Anda di halaman 1dari 22

MODUL KATARAK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase KDP


Dosen Pengampu: TIM

Disusun Oleh :

PIPIT SAPITRI
JNX0200014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020
A. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa dapat memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Katarak
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi mata
2. Untuk mengetahui definisi katarak
3. Untuk mengetahui penyebab katarak
4. Untuk mengetahui etiologi katarak
5. Untuk mengetahui tanda gejala katarak
6. Untuk mengetahui klasifikasi katarak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan katarak
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien katarak
C. Anatomi Dan Fisiologi Mata
1. Anatomi mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-
berkas cahaya pada retina, lalu dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak, untuk ditafsirkan.
Adapun anatomi organ penglihatan dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Adneksa Mata
Merupakan jaringan pendukung mata yang terdiri dari: Kelopak mata berfungsi
melindungi mata dan berkedip serta untuk melicinkan dan membasahi mata.
Konjungtiva adalah membran tipis yang melapisi dan melindungi bola mata
bagian luar. Sistem saluran air mata (Lakrimal) yang menghasilkan cairan air
mata, dimana terletak pada pinggir luar dari alis mata. Rongga orbita merupakan
rongga tempat bola mata yang dilindungi oleh tulang-tulang yang kokoh. Otot-
otot bola mata masing-masing bola mata mempunyai 6 (enam) buah otot yang
berfungsi menggerakkan kedua bola mata secara terkoordinasi pada saat melirik
(Perdami, 2005:1).
b. Bola Mata
Jika diurut mulai dari yang paling depan sampai bagian belakang, bola mata
terdiri dari: Kornea disebut juga selaput bening mata, jika mengalami kekeruhan
akan sangat mengganggu penglihatan. Kornea bekerja sebagai jendela bening
yang melindungi struktur halus yang berada dibelakangnya, serta membantu
memfokuskan bayangan pada retina. Kornea tidak mengandung pembuluh darah
(Pearce, 1999:318). Sklera yaitu lapisan berwarna putih di bawah konjungtiva
serta merupakan bagian dengan konsistensi yang relatif lebih keras untuk
membentuk bola mata (Perdami, 2005:1).

Bilik mata depan merupakan suatu rongga yang berisi cairan yang
memudahkan iris untuk bergerak (Perdami, 2005:1). Uvea terdiri dari 3 bagian
yaitu iris, badan siliar dan koroid. Iris adalah lapisan yang dapat bergerak untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Badan siliar berfungsi
menghasilkan cairan yang mengisi bilik mata, sedangkan koroid merupakan
lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah untuk memberi nutrisi pada
bagian mata (Perdami, 2005:1).
Pupil merupakan suatu lubang tempat cahaya masuk ke dalam mata,
dimana lebarnya diatur oleh gerakan iris (Perdami, 2005:1). Bila cahaya lemah
iris akan berkontraksi dan pupil membesar sehingga cahaya yang masuk lebih
banyak. Sedangkan bila cahaya kuat iris akan berelaksasi dan pupil mengecil
sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan. Lensa mata adalah suatu struktur
biologis yang tidak umum. Transparan dan cekung, dengan kecekungan terbesar
berada pada sisi depan (Seeley, 2000:514). Lensa adalah organ fokus utama, yang
membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat,
menjadi bayangan yang jelas pada retina.

