GAMBAR KATARAK
LAPORAN PENDAHULUAN
2. Klasifikasi
Klasifikasi Katarak Berdasarkan Usia Penderita
1. Katarak Kongenital
3. Nutrisi
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa multivitamin, vitamin A, vitamin C, vitamin
E, niasin, tiamin, riboflavin, beta karoten, dan peningkatan protein mempunyai efek
protektif terhadap perkembangan katarak. Lutein dan zeaxantin adalah satu-satunya
karotenoid yang dijumpai dalam lensa manusia dan penelitian terakhir menunjukkan
adanya penurunan resiko katarak dengan peningkatan frekuensi asupan makanan
tinggi lutein (bayam, brokoli). Dengan memakan bayam yang telah dimasak lebih dari
dua kali dalam semingu dapat menurunkan resiko katarak.
4. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitannya dengan paparan sinar matahari. Suatu penelitian
yang menilai secara individual, menunjukkan nelayan mempunyai jumlah paparan
terhadap sinar ultraviolet yang tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya katarak
kortikal dan katarak posterior subkapsular.
5. Lingkungan (Geografis)
Katarak khususnya lebih banyak dijumpai di negara berkembang yang berlokasi di
khatulistiwa. Hampir semua studi epidemioologi melaporkan tingginya prevalensi
katarak di daerah yang banyak terkena sinar ultraviolet. Penduduk yang tinggal di
daerah tropis memiliki risiko mengalami katarak disbanding daerah non tropis.
6. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan
amplitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka meningkat pula
kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos masuk ke dalam
lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian
glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak
dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa.
7. Alkohol
Peminum alkohol kronis mempunyai resiko tinggi terkena berbagai penyakit mata,
termasuk katarak. Dalam banyak penelitian alkohol berperan dalam terjadinya katarak.
4. Patofisiologi
a. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun ke atas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda. Penyebab katarak belum dapat dipastikan dengan tepat namun ada
beberapa faktor risiko yang sudah dijelaskan di atas yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami katarak.
b. Proses Terjadi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
c. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa : visus tidak akan mencapai 5/5,
nistagmus dan strabismus.
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan visus dengan Snellen Chart
Hasil: penderita katarak tidak mampu membaca snellen chart yang berjarak 5 meter,
visusnya tidak mencapai 5/5.
2. Pemeriksaan Oftalmoskopi
Hasil: ditemukan struktur internal okuler yang rusak, berupa lensa mata yang tidak
transparan.
3. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hasil: menunjukkan adanya infeksi bila katarak tersebut dicetuskan oleh
bakteri/virus.
6. Penatalaksanaan Medis
Pembedahan dilakukan bila ketajaman penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperti
glaukoma dan uveitis (Mansjoer, 2011). Dalam pembedah katarak, lensa diangkat dari
mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular.
1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
3. Perencanaan Keperawatan
a. Prioritas Diagnosa Keperawatan menurut Virginia Handerson
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka pasca operasi.
2. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
b. Rencana Asuhan Keperawatan
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/perubahan status organ indera.
a. Rencana Tujuan:
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan luka pasca operasi.
a. Rencana Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan masalah nyeri berkurang
/terkontrol.
b. Kriteria Hasil:
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol.
2. Pasien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah.
c. Rencana Tindakan:
2. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai kebutuhan pasien.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian
kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada
tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan
tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien
dengan katarak. Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,
interdependen dan dependen.
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh
perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada
fungsi interdependen adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan
profesi/disiplin ilmu yang lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan,
sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan
atas pesan dari anggota medis yang lain (Tarwoto, 2015).
5. Evaluasi Keperawatan
Pre Operasi:
1. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/perubahan status organ indera.
DM
Penurunan fungsi Kecelakaan/ terkena
fisiologis mata pukulan benda tumpul
khususnya pada lensa Kadar glukosa dlm
mata darah meningkat
Mengenai mata,
pembuluh darah pada
Daya akomodasi pada mata pecah, lensa mata Kadar glukosa dlm
lensa menurun rusak Vitreus Humor
meningkat
Farmacia. 2009. “Ihtisar Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta: Balai Penerbitan FK UI.
Hartono. 2007. “Oftalmoskopi Dasar & Klinis”. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Ilyas, Sidarta. 2013. “Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga”. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Judith M. Wolkinson. 2015. “Diagnosis Keperawatan NANDA NIC NOC”. Jakarta: EGC.
Nico A. Lumenta. 2008. “Manajemen Hidup Sehat”. Jakarta: Elek Media Komputindo
Smeltzer. 2002. Acute Endhoptalmitis After Cataract Surgery : 250 Consecutive Cases Treated At
The Tertiary Referral Center In Netherland. American Journal Of Ophthalmology. Volume 149
No.3: America