Smeltzer, 2002).
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Penata Laksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser. Pembedahan
diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dicapai
20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anestesi lokal. Ada dua macam teknik
pembedahan untuk pengangkatan katarak :
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul
bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior (Andra 2013, h.66).
i. pathway
j. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
b. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien
sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah
pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus)
pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
e. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat
dinilai melalui :
Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/ berdandan
Eliminasi
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan
e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.
Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
h) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit.
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
b. Post Operasi
3. Intervensi
perawatan pasien
Resiko Cedera berhubungan Tujuan :Setelah 1. Bantu pasien ketika 1. Menurunkan resiko
dengan kerusakan dilakukan tindakan mampu melakukan jatuh atau cedera
perubahan status organ meningkatkan 2. Observasi tanda dan terjadi secara lambat
ketajaman penglihatan dan progresif. Bila
indera gejala disorientasi.
dalam batas situasi bilateral, tiap mata
Pertahankan pagar
individu dapat berlanjut pada
tempat tidur sampai
Kriteria hasil : laju yang berbeda.
benar-benar sembuh
Mengenal gangguan 2. Terbangun dalam
sensori dan
3. Perhatikan tentang lingkungan tidak
berkompensasi suram atau dikenal dan mengalami
terhadap perubahan, penglihatan kabur keterbatasan
mengidentifikasi atau dan iritasi mata penglihatan dapat
memperbaiki potensial dimana dapat terjadi mengakibatkan
bahaya dalam bila menggunakan bingung pada orang
lingkungan obat teles mata tua. Meningkatkan
resiko jatuh bila
bingung/tidak tahu
ukuran tempat tidur
3. Gangguan penglihatan/
iritasi dapat berakhir
1-2 jam setelah tetesan
mata tetapi secara
bertahap menurun
dengan penggunaan
Post Operasi
Resiko tinggi terhadap Tujuan : Setelah 1. Diskusikan pentingnya1. Menurunkan jumlah
infeksi berhubungan dengan dilakukan tindakan mencuci tangan bakteri pada tangan,
mengevaluasi Ketidaknyamanan
ringan diperkirakan
keefektifan. Beri
3. Untuk menurunkan
tahu dokter bila
bengkak dan
nyeri mata menetap
mencegah infeksi
atau memburuk
setelah pemberian
pengobatan
3. Berikan anti
inflamasi dan agen
anti infeksi oftalmik
yang diresepkan
DAFTAR PUSTAKA
Adams, L George. 2012. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarata: EGC
Kozier & Erb. 2014. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC
Watson, Roger. 2012. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta : EGC