Lensa
berada dalam sebuah kapsul elastik yang dikaitkan pada korpus siliare khoroid
oleh ligamentum suspensorium. Dengan mempergunakan otot siliare, permukaan
anterior lensa dapat lebih atau agak kurang dicembungkan, guna memfokuskan
benda-benda dekat atau jauh. Hal ini disebut akomodasi visual (Pearce,1999:31).
Badan Kaca (Vitreus) bagian terbesar yang mengisi bola mata, disebut juga
sebagai badan kaca karena konsistensinya yang berupa gel dan bening dapat
meneruskan cahaya yang masuk sampai ke retina (Perdami, 2005:2).
Retina merupakan reseptor yang peka terhadap cahaya. Retina adalah
mekanisme persyarafan untuk penglihatan. Retina memuat ujung-ujung nervus
optikus. Bila sebuah bayangan tertangkap (tertangkap oleh mata) maka
berkasberkas cahaya benda yang dilihat, menembus kornea, aqueus humor, lensa
dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam retina. Rangsangan
yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visuil dalam
otak, untuk ditafsirkan. Kedua daerah visuil menerima berita dari kedua mata,
sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk (Pearce, 1999:319). Papil saraf optik
berfungsi meneruskan rangsangan cahaya yang diterima dari retina menuju bagian
otak yang terletak pada bagian belakang kepala (korteks oksipital) (Perdami,
2005:2).
Bagian mata yang sangat penting dalam memfokuskan bayangan pada
retina adalah kornea, aqueus humor, lensa dan badan vitreus. Seperti yang selalu
terjadi dalam menafsirkan semua perasaan yang datang dari luar, maka sejumlah
stasiun penghubung bertugas untuk mengirimkan perasaan, dalam hal ini
penglihatan. Sebagian stasiun penghubung ini berada dalam retina. Sebelah dalam
tepi retina, terdapat lapisan-lapisan batang dan kerucut yang merupakan sel-sel
penglihat khusus yang peka terhadap cahaya. Sela-sela berupa lingkaran yang
terdapat diantaranya, disebut granula. Ujung proximal batang-batang dan kerucut-
kerucut itu membentuk sinapsis (penghubung) pertama dengan lapisan bipoler
dalam retina. Proses kedua yang dilakukan sel-sel itu adalah membentuk sinapsis
kedua dengan sel-sel ganglion besar, juga dalam retina. Axon-axon sel-sel ini
merupakan serabut-serabut dalam nervus optikus. Serabut-serabut saraf ini
bergerak ke belakang, mula-mula mencapai pusat yang lebih rendah dalam badan-
badan khusus talamus, lantas akhirnya mencapai pusat visuil khusus dalam lobus
oksipitalis otak, di mana penglihatan ditafsirkan (Pearce, 1999:320).
2. Fisiologi mata

Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata dan
kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak melalui saaf otik,
sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu benda
(Suyatno,1995:159). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya
yang masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana
terang pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar
kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh ke
dalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran. Sistem yang
terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting dalam melihat di subut
alat visual. Mata mengendalikan lebih dari 90 % dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir
semua jabatan visual ini memainkan peranan yang menentukan. Organ visual ikut
bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan umum.
D. Katarak
a. Definisi

Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa. Lensa menjadi keruh atau

berwarna putih abu-abu dan ketajaman penglihatan berkurang. Katarak terjadi

apabila protein pada lensa yang secara normal transparan terurai dan mengalami

koagulasi pada lensa (Corwin, 2009). Katarak setiap keadaan kekeruhan pada lensa

yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, dinaturasi protein lensa,

atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif

(Mansjoer, 2000).

Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta

yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun. katarak adalah kekeruhan lensa yang mengarah kepada

penurunan ketajaman visual dan atau cacat fungsional yang dirasakan oleh pasien1,2.

(Khalilullah, 2010).Katarak berasal dari bahasa Yunani yang berarti Katarrahakies,

bahasa Inggris Cataract, dan bahasa latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa

Indonesia disebut bular, dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang

keruh. Katarak dapat terjadi akibat hidrasi, denaturasi protein atau keduanya (handayani,

2011).
b. Penyebab Katarak
Sebagian besar katarak, yang disebut katarak senilis, terjadi akibat
perubahan degeneratif yang berhubungan dengan penuaan. Pajanan terhadap sinar
matahari selama hidup dan predisposisi herediter berperan dalam perkembangan
katarak senilis.
Katarak juga dapat terjadi pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi
mata, atau pajanan terhadap radiasi atau obat tertentu. Janin yang terpajan virus rubella
dapat mengalami katarak. Individu yang mengalami diabetes mellitus jangka
panjang sering mengalami katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh
gangguan aliran darah ke mata dan perubahan penangangan dan metabolisme glukosa
(Corwin, 2009).
c. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti diabetes mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata. Katarak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Fisik, Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan
mempengaruhi keadaan lensa.
2. Kimia , Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat
paparan ultraviolet matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.
3. Usia, Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun
dan mengakibatkan katarak.
4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin, Jika ibu pada saat mengandung terkena atau
terserang penyakit yang disebabkan oleh virus. Virus tersebut akan mempengaruhi
tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang mengandung menderita rubella.
5. Penyakit , Meliputi penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis (Andra 2013,
h.64)

d. Tanda dan Gejala


1. Penglihatan/pandangan mata kabur, suram atau seperti ada bayangan awan atau asap
2. Ada lingkaran putih saat memandang sinar
3. Membutuhkan cahaya terang untuk membaca atau ketika beraktivitas
4. Sulit untuk melihat pada malam hari
5. Penglihatan semakin blur, walaupun sudah berganti-ganti ukuran kacamata
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena ketidaknyamanan
7. Mata menjadi sangat sensitif terhadap cahaya
8. Penglihatan ganda
9. Warna memudar atau cenderung menguning saat melihat pandangan ganda jika
melihat dengan satu mata
e. Klasifikasi
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, Katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun.

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak traumatika, Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena
trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada
satu mata (katarak monokular).
2. Katarak toksika, Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.
3. Katarak komplikata, Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes
melitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glaukoma,
proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdasarkan stadium, katarak senil dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipien, Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan
sehingga bilik mata depan memiliki kedalaman proses.
2. Katarak imatur, Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya miopia, dan iris terdorong ke depan serta bilik mata depan
menjadi dangakal.
3. Katarak matur, Proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur, Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan
korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam didalam koteks
lensa (Anas 2011,hh.56-58

f. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela. 19
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier
ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan
mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.
Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki
dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal,
karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan
penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya
katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama
(Smeltzer, 2002).
g. Pemeriksaan Penunjang

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan


kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf /
penglihatan ke retina / jalan optik.
2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro vaskuler,
massa tumor pada hipofisis otak, karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg).
4. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan
berlahap-lampu memastikan diagnosis katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
6. EKG, kolesterol serum, lipid.
7. Tes toleransi glukosa : kontrol DM (Andra 2013, h.66).

h. Penata Laksanaan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser. Pembedahan
diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun
keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik dicapai
20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anestesi lokal. Ada dua macam teknik
pembedahan untuk pengangkatan katarak :

1. Ekstraksi Katarak Intrakapsuler


Intra catarax exstraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler

Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul
bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior (Andra 2013, h.66).
i. pathway
j. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama

dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit

maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

a. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/

bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

b. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah

primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda,

atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah

masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien

sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah

pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang

terakhir diderita pasien.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan

kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus)

pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan

penglihatan lateral atau perifer?

d. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.

e. Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil

sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002). Katarak

terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan

oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak

secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia

biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi

steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang

menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi

pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris

menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

f. Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai

berikut :

a) Persepsi tehadap kesehatan

Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah

kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai

riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.

b) Pola aktifitas dan latihan


Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,

dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain,

3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat

dinilai melalui :

Aktifitas 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian/ berdandan

Eliminasi

Mobilisasi ditempat tidur

Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Belanja

Memasak

Merapikan rumah

c) Pola istirahat tidur

Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia

atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.

d) Pola nutrisi metabolik

Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah

diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami

perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan

berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.

e) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan.

Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji

bentuk, warna, bau dan frekuensi.

f) Pola kognitif perseptual

Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,

melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan

nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

g) Pola konsep diri

Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,

ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.

h) Pola koping

Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan

menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga

setelah sakit.

i) Pola seksual reproduksi

Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah

masalh saat menstruasi.

j) Pola peran hubungan

Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung

dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien

dirawat di rumah sakit.

k) Pola nilai dan kepercayaan

Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pre Operasi

a) Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya

pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.

b) Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.

c) Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.

b. Post Operasi

a) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.

b) Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori / status organ indera.

c) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan pasca operasi.

d) Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


Pre operasi
cemas (ansietas) Tujuan : menurunkan 1. Kaji derajat dan 1. Informasi dapat
stress emosional, menghilangkan
berhubungan dengan durasi gangguan
ketakutan dan depresi, ketakutan yang tidak
kerusakan sensori dan penenmaan visual. Dorong diketahui.Mekanisme
pembedahan dan koping dapat
kurangnya pemahaman percakapan untuk
pemahaman instruksi. membantu pasien
mengenai tindakan Kriteria hasil: mengetahui berkompromi dengan
mengucapkan kegusaran, ketakutan,
operasi yang akan keprihatinan pasien,
dilakukan. perasaan, dan tingkat depresi, tegang,
pemahaman mengenai keputusasaan,
informasi. pemahaman. Jawab
kemarahan dan
pertanyaan, beri penolakan
2. pengenalan terhadap
dukungan dan bantu
lingkungan membantu
pasien dengan metode mengurangi ansietas
dan meningkatkan
koping.
keamanan
2. Orientasikan pasien 3. Pasien mungkin tak

dengan lingkungan baru mampu melakukan


semua tugas
3. Dorong partisipasi
sehubungan dengan
keluarga atau orang penanganan dan
perawatan diri
yang berarti daiam

perawatan pasien
Resiko Cedera berhubungan Tujuan :Setelah 1. Bantu pasien ketika 1. Menurunkan resiko
dengan kerusakan dilakukan tindakan mampu melakukan jatuh atau cedera

penglihatan keperawatan ambulasi, pre operasi ketika langkah


diharapkan cedera sempoyongan atau
sampai stabil, dan
dapat dicegah tidak mempunyai
mencapai penglihatan
Kriteria hasil : keterampilan koping
dan keterampilan
Menunjukkan untuk kerusakan
koping yang
perubahan perilaku, penglihatan
pola hidup untuk
memadai. Gunakan 2. Cedera dapat terjadi

menurunkan faktor teknik bimbingan bila wadah obat


resiko dan melindungi penglihatan menyentuh mata
diri dari cedera 2. Gunakan prosedur
yang memadai ketika
memberikan obat
mata

Gangguan sensori persepsi: Tujuan : Setelah 1. Tentukan ketajaman 1. Kebutuhan individu


penglihatan berhubungan dilakukan tindakan penglihatan, catat dan pilihan intervensi
dengan gangguan keperawatan apakah satu atau bervariasi, sebab
penerimaan sensori/ diharapkan dapat kedua mata terlibat kehilangan penglihatan

perubahan status organ meningkatkan 2. Observasi tanda dan terjadi secara lambat
ketajaman penglihatan dan progresif. Bila
indera gejala disorientasi.
dalam batas situasi bilateral, tiap mata
Pertahankan pagar
individu dapat berlanjut pada
tempat tidur sampai
Kriteria hasil : laju yang berbeda.
benar-benar sembuh
Mengenal gangguan 2. Terbangun dalam
sensori dan
3. Perhatikan tentang lingkungan tidak
berkompensasi suram atau dikenal dan mengalami
terhadap perubahan, penglihatan kabur keterbatasan
mengidentifikasi atau dan iritasi mata penglihatan dapat
memperbaiki potensial dimana dapat terjadi mengakibatkan
bahaya dalam bila menggunakan bingung pada orang
lingkungan obat teles mata tua. Meningkatkan
resiko jatuh bila
bingung/tidak tahu
ukuran tempat tidur
3. Gangguan penglihatan/
iritasi dapat berakhir
1-2 jam setelah tetesan
mata tetapi secara
bertahap menurun
dengan penggunaan

Post Operasi
Resiko tinggi terhadap Tujuan : Setelah 1. Diskusikan pentingnya1. Menurunkan jumlah
infeksi berhubungan dengan dilakukan tindakan mencuci tangan bakteri pada tangan,

prosedur invasive keperawatan, infeksi sebelum menyentuh/ mencegah


tidak terjadi kontamenasi area
mengobati mata
Kriteria hasil : operasi
2. Gunakan/tunjukkan
Meningkatkan 2. Teknik aseptik
teknik yang tepat untuk
penyembuhan luka menurunkan resiko
membersihkan mata
tepat waktu, bebas penyebaran bakteri dan
drainase purulen,
dari dalam dengan kontaminasi silang
kapas basah/bola kapas3. Infeksi mata terjadi 2
eritema, dan demam sampai 3 hari setelah
untuk tiap usapan, ganti
balutan dan masukkan prosedur dan
memerlukan upaya
lensa kontak bila
intervensi
menggunakan
4. Sediaan topical
3. Observasi/diskusikan
digunakan secara
tanda terjadinya infeksi,
profilaksis, dimana
contoh : kemerahan, terapi lebih agresif
kelopak bengkak, diperlukan bila terjadi
drainase purulent infeksi. Steroid
4. Berikan obat sesuai digunakan untuk
indikasi. Antibiotic menurunkan inflamasi
(topical, parenteral,
subkonjungtiva) dan
steroid

Gangguan sensori Tujuan : Setelah 1. Tentukan ketajaman 1. Kebutuhan individu


perceptual : penglihatan dilakukan tindakan penglihatan, catat dan pilihan intervensi

berhubungan dengan keperawatan apakah satu atau bervariasi, sebab


diharapkan dapat kehilangan penglihatan
gangguan penerimaan sensori kedua mata terlibat
meningkatkan terjadi secara lambat
/ status organ indera 2. Observasi tanda dan
ketajaman penglihatan dan progresif. Bila
gejala disorientasi
dalam batas situasi bilateral, tiap mata
3. Perhatikan tentang
individu dapat berlanjut pada
Kriteria hasil :
suram atau laju yang berbeda
Mengenal gangguan penglihatan kabur 2. Berada dalam
sensori dan dan iritasi mata lingkungan baru
berkompensasi dimana dapat terjadi dengan mengalami
terhadap perubahan, bila menggunakan keterbatasan
mengidentifikasi atau obat teles mata penglihatan dapat
memperbaiki potensial mengakibatkan
bahaya dalam bingung
lingkungan
3. Gangguan penglihatan/
iritasi dapat berakhir
1-2 jam setelah tetesan
mata tetapi secara
bertahap menurun
dengan penggunaan

Gangguan rasa nyaman: Tujuan : 1. Tanyakan pasien 1. Memberikan informasi


nyeri berhubungan dengan Mendemonstrasikan tentang nyeri. untuk membantu

tindakan operasi yang akan berkurangnya Tentukan dalam menentukan


ketidaknyamanan mata pilihan/ keefektifan
dilakukan karakteristik nyeri,
Kriteria hasil : intervensi
misalnya terus-
Menyangkal 2. Analgesik memblokir
menerus, sakit,
ketidaknyamanan mata, jaras nyeri.
menusuk, terbakar.
tak ada merintih, Ketidaknyamanan
ekspresi wajah rileks
Buat rentang mata berat
intesitas pada skala menandakan
0-10 perkembangan
2. Berikan analgesik komplikasi dan
resep sesuai perlunya perhatian
pesanan dan medis segera.

mengevaluasi Ketidaknyamanan
ringan diperkirakan
keefektifan. Beri
3. Untuk menurunkan
tahu dokter bila
bengkak dan
nyeri mata menetap
mencegah infeksi
atau memburuk
setelah pemberian
pengobatan
3. Berikan anti
inflamasi dan agen
anti infeksi oftalmik
yang diresepkan
DAFTAR PUSTAKA

Adams, L George. 2012. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarata: EGC

Kathleen S Oman. 2012. Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta : EGC

Kozier & Erb. 2014. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC

Watson, Roger. 2012. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai